BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.2 Peralatan
Terdapat dua unsur penting yang menjalankan penelitian ini. Pertama adalah
perangkat lunak (software) yang menjadi alat utama untuk menjalankan semua
proses simulasi. Kedua adalah perangkat keras (hardware) yang menjadi wadah
untuk menjalankan perangkat lunak.
Perangkat Spesifikasi
Processor Intel(R) Core(TM) i7 CPU @3.40GHz
Installed Memory (RAM) 16384 MB
Display Adapter AMD Radeon (TM) R9 370
System Type 64-bit Operating System
melebar dan sesuai yang diinginkan. Untuk penjelasan semua topik masalah dan
tujuan penelitian sudah dijelaskan ada di BAB I.
MULAI
Identifikasi
Masalah dan Tujuan
Studi Awal
Pengumpulan Data :
Dimensi APK
Laju aliran fluida
Suhu fluida
TIDAK
Perhitungan
Simulasi
Simulasi
YA
Analisis Hasil
Simulasi
YA
Kesimpulan
SELESAI
44
7. Kesimpulan.
Setelah data yang didapat selesai dianalisis, kesimpulan dapat ditarik untuk
menjawab tujuan penelitian yang sudah ditentukan.
Tube pitch 19 mm
(a) (b)
Gambar 3.7 Mesh dengan (a) pandangan utuh dan (b) pandangan pada potongan
Sifat fluida yang digunakan adalah sesuai dengan suhu awal masing
masing fluida memasuki APK. Berikut adalah salah satu persiapan
pengaturan sifat fluida yang digunakan pada perhitungan simulasi, yaitu
fluida panas (minyak pelumas) dengan suhu awal 60 0C (333 K) serta
fluida dingin (air) dengan suhu awal 270C (300 K).
Data pada table di atas kemudian digunakan sebagai kondisi batas pada
perhitungan simulasi. Berikut adalah gambar yang menunjukkan
pengaturan suhu awal masing-masing fluida.
(a)
50
(b)
Gambar 3.11 Pengaturan suhu awal untuk (a) fluida panas (minyak) dan
(b) fluida dingin (air)
Untuk laju aliran fluida, pengaturan tersedia dalam bentuk laju aliran
massa (ṁ). Sehingga data yang dipakai pada saat melakukan eksperimen
harus dikonversi terlebih dahulu menjadi laju aliran massa sesuai
pengaturan yang diperlukan. Perhitungan laju aliran massa ini
memerlukan massa jenis fluida. Karena setiap perubahan suhu diikuti
oleh perubahan massa jenis, maka setiap variasi dengan suhu yang
berbeda memiliki laju aliran massa yang berbeda pula. Berikut adalah
perhitungan salah satu laju aliran massa fluida yaitu perhitungan untuk
variasi dengan suhu minyak masuk 600C dan suhu air masuk 270C.
Perhitungan laju aliran massa minyak pada suhu 600C
ṁ= ̇
Data diketahui
̇ = 1.5 liter/menit
= 1.5 (1/1000 m3) (60 s)
= 0.000025 m3/s
= 864.03 kg/m3
Dengan demikian, laju aliran massa minyak menjadi
ṁ = (0.000025 m3/s) (864.03 kg/m3)
= 0.02160075 kg/s
51
BAB IV
Bab ini akan membahas hasil simulasi alat penukar kalor jenis shell and
tube dengan 2 laluan tabung. Simulasi dilakukan dengan berpatokan pada metode
eksperimental, yaitu dengan memvariasikan suhu masuk oli dan debit air. Proses
analisis dilakukan dengan asumsi pengambilan data telah berada pada keadaan
tunak (steady) serta kehilangan panas pada dinding cangkang maupun pada
dinding baffle diabaikan.
Pembahasan akan dibagi menjadi dua bagian. Pertama akan menunjukan
hasil simulasi yang memperlihatkan proses perubahan temperatur yang terjadi di
dalam alat penukar kalor pada masing-masing variasi debit air. Dan yang kedua
adalah pengolahan data yang ditunjukan pada bagian pertama dan
membandingkannya dengan hasil eksperimental.
(a) (b)
Gambar 4.1 Distribusi suhu pada debit air 3 LPM dengan (a) pandangan 3D
isometrik dan (b) pandangan potongan
54
Dari Gambar 4.1 di atas dapat dilihat adanya gradasi warna yang menunjukkan
penurunan dan penaikan suhu pada kedua fluida, fluida panas masuk dari sebelah
kiri(merah) mengalir ke tube-tube dengan debit fluida panas 1,5 LPM dan fluida
dingin 3 LPM masuk dari sebelah kanan mengalir ke cangkang dengan aliran
yang di arahkan oleh baffle. Fluida panas (minyak) di dalam tabung, mengalami
penurunan suhu, sementara fluida dingin (air) di luar tabung, mengalami penaikan
suhu. Masing-masing suhu keluar fluida yang dihasilkan sebesar 31,1980C untuk
fluida panas dan 29,9820C untuk fluida dingin. Analisa perpindahan panas yang
terjadi pada temperatur masuk fluida panas 600C, fluida dingin 270C, debit oli 1,5
LPM, debit air 3 LPM, dengan suhu keluar fluida panas dan fluida dingin yang
dihasilkan diatas (data No.1 dari tabel 4.3) adalah sebagai berikut :
Pertama menganalisa perpindahan panas pada sisi tabung
318,5985 K
ρ = 872,6549 kg/m3 Cp,h = 1987,114 J/kg.K
µ = 0,156694 kg/m.s k = 0,1432803 W/m.K
Pr = 2166,115
Data propertis di atas didapatkan dengan menginterpolasikan untuk tiap-tiap data
yang ingin diperoleh dan lebih cepat menggunakan Microsoft Office Excel
(lampiran 4). Dengan kapasitas aliran fluida panas sebesar 1.5 LPM dapat
ditentukan jenis aliran yang terbentuk di dalam tabung melalui bilangan Reynold.
̇
Re
dengan,
( )
Ac =
( )
=
( )
= 0,0017 m2
Dan,
̇ = (1,5 LPM) x{( )( )
(m3 s LPM }x ρ
55
= 1,026
Karena, bilangan Reynold minyak, Re<2000 dan dialirkan di dalam tabung maka
sesuai sesuai pers. (2.12), koefisien perpindahan panas pada sisi tabung menjadi :
Nu = = 1,86 ( )
( ) ( )( )( )
= 1,86 ( )
hi = 63,112 W/m2.K
Selanjutnya analisa perpindahan panas pada sisi cangkang adalah sebagai berikut :
301,4905 K
ρ = 996,4038 kg/m3 Cp,c = 4178,702 J/kg.K
µ = 0,000829 kg/m.s k = 0,6150867 W/m.K
Pr = 5,642197
Dengan kapasitas aliran fluida panas sebesar 3 LPM dapat ditentukan jenis aliran
yang terbentuk di dalam tabung melalui bilangan Reynold.
̇
Re
Dengan :
( )
Ac =
( )
Ac =
Ac = 0,003 m2
Dan :
56
( )
de =
( )( )
( )
de =
( )( )
de = 0,033 m
dan, :
̇ = (3 LPM) x{ ( (m3 s LPM }x ρ
)( )
= 634,342
Untuk menghitung koefisien perpindahan panas pada sisi cangkang, digunakan
pers. (2.32b) dengan Re = 102 – 103, sehingga :
Nu = = 0.52 Re0.5Pr0.36
( 0,0 0 8 )
= 0,52 (6 , 008) ( )
ho = 495,304 W/m2.K
Setelah didapatkan koefisien perpindahan panas pada sisi cangkang, maka kita
bisa memperoleh koefisien dan laju perpindahan panas menyeluruh. Dengan nilai
koefisien perpindahan panas masing-masing fluida, dapat dihitung koefisien dan
laju perpindahan panas menyeluruh APK tersebut. Dengan mengabaikan faktor
pengotoran fluida, dari pers.(2.30) diperoleh:
ln o i
= = =R= + +
UAs Ui Ai U A hi Ai h A
Dengan
Ai = π di L Nt
Ai = (3,14)(0,011811m)(1,2m)(32)
Ai = 1,424 m2, dan
57
Ao = π do L Nt
Ao = (3,14)(0,0127m)(1,2m)(32)
Ao = 1,531 m2
Sehingga, koefisien perpindahan panas menyeluruh menjadi:
( )
=R=
A ( )( ) ( )( )( )
( )( )
= R = 0,012 K/W
UA
( ) ( )
Q= (80,0958538481 W/K) [ ( )
]
( )
( ) ( )
Q = (80,0958538481W/K) [ ( ) ]
( )
Q = 771,224 W
Yang berarti panas yang diserap atau yang dilepas oleh kedua fluida sebesar
771,224 W, dengan hasil tersebut penelitian sudah cukup baik karena bisa kita
lihat juga dengan hasil efektifitas dibawah.
Efektifitas sebuah APK dihitung dengan pers. (2.23) :
Ch Th i – Th Cc Tc – Tc i
ε= = =
C in Th i – Tc i C in Th i – Tc i
Dengan Ch dan Cc adalah kapasitas panas masing-masing fluida panas dan dingin,
yang nilainya ditentukan dengan :
Maka,
58
Ch Th i – Th
ε=
C in Th i – Tc i
9,999 –
ε=
9,999 – 6,999
ε = 0,876121212 = 87,27%
(a) (b)
Gambar 4.2 Distribusi suhu pada debit oli 5 LPM dengan (a) pandangan 3D
isometrik dan (b) pandangan potongan
Dari Gambar 4.2 di atas dapat dilihat juga adanya gradasi warna yang
menunjukkan penurunan dan penaikan suhu pada kedua fluida dan tidak jauh
berbeda dengan fenomena perpindahan panas yang terjadi pada variasi dengan
debit air 3 LPM, diperoleh temperatur keluar dari fluida panas sebesar 31,0870C
dan temperatur keluar dari fluida dingin sebesar 29,1080C. Analisa perpindahan
panas yang terjadi pada temperatur masuk fluida panas 600C, fluida dingin 270C,
debit oli 1,5 LPM, debit air 5 LPM, dengan suhu keluar fluida panas dan fluida
dingin yang dihasilkan diatas (data No.4 pada tabel 4.3) adalah sebagai berikut :
Pertama menganalisa perpindahan panas pada sisi tabung
K
ρ = 872,6742 kg/m3 Cp,h = 1986,881 J/kg.K
µ = 0,149363 kg/m.s k = 0,1432914 W/m.K
59
Pr = 2075,732
Data propertis di atas didapatkan dengan menginterpolasikan untuk tiap-tiap data
yang ingin diperoleh dan lebih cepat menggunakan Microsoft Office Excel
(lampiran 4). Dengan kapasitas aliran fluida panas sebesar 1.5 LPM dapat
ditentukan jenis aliran yang terbentuk di dalam tabung melalui bilangan Reynold.
̇
Re
dengan,
( )
Ac =
( )
=
( )
= 0,001 m2
Dan,
̇ = (1,5 LPM) x{( (m3 s LPM }x ρ
)( )
= 0,984
Karena, bilangan Reynold minyak, Re<2000 dan dialirkan di dalam tabung maka
sesuai sesuai pers. (2.12), koefisien perpindahan panas pada sisi tabung menjadi :
Nu = = 1,86 ( )
( ) ( )( )( )
= 1,86 ( )
hi = 61,370 W/m2.K
Selanjutnya analisa perpindahan panas pada sisi cangkang adalah sebagai berikut :
301,053K
60
Dengan :
( )
Ac =
( )
Ac =
Ac = 0,003 m2
Dan :
( )
de =
( )( )
( )
de =
( )( )
de = 0,033 m
dan, :
̇ = (5 LPM) x{ (m3 s LPM }x ρ
( )( )
= 1047,315
Untuk menghitung koefisien perpindahan panas pada sisi cangkang, digunakan
pers. (2.32c) dengan Re = 103 – 2 x 105, sehingga :
Nu = = 0.27 Re0.63Pr0.36
61
( 0,0 0 8 )
= 0,27 ( 0 7, 707 ) ( )
ho = 750,890 W/m2.K
Setelah didapatkan koefisien perpindahan panas pada sisi cangkang, maka kita
bisa memperoleh koefisien dan laju perpindahan panas menyeluruh. Dengan nilai
koefisien perpindahan panas masing-masing fluida, dapat dihitung koefisien dan
laju perpindahan panas menyeluruh APK tersebut. Dengan mengabaikan faktor
pengotoran fluida, dari pers.(2.30) diperoleh:
ln o i
= = =R= + +
UAs Ui Ai U A hi Ai h A
Dengan
Ai = π di L Nt
Ai = (3,14)(0,011811m)(1,2m)(32)
Ai = 1,424 m2, dan
Ao = π do L Nt
Ao = (3,14)(0,0127m)(1,2m)(32)
Ao = 1,531 m2
Sehingga, koefisien perpindahan panas menyeluruh menjadi:
( )
=R=
A ( )( ) ( )( )( )
( )( )
= R = 0,01235199358 K/W
UA
( ) ( )
Q= (80,9585913013 W/K) [ ( )
]
( )
( ) ( )
Q = (80,9585913013 W/K) [ ( ) ]
( )
Q = 796,465 W
62
Yang berarti panas yang diserap atau yang dilepas oleh kedua fluida sebesar
796,465 W, dengan hasil tersebut penelitian sudah baik karena bisa kita lihat juga
dengan hasil efektifitas dibawah ini.
Efektifitas sebuah APK dihitung dengan pers. (2.23) :
Ch Th i – Th Cc Tc – Tc i
ε= = =
C in Th i – Tc i C in Th i – Tc i
Dengan Ch dan Cc adalah kapasitas panas masing-masing fluida panas dan dingin,
yang nilainya ditentukan dengan :
Maka,
Ch Th i – Th
ε=
C in Th i – Tc i
9,999 –
ε=
9,999 – 6,999
ε = 0,876121212 = 87,61%
(a) (b)
Gambar 4.3 Distribusi suhu pada debit air 7 LPM dengan (a) pandangan 3D
isometrik dan (b) pandangan potongan
63
Tidak jauh berbeda dengan fenomena perpindahan panas yang terjadi pada
variasi dengan debit air 3 LPM dan 5 LPM, perubahan terjadi sejalan dengan
peningkatan debit air. Semakin meningkat debit air, semakin besar pertukaran
panas yang terjadi. Untuk suhu masuk fluida panas 600C, suhu keluar fluida panas
pada debit air 3 LPM, 5 LPM, 7 LPM berturut-turut adalah sebesar 31,1980C,
31,0870C, 30,3680C. Dan untuk suhu keluar fluida dinginnya adalah sebesar
29,9820C, 29,1080C, dan 29,4020C. Analisa perpindahan panas yang terjadi pada
temperatur masuk fluida panas 600C, fluida dingin 270C, debit oli 1,5 LPM, debit
air 7 LPM, dengan suhu keluar fluida panas dan fluida dingin yang dihasilkan
diatas (data No.7 pada tabel 4.3) adalah sebagai berikut :
Pertama menganalisa perpindahan panas pada sisi tabung
318,1835 K
ρ = 872,8899 kg/m3 Cp,h = 1985,371 J/kg.K
µ = 0,151427 kg/m.s k = 0,1433633 W/m.K
Pr = 2103,054
Data propertis di atas didapatkan dengan menginterpolasikan untuk tiap-tiap data
yang ingin diperoleh dan lebih cepat menggunakan Microsoft Office Excel
(lampiran 4). Dengan kapasitas aliran fluida panas sebesar 1.5 LPM dapat
ditentukan jenis aliran yang terbentuk di dalam tabung melalui bilangan Reynold.
̇
Re
dengan,
( )
Ac =
( )
=
( )
= 0,00175 m2
Dan,
̇ = (1,5 LPM) x{( (m3 s LPM }x ρ
)( )
= 0,971
Karena, bilangan Reynold minyak, Re<2000 dan dialirkan di dalam tabung maka
sesuai sesuai pers. (2.12), koefisien perpindahan panas pada sisi tabung menjadi :
Nu = = 1,86 ( )
( ) ( )( )( )
= 1,86 ( )
hi = 61,393 W/m2.K
Selanjutnya analisa perpindahan panas pada sisi cangkang adalah sebagai berikut :
301,2005K
ρ = 996,5198 kg/m3 Cp,c = 4178,76 J/kg.K
µ = 0,000834 kg/m.s k = 0,6146807 W/m.K
Pr = 5,678737
Dengan kapasitas aliran fluida panas sebesar 7 LPM dapat ditentukan jenis aliran
yang terbentuk di dalam tabung melalui bilangan Reynold.
̇
Re
Dengan :
( )
Ac =
( )
Ac =
Ac = 0,003 m2
Dan :
( )
de =
65
( )( )
( )
de =
( )( )
de = 0,033 m
dan, :
̇ = (7 LPM) x{ ( (m3 s LPM }x ρ
)( )
= 1471,429
Untuk menghitung koefisien perpindahan panas pada sisi cangkang, digunakan
pers. (2.32c) dengan Re = 103 – 2 x 105, sehingga :
Nu = = 0.27 Re0.63Pr0.36
( 0,0 0 8 )
= 0,27 ( 7 , 9 787) ( )
ho = 929,479 W/m2.K
Setelah didapatkan koefisien perpindahan panas pada sisi cangkang, maka kita
bisa memperoleh koefisien dan laju perpindahan panas menyeluruh. Dengan nilai
koefisien perpindahan panas masing-masing fluida, dapat dihitung koefisien dan
laju perpindahan panas menyeluruh APK tersebut. Dengan mengabaikan faktor
pengotoran fluida, dari pers.(2.30) diperoleh:
ln o i
= = =R= + +
UAs Ui Ai U A hi Ai h A
Dengan
Ai = π di L Nt
Ai = (3,14)(0,011811m)(1,2m)(32)
Ai = 1,424 m2, dan
Ao = π do L Nt
Ao = (3,14)(0,0127m)(1,2m)(32)
66
Ao = 1,531 m2
Sehingga, koefisien perpindahan panas menyeluruh menjadi:
( )
=R=
A ( )( ) ( )( )( )
( )( )
= R = 0,0121806741 K/W
UA
( ) ( )
Q= (82,0972625809 W/K) [ ( )
]
( )
( ) ( )
Q = (82,0972625809 W/K) [ ( ) ]
( )
Q = 744,783 W
Yang berarti panas yang diserap atau yang dilepas oleh kedua fluida sebesar
744,783 W, dengan hasil tersebut penelitian sudah cukup baik karena bisa kita
lihat juga dengan hasil efektifitas dibawah.
Efektifitas sebuah APK dihitung dengan pers. (2.23) :
Ch Th i – Th Cc Tc – Tc i
ε= = =
C in Th i – Tc i C in Th i – Tc i
Dengan Ch dan Cc adalah kapasitas panas masing-masing fluida panas dan dingin,
yang nilainya ditentukan dengan :
Maka,
Ch Th i – Th
ε=
C in Th i – Tc i
67
–
ε=
–
ε = 0,89790909 = 89,79%
Perhitungan Eksperimental
Sebagai tolak ukur keakuratan hasil simulasi, diperlukan perbandingan
dengan perhitungan analitik. Data pembanding dapat berupa perhitungan teoritis
ataupun perhitungan hasil ekperimen. Pada penelitian ini, validasi yang digunakan
adalah perhitungan ekperimental. Data yang diperoleh adalah rata-rata suhu keluar
masing-masing fluida, yang ditampilkan pada Tabel 4.1 di bawah ini. Suhu-suhu
tersebut digunakan untuk menentukan efektifitas alat, dengan menggunakan
metode NTU.
Tabel 4.1 Temperatur kerja fluida pada uji eksperimental
321,912K
ρ = 870,6528 kg/m3 Cp,h = 2001,03 J/kg.K
µ = 0,130025 kg/m.s k = 0,1426176 W/m.K
Pr = 1819,688
Dengan kapasitas aliran fluida panas sebesar 1.5 LPM dapat ditentukan jenis
aliran yang terbentuk di dalam tabung melalui bilangan Reynold.
̇
Re
dengan,
( )
Ac =
( )
=
( )
= 0,0017 m2
Dan,
̇ = (1,5 LPM) x{( (m3 s LPM }x ρ
)( )
= 1,1284
Karena, bilangan Reynold minyak, Re<2000 dan dialirkan di dalam tabung maka
sesuai sesuai pers. (2.12), koefisien perpindahan panas pada sisi tabung menjadi :
Nu = = 1,86 ( )
( ) ( )( )( )
= 1,86 ( )
hi = 61,1778 W/m2.K
69
K
ρ = 995,9015 kg/m3 Cp,c = 4178,451 J/kg.K
µ = 0,000808kg/m.s k = 0,6168446 W/m.K
Pr = 5,483983
Dengan kapasitas aliran fluida panas sebesar 7 LPM dapat ditentukan jenis aliran
yang terbentuk di dalam tabung melalui bilangan Reynold.
̇
Re
Dengan :
( )
Ac =
( )
Ac =
Ac = 0,0031 m2
Dan :
( )
de =
( )( )
( )
de =
( )( )
de = 0,0330 m
dan, :
̇ = (7 LPM) x{ ( (m3 s LPM }x ρ
)( )
= 1517.8348
70
Nu = = 0.27 Re0.63Pr0.36
( )
= 0,27 ( ) ( )
ho = 939,3024 W/m2.K
C. Koefisien dan laju perpindahan panas menyeluruh
Dengan nilai koefisien perpindahan panas masing-masing fluida, dapat dihitung
koefisien dan laju perpindahan panas menyeluruh APK tersebut. Dengan
mengabaikan faktor pengotoran fluida, dari pers.(2.30) diperoleh:
ln o i
= = =R= + +
UAs Ui Ai U A hi Ai h A
Dengan
Ai = π di L Nt
Ai = (3,14)(0,011811m)(1,2m)(32)
Ai = 1,4241 m2, dan
Ao = π do L Nt
Ao = (3,14)(0,0127m)(1,2m)(32)
Ao = 1,5313 m2
Sehingga, koefisien perpindahan panas menyeluruh menjadi:
( )
=R=
A ( )( ) ( )( )( ) ( )( )
= R = 0,01221365606 K/W
UA
( ) ( )
Q= (81,8755657673 W/K) [ ( )
]
( )
( ) ( )
Q = (81,87556 W/K) [ ( ) ]
( )
71
Q = 1224,227 W
Ch Th i – Th Cc Tc – Tc i
ε= = =
C in Th i – Tc i C in Th i – Tc i
Dengan Ch dan Cc adalah kapasitas panas masing-masing fluida panas dan dingin,
yang nilainya ditentukan dengan :
Maka,
Ch Th i – Th
ε=
C in Th i – Tc i
–
ε=
–
ε=0,7091 = 70,91%
Perhitungan di atas berlaku untuk semua variasi. Karena itu, pada tabel di
bawah ini dirangkum seluruh laju dan efektifitas perpindahan panas yang
diperoleh dari uji eksperimental.
Tabel 4.2 Hasil analisa data eksperimental
Setelah mendapatkan efektifitas dan dibuat dalam tabel diatas, bisa kita
peroleh grafik ε vs debit air eksperimental dengan menggunakan Microsoft Office
Excel dan grafiknya bisa dilihat di lampiran 5.
4.3 Perhitungan Hasil Simulasi
4.3.1 Perhitungan Efektifitas
Suhu masuk maupun suhu keluar yang dihasilkan dari simulasi numerik
diuraikan pada Tabel 4.3 di bawah ini. Selanjutnya, dengan menggunakan metode
perhitungan yang sama dengan perhitungan ekperimental pada bagian 4.2,
diperoleh hasil analisa simulasi yang dijabarkan pada Tabel 4.4 di bawah ini.
Tabel 4.3 Temperatur kerja fluida pada simulasi numerik
%ε =| |
=| |
= 0,16929287668
74
= 16,9292%
Untuk variasi lain ditunjukkan pada Tabel 4.5 di bawah ini.
Tabel 4.5 Nilai ralat hasil simulasi terhadap hasil eksperimen
Debit Debit Persen Ralat
oli Air Th,i Tc,i ε eksp ε simul ε
(LPM) (LPM) (°C) (°C) (%) (%) (%)
1,5 3 60 27 70,91 87,27 23,07149908
1,5 5 60 27 73,11 87,61 19,83312816
1,5 7 60 27 76,79 89,79 16,92928767
1,5 3 65 27 68,89 83,32 20,94643635
1,5 5 65 27 70,12 87,37 24,60068454
1,5 7 65 27 72,73 88,09 21,11920803
1,5 3 70 27 66,11 79,79 20,69278475
1,5 5 70 27 69,19 81,37 17,60369996
1,5 7 70 27 69,72 82,86 18,84681583
100
80
Efektivitas (%)
60
40 Eksperimen
Simulasi
20
0
3 5 7
Debit air (LPM)
Gambar 4.4 Grafik perbandingan simulasi dan ekperimen dengan T h,i = 600C
75
100
80
Efektivitas (%)
60
40 Eksperimen
Simulasi
20
0
3 5 7
Debit air (LPM)
Gambar 4.5 Grafik perbandingan simulasi dan ekperimen dengan T h,i = 650C
90
80
70
Efektivitas (%)
60
50
40 Eksperimen
30
Simulasi
20
10
0
3 5 7
Debit air (LPM)
Gambar 4.6 Grafik perbandingan simulasi dan ekperimen dengan T h,i = 700C
Dari ketiga grafik di atas diperoleh bahwa dari simulasi yang dilakukan
dengan pendekatan numerik memberikan hasil yang lebih tinggi dalam hal
efektifitas alat penukar kalor dibandingkan dengan hasil yang diperoleh dari uji
eksperimental. Hal ini merupakan pengaruh dari asumsi-asumsi yang diberikan
pada simulasi diproses dengan sempurna dan memberikan hasil yang lebih baik
pula. Sementara pada uji ekperimental perpindahan panas yang terjadi
dipengaruhi oleh keadaan yang sebenarnya dan sedikit jauh dari asumsi-asumsi
yang dipakai dalam penelitian ini. Demikian hal ini mempengaruhi perubahan
suhu yang terjadi pada masing-masing fluida di dalam alat penukar kalor.
76
Diferensiasi suhu masuk dan suhu keluar yang dihasilkan dari simulasi lebih
tinggi dibandingkan dengan eksperimen.
Selain itu, melalui gambar grafik tersebut juga dapat diketahui hasil yang
seragam dalam hal kenaikan efektifitas alat, baik dari hasil simulasi maupun dari
eksperimen. Semakin besar debit air, semakin besar tingkat efektifitas alat
penukar kalor. Masing-masing metode pengujian, baik simulasi maupun
eksperimen, memberikan hasil efektifitas tertinggi pada debit air 7 LPM dengan
suhu fluida panas (minyak) masuk, Th,i sebesar 600C dan efektifitas terendah pada
debit air 3 LPM dengan suhu fluida panas (minyak) masuk, Th,i sebesar 700C.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa debit air mempengaruhi efektifitas
alat penukar kalor. Dalam hal ini, semakin besar debit air maka semakin tinggi
efektifitasnya.