Anda di halaman 1dari 45

BAB 3

PEMODELAN DENGAN SURFACE WATER MODELLING SYSTEM (SMS)

3.1 Perangkat Lunak Surface water Modelling System (SMS)


Pada sub-bab ini dijabarkan prinsip-prinsip pemodelan numerik secara umum dengan
menggunakan program software SMS. Prinsip-prinsip tersebut antar lain pre-
processing dan post-processing dengan menggunakan interface SMS dan pengetahuan
tentang model numerik yang digunakan, yaitu ADCIRC, dan STWAVE. Sebagian
besar informasi pada bab ini disadur dari manual ADCIRC, manual STWAVE serta
tutorial SMS. Dalam tugas akhir ini program SMS yang digunakan adalah SMS versi
9.0.

3.1.1 Interface SMS 9.0


Surface Water Modelling System (SMS) adalah perangkat lumak yang memiliki
kemampuan sebagai pemroses awal dan akhir (pre- dan post-prosesor) untuk
pemodelan muka air. Yang dimaksud proses awal (pre-process) pemodelan adalah
kegiatan melakukan diskritisasi terhadap sebuah fungsi atau persamaan. Diskritisasi
tersebut dilakukan dengan membangun mesh pada daerah yang akan dimodelkan.
Proses akhir (post-process) pemodelan adalah kegiatan menyajikan data hasil
pemodelan.

3.1.1.1 Perangkat Pre-processor SMS 9.0


Perangkat-perangkat pre-processor yang disediakan oleh SMS berguna antara lain
untuk mengatur, mengedit dan menvisualisasikan data geometri dan data hidrolis.
Untuk diskritisasi, SMS juga menyediakan perangkatuntuk membangun, mengedit,
dan memformat mesh yang akan digunakan dalam pemodelan numerik.

Tahap-tahap yang dilakukan untuk membangun mesh dengan menggunakan SMS


adalah:
• Mengimport peta digital dengan ekstensi DXF atau TIF. Peta ekstensi DXF
biasanya berisi informasi geometri lokasi pemodelan, seperti data batimetri
dan skala peta yang benar. SMS dapat menyesuaikan secara otomatis skala
pemodelan dengan skala peta DXF. Peta ekstensi TIF biasanya hanya berisi

Halaman III -
Bab 3 Pemodelan dengan Surface water Modelling System

gambar latar belakang (background image) lokasi pemodelan tanpa informasi


geometris. SMS tidak dapat secara otomatis menyesuaikan skala peta TIF
untuk skala pemodelan. Penyesuaian skala model harus dilakukan secara
manual dengan meregister peta.
• Membangun mesh domain model. Membangun mesh model dapat dilakukan
dengan membangun elemen-elemen pada daerah yang telah ditetapkan sebagai
domain model. Ada dua macam cara yang dapat digunakan untuk membangun
mesh. Pertama, pada mesh module, pembangunan dilakukan dengan cara
mengklik tombol Create Mesh Node untuk meusun node-node secara manual
di seluruh lokasi pemodelan. Cara kedua adalah pada map module, dengan
membangun poligon yang mengelilingi domain model, kemudiapada menu
Feature Object, klik Map → 2D mesh, maka mesh 2D akan terbentuk secara
otomatis. Poligon yang dibangun merupakan arc group, Arc (sederetan
segmen-segmen garis yang saling berhubungan) tersebut dibangun dengan
meng-klik tombol Create feature Arc.
• Memasukkan informasi batimetri. Nilai batimetri dimasukkan pada setiap
node pada elemen. Ada bermacam-macam cara memasukk informasi
batimetri, yang pertama dengan menggunakan file ber-ekstensi XYZ yang
berisi tentang informasi batimetri, file ini di-load sebagai data scatter sehingga
pada saat generate mesh, secara otomatis SMS akan mambacanya sebagai data
kedalaman perairan. Atau dengan cara manual, dengan memasukkan nilainya
pada titik node mesh yang telah dibangun.

3.1.1.2 Perangkat Post-processor SMS 9.0


Perangkat post-processor yang disediakan oleh SMS antara lain berupa penyajian
hasil model secara grafik dan visualisasi data hasil pemodelan pada setiap node di
dalam domain model. Penyajian secara visual lainnya adalah dengan membuat
animasi (film-loop) untuk simulasi dinamik.
Proses penghitungan pemodelan, yaitu proses di antara pre-process dan post-process,
adalah kegiatan untuk menyelesaikan persamaan matriks untuk mendapatkan solusi
pada setiap node. Proses penghitungan ini dilakukan oleh model-model numerik yang
disupport melipyti model dari United States Army Corps of Engineer-Waterways
Experiment Station (USACE-WES), antara lain TABS-MD (GFGEN, RMA2, RMA4,

Halaman III -
Bab 3 Pemodelan dengan Surface water Modelling System

SED2D), ADCIRC, CGWAVE, STWAVE, dan HIVEL2D, model dari U.S. Federal
Highwat Administration (FHWA), antara lain FESWMS dan WSPRO, dan beberapa
model komersil lainnya.
Secara umum setiap model numerik digunakan untuk menyelesaikan kasus yang
spesifik. Beberapa model digunakan untuk menghitung elevasi muka air dan
kecepatan aliran model, model lain digunakan untuk menghitung mekanika
gelombang, dan yang lainnya lagi digunakan untuk menghitung pergerakan sedimen.
Beberapa model numerik mendukung untuk simulasi dinamik, sementara yang lain
hanya bisa digunakan untuk keadaan langgeng (steady).

3.2 Pemodelan Matematika


Pemodelan matematika dilakukan untuk mengetahui kondisi laut di sekitar daerah
pemodelan, seperti tinggi dan arah gelombang, dan pola arus.
Model matematika yang akan digunakan dalam pekerjaan ini adalah untuk
mendapatkan:
1. Pola Arus
Pola arus berupa arah dan besar arus untuk kawasan yang dimodelkan
2. Pola Gelombang
Yaitu berupa arah besar gelombang untuk kawasan yang dimodelkan.

3.3 Model ADCIRC


3.3.1 Pengenalan modul ADCIRC
ADCIRC adalah suatu program komputer yang dikembangkan untuk menyelesaikan
persamaan gerak atau fluida yang bergerak di bumi yang berotasi. Persamaan ini telah
diformulasikan menggunakan tekanan hidrostatik tang tradisional dan pendekatan
Bousinessq yang telah didiskritisasikan dalam ruang menggunakan metoda elemen
hingga dan dalam waktu menggunakan metoda selisih hingga.
ADCIRC bisa dijalankan baik sebagai model dua dimensi yang terintegrasikan
dengan kedalaman maupun sebagai model tiga dimensi. Dalam kasus keduanya,
elevasi diperoleh dari solusi persamaan kontinuitas yang terintegrasi dengan
kedalaman dalam bentuk persamaan kontinuitas-gelombang yang disamakan
(Generated Wave-Continuity Equation (GWCE)). Kecepatan didapatkan dari solusi
baik dari persamaan momentum dua dimensi maupun tiga dimensi. Semua bagian
yang nonlinear telah tercakup dalam persamaan ini.

Halaman III -
Bab 3 Pemodelan dengan Surface water Modelling System

ADCIRC bisa dijalankan baik dengan menggunakan koordinat Cartesian maupun


sistem koordinat spherical.
Syarat batas ADCIRC adalah:
• Elevasi yang telah ditetapkan (konstituen harmonic pasang surut atau time
series)
• Aliran normal yang telah ditetapkan (konstituen harmonic pasang surut atau
time series)
• Aliran normal nol (zero normal flow)
• Keadaan tanpa gesekan ataupun dengan gesekan untuk velocity
• Batas eksternal peluapan di luar domain
• Batas internal peluapan di antara bagian domain
• Tegangan permukaan (tegangan perambatan angin dan/atau gelombang)
• Tekanan atmosphere
• Pemancaran gelombang sebelah luar (outward radiation of stress)

ADCIRC bisa dipaksakan dengan:


• Kondisi batas elevasi batas
• Kondisi batas aliran normal
• Kondisi batas tegangan permukaan
• Potensial pasang-surut

ADCIRC juga memuat program analisa least square yang menghitung konstituen
harmonik untuk elevasi dan kecepatan pada kedalaman rata-rata selama program
dijalankan sehingga menghindarkan kebutuhan untuk memasukkan time series yang
panjang untuk post processing.

3.3.2 Persamaan pengatur dalam ADCIRC


Versi 2DDI dari ADCIRC menyelesaikan dua dimensi, terintegrasi dengan
kedalaman, dan persamaan perairan dangkal.

Persamaan pengatur:
∂ζ ∂UH ∂VH
+ + =0
∂t ∂x ∂y

Halaman III -
Bab 3 Pemodelan dengan Surface water Modelling System
Dan persamaan momentum:
∂U ∂U ∂U ⎡ Ps ⎤ τ sx τ bx
∂ +U +V − fV = − + gζ − g ( η + γ ) + − +D −B

∂x ⎣ ρ o ⎥ ρo H
⎦ ρo
x x
∂t ∂x ∂y
H

∂V ∂V ∂V ∂⎡ P ⎤ τ sy τ by
+U +V − fU = − s
+ gζ − g (η + γ ) + − + y − By

D
∂t ∂x ∂y ∂y ⎣ ρ o ⎦ ρo ρo H
H
dimana:
(η + γ ) menyatakan potensial pasang surut Newtonian, pasang surut bumi, daya tarik
sendiri dan pasang surut, menyatakan tegangan dasar dan variabel lain didefinisikan
di bagian pendifinisian variabel.
Untuk menghindarkan problem numerical yang sudah sangat diketahui dalam
menggunakan diskritisasi spasial elemen hingga galerkin, persamaan kontinuitas
digantikan oleh persamaan kontinuitas gelombang yang digeneralisasi (GWCE).
GWCE dibentuk dengan mengambil penurunan waktu dari persamaan kontinuitas
primitif dan dikalikan dengan parameter pemberat variabel numerical yang spasial,
τ o , dan mengaplikasikan aturan rantai:
∂ 2ζ ∂ζ ∂Ax ∂Ay ∂τ ∂τ
2 + τo − UH o − VH o
+ + =0
∂τ ∂t ∂x ∂y ∂x ∂y
Dimana:
∂UH
Ax = + τ oUH ∂Qx + τ oQx
∂t = ∂t
∂VH ∂Qy
Ay = + τ o Qy
∂t + τ VH ∂t
o
=
Menggunakan aturan rantai dalam kondisi penurunan waktu dalam variabel Ax, Ay
∂U ∂V
dan memasukkan dan ke dalam persamaan momentum menghasilkan:
∂t ∂t

∂H ∂U ∂U ∂ ⎡ Ps ⎤ τ τ
A⎧= U
⎪ +H U −V + fV − + gζ − g(η + ϒ) + sx − bx + D − +
⎪⎫τ U
⎨ −B ⎢ ⎥ o ⎬
x
∂t ∂x ∂y ∂x ⎣ ⎦ ρo ρo H x x

ρo H
∂H ⎧⎪ ∂V ∂V τ τ ⎫⎪
A =V
∂ +H −U −V + fV − ⎡ Ps + gζ − g (η + ϒ) ⎤ + sy − by + D −
+τV
y ⎨ B
⎢ y y o ⎬
⎥ ∂y ⎣ ρ o ρo H
∂t ∂x ∂y ⎦H ρ o

Halaman III -
Bab 3 Pemodelan dengan Surface water Modelling System
Bentuk final dari GWCE diperoleh dengan memasukkan persamaanni untuk Ax Ay
dalam persamaan 4. ADCIRC memecahkan GWCE dengan persamaan momentum
non konservatif.

Halaman III -
Bab 3 Pemodelan dengan Surface water Modelling System

ADCIRC adalah salah satu modul dari software Surface Water Modelling System.
Modul ini adalah suatu program komputer yang diperuntukkan untuk menyelesaikan
persamaan gerak dari fluida bergerak dalam bumi yang berotasi. Persamaan ini telah
diformulakan menggunakan tekanan hidrostatik tradisional dan aproksimasi
bousinessq dan telah didiskritisasikan dalam ruang menggunakan metoda Elemen
Hingga dan suatu waktu menggunakan selisih hingga.
ADCIRC menggunakan input data batinetri, parameter karakteristik lokasi perairan
seperti koefisien manning, dan koefisien pasang surut. Koefisien pasang surut ini
dibaca dari database yang dimiliki ADCIRC.

3.3.3 Simulasi Menggunakan Modul ADCIRC


Proses simulasi dilakukan dengan langkah-langkah seperti diuraikan dibawah ini:
1. Membuat grid mesh dari peta batimetri,
Grid mesh untuk pemodelan dapat dilihat pada gambar 3.1

Gambar 3.1 Mesh modul ADCIRC

Halaman III -
Bab 3 Pemodelan dengan Surface water Modelling System

2. Run simulasi dengan input data (parameter-parameter yang mencerminkan


karakteristik perairan lokasi yang ditinjau).
3. Membandingkan data simulasi dengan data survei lapangan.
4. Proses berikutnya simulasi hidrodinamika dengan menggunakan modul
STWAVE.

3.3.4 Verifikasi Model ADCIRC


Pada prinsipnya verifikasi model adalah membandingkan hasil model dengan suatu
data lapangan. Verifikasi model ini lebih ditujukan pada pemeriksaan kehandalan dari
suatu model setelah model tersebut dikalibrasi. Verifikasi model dengan data
lapangan dilakukan seperti pada kalibrasi model, hanya saja tidak lagi dilakukan
perubahan apapun pada parameter model. Tujuannya untuk memberi komentar
kualitatif dan kuantitatif kemampuan model.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada lokasi labuan selama satu bulan yaitu
dari tanggal 4-April-2007 sampai dengan 4-Mei-2007 didapatkan data elevasi muka
air selama 30 hari. Data elevasi muka air yang didapat ini yang akan dijadikan data
untuk verifikasi model ADCIRC. Hasil perbandingan data lapangan dengan data hasil
pemodelan ADCIRC dapat dilihat pada gambar 3.2.

Halaman III -
Bab 3 Pemodelan dengan Surface water Modelling System (SMS)

Perbandingan pasut data lapangan dan pemodelan

0.8

0.6

0.4

0.2
Pemodelan
Elevasi

0
Data lapangan
0 100 200 300 400 500 600 700
800

-0.2

-0.4

-0.6

-0.8

-1
Waktu (jam)

Gambar 3.2 Grafik perbandingan pasang surut

Halaman III - 8
3.4 Model STWAVE
3.4.1 Pengenalan modul STWAVE
STWAVE adalah model yang mensimulasikan refraksi dan shoaling karena
perubahan kedalaman, pecah gelombang karena kedalaman dan kemiringan pantai,
difraksi, pembentukan gelombang karena angin, dan interaksi antar gelombang.
Fungsi dari memodelkan transformasi gelombang pada daerah pantai adalah untuk
melihat perubahan-perubahan yang terjadi pada parameter gelombang (tinggi
gelombang, perioda, arah, dan bentuk spectrum gelombang). Pada perairan dalam
parameter gelombang umumnya memiliki nilai yang sama pada jangkauan kilometer,
tetapi pada daerah perairan dangkal dimana gelombang sangat dipengaruhi oleh
batimetri, tinggi muka air, dan arus nilai parameter gelombang dapat sangat berbeda
dalam jarak yang dekat. Informasi gelombang pada perairan dalam dapat diperoleh
dari alat pencatat gelombang atau dengan peramalan gelombang dengan angin.
Informasi gelombang perairan dangkal dibutuhkan untuk hampir semua disain
bangunan pantai. Gelombang menyebabkan arus sejajar pantai, transpor sedimen,
gaya pada struktur pantai, osilasi pada gelombang. Besar nilai tinggi gelombang dan
arah gelombang bias menjadi sangat penting pada perencanaan bangunan pantai.
Spektrum gelombang adalah tampilan statistik dari medan gelombang. Secara konsep
sebuah spektrum adalah superposisi dari gelombang-gelombang monokromatik.
Sebuah spektrum memperlihatkan distribusi dari energi gelombang sebagai fungsi
dari frekuensi (spektrum satu dimensi) atau frekuensi dan arah (spektrum dua
dimensi).
Asumsi-asumsi yang digunakan dalam STWAVE:
• Kemiringan pantai yang landai dan refleksi gelombang diabaikan
• Kondisi gelombang laut dalam yang homogen.
• Kondisi gelombang, arus dan angin yang tenang
• Refraksi dan shoaling linier
• Gaya gesek dasar laut diabaikan
• Arus seragam pada setiap kedalaman

3.4.2 Persamaan pengatur dalam modul STWAVE


Interaksi antara gelombang dan arus sering direferensikan dalam koordinat yang
bergerak. Parameter gelombang dalam koordinat ini dinotasikan dengan r, dan

Halaman III - 9
parameter untuk koordinat yang tidak bergerak dinotasikan dengan a. Persamaan
dispersi gelombang dalam arah bergerak ditunjukkan pada persamaan berikut:
2
ω = gk tanh kd (1)
r

dimana:
ω = frekuensi angular
g = percepatan gravitasi
k = bilangan gelombang
d = kedalaman perairan
sedangkan persamaan dispersi untuk koordinat tetap:
ωa = ωr + kU cos(δ − α (2)
)
dimana:
U = kecepatan arus
į = arah dari arus relatif terhadap koordinat tetap
α = arah gelombang orthogonal
dimana nilai gelombang dapat diketahui dengan mensubsitusikan persamaan 1 ke
persamaan 2. Nilai gelombang dan panjang gelombang untuk kedua persamaan
memiliki nilai yang sama.
Solusi untuk refraksi dan shoaling juga membutuhkan kecepatan gelombang, C, dan
kecepatan gelombang kelompok, Cg. Berikut adalah persamaan tersebut dalam
koordinat relative terhadap arah arus.
ωr
Cr = (3)
k
2kd ⎞
Cgr = 0.5Cr ⎛⎜1 + ⎟ (4)
⎝ sinh 2kd ⎠

Gambar 3.3 Sketsa definisi vektor gelombang dan arus

Halaman III -
Arah dari kecepatan gelombang digambarkan dengan besar α dari orthogonal
gelombang.
Ca = Cr + U cos(δ − α (5)
)
(6)
(Cga )i = (Cgr )i + (U )i

dimana arah dari kecepatan gelombang adalah arah gelombang orthogonal. Arah
gelombang digambarkan dengan:
⎛ C sin α + U sin δ
−1⎞ gr (7)
μ = tan
⎜ Cgr cos α + U cos δ⎟
⎝ ⎠
Perbedaan antara gelombang orthogonal dan arah gelombang penting dalam kondisi
interaksi arus-gelombang. Tanpa arus arah gelombang akan sama dengan gelombang
orthogonal, tetapi dengan adanya arus, energi gelombang bergerak sejajar dengan rays
dimana arah gelombang didefinisikan dengan orthogonal.
Arah gelombang orthogonal untuk keadaan steady-state dapat dihitung dengan:
Dα Cr k Dd ki DU i
Cga =− − (8)
DR sinh 2kd Dn k Dn
dimana:
D = turunan
R = koordinat dengan arah gelombang
N = Koordinat normal terhadap gelombang orthogonal
Persamaan pengatur pada keadaan steady untuk spektrum gelombang sepanjang arah
gelombang:
∂ Ca Cga cos( μ − α )E (ω
a ,α ) S
( ) ∂x = (9)
ga i
i ωr ωr
dimana:
E=kerapatan energi gelombang dibagi dengan (ρwg), dimana ρw adalah massa jenis air
S = energi source dan sink.

Refraksi dan Shoaling


Refraksi dan shoaling diimplementasikan dalam STWAVE dengan melihat arah
gelombang. Arah gelombang dilihat dengan melihat dari satu kolom ke kolom
berikutnya. Spektrum gelombang dua dimensi dimasukkan sebagai input pada kolom
pertama (syarat batas lepas pantai). Sebagai acuan pada kolom kedua pada grid,
spectrum dihitung dengan menghitung ke belakang untuk setiap frekuensi dan arah

Halaman III -
komponen dari spectrum. Arah gelombang (μ) ditentukan dengan persamaan 7. Hanya
arah gelombang yang bergerak ke pantai yang diperhitungkan. Energi gelombang
yang mengarah ke lepas pantai diabaikan.
Arah gelombang dihitung dengan melihat kembali pada kolom sebelumnya dan
panjang dari gelombang segmen DR diperhitungkan. Turunan dari kedalaman dan
arus komponen normal dari gelombang orthogonal diperhitungkan dan disubstitusikan
ke persamaan 8 untuk memperhitungkan gelombang orthogonal pada kolom 1.
Kemudian bilangan gelombang, kecepatan gelombang, kecepatan gelombang
kelompok dan sudut gelombang di kolom sebelumnya diperhitungkan. Energi
gelombang diperhitungkan dengan merata-ratakan dua kolom grid yang berdekatan.
Energi gelombang yang sudah mengalami refraksi dan shoaling pada kolom 2
diperhitungkan dengan persamaan 9.

Diskritisasi Numerik
STWAVE adalah pemodelan numeric berdasarkan turunan-finite, yang diformulakan
pada sistem koordinat kartesius. Setiap grid berbentuk persegi (Δx = Δy). Skema dari
grid pada program STWAVE dapat dilihat pada gambar x.x. STWAVE bekerja pada
koordinat local, dengan sumbu-x terletak tegak lurus dengan garis pantai dan sumbu-y
sejajar dengan pantai. Skematik grid STWAVE dapat dilihat pada gambar 3.4

Gambar 3.4 Skematik grid STWAVE


STWAVE adalah salah satu modul dari software Surface Water Modelling System.
Modul ini adalah suatu program komputer yang diperuntukkan untuk menyelesaikan
persamaan refraksi dan difraksi dari gelombang pada daerah perairan dangkal.
Persamaan ini telah diformulakan berdasarkan persamaan dispersi dan telah
didiskritisasikan dalam ruang menggunakan metoda finite-differensial.

Halaman III -
STWAVE menggunakan input batimetri, parameter gelombang pada daerah yang
ditinjau seperti tinggi gelombang dan perioda gelombang, dan parameter spectrum
gelombang. Untuk parameter spectrum gelombang yang digunakan dapat dilihat pada
tabel 3.1.

Tabel 3.1 Tabel parameter spectrum gelombang

3.4.3 Spektrum Energi Teoritis


Beberapa penyelidikan yang pernah dilakukan oleh para ilmuwan untuk
menggambarkan suatu bentuk yang mewakili permukaan laut (yang acak) telah
menghasilkan suatu metode yang dikenal dengan nama fungsi distribusi atau
spektrum gelombang. Beberapa teori telah dikembangkan untuk menggambarkan
suatu bentuk permukaan laut. Spektrum Pierson-Moskowitz, spektrum Bretschneider,
dan spektrum JONSWAP adalah beberapa model matematika yang dapat
menggambarkan permukaan laut yang acak.
Pierson-Moskowitz (1946) mengajukan suatu ungkapan teoritis yang berhasil
memenuhi seluruh batasan teoritis dan didukung dengan data empiris yang
dikumpulkannya. Spektrum Pierson-Moskowitz dituliskan dalam bentuk seperti
dibawah ini.
⎡ α g2 ⎛w 4 ⎞
−β ⎜ 0 4⎟ ⎤
⎝ w ⎠
S (w) = ⎢ 5 exp ⎥ dw (10)
w

dimana :

Halaman III -
α = 0,0081 (konstanta tak berdimensi)
β = 0,74 (konstanta tak berdimensi)
w 0= g U
g = percepatan gravitasi
U = kecepatan angin
w = frekuensi gelombang yang ditinjau

Bretscheneider (1959,1963) memberikan bentuk lain dari spektrum energi Pierson-


Moskowitz, yaitu dengan harga α dan ȕ yang berbeda. Ungkapan serupa juga
diberikan oleh Roll dan Fiscer (1956) dimana kondisi gelombang berada dalam
keadaan seimbang dengan angin disebut laut jenuh (fully arisen sea). Keadaan
keseimbangan antara angin dan gelombang jarang terjadi di laut dan tidak akan terjadi
untuk kecepatan angin yang tinggi.
⎡ 5 ⎛ f ⎞−4 ⎤
⎢− ⎥
2 ⎜ ⎟
5H s 1 ⎢ 4 ⎝ f0 ⎠ ⎥
S(f)=
exp ⎣ ⎦
(11)
16 f 0 (f f0 )

dimana :
H s = H1 3
f 0 = frekuensi puncak spektrum
f = frekuensi

Hasselman dkk (1973-1976) menunjukkan bahwa spektrum dari suatu angin yang
sedang tumbuh dengan aktif dapat dinyatakan dengan cukup baik oleh suatu bentuk
spektrum. Bentuk spektrum angin laut tersebut diberikan oleh persamaan
αg2 a b
S(f)= 4
eγ (12)
( 2π ) f
5

dimana :
⎡ 5 ⎛ f ⎞ 4⎤ ⎡ ( f − f m)2 ⎤
a=−⎢ m
⎥ b = exp ⎢ − ⎨ 2 2 ⎬⎥
4 ⎜ f 2σ f ⎪⎭⎥
⎣ ⎢ ⎝ ⎠ ⎣⎢ m ⎦
⎦⎥ ⎪⎩

fm merupakan frekuensi puncak spektrum, dan α, τ dan Ȗ merupakan koefisien yang


sesuai dengan spektrum yang diamati ataupun dihitung sebagai fungsi dari fetch tak
berdimensi. Rumus ini disebut spektrum Join North Sea Wave Project (JONSWAP)
sesuai dengan percobaan lapangan yang dilaksanakan. Kerap kali suatu spektrum
puncak tunggal diterapkan pada bentuk ini.
Halaman III -
Rumusan yang sama juga dibuat secara empiris dari pengalaman gelombang,
Prosedur gabungan empiris-analitis digunakan oleh Sverdrup dan Munk (1974) dalam
sistem peramalan gelombang yang pertama kali digunakan secara luas.

3.4.3.1 Proses Acak


Proses acak atau proses stokastik adalah kumpulan dari beberapa variabel acak yang
berubah-ubah terhadap waktu. Proses acak ini terdiri dari banyak time series.
Dalam proses acak ini dikenal istilah ensembel yang artinya suatu kumpulan data
pada waktu t (gambar 4.1). Rata-rata dari data ensembel ini disebut rata-rata
ensembel. Beranjak dari konsep ensembel ini, lalu muncul istilah-istilah sebagai
berikut:
• Ergodik
Bila rata-rata ensembel sama dengan rata-rata dari salah satu time series.
• Stationary
Bila karakteristik statistik tidak berubah terhadapwaktu, artinya karakteristik
statistik untuk tiap ergodik sama.

3.4.3.2 Distribusi Probabilitas


Probabilitas adalah perbandingan banyaknya kejadian pada selang tertentu dengan
banyaknya kejadian pada seluruh even.

p( x )dx =
∑ dt
T (13)

Nilai probabilitas untuk seluruh kejadian bernilai satu.

3.4.3.3 Distribusi Gauss/Normal


Elevasi muka air (η) dari suatu proses acak fungsi kerapatannya dianggap mengikuti
distribusi gauss (normal). Persamaan distribusi gauss adalah sebagai berikut
1
f (x ) =
2
− ( x − m ) / 2σ 2
e (14)
2πσ
m = mean atau nilai rata-rata dari data
σ = standar deviasi dari data
Untuk mengetahui apakah distribusi η mengikuti distribusi gauss perlu dihitung
probabilitas η untuk selang tertentu. Dari hasil probabilitas tersebut bandingkan
dengan pola distribusi gauss.

Halaman III -
Nilai probabilitas η untuk tiap selang adalah
n (i )
p (1) = (15)
N .Δ (η )
i = selang ke i (i=1,2,3,...)
n = banyak data tiap selang ke i
N = jumlah seluruh data
∆(η) = lebar selang

3.4.3.4 Distribusi Rayleigh


Tinggi gelombang dari suatu proses acak fungsi kerapatannya dianggap mengikuti
distribusi Rayleigh. Persamaan distribusi rayleigh untuk H/Hrata-rata adalah
⎡ πx ⎤
⎢− ⎥
f (x ) = π xe ⎣
⎢ 4 ⎥⎦
, x =H (16)
2
Untuk mengetahui apakah distribusi tinggi gelombang acak mengikuti distribusi
rayleigh perlu dihitung probabilitas H/Hrata-rata untuk selang waktu tertentu.
n (i )
p (i ) = (17)
N .Δ H
H
Dari hasil probilitas tersebut bandingkan dengan pola distribusi Rayleigh.

3.4.3.5 Spektrum energi untuk fungsi diskrit


Fungsi diskrit adalah fungsi yang domainnya merupakan titik-titik dengan suatu
selang tertentu antar titik. Contoh fungsi diskrit dapat dilihat pada gambar 3.5

Gambar 3.5 Fungsi diskrit


Untuk menentukan spektrum energi dari suatu fungsi diskrit, penurunannya adalah
sebagai berikut:

Halaman III -
Misalkan dua sampel fungsi x(t) dan y(t) dari dua proses acak yang berbeda.
Pengamatan yang dilakukan dari t=0 sampai t=T. Lakukan pengurutan data diskrit
dari time series {xr} dan {yr}, r = 0,1,1,....,(N-1). N adalah banyaknya titik.
Hubungan antara banyak titik N, lama pengamatan T dan selang pengamatan ∆,
adalah ∆ = T/N, kemudian hitung transformasi Fourier {xk} dan {yk} dari fungsi.
N −1
−i 2πkrN
( )
N∑
Xk = x e r
r =0

k = 0,1,2,3,....,(N-1)
N −1
−i 2πkr N
( )
N∑
Yk = y e r
r =0

Nilai fungsi kroskorelasi antara x(t) dan y(t) dari sampel data {xr} dan {yr} adalah
sebagai berikut
N −1
1
Rr = s∑ x s y s + r = 0,1,2,3,....,(N-1) (18)
r
N r =0

Asumsikan y(t) sebagai fungsi periodik


Ys + = Ys + r − dimana s + r ≥ N (19)
r N

Persamaan spektrum energi diberikan sebagai berikut


⎛ 2πk ( s + r ⎟⎞
2πks ) ⎧ 1 ⎫
N −1 N −1
S k = 1∑ x s ei ( N ⎨ ∑ y s + r )
−i ⎜ N⎠
⎬ (20)
e ⎝
N s =0 N
⎩ r =0 ⎭
Sejak diasumsikan {yr} periodik dengan perioda N, maka YN+s = Ys, sehingga
transformasi fouriernya sama dengan Yk. Sisa dari persamaan Sk diatas adalah nilai
komplek konjugat dari Xk, ditulis Xk*. Sehingga persamaan Sk dapat ditulis
Sk = Xk* (21)
Yk
Untuk perhitungan spektrum energi pada suatu time series x(t), maka persamaannya
menjadi
Sk =Xk*X (22)
k

Persamaan diatas adalah persamaan spektrum energi untuk fungsi diskrit.

Halaman III -
3.4.3.6 Gelombang berdasarkan spektrum energi teoritis
Persamaan gerak untuk elevasi muka air gelomban linier adalah

Halaman III -
η = a cos (kx − ωt + ε (23)
)
Persamaan diatas dapat digunakan untuk menurunkan persamaan gerak elevasi muka
air pada gelombang acak yang terdiri dari banyak komponen gelombang. Caranya
adalah dengan menjumlahkan komponen-komponen gelombang tersebut, sehinggal
persamaannya menjadi
N
η (t ) = ∑ a1 cos(k i x − ωi t + ε i ) (24)
i =1

Dimana
i = komponen gelombang ke i
a = amplitudo gelombang
w = frekuensi sudut gelombang
İ = fasa gelombang

3.4.4 Simulasi Menggunakan Modul STWAVE


Proses simulasi dilakukan dengan langkah-langkah seperti diuraikan dibawah ini:
1. Membuat grid untuk simulasi STWAVE gelombang pada peta batimetri,
Untuk input menentukan grid yang digunakan pada modul STWAVE dapat
dilihat pada gambar 3.6

Halaman III -
Gambar 3.6 Input grid STWAVE

Grid untuk simulasi STWAVE dapat dilihat pada gambar 3.7

Halaman III -
Gambar 3.7 Grid simulasi STWAVE
2. Run simulasi dengan input data (parameter-parameter yang mencerminkan
karakteristik perairan lokasi yang ditinjau).
Untuk simulasi digunakan besar dan arah gelombang hasil peramalan untuk
perioda ulang 2,5,10,25 dan 50 tahun. Besar dan arah gelombang dapat dilihat
pada tabel 3.2

Halaman III -
Bab 3 Pemodelan dengan Surface water Modelling System

Return
Period Wave Direction
West
(year) Hs (m) T (s) L (m) H1% (m) T (s) L(m) H4% (m) T (s) L(m) H5% (m) T (s) L(m) H13% (m) T (s) L(m)
2 2.18 5.62 49.34 3.3 6.74 70.22 2.76 6 56.01 2.66 5.98 55.64 2.2 5.64 49.56
5 2.89 6.3 62 4.38 7.46 84.88 3.66 6.98 75.04 3.53 6.85 72.42 2.92 6.32 62.01
10 3.37 6.77 71.6 5.11 8.02 96.51 4.27 7.23 80.14 4.12 7.12 77.88 3.4 6.79 71.21
25 3.97 7.38 85.08 6.02 8.95 115.81 5.03 8.15 99.22 4.85 7.94 94.85 4 7.4 83.64
50 4.41 7.6 90.23 6.68 9.46 126.26 5.59 8.67 110.02 5.39 8.45 105.46 4.45 7.62 88.19
Tabel 3.2 Tabel gelombang arah west.

Contoh input yang dimasukkan untuk modul STWAVE ini dapat dilihat pada gambar 3.7

Halaman III -
Bab 3 Pemodelan dengan Surface water Modelling System

Gambar 3.8 Contoh input parameter STWAVE


3. Tampilan hasil simulasi dengan modul STWAVE
Hasil simulasi STWAVE dapat dilihat pada gambar-gambar berikut.

Halaman III -
Bab 3 Pemodelan dengan Surface water Modelling System

4.20

3.40

3.80 3.00

2.60
1.80

2.20

1.40

Incoming Wave
Direction

1.80

2.20
3.40 2.60
3.80
3.00

Gambar 3.9 Kontur tinggi gelombang akibat refraksi-difraksi gelombang perioda ulang 50 tahun (H=4.41m, T=7.6s)

Halaman III -
Bab 3 Pemodelan dengan Surface water Modelling System

5.90

5.20 3.80 3.10


4.50
1.70

2.40

1.00

Incoming Wave
Direction 1.70

3.80 2.40
4.50 3.10
5.20

5.90

Gambar 3.10 Kontur tinggi gelombang akibat refraksi-difraksi gelombang perioda ulang 50 tahun (H=6.68m, T=9.46s)

Halaman III -
Bab 3 Pemodelan dengan Surface water Modelling System

4.90 4.30
3.70
3.10
2.50

1.90

1.30
1.30

Incoming Wave
Direction

4.30 1.90
4.90
2.50
3.10

3.70
4.30

Gambar 3.11 Kontur tinggi gelombang akibat refraksi-difraksi gelombang perioda ulang 50 tahun (H=5.39m, T=8.45s)

Halaman III -
Bab 3 Pemodelan dengan Surface water Modelling System

Gambar 3.12 vektor gelombang akibat refraksi-difraksi gelombang perioda ulang 50 tahun

Halaman III -
Bab 3 Pemodelan dengan Surface water Modelling System

3.80

3.40
3.00
2.60

2.20

1.80

1.00
1.40

Incoming Wave
Direction
1.80

3.80 2.20
3.00

3.40
2.60

Gambar 3.13 Kontur tinggi gelombang akibat refraksi-difraksi gelombang perioda ulang 25 tahun (H=3.97m, T=7.38s)

Halaman III -
Bab 3 Pemodelan dengan Surface water Modelling System

5.70
5.10
4.50 3.90 3.30
2.70
2.10

0.90

1.50
1.50

5.70
Incoming Wave
Direction
2.10

4.50 2.70

3.30

5.10 3.90

Gambar 3.14 Kontur tinggi gelombang akibat refraksi-difraksi gelombang perioda ulang 25 tahun (H=6.02m, T=8.95s)

Halaman III -
Bab 3 Pemodelan dengan Surface water Modelling System

3.00
4.00 3.50 2.50
4.50
2.00

1.00

1.50
1.50

Incoming Wave
Direction
2.00
4.00

3.50 3.00 2.50


4.00

4.50

Gambar 3.15 Kontur tinggi gelombang akibat refraksi-difraksi gelombang perioda ulang 25 tahun (H=4.85m, T=7.94s)

Halaman III -
Bab 3 Pemodelan dengan Surface water Modelling System

Gambar 3.16 vektor gelombang akibat refraksi-difraksi gelombang perioda ulang 25 tahun

Halaman III -
Bab 3 Pemodelan dengan Surface water Modelling System

2.80

2.40 2.00

1.60

1.20

1.20
Incoming Wave
Direction
3.20
2.80 1.60
2.40 2.00

Gambar 3.17 Kontur tinggi gelombang akibat refraksi-difraksi gelombang perioda ulang 10 tahun (H=3.37m, T=6.77s)

Halaman III -
Bab 3 Pemodelan dengan Surface water Modelling System

4.10 3.60
4.60

3.10

2.60
2.10

1.10
1.60
1.60

Incoming Wave
Direction
4.10 2.10

3.10 2.60

4.10 3.60

4.60

Gambar 3.18 Kontur tinggi gelombang akibat refraksi-difraksi gelombang perioda ulang 10 tahun (H=5.11m, T=8.02s)

Halaman III -
Bab 3 Pemodelan dengan Surface water Modelling System

3.80
3.40
3.00 2.20

2.60
1.80

1.00
1.40
1.40

Incoming Wave
Direction
3.80
1.80
3.40

2.60
2.20
3.00

3.80

Gambar 3.19 Kontur tinggi gelombang akibat refraksi-difraksi gelombang perioda ulang 10 tahun (H=4.12m, T=7.12s)

Halaman III -
Bab 3 Pemodelan dengan Surface water Modelling System

Gambar 3.20 vektor gelombang akibat refraksi-difraksi gelombang perioda ulang 10 tahun

Halaman III -
Bab 3 Pemodelan dengan Surface water Modelling System

2.70

2.40

1.20
2.10
1.80

1.20
1.50
1.50

1.80
Incoming Wave 1.20
Direction
2.40 2.10

2.70

Gambar 3.21 Kontur tinggi gelombang akibat refraksi-difraksi gelombang perioda ulang 5 tahun (H=2.89m, T=6.3s)

Halaman III -
Bab 3 Pemodelan dengan Surface water Modelling System

4.20 3.80
3.40
3.00
2.60
2.20
1.80

1.40

1.40

Incoming Wave
Direction
1.80
2.20
3.40

4.20 2.60
3.80
3.00

Gambar 3.22 Kontur tinggi gelombang akibat refraksi-difraksi gelombang perioda ulang 5 tahun (H=4.38m, T=7.46s)

Halaman III -
Bab 3 Pemodelan dengan Surface water Modelling System

3.20

2.00
2.80
2.40

1.60
1.20
1.60
1.20

3.20
Incoming Wave
Direction

2.80
2.40
2.00

3.20

Gambar 3.23 Kontur tinggi gelombang akibat refraksi-difraksi gelombang perioda ulang 5 tahun (H=3.53m, T=6.85s)

Halaman III -
Bab 3 Pemodelan dengan Surface water Modelling System

Gambar 3.24 vektor gelombang akibat refraksi-difraksi gelombang perioda ulang 5 tahun

Halaman III -
Bab 3 Pemodelan dengan Surface water Modelling System

2.10

1.90

1.70
1.50

1.50
1.10
1.30
1.10
Incoming Wave 1.70 1.30
Direction
1.90

Gambar 3.25 Kontur tinggi gelombang akibat refraksi-difraksi gelombang perioda ulang 2 tahun (H=2.18m, T=5.62s)

Halaman III -
Bab 3 Pemodelan dengan Surface water Modelling System

2.40

2.80

2.00

1.60

1.20

Incoming Wave
Direction
3.20 2.80 1.60

2.40 2.00

Gambar 3.26 Kontur tinggi gelombang akibat refraksi-difraksi gelombang perioda ulang 2 tahun (H=3.3m, T=6.74s)

Halaman III -
Bab 3 Pemodelan dengan Surface water Modelling System

2.20
1.90

1.60

1.30
1.30
2.50

Incoming Wave
Direction
1.60

2.20 1.90

Gambar 3.27 Kontur tinggi gelombang akibat refraksi-difraksi gelombang perioda ulang 2 tahun (H=2.66m, T=5.98s)

Halaman III -
Bab 3 Pemodelan dengan Surface water Modelling System

Gambar 3.28 vektor gelombang akibat refraksi-difraksi gelombang perioda ulang 2 tahun

Halaman III -
Bab 3 Pemodelan dengan Surface water Modelling System (SMS)

Perioda Input gelombang Perioda Tinggi Gelombang


Ulang (m) (s) (m)
50 (Hs) 4.41 7.6 3
50 (H1%) 6.68 9.46 3.2
50 (H4%) 5.39 8.45 3.1
25 (Hs) 3.97 7.38 3
25 (H1%) 6.02 8.95 3.2
25 (H4%) 4.85 7.94 3.1
10 (Hs) 3.37 6.77 2.8
10 (H1%) 5.11 8.02 3.1
10 (H4%) 4.12 7.12 3
5 (Hs) 2.89 6.3 2.7
5 (H1%) 4.38 7.46 3.1
5 (H4%) 3.53 6.85 3
2 (Hs) 2.18 5.62 2
2 (H1%) 3.3 6.74 2.9
2 (H4%) 2.66 5.98 2.6
Tabel 3.3 Tabel tinggi gelombang pada titik tinjauan STWAVE

Halaman III - 43

Anda mungkin juga menyukai