Halaman III -
Bab 3 Pemodelan dengan Surface water Modelling System
Halaman III -
Bab 3 Pemodelan dengan Surface water Modelling System
SED2D), ADCIRC, CGWAVE, STWAVE, dan HIVEL2D, model dari U.S. Federal
Highwat Administration (FHWA), antara lain FESWMS dan WSPRO, dan beberapa
model komersil lainnya.
Secara umum setiap model numerik digunakan untuk menyelesaikan kasus yang
spesifik. Beberapa model digunakan untuk menghitung elevasi muka air dan
kecepatan aliran model, model lain digunakan untuk menghitung mekanika
gelombang, dan yang lainnya lagi digunakan untuk menghitung pergerakan sedimen.
Beberapa model numerik mendukung untuk simulasi dinamik, sementara yang lain
hanya bisa digunakan untuk keadaan langgeng (steady).
Halaman III -
Bab 3 Pemodelan dengan Surface water Modelling System
ADCIRC juga memuat program analisa least square yang menghitung konstituen
harmonik untuk elevasi dan kecepatan pada kedalaman rata-rata selama program
dijalankan sehingga menghindarkan kebutuhan untuk memasukkan time series yang
panjang untuk post processing.
Persamaan pengatur:
∂ζ ∂UH ∂VH
+ + =0
∂t ∂x ∂y
Halaman III -
Bab 3 Pemodelan dengan Surface water Modelling System
Dan persamaan momentum:
∂U ∂U ∂U ⎡ Ps ⎤ τ sx τ bx
∂ +U +V − fV = − + gζ − g ( η + γ ) + − +D −B
⎢
∂x ⎣ ρ o ⎥ ρo H
⎦ ρo
x x
∂t ∂x ∂y
H
∂V ∂V ∂V ∂⎡ P ⎤ τ sy τ by
+U +V − fU = − s
+ gζ − g (η + γ ) + − + y − By
⎢
D
∂t ∂x ∂y ∂y ⎣ ρ o ⎦ ρo ρo H
H
dimana:
(η + γ ) menyatakan potensial pasang surut Newtonian, pasang surut bumi, daya tarik
sendiri dan pasang surut, menyatakan tegangan dasar dan variabel lain didefinisikan
di bagian pendifinisian variabel.
Untuk menghindarkan problem numerical yang sudah sangat diketahui dalam
menggunakan diskritisasi spasial elemen hingga galerkin, persamaan kontinuitas
digantikan oleh persamaan kontinuitas gelombang yang digeneralisasi (GWCE).
GWCE dibentuk dengan mengambil penurunan waktu dari persamaan kontinuitas
primitif dan dikalikan dengan parameter pemberat variabel numerical yang spasial,
τ o , dan mengaplikasikan aturan rantai:
∂ 2ζ ∂ζ ∂Ax ∂Ay ∂τ ∂τ
2 + τo − UH o − VH o
+ + =0
∂τ ∂t ∂x ∂y ∂x ∂y
Dimana:
∂UH
Ax = + τ oUH ∂Qx + τ oQx
∂t = ∂t
∂VH ∂Qy
Ay = + τ o Qy
∂t + τ VH ∂t
o
=
Menggunakan aturan rantai dalam kondisi penurunan waktu dalam variabel Ax, Ay
∂U ∂V
dan memasukkan dan ke dalam persamaan momentum menghasilkan:
∂t ∂t
∂H ∂U ∂U ∂ ⎡ Ps ⎤ τ τ
A⎧= U
⎪ +H U −V + fV − + gζ − g(η + ϒ) + sx − bx + D − +
⎪⎫τ U
⎨ −B ⎢ ⎥ o ⎬
x
∂t ∂x ∂y ∂x ⎣ ⎦ ρo ρo H x x
ρo H
∂H ⎧⎪ ∂V ∂V τ τ ⎫⎪
A =V
∂ +H −U −V + fV − ⎡ Ps + gζ − g (η + ϒ) ⎤ + sy − by + D −
+τV
y ⎨ B
⎢ y y o ⎬
⎥ ∂y ⎣ ρ o ρo H
∂t ∂x ∂y ⎦H ρ o
Halaman III -
Bab 3 Pemodelan dengan Surface water Modelling System
Bentuk final dari GWCE diperoleh dengan memasukkan persamaanni untuk Ax Ay
dalam persamaan 4. ADCIRC memecahkan GWCE dengan persamaan momentum
non konservatif.
Halaman III -
Bab 3 Pemodelan dengan Surface water Modelling System
ADCIRC adalah salah satu modul dari software Surface Water Modelling System.
Modul ini adalah suatu program komputer yang diperuntukkan untuk menyelesaikan
persamaan gerak dari fluida bergerak dalam bumi yang berotasi. Persamaan ini telah
diformulakan menggunakan tekanan hidrostatik tradisional dan aproksimasi
bousinessq dan telah didiskritisasikan dalam ruang menggunakan metoda Elemen
Hingga dan suatu waktu menggunakan selisih hingga.
ADCIRC menggunakan input data batinetri, parameter karakteristik lokasi perairan
seperti koefisien manning, dan koefisien pasang surut. Koefisien pasang surut ini
dibaca dari database yang dimiliki ADCIRC.
Halaman III -
Bab 3 Pemodelan dengan Surface water Modelling System
Halaman III -
Bab 3 Pemodelan dengan Surface water Modelling System (SMS)
0.8
0.6
0.4
0.2
Pemodelan
Elevasi
0
Data lapangan
0 100 200 300 400 500 600 700
800
-0.2
-0.4
-0.6
-0.8
-1
Waktu (jam)
Halaman III - 8
3.4 Model STWAVE
3.4.1 Pengenalan modul STWAVE
STWAVE adalah model yang mensimulasikan refraksi dan shoaling karena
perubahan kedalaman, pecah gelombang karena kedalaman dan kemiringan pantai,
difraksi, pembentukan gelombang karena angin, dan interaksi antar gelombang.
Fungsi dari memodelkan transformasi gelombang pada daerah pantai adalah untuk
melihat perubahan-perubahan yang terjadi pada parameter gelombang (tinggi
gelombang, perioda, arah, dan bentuk spectrum gelombang). Pada perairan dalam
parameter gelombang umumnya memiliki nilai yang sama pada jangkauan kilometer,
tetapi pada daerah perairan dangkal dimana gelombang sangat dipengaruhi oleh
batimetri, tinggi muka air, dan arus nilai parameter gelombang dapat sangat berbeda
dalam jarak yang dekat. Informasi gelombang pada perairan dalam dapat diperoleh
dari alat pencatat gelombang atau dengan peramalan gelombang dengan angin.
Informasi gelombang perairan dangkal dibutuhkan untuk hampir semua disain
bangunan pantai. Gelombang menyebabkan arus sejajar pantai, transpor sedimen,
gaya pada struktur pantai, osilasi pada gelombang. Besar nilai tinggi gelombang dan
arah gelombang bias menjadi sangat penting pada perencanaan bangunan pantai.
Spektrum gelombang adalah tampilan statistik dari medan gelombang. Secara konsep
sebuah spektrum adalah superposisi dari gelombang-gelombang monokromatik.
Sebuah spektrum memperlihatkan distribusi dari energi gelombang sebagai fungsi
dari frekuensi (spektrum satu dimensi) atau frekuensi dan arah (spektrum dua
dimensi).
Asumsi-asumsi yang digunakan dalam STWAVE:
• Kemiringan pantai yang landai dan refleksi gelombang diabaikan
• Kondisi gelombang laut dalam yang homogen.
• Kondisi gelombang, arus dan angin yang tenang
• Refraksi dan shoaling linier
• Gaya gesek dasar laut diabaikan
• Arus seragam pada setiap kedalaman
Halaman III - 9
parameter untuk koordinat yang tidak bergerak dinotasikan dengan a. Persamaan
dispersi gelombang dalam arah bergerak ditunjukkan pada persamaan berikut:
2
ω = gk tanh kd (1)
r
dimana:
ω = frekuensi angular
g = percepatan gravitasi
k = bilangan gelombang
d = kedalaman perairan
sedangkan persamaan dispersi untuk koordinat tetap:
ωa = ωr + kU cos(δ − α (2)
)
dimana:
U = kecepatan arus
į = arah dari arus relatif terhadap koordinat tetap
α = arah gelombang orthogonal
dimana nilai gelombang dapat diketahui dengan mensubsitusikan persamaan 1 ke
persamaan 2. Nilai gelombang dan panjang gelombang untuk kedua persamaan
memiliki nilai yang sama.
Solusi untuk refraksi dan shoaling juga membutuhkan kecepatan gelombang, C, dan
kecepatan gelombang kelompok, Cg. Berikut adalah persamaan tersebut dalam
koordinat relative terhadap arah arus.
ωr
Cr = (3)
k
2kd ⎞
Cgr = 0.5Cr ⎛⎜1 + ⎟ (4)
⎝ sinh 2kd ⎠
Halaman III -
Arah dari kecepatan gelombang digambarkan dengan besar α dari orthogonal
gelombang.
Ca = Cr + U cos(δ − α (5)
)
(6)
(Cga )i = (Cgr )i + (U )i
dimana arah dari kecepatan gelombang adalah arah gelombang orthogonal. Arah
gelombang digambarkan dengan:
⎛ C sin α + U sin δ
−1⎞ gr (7)
μ = tan
⎜ Cgr cos α + U cos δ⎟
⎝ ⎠
Perbedaan antara gelombang orthogonal dan arah gelombang penting dalam kondisi
interaksi arus-gelombang. Tanpa arus arah gelombang akan sama dengan gelombang
orthogonal, tetapi dengan adanya arus, energi gelombang bergerak sejajar dengan rays
dimana arah gelombang didefinisikan dengan orthogonal.
Arah gelombang orthogonal untuk keadaan steady-state dapat dihitung dengan:
Dα Cr k Dd ki DU i
Cga =− − (8)
DR sinh 2kd Dn k Dn
dimana:
D = turunan
R = koordinat dengan arah gelombang
N = Koordinat normal terhadap gelombang orthogonal
Persamaan pengatur pada keadaan steady untuk spektrum gelombang sepanjang arah
gelombang:
∂ Ca Cga cos( μ − α )E (ω
a ,α ) S
( ) ∂x = (9)
ga i
i ωr ωr
dimana:
E=kerapatan energi gelombang dibagi dengan (ρwg), dimana ρw adalah massa jenis air
S = energi source dan sink.
Halaman III -
komponen dari spectrum. Arah gelombang (μ) ditentukan dengan persamaan 7. Hanya
arah gelombang yang bergerak ke pantai yang diperhitungkan. Energi gelombang
yang mengarah ke lepas pantai diabaikan.
Arah gelombang dihitung dengan melihat kembali pada kolom sebelumnya dan
panjang dari gelombang segmen DR diperhitungkan. Turunan dari kedalaman dan
arus komponen normal dari gelombang orthogonal diperhitungkan dan disubstitusikan
ke persamaan 8 untuk memperhitungkan gelombang orthogonal pada kolom 1.
Kemudian bilangan gelombang, kecepatan gelombang, kecepatan gelombang
kelompok dan sudut gelombang di kolom sebelumnya diperhitungkan. Energi
gelombang diperhitungkan dengan merata-ratakan dua kolom grid yang berdekatan.
Energi gelombang yang sudah mengalami refraksi dan shoaling pada kolom 2
diperhitungkan dengan persamaan 9.
Diskritisasi Numerik
STWAVE adalah pemodelan numeric berdasarkan turunan-finite, yang diformulakan
pada sistem koordinat kartesius. Setiap grid berbentuk persegi (Δx = Δy). Skema dari
grid pada program STWAVE dapat dilihat pada gambar x.x. STWAVE bekerja pada
koordinat local, dengan sumbu-x terletak tegak lurus dengan garis pantai dan sumbu-y
sejajar dengan pantai. Skematik grid STWAVE dapat dilihat pada gambar 3.4
Halaman III -
STWAVE menggunakan input batimetri, parameter gelombang pada daerah yang
ditinjau seperti tinggi gelombang dan perioda gelombang, dan parameter spectrum
gelombang. Untuk parameter spectrum gelombang yang digunakan dapat dilihat pada
tabel 3.1.
dimana :
Halaman III -
α = 0,0081 (konstanta tak berdimensi)
β = 0,74 (konstanta tak berdimensi)
w 0= g U
g = percepatan gravitasi
U = kecepatan angin
w = frekuensi gelombang yang ditinjau
dimana :
H s = H1 3
f 0 = frekuensi puncak spektrum
f = frekuensi
Hasselman dkk (1973-1976) menunjukkan bahwa spektrum dari suatu angin yang
sedang tumbuh dengan aktif dapat dinyatakan dengan cukup baik oleh suatu bentuk
spektrum. Bentuk spektrum angin laut tersebut diberikan oleh persamaan
αg2 a b
S(f)= 4
eγ (12)
( 2π ) f
5
dimana :
⎡ 5 ⎛ f ⎞ 4⎤ ⎡ ( f − f m)2 ⎤
a=−⎢ m
⎥ b = exp ⎢ − ⎨ 2 2 ⎬⎥
4 ⎜ f 2σ f ⎪⎭⎥
⎣ ⎢ ⎝ ⎠ ⎣⎢ m ⎦
⎦⎥ ⎪⎩
p( x )dx =
∑ dt
T (13)
Halaman III -
Nilai probabilitas η untuk tiap selang adalah
n (i )
p (1) = (15)
N .Δ (η )
i = selang ke i (i=1,2,3,...)
n = banyak data tiap selang ke i
N = jumlah seluruh data
∆(η) = lebar selang
Halaman III -
Misalkan dua sampel fungsi x(t) dan y(t) dari dua proses acak yang berbeda.
Pengamatan yang dilakukan dari t=0 sampai t=T. Lakukan pengurutan data diskrit
dari time series {xr} dan {yr}, r = 0,1,1,....,(N-1). N adalah banyaknya titik.
Hubungan antara banyak titik N, lama pengamatan T dan selang pengamatan ∆,
adalah ∆ = T/N, kemudian hitung transformasi Fourier {xk} dan {yk} dari fungsi.
N −1
−i 2πkrN
( )
N∑
Xk = x e r
r =0
k = 0,1,2,3,....,(N-1)
N −1
−i 2πkr N
( )
N∑
Yk = y e r
r =0
Nilai fungsi kroskorelasi antara x(t) dan y(t) dari sampel data {xr} dan {yr} adalah
sebagai berikut
N −1
1
Rr = s∑ x s y s + r = 0,1,2,3,....,(N-1) (18)
r
N r =0
Halaman III -
3.4.3.6 Gelombang berdasarkan spektrum energi teoritis
Persamaan gerak untuk elevasi muka air gelomban linier adalah
Halaman III -
η = a cos (kx − ωt + ε (23)
)
Persamaan diatas dapat digunakan untuk menurunkan persamaan gerak elevasi muka
air pada gelombang acak yang terdiri dari banyak komponen gelombang. Caranya
adalah dengan menjumlahkan komponen-komponen gelombang tersebut, sehinggal
persamaannya menjadi
N
η (t ) = ∑ a1 cos(k i x − ωi t + ε i ) (24)
i =1
Dimana
i = komponen gelombang ke i
a = amplitudo gelombang
w = frekuensi sudut gelombang
İ = fasa gelombang
Halaman III -
Gambar 3.6 Input grid STWAVE
Halaman III -
Gambar 3.7 Grid simulasi STWAVE
2. Run simulasi dengan input data (parameter-parameter yang mencerminkan
karakteristik perairan lokasi yang ditinjau).
Untuk simulasi digunakan besar dan arah gelombang hasil peramalan untuk
perioda ulang 2,5,10,25 dan 50 tahun. Besar dan arah gelombang dapat dilihat
pada tabel 3.2
Halaman III -
Bab 3 Pemodelan dengan Surface water Modelling System
Return
Period Wave Direction
West
(year) Hs (m) T (s) L (m) H1% (m) T (s) L(m) H4% (m) T (s) L(m) H5% (m) T (s) L(m) H13% (m) T (s) L(m)
2 2.18 5.62 49.34 3.3 6.74 70.22 2.76 6 56.01 2.66 5.98 55.64 2.2 5.64 49.56
5 2.89 6.3 62 4.38 7.46 84.88 3.66 6.98 75.04 3.53 6.85 72.42 2.92 6.32 62.01
10 3.37 6.77 71.6 5.11 8.02 96.51 4.27 7.23 80.14 4.12 7.12 77.88 3.4 6.79 71.21
25 3.97 7.38 85.08 6.02 8.95 115.81 5.03 8.15 99.22 4.85 7.94 94.85 4 7.4 83.64
50 4.41 7.6 90.23 6.68 9.46 126.26 5.59 8.67 110.02 5.39 8.45 105.46 4.45 7.62 88.19
Tabel 3.2 Tabel gelombang arah west.
Contoh input yang dimasukkan untuk modul STWAVE ini dapat dilihat pada gambar 3.7
Halaman III -
Bab 3 Pemodelan dengan Surface water Modelling System
Halaman III -
Bab 3 Pemodelan dengan Surface water Modelling System
4.20
3.40
3.80 3.00
2.60
1.80
2.20
1.40
Incoming Wave
Direction
1.80
2.20
3.40 2.60
3.80
3.00
Gambar 3.9 Kontur tinggi gelombang akibat refraksi-difraksi gelombang perioda ulang 50 tahun (H=4.41m, T=7.6s)
Halaman III -
Bab 3 Pemodelan dengan Surface water Modelling System
5.90
2.40
1.00
Incoming Wave
Direction 1.70
3.80 2.40
4.50 3.10
5.20
5.90
Gambar 3.10 Kontur tinggi gelombang akibat refraksi-difraksi gelombang perioda ulang 50 tahun (H=6.68m, T=9.46s)
Halaman III -
Bab 3 Pemodelan dengan Surface water Modelling System
4.90 4.30
3.70
3.10
2.50
1.90
1.30
1.30
Incoming Wave
Direction
4.30 1.90
4.90
2.50
3.10
3.70
4.30
Gambar 3.11 Kontur tinggi gelombang akibat refraksi-difraksi gelombang perioda ulang 50 tahun (H=5.39m, T=8.45s)
Halaman III -
Bab 3 Pemodelan dengan Surface water Modelling System
Gambar 3.12 vektor gelombang akibat refraksi-difraksi gelombang perioda ulang 50 tahun
Halaman III -
Bab 3 Pemodelan dengan Surface water Modelling System
3.80
3.40
3.00
2.60
2.20
1.80
1.00
1.40
Incoming Wave
Direction
1.80
3.80 2.20
3.00
3.40
2.60
Gambar 3.13 Kontur tinggi gelombang akibat refraksi-difraksi gelombang perioda ulang 25 tahun (H=3.97m, T=7.38s)
Halaman III -
Bab 3 Pemodelan dengan Surface water Modelling System
5.70
5.10
4.50 3.90 3.30
2.70
2.10
0.90
1.50
1.50
5.70
Incoming Wave
Direction
2.10
4.50 2.70
3.30
5.10 3.90
Gambar 3.14 Kontur tinggi gelombang akibat refraksi-difraksi gelombang perioda ulang 25 tahun (H=6.02m, T=8.95s)
Halaman III -
Bab 3 Pemodelan dengan Surface water Modelling System
3.00
4.00 3.50 2.50
4.50
2.00
1.00
1.50
1.50
Incoming Wave
Direction
2.00
4.00
4.50
Gambar 3.15 Kontur tinggi gelombang akibat refraksi-difraksi gelombang perioda ulang 25 tahun (H=4.85m, T=7.94s)
Halaman III -
Bab 3 Pemodelan dengan Surface water Modelling System
Gambar 3.16 vektor gelombang akibat refraksi-difraksi gelombang perioda ulang 25 tahun
Halaman III -
Bab 3 Pemodelan dengan Surface water Modelling System
2.80
2.40 2.00
1.60
1.20
1.20
Incoming Wave
Direction
3.20
2.80 1.60
2.40 2.00
Gambar 3.17 Kontur tinggi gelombang akibat refraksi-difraksi gelombang perioda ulang 10 tahun (H=3.37m, T=6.77s)
Halaman III -
Bab 3 Pemodelan dengan Surface water Modelling System
4.10 3.60
4.60
3.10
2.60
2.10
1.10
1.60
1.60
Incoming Wave
Direction
4.10 2.10
3.10 2.60
4.10 3.60
4.60
Gambar 3.18 Kontur tinggi gelombang akibat refraksi-difraksi gelombang perioda ulang 10 tahun (H=5.11m, T=8.02s)
Halaman III -
Bab 3 Pemodelan dengan Surface water Modelling System
3.80
3.40
3.00 2.20
2.60
1.80
1.00
1.40
1.40
Incoming Wave
Direction
3.80
1.80
3.40
2.60
2.20
3.00
3.80
Gambar 3.19 Kontur tinggi gelombang akibat refraksi-difraksi gelombang perioda ulang 10 tahun (H=4.12m, T=7.12s)
Halaman III -
Bab 3 Pemodelan dengan Surface water Modelling System
Gambar 3.20 vektor gelombang akibat refraksi-difraksi gelombang perioda ulang 10 tahun
Halaman III -
Bab 3 Pemodelan dengan Surface water Modelling System
2.70
2.40
1.20
2.10
1.80
1.20
1.50
1.50
1.80
Incoming Wave 1.20
Direction
2.40 2.10
2.70
Gambar 3.21 Kontur tinggi gelombang akibat refraksi-difraksi gelombang perioda ulang 5 tahun (H=2.89m, T=6.3s)
Halaman III -
Bab 3 Pemodelan dengan Surface water Modelling System
4.20 3.80
3.40
3.00
2.60
2.20
1.80
1.40
1.40
Incoming Wave
Direction
1.80
2.20
3.40
4.20 2.60
3.80
3.00
Gambar 3.22 Kontur tinggi gelombang akibat refraksi-difraksi gelombang perioda ulang 5 tahun (H=4.38m, T=7.46s)
Halaman III -
Bab 3 Pemodelan dengan Surface water Modelling System
3.20
2.00
2.80
2.40
1.60
1.20
1.60
1.20
3.20
Incoming Wave
Direction
2.80
2.40
2.00
3.20
Gambar 3.23 Kontur tinggi gelombang akibat refraksi-difraksi gelombang perioda ulang 5 tahun (H=3.53m, T=6.85s)
Halaman III -
Bab 3 Pemodelan dengan Surface water Modelling System
Gambar 3.24 vektor gelombang akibat refraksi-difraksi gelombang perioda ulang 5 tahun
Halaman III -
Bab 3 Pemodelan dengan Surface water Modelling System
2.10
1.90
1.70
1.50
1.50
1.10
1.30
1.10
Incoming Wave 1.70 1.30
Direction
1.90
Gambar 3.25 Kontur tinggi gelombang akibat refraksi-difraksi gelombang perioda ulang 2 tahun (H=2.18m, T=5.62s)
Halaman III -
Bab 3 Pemodelan dengan Surface water Modelling System
2.40
2.80
2.00
1.60
1.20
Incoming Wave
Direction
3.20 2.80 1.60
2.40 2.00
Gambar 3.26 Kontur tinggi gelombang akibat refraksi-difraksi gelombang perioda ulang 2 tahun (H=3.3m, T=6.74s)
Halaman III -
Bab 3 Pemodelan dengan Surface water Modelling System
2.20
1.90
1.60
1.30
1.30
2.50
Incoming Wave
Direction
1.60
2.20 1.90
Gambar 3.27 Kontur tinggi gelombang akibat refraksi-difraksi gelombang perioda ulang 2 tahun (H=2.66m, T=5.98s)
Halaman III -
Bab 3 Pemodelan dengan Surface water Modelling System
Gambar 3.28 vektor gelombang akibat refraksi-difraksi gelombang perioda ulang 2 tahun
Halaman III -
Bab 3 Pemodelan dengan Surface water Modelling System (SMS)
Halaman III - 43