DISUSUN OLEH :
DIMAS GONDHOKUSUMO
(1112097000033)
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr wb.
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah swt. Karena atas limpahan Rahmat dan
Karunia-nya saya diberikan rezeki dan nikmat nya untuk menyelesaikan Praktik Kerja
Lapangan di BMKG Wilayah II Ciputat dan Laporan Kerja Praktik dengan judul ,
ANALISIS b-valueWILAYAH JAWA BAGIAN BARAT DAN SEKITARNYA
TAHUN 2013-2015 MENGGUNAKAN PROGRAM ZMAP
Laporan ini disusun sebagai hasil kegiatan Praktik Kerja Lapangan yang dilakukan dari
tanggal 4 maret 2015 4 mei 2015. Agar bisa dipelajari dan digunakan sebagai materi di
masa mendatang dan sebagai salah satu prasyarat mata kuliah wajib dalam Jurusan Fisika
Peminatan Geofisika Fakultas sains dan Teknologi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Saya sendiri mengucapkan rasa terimakasih atas bantuan Materiil maupun Moriil kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Laporan Kerja Praktik ini.
Ucapan terimakasih ditujukan kepada :
1. Ibu Dr. Eng Nur Aida, M.si selaku Kepala Program Studi Fisika Fakultas Sains
Dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah dan juga Selaku Dosen Pembimbing
Praktik Kerja Lapangan yang telah memberikan masukan dan bimbingan yang
sangat bermanfaat dalam Praktikum Kerja Lapangan ini.
2. Bapak Joko Siswanto S.sos selaku Pimpinan Balai Besar Meteorologi dan
Geofisika Wilayah II Ciputat, Tangerang Selatan
3. Ibu Erna Ernansyih Elsye S.Sos, S.Si selaku Kepala Sub Bidang Pelayanan dan
Jasa Balai Besar Meteorologi dan Geofisika Wilayah II Ciputat, Tangerang
Selatan.
4. Bapak Fitri Afriadi M.T Selaku Pembimbing Praktikum Kerja Lapangan di Balai
Besar Meteorologi dan Geofisika Wilayah II Ciputat, Tangerang selatan. Dengan
bimbingannya, dan ilmu pengalaman berharganya.saya bisa menyelesaikan
Laporan Praktikum Kerja ini dan menyelesaikan Praktikum Kerja Lapangan di
Balai Besar Meteorlogi Dan Geofisika Wilayah II Ciputat, tangerang selatan
dengan Baik .
5. Seluruh Pegawai Pembimbing Balai Besar Meteorologi dan Geofisika Wilayah II
khususnya bagian TEWS
6. Keluarga yang saya cintai yang telah memberikan dukungan dan doanya semasa
melaksanakan Praktikum Kerja Lapangan
7. Dan Teman teman Jurusan Fisika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
membagi pengalaman berharga praktikumnya
8. Dan Seluruh pihak yang telah membantu dan memberi dukungan sehingga dapat
terlaksana nya Praktikum Kerja Lapangan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, kritik dan saran yang
membangun sangat dibutuhkan untuk Laporan Kerja Praktikum ini untuk digunakan
sebagai mana mestinya dan jika terjadi kesalahan dalam laporan ini di masa
mendatang Saya selaku penulis Mohon Maaf sebesar besarnya.
Wassalamualaikum wr wb.
Dimas Gondhokusumo
1112097000033
Daftar Isi
KATA PENGANTAR........................................................................................................ 2
BAB I.......................................................................................................................... 5
PENDAHULUAN........................................................................................................... 5
1.1
Latar Belakang................................................................................................... 5
1.2
Batasan Masalah................................................................................................. 7
1.3
BAB II.......................................................................................................................... 8
LANDASAN TEORI........................................................................................................ 8
1.1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Indonesia adalah merupakan Negara Kepulauan agraris dimana secara
Geografis terletak diantara samudra Hindia dan samudra Pasifik dan diantara benua Asia
dan benua Australia. Yang masuk wilayah dengan zona seismisitas yang tinggi, Pola
seismisitas ini dikarenakan Indonesia terletak pada pertemuan 3 lempeng secara tektonik,
yaitu Lempeng Eurasia, Indo-Australia dan Pasifik. Dimana pertemuan mega triple
Junction ini membentuk zona subduksi (interplate).
Mega Triple Junction atau Zona Subduksi ini terdiri dari Lempeng Eurasia
yang diam, Lempeng Indo Australia yang bergerak mensubduksi lempeng Eurasia kea rah
utara, dan terakhir lempeng Pasifik yang bergerak mensubduksi kedua lempeng lainnya
kearah barat.
Pulau Jawa Bagian barat Sendiri berada dibawah zona subduksi dari
pertemuan antara lempeng Eurasia dan Indo-Australia .dari sebelah selatan Pulau jawa,
Lempeng Indo-Australia menunjam ke bawah lempeng Eurasia yang bergerak menuju
utara. Sehingga menyebabkan terjadinya gempa bumi yang sering terjadi terutama pada
zona sesar lembang, cimandiri dan sesar baribis.
Di daerah ini juga terdapat banyak gunung api yang terbentuk oleh subduksi lempeng
India Australia, yang menyebabkan tingginya seismisitas didaerah ini.
Berdasarkan data Seismisitas yang telah terekam pada seismograf Balai Besar
Meteorologi dan Geofisika Wilayah II Ciputat selama 3 Tahun Terakhir ( 1 Januari 2013
Mei 2015) telah dilakukan analisis b-value menggunakan Program ZMAP pada
Matlab,untuk mengkaji karakteristik Gempa Bumi pada daerah Jawa Bagian Barat
sampai Lampung bagian selatan. Yang hasilnya akanditerapkan dalam pemilihan metode
dan kebijakan penanganan risiko bencana.
1.2Batasan Masalah
1. Data Gempabumi yang diolah dan digunakan adalah data gempa Periode 1 Januari
2013 Mei 2015
2. Nilai b-value dan seismisitas diolah hanya menggunakan ZMAP, beserta Densitas
dan Standar Deviasi Pengamatan.
BAB II
LANDASAN TEORI
7 | Laporan Kerja Praktikum
10 | L a p o r a n K e r j a P r a k t i k u m
Visi
Mewujudkan BMKG yang handal, tanggap dan mampu dalam rangka mendukung
keselamatan masyarakat serta keberhasilan pembangunan nasional, dan berperan aktif di
tingkat Internasional :
Terminologi di dalam visi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Pelayanan informasi meteorologi, klimatologi, kualitas udara, dan geofisika yang
handal ialah pelayanan BMKG terhadap penyajian data, informasi pelayanan jasa
meteorologi, klimatologi, kualitas udara, dan geofisika yang akurat, tepat sasaran,
tepat guna, cepat, lengkap, dan dapat dipertanggungjawabkan
12 | L a p o r a n K e r j a P r a k t i k u m
Gambar 4. Contoh
earthquake
(Gambar
5. Contoh Gempa bumi)
Satuan dalam magnitude biasanya digunakan dalam Skala Richter, namun selain
satuan tersebut digunakan beberapa definisi magnitudo yang dikenal dalam kajian gempa
bumi adalah MS yang diperkenalkan oleh Guttenberg menggunakan fase gelombang
permukaan gelombang Rayleigh, mb (body waves magnitudo) diukur berdasar amplitudo
gelombang badan, baik P maupun S.
Hubungan antara magnitude memperoleh suatu persamaan dimana , mb = 0.56MS
+ 2,9. Sehingga dari persamaan tersebut diperoleh nilai energy gempa logE = 4,78 +
2,57mb dengan satuan energinya dyne atau cm atau erg.
Energi tersebut merupakan energy total yang dilepaskan gempa tersebut, sehingga
dalam persamaan tersebut dalam kenaikan 1 SR magnitude gempa berkaitan dengan
kenaikan amplitudo yang dirasakan disuatu tempat sebesar 10 kali, dan kenaikan energi
sebesar 25 sampai 30 kali.
Kedalaman gempa bumi berkaitan dengan kekuatan gempa yang dirasakan pada
permukaan bumi. Gempa bumi juga bisa terjadi pada kedalaman 700 km di bawah
permukaan bumi. Atas dasar kedalaman dari posisi gempa, gempa dapat dikategorikan
atas 3 kategori:
13 | L a p o r a n K e r j a P r a k t i k u m
1.
2.
3.
Gempabumi merupakan proses titik (point process) yang berarti setiap kejadian
merepresentasikan waktu dan ruang masing-masing. Oleh karena itu, analisis katalog
gempabumi secara metodologi lebih sulit daripada analisis model deret waktu lain.
Bahaya gempabumi tidak bisa dihindarkan namun dampaknya dapat dikurangi melalui
kegiatan pengkajian karakteristik gempabumi di suatu wilayah yang hasilnya diterapkan
dalam pemilihan metode dan kebijakan penanganan risiko bencana
Zona subduksi merupakan wilayah yang menarik bagi ahli kebumian maupun ahli
kegempaan untuk melakukan penelitian. Karena wilayah ini berpotensi untuk terjadi
gempa besar dan tsunami. Dalam kurun waktu dekade tahun terakhir, beberapa
gempabumi besar telah terjadi di wilayah Indonesia. Gempa-gempa tersebut pada
dasarnya merupakan akibat dari pergerakan Lempeng Indo-Australia yang relatif
bergerak ke utara bertumbukan dengan lempeng Eurasia yang relatif diam.
Menurut Pulunggono dan Martodjojo(1994), Pola Struktur kelurusan (zona
subduksi) yang diamati ada 4, yaitu :
14 | L a p o r a n K e r j a P r a k t i k u m
1. Pola Meratus
Pola ini merupakan kelurusan berarah timur laut barat daya , terletak di sudut
barat daya pulau Jawa (Cimandiri/Sukabumi). Pola Sesar ini adalah pola sesar
yang cukup aktif dikarenakan berkolerasi dengan sebaran episenter gempa
besar sampai gempa menengah maupun gempa dangkal.
Jalur ini dapat diikuti mulai dari Ciletuh (Jawa Barat Bagian Selatan), LAut
Jawa Bagian Timur sampai Kalimantan Tenggara.
2. Pola Sunda
Pola yang sangat dominan di bagian utara pulau jawa dan kawasan laut
jawa.Pola ini merupakan kelurusan berarah utara- selatan.Pola ini berperan
dalam pemisahan segmen Banten dan Sekitarnya dan merupakan sesar yang
meisahkan banten dari Bogor dan Pegunungan Selatan.
3. Pola Jawa
Pola ini merupakan kelurusan berarah timur Barat umumnya berupa sesar
naik kearah utara yang melibatkan batuan sedimen berumur Tersier .Pola ini
terletak memanjang di sepanjang pulau Jawa.
4. Pola Sumatra
Pola ini adalah hanya dapat direkam dengan dari data gaya berat sehingga
kemungkinan letaknya sangat dalam dan hanya melibatkan batuan dasar, Pola
sesar ini berarah barat laut tenggara di pulau Sumatera.
Wilayah Jawa Bagian Barat dan sekitarnya merupakan salah satu daerah seismisitas yang
cukup aktif, dikarenakan Patahan sesar dan kegiatan vulkanis yang cukup aktif terutama
di bagian jawa Bagian barat dan Sumatera bagian selatan
15 | L a p o r a n K e r j a P r a k t i k u m
2.3 Metodologi
Berbagai cara yang berbeda-beda telah dilakukan untuk meneliti proses
gempabumi. Hubungan frekuensi-magnitud (Frequency-Magnitude Disribution, FMD)
merupakan salah satu cara untuk menguji aktivitas kegempaan di suatu wilayah. FMD
dari gempabumi, pertama kali dikemukakan oleh Ishimoto dan Iida (1939) dan GutenberRicther (1964), dimana merupakan hubungan pangkat (power law).Secara global nilai-b
mendekati 1, yang berarti 10 kali penurunan aktivitas terkait dengan kenaikan dalam tiap
unit magnitudo.
Penelitian mengenai variasi spasial dan temporal b-value telah banyak dilakukan,
salah satunya adalah penelitian oleh Tom Parsons (2007) mengenai korelasi variasi
spasial dan temporal b-value terhadap event gempa M 4.0 di sesar Calaveras,
California.
Di dalam penelitiannya Parsons mengumpulkan event dengan magnitudo 4 lalu
membuat beberapa kelompok region dan subkatalog sepanjang periode tertentusebelum
gempa M 4 tersebut terjadi. Schorlemmer et al. (2004) dan beberapa peneliti lain
menunjukkan bahwa nilai-b bervariasi secara signifikan di beberapa zona patahan
(misalnya Wesnousky, 1983; Schorlemmer et. al, 2004) dan juga pada tempat dan jangka
waktu tertentu (misalnya Nuannin et al, 2005).
Dari pengamatan variasi ruang nilai-b, diketahui bahwa nilai-b mencerminkan
aktivitas stress lokal, dimana secara statistik perubahan nilai-b yang signifikan telah
teramati di beberapa regime stress seperti zona subduksi lempeng dan zona patahan.
Penelitian ini difokuskan pada penentuan parameter seismo-tektonik, dan potensinya
sebagai precursor kegempaan terkait dengan usaha mitigasi bencana gempabumi.
(1)
tertentu bergantung pada penentuan volume dan time window. Nilai-b merupakan
parameter tektonik biasanya mendekati 1 dan menunjukkan jumlah relatif dari getaran
yang kecil dan yang besar.
Nilai-b dapat ditentukan dengan metode least square atau maksimum likelihood.
Metode maksimum likelihood menggunakan persamaan yang diberikan Utsu (1965) yaitu
:
log e
M M min
0.4343
M M min
b 2.30b
i 1
( Mi M ) 2
n(n 1)
17 | L a p o r a n K e r j a P r a k t i k u m
BAB III
METODE PELAKSANAAN
3.1 Waktu dan Tempat
Pelaksanaan kegiatan Praktikum Kerja Lapangan pada :
Tanggal : 4 Mei 4 April 2015
Waktu : 07.30 16.00 WIB
Tempat : Balai Besar Meteorologi dan Geofisika Wilayah II Ciputat , Tangerang
Selatan. Ruang TEWS
Pembimbing : Bapak Fitri Afriadi M.T
Dosen Pembimbing : Dr.Eng Nur Aida M.s
18 | L a p o r a n K e r j a P r a k t i k u m
Data gempa yang diambil di (web) tersebut diolah menggunakan ZMAP sehingga
bisa didapatkan b-value daerah tersebut, dan dipetakan juga melalui ZMAP untuk dilihat
Persebaran Gempa untuk nantinya diproses ZMAP dalam hal penelitian ini.
20 | L a p o r a n K e r j a P r a k t i k u m
Dan semua Numbering ( 1; 2; 3;.dsb); kemudian data disave dengan type Tab
delimited; kemudian buka dalam Notepad- Rename- save dengan extension
.DAT .
3. Running / jalankan MATLAB di computer; kemudian pada Command
Window, ketik >>Zmap
4.
Pilih Create Or Modify Mat file, dan Pilih EQ Data File .Pilih Load data ASCII dan
masukkan File catalog Gempa nya
5. Pilih Create Or Modify Mat file, dan Pilih EQ Data File .Pilih Load data ASCII dan
masukkan File catalog Gempa nya
21 | L a p o r a n K e r j a P r a k t i k u m
Dan masukkan data Catalog gempa yang sudah dijadikan notepad kedalam
ZMAP, harus diperhatikan bahwa data harus sama persis dengan data ZMAP .
Kalau ZMAP tidak akan memproses data kita.
22 | L a p o r a n K e r j a P r a k t i k u m
7. Dan hasilnya adalah seperti berikut, Seismisitas Pertama yang saya lakukan
23 | L a p o r a n K e r j a P r a k t i k u m
24 | L a p o r a n K e r j a P r a k t i k u m
25 | L a p o r a n K e r j a P r a k t i k u m
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Perhitungan dan pemetaan parameter seismotektonik dilakukan dengan software
ZMAP, dengan memilih radius konstan, jumlah gempa yaitu 350 data, dan Mc yang
digunakan.Selanjutnya nilai-b dihitung menggunakan luasan lingkaran yang berpusat
pada node (pusat grid).
Distribusi frekuensi magnitude (Gambar 8) menggambarkan distribusi katalog
tentang bagaimana hubungan magnitude dan jumlah gempa yang terjadi. Parameter
paling penting dalam menentukan nilai-b dan nilai-a adalah magnitude completenes (Mc).
Nilai Mc di wilayah sekitar 4.0 . Nilai Mc ini sangat berpengaruh terhadap penentuan
nilai-b dengan metode maksimum likelihood
Parameter seismotektonik secara umum, nilai b yaitu 0.577, sedangkan nilai-a
yaitu 4,37.Dengan wilayah kegempaan daerah yang iamati yang relatif luas besarnya
nilai-b seperti hasil penelitian sebelumnya di beberapa wilayah lain (misal Wyss, 1973)
didapatkan nilai-b mendekati satu. Nilai-a menunjukkan tingkat keaktifan gempabumi,
dengan nilai-a 4,37 berarti wilayah Sumatera memiliki keaktifan kegempaan yang
relative sedang- tinggi. Besarnya parameter ini bergantung banyaknya kejadian dan untuk
wilayah tertentu bergantung pada penentuan volume dan time window
26 | L a p o r a n K e r j a P r a k t i k u m
Gambar 8.1( a-value Jawa bagian barat dan lampung bagian selatan)
Gambar 8.2 (b-value Jawa bagian barat dan lampung bagian selatan)
27 | L a p o r a n K e r j a P r a k t i k u m
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
1. Gutenberg, B. and Richter, C.F., 1964. Earthquake magnitude, intensity, energy
and acceleration. Bull. Seismol. Soc. Am., 32: 163-191.
2. Ishimoto, M. and Iida, K., 1939. Bull. Earthquake Res. Inst., Univ. Tokyo 17: 443478 (in Japanese with French abstract).
3. Nuannin, P.-, Kulhanek, O. and Persson, L., 2005. Spatial and temporal b value
anomalies preceding the devastating off coast of NW Sumatra earthquake of
December 26, 2004. Geophys. Res. Let., 32, L11307
4. Parsons, T., 2007, Forecast experiment: Do temporal and spatial b value variations
along the Calaveras fault portend M _ 4.0 earthquakes?,J. of Geophys. Res.,Vol.
112.
5. Rohadi, S., Grandis, H., dan Ratag, M.A. (2008) Studi Potensi Seismotektonik
Sebagai Precursor Tingkat Kegempaan Di Wilayah Sumatera,Jurnal Meteorologi
Dan Geofisika, Vol. 9 No.2 : 101 108
6. Shi, Y., and B.A. Bolt (1982), The standard error of the magnitude-frequency b
value, Bull. Seismol. Soc. Am., 72, 1677-1687.
7. Scholz, C. H. 1968. The frequency-magnitude relation of microfracturing in rock
and its relation to earthquakes. Bull. Seismol. Soc. Am., 58: 399-415.
8. Schorlemmer, D., S. Wiemer, and M. Wyss (2004), Earthquake statistics at
Parkfield, Stationarity of b-values, J. of Geophys. Res. 109, B12307, doi10.1029 /
2004-JB003234.
9. Ustu, T. (1965), A method in determining the value of b in a formula log n = a bMshowing the magnitude frequency for earthquakes. Geophys. Bull. Hokkaido
Univ., 13, 99-103.
10. Wiemer S., and M. Wyss, (2002), Mapping spatial variability of the frequencymagnitude distribution of earthquakes, Adv. Geophys., 45, 259302.
28 | L a p o r a n K e r j a P r a k t i k u m
29 | L a p o r a n K e r j a P r a k t i k u m
30 | L a p o r a n K e r j a P r a k t i k u m