Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN AKHIR

AKUISISI PENGOLAHAN DATA SEISMIK REFLEKSI


TG3231

MODUL KE – 2
PENGOLAHAN DATA SEISMIK REFLEKSI :
STATIC CORRECTION DAN PREPROCESSING

Oleh:
Muhamad Arif Samsudin 120120158

Asisten :
Dinda Selta Ewani Buulolo 119120019
Nisa Nur Azizah 119120028
Bernard Cavin Ronlei 119120087
Kiki Harfianza 119120111
Andika Bonardo Sipahutar 119120122
Muhammad Luthfi 119120167

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOFISIKA


JURUSAN TEKNOLOGI PRODUKSI DAN INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA
2023
DAFTAR ISI

Dafar Gambar ................................................................................................................ 3


I. Tujuan ......................................................................................................... 4
II. Dasar Teori .................................................................................................. 4
III. Langkah Pengerjaan .................................................................................... 6
a) Langkah kerja ............................................................................................. 6
b) Diagram Alir ............................................................................................ 25
IV. Hasil Dan Pembahasan.............................................................................. 26
V. Kesimpulan ............................................................................................... 31
Dafar Pustaka .............................................................................................................. 32
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Diagram Alir…................................................................................25


Gambar 2 Elevation Static................................................................................26
Gambar 3 Refraction Static…………………………………......................... 26

Gambar 4 Preprocessing - (proses : Spike & Burst Noise)............................. 27


Gambar 5 Preprocessing - ( proses : Spike & Burst Noise dan Amplitude
Recovery)........................................................................................................ 27
Gambar 6 Preprocessing..................................................................................28
Gambar 7 Preprocessing Terbaru……............................................................28
I. Tujuan

Menyiapkan data seismic sebelum dilakukan main processing


1. Dekonvolusi - Wavelet shaping and compression from wide, reverberated
wavelet into sharp, spiky wavelet.
2. Amplitude recovery - koreksi penurunan amplitudo akibat faktor kedalaman
dan jarak pisah source dan receiver (offset).
3. Elevation static - koreksi efek perbedaan elevasi sumber dan receiver.
4. Refraksi Static correction - koreksi efek lapisan lapuk (tanah).

II. Dasar Teori

Static correction

Static correction adalah suatu teknik pemrosesan data seismik yang bertujuan
untuk menghilangkan efek statis atau perubahan dalam waktu yang terjadi pada sinyal
seismik. Perubahan ini terjadi karena adanya variasi kecepatan gelombang seismik saat
merambat melalui formasi geologi. Variasi ini dapat menyebabkan pergeseran waktu
yang salah pada sinyal seismik yang diterima oleh penerima seismik, dan menyebabkan
distorsi dalam gambaran bawah permukaan bumi. Static correction dilakukan dengan
mengukur perbedaan waktu antara sinyal seismik dan gelombang referensi atau top-of-
bedrock. Dengan menghitung perbedaan ini, pergeseran waktu yang disebabkan oleh
efek statis dapat dikompensasi. Static correction sangat penting dalam pemrosesan data
seismik karena dapat menghasilkan gambaran yang lebih akurat dan jelas dari bawah
permukaan bumi.
Fungsi dari static correction pada data seismik adalah untuk menghilangkan
efek statis atau perubahan dalam waktu yang terjadi pada sinyal seismik. Efek statis ini
terjadi karena adanya variasi kecepatan gelombang seismik saat merambat melalui
formasi geologi yang berbeda-beda. Variasi ini dapat menyebabkan pergeseran waktu
yang salah pada sinyal seismik yang diterima oleh penerima seismik, dan menyebabkan
distorsi dalam gambaran bawah permukaan bumi. Dengan melakukan static
correction, pergeseran waktu yang disebabkan oleh efek statis dapat dikompensasi
sehingga gambaran bawah permukaan bumi yang dihasilkan dari data seismik menjadi
lebih akurat dan jelas. Static correction sangat penting dalam pemrosesan data seismik
karena dapat memperbaiki distorsi pada sinyal seismik yang bisa mempengaruhi
interpretasi dan analisis geologi dari data seismik tersebut. Dengan kata lain, fungsi
dari static correction pada data seismik adalah untuk meningkatkan kualitas dan akurasi
data seismik serta hasil interpretasi geologi yang dihasilkan dari data tersebut.
Preprocessing

Preprocessing data seismik adalah serangkaian teknik pemrosesan data seismik


yang dilakukan sebelum analisis data seismik. Tujuannya adalah untuk meningkatkan
kualitas data seismik dan mengurangi noise atau gangguan dalam data. Beberapa teknik
preprocessing data seismik meliputi:

1. Filtering: Filtering digunakan untuk menghilangkan noise dan frekuensi tinggi


yang tidak diinginkan pada sinyal seismik. Teknik filtering meliputi low-pass,
high-pass, band-pass, dan band-stop filter.
2. Normalization: Normalisasi dilakukan untuk memastikan bahwa amplitudo
sinyal seismik adalah sama di seluruh kanal. Hal ini membantu mengurangi
distorsi yang disebabkan oleh perbedaan sensitivitas dan gangguan di antara
penerima seismik.
3. Sampling: Sampling dilakukan untuk mengurangi jumlah data dan
memudahkan pengolahan data seismik. Hal ini dilakukan dengan mengurangi
interval waktu antara pengambilan data seismik atau dengan melakukan
subsampling data.
4. Geometri koreksi: Geometri koreksi dilakukan untuk mengoreksi pergeseran
geometri antara penerima seismik saat pengambilan data seismik. Hal ini
membantu menghasilkan gambaran yang lebih akurat dari struktur geologi
bawah permukaan bumi.

Dengan melakukan preprocessing data seismik yang tepat, kualitas data seismik dapat
ditingkatkan dan hasil interpretasi geologi dari data seismik akan lebih akurat.

Fungsi dari preprocessing data seismik adalah untuk meningkatkan kualitas dan
kegunaan data seismik sebelum data tersebut digunakan untuk analisis lebih lanjut.
Preprocessing data seismik melibatkan serangkaian teknik pemrosesan data yang
bertujuan untuk menghilangkan gangguan atau noise yang tidak diinginkan,
memperbaiki kualitas data, dan memudahkan interpretasi data.

Beberapa fungsi dari preprocessing data seismik antara lain:

1. Menghilangkan noise: Teknik filtering digunakan untuk menghilangkan noise


atau gangguan pada data seismik yang bisa mempengaruhi interpretasi data.
Noise yang umum pada data seismik antara lain noise elektrik, noise akibat sifat
lingkungan, noise pada instrumen seismik, dan lain-lain.
2. Memperbaiki kualitas data: Preprocessing data seismik termasuk normalisasi
amplitudo data, koreksi geometri, dan teknik lain yang dapat membantu
memperbaiki kualitas data seismik. Hal ini memungkinkan data seismik untuk
menjadi lebih akurat dan berguna dalam interpretasi geologi.
3. Memudahkan interpretasi data: Dengan melakukan preprocessing data seismik
yang tepat, gambaran bawah permukaan bumi yang dihasilkan dari data seismik
dapat menjadi lebih akurat dan jelas. Hal ini memudahkan interpretasi data
seismik oleh geolog dan petrofisikawan.

Dengan melakukan preprocessing data seismik yang tepat, kualitas dan kegunaan data
seismik dapat ditingkatkan, sehingga analisis geologi dan penentuan lokasi pengeboran
minyak atau gas yang lebih akurat dapat dilakukan.

III. Langkah Pengerjaan

a) Langkah Kerja

1. Editing top mute


a. Masuk ke flow 03. Editing, nonaktifkan bottom
mute.

b. Pada Disk Data Output, beri nama dataset 03. Edit-TopMuteRefrak.


Kemudian klik EXECUTE.

2. Geom Muting Noise


a. Klik 00. Display Data pada flow kemudian inputkan data 02. Geom
b. Pada subflow bandpass filter, masukkan rentang
filter 2-15-90-120.

c. Pada subflow Trace Display, input parameter sebagai


berikut.

d. Kemudian klik EXECUTE hingga muncul gambar seperti dibawah ini. Kemudian klik menu
Picking pilih Pick Top Mute kemudian pada jendela List Selector tuliskan nama list pada
kontak Enter a new list name Geom-MutingNoise

e. Setelah itu muncul kotak Select a Secondary key pilih CHAN klik OK. Kemudian picking
untuk mutting, contoh picking mutting seperti gambar dibawah ini
f. Setelah selesai, simpan hasil picking dengan Klik File > Save Picks.
3. Koreksi Statik

a. Kembali ke jendela flow kemudian tambahkan 05. Static

b. Kemudian non aktifkan semua flow kecuali Disk Data input, Trace Muting dan
Disk Data Output

c. Pada Disk Data Input masukkan data 02. Geom


d. Subflow Trace Muting masukkan Geom-MutingNoise

e. MB2 pada Disk Data Output isikan Select Dataset dengan 04. Geom_topmute
Kemudian EXECUTE

4. Picking Fb Gate

a. Kembali pada flow 00. Display Data, kemudian pada Disk Data Input isikan 04.
Geom-MutingNoise Kemudian EXECUTE
b. Karena akan dilakukan picking menggunakan Neural Network. Perlu dipastikan
First Arrival data berupa Trough atau Pick.

c. . Pada trace display pilih First Break Picker, setelah itu muncul “First Break NN
Training” pada “Pick Polarity”
d. Kemudian klik lagi pada First Break Picker pilih “Create Training Data Set”, pada
“First Break NN Data Set inputkan nama file FB Gate

e. Pada Secondary key pilih CHAN, lalu OK


f. Supaya picking First Arrival bagus, lakukan lagi zoom in pada data dimulai dari dekat
Source. Karena data memiliki First Arrival berupa Trough.

Lakukan picking training tepat pada puncak dari Trough

g. “Picking Gate First Break” untuk batas waktu tercepat dan terlambat pada trace display.
Pada picklaye, klik FB_Gate, disini picking FB_Gate untuk digunakan sebagai batas waktu
tercepat. Setelah selesai picking FB_Gate, MB2 pada area display data, lalu pilih New
Layer untuk menambah layer baru, maka otomatis (2) FB Gate pada pick layer, kemudian
lakukan picking (2) FB Gate untuk batas waktu terlama
h. Lakukan picking FB_Training data sebagai berikut untuk semua Source. Setelah selesai,
pilih save pick dan keluar dari Trace Display.
i. Kemudian Kembali ke flow 05. Static, kemudian non aktifkan pada proses pertama dan
aktifkan proses kedua.

j. Kemudian subflow selain “Disk Data Input” “, “First Break Picking”, “Dasabase
Header/Transfer”, “Trace Display” dan “Dasabase Header/Transfer”. Pada “Disk Data Input”
inputkan data “04. Geom-MutingNoise”. Pada “First Break Picking”, pilih Select Time Gat
Paramter dengan data yang telah dipicking sebelumnya, serta New database entry dengan
menggunakan 4 angka yaitu 0000, lalu “EXECUTE”
k. Pada “Dasabase Header/Transfer”, “Direct of transfer” diatur menjadi “Load To
Trace Header FROM database” dan pada “First database parameter pilih TRC > FB_pick >
pilih data yang telah dibuat menggunakan 4 angka tadi. Pada bagian
First Header Entry pilih b

l. Pada Trace Display ubah Header Plot parameter menjadi First Break Time
m. Pada Database Header/Transfer, ubah Direction of Transfer menjadi load FROM
Trace header TO database.
n. Setelah trace display terbuka, edit First Break dengan memilih Picking > Edit header value
(first break), kemudian pilih FB_Pick (First Break Pick Time) > OK. Lakukan edit picking
agar tepat berada pada titik puncak First Arivval hingga Source terakhir

o. Setelah selesai mengedit picking, aktifkan proses tiga. Untuk subflow Datum
Statics Calculation*
p. Selanjutnya aktifkan proses empat, pada Disk Data Output input dataset 03.
EditTopMuteRefrak

q. MB2 pada Apply Elevation Statics, masukkan parameter sebagai berikut


r. Buat dataset baru 05. ElevationStatics pada Disk Data
Output

s. Aktifkan proses lima, pada Refraction Static Calculation, atur Select first break times file
berdasarkan data pick sebelumnya, pada Shooting Geometry pilih 2D split spread, pada
specify SIN vs V0 isi sesuai dengan nilai V0 yang dihitung berdasrkan gradien
kecepatan pada tahap sebelumnya.
t. Setelah complete, aktifkan hanya proses enam. Pada Disk data input masukkan data
“05. ElevationStatics

u. Pada Apply Refraction Static, atur Final datum elevation menjadi 40, Replacement
velocity menjadi 1900. Pada select SOURCE static pilih SIN > Geometry > pilih static
dengan kode angka yang sama pada Database Header/Transfer. Pada Select RECEIVER
static pilih source static SRF > Geometry > pilih static dengan kode angka yang
sama pada Database Header/Transfer.
v. Pada Disk Data Output simpan dengan nama “05. RefractionStatics” kemudian klik
“EXECUTE”

5. Preprocessing
a. Kemudian Kembali ke flow “00. Display Data”, pada “Disk Data Input” masukkan
05. RefractionStatics.
b. Setelah muncul display gather, pilih menu picking > pick time miscellaneous time gate.
Tambahkan nama table baru “decon_gate”. Pada Select a Secondary Key pilih
“CHAN” lalu OK
c. Kemudian Picking Upper Gate, lalu klik kanan > new layer, buat layer baru untuk
lower gate. Lakukan untuk semua source, kemudian save pick. Berikut merupakan contoh
picking upper dan lower gate

d. Kemudian inputkan flow baru “05. Preprocessing”, masukkan subflow sebagai berikut

e. Pada Disk Data Input masukkan “05. RefractionStatics”


f. Pada Spike and Noise and Burst Edit, tahap ini dilakukan untuk membuang noise,
dilakukan dua kali pertama membuang noise pada frekuensi rendah, kemudian pada
frekuensi. Inputkan parameter untuk frekuensi rendah seperti dibawah ini.

Kemudian untuk frekuensi tinggi, dilakukan seperti dibawah ini

g. Pada True Amplitude Recovery, dilakukan untuk mengembalikan amplitude gelombang


seismic yang sempat berkurang karena mengalami atenuasi saat penjalaran gelombang
kedalam bumi. Inputkan parameter True Amplitude
Recovery sebagai berikut

.
h. Subflow Offset Amplitude Recovery, inputkan parameter sebagai berikut
i. Surface Consistent Amps masukkan parameter sebagai
berikut

j. Inputkan parameter pada Spiking/Predictive Decon sebagai


berikut.

k. Pada Disk Data Output, disimpan dengan memberi nama 06. Prepro

l. Lakukan display data pada 06. Prepro. 6.


Diagram Alir

Gambar 1 Diagram Alir


IV. Hasil dan Pembahasan

• Elevation Static

Gambar 2 Elevation Static

• Refraction Static

Gambar 3 Refraction Static


• Preprocessing - Spike and Burst Noise (proses : Spike & Burst Noise)

Gambar 4 Preprocessing - Spike and Burst Noise (proses : Spike & Burst
Noise)

• Preprocessing - Amplitude Recovery ( proses : Spike & Burst Noise dan


Amplitude Recovery)

Gambar 5 Preprocessing - Amplitude Recovery ( proses : Spike & Burst


Noise dan Amplitude Recovery)
• Preprocessing

Gambar 6 Preprocessing

• Preprocessing terbaru

Gambar Preprocessing terbaru


Pada hasil pertama merupakan hasil elevatin static, Elevation Static atau Statik
Ketinggian pada data seismik adalah koreksi yang dilakukan pada data seismik untuk
memperbaiki perbedaan waktu kedatangan gelombang seismik dari lapisan bawah
tanah yang berbeda pada setiap titik akuisisi yang memiliki elevasi (ketinggian) yang
berbeda. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan waktu tempuh gelombang seismik
akibat perbedaan jarak antara sumber gelombang seismik dan penerima gelombang
seismik. Fungsi dari koreksi Elevation Static adalah untuk memperbaiki waktu
kedatangan gelombang seismik yang terdistorsi akibat perbedaan elevasi pada setiap
titik akuisisi, sehingga data seismik yang dihasilkan menjadi lebih akurat dan dapat
memberikan informasi yang lebih baik mengenai struktur dan komposisi lapisan bumi
di bawah permukaan. Tanpa koreksi Elevation Static, data seismik akan menjadi
terdistorsi dan sulit diinterpretasikan dengan benar. Oleh karena itu, koreksi Elevation
Static merupakan langkah penting dalam pengolahan data seismik.

Pada hasil kedua merupakan refraction static. Refraction Static adalah koreksi
yang dilakukan pada data seismik untuk memperbaiki perbedaan waktu kedatangan
gelombang seismik yang disebabkan oleh variasi kecepatan gelombang seismik di
dalam lapisan bumi. Variasi kecepatan ini dapat terjadi karena perbedaan sifat batuan,
densitas, dan kondisi geologi di bawah permukaan. Fungsi dari koreksi Refraction
Static adalah untuk memperbaiki waktu kedatangan gelombang seismik yang
terdistorsi akibat perbedaan kecepatan gelombang seismik di dalam lapisan bumi. Hal
ini akan memperbaiki resolusi vertikal data seismik dan menghasilkan gambaran yang
lebih akurat mengenai struktur dan komposisi lapisan bumi di bawah permukaan.
Proses koreksi Refraction Static melibatkan pengukuran waktu tiba gelombang primer
pada setiap titik akuisisi dan perhitungan perbedaan waktu tiba antara titik akuisisi
yang satu dengan yang lainnya. Selanjutnya, perbedaan waktu ini akan dikoreksi
dengan menggunakan faktor refraction static yang dihitung berdasarkan perbedaan
kecepatan gelombang seismik di dalam lapisan bumi. Setelah dilakukan koreksi
Refraction Static, data seismik akan lebih akurat dan siap untuk diinterpretasikan oleh
geofisikawan dan ahli geologi.

Pada hasil ketiga merupakan preprocessing dengan spike and burst noise. Spike
and Burst Noise adalah jenis noise yang sering ditemukan pada data seismik dan dapat
mempengaruhi kualitas data seismik. Spike noise terjadi saat terdapat lonjakan atau
nilai ekstrim yang tiba-tiba pada data seismik, sedangkan Burst noise terjadi saat
terdapat intervensi sinyal yang mengganggu pada data seismik dalam waktu singkat.
Fungsi dari penggunaan teknik Spike and Burst Noise pada preprocessing data seismik
adalah untuk menghilangkan noise tersebut dan membuat data seismik menjadi lebih
bersih dan akurat. Hal ini akan meningkatkan resolusi dan kualitas data seismik
sehingga dapat memberikan informasi yang lebih baik mengenai struktur dan
komposisi lapisan bumi di bawah permukaan. Teknik Spike and Burst Noise dapat
dilakukan dengan menggunakan beberapa metode, seperti filtering, smoothing, dan
interpolasi. Filtering digunakan untuk menghilangkan spike noise dan memperbaiki
burst noise, sedangkan smoothing digunakan untuk menghaluskan data seismik dan
meminimalkan noise yang tersisa. Interpolasi digunakan untuk mengisi data yang
hilang akibat penghapusan spike dan burst noise. Dalam pengolahan data seismik,
penggunaan teknik Spike and Burst Noise merupakan tahap yang sangat penting untuk
memperoleh data seismik yang berkualitas dan akurat. Tanpa penghapusan noise
tersebut, data seismik dapat memberikan informasi yang salah dan tidak dapat
diandalkan dalam proses interpretasi.

Pada hasil keempat merupakan preprocessing dengan amplitude recovery.


Amplitude Recovery adalah salah satu teknik preprocessing data seismik yang
bertujuan untuk memperbaiki amplitudo sinyal seismik yang terdistorsi selama proses
pengambilan data dan pemrosesan. Distorsi amplitudo dapat terjadi karena berbagai
faktor seperti geometri array yang tidak ideal, kehilangan energi gelombang karena
absorpsi atau pantulan, dan kesalahan pada peralatan pengukuran. Fungsi dari
Amplitude Recovery pada preprocessing data seismik adalah untuk memperbaiki
amplitudo sinyal seismik yang terdistorsi dan menghasilkan data seismik yang lebih
akurat. Teknik Amplitude Recovery digunakan untuk meningkatkan resolusi
amplitudo dan meningkatkan ketelitian dalam interpretasi struktur bawah permukaan.
Proses Amplitude Recovery melibatkan dua langkah utama, yaitu normalisasi
amplitudo dan peningkatan amplitudo. Normalisasi amplitudo dilakukan untuk
menghilangkan efek geometri array yang tidak ideal dan memastikan bahwa amplitudo
sinyal seismik berada dalam rentang yang sama. Dengan menggunakan teknik
Amplitude Recovery, data seismik yang telah di-preprocess menjadi lebih akurat dan
lebih siap untuk diinterpretasikan oleh geofisikawan dan ahli geologi. Hal ini sangat
penting dalam eksplorasi sumber daya alam, penelitian geologi, dan studi lingkungan
untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai struktur dan komposisi
lapisan bumi di bawah permukaan.

Pada hasil kelima adalah hasil preprocessing. Hasil preprocessing data seismik
adalah data seismik yang telah melalui serangkaian langkah pemrosesan untuk
membersihkan data dari berbagai jenis derau (noise) dan distorsi sehingga
meningkatkan akurasi, resolusi, dan kualitas data.

Pada hasil keenam merupakan hasil preprocessing terbaik, karena pada hasil ini
trace tidak ada yang terputus, atau dapat dikatakan penuh. Beberapa hasil dari
preprocessing data seismik antara lain:

1) Data yang lebih akurat dan dapat diandalkan: Dengan membersihkan data dari
derau dan distorsi, data seismik menjadi lebih akurat dan dapat diandalkan
untuk interpretasi dan analisis lebih lanjut.
2) Penghapusan noise yang tidak perlu: Derau yang tidak diinginkan seperti spike
and burst noise, refraction static, dan amplitudo yang terdistorsi dihapus dari
data seismik, sehingga menghasilkan data yang lebih bersih dan mudah
diinterpretasikan.
3) Meningkatkan resolusi spasial dan temporal: Preprocessing data seismik dapat
meningkatkan resolusi spasial dan temporal dalam data seismik, sehingga
memungkinkan identifikasi struktur bawah permukaan dengan lebih baik.
4) Memperbaiki interpretasi: Dengan data yang lebih akurat dan bersih,
interpretasi struktur bawah permukaan menjadi lebih mudah dan lebih tepat.
5) Meningkatkan efisiensi dalam pengolahan data: Dengan data yang telah di-
preprocess, waktu dan biaya yang diperlukan untuk pengolahan data menjadi
lebih efisien dan menghasilkan hasil yang lebih baik.

kesimpulan

1. Dekonvolusi data seismik adalah proses untuk menghilangkan efek dari filter
frekuensi rendah yang diterapkan pada data seismik selama proses akuisisi.
Filter frekuensi rendah ini menyebabkan penurunan resolusi spasial dan
kontras dalam data, yang dapat menyulitkan interpretasi geologi. Oleh karena
itu, dekonvolusi data seismik digunakan untuk mengembalikan resolusi
spasial yang lebih tinggi dan meningkatkan kontras pada data.

2. Amplitude recovery adalah proses untuk memulihkan amplitudo seismik yang


hilang selama proses akuisisi, pengolahan, atau penyimpanan data seismik.
Amplitudo seismik dapat hilang karena berbagai alasan, seperti redaman
gelombang seismik saat melewati lapisan bawah permukaan, efek dari filter
frekuensi rendah, atau kesalahan pengolahan data.

3. Elevation static merupakan salah satu tahap dalam pengolahan data seismik
yang sangat penting. Fungsi utama dari elevation static adalah untuk
mengoreksi perbedaan waktu yang disebabkan oleh perbedaan elevasi atau
ketinggian antara stasiun penerima dan sumber sinyal seismik. Koreksi ini
diperlukan untuk memastikan bahwa data seismik terkoreksi dengan benar
dan dapat digunakan untuk interpretasi yang akurat tentang struktur geologi
bawah permukaan.

4. Refraction static merupakan salah satu tahap dalam pengolahan data seismik
yang penting. Fungsi utama dari refraction static adalah untuk mengoreksi
perbedaan waktu antara sinyal yang dipancarkan dari titik sumber dan
diterima di stasiun penerima yang disebabkan oleh perbedaan dalam waktu
tiba antara sinyal langsung dan sinyal yang tiba melalui lapisan bawah
permukaan yang lebih dalam.
Daftar Pustaka

ITERA. (2023). MODUL PRAKTIKUM SEISMIK. Lampung Selatan: ITERA

Manrulu, R. H., Jambonada, N., Ashari, A., & Suasdin, J. (2016). Studi Pengolah Data
(Processinging) Seismik dengan Mengunakan Program Promax. Jurnal Fisika
Flux: Jurnal Ilmiah Fisika FMIPA Universitas Lambung Mangkurat, 13(2),
126-132.

Nuraisah, S. (2015). VARIASI NILAI MIGRATION APERTURE PADA MIGRASI


KIRCHOFF DALAM PENGOLAHAN DATA SEISMIK REFLEKSI 2D DI
PERAIRAN ALOR.

Rachmat, R. and Nugraha, A.D. (2017). Improving Seismic Data Quality using Static
Corrections: A Case Study in Cepu Area, Indonesia. Journal of Earth Science
and Engineering, 7(4), pp. 239-247.

Hermawan, I. and Nugroho, D. (2018). Preprocessing of Seismic Data to Improve


Imaging Quality: A Case Study from the Madura Strait, Indonesia. Journal of
Applied Geophysics, 159, pp. 278-286.

Widiyantoro, S. and Ramdhan, M. (2016). Static Corrections for Seismic Data


Processing: A Case Study from the Bengkulu Basin, Indonesia. Journal of
Applied Geophysics, 126, pp. 153-161.
Lampiran

Anda mungkin juga menyukai