METODE GPR
Disusun Oleh :
1. Ghozy Al Atqiya
135090700111005
135090700111006
3. Ahmad Ridho
135090701111006
135090701111011
135090701111018
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, yang sudah
memberikan kemudahan untuk menyelesaikan laporan praktikum Workshop Geofisika pada
mata kuliah Workshop Geofisika, dalam laporan ini hasil dari praktikum.
Kami ucapkan terimakasih kepada Bapak Sukir Maryanto dan Bapak Adi Susilo
sebagai dosen pengampu dan asisten praktikum mba Ludy, mas Dafiqiy, mas Ali, mas Afi,
mas Surya, mas Qory dan mas Fajri.yang telah mengarahkan dalam membuat laporan ini serta
membantu memahami ilmu terkait dengan Workshop Geofisika. Kami menyadari bahwa
dalam penyusunan laporan ini jauh dari sempurna, baik dari segi penyusunan, bahasan,
ataupun penulisannya. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun, khususnya kepada dosen mata kuliah guna menjadi acuan dalam bekal
pengalaman bagi kami untuk lebih baik di masa yang akan datang.
Penulis,
2
Metode GPR
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN ...................................................................................................................... 7
1.1
1.2
2.1.1
2.1.2
2.2
2.2.1
2.2.2
2.2.3
Resolusi............................................................................................................... 15
2.2.4
3.2
3.3
3.4
3.5
Processing .................................................................................................................. 23
Akuisisi ...................................................................................................................... 24
4.2
Interpretasi ................................................................................................................. 24
4.2.1
Lokasi I ............................................................................................................... 24
4.2.2
Lokasi II .............................................................................................................. 27
4.2.3
Area III................................................................................................................ 28
PENUTUP ................................................................................................................................ 40
5.1
Kesimpulan ................................................................................................................ 40
5.2
Saran........................................................................................................................... 40
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
6
Metode GPR
BAB I
1
1.1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Geofisika merupakan cabang ilmu kebumian yang mengaplikasikan prinsip maupun
hukum fisika untuk mengetahui kondisi bawah permukaan bumi. Geofisika telah lama
diaplikasikan dalam bidang teknik (geoengineering), misalnya mencari kedalaman lapisan
bedrock, mengetahui zona rekahan, mendeteksi zona rongga (cavity), menentukan saluran
drainase, menentukan persebaran air lindi, dan lain - lain. Hal ini disebabkan karena
penyelidikan dengan menggunakan geofisika memiliki sejumlah keunggulan, yaitu mampu
memberikan informasi bawah permukaan yang tidak dapat dijangkau oleh metode yang
dilakukan di permukaan.
GPR merupakan metode geofisika yang bersifat aktif, yaitu menginjeksikan sinyal
berupa gelombang elektromagnetik dan merekam respon yang diberikan oleh Bumi. Metode
GPR didasari atas sifat fisik batuan yaitu permitivitas dan konduktivitas. Metode ini memiliki
sejumlah keunggulan, yaitu bersifat tidak merusak daerah yang disurvei. Sinyal yang
digunakan dalam GPR berupa gelombang elektromagnetik dengan rentang frekuensi 500
900 MHz. Hal ini menunjukkan bahwa GPR merupakan metode geofisika yang dapat
digunakan untuk penyelidikan dengan kedalaman target yang dangkal, di antaranya untuk
menganalisis jalan raya, mendeteksi rongga, menentukan lokasi beton, pipa, kabel, menguji
material bangunan, dan dinding.
Technopark Cangar sebagai lokasi penelitian terletak di kawasan gunung api Arjuno
Welirang. Hal ini menyebabkan satuan batuan penyusun di lokasi penelitian tersusun atas
satuan batuan piroklastik dan vulkanik. Penelitian oleh Siswanti (2015) menunjukkan bahwa
batuan permukaan pada kawasan Techno Park Cangar tersusun atas satuan batupasir, andesit,
basalt, sedimen piroklastik, pasir-lempungan, dan beberapa material lapukan. Hasil penelitian
ini juga menunjukkan bahwa daya dukung tanah terbilang cukup bagus untuk beberapa zona
tertentu di Techno Park ini. Dengan mengacu pada kondisi geologi dan hasil penelitian
sebelumnya,
menganalisa daya dukung lahan berdasarkan jenis batuan (porositas, kekompakan batuan,
kekerasan batuan).
7
1.2
tingkat
kekompakan
batuan
yang
didapatkan
berdasarkan hasil
8
Metode GPR
BAB II
2
2.1
TINJAUAN PUSTAKA
bawah permukaan bumi yang relative dangkal dan rinci bila menggunakan frekuensi rendah
dan objek-objek pada kedalaman yang besar bila menggunakan frekuensi tinggi. Metode ini
memiliki beberapa keunggulan dibandingkan metode-metode lain dalam hal keakuratannya,
selain itu geophone dapat dikontakkan langsung ke dalam tanah (Ground Based). GPR dapat
pula digunakan untuk berbagai keperluan seperti penelitian aquiver air tanah, fosil, arkeologi,
eksplorasi bahan-bahan mineral yang ada dibawah permukaan lainnya (Supriyanto, 2007)
2.1.1
sistem radar terdiri dari sebuah pembangkit sinyal, antena pengirim (transmitter) dan antenna
penerima (receiver). Sinyal radar ditansmisikan sebagai pulsa-pulsa yang berfrekuensi tinggi
500 MHz, umumnya antara 900 MHz sampai 1 GHz. Gelombang yang dikirimkan bergerak
dengan kecepatan tinggi dan melewati media bawah permukaan. Gelombang tersebut dapat
diserap oleh media, dapat pula dipantulkan kembali. Gelombang akan diterima oleh receiver
dalam selang waktu tertentu dalam beberapa puluh hingga ribuan nanosekon. Lama waktu
tempuh tersebut tergantung pada keadaan media yang dilewati oleh media tersebut.
Mode konfigurasi antenna transmitter dan receiver pada GPR terdiri dari mode
monostatik dan bistatik. Mode monostatik yaitu bila transmitter dan receiver digabung dalam
satu antena, sedangkan mode bistatik adalah bila kedua antenna tersebut memiliki jarak
pemisah yang disebut offset. Receiver diatur untuk dapat melakukan scan secara normal.
Setiap hasil scan akan ditampilkan dalam layer monitor sebagai fungsi waktu two-way travel
time, yaitu waktu yang diperlukan oleh sinyal untuk menempuh jarak dari transitter menuju
target dan dipantulkan kembali menuju receiver. Tampilan ini disebut radargram, analog
dengan seismogram pada penyelidikan menggunakan metode seismik (Navarro, 2009). Jika
suatu gelombang elektromagnet dipancarkan ke bawah permukaan tanah dan mengenai suatu
9
lapisan atau objek dengan suatu konstanta dielektrik berbeda, gelombang elektromagnet
tersebut akan dipantulkan kembali, yang diterima oleh antena receiver, waktu dan besar
gelombang elektomagnet direkam sesuai pada gambar 2.1
Pada antena juga mengubah EM ke arus pada suatu elemen antena, bertindak sebagai suatu
penerima energi EM dengan cara menangkap bagian gelombang EM. Frekuensi tengah antena
yang disediakan untuk tujuan komersial berkisar antara 10 sampai antara 10 sampai 200
MHz.. secara umum antena dengan frekuensi rendah dapat menyediakan kedalam pentrasi
yang lebih namun memiliki resolusi yang lebih rendah dibandingkan dengan antena frekuensi
tinggi.
Adapun factor yang berpengaruh dalam menentukan tipe antena yang digunakan,
sinyal yang ditransmisikan dan metode pengolahan sinyal yaitu:
Kedalaman objek
Dari proses pendeteksian seperti di atas, maka akan didapatkan citra dari letak dan bentuk
objek yang terletak di bawah tanah atau permukaan tanah. Untuk menghasilkan pendeteksian
yang baik, suatu system GPR harus memenuhu empat persyaratan berikut:
1. Kopling radiasi yang efisian ke dalam tanah
2. Penetrasi gelombang elektromagnetik yang efisien
3. Menghasilkan sinyal dengan amplitude yang besar dari objek yang dideteksi
10
Metode GPR
4. Bandwith yang cukup untuk menghasilkan resolusi yang baik (Astutik, 2001)
2.1.2
sistem.
Pada
prinsipnya,
kriteria
umum
untuk
sistem
antena
impuls
GPR
harus
mempertimbangkan kopling yang baik antara antena dengan tanah. Antena GPR beroperasi
dengan permukaan tanah, maka harus dapat mengirimkan medan elektromagnetik melalui
interface antena-tanah secara efektif. Akan tetapi, ketika antena diletakan dekat dengan tanah,
interaksi antena-tanah akan berpengaruh besar terhadap impedansi input antena, bergantung
jenis tanah dan elevasi antenanya. Karena properti elektrik tanah sangat dipengaruhi oleh
kondisi cuaca dalam survei GPR maka sangat sulit untuk menjaga kestabilan impedansi input
karena jenis tanah yang benar-benar berbeda untuk setiap tempat dan kondisi cuaca berbeda.
Hal ini mengakibatkan sulitnya mempertahankan kondisi match antara antena feed line untuk
memperkecil mismatch loss. Pemilihan jenis antena GPR yang dipakai didasarkan pada objek
yang akan dideteksi. Apabila target objek mempunyai objek yang panjang maka sebaiknya
menggunakan antena dengan footprint yang lebih panjang. Footprint antena adalah
pengumpulan nilai tertinggi dari bentuk gelombang yang dipancarkan oleh antena pada
bidang horizontal di bawah permukaan tanah. Ukuran footprint antena menentukan resolusi
cakupan melintang dari sistem GPR. Secara umum cara kerja optimal GPR dimana footprint
antena harus dapat dibandingkan dengan penampang melintang horizontal dari target.
2.2
Gelombang Elektromagnetik
Penggunaan gelombang elektrimagnetik dalam Ground Penetrating Radar di dasarkan
11
2.2.1
Persamaan Maxwell
Metode
GPR
didasarkan
pada prinsip
perumusan matematis untuk hokum alam yang mendasari semua fenomena elektromagnet.
Perumusan tersebut dirumuskan dalam persamaan sebagai berikut:
D
t
B
E
t
D 0
B 0
....(2.1)
H
D E
BH
j
t
...(2.2)
Masing-masing parameter memiliki hubungan, dimana:
E = Kuat medan listrik (V/m)
H = Fluks medan magnet (A/m)
B = Permeabilitas magnetik (Vs/
D = Perpindahan elektrik (As/
)
)
= Konduktivitas
Tahanan Jenis
Permeabilitas magnet medium
Permisivitas medium (Farad/m)
Dari persamaan Maxwell diatas dapat diperoleh nilai kecepatan gelombang elektromagnetik
pada berbagai medium.
Sifat sifat dari material bumi bergantung dari komposisi dan kandungan air material
bumi bergantung dari komposisi dan kandungan air material tersebut. Keduanya ini
mempengaruhi cepat rambat perambatan gelombang dan atenuasi gelombang electromagnet.
Keberhasilan dari metode GPR bergantung pada variasi bawah permukaan yang dapat
12
Metode GPR
yang
menggambarkan
perjalanan
gelombang
elektromagnet
di dalam
..(2.3)
..(2.4)
Untuk materi dengan loss factor rendah P 0 :
...(2.5)
2.2.2
..(2.6)
Koefisien Refleksi
Koefisien refleksi (R) didefinisikan sebagai perbandingan energi yang dipantulkan
dengan yang dating, nilainya (R) bergantung pada konstanta dialektrik relatif
lapisan 1 dan
lapisan 2, adalah ukuran kapasitas dari sebuah material dalam hal melewatkan muatan saat
medan elektromagnetik melewatinya.
(
(
..(2.7)
Secara teknisnya saat pengukuran di lapangan, hasil dari radiasi gelombang elektromagnetik
ke bawah permukaan untuk pengukuran GPR ditunjukkan dengan prinsip operasi dasar yang
diilustrasikan pada gambar 2.2. gelombang elektromagnetik terpancar dari antena pemancar,
bergerak
material. Gelombang menyebar keluar dan perjalanan ke bawah hingga menabrak objek yang
berbeda sifat kelistrikannya dari medium sekitarnya, tersebar dari objek dan kemudian
terdeteksi oleh antena penerima.
13
Gambar 2.2 Jejak sinyal dari transmitter menabrak material di bawah permukaan
Keterangan :
A = Direct airwave
G = Direct ground wave
R = Gelombang refleksi
C = gelombang refraksi
Besar nilai R terletak antara -1 dan 1, bagian dari energi yang ditransmisikan sama
dengan 1-R. Persamaan diatas diaplikasikan untuk keadaan normal pada permukaan bidang
datar. Dengan asumsi tidak ada sinyal yang hilang sehubungan dengan amplotudo sinyal.
Jejak yang terdapat pada rekaman georadar merupakan konvolusi dari koefisien refleksi dan
impulse georadar ditunjukan oleh persamaan :
()
()
()
( )(2.8)
Dengan :
r(t) = Koefsien refleksi
A(t) = Amplitudo rekaman georadar
F(t) = Impulse radar
n(t) = Noise radar
14
Metode GPR
Udara
0.3
Air murni
80
0.01
0.33
2.
Air laut
80
3.
0.01
0.1
Pasir kering
0.01
0.15
0.01
Pasir basah
25
0.01=1
0.06
0.03
Limestone
0.5=2
0.12
0.04
Lempung padat
5=35
0.05
0.06
1=300
Granit
0.1=1
0.13
0.01
Rock salt
0.1=1
0.13
0.01
Slate
5=15
0.03
0.09
1=100
2.2.3
Resolusi
Ketika dua gelombang muncul maka dua pulsa gelombang berada pada satu waktu
akan menghasilkan amplitude yang besar. Dengan mengkarakterisasi sebuah pulsa dengan
lebar amplitude setengahnya (W). Pemisahan dilakukan membagi pulsa dengan lebar
setengahnya. Konsep pemisahan pulsa dibagi dua yaitu resolusi radial dan resolusi lateral.
Resolusi Radial
..(2.9)
Keterangan :
Resolusi Radial
W = Lebar Amplitude
V = Kecepatan
15
Resolusi Lateral
...(2.10)
Keterangan :
= Resolusi Lateral
W = Lebar Pulsa
v = Kecepatan
r = Jarak target
Pada GPR lebar pulsa (W) mempunyai hubungan berbanding terbalik dengan Bandwidth (B)
yang mempunyai hubungan berbanding lurus dengan frekuensi tengah ( ) maka dapat
dinyatakan dengan
...(2.11)
Dan besar frekuensi tengah
.(2.12)
Keterangan :
Panjang gelombang dari
Maka resolusi lateral dapat ditulis
..(2.13)
Reolusi lateral erat kaitannya dengan Hukum Fresnel yaitu berhubungan dengan sinyal
sinusoidal dimana resolusi lateral adalah radius dari
2.2.4
Hamburan Atenuasi
Gelombang elektromagetik akan mengalami atenuasi dengan hamburan atenuasi yang
Keterangan :
= Energi magnetik
= Energi magnetik awal
= Koefisien atenuasi
r = Kedalaman
dan koefisien atenuasi adalah
..(2.15)
Keterangan :
N = Jumlah unit
A = Hamburan atenuasi
17
BAB III
3
3.1
METODOLOGI PENELITIAN
dilaksanakan Mulai hari sabtu 04 November 2016 11 November 2016, pada jam 7.30
WIB.Pada akuisisi ini dilakukan dikawasan Agrotechno park milik Universitas Brawijaya di
Daerah Cangar,Malang.
Pada praktikum ini alat dan bahan yang digunakan adalah sebagai berikut. Alat dan bahan
yang digunakan dalam percobaan ini ialah: computer dengan software alat future 2005,
Bluetooth, power tank, gagang receiver dan transmitter, meteran, kabel serta pemancar dan
penerima gelombang.
1. Power tank
18
Metode GPR
Power tank pada praktikum ini digunakan sebagai sumber daya untuk control unit dan
probe.
19
Gambar 3.3 Set alat GPR (Probe,lengan probe dan control unit)
5. Meteran/Roll meter
Meteran digunakan untuk mungukur dan menentukan panjang line pada desain
akuisisi.
20
Metode GPR
maka alat akan mengeluarkan bunyi tit, tunggu hingga bunyi hilang. Kemudian akan muncul
pilihan metode yang digunakan pilih metode ground scan dengan cara memindahkan pilihan
ke atas atau bawah pada tombol pemilih dan diklik ok pada pilihan ground scan tersebut.
Selanjutnya akan muncul pilihan mode yang digunakan yang pertama mode otomatis dan
yang kedua mode manual, dipilih mode otomatis. Perbedaan kedua mode ini adalah hasil yang
didapatkan apakah langsung ditampilkan atau disimpan dahulu dalam memori. Kemudian
muncul pengaturan impuls atau banyaknya pemancaran gelombang yang digunakan, pilih 10
impuls dan diklik ok. Setelah itu muncul pilihan mode penampilan yaitu; transfer data ke
computer dan ke memori, pada pilihan transfer data ke computer klik ok. Pada layar computer
akan terlihat pemberitahuan pa layar pojok kanan bawah, kemudian diklik dan muncul menu
Bluetooth, ketikan password yang diinginkan dan diklik ok. Setelah terkoneksi dengan laptop
maka siap untuk dilakukan pengukuran. Ketika akan memulai pengukuran diklik tombol hijau
pada control unit dan alat akan mulai memancarkan impuls.
Setiap pengukuran line baru selalu dimulai dengan menekan tombol hijau. Untuk
membuat dokumen baru pada software diklik file dan pilih new document. Kemudian akan
muncul menu pilihan pengukuran, pada device dipilih future 2005 dan diklik ok.
3.4
Diagram alir
Mulai
Data Akuisisi
Data Ekstensi
Gambar (bitmap)
Intepretasi
Selesai
22
Metode GPR
3.5
Processing
Pada processing data hasil akuisisi,data yang diperoleh berupa ekstensi dari future
2005 dirubah menjadi ekstensi gambar (bitmap) dengan cara membuka data pada future 2005
dan screenshot pada hasil dua dimensi atau tiga dimensi.
23
BAB IV
4
4.1
Akuisisi
Pada praktikum GPR, langkah awal akuisisi data adalah memasang peralatan sesuai
dengan prosedur. Selanjutnya bluetooth dipasangkan pada laptop untuk penerimaan data hasil
rekaman. Selanjutnya dilakukan konfigurasi peralatan sebagai berikut,
a) Dalam mode pengoperasian pilih ground scan ok
b) Pilih pilihan automatic mode ok
c) Selanjutnya masukan impuls 20 ok
d) Selanjutnya instrument akan menjalankan perintah connecting to bluetooth
e) Pada laptop, setelah dibuka software futue 2005, ditunngu masukan bluetooth,
selanjutnya akan muncul dialog, pilih measure equipment future 2005 lalu pilih data
com 6.
Setelah semua konfigurasi selesai, dippersiapkan posisi merekam data, lalu pada instrument
unit control tekan tombol hijau. Selanjutnya data akan terekam dan langsung ditampilkan
dalam laptop. Setelah itu pengukuran dapat dilanjutkan kembali. Untuk saat pengukuran
langkah kaki sebisa mungkin mengikuti irama dentuman.
4.2
4.2.1
Interpretasi
Lokasi I
Koordinat :
24
Metode GPR
LINE8
LINE7
LINE6
LINE5
LINE4
LINE1
LINE2
LINE3
25
Adapun dari data cross section, menunjukkan kedalaman dari bidang batas antara
lapisan kompak dan tidak kompak. Lapisan kompak ditunjukkan oleh lapisan yang berwarna
merah pada hasil interpretasi dan pada grafik ms. Excel. Dalam data tersebut ditunjukkan
bahwa kedalaman bidang batas berada pada kedalaman yang berbeda-beda, hal ini
dikarenakan dari peralatan yang merekam impuls yang berbeda. Pada bidang batas yang
kompak, menunjukkan bahwa pada kedalaman bidang tersebut adalah ukuran kedalaman ideal
untuk dibangun suatu pondasi.
4.2.2
Lokasi II
Koordinat :
27
Gambar 4.5 hasil pada tipa line dan kontak batuan pada kedalaman.
Dari data Lokasi II, dapat dijelaskan bahwa pada warna hijau menunjukkan tanah
(soil), warna orange menunjukkan terdapatnya kandunan mineral logam, warna kuning
merupakan lapisan yang termineralisasi serta warna biru menunjukkan daerah tersebut
merupakan daerah yang basah. Dilihat dari data tersebut dapat dikatakan bahwa dalam area
penelitian didominasi oleh tanah yang basah dengan sedikit kandungan logam. Hal tersebut
diduga karena dilakukan setelah terjadi hujan pada hari sebelumnya. Selain itu warna biru
yang tajam juga dikarenakan kondisi tanah yang kurang rata, adanya lubang-lubang saat
akuisisi, dan adanya warna biru yang mencolok yang membentuk garis bar berpotongan
terhadap arah akuisisi, disebabkan oleh adanya pengangkatan sensor saat akuisisi.
Adapun dari data cross section, menunjukkan kedalaman dari bidang batas antara
lapisan kompak dan tidak kompak. Lapisan kompak ditunjukkan oleh lapisan yang berwarna
merah pada hasil interpretasi dan pada grafik ms. Excel. Dalam data tersebut ditunjukkan
bahwa kedalaman bidang batas berada pada kedalaman yang berbeda-beda, hal ini
dikarenakan dari peralatan yang merekam impuls yang berbeda. Pada bidang batas yang
kompak, menunjukkan bahwa pada kedalaman bidang tersebut adalah ukuran kedalaman ideal
untuk dibangun suatu pondasi.
4.2.3
Area III
Koordinat :
28
Metode GPR
Line 2
Line 1
30
Metode GPR
4.2.4 Area IV
Koordinat :
31
Li ne 1
Li ne 2
Li ne 3
Line 4
Li ne 5
32
Metode GPR
Gambar 4.12 Hasil pada tiap line dan kontak batuan pada kedalaman
Dari data Lokasi IV, dapat dijelaskan bahwa pada warna hijau menunjukkan tanah
(soil), warna orange menunjukkan terdapatnya kandunan mineral logam, warna kuning
merupakan lapisan yang termineralisasi serta warna biru menunjukkan daerah tersebut
merupakan daerah yang basah. Dilihat dari data tersebut dapat dikatakan bahwa dalam area
penelitian didominasi oleh tanah yang basah dengan sedikit kandungan logam. Hal tersebut
diduga karena dilakukan setelah terjadi hujan pada hari sebelumnya. Selain itu warna biru
yang tajam juga dikarenakan kondisi tanah yang kurang rata, adanya lubang-lubang saat
akuisisi, dan adanya warna biru yang mencolok yang membentuk garis bar berpotongan
terhadap arah akuisisi, disebabkan oleh adanya pengangkatan sensor saat akuisisi.
Adapun dari data cross section, menunjukkan kedalaman dari bidang batas antara
lapisan kompak dan tidak kompak. Lapisan kompak ditunjukkan oleh lapisan yang berwarna
merah pada hasil interpretasi dan pada grafik ms. Excel. Dalam data tersebut ditunjukkan
bahwa kedalaman bidang batas berada pada kedalaman yang berbeda-beda, hal ini
dikarenakan dari peralatan yang merekam impuls yang berbeda. Pada bidang batas yang
kompak, menunjukkan bahwa pada kedalaman bidang tersebut adalah ukuran kedalaman ideal
untuk dibangun suatu pondasi.
4.2.5 Area V
Koordinat :
33
Area 1, depth = 9 m
bahwa kedalaman bidang batas berada pada kedalaman yang berbeda-beda, hal ini
dikarenakan dari peralatan yang merekam impuls yang berbeda. Pada bidang batas yang
kompak, menunjukkan bahwa pada kedalaman bidang tersebut adalah ukuran kedalaman ideal
untuk dibangun suatu pondasi.
4.2.6 Area VI
Koordinat :
35
Gambar 4.15 Hasil pada tiap line dan kontak batuan pada kedalaman
Dari data Lokasi VI, dapat dijelaskan bahwa pada warna hijau menunjukkan tanah
(soil), warna orange menunjukkan terdapatnya kandunan mineral logam, warna kuning
merupakan lapisan yang termineralisasi serta warna biru menunjukkan daerah tersebut
merupakan daerah yang basah. Dilihat dari data tersebut dapat dikatakan bahwa dalam area
penelitian didominasi oleh tanah yang basah dengan sedikit kandungan logam. Hal tersebut
diduga karena dilakukan setelah terjadi hujan pada hari sebelumnya. Selain itu warna biru
yang tajam juga dikarenakan kondisi tanah yang kurang rata, adanya lubang-lubang saat
akuisisi, dan adanya warna biru yang mencolok yang membentuk garis bar berpotongan
terhadap arah akuisisi, disebabkan oleh adanya pengangkatan sensor saat akuisisi.
Adapun dari data cross section, menunjukkan kedalaman dari bidang batas antara
lapisan kompak dan tidak kompak. Lapisan kompak ditunjukkan oleh lapisan yang berwarna
merah pada hasil interpretasi dan pada grafik ms. Excel. Dalam data tersebut ditunjukkan
bahwa kedalaman bidang batas berada pada kedalaman yang berbeda-beda, hal ini
dikarenakan dari peralatan yang merekam impuls yang berbeda. Pada bidang batas yang
kompak, menunjukkan bahwa pada kedalaman bidang tersebut adalah ukuran kedalaman ideal
untuk dibangun suatu pondasi.
36
Metode GPR
Line 1
Line 2
Line 3
Line 4
Line 5
Line 6
Cross 3
Cross 2
Cross 1
37
Adapun dari data cross section, menunjukkan kedalaman dari bidang batas antara
lapisan kompak dan tidak kompak. Lapisan kompak ditunjukkan oleh lapisan yang berwarna
merah pada hasil interpretasi dan pada grafik ms. Excel. Dalam data tersebut ditunjukkan
bahwa kedalaman bidang batas berada pada kedalaman yang berbeda-beda, hal ini
dikarenakan dari peralatan yang merekam impuls yang berbeda. Pada bidang batas yang
kompak, menunjukkan bahwa pada kedalaman bidang tersebut adalah ukuran kedalaman ideal
untuk dibangun suatu pondasi.
39
BAB V
5 PENUTUP
5.1
Kesimpulan
GPR merupakan bagian dari metoda Geofisika Elektomagnetik (EM) domain waktu.
Pulsa radio dengan durasi signal pendek ditansmisikan ke bawah (ke tanah) dan kemudian
sinyal radio yang kembali (terpantul) direkam. Berdasarkan nilai konduktivitasnya, logam
yang semakin konduktif maka kecepatan gelombang radar yang semakin kecil sehingga ada
kontras yang besar anatara medium dengan bahan. Technopark Cangar sebagai lokasi
penelitian terletak di kawasan gunung api Arjuno Welirang. Hal ini menyebabkan satuan
batuan penyusun di lokasi penelitian tersusun atas satuan batuan piroklastik dan vulkanik.
Adapun terdapat 7 lokasi yang dilakukannya penelitian, berikut hasil interpretasinya :
1. Lokasi 1 : Area penelitian didominasi oleh tanah yang basah dengan sedikit
kandungan logam. Hal tersebut diduga karena dilakukan setelah terjadi hujan pada
hari sebelumnya.
2. Lokasi 2 : Adanya lubang-lubang saat akuisisi maka hasil interpretasi terdapat warna
biru yang mencolok yang membentuk garis bar berpotongan terhadap arah akuisisi.
3. Lokasi 3 : Adapun dari data cross section menunjukkan kedalaman dari bidang batas
antara lapisan kompak dan tidak kompak.
4. Lokasi 4 : Data yang didapatkan ditunjukkan bahwa kedalaman bidang batas berada
pada kedalaman yang berbeda-beda
5. Lokasi 5 : Pada bidang batas yang kompak, menunjukkan bahwa pada kedalaman
bidang tersebut adalah ukuran kedalaman ideal.
6. Lokasi 6 : Area penelitian didominasi oleh tanah yang basah dengan sedikit
kandungan logam.
7. Lokasi 7 : Lapisan kompak ditunjukkan oleh lapisan yang berwarna merah pada hasil
interpretasi.
5.2
Saran
Untuk metode GPR disarankan pada saat akuisisi berlangsung sensor tidak terlalu
tinggi diangkat karena akan menghasilkan warna biru yang mencolok yang membentuk garis
40
Metode GPR
bar berpotongan terhadap arah akuisisi dan tentukan daerah penelitian yang permukaannya
datar.
41
DAFTAR PUSTAKA
Astutik, Sri. 2001. Penggunaan Ground Penetrating Radar (GPR) Sebagai Metal Detector.
Universitas Jember
Navarro, V., Candel, M., Yustres, Alonso, A.J., and Garc 1B. 2009. Trees, Lateral
Shrinkage
Satriani, Et. Al. 2010. Building Damage Caused By Tree Roots: Laboratory Experiments Of
GPR and ERT Surveys. Adv. Geosci, 24, 133-137
Supriyanto, 2007. Perambatan Gelombang Elektromagnetik.. Depok: Universitas Indonesia
42
Metode GPR
LAMPIRAN
43