Anda di halaman 1dari 54

LAPORAN AKHIR

AKUISISI PENGOLAHAN DATA SEISMIK REFLEKSI


TG3231

MODUL KE – 3
QC, F-K FILTER DAN NEAR OFFSET STACK

Oleh:
Muhamad Arif Samsudin 120120158

Asisten :
Dinda Selta Ewani Buulolo 119120019
Nisa Nur Azizah 119120028
Bernard Cavin Ronlei 119120087
Kiki Harfianza 119120111
Andika Bonardo Sipahutar 119120122
Muhammad Luthfi 119120167

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOFISIKA


JURUSAN TEKNOLOGI PRODUKSI DAN INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA
2023
DAFTAR ISI

Dafar Gambar ................................................................................................................ 3

I. Tujuan ......................................................................................................... 4

II. Dasar Teori .................................................................................................. 4

III. Langkah Pengerjaan .................................................................................... 7

a) Langkah kerja ............................................................................................. 7

b) Diagram Alir ............................................................................................ 39

IV. Hasil Dan Pembahasan.............................................................................. 40

V. Kesimpulan ............................................................................................... 52

Dafar Pustaka .............................................................................................................. 53

2
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Diagram Alir .............................................................................................39

Gambar 2. Display static .......................................................................................... 40

Gambar 3. 2D stacking chart .................................................................................... 40

Gambar 4. QC-static ...............................................................................………………...41

Gambar 5. Offset amplitude recovery ....................................................................... 41

Gambar 6. Surface Consistant Amps .........................................................................42

Gambar 7. True Amplitude Recovery ........................................................................ 42

Gambar 8. Spiking/predictive decon ......................................................................... 43

Gambar 9. Prepro sebelum ...................................................................................... 43

Gambar 10. Setelah dilakukan decon ........................................................................44

Gambar 11. Stacking Preprodecon-QC .................................................................…. 44

Gambar 12. Polygone FK-Filter ............................................................................... 45

Gambar 13. Filtered Output ..................................................................................... 45

Gambar 14. FK-Filter ................................................................................................. 46

Gambar 15. Penampang Brute stack..........................................................................46

Gambar 16. Penampang Near stack...........................................................................47

3
I. Tujuan

1) Melakukan proses FK filter untuk menghilangkan linear noise


2) Melakukan Stacking (near offset stack, brute stack)
3) Melakukan Teknik QC proses untuk mencari parameter optimum → QC TAR
- Decon - dll

II. Dasar Teori

QC (Quality Control)

QC (Quality Control) adalah proses untuk memastikan kualitas data seismik yang
telah diperoleh dan diproses sesuai dengan standar industri yang telah ditetapkan. QC
dilakukan pada setiap tahap pengumpulan dan pemrosesan data seismik untuk
memastikan bahwa data tersebut memenuhi spesifikasi teknis dan kualitas yang
diharapkan. Tujuan utama dari QC adalah untuk memastikan bahwa data seismik dapat
memberikan informasi yang akurat dan dapat diandalkan untuk interpretasi geologi.
Dalam melakukan QC, kita dapat mencari parameter optimum sehingga hasil
pengolahan menjadi lebih baik. QC dalam modul ini dilakukan pada parameter-
parameter Preprocessing seperti Offset Amplitude Recovery, True Amplitude
Recovery, Decon, dll. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan hasil preprocessing yang
lebih baik sebelum dimasukkan pada proses processing.

F-K Filter

F-K filter adalah suatu metode pengolahan sinyal yang digunakan dalam
pemrosesan data seismik. Metode ini melibatkan transformasi Fourier dari data seismik
yang kemudian diaplikasikan dengan filter F-K (frekuensi-kecepatan) untuk
memperbaiki kualitas data. Filter F-K memungkinkan penghilangan sinyal interferensi
dan noise pada data seismik, sehingga hasil interpretasi menjadi lebih akurat dan dapat
diandalkan.

4
k (bilangan gelombang) berbanding terbalik dengan v (kecepatan).

Berdasarkan perbedaan karakter antara gelombang refleksi dan linear noise, maka
dilakukan filter untuk membuang frekuensi rendah, kecepatan rendah, bilangan
gelombang tinggi.

Beberapa fungsi dari filter F-K pada data seismik antara lain:

1) Menghilangkan sinyal noise dan interferensi pada data seismik yang dapat
mengganggu interpretasi.
2) Memperjelas sinyal seismik pada frekuensi yang diinginkan, sehingga
memudahkan identifikasi lapisan batuan dan struktur geologi.
3) Mengurangi efek multiple (pantulan ganda) pada data seismik, yang dapat
menyebabkan interpretasi yang salah.
4) Memperbaiki resolusi lateral pada data seismik dengan mempertajam detail-
detail kecil dalam citra seismik.
5) Mengoptimalkan kualitas data seismik, sehingga meningkatkan akurasi dan
keandalan interpretasi geologi.

Dalam keseluruhan, filter F-K adalah metode yang sangat berguna dalam memproses
data seismik dan dapat memberikan informasi yang lebih akurat dan dapat diandalkan
bagi geolog dan ahli pengolahan data seismik.

5
Stacking

Stacking adalah proses menjumlahkan tras-tras seismik dalam satu CDP setelah
koreksi NMO (Normal Move Out). Proses stacking memberikan keuntungan untuk
mengingkatkan rasio signal terhadap noise (S/N ratio). Ilustrasi dari Stacking adalah
sebagai berikut,

Sebelum dilakukan stacking, data terlebih dahulu dikoreksi NMO. Gambar diatas
menunjukkan prinsip koreksi NMO, hiperbola refleksi di-adjust dengan menggunakan
model kecepatan (kecepatan rms atau kecepatan stacking) sehingga berbentuk lapisan
horizontal, selajutnya tras-tras NMO dijumlahkan (stacking). Ketika kita melakukan
Near Offset Stacking, artinya kita melakukan stack pada trace-trace terdekat dari
sumber getar setelah dilakukan NMO.

Near Offset Stack

Near offset stack adalah metode pengolahan data seismik yang digunakan untuk
meningkatkan resolusi vertikal pada lapisan-lapisan geologi dangkal. Metode ini
melibatkan stacking data seismik dengan offset yang dekat atau kecil. Dalam metode
ini, data seismik dianalisis pada offset yang dekat dengan sumber getaran sehingga
memberikan resolusi vertikal yang lebih baik pada lapisan-lapisan dangkal. Metode ini
sangat berguna dalam analisis geologi dangkal dan dalam menemukan struktur geologi
kecil seperti patahan dan lipatan.

6
III. Langkah Pengerjaan
1) Langkah Kerja

A. QC (Quality Control)
1. Static-2
QC Static digunakan untuk memperbaiki hasil Static sebelumnya. Adapun langkah
pengerjaannya yaitu,

a. Buatlah flow baru bernama 04. Static-New dengan subflow berikut,

b. Pada subflow “Datum Statics Calculation” isikan parameter sesuai dengan gambar
berikut,

c. Kemudian pada subflow “Refraction Statics Calculation” sesuaikan parameter


dengan gambar berikut,

7
Kemudian EXECUTE.

d. Setelah running complete, matikan 2 subflow teratas kemudian aktifkan subflow


berikut,

e. Kemudian pada Disk Data Input sesuaikan parameter dengan gambar berikut,

8
f. Kemudian untuk subflow “Apply Elevation Statics” dan “Apply Refraction Statics”
sesuaikan parameter dengan gambar-gambar berikut,

g. Setelah itu pada subflow “Bandpass Filter” dan “Automatic Gain Control” atur
parameter seperti gambar berikut,

9
h. Kemudian atur parameter subflow “Trace Display” seperti di bawah, lalu EXECUTE.

Hasilnya akan seperti berikut,

10
Kemudian dapat melakukan perhitungan kecepatan pada Time tertentu
dengan klik View > Trace Display

Pada Display Controls masukkan parameter seperti dibawah ini.

Setelah itu klik dx/dt seperti gambar dibawah ini.

11
MB1 pada trace tengah data seismik pada time yang memiliki kelengkungan
reflektor, kemudian langsung klik mb2 di tempat klik mb1 lalu arahkan
kursoir kesamping untuk melihat kelengkungan yg cocok dengan reflektor.
Catat informasi velocity dan time.

i. Hasil QC ini kemudian disimpan dengan mengaktifkan subflow berikut,

12
Untuk Disk Data Input, Apply Elevation Statics, Apply Refraction Statics,
parameternya masih sama seperti sebelumnya. Kemudian untuk DDO atur
sebagai

berikut,

Kemudian EXECUTE.

2. QC Static
a. Kemudian buatlah flow baru 08. Stacking kemudian isikan subflow seperti pada
gambar berikut,

b. Setelah itu sesuaikan parameter subflow Disk Data Input seperti gambar berikut,

13
c. Kemudian pada subflow “Normal Moveout Correction” isikan parameter seperti
berikut. Pada Specify NMO velocity function(s) masukkan nilai velocity dan time yang
telah dicatat pada QC Static. Lakukan konversi nilai velocity dari m/s ke ft/s.

d. Pada subflow “CDP/Ensemble Stack” dan “Automatic Gain Control” isikan parameter
berikut,

e. Kemudian sesuaikan parameter subflow “Trace Display” seperti berikut, lalu


EXECUTE.

14
Hasilnya akan seperti berikut,

3. QC
Pada dasarnya processing yang dilakukan sekarang bertujuan agar menghasilkan display
reflektor yang bagus dan baik dalam tahapan velocity analysis. QC dilakukan pada proses
yang sudah dilakukan pada praktikum sebelumnya. Setiap proses akan di QC dilihat dari
kelengkungan reflektor dengan 2 cara : cdp gather dan cdp stacking.

15
Parameter Preprocessing
a. Kemudian buatlah flow baru dengan nama “07. QC”. Susun subflow seperti berikut.

Pada tahap ini kita akan melakukan QC pada parameter-parameter Preprocessing di


antaranya, Offset Amplitude Recovery, Surface Consistant Amp, True Amplitude

Recovery, dan Decon. QC akan dilakukan secara bergiliran, contohnya ketika melakukan QC
Offset, maka subflow Offset pada ELSEIF dan ELSE diaktifkan dan dibuat 2 parameter yang
berbeda untuk membandingkan Offset mana yang lebih bagus dengan parameter yang lebih
baik. Begitu pula dengan parameter lain.

b. Kemudian pada DDI masukkan dataset ElevRefractStatic

16
c. Pada subflow Reproduce Traces sesuaikan parameter seperti gambar berikut,

Total number of datasets menunjukkan jumlah trace dataset yang akan ditampilkan dalam
display.

d. Kemudian pada “Trace Display Label” di bawah IF, isikan nama trace seperti gambar
berikut, (Artinya, offset pertama yang akan ditampilkan menunjukkan offset original
yang berasal dari input yang dimasukkan pada DDI).

e. Atur “Offset Amplitude Recovery” dan “Trace Display Label” di bawah ELSEIF sebagai
berikut,

Artinya, kita membuat trace offset 1 yang parameternya diatur seperti gambar di atas.
Parameter ini akan berbeda dengan trace offset 2 berikutnya.

f. Kemudian atur “Offset Amplitude Recovery” dan “Trace Display Label” di bawah ELSE
sebagai berikut,

17
g. Kemudian atur parameter “Trace Display” setelah ENDIF sebagai berikut, lalu
EXECUTE.

18
Hasilnya adalah sebagai berikut,

Akan ditampilkan 3 trace yang terdiri dari Original Input, Offset 1, dan Offset 2 yang mana
sesuai dengan parameter yang telah diinputkan. Lakukanlah analisa trace mana yang
menghasilkan offset paling baik dan paling bagus dalam melihat kelengkungan reflektor.

h. Kembali ke Line_001 kemudian buat flow baru 05. Preprocessing-02.


i. Input proses seperti berikut. Hidupkan proses dibawah Spike & Noise Burst Edit
sesuai dengan proses yg dicari parameter terbaik pada flow 07. QC sebelumnya.

j. Input parameter terbaik yang telah dilakukan pada flow 07. QC.
k. Pada DDO, buat dataset 06. Prepro-(sesuai proses). Lalu EXECUTE

19
l. Kemudian masuk ke flow 08. Stacking. Input dataset 06. Prepro-Offset pada proses
DDI.

m. Lalu EXECUTE. Ulangi tahapan i-h kepada proses yang sudah didapatkan parameter
terbaik.

4. QC Decon
a. Pada flow 00. Display Data Inputkan parameter 05. ElevRefracStatic

20
b. Pada Bandpass Filter masukkan parameter seperti dibawah ini.

c. Pada Trace Display Masukkan Parameter seperti dibawah ini

21
Setelah itu “EXECUTE” maka akan muncul tampilan sebagai berikut.

d. Kemudian pilih Picking > Pick Miscellaneous Time Gates

e. Kemudian lakukan picking decon, usahakan linear. Contohnya sebagai berikut.

22
f. Kembali ke flow baru 05. Preprocessing-2, masukkan subflow seperti dibawah ini.

Kemudian hanya aktifkan subflow seperti dibawah ini.

g. Pada Disk Data Input, pada Select Dataset inputkan 05. ElevRefracStatic

23
h. Pada Spike & Noise Brust Edit, inputkan parameter sebagai berikut.

i. Kemudian pada Spike & Noise Brust kedua, inputkan parameter sebagai berikut.

j. Pada spiking/predictive decon, inputkan parameter sebagai berikut.

k. Pada bandpass filter inputkan parameter sebagai berikut.

24
l. Pada Trace Display inputkan parameter sebagai berikut.

Kemudian “EXECUTE”, maka akan muncul trace display seperti gambar dibawah ini.

m. Setelah itu, matikan subflow selain yang dibawah ini.

25
n. Pada Disk Data Output, pada Output Dataset Filename, inputkan 06. PreproDecon-QC

Kemudian “EXECUTE”

o. Setelah itu, buat flow baru 08. Staking dan inputkan sub-flow seperti dibawah ini.

26
p. Pada Disk Data Input, inputkan 06. PreproDecon-QC

q. Pada Autocorrelation, inputkan parameter sebagai berikut, pada specify


autocorrelation biarkan default.

r. Pada Bandpass Filter dan Automatic Gain Control, inputka parameter sebagai berikut.

s. Pada Trace Display inputkan parameter sebagai berikut.

27
Kemudian “EXECUTE”, maka akan muncul tampilan sebagai berikut.

Kemudian lakukan analisis dari gambar diatas.

28
B. F-K Filter
1. Tambahkan flow “FK- Filter” kemudian tambahkan subflow seperti gambar di bawah ini.

2. Pada Disk Data Input masukkan “06. Prepro”

3. Pada Automatic Gain Control, masukkan parameter seperti dibawah ini.

29
4. Kemudian pada Fk Analysis, masukkan parameter seperti dibawah ini.

Kemudian pada “Select mute polygon table” Add “F-K Mute”

Kemudian pilih “CHAN”

30
Kemudian “EXECUTE”

5. Kemudian akan muncul tampilan seperti gambar dibawah ini, klik TD-TK-FX-FK

Kemudian lakukan pemilihan area dengan meng-klik icon dx/dt, pemilihan area dengan
memperhatikan velocity yang sesuai.

31
6. Kemudian pilih Filter Response, lalu klik FilteredOutput.

7. Kemudian akan muncul seperti dibawah ini.

32
Setelah itu di exit dan save polygone before exiting pilih
Yes.

8. Kemudian non aktifkan FK filter subflow kedua, dan aktifkan FK filter ketiga serta Disk
Data Outputnya.

33
9. Pada DDI, ubah sort order list dari 1600-215/ menjadi */ untuk kembali mensorting
semua data CDP.

10. Pada Fk filter masukkan parameter seperti dibawah ini.

34
11. Pada Disk Data Output, masukkan “07. F-K Filter”

Kemudian “EXECUTE”

12. Untuk melihat hasil dari F-K Filter kembali ke 00. Display data, pada Disk Data Input
masukkan “07. F_K Filter”. Primary header CDP dan secondary None.

C. Brute stack
a. Setelah itu, kembali pada flow 08. Stacking, MB3 subflow seperti dibawah ini.

35
b. Pada Disk Data Input, inputkan 08. F-K Filter

c. Pada Normal Moveout Correction dan CDP/Ensemble Stack, inputkan parameter


seperti dibawah.

d. Pada Bandpass filter dan Automatic Gain Control, inputkan parameter seperti
dibawah ini.

36
e. Kemudian pada trace display inputkan parameter sebagai berikut.

Kemudian “EXECUTE”, akan muncul penampang seismik brute stack.

37
f. Kemudian matikan selain subflow, seperti dibawah ini.

g. Pada Disk Data Output, pada output Dataset Filename, inputkan 08. BruteStack

Kemudian “EXECUTE”

38
2) Diagram Alir

Gambar 1 Diagram Alir

39
IV. Hasil dan Pembahasan

1. Hasil 1
1.1 Display static

Gambar 2. Display static

1.2 2D stacking chart

Gambar 3. 2D stacking chart

40
2. Hasil 2
2.1 QC-static

Gambar 4. QC-static

3. Hasil 3
3.1 Offset amplitude recovery

Gambar 5. Offset amplitude recovery

41
3.2 Surface Consistant Amps

Gambar 6. Surface Consistant Amps

3.3 True Amplitude Recovery

Gambar 7. True Amplitude Recovery

42
3.4 Spiking/predictive decon

Gambar 8. Spiking/predictive decon

4. Hasil 4
4.1 Prepro sebelum dilakukan decon

Gambar 9. Prepro sebelum

43
4.2 Prepro Setelah dilakukan decon

Gambar 10. Setelah dilakukan decon

5. Hasil 5
5.1 Stacking Preprodecon-QC

Gambar 11. Stacking Preprodecon-QC

44
6. Hasil 6
6.1 Polygone FK-Filter

Gambar 12. Polygone FK-Filter

6.2 Filtered Output

Gambar 13. Filtered Output

45
7. Hasil 7
7.1 FK-Filter

Gambar 14. FK-Filter

8. Hasil 8
8.1 Penampang Brute stack

Gambar 15. Penampang Brute stack

46
8.2 Penampang Near stack

Gambar 16. Penampang Near stack

Pada hasil 1 merupakan hasil display data dari Elevrefracstatic. Display data
Elevrefracstatic adalah salah satu hasil display data pada pengolahan data seismik yang
menggambarkan refleksi statis pada lapisan batuan yang terdapat di bawah permukaan
bumi. Pada pengolahan data seismik, perhitungan elevrefracstatic dilakukan untuk
mengkoreksi refleksi bumi dan memperbaiki kualitas gambar seismik. Hasil display
data elevrefracstatic digunakan untuk memvisualisasikan nilai koreksi refleksi bumi
pada setiap titik di permukaan bumi. Nilai elevrefracstatic dapat bervariasi dari satu
titik ke titik yang lain, tergantung pada kondisi geologi yang berbeda-beda di daerah
tersebut. Oleh karena itu, hasil display data elevrefracstatic sangat berguna untuk
membantu identifikasi dan interpretasi struktur geologi dan lapisan batuan di bawah
permukaan bumi. Namun, perlu diperhatikan bahwa hasil display data elevrefracstatic
hanya bersifat relatif, karena nilai koreksi refleksi bumi yang dihitung bergantung pada
model kecepatan gelombang seismik yang digunakan. Oleh karena itu, hasil display
data elevrefracstatic perlu dikombinasikan dengan informasi lain, pada pengolahan kali
ini hasil display data elevrefracstatic dihungkan dengan 2D stacking chart. 2D stacking
chart dan elevrefracstatic keduanya merupakan hasil dari pengolahan data seismik yang

47
saling terkait dan saling mempengaruhi. 2D stacking chart adalah gambaran gabungan
dari hasil stacking atau penumpukan data seismik dari beberapa lintasan pengukuran.
Penumpukan ini dilakukan untuk meningkatkan sinyal seismik dan mengurangi noise,
sehingga menghasilkan gambaran yang lebih jelas tentang struktur geologi dan lapisan
batuan di bawah permukaan bumi. Kedua hasil pengolahan data seismik ini saling
terkait karena elevrefracstatic digunakan dalam perhitungan 2D stacking chart. Setelah
dilakukan koreksi elevrefracstatic, data seismik di-stack dan kemudian diolah menjadi
gambar 2D stacking chart.

Pada hasil 2 merupakan penampang QC (Quality control) static. Dimana pada


hasil penampang QC static ini, Penampang quality control static merupakan salah satu
hasil display dari proses quality control static, yang menunjukkan nilai koreksi refleksi
statis pada setiap titik di lintasan pengukuran seismik. Dalam penampang quality
control static, biasanya nilai koreksi refleksi statis ditampilkan dalam satuan waktu
(ms) atau satuan jarak (meter), tergantung pada parameter yang digunakan dalam
pengolahan data seismik. Penampang quality control static sangat penting dalam
pengolahan data seismik karena dapat membantu mengidentifikasi potensi kesalahan
atau distorsi pada data seismik yang dapat mempengaruhi hasil interpretasi dan
pengambilan keputusan. Contohnya, jika terdapat nilai koreksi refleksi statis yang tidak
konsisten atau keluar dari rentang normal, maka dapat menjadi indikasi adanya
kesalahan dalam proses pengolahan data seismik atau perbedaan dalam kondisi geologi
di daerah tersebut.

Pada hasil 3 merupakan hasil QC dari Offset amlitudo recovery, Surface


Consistant Amps, True Amplitude Recovery dan Spiking/Predict Decon. Adapaun
parameter-parameter yang dipakai pada masing-masing hasil QC tersebut saya
lampirkan pada taabel dibawah ini.

48
Hasil QC Gambar terbaik Parameter yang Diubah

Offset amlitudo recovery Offset 1 Tar Velocity: 0-5600, 600-7400


d/b correction: -6
Surface Consistant Amps Surface 1 Minimum gate width: 250

True Amplitude Recovery TAR 2 d/b correction constant: 4

Spiking/Predict Decon Spiking 1 Decon operator length: 75


Window rejection factor: 2

Berdasarkan table diatas, adapun alasan mengapa gambar terbaik yang dipilih seperti
pada tabel diatas, pada hasil Offset amplitude recovery gambar terbaik ada pada offset
satu, hal ini dikarenakan pada offset 1 Trace data konsisten dalam kualita di seluruh
area yang dituju. Lalu pada Surface Consistant Amps, trace terbaik ada pada Surface
1, hal ini dikarenakan pada surface 1 terlihat Trace data seismik memiliki sinyal yang
kuat dan jelas. Hal ini penting agar data yang dihasilkan dapat memberikan informasi
yang akurat. Berikutya pada True Amplitudo Recovery, gambar terbaik ada pad TAR
2, karena pada TAR 2 terlihat tracenya tidak ada yang terputus, serta konsisten pada
area yang akan dituju. Lalu yang terakhit adalah Spiking/predict decon, pada hasil ini
gambar yang terbaik adalah Spiking 1, karena pada spiking 1 terlihat Trace memiliki
resolusi spasial dan temporal yang tinggi, serta memiliki level noise yang rendah.

Pada hasil 4 merupakan hasil prepro sebelum dan sesudah dilakukan decon.
Deconvolution merupakan proses untuk menghilangkan respons frekuensi dari sistem
akuisisi yang digunakan saat pengambilan data seismik. Tujuan dari deconvolution
adalah untuk meningkatkan resolusi frekuensi data seismik dan menghasilkan
gambaran yang lebih akurat tentang struktur geologi dan lapisan batuan di bawah
permukaan bumi. Adapun beberapa perbedaan yang dapat dianalisis dari hasil kedua
gambar tersebut, yaitu ketika hasil preprocessing sebelum dan sesudah dilakukan
deconvolution, berikut perbedaannya:

49
1) Sebelum dilakukan deconvolution amplitude data seismic terlihat masih kurang
seimbang, dan setelah dilakukan deconvolution amplitudo data seismik
menjadi lebih seimbang dan dapat diolah lebih lanjut. Sehingga amplitudo data
seismik terdistribusi dengan baik.
2) Sebelum dilakukan deconvolution resolusi frekuensi nya sangat tidak jelas, dan
setelah dilakukan deconvolution akan lebih memperjelas resolusi frekuensi
yang sudah ditingkatkan.
3) Sebelum dilakukan deconvolution bagian data yang di-mute masih terlihta,
Setelah dilakukan deconvolution, bagian data yang di-mute tetap dihilangkan
untuk memastikan hasil interpretasi geologi yang akurat.
4) Sebelum dilakukan deconvolution distribusi amplitude kurang baik, dan setelah
dilakukan deconvolution amplitudo data seismik terdistribusi dengan baik dan
dapat diinterpretasikan dengan benar.

Dalam keseluruhan, setelah dilakukan deconvolution pada data seismik hasil prepro,
akan terlihat peningkatan resolusi frekuensi dan detil interpretasi geologi yang lebih
jelas dan akurat.

Pada hasil 5 merupakan hasil Stacking dengan input PreproDecon-QC.


Stacking merupakan proses untuk menggabungkan data seismik dari beberapa shot
atau titik pengukuran sehingga menghasilkan gambaran yang lebih detail dan akurat
tentang lapisan batuan di bawah permukaan bumi. Jika dilihat dari trace display yang
dihasilkan, hasil stacking preprocessing data seismik yang sudah dilakukan
deconvolution dan quality control menghasilkan gambaran yang lebih akurat dan detail
tentang kondisi bawah permukaan bumi, sehingga memudahkan dalam interpretasi.

Pada hasil 6 merupakan polygone Fk filter dan Filtered Output. Proses filtering
F-K ini dapat dilakukan dengan menggunakan poligon F-K. Poligon F-K digunakan
untuk menghilangkan atau mengurangi efek multiple reflection, Dengan menggunakan
filter F-K, komponen frekuensi pada sinyal F-K yang terkonsentrasi pada satu titik
dapat dipilih dan dihapus, sedangkan komponen frekuensi pada sinyal F-K yang
terkonsentrasi pada beberapa titik dapat dipertahankan atau diperkuat. Setelah proses

50
poligon F-K filter selesai dilakukan, hasilnya adalah filtered output atau keluaran yang
sudah melewati proses filtering F-K. Filtered output tersebut memiliki sinyal yang
lebih jelas dan bebas dari noise atau multiple reflection. Filtered output ini dapat
digunakan sebagai dasar interpretasi yang lebih akurat dan detail.

Pada hasil 7 merupakan hasil dari Trace Display FK- Filter. Trace display yang
dihasilkan pada hasil ini, merupakan trace yang sudah dilakukan FK filter, hasilnya
terlihat trace mengalami perubahan. Filter F-K akan menghilangkan atau mengurangi
efek noise dan multiple reflection pada data seismik, sehingga hasil trace display
terlihat menjadi lebih jelas dan lebih bersih. Perubahan lainnya dapat terlihat dengan
adanya perbaikan pada amplitudo dan frekuensi sinyal yang terlihat pada gambar.
Selain itu, multiple reflection yang sebelumnya terlihat pada trace display juga akan
terlihat berkurang. Jika dibandingkan dengan hasil trace display preprocessing, tentu
banyak perbedaannya, karena pada trace display preprocessing hanya sedikit dilakukan
perbaikan kualitas data seismic, dan perbaikan yang lebih baik akan dilakukan pada fk
filter. Perbedaan utama antara hasil trace display setelah dilakukan filter F-K dengan
hasil trace display preprocessing adalah pada perubahan amplitudo dan frekuensi sinyal
seismik. Hasil trace display setelah filter F-K akan memiliki amplitudo yang lebih besar
dan terdefinisi dengan lebih baik.

Pada hasil 8 merupakan hasil dari penampang nearstack & brutestack. Near
stack dan brute stack adalah dua metode yang digunakan pada pengolahan data seismik
untuk meningkatkan kualitas gambar penampang seismik. Near stack dan brute stack
adalah metode stacking yang digunakan untuk menggabungkan sinyal seismik dari
beberapa trace untuk menghasilkan gambar penampang seismik yang lebih jelas dan
terdefinisi dengan baik. Near stack adalah metode stacking yang menggabungkan trace
seismik yang berada pada lokasi yang saling berdekatan. Proses near stack akan
menghasilkan penampang seismik yang memiliki resolusi spasial yang tinggi, sehingga
dapat menunjukkan detail yang lebih kecil pada gambar. Namun, karena hanya
menggabungkan trace seismik yang berdekatan, near stack tidak mampu mengurangi
noise dan multiple reflection yang dapat mengganggu hasil gambar. Sedangkan brute

51
stack adalah metode stacking yang menggabungkan semua trace seismik dalam suatu
area. Proses brute stack akan menghasilkan penampang seismik yang memiliki resolusi
spasial yang rendah, tetapi dapat mengurangi noise dan multiple reflection pada
gambar adapaun parameter yang diuabah pada pengolahan brutestack ini yaitu, percent
zero padding for fftnya menjadi 30 dan stretsh mute percentage pada NMO nya menjadi
35, Hasil gambar yang dihasilkan dari brute stack biasanya lebih bersih dan terdefinisi
dengan baik, tetapi mungkin kehilangan detail-detail kecil pada gambar. Dalam
pengolahan data seismik, kedua metode stacking ini sering digunakan bersama-sama
untuk menghasilkan hasil gambar yang optimal.

Kesimpulan

1. FK filter bekerja dengan mengubah data seismik ke dalam domain frekuensi-


wavenumber (FK). Dalam domain ini, data seismik diproyeksikan ke dalam
bidang frekuensi dan arah gelombangnya. Kemudian, filter FK digunakan
untuk menghapus frekuensi atau arah gelombang tertentu yang terkait dengan
noise. Meskipun FK filter dapat membantu mengurangi noise pada data
seismik, namun tidak selalu dapat menghilangkan sepenuhnya. Kinerja filter
FK sangat tergantung pada karakteristik dari noise tersebut dan juga parameter
yang digunakan dalam proses filtering.
2. Proses stacking dilakukan dengan menggabungkan beberapa rekaman seismik
yang diambil pada lokasi yang sama dan di waktu yang berbeda, kemudian
menghitung rata-rata nilai amplitudo sinyal dari rekaman tersebut. Dengan
teknik ini, sinyal-sinyal yang sama dari rekaman-rekaman yang berbeda akan
saling menguatkan, sedangkan noise yang tidak konsisten dari rekaman-
rekaman yang berbeda akan saling mengurangi.
3. Teknik QC (Quality Control) digunakan untuk memastikan bahwa data seismik
yang telah diolah atau diinterpretasikan sesuai dengan standar kualitas yang
diinginkan. Dalam mencari parameter optimum pada teknik QC, langkah-
langkah berikut dapat dilakukan:
a) Tentukan Tujuan QC

52
b) Pilih Parameter yang Dapat Dikendalikan
c) Uji Parameter yang Berbeda
d) Evaluasi Hasil
e) Uji Parameter yang Dipilih Secara Berulang
f) Simpan Parameter Optimum

Daftar Pustaka

Anugrah, D., Rakhmadi, A., & Asmoro, P. D. (2017). Near Offset Stack Method for
Reservoir Characterization. Journal of Physics: Conference Series, 853(1),
012010.

Pratiwi, R. D., & Pramono, E. (2020). Penentuan Parameter Optimum pada


Pengolahan Data Seismik untuk Identifikasi Struktur Bawah Permukaan
Menggunakan Metode QC. Jurnal Teknik ITS, 9(1), 1-6.

Putra, A. E., Pratama, G. E., & Wijaya, H. T. (2018). Pengaruh Penggunaan F-K
Filter terhadap Data Seismik 2D di Daerah Pertambangan Batubara. Jurnal
Fisika dan Terapannya, 6(1), 13-18.

Nugraha, A. M., Nugraha, A. M. S., & Kurniawan, A. (2019). Pengolahan Data


Seismik pada Penentuan Profil Sesar di Sumatera Selatan dengan Metode QC.
Jurnal Geofisika Eksplorasi, 5(1), 1-11.

Asmoro, P. D., & Setiawan, H. (2019). Penentuan Parameter Optimum pada


Pengolahan Data Seismik 2D Menggunakan Metode QC. Jurnal Fisika dan
Aplikasinya, 15(1), 1-6. Telford, W. M., Geldart, L. P., & Sheriff, R. E.
(1990). Applied geophysics. Cambridge University Press.

53
Lampiran

54

Anda mungkin juga menyukai