BAB II
STUDI ALIRAN DAYA
2.1. PENDAHULUAN
Aliran beban (atau aliran daya) merupakan solusi untuk kondisi operasi keadaan normal
dari suatu sistem tenaga listrik. Secara umum, perhitungan aliran daya dilakukan untuk
perencanaan sistem tenaga dan perencanaan operasional dan untuk operasi dan kendali
sistem. Data yang diperoleh dari studi aliran daya digunakan untuk studi operasi normal,
analisis kontingensi, penjadwalan optimum dan stabilitas.
Pentingnya masalah aliran daya telah menarik perhatian para matematikawan dan
insinyur dunia selama beberapa tahun. Banyak peneliti telah menghabiskan banyak waktu
dari karir profesionalnya untuk mencari solusi dari masalah aliran daya. Sejumlah upaya
yang telah dilakukan untuk solusi masalah aliran daya telah menghasilkan banyak hasil
yang dilaporkan dalam sejumlah publikasi-publikasi teknik.
Sebelum tahun 1929, semua perhitungan aliran daya dilakukan dengan tangan. Pada
tahun 1929, network calculators (dari Westinghouse) atau network analyzers (dari
General Electric) digunakan untuk melakukan perhitungan aliran daya. Tulisan pertama
yang menjelaskan metode digital untuk penyelesaian masalah aliran daya dipublikasikan
pada tahun 1954. Namun demikian, metode digital pertama yang sukses dikembangkan
adalah oleh Ward dan Hale pada tahun 1956. Metoda iteratif yang digunakan pada
awalnya didasarkan pada matriks-Y dari metoda Gauss-Seidel. Metoda ini memerlukan
simpanan komputer yang minimum dan iterasi yang sedikit untuk sistem yang kecil.
Namun, bila ukuran sistem bertambah besar, jumlah iterasi yang diperlukan meningkat
secara dramatis. Pada beberapa kasus, metoda ini sama sekali tidak memberikan solusi.
Kekurangan dari metoda Gauss-Seidel diatas memicu dikembangkannya metoda NewtonRaphson. Metoda ini awalnya dikembangkan oleh Van Ness dan Griffin dan kemudian
dikembangkan lagi oleh peneliti-peneliti lain seperti Tinney dan Stot. Metoda ini
didasarkan pada algoritma Newton-Raphson untuk penyelesaian persamaan kuadratik
simultan dari jaringan daya. Berlawanan dengan algoritma Gauss-Seidel, metoda ini
memerlukan waktu yang lebih panjang per-iterasinya, namun jumlah iterasinya sedikit
dan tidak tergantung pada ukuran jaringan. Oleh karenanya, masalah aliran daya yang
tidak dapat diselesaikan dengan metoda Gauss-Seidel (misalnya sistem dengan impedansi
negatif) dapat diselesaikan secara mudah dengan metoda ini. Akan tetapi metoda ini tidak
kompetitif secara komputasional untuk sistem yang besar karena meningkatnya waktu
hitung dan simpanan komputer. Namun demikian, dengan dikembangkannya teknik
eliminasi yang sangat efisien oleh Tinney dkk untuk menyelesaikan persamaanpersamaan simultan, telah meningkatkan efisiensi dari metoda Newton Raphson dalam
hal kecepatan dan penyimpanan komputer. Hal tersebut telah membuat metoda ini
menjadi metoda aliran daya yang paling luas digunakan.
Penelitian pada akhir-akhir ini telah dikonsentrasikan pada pengembangan metoda
Newton-Raphson decoupled. Metoda ini didasarkan pada fakta bahwa pada setiap
jaringan daya yang beroperasi pada keadaan mantap, kopling antara P- (daya aktif dan
sudut tegangan bus) dan Q-V (daya reaktif dan besar tegangan bus) adalah cukup lemah.
Oleh karenanya, metoda ini menyelesaikan masalah aliran daya secara decoupling
ANALISA SISTEM TENAGA
Oleh: Dr. Ir. Rudy Gianto, MT
Hal-1
(menyelesaikan secara terpisah) masalah P- dan Q-V. Sehingga, metoda ini merupakan
aproksimasi terhadap metoda Newton-Raphson. Metoda ini memiliki akurasi yang cukup
baik dan sangat cepat dan oleh karenanya dapat digunakan untuk aplikasi on-line dan
penentuan kontingensi.
2.2. KONSEP DASAR
Masalah aliran daya dapat didefinisikan sebagai perhitungan dari aliran-aliran daya
saluran dan tegangan-tegangan bus dari suatu sistem tenaga listrik pada kondisi beban
dan pembangkitan tertentu.
Gambar 2.1 memperlihatkan situasi pada salah satu bus (bus i) pada suatu sistem tenaga.
Dengan menggunakan hukum Kirchhof untuk arus:
I Gi = I Li + ITi
(2.1)
I Gi
= I Li
+ ITi
(2.2)
Vi I Gi
= Vi I Li
+ Vi ITi
(2.3)
SGi = S Li + STi
(2.4)
atau:
dimana:
SGi = daya pembangkitan tiga-fasa yang mengalir ke bus i
SLi = daya beban tiga-fasa yang mengalir keluar dari bus i
STi = daya yang ditransmisikan tiga-fasa yang mengalir keluar dari bus i
Oleh karena:
SGi = PGi + jQGi
S Li = PLi + jQLi
STi = PTi + jQTi
(2.5a)
(2.5b)
(2.5c)
(2.6a)
(2.6b)
maka:
Dapat ditunjukkan bahwa daya yang ditransmisikan (PTi dan QTi) adalah merupakan
fungsi nonlinier dari tegangan-tegangan bus (Vii) dan elemen-elemen matriks
admitansi sistem (yang nilainya diketahui dan tergantung pada jaringan transmisi).
Hal-2
Gambar 2.1. Situasi Pada Bus i. (a) Diagram Segaris. (b) Rangkaian Ekivalen.
Dengan demikian, (2.6a) dan (2.6b) mengindikasikan bahwa untuk setiap bus akan
terdapat enam variabel (PGi, QGi, PLi, QLi, Vi dan i) yang dihubungkan melalui kedua
persamaan tersebut. Perhitungan aliran daya biasanya dilakukan pada kondisi beban
tertentu (PLidan QLi diketahui). Oleh karenanya, untuk setiap bus sistem, akan tersisa
empat variabel (yaitu PGi, QGi, Vi dan i) yang harus ditentukan atau dicari. Untuk dapat
menyelesaikan (2.6a) dan (2.6b), dua dari empat variabel tersebut harus ditentukan atau
dispesifikasi. Variabel-variabel mana yang akan dispesifikasi biasanya didasarkan pada
apakah kita mempunyai kendali terhadap variabel tersebut. Jadi variabel-variabel yang
dispesifikasi biasanya adalah variabel-variabel yang dapat dikontrol secara fisik. Hal ini
akan dibahas lebih lanjut di Subbab 2.4.
Misalkan suatu sistem tenaga n-bus yang diatur dengan cara seperti yang diperlihatkan
pada Gambar 2.2. Perlu dicatat bahwa pada Gambar 2.2 tersebut generator-generator dan
beban-beban diletakkan secara eksternal terhadap jaringan transmisi yang berada dalam
kotak. Jaringan dalam kotak merupakan jaringan pasif dan dapat ditangani dengan teori
jaringan n-terminal. Dengan menggunakan teori tersebut, dapat kita tuliskan:
I = YV
(2.7)
Hal-3
berukuran (nn) yang mengandung semua informasi tentang jaringan sistem tenaga (trafo
dan saluran transmisi).
Oleh karena:
V1 V2
z12
V V
Ib = 1 3
z13
I s1 = ( ya + yb )V1
Ia =
(2.8)
(2.9)
(2.10)
(2.11)
Hal-4
I1 =
V1 V2 V1 V3
+
+ ( ya + yb )V1
z12
z13
(2.12)
(2.13)
(2.14)
(2.15)
atau:
dimana:
z12
ya
ya
G1
z13
yb
G2
z23
yc
yc
yb
Beban
(a)
Ia
z12
G2
G1
Ib
Is1
z13
ya+yb
z23
Is2
Beban
yb+yc
Ic
ya+yc
Is3
(b)
Hal-5
Oleh karena:
V2 V3
z23
= ( ya + yc )V2
Ic =
Is2
(2.16)
(2.17)
(2.18)
V2 V1 V2 V3
+
+ ( ya + yc )V2
z12
z23
(2.19)
(2.20)
(2.21)
y23 = 1 / z23
(2.22)
atau:
dimana:
(2.23)
I s 3 = ( yb + yc )V3
(2.24)
Oleh karena:
I3 =
V3 V1 V3 V2
+ ( yb + yc )V3
+
z13
z23
(2.25)
(2.26)
(2.27)
atau:
Hal-6
Persamaan-persamaan (2.14), (2.21) dan (2.27) dapat ditulis dalam bentuk vektor/matriks
seperti berikut:
I = YV
(2.28)
dimana:
I1
V1
I = I 2 ; V = V2
I 3
V3
(2.29)
dan:
y12 + y13 + ya + yb
Y =
y12
y13
y12
y12 + y23 + ya
y23
y13
Y11 Y12 Y13
y23
= Y21 Y22 Y23 (2.30)
y13 + y23 + yb + yc Y31 Y32 Y33
(2.31)
(i = 1,2,K, n)
(2.32)
(i, j = 1,2,K, n ; i j )
(2.33)
Elemen-elemen diagonal Yii biasa disebut sebagai admitansi diri (self-admittance) dari
bus-i, sedangkan elemen-elemen luar-diagonal Yij biasa disebut sebagai admitansi
bersama (mutual-admittance) antara bus i dan j.
Hal-7
Gambar 2.4 memperlihatkan diagram segaris dari sistem tenaga 5-bus. Data saluran
transmisi dan trafo diperlihatkan pada Tabel 2.1. Semua data adalah dalam pu pada dasar
400 MVA.
Tabel 2.1. Data Saluran dan Trafo Untuk Contoh Soal 2.1.
Bus-Ke-Bus
Impedansi Seri
Admitansi Shunt Ketanah
pq
zpq
y, / 2
pq
24
25
45
15
34
0,036 + j0,4
0,018 + j0,2
0,009 + j0,1
0,006 + j0,08
0,003 + j0,04
j0,215
j0,110
j0,055
0
0
Jawab
Berdasarkan Tabel 2.1, dapat dihitung admitansi seri jaringan dan admitansi shunt
ketanah (kenetral) pada setiap bus, dan hasilnya diperlihatkan berturut-turut pada Tabel
2.2 dan 2.3.
Hal-8
pq
y pq = 1 / z pq
24
25
45
15
34
0,2232 j2,4799
0,4464 j4,9598
0,8928 j9,9197
0,9323 j12,4301
1,8645 j24,8602
Tabel 2.3. Admitansi Shunt Ketanah Pada Setiap Bus Untuk Contoh Soal 2.1.
Bus
Admitansi Shunt Ketanah
p
yp
1
2
3
4
5
0
j0,325
0
j0,270
j0,165
a) Admitansi-admitansi diri:
Y14 = Y41 = 0
Y15 = Y51 = y15 = 0,9323 + j12,4301
Y23 = Y32 = 0
Y24 = Y42 = y24 = 0,2232 + j 2,4799
ANALISA SISTEM TENAGA
Oleh: Dr. Ir. Rudy Gianto, MT
Hal-9
Y =
0
0
0 ,9323 + j 12,4301
0 , 9323 + j 12 , 4301
0 ,6696 j7 ,1147
0 , 2232 + j 2 , 4799
1, 8645 j 24 , 8602
1, 8645 + j 24 , 8602
0 , 4464 + j 4 , 9598
0
2 , 9805 j 36 , 9898
0 , 8928 + j 9 , 9197
0 , 4464 + j 4 , 9598
0 , 8928 + j 9 , 9197
2 , 2715 j 27 ,1446
Soal-Soal Latihan
1. Gambar 2.5 memperlihatkan diagram segaris dari sistem tenaga 3-bus. Data saluran
transmisi diperlihatkan pada Tabel 2.4. Semua data adalah dalam pu pada dasar 100
MVA.
G2
G1
Beban
Gambar 2.5. Sistem Tenaga Untuk Soal Latihan 1.
Bus-Ke-Bus
pq
12
23
13
0 + j0,1
0 + j0,2
0 + j0,2
0
0
0
Hal-10
G1
3
2
G2
Gambar 2.6. Sistem Tenaga Untuk Soal Latihan 2.
Bus-Ke-Bus
pq
12
13
23
24
25
34
45
0,02 + j0,06
0,08 + j0,24
0,06 + j0,18
0,06 + j0,18
0,04 + j0,12
0,01 + j0,03
0,08 + j0,24
j0,030
j0,025
j0,020
j0,020
j0,015
j0,010
j0,025
Kita lanjutkan pembahasan mengenai masalah aliran daya dengan melihat kembali daya
yang ditransmisikan seperti yang dinyatakan oleh (2.5c) yaitu:
ANALISA SISTEM TENAGA
Oleh: Dr. Ir. Rudy Gianto, MT
Hal-11
(2.5c)
Dari pembahasan sebelumnya juga telah disinggung bahwa arus ITi ini, yang merupakan
arus generator dikurangi arus beban, adalah juga merupakan elemen-elemen dari vektor
arus injeksi seperti yang dirumuskan oleh (2.28), maka:
IT = YV
(2.34)
atau:
n
ITi = YijV j
(2.35)
Vi = Vi e ji
(2.36a)
j =1
Oleh karena:
jij
Yij = Yij e
(2.36b)
ITi = Yij V j e
j ( j + ij )
j =1
(2.37)
atau:
n
= Yij V j e
ITi
j ( j ij )
j =1
(2.38)
j ( i j ij )
j =1
(2.39)
Dengan memisahkan bagian riil dan imajiner, dapat ditunjukkan bahwa daya aktif dan
reaktif yang ditransmisikan dapat dinyatakan sebagai :
n
(2.40a)
(2.40b)
Hal-12
(2.41a)
j =1
(2.41b)
j =1
Persamaan (2.41) menyatakan 2n persamaan aliran daya untuk n bus sistem tenaga. Oleh
karena studi aliran daya biasanya dilakukan pada kondisi beban tertentu (PLi dan QLi
diketahui), maka masing-masing bus akan dikarakterisasi melalui empat variabel : PGi,
QGi, |Vi|, dan i sehingga menghasilkan total 4n variabel. Pers. (2.41) hanya dapat
diselesaikan jika 2n variabel dari 4n variabel tersebut ditetapkan atau dispesifikasi.
Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, variabel-variabel yang dispesifikasi ini biasanya
adalah variabel-variabel yang dapat dikontrol secara fisik. Dengan demikian, penetapan
variabel apa yang akan dispesifikasi pada suatu bus tertentu akan sangat dipengaruhi oleh
peralatan apa yang terhubung pada bus tersebut. Berdasarkan hal ini, kita akan memiliki
tiga pilihan, dimana pilihan-pilihan tersebut akan diidentifikasi dengan mendefinisikan
tiga jenis bus seperti berikut:
(1) Bus Referensi (Slack Bus/Swing Bus)
Pada bus tipe ini PGi dan QGi tidak dispesifikasi akan tetapi yang dispesifikasi adalah
|Vi| dan i. Umumnya, untuk suatu sistem tenaga hanya terdapat satu bus tipe ini dan
bus ini haruslah berupa bus generator.
(2) Bus Pembangkit (PV/Voltage Controlled Bus)
Pada bus tipe ini besaran yang dispesifikasi atau diketahui adalah PGi dan |Vi| dan
besaran yang ingin dicari adalah QGi dan i.
(3) Bus Beban/PQ (Load/PQ Bus)
Pada bus tipe ini, daya bersih PGi dan QGi diketahui (sama dengan nol). Kuantitas
yang akan dicari adalah |Vi| dan i.
Jenis bus yang pertama yaitu slack bus pada dasarnya merupakan bus pembangkit yang
tidak memiliki limitasi. Hal yang melatar-belakangi konsep bus referensi ini adalah
karena pada teori rangkaian ac kita dapat memilih satu besaran phasor sebagai referensi.
Bila hal ini kita terapkan pada bus referensi, maka sudut fasa dari tegangan pada bus
referensi diset kenilai nol. Kita juga biasanya men-set besar tegangan pada bus ini pada
nilai 1,0 pu. Nilai lain selain 1,0 pu juga dimungkinkan untuk dipilih, karena slack bus
adalah bus pembangkit, adalah normal bila ia beroperasi pada nilai yang sedikit lebih
tinggi (misalnya 1,05 pu).
Jenis bus yang kedua adalah bus generator. Pada bus-bus ini, besar tegangan |Vi| dan daya
aktif PGi dijaga konstan pada suatu nilai tertentu. Hal ini dimungkinkan karena sistem
turbin dan eksitasi generator mengijinkan kita untuk mengontrol PGi dan |Vi|. Dengan
demikian kita dapat men-set nilai-nilai PGi dan |Vi| tersebut pada suatu nilai tertentu dan
menetapkannya sebagai variabel-variabel yang diketahui. Suatu sistem tenaga tipikal
dapat memiliki bus generator sebanyak kira-kira 15% dari total bus sistem.
Jenis bus yang ketiga yaitu bus beban adalah bus-bus yang tidak memiliki generator,
sehingga PGi dan QGi adalah sama dengan nol. Biasanya suatu sistem tenaga tipikal
ANALISA SISTEM TENAGA
Oleh: Dr. Ir. Rudy Gianto, MT
Hal-13
memiliki bus beban sebanyak kira-kira 85% dari total bus yang ada. Pada bus-bus beban
ini, |Vi| dan i merupakan variabel-variabel yang tidak diketahui atau ingin dicari.
Perlu juga dicatat disini bahwa oleh karena adanya limitasi fisik dari generator, besar
daya reaktif yang dibangkitkan pada bus-bus generator harus berada diantara nilai
minimum dan maksimum sesuai batasan operasi dari generator tersebut. Hal ini berarti
bahwa ketika kita menghitung QGi, kita harus memeriksa apakah QGi ,min QGi QGi ,maks .
Jika QGi berada diluar batasan ini, maka ia harus diset pada nilai limitnya. Contohnya jika
QGi < QGi ,min (atau QGi > QGi ,maks ), maka QGi harus diset pada QGi,min (atau QGi,max), dan
besar tegangan pada bus-i tersebut (|Vi|) menjadi tidak konstan lagi atau |Vi| menjadi
besaran yang harus dihitung. Hal ini sama saja dengan mengubah tipe bus tersebut dari
bus PV menjadi bus PQ. Prosedur matematis untuk penyelesaian masalah aliran daya
akan dibahas di Subbab 2.5.
2.5. SOLUSI ALIRAN DAYA DENGAN METODA NEWTON-RAPHSON
2.5.1. Metoda Newton Raphson
f n ( x1 , x2 , K , xn )
dimana X = [x1
Langkah iteratif dari metoda Newton-Raphson dalam mencari solusi adalah dengan
menyelesaikan persamaan berikut secara berturutan:
X ( k +1) = X ( k ) + X ( k )
(2.43)
dimana:
X ( k ) = J ( X ( k ) )
F ( X (k ) )
(2.44)
Hal-14
Pada (2.44), J(X) merupakan Jacobian dari F(X) dan dihitung melalui:
f1
x
1
f 2
J ( X ) = x1
M
f
n
x1
f1
x2
f 2
x2
M
f n
x2
f1
xn
f 2
L
xn
O M
f n
L
xn
L
(2.45)
Jawab
Untuk persoalan diatas kita definisikan vektor-vektor X, F(X) dan matriks Jacobian
berturut-turut sebagai:
x
X = 1
x2
f ( X ) x12 + x22 1
F(X) = 1
= 2
2
f 2 ( X ) x1 x2
Hal-15
f1 ( X )
x
1
J(X ) =
X)
f
(
x1
f1 ( X )
x2 2 x1 2 x2
=
f 2 ( X ) 2 x1 2 x2
x2
Berikut adalah iterasi metoda Newton-Raphson yang dimulai dari estimasi awal
X (0 ) = [1 1]T .
Iterasi ke-0:
Nilai vektor fungsi:
(1) 2 + (1) 2 1 1
=
F ( X (0 ) ) =
2
2
(1) (1) 0
Oleh karena maks | F ( X (0 ) ) |= 1 > , maka proses perhitungan dilanjutkan.
Matriks Jacobian:
2(1) 2(1) 2 2
J ( X (0 ) ) =
=
2(1) 2(1) 2 2
Nilai koreksi untuk solusi:
1
(0 )
2 2 1 0,25
=
=
2 2 0 0,25
=
1 0,25 0,75
Iterasi ke-1:
Nilai vektor fungsi:
2
2
(0,75) (0,75) 0
Oleh karena maks | F ( X (1) ) |= 0,125 > , maka proses perhitungan dilanjutkan.
Matriks Jacobian:
2(0,75) 2(0,75) 1,5 1,5
J ( X (1) ) =
=
Hal-16
(1)
+
0,75 0,0417 0,7083
Iterasi ke-2:
Nilai vektor fungsi:
(0,7083) 2 + (0,7083) 2 1 0,0034
=
F ( X (2) ) =
2
2
(0,7083) (0,7083) 0
Oleh karena maks | F ( X ( 2 ) ) |= 0,0034 < , maka proses perhitungan distop, dan solusinya
adalah x1 = x2 = 0,7083 .
Soal-Soal Latihan
Ambil estimasi awal untuk solusi x1(0 ) = 1; x2(0 ) = 2 , dan toleransi = 0,0001.
2. Dengan metoda Newton-Raphson, selesaikan sistem persamaan nonlinier berikut:
x1 x2 x3 2 = 0
x12 + x22 + 4 x32 9 = 0
2 x12 + x23 + 6 x3 4 = 0
Ambil estimasi awal untuk solusi x1(0 ) = x2(0 ) = x3(0 ) = 1 , dan toleransi = 0,0001.
2.5.2. Aplikasi Metoda Newton-Raphson Pada Masalah Aliran Daya
Untuk menerapkan metoda Newton-Raphson yang telah dibahas di Subbab 2.5.1, kita
definisikan vektor-vektor X dan F(X) untuk masalah aliran daya sebagai:
Hal-17
1
P1
P
2
2
M
M
n
P Pn
X = L = L ; F ( X ) = L = L
V V1
Q Q1
V
Q
2
2
M
M
V
Q
3
n
(2.46)
J 1 ( , V ) M J 2 ( , V )
J (, V ) = LLL M LLL = LLL M LLL
Q
J 3 (, V ) M J 4 (, V ) Q
M
V
(2.47)
dimana matriks Jacobian tersebut telah dipartisi menjadi empat submatriks yang masingmasing berbentuk:
P1
1
P
P 2
= 1
M
P
n
1
P1
2
P2
2
M
Pn
2
Q1
1
Q
Q 2
=
1
M
Q
n
1
Q1
2
Q2
2
M
Qn
2
P1
P1
V
n
1
P
P2
P 2
L
=
;
V
n
V 1
O
M
M
P
Pn
n
L
n
V1
P1
V2
P2
V2
M
Pn
V2
P1
Vn
P2
L
Vn
O
M
Pn
L
Vn
(2.48)
Q1
Q1
V
n
1
Q
Q2
Q 2
L
= V
n ;
V 1
O
M
M
Q
Qn
n
L
n
V1
Q1
V2
Q2
V2
M
Qn
V2
Q1
Vn
Q2
L
Vn
O
M
Qn
L
Vn
(2.49)
Berikut adalah rumusan untuk turunan-turunan parsial pada keempat submatriks (2.48)
dan (2.49).
ANALISA SISTEM TENAGA
Oleh: Dr. Ir. Rudy Gianto, MT
Hal-18
Submatriks J1(,|V|):
n
Pi
= Vi V j Yij sin( i j ij )
i
j =1
(2.50)
j i
Pi
= Vi Vk Yik sin( i k ik ) ; i k
k
(2.51)
Submatriks J2(,|V|):
n
Pi
= Vi Yii cos ii + V j Yij cos( i j ij )
Vi
j =1
(2.52)
Pi
= Vi Yik cos( i k ik ) ; i k
Vk
(2.53)
Submatriks J3(,|V|):
n
Qi
= Vi V j Yij cos( i j ij )
i j =1
(2.54)
Qi
= Vi Vk Yik cos( i k ik ) ; i k
k
(2.55)
j i
Submatriks J4(,|V|):
n
Qi
= Vi Yii sin ii + V j Yij sin( i j ij )
Vi
j =1
(2.56)
Qi
= Vi Yik sin( i k ik ) ; i k
Vk
(2.57)
Dengan demikian, langkah iteratif dari metoda Newton-Raphson dalam mencari solusi
aliran daya adalah dengan menyelesaikan persamaan berikut secara berturutan:
( k +1) ( k ) ( k )
LL = LL + LL
V ( k +1) V ( k ) V ( k )
(2.58)
dimana:
Hal-19
( k )
J 1( k ) M J 2( k )
LL = L M L
V ( k )
J (k ) M J (k )
4
3
P (k )
L
Q ( k )
(2.59)
Sebagai contoh, untuk sistem tenaga dengan jumlah bus 3, (2.58) dan (2.59) berturut-turut
akan berbentuk:
1( k +1) 1( k ) 1( k )
( k +1) ( k ) ( k )
2
2 2
3( k +1) 3( k ) 3( k )
LL = LL + LL
V ( k +1) V ( k ) V ( k )
1
1 1
+
(
)
k
1
V2
V2( k ) V2( k )
(2.60)
dan:
P ( k )
1
1
P ( k )
( k )
2
1( k )
1
2
P ( k )
( k )
3
3
1
LL = LL
V ( k )
Q ( k )
1
1
V ( k )
1
2
(k )
V ( k )
Q2
3
1
(k )
Q3
1
P1( k )
2
P1( k )
3
P2( k )
2
P2( k )
3
P3( k )
2
LL
Q1( k )
2
P3( k )
3
LL
Q1( k )
3
Q2( k )
2
Q2( k )
3
Q3( k )
2
Q3( k )
3
M
M
M
M
M
M
M
M
M
M
M
M
M
P1( k )
V1
P1( k )
V2
P2( k )
V1
P2( k )
V2
P3( k )
V1
LL
Q1( k )
V1
P3( k )
V2
LL
Q1( k )
V2
Q2( k )
V1
Q2( k )
V2
Q3( k )
V1
Q3( k )
V2
P1( k )
V3
P2( k )
V3
P3( k )
V3
LL
Q1( k )
V3
Q2( k )
V3
Q3( k )
V3
P(k )
1( k )
P2
P(k )
3
LL
Q ( k )
1
Q2( k )
(k )
Q3
2.61)
Seperti yang sebelumnya telah diuraikan di Subbab 2.4, pada bus referensi (slack bus),
sudut tegangan slack dan besar tegangan |Vslack| adalah diketahui dan konstan. Oleh
karenanya, nilai-nilai koreksi untuk sudut slack dan besar tegangan |Vslack| pada bus ini
tidak perlu dihitung. Telah dibahas juga bahwa pada bus ini tidak ada pembatasan untuk
PG,slack dan QG,slack, maka kita dapat membuat PG,slack dan QG,slack sedemikian rupa
sehingga Pslack dan Qslack menjadi nol. Berdasarkan hal ini, kita dapat menghapus dua
baris dan dua kolom yang bersesuaian dari matriks Jacobian dan mengeliminir slack dan
|Vslack| sebagai variabel iteratif. Sebagai contoh, untuk sistem tenaga 3 bus dimana
diasumsikan bus 1 adalah bus slack, maka persamaan iteratif Newton-Raphson (2.61) dan
(2.62) adalah:
ANALISA SISTEM TENAGA
Oleh: Dr. Ir. Rudy Gianto, MT
Hal-20
(2.62)
dan:
P2( k )
2
k
(
)
2
P ( k )
(k )
3
3
2
LL
=
LL
(k )
Q ( k )
V2
2
(k )
2
V3
Q ( k )
3
2
P2( k )
3
P3( k )
3
LL
Q2( k )
3
Q3( k )
3
M
M
M
M
M
M
M
M
M
P2( k )
V2
P3( k )
V2
LL
Q2( k )
V2
Q3( k )
V2
P2( k )
V3
P3( k )
V3
LL
Q2( k )
V3
Q3( k )
V3
P2( k )
(k )
P3
LL
(k )
Q2
Q ( k )
3
(2.63)
Lebih lanjut, seperti yang juga telah diuraikan di Subbab 2.4 bahwa pada bus-bus
pembangkit (PV bus), besar tegangan adalah diketahui. Perlu juga dicatat bahwa
sepanjang QG ,min QG , PV QG ,maks , kita dapat membangkitkan QG,PV sedemikian rupa
sehingga QPV menjadi nol. Hal ini mengijinkan kita untuk mengeliminir |VPV| sebagai
variabel iteratif, dan menghapus baris-baris dan kolom-kolom yang bersesuaian dari
matriks Jacobian. Sebagai contoh, untuk sistem tenaga 3 bus dimana diasumsikan bus 1, 2
dan 3 berturut-turut adalah bus slack, PV dan PQ, maka persamaan iteratif NewtonRaphson (2.62) dan (2.63) akan menjadi:
(2k +1) (2k ) (2k )
( k +1) ( k ) ( k )
3 2
3
LL = LL + LL
( k +1) ( k ) ( k )
V3 V3
V3
(2.64)
dan:
Hal-21
P2( k )
(2k )
2
(k )
P ( k )
3
3
=
LL
2
(k )
LL
V3
Q ( k )
3
2
P2( k )
3
P3( k )
3
LL
Q3( k )
3
M P2( k )
M V3 P ( k )
2
M P3( k ) ( k )
P3
M V3
LL
M LL ( k )
M Q3( k ) Q3
M V3
(2.65)
Berikut adalah algoritma dari metoda Newton-Raphson dalam mencari solusi masalah
aliran daya:
Langkah 1: Set hitungan iterasi k = 0. Tentukan nilai-nilai estimasi awal untuk sudut i(k )
dan besar tegangan bus Vi (k ) serta toleransi yang diinginkan. Nilai-nilai
awal untuk sudut tegangan biasanya diambil 0, sedangkan besar tegangan
biasanya diambil 1 pu.
Langkah 2: Hitung nilai-nilai selisih daya Pi (k ) dan Qi(k ) melalui (2.41). Jika semua
nilainya berada dibawah toleransi, artinya bahwa solusi telah diperoleh,
maka iterasi distop. Jika ada selisih daya yang nilainya belum dibawah
toleransi, maka lanjutkan ke langkah berikutnya.
Langkah 3: Hitung Jacobian J (k ) melalui (2.47), dan dapatkan nilai-nilai koreksi untuk
sudut dan besar tegangan melalui (2.59).
Langkah 4: Perbaiki nilai-nilai sudut dan besar tegangan melalui (2.58).
Langkah 5: Set: k = k + 1, dan kembali ke Langkah 2.
Pada Langkah 2 dari algoritma diatas, jika ada nilai QG,PV yang berada diluar batasbatasnya, maka QG,PV harus diset pada nilai limitnya, dan tipe busnya diganti menjadi bus
PQ. Pada kasus seperti ini, |VPV| akan menjadi variabel iteratif atau harus dihitung, dan
baris-baris/kolom-kolom yang bersesuaian dari matriks Jacobian yang tadinya
dihilangkan harus disisipkan kembali. Jika pada iterasi berikutnya, QG,PV berada pada
batas-batasnya, tipe busnya diubah kembali menjadi bus PV.
2.5.3. Aliran Daya Pada Saluran Dan Daya Bus Slack
Setelah algoritma dari metoda Newton-Raphson berhasil mendapatkan solusi, aliran daya
pada saluran-saluran dan besar pembangkitan daya dari bus-bus pembangkit dapat
dihitung.
Bila dimisalkan bahwa saluran yang menghubungkan bus p dan q memiliki admitansi seri
ypq dan admitansi shunt total y ,pq , maka arus yang mengalir pada saluran tersebut akan
diberikan oleh:
I pq = (V p Vq ) y pq + V p
y ,pq
2
(2.66)
Hal-22
y ,pq
(2.67)
(2.68)
Dengan cara yang sama, aliran daya dari bus q ke p diberikan oleh:
Pqp +
jQqp = Vq I qp
= Vq [(Vq V p )
y pq
+ Vq
y ,pq
Rugi-rugi daya pada saluran p-q dapat dihitung dengan menjumlahkan Ppq + jQ pq dan
Pqp + jQqp .
Daya yang dibangkitkan pada bus slack dapat dihitung dengan menjumlahkan semua
aliran daya pada saluran yang keluar dari bus tersebut. Alternatif lain adalah dengan
menggunakan (2.6).
Gambar 2.7 memperlihatkan diagram segaris sistem tenaga 3 bus. Tabel 2.6 dan 2.7
menunjukkan data-data untuk sistem tenaga tersebut. Semua data adalah dalam pu
(kecuali ) pada dasar 100 MVA dan 345 kV.
G1
G2
Beban
3
Beban
Gambar 2.7. Sistem Tenaga Untuk Contoh Soal 2.3.
Hal-23
Bus-Ke-Bus
pq
12
13
23
Bus
1
2
3
Tipe
Slack
PV
PQ
0,010 + j0,050
0,015 + j0,050
0,015 + j0,050
0
0
0
1,05
0
1,0
0,5
1,03
1,6
0
0
0
0
2,0
1,0
-
QG,maks
-
a. Admitansi seri saluran untuk sistem tenaga pada Gambar 2.7 diperlihatkan pada Tabel
2.8.
Tabel 2.8. Admitansi Seri Jaringan Untuk Contoh Soal 2.3.
Bus-Ke-Bus
Admitansi Seri
pq
y pq = 1 / z pq
12
13
23
3,8462 j19,2308
5,5046 j18,3486
5,5046 j18,3486
3,8462 + j19,2308
9,3507 j 37 ,5794
5,5046 + j18,3486
5,5046 + j18,3486
5,5046 + j18,3486
11,0092 j 36 ,6972
Hal-24
19,15651,8623
38,7253 1,3269 19,6116 1,7682
P2 = PG 2 + PL 2 + V2 Y2 j V j cos( 2 j 2 j )
j =1
= PG 2 + PL 2 + ( V2
) (
) (
P3 = PG 3 + PL 3 + V3 Y3 j V j cos( 3 j 3 j )
j =1
= PG 3 + PL 3 + ( V3
) (
) (
[
]
3
[V3 (19,1565)(1,03) cos( 3 2 1,8623)]+ [V3 (38,3130) V3 cos(0 + 1,2793)]
Q3 = QG 3 + QL 3 + V3 Y3 j V j sin( 3 j 3 j )
j =1
= QG 3 + Q L 3 + ( V3
) (
) (
[
]
3
[V3 (19,1565)(1,03) sin( 3 2 1,8623)]+ [V3 (38,3130) V3 sin(0 + 1,2793)]
Hal-25
d. Matriks Jacobian:
P
P2
2
2 3
J1 M J 2
P
P3
3
[J ] = L M L = 2 3
J 3 M J 4
LL LL
Q
Q3
3
2 3
M
M
M
M
M
M
M
P2
V3
P3
V3
LL
Q3
V3
Berikut adalah rumusan untuk elemen-elemen dari matriks Jacobian yang ditentukan
berdasarkan (2.50) s/d (2.57).
Elemen-elemen pada submatriks J1:
3
P2
= V2 V j Y2 j sin( 2 j 2 j )
2
j =1
j 2
Hal-26
P2
= V2 Y23 cos( 2 3 23 )
V3
= (1,03)(19,1565) V3 cos( 2 3 1,8623)
= 19,7312 V3 cos( 2 3 1,8623)
3
P3
= V3 Y33 cos 33 + V j Y3 j cos(3 j 3 j )
V3
j =1
e. Persamaan iteratif Newton-Raphson untuk solusi aliran daya adalah seperti yang
dinyatakan oleh (2.64) dan (2.65), yaitu:
ANALISA SISTEM TENAGA
Oleh: Dr. Ir. Rudy Gianto, MT
Hal-27
( k +1) ( k ) ( k )
(2k +1) (2k ) (2k )
3
3 2
LL = LL + LL
( k +1) ( k ) ( k )
V3
V3 V3
dan:
P ( k )
2
(2k )
2
(k )
P ( k )
3
3
=
LL
2
(k )
LL
V3
Q ( k )
3
2
P2( k )
3
P3( k )
3
LL
Q3( k )
3
M P2( k )
M V3 P ( k )
2
M P3( k ) ( k )
P3
M V3
LL
M LL ( k )
M Q3( k ) Q3
M V3
P2(0 ) = 8,3211 + 21,2099 cos((20 ) 1,7682) + 19,7312 V3(0 ) cos((20 ) (30 ) 1,8623)
= 8,3211 + 21, 2099 cos(0 1,7682 ) + (19,7312)(1) cos(0 0 1,8623)
= 1,5093
P3(0 ) = 2,0 + 20,1143 V3(0 ) cos(3(0 ) 1,8623) + 19,7312 V3(0 ) cos(3(0 ) (20 ) 1,8623) + 11,0106 V3(0 )
= 2,0 + ( 20 ,1143)(1) cos(0 1,8623) + (19 ,7312 )(1) cos(0 0 1,8623) + (11,0106 )(1)
= 1,5593
Hal-28
Q3(0 ) = 1,0 + 20,1143 V3(0 ) sin((30 ) 1,8623) + 19,7312 V3(0 ) sin((30 ) (20 ) 1,8623) + 36 ,6968 V3(0 )
= 1,0 + ( 20 ,1143)(1) sin(0 1,8623) + (19,7312)(1) sin(0 0 1,8623) + (36 ,6968 )(1)
= 0,4677
Oleh karena nilai absolut maksimum dari selisih daya (yaitu 1,5593) masih lebih besar
dari toleransi (0,01), maka proses perhitungan dilanjutkan.
Berdasarkan rumus-rumus pada point d, elemen-elemen dari matriks Jacobian:
P2(0 )
= 21,2099 sin((20 ) 1,7682) 19,7312 V3(0 ) sin((20 ) 3(0 ) 1,8623)
2
= 21,2099 sin(0 1,7682) (19,7312)(1) sin(0 0 1,8623)
= 39,6968
P2(0 )
= 19,7312 V3(0 ) sin((20 ) (30 ) 1,8623)
3
= (19,7312)(1) sin(0 0 1,8623)
= 18,8988
P3(0 )
= 19,7312 V3(0 ) sin(3(0 ) (20 ) 1,8623)
2
= (19,7312)(1) sin(0 0 1,8623)
= 18,8988
P3(0 )
= 20,1143 V3(0 ) sin(3(0 ) 1,8623) 19,7312 V3(0 ) sin(3(0 ) (20 ) 1,8623)
3
= (20,1143)(1) sin(0 1,8623) (19,7312)(1) sin(0 0 1,8623)
= 38,1645
P2(0 )
= 19,7312 V3(0 ) cos((20 ) 3(0 ) 1,8623)
V3
= (19,7312)(1) cos(0 0 1,8623)
= 5,6706
P3(0 )
= 22,0212 V3(0 ) + 20,1143 cos(3(0 ) 1,8623) + 19,7312 V3(0 ) cos(3(0 ) (20 ) 1,8623)
V3
= (22,0212)(1) + 20,1143 cos(0 1,8623) + (19,7312)(1) cos(0 0 1,8623)
= 10,5699
Hal-29
Q3(0 )
= 19,7312 V3(0 ) cos(3(0 ) (20 ) 1,8623)
2
= (19,7312)(1) cos(0 0 1,8623)
= 5,6706
Q3(0 )
= 20,1143 V3(0 ) cos(3(0 ) 1,8623) + 19,7312 V3(0 ) cos(3(0 ) (20 ) 1,8623)
3
= (20,1143)(1) cos(0 1,8623) + (19,7312)(1) cos(0 0 1,8623)
= 11,4513
Q3(0 )
= 73,3935 V3(0 ) + 20,1143 sin(3(0 ) 1,8623) + 19,7312 sin(3(0 ) (20 ) 1,8623)
V3
= (73,3935)(1) + 20,1143 sin(0 1,8623) + 19,7312 sin(0 0 1,8623)
= 35,2290
[J ]
(0 )
P2(0 )
2
P (0 )
= 3
2
Q3(0 )
P2(0 )
3
P3(0 )
3
Q3(0 )
3
P2(0 )
V3
39,6968 18,8988 5,6706
P3(0 )
V3
P2(0 )
2
( 0 )
2
P (0 )
(0 )
3 = 3
2
(0 )
V
3
Q (0 )
3
2
P2(0 )
3
P3(0 )
3
Q3(0 )
3
P2(0 )
V3
P3(0 )
V3
Q3(0 )
V3
P2(0 )
(0 )
P3
Q (0 )
3
1,5093 0,0243
1,5592 = 0,0288
0,4677 0
Hal-30
3 = 3 + 3 = 0 + 0,0288 = 0,0288
(1) (0 ) (0 ) 1 0
1
V3 V3 V3
Iterasi k = 1:
Selisih daya (power mismatch):
P2(1) = 8,3211 + 21,2099 cos( (1) 1,7682) + 19,7312 V3(1) cos( (1) (1) 1,8623)
2
= 8,3211 + 21, 2099 cos(0,0243 1,7682) + (19,7312)(1) cos(0 ,0243 + 0,0288 1,8623)
= 0,0083
P3(1) = 2,0 + 20,1143 V3(1) cos( (1) 1,8623) + 19,7312 V3(1) cos( (1) (1) 1,8623) + 11,0106 V3(1)
3
= 2,0 + ( 20,1143)(1) cos( 0 ,0288 1,8623) + (19 ,7312)(1) cos( 0,0288 0 ,0243 1,8623) + (11,0106 )(1)
= 0,0118
Q3(1) = 1,0 + 20,1143 V3(1) sin( (1) 1,8623) + 19,7312 V3(1) sin( (1) (1) 1,8623) + 36 ,6968 V3(1)
3
= 1,0 + ( 20,1143)(1) sin( 0 ,0288 1,8623) + (19 ,7312 )(1) sin( 0,0288 0,0243 1,8623) + (36 ,6968 )(1)
= 0,0343
Oleh karena nilai absolut maksimum dari selisih daya (yaitu 0,0343) masih lebih besar
dari toleransi (0,01), maka proses perhitungan dilanjutkan.
Elemen-elemen dari matriks Jacobian:
P2(1)
= 21,2099 sin( 2(1) 1,7682) 19,7312 V3(1) sin( 2(1) 3(1) 1,8623)
2
= 21,2099 sin(0,0243 1,7682) (19,7312)(1) sin(0,0243 + 0,0288 1,8623)
= 40,0660
P2(1)
= 19,7312 V3(1) sin( 2(1) 3(1) 1,8623)
3
= (19,7312)(1) sin(0,0243 + 0,0288 1,8623)
= 19,1731
Hal-31
P3(1)
= 19,7312 V3(1) sin( 3(1) 2(1) 1,8623)
2
= (19,7312)(1) sin(0,0288 0,0243 1,8623)
= 18,5712
P3(1)
= 20,1143 V3(1) sin( 3(1) 1,8623) 19,7312 V3(1) sin( 3(1) 2(1) 1,8623)
3
= (20,1143)(1) sin( 0,0288 1,8623) (19,7312)(1) sin(0,0288 0,0243 1,8623)
= 37 ,6625
P2(1)
= 19,7312 V3(1) cos( 2(1) 3(1) 1,8623)
V3
= (19,7312)(1) cos(0,0243 + 0,0288 1,8623)
= 4,6596
P3(1)
= 22,0212 V3(1) + 20,1143 cos( 3(1) 1,8623) + 19,7312 V3(1) cos( 3(1) 2(1) 1,8623)
V3
= (22,0212)(1) + 20,1143 cos(0,0288 1,8623) +
(19,7312)(1) cos(0,0288 0,0243 1,8623)
= 9,0224
Q3(1)
= 19,7312 V3(1) cos( 3(1) 2(1) 1,8623)
2
= (19,7312)(1) cos(0,0288 0,0243 1,8623)
= 6 ,6657
Q3(1)
= 20,1143 V3(1) cos( 3(1) 1,8623) + 19,7312 V3(1) cos( 3(1) 2(1) 1,8623)
3
= (20,1143)(1) cos(0,0288 1,8623) + (19,7312)(1) cos(0,0288 0,0243 1,8623)
= 12,9988
Q3(1)
= 73,3935 V3(1) + 20,1143 sin( 3(1) 1,8623) + 19,7312 sin( 3(1) 2(1) 1,8623)
V3
= (73,3935)(1) + 20,1143 sin(0,0288 1,8623) + 19,7312 sin(0,0288 0,0243 1,8623)
= 35,7310
Hal-32
[J ]
(1)
P2(1)
2
P (1)
= 3
2
Q3(1)
P2(1)
3
P3(1)
3
Q3(1)
3
P2(1)
V3
40,0660 19,1731 4,6596
P3(1)
9,0224
= 18,5712 37 ,6625
V3
6 ,6657
12,9988 35,7310
Q3(1)
V3
P2(1)
2
2(1)
P3(1)
(1)
3
2
V (1)
3
Q3(1)
P2(1)
3
P3(1)
3
Q3(1)
3
P2(1)
V3
P3(1)
V3
Q3(1)
V3
P2(1)
(1)
P3
Q3(1)
0,0083 0,000470
0,0118 = 0,000309
0,0343 0,000985
3 = 3 + 3 = 0,0288 + 0,000309 = 0,0291
V ( 2 ) V (1) V (1) 1 0,000985 0,9990
3 3 3
Iterasi k = 2:
Selisih daya (power mismatch):
P2( 2 ) = 8,3211 + 21,2099 cos( ( 2) 1,7682) + 19,7312 V3( 2) cos( ( 2) ( 2) 1,8623)
2
= 8,3211 + 21, 2099 cos(0 ,0238 1,7682 ) + (19 ,7312 )(0 ,9990 ) cos(0,0238 + 0,0291 1,8623)
= 0,0013
Hal-33
P3( 2 ) = 2,0 + 20,1143 V3( 2) cos( ( 2) 1,8623) + 19,7312 V3( 2) cos( ( 2) ( 2) 1,8623) + 11,0106 V3( 2)
3
= 0,0008
Q3( 2 ) = 1,0 + 20,1143 V3( 2) sin( ( 2) 1,8623) + 19,7312 V3( 2) sin( ( 2) ( 2) 1,8623) + 36 ,6968 V3( 2)
3
= 0,0008
Oleh karena nilai absolut maksimum dari selisih daya (yaitu 0,0013) sudah lebih kecil
dari toleransi (0,01), maka proses perhitungan distop, dan solusi dari iterasi NewtonRaphson adalah 2 = 0,0238 rad = 1,36 deg , 3 = 0,0291 rad = 1,67 deg , dan
V3 = 0,9990 pu .
Hal-34
QG 2 = QL 2 + V2 Y2 j V j sin( 2 j 2 j )
j =1
Bus
1
2
3
Tabel 2.9. Tegangan Dan Daya Bus Untuk Sistem Pada Gambar 2.7.
QG
PL
QL
PG
Tipe
|V|
QG,min
Slack
1,05
0
1,4441 1,8316
1,0
0,5
PV
1,03
1,36
1,6
-0,1763
0
0
PQ
0,9990 -1,67
0
0
2,0
1,0
-
QG,maks
-
,
y12
]
2
P21 + jQ21 = V2 I 21
= V2 [(V2 V1 ) y12
+ V2
,
y12
]
2
Hal-35
Dengan cara yang sama, perhitungan aliran daya dan rugi-rugi daya pada saluransaluran yang lain dapat dilakukan, dan hasilnya diperlihatkan pada Tabel 2.10.
Tabel 2.10. Aliran Daya Dan Rugi-Rugi Daya Untuk Sistem Pada Gambar 2.7.
Saluran
Bus
Aliran Daya
Aliran Daya
Rugi-Rugi Daya
p-q
p ke q
q ke p
1
12
-0,413+j0,509
0,417-j0,489
0,004+j0,020
2
13
0,858+j0,822
-0,838-j0,758
0,020+j0,064
3
23
1,183+j0,312
-1,162-j0,242
0,021+j0,070
Total Rugi-Rugi Daya
0,045+j0,154
i. Gambar 2.8 memperlihatkan nilai-nilai tegangan bus, daya yang dibangkitkan dan
aliran daya pada diagram segaris.
1,031,36o
1,050o
-0,413+j0,509
0,417-j0,489
G2
G1
1,444+j1,832
1,6-j0,176
1,183+j0,312
0,858+j0,822
1 Beban
1+j0,5
-1,162-j0,242
-0,838-j0,758
0,999-1,67o
Beban
2+j1
Gambar 2.8. Hasil Studi Aliran Daya Untuk Sistem Gambar 2.7.
j. Berikut adalah ringkasan dari hasil studi aliran daya:
Total Pembangkitan = (1,444+j1,832)+(1,6-j0,176) = 3,044+j1,656
Total Beban = (1+j0,5)+(2+j1) = 3+j1,5
Total Rugi-Rugi = 0,045+j0,154
Karena total pembangkitan sama dengan total beban ditambah total rugi-rugi daya,
maka keseimbangan daya terpenuhi.
Hal-36
Soal-Soal Latihan
1. Tabel 2.11 menunjukkan data-data bus untuk sistem tenaga yang diagram segarisnya
diperlihatkan pada Gambar 2.4 dan data jaringannya pada Tabel 2.1. Semua data dalam
pu (kecuali ) pada dasar 400 MVA dan 15 kV pada bus 1. Untuk sistem tenaga
tersebut:
a. Dapatkan matriks admitansi bus.
b. Tentukan vektor dari sudut/besar tegangan bus dan selisih daya (power
mismatch).
c. Tuliskan rumus untuk elemen-elemen dari vektor selisih daya.
d. Tuliskan rumus untuk matriks Jacobian.
e. Tuliskan persamaan iteratif Newton-Raphson untuk solusi aliran daya.
f. Lakukan iterasi Newton-Raphson untuk mendapatkan solusi (ambil toleransi
0,01).
g. Hitung daya yang dibangkitkan generator.
h. Hitung aliran daya dan rugi-rugi daya pada saluran-saluran.
i. Nyatakan nilai-nilai tegangan bus, daya yang dibangkitkan dan aliran daya
tersebut pada diagram segaris.
j. Cek keseimbangan daya dengan memeriksa apakah total pembangkitan sama
dengan total beban ditambah total rugi-rugi daya.
Bus
1
2
3
4
5
Tipe
Slack
PQ
PV
PQ
PQ
1,0
0
0
0
0
0
2,0
0,7
1,05
1,3
0,2
0,1
0
0
0
0
0
0
0
0
-
QG,maks
-
2. Tabel 2.12 menunjukkan data-data bus untuk sistem tenaga yang diagram segarisnya
diperlihatkan pada Gambar 2.6 dan data jaringannya pada Tabel 2.5. Semua data dalam
pu (kecuali ) pada dasar 100 MVA. Untuk sistem tenaga tersebut:
a. Dapatkan matriks admitansi bus.
b. Tentukan vektor dari sudut/besar tegangan bus dan selisih daya (power
mismatch).
c. Tuliskan rumus untuk elemen-elemen dari vektor selisih daya.
d. Tuliskan rumus untuk matriks Jacobian.
e. Tuliskan persamaan iteratif Newton-Raphson untuk solusi aliran daya.
f. Lakukan iterasi Newton-Raphson untuk mendapatkan solusi (ambil toleransi
0,01).
g. Hitung daya yang dibangkitkan generator.
h. Hitung aliran daya dan rugi-rugi daya pada saluran-saluran.
i. Nyatakan nilai-nilai tegangan bus, daya yang dibangkitkan dan aliran daya
tersebut pada diagram segaris.
j. Cek keseimbangan daya dengan memeriksa apakah total pembangkitan sama
dengan total beban ditambah total rugi-rugi daya.
ANALISA SISTEM TENAGA
Oleh: Dr. Ir. Rudy Gianto, MT
Hal-37
Bus
1
2
3
4
5
Tipe
Slack
PV
PQ
PQ
PQ
1,06
0
0
0
1,05
0,4
0,2
0,1
0
0
0,45
0,15
0
0
0,4
0,05
0
0
0,6
0,1
-
QG,maks
-
(2.69a)
(2.69b)
Suatu karakteristik yang menarik dari setiap sistem tenaga yang beroperasi pada keadaan
mantap (steady-state) adalah adanya ketergantungan yang kuat antara daya-aktif dan
sudut tegangan (P-), serta antara daya-reaktif dan besar tegangan (Q-|V|). Hal ini berarti
bahwa daya-aktif P akan lebih sensitif terhadap perubahan sudut tegangan (), dan
kurang sensitif terhadap perubahan besar tegangan (|V|). Sedangkan daya-reaktif Q akan
sangat tergantung pada perubahan besar tegangan (|V|), dan kurang tergantung pada
perubahan sudut tegangan ().
Dengan demikian, berdasarkan uraian diatas, (2.69) dapat diaproksimasi melalui:
P = J 1
Q = J 4 | V |
(2.70a)
(2.70b)
Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan (2.70) akan jauh lebih singkat dibandingkan
waktu penyelesaian (2.69). Reduksi lebih lanjut dari waktu perhitungan akan dapat
diperoleh dengan melakukan penyederhanaan pada submatriks Jacobian J1 dan J4 seperti
berikut.
Elemen-elemen diagonal dari J1 yang dirumuskan melalui (2.50) dapat ditulis sebagai:
n
Pi
= Vi Vi Yii sin(i i ii ) Vi V j Yij sin(i j ij )
i
j =1
(2.71)
= Vi Bii QTi
Hal-38
| Vi | 1
(2.72)
Pi
Bii
i
(2.73)
(2.74)
(2.51)
(2.75)
(2.76)
(2.77)
P
= B'
(2.78)
B = Im(Y )
(2.79)
Hal-39
Sekarang mari kita amati elemen-elemen diagonal dari J4 seperti yang dirumuskan oleh
(2.56) yaitu:
n
Qi
= Vi Yii sin ii + V j Yij sin( i j ij )
(2.56)
Vi
j =1
atau:
Qi
Q
= Vi Bii + Ti
Vi
| Vi |
(2.80)
(2.81)
Elemen-elemen luar diagonal dari J4 seperti yang dirumuskan oleh (2.57) yaitu:
Qi
= Vi Yik sin(i k ik )
Vk
(2.57)
(2.82)
Aproksimasi (2.82) diperoleh dengan menggunakan (2.72) dan (2.76) pada (2.57).
Dengan menggabungkan (2.81) dan (2.82) akan diperoleh:
J4 =
Q
= B' '
|V |
(2.83)
(k )
|= [ B ' ' ] Q
(k )
(2.84a)
(2.84b)
( k )
B' 0 P (k )
=
0 B ' ' ( k )
(k )
Q
| V |
(2.85)
Hal-40
Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, kelebihan dari aliran daya fast decoupled adalah
bahwa B dan B merupakan matriks-matriks konstan, sehingga hanya perlu diinvers
satu kali saja diawal perhitungan dan menggunakan hasil invers tersebut pada
perhitungan-perhitungan untuk memperbaiki nilai estimasi pada setiap langkah iterasinya.
Hal ini mengakibatkan waktu perhitungan per-iterasi dari fast decoupled akan jauh lebih
singkat dibandingkan Newton-Raphson, dan memori komputer yang dipakai juga akan
jauh lebih sedikit.
Namun demikian, aliran daya fast-decoupled akan memerlukan iterasi yang jumlahnya
sedikit lebih banyak untuk mendapatkan solusi (atau konvergensinya lebih lambat).
Konvergensi yang lebih baik akan diperoleh bila penyelesaian (2.84) dilakukan secara
berurutan (sequential), artinya dapatkan dulu dan perbarui nilai estimasi untuk sudut
tegangan melalui baru = lama + . Kemudian, dengan menggunakan nilai baru
tersebut hitung |V| dan perbarui nilai estimasi untuk besar tegangan melalui
| V baru |=| V lama | + | V | . Dengan penyelesaian secara berurutan, jumlah iterasi yang
dibutuhkan untuk mendapatkan solusi akan lebih sedikit dibandingkan bila
penyelesaiannya dilakukan secara simultan atau melalui (2.85). Gambar 2.9
memperlihatkan flowchart dari aliran daya fast decoupled.
a. Oleh karena bus 1 adalah bus slack dan bus 3 adalah bus PV, maka vektor dari
sudut/besar tegangan bus dan vektor dari selisih daya adalah:
2
P2
P
3
3
4
P4
P
5 P5
L = L ; L = L
V
Q
| V2 |
Q2
| V |
Q
4
4
|
V
|
5
Q5
b. Matriks admitansi Y untuk sistem tenaga Gambar 2.4 adalah:
Hal-41
0 ,9323 j 12,4301
0
Y =
0
0
0 ,9323 + j 12 ,4301
0 ,6696 j7 ,1147
0 , 2232 + j 2 , 4799
1, 8645 j 24 , 8602
1, 8645 + j 24 , 8602
0 , 9323 + j 12 , 4301
0 , 4464 + j 4 , 9598
0
2 , 9805 j 36 , 9898
0 , 8928 + j 9 , 9197
0 , 4464 + j 4 , 9598
0 , 8928 + j 9 , 9197
2 , 2715 j 27 ,1446
0
0
0
12,4301
12,4301
0
7 ,1147
0
2,4799
4,9598
B = Im(Y ) =
0
0
24,8602 24,8602
0
0
2,4799
24,8602 36 ,9898
9,9197
12,4301
4,9598
0
9,9197
27 ,1446
c. Matriks -B:
12,4301
0
0
0
12,4301
2,4799 4,9598
0
7 ,1147
0
B=
0
0
24,8602 24,8602
0
12,4301 4,9598
9,9197
0
27 ,1446
Oleh karena bus 1 adalah bus slack, maka matriks B:
2,4799 4,9598
0
7 ,1147
0
24,8602 24,8602
0
B' =
2,4799 24,8602 36 ,9898 9,9197
9,9197 27 ,1446
0
4,9598
d. Oleh karena bus 1 adalah bus slack dan bus 3 adalah bus PV, maka matriks B:
7 ,1147 2,4799 4,9598
B" = 2,4799 36 ,9898 9,9197
4,9598 9,9197 27 ,1446
Hal-42
Set K = 0 dan KV = 0
Hitung selisih daya-aktif P(k)
melalui (2.41a)
maks|P(k)|< P
ya
K = 1
tidak
KV = 0
KV = 1
ya
tidak
Hitung: (k+1) = (k) + (k) dan
ganti (k) dengan (k+1)
k=k+1
Hitung selisih daya-reaktif Q(k)
melalui (2.41b)
maks|Q(k)|<
STOP
ya
KV = 1
tidak
K = 0
Hitung V(k) melalui (2.84b)
K = 1
ya
tidak
Hitung: V(k+1) = V(k) + V(k)
dan ganti V(k) dengan V(k+1)
Hal-43