Anda di halaman 1dari 13

30

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Waktu Penelitian

Waktu penelitian yang dilakukan oleh penulis yaitu mulai dari Juni

sampai dengan September 2020.

Tabel 3.1: Jadwal Penelitian

2. Juni Juli Agustus September


Keterangan
No
2020 2020 2020 2020
Minggu ke - 1 2 3 1 2 3 4 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Analisis Kebutuhan
1                            
Sistem
2 Studi Kepustakaan                                
Pengumpulan Data

3 dan Perancangan                                

Sistem
4 Pengujian Sistem                                

5 Implementasi                                

6 Penulisan Laporan                                

Tempat Penelitian
31

Pada penelitian tugas akhir ini, penulis memilih Showroom PD. Jaya

mobilindo. PD. Jaya mobilindo adalah suatu cv yang bergerak dalam

penjualan mobil bekas yang beralamat di Jalan Raya Kelapa Dua Wetan

No.45 RT. 07/RW. 008, Kec. Ciracas, Jakarta Timur

B. Desain Penelitian

Adapun desain penelitian yang digunakan adalah desain waterfall.

Desain waterfall merupakan suatu proses pengembangan perangkat lunak

berurutan, dimana kemajuan dipandang terus mengalir ke bawah seperti air

terjun melewati fase-fase perencanaan, pemodelan, implementasi dan

pengujian (Pressman, 2015:42). secara umum, penelitian ini terdiri dari 4

tahap yang dapat diliat pada gambar dibawah ini..


32

Gambar 3.1 Desain Penelitian Waterfall

a. Definisi Perencangan Data Flow Diagram (DFD)

Diagram Alir Data (DAD) merupakan suatu bagan untuk mewakili

arus atau aliran data dalam suatu sistem (Fatta dan Marco, 2015:75)

Data flow diagram (DFD) yaitu penggambaran sistem sebagai

jaringan kerja antar fungsi yang berhubungan satu dengan yang lain

dengan aliran (flow) dan penyimpanan data. DFD memberikan tampilan

secara visual tentang aliran data dan informasi tentang suatu sistem,

dimana menggambarkan siapa saja yang terlibat pada sistem tersebut dari

awal sampai akhir.

DFD pertama kali digunakan dan dipopulerkan oleh Larry

constantine dan Ed yourdon dalam structure analys dan design technique.

Simbol atau notasi DFD sendiri memiliki acuan pada teori grafik yang
33

awalnya digunakan untuk penelitian operasional dalam pemodelan alur

kerja suatu organisasi.

b. Jenis-jenis Data flow diagram (DFD)

Berikut ini adalah beberapa jenis dari data flow diagram yang

masing-masing memiliki perbedaan namun saling terhubung. Jenis DFD

terdiri dari tiga macam berdasarkan tingkatan levelnya yaitu DFD level

0 (context diagram), DFD level 1, dan DFD level 2.

1. DFD Level 0 (context diagram)

DFD Level 0 atau lebih sering disebut dengan diagram konteks  yaitu

suatu diagram yang terdiri dari sebuah metode yang dapat menjelaskan

lingkup sistem secara umum. Context diagram merupakan bagian

dari Data Flow Diagram yang digunakan untuk menetapkan konteks

serta batasan-batasan sistem dalam sebuah pemodelan.

Selain itu, Context diagram juga berhubungan dengan entitas-

entitas diluar sistem itu sendiri seperti kelompok organisasi, penyimpanan

eksternal data lain. Diagram level 0 ini menjadi penetu utama dalam

sebuah sistem yang dimodelkan dalam DFD. Namun untuk membangun

suatu sistem DFD masih dibutuhkan 2 level lanjutan yaitu level 1 yang
34

bertujuan memecah sistem menjadi lebih kecil serta level 2 bertujuan

untuk membuat rincian dari sistem yang akan dibuat.

2. DFD Level 1

DFD Level 1 yaitu diagram lanjutan dari context diagram atau

DFD level 0, dimana proses yang ada didalam sistem lebih rinci dan

lengkap karena proses utama yang dipecah menjadi beberapa sub proses

dengan fungsi masing-masing.

Context diagram hanya menggambarkan sistem secara umum

serta hanya menjelaskan aliran data dari input sampai output. Namun

DFD Level 1 menggambarkan aliran data yang lebih kompleks pada

setiap prosesnya yang kemudian terbentuklah datastore dan aliran data.

Aliran data yaitu perpindahan data yang dilakukan dari satu titik

menuju titik yang lainnya. Selain itu, DFD level 1 ini menggambarkan

sistem secara sebagian atau seluruhnya secara mendetail.

3. DFD Level 2

Jenis level DFD yang terakhir adalah DFD Level 2, yaitu diagram

aliran data yang merupakan rincian proses dari DFD level 1 yang

bertugas untuk menguraikan apa saja proses-proses yang ada dalam

lingkup sistem.
35

Setiap Bubble proses pada DFD level 1 dapat dimodelkan secara

lebih terperinci menjadi sebuah DFD lagi. Bahkan apabila diperlukan,

setiap bubble proses pada DFD level 2 dapat diperinci juga menjadi level

3, begitu juga seterusnya. Perincian DFD dapat berhenti sampai proses

yang ada bersifat atomik atau sudah cukup mendetail dan sudah tidak

dapat dipecah lagi.

C. Metode Pengumpulan Data

Dalam mengumpulkan data, keterangan dan rancangan program

yang dibutuhkan untuk perancagan sistem ini, penulis menggunakan

metode observasi lapangan (Field Research), yaitu.

1. Observasi

Observasi merupakan salah satu cara mengumpulkan data yang

diperlukan dengan cara melakukan pengamatan dan meneliti secara

langsung gejala atau peristiwa yang diselidiki oleh peneliti. Peneliti

melakukan observasi mengenai proses penjualan berbasis web.

Peneliti mengamati Langsung Objek yang diteliti

berupa proses perancangan sistem penjualan mobil bekas

pada showroom PD. Jaya Mobilindo dengan tujuan

mendapatkan data pencatatan data mobil, transaksi, dan

laporan.
36

2. Wawancara

Pengumpulan data melalui wawancara ini dilakukan untuk

mencari data dan informasi tentang hal-hal yang dibutuhkan dalam

penelitian. Wawancara dilakukan dengan lembaga atau instansi yang

dijadikan objek penelitian.

Wawancara dilakukan pada P e m i l i k Showroom PD.

Jaya Mobilindo yang dapat memberikan penjelasan mengenai

informasi yang berhubungan dengan judul “Perancangan

Sistem Penjualan Mobil Bekas Pada Showroom PD. JAYA

MOBILINDO menggunakan PHP dan JavaScript” usulan

penelitian yang diangkat oleh peneliti, data yang diperoleh

selama interview yaitu sistem pencatatan penjualan,

pencatatan stok, laporan-laporan penjualan yang ada, dan

kendala-kendala yang dihadapi perusahaan saat ini.

3. Studi Pustaka

Studi pustaka dilakukan dengan menggunakan buku-buku yang

didapat dari perpustakaan, toko buku, artikel dan browsing untuk

mendapatkan informasi melalui search engine di internet sehingga

dapat mendukung terselesaikannya masalah tersebut.

D. LANGKAH-LANGKAH PENGEMBANGAN SISTEM


37

Prosedur pengembangan sistem pada penulisan ini menggunakan

metode pengembangan sistem perangkat lunak waterfall. Model ini

merupakan model klasik yang mengusung pengembangan  perangkat

lunak yang sistematis, berurutan/sekuensial dimulai pada tingkat dan

kemajuan system pada seluruh persyaratan dalam analisis,

perancangan (desain), pengkodean, pengujian (testing), hingga ke

tahap pemeliharaan dalam membangun software (perangkat lunak).

Gambar 3.2 Sistem Penelitian Model Waterfall

a. Tahapan Analisis Sistem

Tahapan pertama, yaitu analisis sistem. Pada tahap ini, sistem

akan dianalisis bagaimana akan dijalankan nantinya. Hasil analisis

berupa kelebihan dan kekurangan sistem, fungsi sistem, hingga

pembaharuan yang dapat diterapkan.


38

Bagian ini termasuk dalam bagian perencanaan. Bagian lain

yang termasuk dalam perencanaan ialah alokasi sumber daya,

perencanaan kapasitas, penjadwalan proyek, estimasi biaya, dan

penetapan.

Dengan demikian, hasil dari tahap perencanaan ialah rencana

proyek, jadwal, estimasi biaya, dan ketentuan. Idealnya manajer

proyek dan pengembang dapat bekerja maksimal pada tahap ini.

b. Tahapan Perancangan Sistem

Setelah persyaratan dipahami, perancang dan pengembang

dapat mulai mendesain software. Tahapan ini akan

menghasilkan prototype dan beberapa output lain meliputi dokumen

berisi desain, pola, dan komponen yang diperlukan untuk mewujudkan

proyek tersebut.

Setelah spesifikasi, kemudian dilakukan perancangan sistem

sebagai tahapan kelanjutannya. Tahap ini ialah tahap di mana seluruh

hasil analisis dan pembahasan tentang spesifikasi sistem diterapkan

menjadi rancangan atau cetak biru sebuah sistem.


39

Tahap ini disebut sebagai cetak biru, di mana sistem sudah siap

untuk dikembangkan mulai dari implementasi, analisis sistem, hingga

tenaga pendukung sistem yang akan dikembangkan.

c. Tahap Pembangunan Sistem

Pengembangan sistem ialah tahap di mana rancangan mulai

dikerjakan, dibuat, atau diimplementasikan menjadi sistem yang utuh

dan dapat digunakan. Jika diibaratkan bangunan, tahap ini merupakan

tahap membangun.

Tahap ini memakan waktu cukup lama karena akan muncul

kendala-kendala baru yang mungkin dapat menghambat jalannya

pengembangan sistem. Pada tahapan ini, perancangan bisa saja

berubah karena satu atau banyak hal.

Tahap selanjutnya ialah memproduksi perangkat lunak di

bawah proses pengembangan. Menurut metodologi yang sudah

digunakan, tahap ini dapat dilakukan dengan cepat. Output yang

dihasilkan pada tahap ini ialah perangkat lunak yang telah berfungsi

dan siap diuji.

d. Tahap Pengujian Sistem 

Sesudah sistem selesai dikembangkan, sistem harus melalui

pengujian sebelum digunakan atau dikomersialisasikan. Tahap


40

pengujian sistem harus dijalankan untuk mencoba apakah sistem yang

dikembangkan dapat bekerja optimal atau tidak.

Pada tahap ini, ada beberapa hal yang harus diperhatikan,

seperti kemudahan penggunaan sampai pencapaian tujuan dari sistem

yang sudah disusun sejak perancangan sistem dilakukan. Jika ada

kesalahan, tahap pertama hingga keempat harus diperbarui, diulangi,

atau pun dirombak total.

Tahap tes SDLC ialah bagian paling penting dalam rangkaian

pembuatan sebuah perangkat lunak. Karena sangat tidak mungkin

mempublikasikan sebuah software tanpa melalui pengujian terlebih

dahulu. Beberapa pengujian yang harus dilewati, antara lain kualitas

kode, tes fungsional, tes integrasi, tes performa, dan tes

keamanan.Untuk memastikan pengujian berjalan teratur dan tidak ada

bagian yang terlewati, tes dapat dilakukan menggunakan perangkat

Continuous Integration seperti Codeship. Dari tahap ini, akan

dihasilkan perangkat lunak yang telah dites dan siap untuk disebarkan

ke dalam proses produksi.

e. Implementasi

Implementasi dan pemeliharaan merupakan tahap akhir dalam

pembuatan SDLC. Di tahap ini sistem sudah dibuat, diuji coba, dan
41

dipastikan dapat bekerja optimal. Setelah tahap pembuatan selesai,

dilakukan implementasi dan pemeliharaan oleh pengguna.

Pemeliharaan sangat penting untuk memastikan sistem bekerja dengan

optimal setiap saat.

Untuk implementasi, langkah yang harus dilakukan adalah sebagai

berikut.

1. Melakukan survei dan penilaian terhadap kelayakan sistem yang

sudah dikembangkan.

2. Menganalisis dan mempelajari sistem yang sudah ada dan sedang

berjalan.

3. Melakukan pemecahan masalah dalam pengembangan sistem.

4. Menentukan penggunaan hardware dan software yang tepat.

5. Merancang dan mengembangkan sistem baru.

6. Memelihara dan meningkatkan sistem yang baru jika diperlukan.

Fase ini disebut juga sebagai tahap penyebaran. Pada tahap

ini, software disebarkan setelah melewati proses yang melibatkan

beberapa persetujuan manual. Tahap ini dilakukan sebelum

menurunkan software ke produksi.

Proses penyebaran dapat dilakukan menggunakan Application

Release Automation (ARA) sebelum masuk ke proses


42

produksi. Output yang didapat dari tahap ini ialah perangkat lunak

yang siap untuk diproduksi secara massal.

b. Pemeliharaan Sistem

Pemeliharaan sistem yang sudah dibuat sangat penting untuk

referensi di kemudian hari. Pemeliharaan ialah tahap akhir yang

menjadi permulaan fase yang baru yaitu penggunaan. SDLC belum

berakhir di tahap ini. Software yang dihasilkan harus terus dipantau

untuk memastikan ia berjalan sempurna. Celah dan kerusakan yang

ditemukan pada proses produksi harus dilaporkan dan diselesaikan.

Jika ditemukan sebelum diproduksi massal, ini akan lebih baik

daripada menyelesaikan dengan merombak semuanya dari awal ke

akhir.

Anda mungkin juga menyukai