Anda di halaman 1dari 37

40

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat


Persiapan dan perhitungan simulasi dilakukan di Pusat Riset Sustainable
Energy Universitas Sumatera Utara. Penelitian dilaksanakan sejak Mei 2019
hingga Agustus 2019.

3.2 Peralatan
Terdapat dua unsur penting yang menjalankan penelitian ini. Pertama adalah
perangkat lunak (software) yang menjadi alat utama untuk menjalankan semua
proses simulasi. Kedua adalah perangkat keras (hardware) yang menjadi wadah
untuk menjalankan perangkat lunak.

3.2.1 Perangkat Lunak


Perangkat lunak digunakan untuk membuat model 3D APK Shell-and-Tube,
membentuk mesh dari tiap bagian, mengatur kondisi dan metode perhitungan,
melakukan perhitungan simulasi, dan mengolah hasil simulasi. Perangkat lunak
yang digunakan adalah Ansys Workbench 18.1.
ANSYS, Inc. adalah sebuah pusat pengembangan Computer-aided
Engineering Software atau perangkat lunak engineer yang dibantu komputer yang
berusat di Pittsburgh Selatan di Kota Cecil, Pennsylvania, Amerika Serikat. Ansys
mengeluarkan perangkat lunak analisa engineer yang meliputi ilmu analisa elemen
hingga (finite element analysis), analisa sturktur (structural analysis), perhitungan
dinamika fluida (computational fluid dynamics), metode eksplisit dan implisit
(explicit and implicit methods), dan transfer panas (heat transfer).

Gambar 3.1 Trade Mark Ansys Workbench 18.1


41

3.2.2 Perangkat Keras


Seluruh kegiatan penelitian, mulai dari penggambaran geometri 3D hingga
proses simulasi, dilakukan pada 1 unit komputer. Komputer yang digunakan
untuk penelitian merupakan jenis desktop computer dengan spesifikasi yang
ditunjukan pada tabel 3.1.
Table 3.1 Spesifikasi Komputer untuk Simulasi

Perangkat Spesifikasi
Processor Intel(R) Core(TM) i7 CPU @3.40GHz
Installed Memory (RAM) 16384 MB
Display Adapter AMD Radeon (TM) R9 370
System Type 64-bit Operating System

Gambar 3.2 Komputer untuk Simulasi

3.3 Objek Penelitian


Alat penukar kalor yang disimulasikan adalah shell-and-tube heat
exchanger dengan 2 laluan tabung dan 1 laluan cangkang. Sesuai dengan batasan
masalah yang ditentukan, tidak semua bagian APK disimulasikan. Bagian-bagian
yang akan disimulasikan adalah fluida dingin, tabung, dan fluida panas. Dalam hal
ini cangkang tidak diikutsertakan sebagai objek penelitian, dengan asumsi tidak
terjadi perpindahan panas dari fluida dingin yang dialirkan ke dalam cangkang
dengan lingkungan luar atau sebaliknya melalui dinding cangkang. Selain itu,
42

baffle hanya berfungsi untuk mengarahkan aliran dan mempertahankan bentuk


susunan tabung dan perpindahan panas yang terjadi diabaikan.

Gambar 3.3 Instalasi APK Shell and Tube


3.4 Diagram Penelitian
Alur penelitian secara garis besar adalah : mulai  identifikasi masalah dan
tujuan penelitian  studi awal  pengumpulan data  persiapan simulasi 
perhitungan simulasi  analisis hasil simulasi  kesimpulan  selesai. Jika
digambarkan kedalam diagaram alur ditunjukan pada gambar 3.4 Untuk
memaksimalkan ketelitian hasil simulasi dibuat dua buah titik balik pada alur
penelitian. Seperti yang terlihat, yang pertama adalah pada perhitungan simulasi.
Pada bagian ini error akan sering muncul baik itu berupa kegagalan perhitungan
atau kesalahan hasil. Jika error terjadi maka kita harus kembali ke memeriksa
data yang dikumpulkan dan juga perhitungan data yang telah dilakukan. Pada
bagian analisa data kita akan membandingkan data simulasi dengan
eksperimental.
Rincian dari diagram alir tersebut dijelaskan pada poin-poin dibawah ini :
1. Identifikasi Masalah dan Tujuan Penelitian
Pada bagian ini masalah utama dari topik APK dipilih untuk menjadi topik
penelitian. Setelah topik ditentukan, dilanjutkan dengan menentukan tujuan utama
penelitian untuk memfokuskan penelitian agar data-data yang didapat tidak terlalu
43

melebar dan sesuai yang diinginkan. Untuk penjelasan semua topik masalah dan
tujuan penelitian sudah dijelaskan ada di BAB I.

MULAI

Identifikasi
Masalah dan Tujuan

Studi Awal

Pengumpulan Data :
Dimensi APK
Laju aliran fluida
Suhu fluida

Persiapan Simulasi TIDAK

TIDAK
Perhitungan
Simulasi
Simulasi

YA

Analisis Hasil
Simulasi

YA

Kesimpulan

SELESAI
44

Gambar 3.4 Diagram alur penelitian


2. Studi Awal
Sebelum melakukan penelitian diperlukan untuk memplelajari berbagai
disiplin ilmu yang berhubungan topik masalah. Berbagai sumber pengetahuan
harus dimanfaatkan untuk dijadikan berbagai macam pertimbangan nantinya.
Sumber-sumber tersebut adalah jurnal, text book, diskusi dengan dosen
pembimbing, dan sumber internet yang bisa dipercaya.
3. Pengumpulan Data
Pada tahap ini semua data primer yang dibutuhkan untuk melakukan
simulasi dikumpulkan. Seperti pengukuran dimensi alat yang diperlukan untuk
menggambar ulang geometri 3D untuk melakukan simulasi. Pengumpulan data
suhu masuk masing-masing fluida serta kecepatan aliran diperlukan untuk
melakukan simulasi menggunakan software.
4. Persiapan Simulasi.
Setelah semua data primer diperoleh, persiapan simulasi dapat dilakukan.
Dari dimensi yang telah terukur akan digambar geometri 3D tabung dan cangkang
sesuai dimensi alatnya. Perhitungan beberapa data yang diperlukan akan
dilakukan menggunakan data-data yang telah didapat yang nantinya akan
dijadikan kondisi awal untuk simulasi.
5. Perhitungan Simulasi.
Setelah semua persiapan selesai, seperti memasukkan data kondisi
perhitungan dan pemilihan metode perhitungan, perhitungan simulasi dapat
dimulai dengan mengatur jumlah iterasi yang ingin dilakukan. Proses ini adalah
proses yang paling rentan untuk terjadi error, karenanya setiap tahap sebelumnya
harus dilakukan dengan teliti. Jika terjadi error pada perhitungan maka harus
kembali ke tahap pengumpulan data untuk melakukan pengecekan ulang data
yang diperoleh lalu pemeriksaan perhitungan apakah ada kemungkinan kesalahan.
6. Analisis Hasil Simulasi.
Jika sudah masuk tahap ini berarti seluruh perhitungan iterasi simulasi telah
selesai. Pada tahap ini dapat diambil data berupa gambar, grafik, dan tabel yang
dapat dianalisis dan dibandingkan dengan data pembanding tertentu.
45

7. Kesimpulan.
Setelah data yang didapat selesai dianalisis, kesimpulan dapat ditarik untuk
menjawab tujuan penelitian yang sudah ditentukan.

3.5 Persiapan Perhitungan Simulasi


Terdapat beberapa tahap persiapan yang perlu dilakukan untuk melakukan
perhitungan simulasi. Secara garis besar langkah-langkah tersebut adalah
penggambaran geometri 3D APK shell and tube, pembentukan mesh pada setiap
bagian geometri, persiapan kondisi dasar dan metode perhitungan, dan akhirnya
iterasi perhitungan. Semua proses itu diperlihatkan pada gambar 3.5 diiringi
dengan perangkat lunak yang digunakan.

Menggambar Kondisi dan


Membentuk Mesh
Geometri 3D [Ansys Metode
DesignModeler]
[Ansys Meshing]
[Fluent]

Pengolahan Hasil Perhitunagn


Simulasi Simulasi
[Ansys Result] [Fluent]

Gambar 3.5 Alur Proses Persiapan Simulasi

3.5.1 Penggambaran Geometri 3D


Pada Gambar 3.6 ditunjukkan gambar geometri 3D APK shell and tube,
yang digambar menggunakan Ansys Design Modeler dan dijadikan sebagai objek
penelitian. Di bawah ini adalah spesifikasi alat yang diperoleh dari pengukuran
pada saat melakukan uji eksperimental.
Tabel 3.2 Spesifikasi alat uji APK shell and tube

Diameter shell (Ds) 136,4 mm


Diameter luar tabung (do) 12,7 mm
Diameter dalam tabung (di) 11,811 mm
Jumlah tabung (Nt) 32
Jumlah laluan tabung (Np) 2
Panjang tabung (L) 1200 mm
46

Tube pitch 19 mm

Gambar 3.6 Geometri 3D APK

3.5.2 Pembentukan Mesh


Ansys Meshing digunakan untuk membentuk mesh pada tiap bagian
geometri. Adapun bentuk mesh yang digunakan adalah mesh dengan pengaturan
default oleh Ansys Meshing sudah dibentuk diperlihatkan pada gambar 3.7

(a) (b)
Gambar 3.7 Mesh dengan (a) pandangan utuh dan (b) pandangan pada potongan

3.5.3 Persiapan Kondisi dan Metode Perhitungan


Pada tahap ini semua kondisi dan metode perhitungan dipersiapkan dan
dipilih sesuai dengan jenis simulasi yang diinginkan. Agar mendapatkan hasil
yang memuaskan kondisi perhitungan yang dimasukkan dan metode perhitungan
yang dipilih harus sesuai. Sesuai dengan kondisi eksperimental, beberapa
persiapan yang diperlukan adalah pengaturan sifat-sifat fluida, sifat material APK,
serta pengaturan kondisi batas (boundary layer). Seluruh persiapan ini dilakukan
pada Ansys Fluent.
1. Persiapan pengaturan sifat-sifat fluida dan material APK
47

Sifat fluida yang digunakan adalah sesuai dengan suhu awal masing
masing fluida memasuki APK. Berikut adalah salah satu persiapan
pengaturan sifat fluida yang digunakan pada perhitungan simulasi, yaitu
fluida panas (minyak pelumas) dengan suhu awal 60 0C (333 K) serta
fluida dingin (air) dengan suhu awal 270C (300 K).

Tabel 3.3 Sifat-sifat minyak


ρ Cp μ k
Tin (K) (kg/m3) (J/kg.K) (kg/m.s) (W/m.K) Pr
333 864.03 2047.3 0.07445 0.1404 1081.4

Gambar 3.8 Persiapan sifat-sifat minyak

Tabel 3.4 Sifat-sifat air


ρ Cp μ k
3
Tin (K) (kg/m ) (J/kg.K) (kg/m.s) (W/m.K) Pr
300 997.009 4179 0.000855 0.613 5.83
48

Gambar 3.9 Persiapan sifat-sifat air

Untuk material APK, sifat yang digunakan disesuaikan dengan material


yang digunakan yaitu aluminium untuk tabung dan baja (steel) untuk
cangkang. Karena pada penelitian ini perpindahan panas pada sisi
cangkang diabaikan, maka persiapan untuk material APK hanya
dilakukan untuk material tabung.

Tabel 3.5 Sifat-sifat aluminium


Titik lebur (K) ρ (kg/m3) Cp (J/kg.K) k (W/m.K)
933.47 2719 871 202.4

Gambar 3.10 Persiapan sifat-sifat aluminium


49

2. Persiapan pengaturan kondisi batas (boundary layer) simulasi


Pada bagian pengaturan kondisi batas ini dimasukkan data berupa suhu
awal masing-masing fluida serta laju aliran fluida yang telah ditetapkan
dan diuji pada eksperimen yang telah dilakukan lebih awal. Pada table di
bawah ditunjukkan data yang digunakan pada saat melakukan
eksperimen.
Tabel 3.6 Kondisi batas simulasi
Debit minyak, Debit air, ̇
Th,in (0C) Tc,in (0C)
̇ (l/menit) (l/menit)
1.5 3 60 27
1.5 3 65 27
1.5 3 70 27
1.5 5 60 27
1.5 5 65 27
1.5 5 70 27
1.5 7 60 27
1.5 7 65 27
1.5 7 70 27

Data pada table di atas kemudian digunakan sebagai kondisi batas pada
perhitungan simulasi. Berikut adalah gambar yang menunjukkan
pengaturan suhu awal masing-masing fluida.

(a)
50

(b)
Gambar 3.11 Pengaturan suhu awal untuk (a) fluida panas (minyak) dan
(b) fluida dingin (air)

Untuk laju aliran fluida, pengaturan tersedia dalam bentuk laju aliran
massa (ṁ). Sehingga data yang dipakai pada saat melakukan eksperimen
harus dikonversi terlebih dahulu menjadi laju aliran massa sesuai
pengaturan yang diperlukan. Perhitungan laju aliran massa ini
memerlukan massa jenis fluida. Karena setiap perubahan suhu diikuti
oleh perubahan massa jenis, maka setiap variasi dengan suhu yang
berbeda memiliki laju aliran massa yang berbeda pula. Berikut adalah
perhitungan salah satu laju aliran massa fluida yaitu perhitungan untuk
variasi dengan suhu minyak masuk 600C dan suhu air masuk 270C.
Perhitungan laju aliran massa minyak pada suhu 600C
ṁ= ̇
Data diketahui
̇ = 1.5 liter/menit
= 1.5 (1/1000 m3) (60 s)
= 0.000025 m3/s
= 864.03 kg/m3
Dengan demikian, laju aliran massa minyak menjadi
ṁ = (0.000025 m3/s) (864.03 kg/m3)
= 0.02160075 kg/s
51

Gambar 3.12 Pengaturan laju aliran massa minyak

Dan, perhitungan laju aliran massa air pada suhu 270C


ṁ= ̇
Data diketahui
̇ = 7 liter/menit
= 7 (1/1000 m3) (60 s)
= 0.00011666667 m3/s
= 997.0089 kg/m3
Dengan demikian, laju aliran massa air menjadi
ṁ = (0.00011666667 m3/s) (997.0089 kg/m3)
= 0.11631771353 kg/s

Gambar 3.13 Pengaturan laju aliran massa air


52

3.5.4 Perhitungan Simulasi


Setelah semua kondisi perhitungan terpenuhi dan metode perhitungan telah
dipilih, maka perhitungan simulasi dapat dimulai. Pada tahap ini ditentukan
berapa banyak iterasi yang akan dilakukan untuk menyelesaikan perhitungan
sesuai data yang telah dimasukkan pada objek penelitian seperti yang dijelaskan
pada bagian (3.5.4). Proses perhitungan akan dilakukan oleh perangkat lunak
sesuai dengan jumlah iterasi yang diperlukan. Sebagai tambahan, diperlukan
pengaturan time step untuk aliran transient.

3.5.5 Pengolahan Hasil Perhitungan


Jika seluruh iterasi perhitungan sudah selesai maka dapat dilakukan
pengolahan data dari perhitungan. Data berupa gambar, grafik, ataupun tabel
dapat diambil.
53

BAB IV

HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN

Bab ini akan membahas hasil simulasi alat penukar kalor jenis shell and
tube dengan 2 laluan tabung. Simulasi dilakukan dengan berpatokan pada metode
eksperimental, yaitu dengan memvariasikan suhu masuk oli dan debit air. Proses
analisis dilakukan dengan asumsi pengambilan data telah berada pada keadaan
tunak (steady) serta kehilangan panas pada dinding cangkang maupun pada
dinding baffle diabaikan.
Pembahasan akan dibagi menjadi dua bagian. Pertama akan menunjukan
hasil simulasi yang memperlihatkan proses perubahan temperatur yang terjadi di
dalam alat penukar kalor pada masing-masing variasi debit air. Dan yang kedua
adalah pengolahan data yang ditunjukan pada bagian pertama dan
membandingkannya dengan hasil eksperimental.

Analisa Hasil Simulasi


Berikut ini akan ditampilkan beberapa hasil analisa berupa tampilan
distribusi suhu. Masing-masing hasil akan ditampilkan dengan temperatur masuk
fluida panas 600C, debit oli 1,5 LPM untuk setiap variasi debit air dan suhu fluida
dingin diseragamkan untuk semua variasi pada 270C.
A. Distribusi suhu untuk debit air 3 LPM

(a) (b)
Gambar 4.1 Distribusi suhu pada debit air 3 LPM dengan (a) pandangan 3D
isometrik dan (b) pandangan potongan
54

Dari Gambar 4.1 di atas dapat dilihat adanya gradasi warna yang menunjukkan
penurunan dan penaikan suhu pada kedua fluida, fluida panas masuk dari sebelah
kiri(merah) mengalir ke tube-tube dengan debit fluida panas 1,5 LPM dan fluida
dingin 3 LPM masuk dari sebelah kanan mengalir ke cangkang dengan aliran
yang di arahkan oleh baffle. Fluida panas (minyak) di dalam tabung, mengalami
penurunan suhu, sementara fluida dingin (air) di luar tabung, mengalami penaikan
suhu. Masing-masing suhu keluar fluida yang dihasilkan sebesar 31,1980C untuk
fluida panas dan 29,9820C untuk fluida dingin. Analisa perpindahan panas yang
terjadi pada temperatur masuk fluida panas 600C, fluida dingin 270C, debit oli 1,5
LPM, debit air 3 LPM, dengan suhu keluar fluida panas dan fluida dingin yang
dihasilkan diatas (data No.1 dari tabel 4.3) adalah sebagai berikut :
Pertama menganalisa perpindahan panas pada sisi tabung

Sifat-sifat minyak berdasarkan suhu[63], ̅ 45,59850C =

318,5985 K
ρ = 872,6549 kg/m3 Cp,h = 1987,114 J/kg.K
µ = 0,156694 kg/m.s k = 0,1432803 W/m.K
Pr = 2166,115
Data propertis di atas didapatkan dengan menginterpolasikan untuk tiap-tiap data
yang ingin diperoleh dan lebih cepat menggunakan Microsoft Office Excel
(lampiran 4). Dengan kapasitas aliran fluida panas sebesar 1.5 LPM dapat
ditentukan jenis aliran yang terbentuk di dalam tabung melalui bilangan Reynold.
̇
Re

dengan,
( )
Ac =

( )
=
( )

= 0,0017 m2
Dan,
̇ = (1,5 LPM) x{( )( )
(m3 s LPM }x ρ
55

= (0,000025 m3/s) x (872,6549 kg/m3)


= 0,0218 kg/s
Maka, bil. Reynold menjadi :
( )( )
Re =
( )( )

= 1,026
Karena, bilangan Reynold minyak, Re<2000 dan dialirkan di dalam tabung maka
sesuai sesuai pers. (2.12), koefisien perpindahan panas pada sisi tabung menjadi :

Nu = = 1,86 ( )

( ) ( )( )( )
= 1,86 ( )

hi = 63,112 W/m2.K

Selanjutnya analisa perpindahan panas pada sisi cangkang adalah sebagai berikut :

Sifat-sifat minyak berdasarkan suhu[64], ̅ 28,49050C =

301,4905 K
ρ = 996,4038 kg/m3 Cp,c = 4178,702 J/kg.K
µ = 0,000829 kg/m.s k = 0,6150867 W/m.K
Pr = 5,642197
Dengan kapasitas aliran fluida panas sebesar 3 LPM dapat ditentukan jenis aliran
yang terbentuk di dalam tabung melalui bilangan Reynold.
̇
Re

Dengan :
( )
Ac =

( )
Ac =

Ac = 0,003 m2
Dan :
56

( )
de =

( )( )
( )
de =
( )( )

de = 0,033 m
dan, :
̇ = (3 LPM) x{ ( (m3 s LPM }x ρ
)( )

= (0,00005 m3/s) x (996,4038 kg/m3)


= 0,049 kg/s
Maka, bil. Reynold menjadi :
( )( )
Re =
( )( )

= 634,342
Untuk menghitung koefisien perpindahan panas pada sisi cangkang, digunakan
pers. (2.32b) dengan Re = 102 – 103, sehingga :

Nu = = 0.52 Re0.5Pr0.36

( 0,0 0 8 )
= 0,52 (6 , 008) ( )

ho = 495,304 W/m2.K
Setelah didapatkan koefisien perpindahan panas pada sisi cangkang, maka kita
bisa memperoleh koefisien dan laju perpindahan panas menyeluruh. Dengan nilai
koefisien perpindahan panas masing-masing fluida, dapat dihitung koefisien dan
laju perpindahan panas menyeluruh APK tersebut. Dengan mengabaikan faktor
pengotoran fluida, dari pers.(2.30) diperoleh:
ln o i
= = =R= + +
UAs Ui Ai U A hi Ai h A
Dengan
Ai = π di L Nt
Ai = (3,14)(0,011811m)(1,2m)(32)
Ai = 1,424 m2, dan
57

Ao = π do L Nt
Ao = (3,14)(0,0127m)(1,2m)(32)
Ao = 1,531 m2
Sehingga, koefisien perpindahan panas menyeluruh menjadi:
( )
=R=
A ( )( ) ( )( )( )

( )( )

= R = 0,012 K/W
UA

UA = 1/(0,01248504076 K/W) = 80,095 W/K


Dengan demikian, dapat diperoleh laju perpindahan panas sebesar :
Q = U A ∆Tmenyeluruh

( ) ( )
Q= (80,0958538481 W/K) [ ( )
]
( )

( ) ( )
Q = (80,0958538481W/K) [ ( ) ]
( )

Q = 771,224 W
Yang berarti panas yang diserap atau yang dilepas oleh kedua fluida sebesar
771,224 W, dengan hasil tersebut penelitian sudah cukup baik karena bisa kita
lihat juga dengan hasil efektifitas dibawah.
Efektifitas sebuah APK dihitung dengan pers. (2.23) :

Ch Th i – Th Cc Tc – Tc i
ε= = =
C in Th i – Tc i C in Th i – Tc i
Dengan Ch dan Cc adalah kapasitas panas masing-masing fluida panas dan dingin,
yang nilainya ditentukan dengan :

Ch = ( ̇ cp)h = (0,0218163725 kg/s)( 1987,114 J/kg.K) = 43,351 J/s.K (Cmin)


Cc = ( ̇ cp)c = (0,04982019 kg/s)( 4178,702 J/kg.K) = 208,183 J/s.K (Cmax)

Maka,
58

Ch Th i – Th
ε=
C in Th i – Tc i

9,999 –
ε=
9,999 – 6,999

ε = 0,876121212 = 87,27%

B. Distribusi suhu untuk debit air 5 LPM

(a) (b)
Gambar 4.2 Distribusi suhu pada debit oli 5 LPM dengan (a) pandangan 3D
isometrik dan (b) pandangan potongan

Dari Gambar 4.2 di atas dapat dilihat juga adanya gradasi warna yang
menunjukkan penurunan dan penaikan suhu pada kedua fluida dan tidak jauh
berbeda dengan fenomena perpindahan panas yang terjadi pada variasi dengan
debit air 3 LPM, diperoleh temperatur keluar dari fluida panas sebesar 31,0870C
dan temperatur keluar dari fluida dingin sebesar 29,1080C. Analisa perpindahan
panas yang terjadi pada temperatur masuk fluida panas 600C, fluida dingin 270C,
debit oli 1,5 LPM, debit air 5 LPM, dengan suhu keluar fluida panas dan fluida
dingin yang dihasilkan diatas (data No.4 pada tabel 4.3) adalah sebagai berikut :
Pertama menganalisa perpindahan panas pada sisi tabung

Sifat-sifat minyak berdasarkan suhu[65], ̅ 45,540C = 318,54

K
ρ = 872,6742 kg/m3 Cp,h = 1986,881 J/kg.K
µ = 0,149363 kg/m.s k = 0,1432914 W/m.K
59

Pr = 2075,732
Data propertis di atas didapatkan dengan menginterpolasikan untuk tiap-tiap data
yang ingin diperoleh dan lebih cepat menggunakan Microsoft Office Excel
(lampiran 4). Dengan kapasitas aliran fluida panas sebesar 1.5 LPM dapat
ditentukan jenis aliran yang terbentuk di dalam tabung melalui bilangan Reynold.
̇
Re

dengan,
( )
Ac =

( )
=
( )

= 0,001 m2
Dan,
̇ = (1,5 LPM) x{( (m3 s LPM }x ρ
)( )

= (0,000025 m3/s) x (872,6742 kg/m3)


= 0,021 kg/s
Maka, bil. Reynold menjadi :
( )( )
Re =
( )( )

= 0,984
Karena, bilangan Reynold minyak, Re<2000 dan dialirkan di dalam tabung maka
sesuai sesuai pers. (2.12), koefisien perpindahan panas pada sisi tabung menjadi :

Nu = = 1,86 ( )

( ) ( )( )( )
= 1,86 ( )

hi = 61,370 W/m2.K

Selanjutnya analisa perpindahan panas pada sisi cangkang adalah sebagai berikut :

Sifat-sifat minyak berdasarkan suhu[66], ̅ 28,0530C =

301,053K
60

ρ = 996,5786 kg/m3 Cp,c = 4178,789 J/kg.K


µ = 0,000837 kg/m.s k = 0,6144979 W/m.K
Pr = 5,697259
Dengan kapasitas aliran fluida panas sebesar 5 LPM dapat ditentukan jenis aliran
yang terbentuk di dalam tabung melalui bilangan Reynold.
̇
Re

Dengan :
( )
Ac =

( )
Ac =

Ac = 0,003 m2
Dan :

( )
de =

( )( )
( )
de =
( )( )

de = 0,033 m
dan, :
̇ = (5 LPM) x{ (m3 s LPM }x ρ
( )( )

= (0,0000833 m3/s) x (996,5786 kg/m3)


= 0,083 kg/s
Maka, bil. Reynold menjadi :
( )( )
Re =
( )( )

= 1047,315
Untuk menghitung koefisien perpindahan panas pada sisi cangkang, digunakan
pers. (2.32c) dengan Re = 103 – 2 x 105, sehingga :

Nu = = 0.27 Re0.63Pr0.36
61

( 0,0 0 8 )
= 0,27 ( 0 7, 707 ) ( )

ho = 750,890 W/m2.K
Setelah didapatkan koefisien perpindahan panas pada sisi cangkang, maka kita
bisa memperoleh koefisien dan laju perpindahan panas menyeluruh. Dengan nilai
koefisien perpindahan panas masing-masing fluida, dapat dihitung koefisien dan
laju perpindahan panas menyeluruh APK tersebut. Dengan mengabaikan faktor
pengotoran fluida, dari pers.(2.30) diperoleh:
ln o i
= = =R= + +
UAs Ui Ai U A hi Ai h A
Dengan
Ai = π di L Nt
Ai = (3,14)(0,011811m)(1,2m)(32)
Ai = 1,424 m2, dan
Ao = π do L Nt
Ao = (3,14)(0,0127m)(1,2m)(32)
Ao = 1,531 m2
Sehingga, koefisien perpindahan panas menyeluruh menjadi:
( )
=R=
A ( )( ) ( )( )( )

( )( )

= R = 0,01235199358 K/W
UA

UA = 1/(0,01235199358 K/W) = 80,958 W/K


Dengan demikian, dapat diperoleh laju perpindahan panas sebesar :
Q = U A ∆Tmenyeluruh

( ) ( )
Q= (80,9585913013 W/K) [ ( )
]
( )

( ) ( )
Q = (80,9585913013 W/K) [ ( ) ]
( )

Q = 796,465 W
62

Yang berarti panas yang diserap atau yang dilepas oleh kedua fluida sebesar
796,465 W, dengan hasil tersebut penelitian sudah baik karena bisa kita lihat juga
dengan hasil efektifitas dibawah ini.
Efektifitas sebuah APK dihitung dengan pers. (2.23) :

Ch Th i – Th Cc Tc – Tc i
ε= = =
C in Th i – Tc i C in Th i – Tc i
Dengan Ch dan Cc adalah kapasitas panas masing-masing fluida panas dan dingin,
yang nilainya ditentukan dengan :

Ch = ( ̇ cp)h = (0,021816855 kg/s)(1986,881 J/kg.K) = 43,347 J/s.K (Cmin)


Cc = ( ̇ cp)c = (0,08304821667 kg/s)(4178,789 J/kg.K) = 347,040 J/s.K (Cmax)

Maka,
Ch Th i – Th
ε=
C in Th i – Tc i

9,999 –
ε=
9,999 – 6,999
ε = 0,876121212 = 87,61%

C. Distribusi suhu untuk debit air 7 LPM

(a) (b)
Gambar 4.3 Distribusi suhu pada debit air 7 LPM dengan (a) pandangan 3D
isometrik dan (b) pandangan potongan
63

Tidak jauh berbeda dengan fenomena perpindahan panas yang terjadi pada
variasi dengan debit air 3 LPM dan 5 LPM, perubahan terjadi sejalan dengan
peningkatan debit air. Semakin meningkat debit air, semakin besar pertukaran
panas yang terjadi. Untuk suhu masuk fluida panas 600C, suhu keluar fluida panas
pada debit air 3 LPM, 5 LPM, 7 LPM berturut-turut adalah sebesar 31,1980C,
31,0870C, 30,3680C. Dan untuk suhu keluar fluida dinginnya adalah sebesar
29,9820C, 29,1080C, dan 29,4020C. Analisa perpindahan panas yang terjadi pada
temperatur masuk fluida panas 600C, fluida dingin 270C, debit oli 1,5 LPM, debit
air 7 LPM, dengan suhu keluar fluida panas dan fluida dingin yang dihasilkan
diatas (data No.7 pada tabel 4.3) adalah sebagai berikut :
Pertama menganalisa perpindahan panas pada sisi tabung

Sifat-sifat minyak berdasarkan suhu[67], ̅ 45,18350C =

318,1835 K
ρ = 872,8899 kg/m3 Cp,h = 1985,371 J/kg.K
µ = 0,151427 kg/m.s k = 0,1433633 W/m.K
Pr = 2103,054
Data propertis di atas didapatkan dengan menginterpolasikan untuk tiap-tiap data
yang ingin diperoleh dan lebih cepat menggunakan Microsoft Office Excel
(lampiran 4). Dengan kapasitas aliran fluida panas sebesar 1.5 LPM dapat
ditentukan jenis aliran yang terbentuk di dalam tabung melalui bilangan Reynold.
̇
Re

dengan,
( )
Ac =

( )
=
( )

= 0,00175 m2
Dan,
̇ = (1,5 LPM) x{( (m3 s LPM }x ρ
)( )

= (0,000025 m3/s) x (872,8899 kg/m3)


= 0,02182 kg/s
64

Maka, bil. Reynold menjadi :


( )( )
Re =
( )( )

= 0,971
Karena, bilangan Reynold minyak, Re<2000 dan dialirkan di dalam tabung maka
sesuai sesuai pers. (2.12), koefisien perpindahan panas pada sisi tabung menjadi :

Nu = = 1,86 ( )

( ) ( )( )( )
= 1,86 ( )

hi = 61,393 W/m2.K

Selanjutnya analisa perpindahan panas pada sisi cangkang adalah sebagai berikut :

Sifat-sifat minyak berdasarkan suhu[68], ̅ 28,20050C =

301,2005K
ρ = 996,5198 kg/m3 Cp,c = 4178,76 J/kg.K
µ = 0,000834 kg/m.s k = 0,6146807 W/m.K
Pr = 5,678737
Dengan kapasitas aliran fluida panas sebesar 7 LPM dapat ditentukan jenis aliran
yang terbentuk di dalam tabung melalui bilangan Reynold.
̇
Re

Dengan :
( )
Ac =

( )
Ac =

Ac = 0,003 m2
Dan :

( )
de =
65

( )( )
( )
de =
( )( )

de = 0,033 m
dan, :
̇ = (7 LPM) x{ ( (m3 s LPM }x ρ
)( )

= (0,0001167 m3/s) x (996,5198 kg/m3)


= 0,116 kg/s
Maka, bil. Reynold menjadi :
( )( )
Re =
( )( )

= 1471,429
Untuk menghitung koefisien perpindahan panas pada sisi cangkang, digunakan
pers. (2.32c) dengan Re = 103 – 2 x 105, sehingga :

Nu = = 0.27 Re0.63Pr0.36

( 0,0 0 8 )
= 0,27 ( 7 , 9 787) ( )

ho = 929,479 W/m2.K
Setelah didapatkan koefisien perpindahan panas pada sisi cangkang, maka kita
bisa memperoleh koefisien dan laju perpindahan panas menyeluruh. Dengan nilai
koefisien perpindahan panas masing-masing fluida, dapat dihitung koefisien dan
laju perpindahan panas menyeluruh APK tersebut. Dengan mengabaikan faktor
pengotoran fluida, dari pers.(2.30) diperoleh:
ln o i
= = =R= + +
UAs Ui Ai U A hi Ai h A
Dengan
Ai = π di L Nt
Ai = (3,14)(0,011811m)(1,2m)(32)
Ai = 1,424 m2, dan
Ao = π do L Nt
Ao = (3,14)(0,0127m)(1,2m)(32)
66

Ao = 1,531 m2
Sehingga, koefisien perpindahan panas menyeluruh menjadi:
( )
=R=
A ( )( ) ( )( )( )

( )( )

= R = 0,0121806741 K/W
UA

UA = 1/(0,0121806741 K/W) = 82,097 W/K


Dengan demikian, dapat diperoleh laju perpindahan panas sebesar :
Q = U A ∆Tmenyeluruh

( ) ( )
Q= (82,0972625809 W/K) [ ( )
]
( )

( ) ( )
Q = (82,0972625809 W/K) [ ( ) ]
( )

Q = 744,783 W
Yang berarti panas yang diserap atau yang dilepas oleh kedua fluida sebesar
744,783 W, dengan hasil tersebut penelitian sudah cukup baik karena bisa kita
lihat juga dengan hasil efektifitas dibawah.
Efektifitas sebuah APK dihitung dengan pers. (2.23) :

Ch Th i – Th Cc Tc – Tc i
ε= = =
C in Th i – Tc i C in Th i – Tc i
Dengan Ch dan Cc adalah kapasitas panas masing-masing fluida panas dan dingin,
yang nilainya ditentukan dengan :

Ch = ( ̇ cp)h = (0,0218222475 kg/s)( 1985,371 J/kg.K) = 43,3252573 J/s.K (Cmin)


Cc = ( ̇ cp)c = (0,11626064333 kg/s)(4178,76 J/kg.K) = 485,8253259 J/s.K (Cmax)

Maka,
Ch Th i – Th
ε=
C in Th i – Tc i
67


ε=

ε = 0,89790909 = 89,79%

Perhitungan Eksperimental
Sebagai tolak ukur keakuratan hasil simulasi, diperlukan perbandingan
dengan perhitungan analitik. Data pembanding dapat berupa perhitungan teoritis
ataupun perhitungan hasil ekperimen. Pada penelitian ini, validasi yang digunakan
adalah perhitungan ekperimental. Data yang diperoleh adalah rata-rata suhu keluar
masing-masing fluida, yang ditampilkan pada Tabel 4.1 di bawah ini. Suhu-suhu
tersebut digunakan untuk menentukan efektifitas alat, dengan menggunakan
metode NTU.
Tabel 4.1 Temperatur kerja fluida pada uji eksperimental

Fluida Dingin (Air)


Fluida Panas (Oli)

Nama Temperatur Temperatur Debit Temperatur Temperatur


Debit
Data Masuk Keluar (lpj) Masuk Keluar
(lpm)
Th,i (oC) Th,o (oC) Tc,i (oC) Tc,o (oC)
1 59,86 36,95 27,26 28,67
2 65,46 39,09 27,19 28,45
3
3 69,78 41,62 27,19 28,77
4 59,80 36,84 28,39 30,79
5 65.34 39.44 28,42 30,39
1,5 5
6 70,12 41,50 28,39 30,72
7 61,70 36,12 28,39 31,09
8 64.47 38.51 28,42 31,72
7
9 70.417 41.12 28,39 31,04

4.2.1 Perhitungan Laju Perpindahan Panas


Berikut adalah perhitungan laju perpindahan panas dan efektifitas untuk
No.7 pada Tabel 4.1.
68

A. Analisa perpindahan panas pada sisi tabung

Sifat-sifat minyak berdasarkan suhu[69], ̅ 48,9120C =

321,912K
ρ = 870,6528 kg/m3 Cp,h = 2001,03 J/kg.K
µ = 0,130025 kg/m.s k = 0,1426176 W/m.K
Pr = 1819,688
Dengan kapasitas aliran fluida panas sebesar 1.5 LPM dapat ditentukan jenis
aliran yang terbentuk di dalam tabung melalui bilangan Reynold.
̇
Re

dengan,
( )
Ac =

( )
=
( )

= 0,0017 m2
Dan,
̇ = (1,5 LPM) x{( (m3 s LPM }x ρ
)( )

= (0,000025 m3/s) x (870,6528 kg/m3)


= 0,0217 kg/s
Maka, bilangan Reynold menjadi :
( )( )
Re =
( )( )

= 1,1284
Karena, bilangan Reynold minyak, Re<2000 dan dialirkan di dalam tabung maka
sesuai sesuai pers. (2.12), koefisien perpindahan panas pada sisi tabung menjadi :

Nu = = 1,86 ( )

( ) ( )( )( )
= 1,86 ( )

hi = 61,1778 W/m2.K
69

B. Analisa perpindahan panas pada sisi cangkang

Sifat-sifat minyak berdasarkan suhu[70], ̅ 29,7460C = 302,7462

K
ρ = 995,9015 kg/m3 Cp,c = 4178,451 J/kg.K
µ = 0,000808kg/m.s k = 0,6168446 W/m.K
Pr = 5,483983
Dengan kapasitas aliran fluida panas sebesar 7 LPM dapat ditentukan jenis aliran
yang terbentuk di dalam tabung melalui bilangan Reynold.
̇
Re

Dengan :
( )
Ac =

( )
Ac =

Ac = 0,0031 m2
Dan :

( )
de =

( )( )
( )
de =
( )( )

de = 0,0330 m
dan, :
̇ = (7 LPM) x{ ( (m3 s LPM }x ρ
)( )

= (0,000116666 m3/s) x (995,9015 kg/m3)


= 0,1161 kg/s
Maka, bil. Reynold menjadi :
( )( )
Re =
( )( )

= 1517.8348
70

Untuk menghitung koefisien perpindahan panas pada sisi cangkang, digunakan


pers. (2.32c) dengan Re = 103 – 2 x 105, sehingga :

Nu = = 0.27 Re0.63Pr0.36

( )
= 0,27 ( ) ( )

ho = 939,3024 W/m2.K
C. Koefisien dan laju perpindahan panas menyeluruh
Dengan nilai koefisien perpindahan panas masing-masing fluida, dapat dihitung
koefisien dan laju perpindahan panas menyeluruh APK tersebut. Dengan
mengabaikan faktor pengotoran fluida, dari pers.(2.30) diperoleh:
ln o i
= = =R= + +
UAs Ui Ai U A hi Ai h A
Dengan
Ai = π di L Nt
Ai = (3,14)(0,011811m)(1,2m)(32)
Ai = 1,4241 m2, dan
Ao = π do L Nt
Ao = (3,14)(0,0127m)(1,2m)(32)
Ao = 1,5313 m2
Sehingga, koefisien perpindahan panas menyeluruh menjadi:
( )
=R=
A ( )( ) ( )( )( ) ( )( )

= R = 0,01221365606 K/W
UA

UA = 1/(0,01221365606 K/W) = 81,8755 W/K


Dengan demikian, dapat diperoleh laju perpindahan panas sebesar :
Q = U A ∆Tmenyeluruh

( ) ( )
Q= (81,8755657673 W/K) [ ( )
]
( )

( ) ( )
Q = (81,87556 W/K) [ ( ) ]
( )
71

Q = 1224,227 W

4.2.2 Perhitungan Efektifitas


Efektifitas sebuah APK dihitung dengan pers. (2.23) :

Ch Th i – Th Cc Tc – Tc i
ε= = =
C in Th i – Tc i C in Th i – Tc i
Dengan Ch dan Cc adalah kapasitas panas masing-masing fluida panas dan dingin,
yang nilainya ditentukan dengan :

Ch = ( ̇ cp)h = (0,02176 kg/s)(2001,03 J/kg.K) = 43,55 J/s.K (Cmin)


Cc = ( ̇ cp)c = (0,11618 kg/s)(4178,451J/kg.K) = 485,48 J/s.K (Cmax)

Maka,
Ch Th i – Th
ε=
C in Th i – Tc i


ε=

ε=0,7091 = 70,91%
Perhitungan di atas berlaku untuk semua variasi. Karena itu, pada tabel di
bawah ini dirangkum seluruh laju dan efektifitas perpindahan panas yang
diperoleh dari uji eksperimental.
Tabel 4.2 Hasil analisa data eksperimental

Fluida Dingin (Air)


Fluida Panas (Oli)

Nama Temperatur Temperatur Debit Temperatur Temperatur Efektifitas


Debit
Data Masuk Keluar (lpj) Masuk Keluar ε (%)
(lpm)
Th,i (oC) Th,o (oC) Tc,i (oC) Tc,o (oC)
1 59,86 36,95 27,26 28,67 70,91
2 65,46 39,09 27,19 28,45 68,89
1,5 3
3 69,78 41,62 27,19 28,77 66,11
72

4 59,80 36,84 28,39 30,79 73,11


5 65.34 39.44 28,42 30,39 70,12
5
6 70,12 41,50 28,39 30,72 68,58
7 61,70 36,12 28,39 31,09 76,79
8 64.47 38.51 28,42 31,72 72,73
7
9 70.417 41.12 28,39 31,04 69,72

Setelah mendapatkan efektifitas dan dibuat dalam tabel diatas, bisa kita
peroleh grafik ε vs debit air eksperimental dengan menggunakan Microsoft Office
Excel dan grafiknya bisa dilihat di lampiran 5.
4.3 Perhitungan Hasil Simulasi
4.3.1 Perhitungan Efektifitas
Suhu masuk maupun suhu keluar yang dihasilkan dari simulasi numerik
diuraikan pada Tabel 4.3 di bawah ini. Selanjutnya, dengan menggunakan metode
perhitungan yang sama dengan perhitungan ekperimental pada bagian 4.2,
diperoleh hasil analisa simulasi yang dijabarkan pada Tabel 4.4 di bawah ini.
Tabel 4.3 Temperatur kerja fluida pada simulasi numerik

Fluida Panas (Oli) Fluida Dingin (Air)


Nama
Data

Temperatur Temperatur Temperatur Temperatur


Masuk Keluar Masuk Keluar
Debit Debit
No. (lpm) Th,i (oC) Th,o (oC) (lpm) Tc,i (oC) Tc,o (oC)
1 59,99 31,198 26,99 29,982
2 64,99 33,336 3 26,99 29,769
3 69,99 35,869 26,99 29,087
4 59,99 31,087 26,99 29,108
5 1,5 64,99 31,795 5 26,99 29,706
6 69,99 35,006 26,99 29,039
7 59,99 30,368 26,99 29,402
8 64,99 31,524 7 26,99 29,631
9 69,99 34,367 26,99 29,854
73

Tabel 4.4 Hasil analisa data simulasi

Fluida Panas (Oli) Fluida Dingin (Air)


Nama Efektifi
Data tas
Tempera Tempera Tempera Tempera
tur tur tur tur
Masuk Keluar Masuk Keluar ε %
Debit Th,o Debit Tc,o
No. (lpm) Th,i (oC) (oC) (lpm) Tc,i (oC) (oC)
1 59,99 31,198 26,99 29,982 87,27
2 64,99 33,336 3 26,99 29,769 83,32
3 69,99 35,869 26,99 29,087 79,79
4 59,99 31,087 26,99 29,108 87,61
5 1,5 64,99 31,795 5 26,99 29,706 87,37
6 69,99 35,006 26,99 29,039 81,37
7 59,99 30,368 26,99 29,402 89,79
8 64,99 31,524 7 26,99 29,631 88,09
9 69,99 34,367 26,99 29,854 82,86
Setelah mendapatkan efektifitas dan dibuat dalam tabel diatas, bisa kita
peroleh grafik ε vs debit air eksperimental dengan menggunakan Microsoft Office
Excel dan grafiknya bisa dilihat di lampiran 5.

4.3.2 Perbandingan Hasil Simulasi dengan Eksperimen


Meskipun perhitungan analisa alat penukar kalor menggunakan metode
elemen hingga merupakan cara yang sangat ampuh untuk mendapatkan hasil,
tetap diperlukan perbandingan dengan hasil data eksperimental untuk memastikan
keakuratan hasil yang diperoleh.
Dari data No.1 Tabel 4.2 dan Tabel 4.4 diperoleh :
- Persen ralat efektifitas

%ε =| |

=| |

= 0,16929287668
74

= 16,9292%
Untuk variasi lain ditunjukkan pada Tabel 4.5 di bawah ini.
Tabel 4.5 Nilai ralat hasil simulasi terhadap hasil eksperimen
Debit Debit Persen Ralat
oli Air Th,i Tc,i ε eksp ε simul ε
(LPM) (LPM) (°C) (°C) (%) (%) (%)
1,5 3 60 27 70,91 87,27 23,07149908
1,5 5 60 27 73,11 87,61 19,83312816
1,5 7 60 27 76,79 89,79 16,92928767
1,5 3 65 27 68,89 83,32 20,94643635
1,5 5 65 27 70,12 87,37 24,60068454
1,5 7 65 27 72,73 88,09 21,11920803
1,5 3 70 27 66,11 79,79 20,69278475
1,5 5 70 27 69,19 81,37 17,60369996
1,5 7 70 27 69,72 82,86 18,84681583

Berikut di bawah ini merupakan grafik yang menunjukkan perbandingan nilai


efektifitas simulasi dan eksperimen terhadap debit air.

100

80
Efektivitas (%)

60

40 Eksperimen
Simulasi
20

0
3 5 7
Debit air (LPM)

Gambar 4.4 Grafik perbandingan simulasi dan ekperimen dengan T h,i = 600C
75

100

80

Efektivitas (%)
60

40 Eksperimen
Simulasi
20

0
3 5 7
Debit air (LPM)

Gambar 4.5 Grafik perbandingan simulasi dan ekperimen dengan T h,i = 650C

90
80
70
Efektivitas (%)

60
50
40 Eksperimen
30
Simulasi
20
10
0
3 5 7
Debit air (LPM)

Gambar 4.6 Grafik perbandingan simulasi dan ekperimen dengan T h,i = 700C

Dari ketiga grafik di atas diperoleh bahwa dari simulasi yang dilakukan
dengan pendekatan numerik memberikan hasil yang lebih tinggi dalam hal
efektifitas alat penukar kalor dibandingkan dengan hasil yang diperoleh dari uji
eksperimental. Hal ini merupakan pengaruh dari asumsi-asumsi yang diberikan
pada simulasi diproses dengan sempurna dan memberikan hasil yang lebih baik
pula. Sementara pada uji ekperimental perpindahan panas yang terjadi
dipengaruhi oleh keadaan yang sebenarnya dan sedikit jauh dari asumsi-asumsi
yang dipakai dalam penelitian ini. Demikian hal ini mempengaruhi perubahan
suhu yang terjadi pada masing-masing fluida di dalam alat penukar kalor.
76

Diferensiasi suhu masuk dan suhu keluar yang dihasilkan dari simulasi lebih
tinggi dibandingkan dengan eksperimen.
Selain itu, melalui gambar grafik tersebut juga dapat diketahui hasil yang
seragam dalam hal kenaikan efektifitas alat, baik dari hasil simulasi maupun dari
eksperimen. Semakin besar debit air, semakin besar tingkat efektifitas alat
penukar kalor. Masing-masing metode pengujian, baik simulasi maupun
eksperimen, memberikan hasil efektifitas tertinggi pada debit air 7 LPM dengan
suhu fluida panas (minyak) masuk, Th,i sebesar 600C dan efektifitas terendah pada
debit air 3 LPM dengan suhu fluida panas (minyak) masuk, Th,i sebesar 700C.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa debit air mempengaruhi efektifitas
alat penukar kalor. Dalam hal ini, semakin besar debit air maka semakin tinggi
efektifitasnya.

Anda mungkin juga menyukai