MODUL KE – 1
[PENGOLAHAN DATA SEISMIK REFLEKSI : INPUT
DATA, GEOMETRI DAN EDITING]
Oleh:
Muhamad Arif Samsudin 120120158
Asisten :
Dinda Selta Ewani Buulolo 119120019
Nisa Nur Azizah 119120028
Bernard Cavin Ronlei 119120087
Kiki Harfianza 119120111
Andika Bonardo Sipahutar 119120122
Muhammad Luthfi 119120167
MACAM-MACAM GANGGUAN/NOISE
Dalam segala survey seismik perlu diantisipasi adanya berbagai macam jenis
gangguan-gangguan/noise yang mempengaruhi dan mengurangi kualitas data yang
terekam. Berbagai macam noise tersebut dapat berupa :
1. Noise koheren; noise ini dapat diidentifikasi dalam bentuk pola-pola khusus
gelombang yang terekam. Beberapa contoh noise yang koheren antara lain :
• Ground Roll, terdapat di data seismik darat yang dicirikan dengan
amplitudo yang kuat dan frekuensi yang rendah.
• Multiple, umumnya terdapat pada data seismik laut dalam bentuk
kenampakan refleksi sekunder akibat gelombang yang terperangkap.
• Gelombang langsung (direct wave), dicirikan dengan frekuensi yang
cukup tinggi dan dengan waktu datang (arrival time) lebih awal.
2. Noise tidak koheren; muncul pada rekaman data seismik dengan pola yang
acak.
3. Recording; noise yang muncul karena adanya masalah pada perlengkapan,
seperti bad geophones, bad cables, noise bursts, electronic hum, spikes, dan
gangguan pada amplifier.
III. Langkah Pengerjaan
a) Langkah Kerja
a. Tambahkan Area dengan cara klik MB1 pada Add dengan tanpa
menggeser mouse. Ketikkan label tersebut dengan nama
praktikan_NIM. Kemudian klik area yang sudah dibuat.
b. Kemudian muncul Line, tentukan line berapa yang akan diolah dalam
praktikum ini. Kemudian tambahkan line dengan cara klik MB1 pada
Add dan tuliskan line data “line_001”.
c. Pada bagian Flows, masukkan label “01. Input Data”, flow ini digunakan
untuk menginputkan data SEG-Y yang kita miliki.
Pada flow “01. Input Data” ini isikan sub-flow dengan klik MB1 pada
flow tersebut. Sehingga muncul Editing Flow : 01. Input Data dan
masukkan
subflow “SEG-Y Input” dan “Disk Data Output”
d. Pada subflow “SEG-Y Input” klik MB2, lalu ganti “Type of storage to
use” menjadi “Disk”. Dan pada “Max Trace per ensemble” menjadi 999.
Kemudian pada “Browse for DISK file path name” klik “browse”
kemudian ubah sesuai lokasi data pada kolom Filter kemudian klik file
“.sgy” lalu klik “Add” lalu klik “Done”.
e. Kemudian pada subflow “Disk Data Output” klik MB2 lalu pada
“Output dataset filename” klik “INVALID” akan muncul kolom
DATASETS > Klik MB1 pada Add > “01. Raw Data”.
Setelah itu klik MB1 pada “EXECUTE”. Tunggu sampai status proses
berubah menjadi “Completed 01Input Data Normally” seperti gambar di
bawah,
2. DISPLAY DATA
a. Buat flow baru dengan klik kembali “Add” kemudian masukkan nama
“00. View Data”. Flow ini digunakan untuk menampilkan data seg-y
yang sebelumnya sudah diinputkan pada flow “01. Input Data”.
Kemudian pada editing flow masukkan beberapa subflow berikut,
• Klik menu View pada jendela trace display, lalu klik Trace Display,
• Lalu muncul jendela “Open”, pada kolom Selection, buatlah file .rgb
baru bernama greyscalenew.rgb lalu klik OK.
• Lalu atur warna pada file .rgb baru tadi seperti pada gambar berikut,
c. Kedua, kita akan men-display raw data dengan melakukan scaling pada
raw data tersebut. Langkah pengerjaannya adalah kembali ke flow
Display Data, lalu MB2 flow Trace Display. Kemudian pada Trace
Scaling option, pilih individual.
Pada Disk Data Input, masukkan 01. Raw Data. Kemudian EXECUTE.
Hasil gambar “Raw Data + Scaling” adalah sebagai berikut,
d. Ketiga, kita akan mencoba menampilkan raw data dengan melakukan
Automatic Gain Control, tanpa melakukan scaling. Pada flow “00.
View
Data” aktifkan subflow Automatic Gain Control,
Kemudian EXECUTE. Hasil “Raw Data Display + AGC + No
Scaling”
adalah sebagai berikut,
e. Kemudian untuk melihat rentang frekuensi yang akan kita ambil, kita
akan melakukan analisa menggunakan subflow Interactive Spectral
Analysis.
Aktifkan terlebih dahulu subflow tersebut pada flow “00. View
Data”, dan nonaktifkan subflow lain seperti pada gambar berikut, lalu
“EXECUTE”.
3. GEOMETRI
• Receiver
Lalu akan muncul jendela berikut, sesuaikan lokasi data pada filter,
lalu pilih file “.SPS” kemudian OK. Data .SPS merupakan data
observer report source.
Setelah itu kembali pada pop window “ProMAX 2D Land Geo...” klik
menu “Source” pilih “Import”. Sesuaikan dengan lokasi data pada
kolom filter lalu pilih data “.XPS”. Lalu “OK”
Lalu, MB2 pada baris paling bawah dari kolom “Mark Blok”.
Setelah itu MB1 pada kolom “Source” lalu pada pop windows “Fill a
marked column” dengan “Starting Value” bernilai 1, dan “Increment”
bernilai 1, lalu OK.
Hasilnya kolom “Source” akan terisi seperti di bawah ini,
Lalu, isikan nilai pattern pada kolok “Pattern” dengan MB1 pada
kolom pattern,
Isikan nilai 1 untuk “Starting value” dan 0 untuk “Increment”
kemudian
OK. Hasil setelah mengisi kolom “source” dan “pattern” adalah
sebagai berikut,
• Pattern
• Bin
Kembali pada window “2D Land....” Lalu pilih menu “Bin” untuk
“Assign
Midpoint by” dan klik “OK” lalu klik “Proceed”.
Setelah itu, kita buka kembali Source, maka kolom shot “Shot Fold”
yang sebelumnya kosong akan terisi,
Untuk EXIT, pada window ProMAX 2D Land, klik File > Exit
Kemudian “EXECUTE”
• 2D Stacking Chart
Kembali pada flow “00. View data” kemudian nonaktifkan subflow teratas
Interactive Spectral Analysis, dan kondisikan parameter subflow Disk Data
Input menginputkan dataset “02. Geom”,
Lalu muncul jendela “List Selector” tuliskan nama list pada kotak
Enter a new list name,
c. Setelah muncul kotak “Select a Secondary Key” pilih “CHAN”
klik OK. Kemudian pick trace yang akan di-kill. Trace yang di-
kill adalah trace yang rusak dan mengganggu trace-trace lainnya.
Setelah selesai meng-kill trace yang rusak, save picking dengan klik
“File” > Save picks.
e. Kemudian lakukan hal yang sama, klik menu Picking > Pick
Bottom Mute, kemudian beri nama pada Table Selector, dan pada
jendela
Select a Secondary Key pilih “CHAN”.
Setelah selesai, simpan hasil picking dengan klik File > Save Picks.
g. Kemudian untuk menyimpan hasil editing, isi flow “03. Editing”
dengan subflow berikut,
l. Pada subflow Disk Data Output, buatlah dataset baru “03. Edit”
pada
Output Dataset Filename.
Gambar diatas merupakan raw data yang telah dilakukan bandpass, terlihat beberapa
perbedaan setelah dilakukannya bandpass filtering, karena filter ini hanya akan
meloloskan frekuensi tertentu yaitu antara frekuensi cut off atas dan cut off bawah, jika
ditinjau dari gambar sebelum dilakukan bandpass, frekuensi-frekuensi yang
menyimpan noise masih cukup banyak, dan pada gambar yang telah dilakukan
bandpass filtering frekuensi-frekuensi dalam jangkauan bandpass filtering saja yang
diloloskan. Hal ini juga terjadi karena konsep bandpass filtering yang merupakan
sebuah rangkaian filter yang memberikan output yang tetap jika frekuensi input berada
dalam range frekuensi kerja dari filter atau diantara frekuensi cut-off atas dan frekuensi
cut-off bawah. Band pass filter tersusun dari high pass filter yang diseri dengan low
pass filter.
• Data yang telah diberi geometri pada CDP 1262
• 2D stacking chart
Pada pengolahan kali ini dilakukan pada CDP pada 1262, 1662 dan 1862, dari ketiga
hasil CDP tersebut, CDP pada 1862 memiliki hasil trace yang sangat jelas, sehingga
kita dapat memiliki gambaran dibagian mana yang harus di picking, karena trace sudah
terlihat dengan jelas dibandingkan hasil pada CDP 1262 dan 1662 yang trace nya
kurang jelas.
Lalu pada proses editing ini juga dilakukan trace killing, killing adalah menghilangkan
atau membuang trace-trace yang rusak/mati dan trace yang mempunyai noise yang
tinggi dengan cara memberikan nilai nol pada matrik trace tersebut, karena dirasa data
kurang bersih dari noise, terutama pada CDP 1862 dilakukan trace killing yang
lumayan banyak, pada trace yang memiliki noise.
Adapun perbedaan yang sangat jelas yaitu trace yang sudah diediting sangat bersih dari
noise dibandingkan dengan trace sebelum dilakukan editing. Pada tiap CDP yang
dilakukan editing memiliki bentuk yang mirip karena hasil picking tidak terlalu jauh.
Keunggulan Format SEG-Y adalah menjadi format data yang di-input ke perangkat
lunak. Setelah di-import, data tersebut tidak dapat langsung diolah melainkan harus
dibuat geometri terlebih dahulu agar perangkat lunak dapat mengidentifikasi data untuk
diolah.
Pada dasarnya informasi frekuensi pada data seismic didapatkan dari hasil Analis pada
trace suatu data seismic, dari trace tersebut akan didapatkan informasi berupa frekuensi
data seismiknya, karena prinsipnya Rekaman data yang diperoleh dari hasil akuisisi
data seismik refleksi ini tidak hanya berisi sinyal-sinyal yang dibutuhkan tetapi
terdapat pula sinyal gelombang seismik yang tidak dibutuhkan dan frekuensi untuk
proses pengolahan data seismik selanjutnya.
Band Pass Filter perlu dilakukan karena bandpass filter merupakan sebuah rangkaian
filter yang memberikan output yang tetap jika frekuensi input berada dalam range
frekuensi kerja dari filter atau diantara frekuensi cut-off atas dan frekuensi cut-off
bawah. Band pass filter tersusun dari high pass filter yang diseri dengan low pass filter.
Karena filter ini hanya akan meloloskan frekuensi tertentu yaitu antara frekuensi cut
off atas dan cut off bawah. Cara menentukan frekuensi bandpass adalah dengan cara
melihat batas atas dan batas bawah pada trace yang akan dilakukan bandpass filter
tersebut, apakah frekuensi yang akan dihilangkan adalah frekuensi dalam jangkauan
bandpass filtering atau bukan.
V. Kesimpulan
3. Proses editing berfungsi untuk merubah atau memperbaiki trace dari hal-hal
yang tidak diinginkan yang diperoleh dari perekaman data dilapangan.
4. Hasil dari pengolahan rekaman data seismik tersebut berupa shot gather dan
CMP Gather.
Daftar Pustaka
Manrulu, R. H., Jambonada, N., Ashari, A., & Suasdin, J. (2016). Studi Pengolah
Data (Processinging) Seismik dengan Mengunakan Program Promax. Jurnal
Fisika Flux: Jurnal Ilmiah Fisika FMIPA Universitas Lambung Mangkurat,
13(2), 126-132.