Anda di halaman 1dari 43

STUDI ALIRAN DAYA

BAB II
STUDI ALIRAN DAYA

2.1. PENDAHULUAN

Aliran beban (atau aliran daya) merupakan solusi untuk kondisi operasi keadaan normal
dari suatu sistem tenaga listrik. Secara umum, perhitungan aliran daya dilakukan untuk
perencanaan sistem tenaga dan perencanaan operasional dan untuk operasi dan kendali
sistem. Data yang diperoleh dari studi aliran daya digunakan untuk studi operasi normal,
analisis kontingensi, penjadwalan optimum dan stabilitas.

Pentingnya masalah aliran daya telah menarik perhatian para matematikawan dan
insinyur dunia selama beberapa tahun. Banyak peneliti telah menghabiskan banyak waktu
dari karir profesionalnya untuk mencari solusi dari masalah aliran daya. Sejumlah upaya
yang telah dilakukan untuk solusi masalah aliran daya telah menghasilkan banyak hasil
yang dilaporkan dalam sejumlah publikasi-publikasi teknik.

Sebelum tahun 1929, semua perhitungan aliran daya dilakukan dengan tangan. Pada
tahun 1929, network calculators (dari Westinghouse) atau network analyzers (dari
General Electric) digunakan untuk melakukan perhitungan aliran daya. Tulisan pertama
yang menjelaskan metode digital untuk penyelesaian masalah aliran daya dipublikasikan
pada tahun 1954. Namun demikian, metode digital pertama yang sukses dikembangkan
adalah oleh Ward dan Hale pada tahun 1956. Metoda iteratif yang digunakan pada
awalnya didasarkan pada matriks-Y dari metoda Gauss-Seidel. Metoda ini memerlukan
simpanan komputer yang minimum dan iterasi yang sedikit untuk sistem yang kecil.
Namun, bila ukuran sistem bertambah besar, jumlah iterasi yang diperlukan meningkat
secara dramatis. Pada beberapa kasus, metoda ini sama sekali tidak memberikan solusi.

Kekurangan dari metoda Gauss-Seidel diatas memicu dikembangkannya metoda Newton-


Raphson. Metoda ini awalnya dikembangkan oleh Van Ness dan Griffin dan kemudian
dikembangkan lagi oleh peneliti-peneliti lain seperti Tinney dan Stot. Metoda ini
didasarkan pada algoritma Newton-Raphson untuk penyelesaian persamaan kuadratik
simultan dari jaringan daya. Berlawanan dengan algoritma Gauss-Seidel, metoda ini
memerlukan waktu yang lebih panjang per-iterasinya, namun jumlah iterasinya sedikit
dan tidak tergantung pada ukuran jaringan. Oleh karenanya, masalah aliran daya yang
tidak dapat diselesaikan dengan metoda Gauss-Seidel (misalnya sistem dengan impedansi
negatif) dapat diselesaikan secara mudah dengan metoda ini. Akan tetapi metoda ini tidak
kompetitif secara komputasional untuk sistem yang besar karena meningkatnya waktu
hitung dan simpanan komputer. Namun demikian, dengan dikembangkannya teknik
eliminasi yang sangat efisien oleh Tinney dkk untuk menyelesaikan persamaan-
persamaan simultan, telah meningkatkan efisiensi dari metoda Newton Raphson dalam
hal kecepatan dan penyimpanan komputer. Hal tersebut telah membuat metoda ini
menjadi metoda aliran daya yang paling luas digunakan.

Penelitian pada akhir-akhir ini telah dikonsentrasikan pada pengembangan metoda


Newton-Raphson decoupled. Metoda ini didasarkan pada fakta bahwa pada setiap
jaringan daya yang beroperasi pada keadaan mantap, kopling antara P-θ (daya aktif dan
sudut tegangan bus) dan Q-V (daya reaktif dan besar tegangan bus) adalah cukup lemah.
Oleh karenanya, metoda ini menyelesaikan masalah aliran daya secara “decoupling”
ANALISA SISTEM TENAGA Hal-1
Oleh: Dr. Ir. Rudy Gianto, MT
STUDI ALIRAN DAYA

(menyelesaikan secara terpisah) masalah P-θ dan Q-V. Sehingga, metoda ini merupakan
aproksimasi terhadap metoda Newton-Raphson. Metoda ini memiliki akurasi yang cukup
baik dan sangat cepat dan oleh karenanya dapat digunakan untuk aplikasi on-line dan
penentuan kontingensi.

2.2. KONSEP DASAR

Masalah aliran daya dapat didefinisikan sebagai perhitungan dari aliran-aliran daya
saluran dan tegangan-tegangan bus dari suatu sistem tenaga listrik pada kondisi beban
dan pembangkitan tertentu.

Gambar 2.1 memperlihatkan situasi pada salah satu bus (bus i) pada suatu sistem tenaga.
Dengan menggunakan hukum Kirchhof untuk arus:

I Gi = I Li + ITi (2.1)

Dengan mengambil konjuget dari (2.1), diperoleh:


I Gi = I Li

+ ITi

(2.2)

Kemudian mengalikannya dengan Vi:


Vi I Gi = Vi I Li

+ Vi ITi

(2.3)
atau:

SGi = S Li + STi (2.4)


dimana:
SGi = daya pembangkitan tiga-fasa yang mengalir ke bus i
SLi = daya beban tiga-fasa yang mengalir keluar dari bus i
STi = daya yang ditransmisikan tiga-fasa yang mengalir keluar dari bus i

Oleh karena:

SGi = PGi + jQGi (2.5a)


S Li = PLi + jQLi (2.5b)
STi = PTi + jQTi (2.5c)
maka:

PGi = PLi + PTi (2.6a)


QGi = QLi + QTi (2.6b)

fungsi nonlinier dari tegangan-tegangan bus (Vi∠δi) dan elemen-elemen matriks


Dapat ditunjukkan bahwa daya yang ditransmisikan (PTi dan QTi) adalah merupakan

admitansi sistem (yang nilainya diketahui dan tergantung pada jaringan transmisi).

ANALISA SISTEM TENAGA Hal-2


Oleh: Dr. Ir. Rudy Gianto, MT
STUDI ALIRAN DAYA

Gambar 2.1. Situasi Pada Bus i. (a) Diagram Segaris. (b) Rangkaian Ekivalen.

terdapat enam variabel (PGi, QGi, PLi, QLi, Vi dan δi) yang dihubungkan melalui kedua
Dengan demikian, (2.6a) dan (2.6b) mengindikasikan bahwa untuk setiap bus akan

persamaan tersebut. Perhitungan aliran daya biasanya dilakukan pada kondisi beban

empat variabel (yaitu PGi, QGi, Vi dan δi) yang harus ditentukan atau dicari. Untuk dapat
tertentu (PLidan QLi diketahui). Oleh karenanya, untuk setiap bus sistem, akan tersisa

menyelesaikan (2.6a) dan (2.6b), dua dari empat variabel tersebut harus ditentukan atau
dispesifikasi. Variabel-variabel mana yang akan dispesifikasi biasanya didasarkan pada
apakah kita mempunyai kendali terhadap variabel tersebut. Jadi variabel-variabel yang
dispesifikasi biasanya adalah variabel-variabel yang dapat dikontrol secara fisik. Hal ini
akan dibahas lebih lanjut di Subbab 2.4.

Misalkan suatu sistem tenaga n-bus yang diatur dengan cara seperti yang diperlihatkan
pada Gambar 2.2. Perlu dicatat bahwa pada Gambar 2.2 tersebut generator-generator dan
beban-beban diletakkan secara eksternal terhadap jaringan transmisi yang berada dalam
kotak. Jaringan dalam kotak merupakan jaringan pasif dan dapat ditangani dengan teori
jaringan n-terminal. Dengan menggunakan teori tersebut, dapat kita tuliskan:

I = YV (2.7)

dimana V adalah vektor tegangan berukuran (n×1) yang elemen-elemennya adalah


tegangan-tegangan bus; I adalah vektor arus sumber berukuran (n×1) yang elemen-
elemennya berupa arus injeksi pada setiap bus sistem (besarnya arus injeksi ini adalah
sebesar arus pembangkitan dikurang beban); dan Y adalah matriks admitansi bus
ANALISA SISTEM TENAGA Hal-3
Oleh: Dr. Ir. Rudy Gianto, MT
STUDI ALIRAN DAYA

berukuran (n×n) yang mengandung semua informasi tentang jaringan sistem tenaga (trafo
dan saluran transmisi).

Gambar 2.2. Sistem Tenaga n-Bus Untuk Analisis Aliran Daya.

2.3. PEMBENTUKAN MATRIKS ADMITANSI BUS

Pembentukan dari matriks admitansi bus akan dijelaskan melalui sistem 3-bus yang
diagram segarisnya diperlihatkan pada Gambar 2.3. Perlu dicatat disini bahwa admitansi-
admitansi shunt saluran juga ditunjukkan pada diagram segaris tersebut untuk
memudahkan pemahaman tentang pembentukan matriks admitansi bus.

Misalkan arus-arus injeksi pada bus 1,2 dan 3 pada sistem tenaga pada Gambar 2.3 adalah
I1, I2 dan I3. Berikut adalah persamaan-persamaan untuk arus-arus injeksi tersebut yang
didapat berdasarkan hukum Kirchhof.

Persamaan untuk arus injeksi I1:

Penerapan hukum Kirchhof pada bus 1 menghasilkan:

I1 = I a + I b + I s1 (2.8)

V1 − V2
Oleh karena:
Ia = (2.9)
z12
V −V
Ib = 1 3 (2.10)
z13
I s1 = ( ya + yb )V1 (2.11)

maka, dengan mensubstitusi (2.9)-(2.11) ke (2.8):

ANALISA SISTEM TENAGA Hal-4


Oleh: Dr. Ir. Rudy Gianto, MT
STUDI ALIRAN DAYA

V1 − V2 V1 − V3
I1 = + + ( ya + yb )V1 (2.12)
z12 z13

Pers. (2.12) dapat ditulis kembali sebagai:

I1 = y12 (V1 − V2 ) + y13 (V1 − V3 ) + ( ya + yb )V1 (2.13)


atau:

I1 = ( y12 + y13 + ya + yb )V1 − y12V2 − y13V3 (2.14)


dimana:

y12 = 1 / z12 ; y13 = 1 / z13 (2.15)

1 z12 2
ya ya
G1 G2

3
z13 z23
yb yb yc yc
Beban
(a)

1 Ia z12 2

G1 G2

Ib 3 Ic
z13 z23
Is1 Is2
ya+yb Beban ya+yc

yb+yc Is3
(b)

Gambar 2.3. Sistem 2-Generator 3-Bus.

ANALISA SISTEM TENAGA Hal-5


Oleh: Dr. Ir. Rudy Gianto, MT
STUDI ALIRAN DAYA

Persamaan untuk arus injeksi I2:

Penerapan hukum Kirchhof pada bus 2 menghasilkan:

I2 = −Ia + Ic + I s2 (2.16)

V2 − V3
Oleh karena:
Ic = (2.17)
z23
Is2 = ( ya + yc )V2 (2.18)

maka, dengan mensubstitusi (2.9), (2.17) dan (2.18) ke (2.16) diperoleh:

V2 − V1 V2 − V3
I2 = + + ( ya + yc )V2 (2.19)
z12 z23

yang dapat ditulis kembali sebagai:

I 2 = y12 (V2 − V1 ) + y23 (V2 − V3 ) + ( ya + yc )V2 (2.20)


atau:

I 2 = − y12V1 + ( y12 + y23 + ya + yc )V2 − y23V3 (2.21)


dimana:

y23 = 1 / z23 (2.22)

Persamaan untuk arus injeksi I3:

Penerapan hukum Kirchhof pada bus 3 menghasilkan:

I 3 = − Ib − I c + I s3 (2.23)

Oleh karena:

I s 3 = ( yb + yc )V3 (2.24)

maka, dengan mensubstitusi (2.10), (2.17) dan (2.24) ke (2.23):

V3 − V1 V3 − V2
I3 = + + ( yb + yc )V3 (2.25)
z13 z23

Pers. (2.25) dapat ditulis kembali sebagai:

I 3 = y13 (V3 − V1 ) + y23 (V3 − V2 ) + ( yb + yc )V3 (2.26)


atau:

I 3 = − y13V1 − y23V2 + ( y13 + y23 + yb + yc )V3 (2.27)


ANALISA SISTEM TENAGA Hal-6
Oleh: Dr. Ir. Rudy Gianto, MT
STUDI ALIRAN DAYA

Persamaan-persamaan (2.14), (2.21) dan (2.27) dapat ditulis dalam bentuk vektor/matriks
seperti berikut:

I = YV (2.28)

dimana:

⎡ I1 ⎤ ⎡V1 ⎤
I = ⎢ I 2 ⎥ ; V = ⎢⎢V2 ⎥⎥
⎢ ⎥ (2.29)
⎢⎣ I 3 ⎥⎦ ⎢⎣V3 ⎥⎦

dan:

⎡ y12 + y13 + ya + yb − y12 − y13 ⎤ ⎡Y11 Y12 Y13 ⎤


⎢ ⎥ ⎢ ⎥
Y =⎢ − y12 y12 + y23 + ya − y23 ⎥ = ⎢Y21 Y22 Y23 ⎥ (2.30)
⎢⎣ − y13 − y23 y13 + y23 + yb + yc ⎥⎦ ⎢⎣Y31 Y32 Y33 ⎥⎦

Dari (2.30) terlihat bahwa:

Y11 = y12 + y13 + ya + yb ; Y12 = Y21 = − y12


Y22 = y12 + y23 + ya ; Y13 = Y31 = − y13 (2.31)
Y33 = y13 + y23 + yb + yc ; Y23 = Y32 = − y23

Persamaan (2.31) mengindikasikan bahwa sebenarnya matriks admitansi bus Y dapat

matriks Y yang berukuran (n×n) dapat dibentuk sebagai berikut:


secara langsung dibentuk dari data input saluran dan trafo. Elemen-elemen Yij dari

Untuk elemen-elemen diagonal:

Yii = jumlah semua admitansi yang terhubung ke bus i


(i = 1,2,K, n)
(2.32)

dan untuk elemen-elemen luar-diagonal:

Yij = negatif dari admitansi antara bus i dan j


(i, j = 1,2,K, n ; i ≠ j )
(2.33)

Elemen-elemen diagonal Yii biasa disebut sebagai admitansi diri (self-admittance) dari
bus-i, sedangkan elemen-elemen luar-diagonal Yij biasa disebut sebagai admitansi
bersama (mutual-admittance) antara bus i dan j.

Contoh Soal 2.1

ANALISA SISTEM TENAGA Hal-7


Oleh: Dr. Ir. Rudy Gianto, MT
STUDI ALIRAN DAYA

Gambar 2.4 memperlihatkan diagram segaris dari sistem tenaga 5-bus. Data saluran
transmisi dan trafo diperlihatkan pada Tabel 2.1. Semua data adalah dalam pu pada dasar
400 MVA.

Gambar 2.4. Sistem Tenaga Untuk Contoh Soal 2.1.

Tabel 2.1. Data Saluran dan Trafo Untuk Contoh Soal 2.1.
Bus-Ke-Bus Impedansi Seri Admitansi Shunt Ketanah
p–q zpq y, / 2pq
2–4 0,036 + j0,4 j0,215
2–5 0,018 + j0,2 j0,110
4–5 0,009 + j0,1 j0,055
1–5 0,006 + j0,08 0
3–4 0,003 + j0,04 0

Berdasarkan data tersebut, tentukan:


a) Admitansi-admitansi diri,
b) Admitansi-admitansi bersama, dan
c) Matriks admitansi bus.

Jawab

Berdasarkan Tabel 2.1, dapat dihitung admitansi seri jaringan dan admitansi shunt
ketanah (kenetral) pada setiap bus, dan hasilnya diperlihatkan berturut-turut pada Tabel
2.2 dan 2.3.

Tabel 2.2. Admitansi Seri Jaringan Untuk Contoh Soal 2.1.


Bus-Ke-Bus Admitansi Seri
ANALISA SISTEM TENAGA Hal-8
Oleh: Dr. Ir. Rudy Gianto, MT
STUDI ALIRAN DAYA

p–q y pq = 1 / z pq
2–4 0,2232 – j2,4799
2–5 0,4464 – j4,9598
4–5 0,8928 – j9,9197
1–5 0,9323 – j12,4301
3–4 1,8645 – j24,8602

Tabel 2.3. Admitansi Shunt Ketanah Pada Setiap Bus Untuk Contoh Soal 2.1.
Bus Admitansi Shunt Ketanah
p yp
1 0
2 j0,325
3 0
4 j0,270
5 j0,165

a) Admitansi-admitansi diri:

Y11 = y15 = 0,9323 − j12,4301

Y22 = y24 + y25 + y2


= (0,2232 − j 2,4799 ) + (0,4464 − j 4,9598 ) + ( j0,325)
= 0,6696 − j7 ,1147

Y33 = y34 = 1,8645 − j 24,8602

Y44 = y24 + y34 + y45 + y4


= (0,2232 − j 2,4799 ) + (1,8645 − j 24,8602) + (0,8928 − j 9,9197 ) + ( j0,270 )
= 2,9805 − j 36 ,9898

Y55 = y15 + y25 + y45 + y5


= (0,9323 − j12,4301) + (0,4464 − j 4,9598 ) + (0,8928 − j 9,9197 ) + ( j0,165)
= 2,2715 − j 27 ,1446

b) Admitansi-admitansi bersama:

Y12 = Y21 = 0
Y13 = Y31 = 0
Y14 = Y41 = 0
Y15 = Y51 = − y15 = −0,9323 + j12,4301

Y23 = Y32 = 0
Y24 = Y42 = − y24 = −0,2232 + j 2,4799

ANALISA SISTEM TENAGA Hal-9


Oleh: Dr. Ir. Rudy Gianto, MT
STUDI ALIRAN DAYA

Y25 = Y52 = − y25 = −0,4464 + j 4,9598

Y34 = Y43 = − y34 = −1,8645 + j 24,8602


Y35 = Y53 = 0

Y45 = Y54 = − y45 = −0,8928 + j 9,9197

c) Matriks admitansi bus:

⎡ 0 ,9323 − j 12,4301 − 0 , 9323 + j 12 , 4301⎤


⎢ − 0 , 4464 + j 4 , 9598 ⎥
0 0 0
0 ,6696 − j7 ,1147 − 0 , 2232 + j 2 , 4799
Y =⎢ ⎥
0 0
1, 8645 − j 24 , 8602 − 1, 8645 + j 24 , 8602
⎢ − 0 , 8928 + j 9 , 9197 ⎥
0 0 0
− 0 , 2232 + j 2 , 4799 − 1, 8645 + j 24 , 8602 2 , 9805 − j 36 , 9898
⎢⎣− 0 ,9323 + j 12,4301 ⎥⎦
0
− 0 , 4464 + j 4 , 9598 0 − 0 , 8928 + j 9 , 9197 2 , 2715 − j 27 ,1446

Soal-Soal Latihan

1. Gambar 2.5 memperlihatkan diagram segaris dari sistem tenaga 3-bus. Data saluran
transmisi diperlihatkan pada Tabel 2.4. Semua data adalah dalam pu pada dasar 100
MVA.

1 2

G1 G2

Beban
Gambar 2.5. Sistem Tenaga Untuk Soal Latihan 1.

Tabel 2.4. Data Saluran Untuk Soal Latihan 1.


Bus-Ke-Bus Impedansi Seri Admitansi Shunt Ketanah
p–q zpq y ,pq / 2
1–2 0 + j0,1 0
2–3 0 + j0,2 0
1–3 0 + j0,2 0

Berdasarkan data tersebut, tentukan:


a) Admitansi-admitansi diri,
b) Admitansi-admitansi bersama, dan

ANALISA SISTEM TENAGA Hal-10


Oleh: Dr. Ir. Rudy Gianto, MT
STUDI ALIRAN DAYA

c) Matriks admitansi bus.

2. Gambar 2.6 memperlihatkan diagram segaris dari sistem tenaga 5-bus. Data saluran
transmisi diperlihatkan pada Tabel 2.5. Semua data adalah dalam pu pada dasar 100
MVA.

G1

1 3 4

5
2

G2

Gambar 2.6. Sistem Tenaga Untuk Soal Latihan 2.

Tabel 2.5. Data Saluran Untuk Soal Latihan 2.


Bus-Ke-Bus Impedansi Seri Admitansi Shunt Ketanah
p–q zpq y ,pq / 2
1–2 0,02 + j0,06 j0,030
1–3 0,08 + j0,24 j0,025
2–3 0,06 + j0,18 j0,020
2–4 0,06 + j0,18 j0,020
2–5 0,04 + j0,12 j0,015
3–4 0,01 + j0,03 j0,010
4–5 0,08 + j0,24 j0,025

Berdasarkan data tersebut, tentukan:


a) Admitansi-admitansi diri,
b) Admitansi-admitansi bersama, dan
c) Matriks admitansi bus.

2.4. FORMULASI MASALAH ALIRAN DAYA

Kita lanjutkan pembahasan mengenai masalah aliran daya dengan melihat kembali daya
yang ditransmisikan seperti yang dinyatakan oleh (2.5c) yaitu:
ANALISA SISTEM TENAGA Hal-11
Oleh: Dr. Ir. Rudy Gianto, MT
STUDI ALIRAN DAYA

STi = PTi + jQTi = Vi ITi



; i = 1,2,K, n (2.5c)

Dari pembahasan sebelumnya juga telah disinggung bahwa arus ITi ini, yang merupakan
arus generator dikurangi arus beban, adalah juga merupakan elemen-elemen dari vektor
arus injeksi seperti yang dirumuskan oleh (2.28), maka:

IT = YV (2.34)
atau:

ITi = ∑ YijV j
n
(2.35)
j =1

Oleh karena:

Vi = Vi e jδi (2.36a)

jθij
Yij = Yij e (2.36b)

Substitusi (2.36) ke (2.35), diperoleh :

j ( δ j + θij )
ITi = ∑ Yij V j e
n
(2.37)
j =1
atau:
j ( − δ j − θij )

= ∑ Yij V j e
n
ITi (2.38)
j =1

Substitusi (2.36a) dan (2.38) ke (2.5c), diperoleh :

j ( δ i − δ j − θij )
PTi + jQTi = ∑ Vi Yij V j e
n
(2.39)
j =1

Dengan memisahkan bagian riil dan imajiner, dapat ditunjukkan bahwa daya aktif dan
reaktif yang ditransmisikan dapat dinyatakan sebagai :

PTi = ∑ Vi Yij V j cos(δi − δ j − θij )


n
(2.40a)
j =1

QTi = ∑ Vi Yij V j sin(δi − δ j − θij )


n
(2.40b)
j =1
Persamaan (2.40) mengilustrasikan kompleksitas dari masalah aliran daya. Ia
menunjukkan bahwa daya aktif dan reaktif yang ditansmisikan dari suatu bus pada
umumnya akan merupakan fungsi nonlinier dari tegangan dan fasa dari semua bus yang
ada pada sistem tenaga. Dengan menggunakan (2.40), (2.6) dapat kita tuliskan sebagai:

ANALISA SISTEM TENAGA Hal-12


Oleh: Dr. Ir. Rudy Gianto, MT
STUDI ALIRAN DAYA

Pi = − PGi + PLi + ∑ Vi Yij V j cos(δ i − δ j − θ ij ) = 0


n
(2.41a)
j =1

Qi = −QGi + QLi + ∑ Vi Yij V j sin(δ i − δ j − θ ij ) = 0


n
(2.41b)
j =1
Persamaan (2.41) menyatakan 2n persamaan aliran daya untuk n bus sistem tenaga. Oleh
karena studi aliran daya biasanya dilakukan pada kondisi beban tertentu (PLi dan QLi

QGi, |Vi|, dan δi sehingga menghasilkan total 4n variabel. Pers. (2.41) hanya dapat
diketahui), maka masing-masing bus akan dikarakterisasi melalui empat variabel : PGi,

diselesaikan jika 2n variabel dari 4n variabel tersebut ditetapkan atau dispesifikasi.

Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, variabel-variabel yang dispesifikasi ini biasanya
adalah variabel-variabel yang dapat dikontrol secara fisik. Dengan demikian, penetapan
variabel apa yang akan dispesifikasi pada suatu bus tertentu akan sangat dipengaruhi oleh
peralatan apa yang terhubung pada bus tersebut. Berdasarkan hal ini, kita akan memiliki
tiga pilihan, dimana pilihan-pilihan tersebut akan diidentifikasi dengan mendefinisikan
tiga jenis bus seperti berikut:

(1) Bus Referensi (Slack Bus/Swing Bus)

|Vi| dan δi. Umumnya, untuk suatu sistem tenaga hanya terdapat satu bus tipe ini dan
Pada bus tipe ini PGi dan QGi tidak dispesifikasi akan tetapi yang dispesifikasi adalah

bus ini haruslah berupa bus generator.

(2) Bus Pembangkit (PV/Voltage Controlled Bus)

besaran yang ingin dicari adalah QGi dan δi.


Pada bus tipe ini besaran yang dispesifikasi atau diketahui adalah PGi dan |Vi| dan

(3) Bus Beban/PQ (Load/PQ Bus)

yang akan dicari adalah |Vi| dan δi.


Pada bus tipe ini, daya bersih PGi dan QGi diketahui (sama dengan nol). Kuantitas

Jenis bus yang pertama yaitu slack bus pada dasarnya merupakan bus pembangkit yang
tidak memiliki limitasi. Hal yang melatar-belakangi konsep bus referensi ini adalah
karena pada teori rangkaian ac kita dapat memilih satu besaran phasor sebagai referensi.
Bila hal ini kita terapkan pada bus referensi, maka sudut fasa dari tegangan pada bus
referensi diset kenilai nol. Kita juga biasanya men-set besar tegangan pada bus ini pada
nilai 1,0 pu. Nilai lain selain 1,0 pu juga dimungkinkan untuk dipilih, karena slack bus
adalah bus pembangkit, adalah normal bila ia beroperasi pada nilai yang sedikit lebih
tinggi (misalnya 1,05 pu).

Jenis bus yang kedua adalah bus generator. Pada bus-bus ini, besar tegangan |Vi| dan daya
aktif PGi dijaga konstan pada suatu nilai tertentu. Hal ini dimungkinkan karena sistem
turbin dan eksitasi generator mengijinkan kita untuk mengontrol PGi dan |Vi|. Dengan
demikian kita dapat men-set nilai-nilai PGi dan |Vi| tersebut pada suatu nilai tertentu dan
menetapkannya sebagai variabel-variabel yang diketahui. Suatu sistem tenaga tipikal
dapat memiliki bus generator sebanyak kira-kira 15% dari total bus sistem.

Jenis bus yang ketiga yaitu bus beban adalah bus-bus yang tidak memiliki generator,
sehingga PGi dan QGi adalah sama dengan nol. Biasanya suatu sistem tenaga tipikal
ANALISA SISTEM TENAGA Hal-13
Oleh: Dr. Ir. Rudy Gianto, MT
STUDI ALIRAN DAYA

ini, |Vi| dan δi merupakan variabel-variabel yang tidak diketahui atau ingin dicari.
memiliki bus beban sebanyak kira-kira 85% dari total bus yang ada. Pada bus-bus beban

Perlu juga dicatat disini bahwa oleh karena adanya limitasi fisik dari generator, besar
daya reaktif yang dibangkitkan pada bus-bus generator harus berada diantara nilai

bahwa ketika kita menghitung QGi, kita harus memeriksa apakah QGi ,min ≤ QGi ≤ QGi ,maks .
minimum dan maksimum sesuai batasan operasi dari generator tersebut. Hal ini berarti

QGi < QGi ,min (atau QGi > QGi ,maks ), maka QGi harus diset pada QGi,min (atau QGi,max), dan
Jika QGi berada diluar batasan ini, maka ia harus diset pada nilai limitnya. Contohnya jika

besar tegangan pada bus-i tersebut (|Vi|) menjadi tidak konstan lagi atau |Vi| menjadi
besaran yang harus dihitung. Hal ini sama saja dengan mengubah tipe bus tersebut dari
bus PV menjadi bus PQ. Prosedur matematis untuk penyelesaian masalah aliran daya
akan dibahas di Subbab 2.5.

2.5. SOLUSI ALIRAN DAYA DENGAN METODA NEWTON-RAPHSON

2.5.1. Metoda Newton Raphson

Persamaan (2.41) merupakan seset persamaan nonlinier dengan jumlah persamaan 2n


dimana n adalah jumlah bus dalam sistem tenaga. Metoda Newton-Raphson adalah
metoda yang paling sering digunakan untuk menyelesaikan suatu sistem persamaan
nonlinier. Dalam mencari solusi, metoda Newton-Raphson menggunakan teknik iteratif.
Dengan teknik iteratif ini, pencarian solusi dimulai dengan estimasi awal untuk variabel
yang ingin dicari. Estimasi tersebut kemudian diperbaiki secara berturutan sampai solusi
yang diinginkan diperoleh. Apabila solusinya telah didapat, maka dikatakan bahwa
solusinya telah konvergen.

Sebelum membahas tentang aplikasi metoda Newton-Raphson pada masalah aliran daya,
berikut adalah penjelasan mengenai penggunaan metoda tersebut pada sistem persamaan
nonlinier umum. Misalkan seset persamaan nonlinier dengan jumlah persamaan n
diberikan oleh:
⎡ f1 ( x1 , x2 , K , xn ) ⎤
⎢ f ( x , x ,K, x )⎥
F(X ) = ⎢ 2 1 2 n ⎥
=0
⎢ ⎥
(2.42)
⎢ ⎥
M
⎣ f n ( x1 , x2 , K , xn )⎦

dimana X = [x1 x2 L xn ] adalah variabel yang akan dicari.


T

Langkah iteratif dari metoda Newton-Raphson dalam mencari solusi adalah dengan
menyelesaikan persamaan berikut secara berturutan:

X ( k +1) = X ( k ) + ΔX ( k ) (2.43)

[ ]
dimana:

−1
ΔX ( k ) = − J ( X ( k ) ) F ( X (k ) ) (2.44)

ANALISA SISTEM TENAGA Hal-14


Oleh: Dr. Ir. Rudy Gianto, MT
STUDI ALIRAN DAYA

Pada (2.44), J(X) merupakan Jacobian dari F(X) dan dihitung melalui:

⎡ ∂f1 ∂f1 ∂f1 ⎤


⎢ ∂x ∂x2
L
∂xn ⎥
⎢ 1 ⎥
⎢ ∂f 2 ∂f 2 ∂f 2 ⎥
J ( X ) = ⎢ ∂x1 ∂x2 ∂xn ⎥
L
⎢ M O M ⎥
(2.45)

⎢ ∂f ∂f n ∂f n ⎥
M
⎢ n ⎥
⎢⎣ ∂x1 ∂x2 ∂xn ⎥⎦
L

Dengan demikian, langkah-langkah dari metoda Newton-Raphson dalam mencari solusi


adalah sesuai algoritma berikut:

Langkah 1: Set k = 0, dan tentukan estimasi awal untuk solusi X(k) dan toleransi ε.
Langkah 2: Cek apakah: maks|F(X(k))|< ε, Jika ya, stop dan solusinya adalah X(k).

Langkah 3: Hitung Jacobian J(X(k)) dan ΔX(k) melalui (2.44).


Jika tidak, lanjutkan ke Langkah 3.

Langkah 4: Hitung X(k+1) atau perbaiki nilai estimasi melalui (2.43).


Langkah 5: Set k = k + 1, dan kembali ke Langkah 2.

Perlu juga ditambahkan disini bahwa penyelesaian (2.41) untuk ΔX biasanya tidak
dilakukan dengan cara menginvers matriks, akan tetapi dilakukan melalui cara eliminasi
(misalnya eliminasi Gauss).

Contoh Soal 2.2

Dengan metoda Newton-Raphson, selesaikan sistem persamaan nonlinier berikut:

x12 + x22 − 1 = 0
x12 − x22 = 0

Ambil estimasi awal untuk solusi x1(0 ) = x2(0 ) = 1 , dan toleransi ε = 0,01.

Jawab

Untuk persoalan diatas kita definisikan vektor-vektor X, F(X) dan matriks Jacobian
berturut-turut sebagai:

⎡x ⎤
X = ⎢ 1⎥
⎣ x2 ⎦
⎡ f ( X ) ⎤ ⎡ x12 + x22 − 1⎤
F(X) = ⎢ 1 ⎥=⎢ 2 2 ⎥
⎣ f 2 ( X )⎦ ⎣⎢ x1 − x2 ⎦⎥

ANALISA SISTEM TENAGA Hal-15


Oleh: Dr. Ir. Rudy Gianto, MT
STUDI ALIRAN DAYA

⎡ ∂f1 ( X ) ∂f1 ( X ) ⎤
⎢ ∂x ∂x2 ⎥ ⎡2 x1 2 x2 ⎤
J(X ) = ⎢ ⎥=
⎢ ∂ ∂f 2 ( X ) ⎥ ⎢⎣2 x1 − 2 x2 ⎥⎦
1

⎢⎣ ∂x1 ∂x2 ⎥⎦
f 2 ( X)

X (0 ) = [1 1]T .
Berikut adalah iterasi metoda Newton-Raphson yang dimulai dari estimasi awal

Iterasi ke-0:

⎡(1) 2 + (1) 2 − 1⎤ ⎡1⎤


Nilai vektor fungsi:

F ( X (0 ) ) = ⎢ =
2 ⎥ ⎢ ⎥
⎣⎢ (1) − (1) ⎦⎥ ⎣0 ⎦
2

Oleh karena maks | F ( X (0 ) ) |= 1 > ε , maka proses perhitungan dilanjutkan.


Matriks Jacobian:

⎡2(1) 2(1) ⎤ ⎡2 2 ⎤
J ( X (0 ) ) = ⎢ ⎥=⎢ ⎥
⎣2(1) − 2(1)⎦ ⎣2 − 2 ⎦

Nilai koreksi untuk solusi:

−1
⎡2 2 ⎤ ⎡1⎤ ⎡− 0,25 ⎤
ΔX = −⎢ ⎥ ⎢ ⎥=⎢ ⎥
⎣2 − 2 ⎦ ⎣0 ⎦ ⎣− 0,25 ⎦
(0 )

Nilai estimasi yang baru:

⎡1⎤ ⎡− 0,25 ⎤ ⎡0,75 ⎤


X (1) = ⎢ ⎥ + ⎢ ⎥=⎢ ⎥
⎣1⎦ ⎣− 0,25 ⎦ ⎣0,75 ⎦

Iterasi ke-1:

⎡(0,75) 2 + (0,75) 2 − 1⎤ ⎡0,125⎤


Nilai vektor fungsi:

F ( X (1) ) = ⎢ =
2 ⎥ ⎢ ⎥
⎣⎢ (0,75) − (0,75) ⎦⎥ ⎣ 0 ⎦
2

Oleh karena maks | F ( X (1) ) |= 0,125 > ε , maka proses perhitungan dilanjutkan.

Matriks Jacobian:

⎡2(0,75) 2(0,75) ⎤ ⎡1,5 1,5 ⎤


J ( X (1) ) = ⎢ ⎥=⎢ ⎥
⎣2(0,75) − 2(0,75)⎦ ⎣1,5 − 1,5⎦

Nilai koreksi untuk solusi:


ANALISA SISTEM TENAGA Hal-16
Oleh: Dr. Ir. Rudy Gianto, MT
STUDI ALIRAN DAYA

−1
⎡1,5 1,5 ⎤ ⎡0,125⎤ ⎡− 0,0417 ⎤
ΔX = −⎢ ⎥ ⎢ ⎥=⎢ ⎥
⎣1,5 − 1,5⎦ ⎣ 0 ⎦ ⎣− 0,0417 ⎦
(1)

Nilai estimasi yang baru:

⎡0,75⎤ ⎡− 0,0417 ⎤ ⎡0,7083⎤


X ( 2) = ⎢ ⎥+⎢ ⎥=⎢ ⎥
⎣0,75⎦ ⎣− 0,0417 ⎦ ⎣0,7083⎦

Iterasi ke-2:

⎡(0,7083) 2 + (0,7083) 2 − 1⎤ ⎡0,0034 ⎤


Nilai vektor fungsi:

F ( X (2) ) = ⎢ =
2 ⎥ ⎢ ⎥
⎣⎢ (0,7083) − (0,7083) ⎦⎥ ⎣ 0 ⎦
2

Oleh karena maks | F ( X ( 2 ) ) |= 0,0034 < ε , maka proses perhitungan distop, dan solusinya
adalah x1 = x2 = 0,7083 .

Soal-Soal Latihan

1. Dengan metoda Newton-Raphson, selesaikan sistem persamaan nonlinier berikut:

x12 + 3 x1 x2 − 4 = 0
x1 x2 − 2 x22 + 5 = 0

Ambil estimasi awal untuk solusi x1(0 ) = 1; x2(0 ) = 2 , dan toleransi ε = 0,0001.

2. Dengan metoda Newton-Raphson, selesaikan sistem persamaan nonlinier berikut:

x1 x2 x3 − 2 = 0
x12 + x22 + 4 x32 − 9 = 0
2 x12 + x23 + 6 x3 − 4 = 0

Ambil estimasi awal untuk solusi x1(0 ) = x2(0 ) = x3(0 ) = −1 , dan toleransi ε = 0,0001.

2.5.2. Aplikasi Metoda Newton-Raphson Pada Masalah Aliran Daya

Untuk menerapkan metoda Newton-Raphson yang telah dibahas di Subbab 2.5.1, kita
definisikan vektor-vektor X dan F(X) untuk masalah aliran daya sebagai:

ANALISA SISTEM TENAGA Hal-17


Oleh: Dr. Ir. Rudy Gianto, MT
STUDI ALIRAN DAYA

⎡ δ1 ⎤ ⎡ P1 ⎤
⎢δ ⎥ ⎢P ⎥
⎢ 2⎥ ⎢ 2⎥
⎢ M ⎥ ⎢ M ⎥
⎢ ⎥ ⎢ ⎥
⎡ δ ⎤ ⎢δn ⎥ ⎡ P ⎤ ⎢ Pn ⎥
⎢ ⎥
X = ⎢L ⎥ = ⎢ L ⎥ ; F ( X ) = ⎢⎢L⎥⎥ = ⎢ L ⎥
⎢ ⎥ ⎢ ⎥
⎢⎣ V ⎥⎦ ⎢ V1 ⎥
(2.46)
⎣⎢ Q ⎦⎥ ⎢Q1 ⎥
⎢V ⎥ ⎢Q ⎥
⎢ 2⎥ ⎢ 2⎥
⎢ M ⎥ ⎢ M ⎥
⎢V ⎥ ⎢Q ⎥
⎣ n⎦ ⎣ 3⎦

dimana n adalah jumlah total bus sistem tenaga.

Pada (2.46), Pi dan Qi biasa disebut sebagai selisih daya (power mismatch) dan ditentukan
berdasarkan (2.41). Selisih daya ini sering digunakan sebagai kriteria penghentian iterasi
metoda Newton-Raphson. Sedangkan matriks Jacobian dari (2.45), untuk masalah aliran
daya akan berbentuk:

⎡ ∂P ∂P ⎤
⎡ J 1 ( δ, V ) M J 2 ( δ, V ) ⎤ ⎢ ∂δ
M
∂V ⎥
⎢ ⎥ ⎢ ⎥
J (δ, V ) = ⎢ LLL M LLL ⎥ = ⎢LLL M LLL⎥
⎢⎣ J 3 (δ, V ) M J 4 (δ, V )⎥⎦ ⎢ ∂Q ∂Q ⎥
(2.47)

⎢ ∂δ ∂V ⎥
M
⎣ ⎦

dimana matriks Jacobian tersebut telah dipartisi menjadi empat submatriks yang masing-
masing berbentuk:

⎡ ∂P1 ∂P1 ∂P1 ⎤ ⎡ ∂P1 ∂P1 ∂P1 ⎤


⎢ ∂δ ⎥ ⎢∂V ∂ V2 ∂ Vn ⎥
∂δ 2 ∂δ n
L
⎢ 1 ⎥
L
⎢ 1 ⎥
∂P ∂P2 ∂P2 ⎥ ∂P ∂P2 ∂P2
∂P ⎢ 2 ∂P ⎢ 2 ⎥
= ⎢ ∂δ 1 ∂δ 2 ∂δ n ⎥ = ⎢ ∂V ∂ V2 ∂ Vn ⎥
L L
∂δ ⎢ ∂V ⎢ 1 ⎥
M ⎥
; (2.48)

⎢ ∂P
M
∂Pn
M O
∂Pn ⎥ ⎢ ∂P M
∂Pn
M O
∂Pn
M ⎥
⎢ n ⎥ ⎢ n ⎥
⎢⎣ ∂δ 1 ∂δ 2 ∂δ n ⎥⎦ ⎢⎣ ∂ V1 ∂ V2 ∂ Vn ⎥⎦
L L

⎡ ∂Q1 ∂Q1 ∂Q1 ⎤ ⎡ ∂Q1 ∂Q1 ∂Q1 ⎤


⎢ ∂δ ⎥ ⎢∂V ∂ V2 ∂ Vn ⎥
∂δ 2 ∂δ n
L
⎢ 1 ⎥
L
⎢ 1 ⎥
∂Q ∂Q2 ∂Q2 ⎥ ∂Q ∂Q2 ∂Q2 ⎥
∂Q ⎢ 2 ∂Q ⎢ 2
= ⎢ ∂δ ∂δ 2 ∂δ n ⎥ ; = ⎢∂V ∂ V2 ∂ Vn ⎥
L L
∂δ ⎢ 1 ∂V ⎢ 1
⎥ M ⎥⎥
(2.49)

⎢ ∂Q ∂Qn ∂Qn ⎥ ⎢ ∂Q ∂Qn ∂Qn ⎥


M M O M M M O
⎢ n ⎥ ⎢ n
⎣⎢ ∂δ 1 ∂δ 2 ∂δ n ⎦⎥ ⎢⎣ ∂ V1 ∂ V2 ∂ Vn ⎥⎦
L L

Berikut adalah rumusan untuk turunan-turunan parsial pada keempat submatriks (2.48)
dan (2.49).
ANALISA SISTEM TENAGA Hal-18
Oleh: Dr. Ir. Rudy Gianto, MT
STUDI ALIRAN DAYA

Submatriks J1(δ,|V|):

= −∑ Vi V j Yij sin(δ i − δ j − θ ij )
∂Pi n

∂δ i
(2.50)
j =1
j ≠i
∂Pi
= Vi Vk Yik sin(δ i − δ k − θ ik ) ; i ≠ k
∂δ k
(2.51)

Submatriks J2(δ,|V|):

= Vi Yii cos θ ii + ∑ V j Yij cos(δ i − δ j − θ ij )


∂Pi n

∂ Vi
(2.52)
j =1
∂Pi
= Vi Yik cos(δ i − δ k − θ ik ) ; i ≠ k
∂ Vk
(2.53)

Submatriks J3(δ,|V|):

= ∑ Vi V j Yij cos(δ i − δ j − θ ij )
∂Qi n

∂δ i j =1
(2.54)
j ≠i
∂Qi
= − Vi Vk Yik cos(δ i − δ k − θ ik ) ; i ≠ k
∂δ k
(2.55)

Submatriks J4(δ,|V|):

= − Vi Yii sin θ ii + ∑ V j Yij sin(δ i − δ j − θ ij )


∂Qi n

∂ Vi
(2.56)
j =1
∂Qi
= Vi Yik sin(δ i − δ k − θ ik ) ; i ≠ k
∂ Vk
(2.57)

Dengan demikian, langkah iteratif dari metoda Newton-Raphson dalam mencari solusi
aliran daya adalah dengan menyelesaikan persamaan berikut secara berturutan:

⎡ δ ( k +1) ⎤ ⎡ δ ( k ) ⎤ ⎡ Δδ ( k ) ⎤
⎢ ⎥ ⎢ ⎥ ⎢ ⎥
⎢ LL ⎥ = ⎢LL ⎥ + ⎢ LL ⎥
⎢ V ( k +1) ⎥ ⎢ V ( k ) ⎥ ⎢Δ V ( k ) ⎥
(2.58)

⎣ ⎦ ⎣ ⎦ ⎣ ⎦

dimana:

ANALISA SISTEM TENAGA Hal-19


Oleh: Dr. Ir. Rudy Gianto, MT
STUDI ALIRAN DAYA

−1
⎡ Δδ ( k ) ⎤ ⎡ J 1( k ) M J 2( k ) ⎤ ⎡ P (k ) ⎤
⎢ ⎥ ⎢ ⎥ ⎢ ⎥
⎢ LL ⎥ = − ⎢ L M L ⎥ ⎢ L ⎥
⎢Δ V ( k ) ⎥ ⎢J (k ) M J (k ) ⎥ ⎢Q ( k ) ⎥
(2.59)

⎣⎢ ⎦⎥ ⎣ 3 4 ⎦ ⎣ ⎦

Sebagai contoh, untuk sistem tenaga dengan jumlah bus 3, (2.58) dan (2.59) berturut-turut
akan berbentuk:

⎡ δ 1( k +1) ⎤ ⎡ δ 1( k ) ⎤ ⎡ Δδ 1( k ) ⎤
⎢ ( k +1) ⎥ ⎢ ( k ) ⎥ ⎢ ( k ) ⎥
⎢ δ2 ⎥ ⎢ δ 2 ⎥ ⎢ Δδ 2 ⎥
⎢ δ 3( k +1) ⎥ ⎢ δ 3( k ) ⎥ ⎢ Δδ 3( k ) ⎥
⎢ ⎥ ⎢ ⎥ ⎢ ⎥
⎢ LL ⎥ = ⎢LL ⎥ + ⎢ LL ⎥
⎢ V ( k +1) ⎥ ⎢ V ( k ) ⎥ ⎢Δ V ( k ) ⎥
(2.60)
⎢ 1 ⎥ ⎢ 1 ⎥ ⎢ 1 ⎥
⎢ V2 + ⎥ ⎢ V2( k ) ⎥ ⎢Δ V2( k ) ⎥
⎢ ⎥ ⎢ ⎥ ⎢ ⎥
( k 1)

⎢ V3( k +1) ⎥ ⎢ V3( k ) ⎥ ⎢Δ V3( k ) ⎥


⎣ ⎦ ⎣ ⎦ ⎣ ⎦

dan:

−1
⎡ ∂P ( k ) ∂P1( k ) ∂P1( k ) ∂P1( k ) ∂P1( k ) ∂P1( k ) ⎤
⎢ 1 ⎥
M
⎢ ∂δ1 ∂δ 2 ∂δ3 ∂ V1 ∂ V2 ∂ V3 ⎥
⎢ ∂P ( k ) ∂P2( k ) ⎥
M
⎡ Δδ( k ) ⎤ ∂P2( k ) ∂P2( k ) ∂P2( k ) ∂P2( k )
⎢ 2 ⎥ ⎡ P1( k ) ⎤
M
⎢ 1( k ) ⎥ ⎢ ∂δ1 ∂δ 2 ∂δ3 ∂ V1 ∂ V2 ∂ V3 ⎥
⎢ Δδ 2 ⎥ ⎢ (k ) ⎥
⎢ ∂P ( k ) ∂P3( k ) ⎥
M
⎢ Δδ( k ) ⎥ ∂P3( k ) ∂P3( k ) ∂P3( k ) ∂P3( k ) ⎢ P2 ⎥
⎢ 3 ⎥ ⎢ P(k ) ⎥
M
⎢ 3 ⎥ ⎢ ∂δ1 ∂δ 2 ∂δ3 ∂ V1 ∂ V2 ∂ V3 ⎥
⎢ LL ⎥ = − ⎢ LL ⎢ 3 ⎥
LL ⎥
M
⎢Δ V ( k ) ⎥ ⎢LL⎥
⎢ ∂Q ( k ) ∂Q1( k ) ∂Q1( k ) ∂Q1( k ) ∂Q1( k ) ∂Q1( k ) ⎥ ⎢Q ( k ) ⎥
LL LL M LL LL 2.61)
⎢ 1 ⎥ ⎢ 1 ⎥ ⎢ 1 ⎥
M
⎢Δ V ( k ) ⎥ ⎢ ∂δ1 ∂δ 2 ∂δ3 ∂ V1 ∂ V2 ∂ V3 ⎥
⎢ 2 ⎥ ⎢Q2( k ) ⎥
⎢ (k ) ⎥
M
⎢ (k ) ⎥
⎢Δ V ( k ) ⎥ ⎢ ∂Q2 ∂Q2( k ) ∂Q2( k ) ∂Q2( k ) ∂Q2( k ) ∂Q2( k ) ⎥
⎣Q3 ⎦
⎢⎣ 3 ⎥⎦
M
⎢ ∂δ1 ∂δ 2 ∂δ3 ∂ V1 ∂ V2 ∂ V3 ⎥
⎢ (k ) ⎥
M
⎢ ∂Q3 ∂Q3( k ) ∂Q3( k ) M ∂Q3( k ) ∂Q3( k ) ∂Q3( k ) ⎥
⎢ ∂δ1 ∂δ 2 ∂δ3 ∂ V1 ∂ V2 ∂ V3 ⎥⎦
⎣ M

sudut tegangan δslack dan besar tegangan |Vslack| adalah diketahui dan konstan. Oleh
Seperti yang sebelumnya telah diuraikan di Subbab 2.4, pada bus referensi (slack bus),

karenanya, nilai-nilai koreksi untuk sudut Δδslack dan besar tegangan Δ|Vslack| pada bus ini
tidak perlu dihitung. Telah dibahas juga bahwa pada bus ini tidak ada pembatasan untuk
PG,slack dan QG,slack, maka kita dapat membuat PG,slack dan QG,slack sedemikian rupa

baris dan dua kolom yang bersesuaian dari matriks Jacobian dan mengeliminir Δδslack dan
sehingga Pslack dan Qslack menjadi nol. Berdasarkan hal ini, kita dapat menghapus dua

Δ|Vslack| sebagai variabel iteratif. Sebagai contoh, untuk sistem tenaga 3 bus dimana
diasumsikan bus 1 adalah bus slack, maka persamaan iteratif Newton-Raphson (2.61) dan
(2.62) adalah:
ANALISA SISTEM TENAGA Hal-20
Oleh: Dr. Ir. Rudy Gianto, MT
STUDI ALIRAN DAYA

⎡ δ(2k +1) ⎤ ⎡ δ(2k ) ⎤ ⎡ Δδ(2k ) ⎤


⎢ ( k +1) ⎥ ⎢ ( k ) ⎥ ⎢ ( k ) ⎥
⎢ δ3 ⎥ ⎢ δ3 ⎥ ⎢ Δδ3 ⎥
⎢ LL ⎥ ⎢LL ⎥ ⎢ LL ⎥
⎢ ( k +1) ⎥ = ⎢ ( k ) ⎥ + ⎢ ( k ) ⎥
⎥ ⎢ V2 ⎥ ⎢Δ V2 ⎥
(2.62)
⎢ V2
⎢ ( k +1) ⎥ ⎢ ( k ) ⎥ ⎢ ( k ) ⎥
⎢⎣ V3 ⎥⎦ ⎢⎣ V3 ⎥⎦ ⎢⎣Δ V3 ⎥⎦

dan:

−1
⎡ ∂P2( k ) ∂P2( k ) ∂P2( k ) ∂P2( k ) ⎤
⎢ ⎥
M

⎡ Δδ 2 ⎤ ⎢ ∂δ 2 ∂δ3 ∂ V2 ∂ V3 ⎥
⎢ ∂P ( k ) ∂P3( k ) ⎥ ⎡ P2( k ) ⎤
M
⎢ (k ) ⎥ ∂P3( k ) ∂P3( k )
( k )

Δ δ ⎢ 3 ⎥ ⎢ (k ) ⎥
⎢ 3 ⎥
M
⎢ ∂δ 2 ∂δ3 ∂ V2 ∂ V3 ⎥ ⎢ P3 ⎥
⎢ LL ⎥ ⎢LL⎥
= − ⎢ LL LL ⎥
M
⎢ (k ) ⎥ ⎢ (k ) ⎥
⎢Δ V2 ⎥ ⎢ ∂Q ( k ) ∂Q2( k ) ∂Q2( k ) ∂Q2( k ) ⎥
LL M LL (2.63)
⎢ 2 ⎥ ⎢Q2 ⎥
⎢ (k ) ⎥
M
⎢ ∂δ 2 ∂δ3 ∂ V2 ∂ V3 ⎥ ⎢Q ( k ) ⎥
⎢⎣Δ V3 ⎥⎦ ⎣ 3 ⎦
⎢ ∂Q ( k ) ∂Q3( k ) ⎥
M
∂Q3( k ) ∂Q3( k )
⎢ 3 ⎥
M
⎣⎢ ∂δ 2 ∂δ3 M ∂ V2 ∂ V3 ⎦⎥

Lebih lanjut, seperti yang juga telah diuraikan di Subbab 2.4 bahwa pada bus-bus

sepanjang QG ,min ≤ QG , PV ≤ QG ,maks , kita dapat membangkitkan QG,PV sedemikian rupa


pembangkit (PV bus), besar tegangan adalah diketahui. Perlu juga dicatat bahwa

sehingga QPV menjadi nol. Hal ini mengijinkan kita untuk mengeliminir Δ|VPV| sebagai
variabel iteratif, dan menghapus baris-baris dan kolom-kolom yang bersesuaian dari
matriks Jacobian. Sebagai contoh, untuk sistem tenaga 3 bus dimana diasumsikan bus 1, 2
dan 3 berturut-turut adalah bus slack, PV dan PQ, maka persamaan iteratif Newton-
Raphson (2.62) dan (2.63) akan menjadi:

⎡ δ(2k +1) ⎤ ⎡ δ(2k ) ⎤ ⎡ Δδ(2k ) ⎤


⎢ ( k +1) ⎥ ⎢ ( k ) ⎥ ⎢ ( k ) ⎥
⎢ δ3 ⎥ ⎢ δ3 ⎥ ⎢ Δδ 2 ⎥
⎢ LL ⎥ = ⎢LL ⎥ + ⎢ LL ⎥
⎢ ( k +1) ⎥ ⎢ ( k ) ⎥ ⎢ ( k ) ⎥
(2.64)

⎢ V3 ⎥ ⎢ V3 ⎥ ⎢Δ V3 ⎥
⎣ ⎦ ⎣ ⎦ ⎣ ⎦

dan:

ANALISA SISTEM TENAGA Hal-21


Oleh: Dr. Ir. Rudy Gianto, MT
STUDI ALIRAN DAYA

−1
⎡ ∂P2( k ) ∂P2( k ) M ∂P2( k ) ⎤
⎢ ⎥
⎡ Δδ(2k ) ⎤ ⎢ ∂δ 2 ∂δ3 M ∂ V3 ⎥ ⎡ P ( k ) ⎤
⎢ (k ) ⎥ ⎢ ∂P ( k ) ∂P3( k ) M ∂P3( k ) ⎥ ⎢ ( k ) ⎥
⎢ Δδ3 ⎥ ⎢ 3 ⎥ ⎢ P3 ⎥
2

= −
⎢ LL ⎥ ⎢ ∂δ 2 ∂δ3 M ∂ V3 ⎥ ⎢
LL⎥
⎢ (k ) ⎥
(2.65)
⎢ LL M LL ⎥ ⎢ ( k ) ⎥
⎢Δ V3 ⎥ ⎢ ∂Q ( k ) ∂Q3( k ) M ∂Q3( k ) ⎥ ⎢⎣Q3 ⎥⎦
⎣ ⎦
LL
⎢ 3 ⎥
⎣⎢ ∂δ 2 ∂δ3 M ∂ V3 ⎦⎥

Berikut adalah algoritma dari metoda Newton-Raphson dalam mencari solusi masalah
aliran daya:

Langkah 1: Set hitungan iterasi k = 0. Tentukan nilai-nilai estimasi awal untuk sudut δ i(k )
dan besar tegangan bus Vi (k ) serta toleransi yang diinginkan. Nilai-nilai
awal untuk sudut tegangan biasanya diambil 0, sedangkan besar tegangan
biasanya diambil 1 pu.
Langkah 2: Hitung nilai-nilai selisih daya Pi (k ) dan Qi(k ) melalui (2.41). Jika semua
nilainya berada dibawah toleransi, artinya bahwa solusi telah diperoleh,
maka iterasi distop. Jika ada selisih daya yang nilainya belum dibawah
toleransi, maka lanjutkan ke langkah berikutnya.
Langkah 3: Hitung Jacobian J (k ) melalui (2.47), dan dapatkan nilai-nilai koreksi untuk
sudut dan besar tegangan melalui (2.59).
Langkah 4: Perbaiki nilai-nilai sudut dan besar tegangan melalui (2.58).
Langkah 5: Set: k = k + 1, dan kembali ke Langkah 2.

Pada Langkah 2 dari algoritma diatas, jika ada nilai QG,PV yang berada diluar batas-

PQ. Pada kasus seperti ini, Δ|VPV| akan menjadi variabel iteratif atau harus dihitung, dan
batasnya, maka QG,PV harus diset pada nilai limitnya, dan tipe busnya diganti menjadi bus

baris-baris/kolom-kolom yang bersesuaian dari matriks Jacobian yang tadinya


dihilangkan harus disisipkan kembali. Jika pada iterasi berikutnya, QG,PV berada pada
batas-batasnya, tipe busnya diubah kembali menjadi bus PV.

2.5.3. Aliran Daya Pada Saluran Dan Daya Bus Slack

Setelah algoritma dari metoda Newton-Raphson berhasil mendapatkan solusi, aliran daya
pada saluran-saluran dan besar pembangkitan daya dari bus-bus pembangkit dapat
dihitung.

Bila dimisalkan bahwa saluran yang menghubungkan bus p dan q memiliki admitansi seri
ypq dan admitansi shunt total y ,pq , maka arus yang mengalir pada saluran tersebut akan
diberikan oleh:

I pq = (V p − Vq ) y pq + V p
y ,pq
(2.66)
2

ANALISA SISTEM TENAGA Hal-22


Oleh: Dr. Ir. Rudy Gianto, MT
STUDI ALIRAN DAYA

Sehingga, aliran daya dari bus p ke q diberikan oleh:


Ppq + jQ pq = V p I ∗pq = V p [(V p − Vq )∗ y ∗pq + V p∗
y ,pq
] (2.67)
2

Dengan cara yang sama, aliran daya dari bus q ke p diberikan oleh:


Pqp + jQqp = Vq I qp

= Vq [(Vq − V p ) ∗
y ∗pq + Vq∗
y ,pq
] (2.68)
2

Rugi-rugi daya pada saluran p-q dapat dihitung dengan menjumlahkan Ppq + jQ pq dan
Pqp + jQqp .

Daya yang dibangkitkan pada bus slack dapat dihitung dengan menjumlahkan semua
aliran daya pada saluran yang keluar dari bus tersebut. Alternatif lain adalah dengan
menggunakan (2.6).

Contoh Soal 2.3

Gambar 2.7 memperlihatkan diagram segaris sistem tenaga 3 bus. Tabel 2.6 dan 2.7

(kecuali δ) pada dasar 100 MVA dan 345 kV.


menunjukkan data-data untuk sistem tenaga tersebut. Semua data adalah dalam pu

2 1

G2 G1

Beban

3
Beban

Gambar 2.7. Sistem Tenaga Untuk Contoh Soal 2.3.

ANALISA SISTEM TENAGA Hal-23


Oleh: Dr. Ir. Rudy Gianto, MT
STUDI ALIRAN DAYA

Tabel 2.6. Data Saluran Untuk Contoh Soal 2.3.


Bus-Ke-Bus Impedansi Seri Admitansi Shunt Ketanah
p–q zpq y ,pq / 2
1–2 0,010 + j0,050 0
1–3 0,015 + j0,050 0
2–3 0,015 + j0,050 0

δ
Tabel 2.7. Data-Data Bus Untuk Contoh Soal 2.3.
Bus Tipe |V| PG QG PL QL QG,min QG,maks
1 Slack 1,05 0 - - 1,0 0,5 - -
2 PV 1,03 - 1,6 - 0 0 - -
3 PQ - - 0 0 2,0 1,0 - -

Untuk sistem tenaga tersebut:


a. Dapatkan matriks admitansi bus.
b. Tentukan vektor dari sudut/besar tegangan bus dan selisih daya (power mismatch).
c. Tuliskan rumus untuk elemen-elemen dari vektor selisih daya.
d. Tuliskan rumus untuk matriks Jacobian.
e. Tuliskan persamaan iteratif Newton-Raphson untuk solusi aliran daya.
f. Lakukan iterasi Newton-Raphson untuk mendapatkan solusi (ambil toleransi 0,01).
g. Hitung daya yang dibangkitkan generator.
h. Hitung aliran daya dan rugi-rugi daya pada saluran-saluran.
i. Nyatakan nilai-nilai tegangan bus, daya yang dibangkitkan dan aliran daya tersebut
pada diagram segaris.
j. Cek keseimbangan daya dengan memeriksa apakah total pembangkitan sama dengan
total beban ditambah total rugi-rugi daya.

Jawab

a. Admitansi seri saluran untuk sistem tenaga pada Gambar 2.7 diperlihatkan pada Tabel
2.8.

Tabel 2.8. Admitansi Seri Jaringan Untuk Contoh Soal 2.3.


Bus-Ke-Bus Admitansi Seri
p–q y pq = 1 / z pq
1–2 3,8462 – j19,2308
1–3 5,5046 – j18,3486
2–3 5,5046 – j18,3486

Maka, matriks admitansi bus:

⎡ 9,3507 − j 37 ,5794 − 3,8462 + j19,2308 − 5,5046 + j18,3486 ⎤


Y = ⎢⎢ − 3,8462 + j19,2308 9,3507 − j 37 ,5794 − 5,5046 + j18,3486 ⎥⎥
⎢⎣− 5,5046 + j18,3486 − 5,5046 + j18,3486 11,0092 − j 36 ,6972 ⎥⎦

atau dalam bentuk polar dimana sudut-sudutnya dalam rad:

ANALISA SISTEM TENAGA Hal-24


Oleh: Dr. Ir. Rudy Gianto, MT
STUDI ALIRAN DAYA

⎡38,7253∠ − 1,3269 19,6116 ∠1,7682 19,1565∠1,8623 ⎤


Y = ⎢ 19,6116 ∠1,7682 38,7253∠ − 1,3269 19,1565∠1,8623 ⎥⎥

⎢⎣ 19,1565∠1,8623 19,1565∠1,8623 38,3130∠ − 1,2793⎥⎦

b. Oleh karena bus 1 adalah bus slack dan bus 2 adalah bus PV, maka vektor dari
sudut/besar tegangan bus dan vektor dari selisih daya adalah:

⎡ δ2 ⎤ ⎡P ⎤
⎡ δ ⎤ ⎢ ⎥ ⎡P⎤ ⎢ 2 ⎥
⎢ ⎥ ⎢ δ3 ⎥ ⎢ ⎥ ⎢ P3 ⎥
⎢L⎥ = ⎢ L ⎥ ; ⎢L⎥ = ⎢ L ⎥
⎢⎣ V ⎥⎦ ⎢ ⎥ ⎢⎣ Q ⎥⎦ ⎢ ⎥
⎣ V3 ⎦ ⎣Q3 ⎦

c. Berdasarkan (2.41), rumus untuk elemen-elemen dari vektor selisih daya adalah:

P2 = − PG 2 + PL 2 + ∑ V2 Y2 j V j cos(δ 2 − δ j − θ 2 j )
3

= − PG 2 + PL 2 + ( V2 ) ( ) ( )
j =1

[ ]
Y21 V1 cos(δ 2 − δ 1 − θ 21 ) + V2 Y22 V2 cos(δ 2 − δ 2 − θ 22 ) + V2 Y23 V3 cos(δ 2 − δ 3 − θ 23 )

[(1,03)(38,7253)(1,03) cos(0 + 1,3269)] + [(1,03)(19,1565) V3 cos(δ 2 − δ 3 − 1,8623)]


= −1,6 + 0 + (1,03)(19,6116 )(1,05) cos(δ − 0 − 1,7682) +
2

= 8,3211 + 21, 2099 cos(δ − 1,7682) + 19 ,7312 V cos(δ − δ − 1,8623)


2 3 2 3

P3 = − PG 3 + PL 3 + ∑ V3 Y3 j V j cos(δ 3 − δ j − θ 3 j )
3

= − PG 3 + PL 3 + ( V3 ) ( ) ( )
j =1

[ ]
Y31 V1 cos(δ 3 − δ 1 − θ 31 ) + V3 Y32 V2 cos(δ 3 − δ 2 − θ 32 ) + V3 Y33 V3 cos(δ 3 − δ 3 − θ 33 )

[V3 (19,1565)(1,03) cos(δ 3 − δ 2 − 1,8623)]+ [V3 (38,3130) V3 cos(0 + 1,2793)]


= −0 + 2,0 + V3 (19,1565)(1,05) cos(δ − 0 − 1,8623) +
3

= 2,0 + 20 ,1143 V cos(δ − 1,8623) + 19 ,7312 V cos(δ − δ − 1,8623) + 11,0106 V


2
3 3 3 3 2 3

Q3 = −QG 3 + QL 3 + ∑ V3 Y3 j V j sin(δ 3 − δ j − θ 3 j )
3

= −QG 3 + Q L 3 + ( V3 ) ( ) ( )
j =1

[ ]
Y31 V1 sin(δ 3 − δ 1 − θ 31 ) − V3 Y32 V2 sin(δ 3 − δ 2 − θ 32 ) − V3 Y33 V3 sin(δ 3 − δ 3 − θ 33 )

[V3 (19,1565)(1,03) sin(δ 3 − δ 2 − 1,8623)]+ [V3 (38,3130) V3 sin(0 + 1,2793)]


= −0 + 1,0 + V3 (19,1565)(1,05) sin(δ − 0 − 1,8623) +
3

= 1,0 + 20,1143 V sin(δ − 1,8623) + 19,7312 V sin(δ − δ − 1,8623) + 36 ,6968 V


2
3 3 3 3 2 3

ANALISA SISTEM TENAGA Hal-25


Oleh: Dr. Ir. Rudy Gianto, MT
STUDI ALIRAN DAYA

d. Matriks Jacobian:

⎡ ∂P ∂P2 ∂P2 ⎤
⎢ 2 ⎥
M
⎢ ∂δ 2 ∂δ3 ∂ V3 ⎥
⎡ J1 M J 2 ⎤ ⎢ ∂P ∂P3 ⎥
M
∂P3
[J ] = ⎢L M L ⎥ = −⎢⎢ ∂δ2 ∂δ3
⎢ ⎥ ⎥
M
∂ V3 ⎥
3

⎢⎣ J 3 M J 4 ⎥⎦ ⎢LL LL LL⎥
M

⎢ ∂Q ∂Q3 ∂Q3 ⎥
M
⎢ 3 ⎥
M
⎣⎢ ∂δ 2 ∂δ3 M ∂ V3 ⎦⎥

Berikut adalah rumusan untuk elemen-elemen dari matriks Jacobian yang ditentukan
berdasarkan (2.50) s/d (2.57).

Elemen-elemen pada submatriks J1:

= − ∑ V2 V j Y2 j sin(δ 2 − δ j − θ 2 j )
∂P2 3

∂δ 2 j =1
j ≠2

= − V2 V1 Y21 sin(δ 2 − δ 1 − θ 21 ) − V2 V3 Y23 sin(δ 2 − δ 3 − θ 23 )


= −(1,03)(1,05)(19,6116 ) sin(δ 2 − 0 − 1,7682) − (1,03)(19,1565) V3 sin(δ 2 − δ 3 − 1,8623)
= −21,2099 sin(δ 2 − 1,7682) − 19,7312 V3 sin(δ 2 − δ 3 − 1,8623)

∂P2
= V2 V3 Y23 sin(δ 2 − δ3 − θ23 )
∂δ3
= (1,03)(19,1565) V3 sin(δ2 − δ3 − 1,8623)
= 19,7312 V3 sin(δ 2 − δ3 − 1,8623)

∂P3
= V3 V2 Y32 sin(δ3 − δ 2 − θ32 )
∂δ 2
= V3 (1,03)(19,1565) sin(δ3 − δ 2 − 1,8623)
= 19,7312 V3 sin(δ3 − δ 2 − 1,8623)

∂P3
= − ∑ V3 V j Y3 j sin(δ3 − δ j − θ3 j )
3

∂δ3 j =1
j ≠3

= − V3 V1 Y31 sin(δ3 − δ1 − θ31 ) − V3 V2 Y32 sin(δ3 − δ2 − θ32 )


= − V3 (1,05)(19,1565) sin(δ3 − 0 − 1,8623) − V3 (1,03)(19,1565) V3 sin(δ3 − δ 2 − 1,8623)
= −20,1143 V3 sin(δ3 − 1,8623) − 19,7312 V3 sin(δ3 − δ 2 − 1,8623)

Elemen-elemen pada submatriks J2:


ANALISA SISTEM TENAGA Hal-26
Oleh: Dr. Ir. Rudy Gianto, MT
STUDI ALIRAN DAYA

∂P2
= V2 Y23 cos(δ 2 − δ3 − θ23 )
∂ V3
= (1,03)(19,1565) V3 cos(δ 2 − δ3 − 1,8623)
= 19,7312 V3 cos(δ 2 − δ3 − 1,8623)

∂P3
= V3 Y33 cos θ33 + ∑ V j Y3 j cos(δ3 − δ j − θ3 j )
3

∂ V3 j =1

= V3 Y33 cos θ33 + V1 Y31 cos(δ3 − δ1 − θ31 )


+ V2 Y32 cos(δ3 − δ 2 − θ32 ) + V3 Y33 cos(δ3 − δ3 − θ33 )
= V3 (38,3130 ) cos(−1,2793) + (1,05)(19,1565) cos(δ3 − 0 − 1,8623)
+ (1,03)(19,1565) cos(δ3 − δ 2 − 1,8623) + V3 (38,3130 ) cos(1,2793)
= 22,0212 V3 + 20,1143 cos(δ3 − 1,8623) + 19,7312 V3 cos(δ3 − δ2 − 1,8623)

Elemen-elemen pada submatriks J3:

∂Q3
= − V3 V2 Y32 cos(δ3 − δ 2 − θ32 )
∂δ 2
= − V3 (1,03)(19,1565) cos(δ3 − δ 2 − 1,8623)
= −19,7312 V3 cos(δ3 − δ2 − 1,8623)

∂Q3
= ∑ V3 V j Y3 j cos(δ3 − δ j − θ3 j )
3

∂δ3 j =1
j ≠3

= V3 V1 Y31 cos(δ3 − δ1 − θ31 ) + V3 V2 Y32 cos(δ3 − δ2 − θ32 )


= V3 (1,05)(19,1565) cos(δ3 − 0 − 1,8623) + V3 (1,03)(19,1565) cos(δ3 − δ 2 − 1,8623)
= 20,1143 V3 cos(δ3 − 1,8623) + 19,7312 V3 cos(δ3 − δ2 − 1,8623)

Elemen-elemen pada submatriks J4:

∂Q3
= − V3 Y33 sin θ33 + ∑ V j Y3 j sin(δ3 − δ j − θ3 j )
3

∂ V3 j =1

= − V3 Y33 sin θ33 + V1 Y31 sin(δ3 − δ1 − θ31 )


+ V2 Y32 sin(δ3 − δ2 − θ32 ) + V3 Y33 sin(δ3 − δ3 − θ33 )
= − V3 (38,3130 ) sin( −1,2793) + (1,05)(19,1565) sin(δ3 − 0 − 1,8623)
+ (1,03)(19,1565) sin(δ3 − δ 2 − 1,8623) + V3 (38,3130 ) sin(1,2793)
= 73,3935 V3 + 20,1143 sin(δ3 − 1,8623) + 19,7312 sin(δ3 − δ 2 − 1,8623)

e. Persamaan iteratif Newton-Raphson untuk solusi aliran daya adalah seperti yang
dinyatakan oleh (2.64) dan (2.65), yaitu:
ANALISA SISTEM TENAGA Hal-27
Oleh: Dr. Ir. Rudy Gianto, MT
STUDI ALIRAN DAYA

⎡ δ( k +1) ⎤ ⎡ δ( k ) ⎤ ⎡ Δδ( k ) ⎤
⎢ (2k +1) ⎥ ⎢ (2k ) ⎥ ⎢ (2k ) ⎥
⎢ δ3 ⎥ ⎢ δ3 ⎥ ⎢ Δδ 2 ⎥
⎢ LL ⎥ = ⎢LL ⎥ + ⎢ LL ⎥
⎢ ( k +1) ⎥ ⎢ ( k ) ⎥ ⎢ ( k ) ⎥
⎢ V3 ⎥ ⎢ V3 ⎥ ⎢Δ V3 ⎥
⎣ ⎦ ⎣ ⎦ ⎣ ⎦

dan:

−1
⎡ ∂P2( k ) ∂P2( k ) M ∂P2( k ) ⎤
⎢ ⎥
⎡ Δδ(2k ) ⎤ ⎢ ∂δ 2 ∂δ3 M ∂ V3 ⎥ ⎡ P ( k ) ⎤
⎢ (k ) ⎥ ⎢ ∂P ( k ) ∂P3( k ) M ∂P3( k ) ⎥ ⎢ ( k ) ⎥
⎢ Δδ3 ⎥ ⎢ 3 ⎥ ⎢ P3 ⎥
2

= −
⎢ LL ⎥ ⎢ ∂δ 2 ∂δ3 M ∂ V3 ⎥ ⎢
LL⎥
⎢ (k ) ⎥ ⎢ LL M LL ⎥ ⎢ ( k ) ⎥
⎢Δ V3 ⎥ ⎢ ∂Q ( k ) ∂Q3( k ) M ∂Q3( k ) ⎥ ⎢⎣Q3 ⎥⎦
⎣ ⎦
LL
⎢ 3 ⎥
⎣⎢ ∂δ 2 ∂δ3 M ∂ V3 ⎦⎥

f. Iterasi Newton-Raphson dimulai dengan estimasi awal:

⎡ δ(0 ) ⎤ ⎡0 ⎤
⎢ (20 ) ⎥ ⎢ ⎥
⎢ δ3 ⎥ = ⎢0 ⎥
⎢ (0 ) ⎥ ⎢ 1 ⎥
⎢⎣ V3 ⎥⎦ ⎣ ⎦

Berikut adalah perhitungan-perhitungan iterasi Newton-Raphson.

Iterasi k = 0:

Melalui rumus-rumus yang telah diturunkan pada point c, selisih daya (power
mismatch):

P2(0 ) = 8,3211 + 21,2099 cos(δ(20 ) − 1,7682) + 19,7312 V3(0 ) cos(δ(20 ) − δ(30 ) − 1,8623)

= 8,3211 + 21, 2099 cos(0 − 1,7682 ) + (19,7312)(1) cos(0 − 0 − 1,8623)


= −1,5093

P3(0 ) = 2,0 + 20,1143 V3(0 ) cos(δ3(0 ) − 1,8623) + 19,7312 V3(0 ) cos(δ3(0 ) − δ(20 ) − 1,8623) + 11,0106 V3(0 )
2

= 2,0 + ( 20 ,1143)(1) cos(0 − 1,8623) + (19 ,7312 )(1) cos(0 − 0 − 1,8623) + (11,0106 )(1)
2

= 1,5593

ANALISA SISTEM TENAGA Hal-28


Oleh: Dr. Ir. Rudy Gianto, MT
STUDI ALIRAN DAYA

Q3(0 ) = 1,0 + 20,1143 V3(0 ) sin(δ(30 ) − 1,8623) + 19,7312 V3(0 ) sin(δ(30 ) − δ(20 ) − 1,8623) + 36 ,6968 V3(0 )
2

= 1,0 + ( 20 ,1143)(1) sin(0 − 1,8623) + (19,7312)(1) sin(0 − 0 − 1,8623) + (36 ,6968 )(1)
2

= −0,4677

Oleh karena nilai absolut maksimum dari selisih daya (yaitu 1,5593) masih lebih besar
dari toleransi (0,01), maka proses perhitungan dilanjutkan.

Berdasarkan rumus-rumus pada point d, elemen-elemen dari matriks Jacobian:

∂P2(0 )
= −21,2099 sin(δ(20 ) − 1,7682) − 19,7312 V3(0 ) sin(δ(20 ) − δ(30 ) − 1,8623)
∂δ 2
= −21,2099 sin(0 − 1,7682) − (19,7312)(1) sin(0 − 0 − 1,8623)
= 39,6968

∂P2(0 )
= 19,7312 V3(0 ) sin(δ(20 ) − δ(30 ) − 1,8623)
∂δ3
= (19,7312)(1) sin(0 − 0 − 1,8623)
= −18,8988

∂P3(0 )
= 19,7312 V3(0 ) sin(δ3(0 ) − δ(20 ) − 1,8623)
∂δ2
= (19,7312)(1) sin(0 − 0 − 1,8623)
= −18,8988

∂P3(0 )
= −20,1143 V3(0 ) sin(δ3(0 ) − 1,8623) − 19,7312 V3(0 ) sin(δ3(0 ) − δ(20 ) − 1,8623)
∂δ3
= −(20,1143)(1) sin(0 − 1,8623) − (19,7312)(1) sin(0 − 0 − 1,8623)
= 38,1645

∂P2(0 )
= 19,7312 V3(0 ) cos(δ(20 ) − δ3(0 ) − 1,8623)
∂ V3
= (19,7312)(1) cos(0 − 0 − 1,8623)
= −5,6706

∂P3(0 )
= 22,0212 V3(0 ) + 20,1143 cos(δ3(0 ) − 1,8623) + 19,7312 V3(0 ) cos(δ(30 ) − δ(20 ) − 1,8623)
∂ V3
= (22,0212)(1) + 20,1143 cos(0 − 1,8623) + (19,7312)(1) cos(0 − 0 − 1,8623)
= 10,5699

ANALISA SISTEM TENAGA Hal-29


Oleh: Dr. Ir. Rudy Gianto, MT
STUDI ALIRAN DAYA

∂Q3(0 )
= −19,7312 V3(0 ) cos(δ3(0 ) − δ(20 ) − 1,8623)
∂δ2
= −(19,7312)(1) cos(0 − 0 − 1,8623)
= 5,6706

∂Q3(0 )
= 20,1143 V3(0 ) cos(δ3(0 ) − 1,8623) + 19,7312 V3(0 ) cos(δ3(0 ) − δ(20 ) − 1,8623)
∂δ3
= (20,1143)(1) cos(0 − 1,8623) + (19,7312)(1) cos(0 − 0 − 1,8623)
= −11,4513

∂Q3(0 )
= 73,3935 V3(0 ) + 20,1143 sin(δ3(0 ) − 1,8623) + 19,7312 sin(δ3(0 ) − δ(20 ) − 1,8623)
∂ V3
= (73,3935)(1) + 20,1143 sin(0 − 1,8623) + 19,7312 sin(0 − 0 − 1,8623)
= 35,2290

Sehingga matriks Jacobian:

⎡ ∂P2(0 ) ∂P2(0 ) ∂P2(0 ) ⎤


⎢ ⎥
⎢ ∂δ 2 ∂δ 3 ∂ V3 ⎥

[J ]
⎡ 39,6968 − 18,8988 − 5,6706 ⎤
⎢ ∂P (0 ) ∂P3(0 ) ∂P3(0 ) ⎥ ⎢ ⎥
=⎢ 3 ⎥ = − 18,8988 38,1645 10,5699 ⎥
⎢ ∂δ 2 ∂δ 3 ∂ V3 ⎥ ⎢
(0 )

⎢ 5,6706 − 11,4513 35,2290 ⎥⎦


⎢ ∂Q3(0 ) ∂Q3(0 ) ∂Q3(0 ) ⎥ ⎣
⎢ ⎥
⎢⎣ ∂δ 2 ∂δ 3 ∂ V3 ⎥⎦

Nilai-nilai koreksi untuk estimasi solusi:

−1
⎡ ∂P2(0 ) ∂P2(0 ) ∂P2(0 ) ⎤
⎢ ⎥
⎡ Δδ(0 ) ⎤ ⎢ ∂δ 2 ∂δ3 ∂ V3 ⎥
⎡ P2(0 ) ⎤
⎢ (0 ) ⎥ ⎢ ∂P (0 ) ∂P3(0 ) ∂P3(0 ) ⎥ ⎢ (0 ) ⎥
⎢ Δδ3 ⎥ = − ⎢ 3 ⎥ ⎢ P3 ⎥
2

⎢ (0 ) ⎥ ⎢ ∂δ 2 ∂δ3 ∂ V3 ⎥ ⎢Q (0 ) ⎥
Δ ⎢ ∂Q (0 )
⎣⎢ ⎦⎥ ∂Q3(0 ) ∂Q3(0 ) ⎥ ⎣ 3 ⎦
⎢ 3 ⎥
V3

⎢⎣ ∂δ 2 ∂δ3 ∂ V3 ⎥⎦
−1
⎡ 39,6968 − 18,8988 − 5,6706 ⎤ ⎡ − 1,5093 ⎤ ⎡ 0,0243 ⎤
= − ⎢⎢− 18,8988 38,1645 10,5699 ⎥⎥ ⎢ 1,5592 ⎥ = ⎢− 0,0288 ⎥
⎢ ⎥ ⎢ ⎥
⎢⎣ 5,6706 − 11,4513 35,2290 ⎥⎦ ⎢⎣− 0,4677 ⎥⎦ ⎢⎣ 0 ⎥⎦

Nilai-nilai estimasi yang baru untuk solusi:

ANALISA SISTEM TENAGA Hal-30


Oleh: Dr. Ir. Rudy Gianto, MT
STUDI ALIRAN DAYA

⎡ δ(1) ⎤ ⎡ δ(0 ) ⎤ ⎡ Δδ(0 ) ⎤ ⎡0 ⎤ ⎡ 0,0243 ⎤ ⎡ 0,0243 ⎤


⎢ (21) ⎥ ⎢ (20 ) ⎥ ⎢ (20 ) ⎥ ⎢ ⎥ ⎢ ⎥ ⎢ ⎥
⎢ δ3 ⎥ = ⎢ δ3 ⎥ + ⎢ Δδ3 ⎥ = ⎢0 ⎥ + ⎢− 0,0288 ⎥ = ⎢− 0,0288 ⎥
⎢ (1) ⎥ ⎢ (0 ) ⎥ ⎢ (0 ) ⎥ ⎢1⎥ ⎢ 0 ⎥⎦ ⎢⎣ ⎥⎦
⎢⎣ V3 ⎥⎦ ⎢⎣ V3 ⎥⎦ ⎢⎣Δ V3 ⎥⎦ ⎣ ⎦ ⎣ 1

Iterasi k = 1:

Selisih daya (power mismatch):

P2(1) = 8,3211 + 21,2099 cos(δ (1) − 1,7682) + 19,7312 V3(1) cos(δ (1) − δ (1) − 1,8623)
2 2 3
= 8,3211 + 21, 2099 cos(0,0243 − 1,7682) + (19,7312)(1) cos(0 ,0243 + 0,0288 − 1,8623)
= 0,0083

P3(1) = 2,0 + 20,1143 V3(1) cos(δ (1) − 1,8623) + 19,7312 V3(1) cos(δ (1) − δ (1) − 1,8623) + 11,0106 V3(1)
2
3 3 2

= 2,0 + ( 20,1143)(1) cos( −0 ,0288 − 1,8623) + (19 ,7312)(1) cos( −0,0288 − 0 ,0243 − 1,8623) + (11,0106 )(1)
2

= 0,0118

Q3(1) = 1,0 + 20,1143 V3(1) sin(δ (1) − 1,8623) + 19,7312 V3(1) sin(δ (1) − δ (1) − 1,8623) + 36 ,6968 V3(1)
2
3 3 2

= 1,0 + ( 20,1143)(1) sin( −0 ,0288 − 1,8623) + (19 ,7312 )(1) sin( −0,0288 − 0,0243 − 1,8623) + (36 ,6968 )(1)
2

= 0,0343

Oleh karena nilai absolut maksimum dari selisih daya (yaitu 0,0343) masih lebih besar
dari toleransi (0,01), maka proses perhitungan dilanjutkan.

Elemen-elemen dari matriks Jacobian:

∂P2(1)
= −21,2099 sin(δ 2(1) − 1,7682) − 19,7312 V3(1) sin(δ 2(1) − δ 3(1) − 1,8623)
∂δ 2
= −21,2099 sin(0,0243 − 1,7682) − (19,7312)(1) sin(0,0243 + 0,0288 − 1,8623)
= 40,0660

∂P2(1)
= 19,7312 V3(1) sin(δ 2(1) − δ 3(1) − 1,8623)
∂δ 3
= (19,7312)(1) sin(0,0243 + 0,0288 − 1,8623)
= −19,1731

ANALISA SISTEM TENAGA Hal-31


Oleh: Dr. Ir. Rudy Gianto, MT
STUDI ALIRAN DAYA

∂P3(1)
= 19,7312 V3(1) sin(δ 3(1) − δ 2(1) − 1,8623)
∂δ 2
= (19,7312)(1) sin(−0,0288 − 0,0243 − 1,8623)
= −18,5712

∂P3(1)
= −20,1143 V3(1) sin(δ 3(1) − 1,8623) − 19,7312 V3(1) sin(δ 3(1) − δ 2(1) − 1,8623)
∂δ 3
= −(20,1143)(1) sin( −0,0288 − 1,8623) − (19,7312)(1) sin(−0,0288 − 0,0243 − 1,8623)
= 37 ,6625

∂P2(1)
= 19,7312 V3(1) cos(δ 2(1) − δ 3(1) − 1,8623)
∂ V3
= (19,7312)(1) cos(0,0243 + 0,0288 − 1,8623)
= −4,6596

∂P3(1)
= 22,0212 V3(1) + 20,1143 cos(δ 3(1) − 1,8623) + 19,7312 V3(1) cos(δ 3(1) − δ 2(1) − 1,8623)
∂ V3
= (22,0212)(1) + 20,1143 cos(−0,0288 − 1,8623) +
(19,7312)(1) cos(−0,0288 − 0,0243 − 1,8623)
= 9,0224

∂Q3(1)
= −19,7312 V3(1) cos(δ 3(1) − δ 2(1) − 1,8623)
∂δ 2
= −(19,7312)(1) cos(−0,0288 − 0,0243 − 1,8623)
= 6 ,6657

∂Q3(1)
= 20,1143 V3(1) cos(δ 3(1) − 1,8623) + 19,7312 V3(1) cos(δ 3(1) − δ 2(1) − 1,8623)
∂δ 3
= (20,1143)(1) cos(−0,0288 − 1,8623) + (19,7312)(1) cos(−0,0288 − 0,0243 − 1,8623)
= −12,9988

∂Q3(1)
= 73,3935 V3(1) + 20,1143 sin(δ 3(1) − 1,8623) + 19,7312 sin(δ 3(1) − δ 2(1) − 1,8623)
∂ V3
= (73,3935)(1) + 20,1143 sin(−0,0288 − 1,8623) + 19,7312 sin(−0,0288 − 0,0243 − 1,8623)
= 35,7310

ANALISA SISTEM TENAGA Hal-32


Oleh: Dr. Ir. Rudy Gianto, MT
STUDI ALIRAN DAYA

Sehingga matriks Jacobian:

⎡ ∂P2(1) ∂P2(1) ∂P2(1) ⎤


⎢ ⎥
⎢ ∂δ 2 ∂δ 3 ∂ V3 ⎥

[J ]
⎡ 40,0660 − 19,1731 − 4,6596 ⎤
⎢ ∂P (1) ∂P3(1) ∂P3(1) ⎥ ⎢
=⎢ 3 ⎥ = ⎢− 18,5712 37 ,6625 9,0224 ⎥⎥
⎢ ∂δ 2 ∂δ 3 ∂ V3 ⎥
(1)

⎢ 6 ,6657 − 12,9988 35,7310 ⎥⎦


⎢ ∂Q3(1) ∂Q3(1) ∂Q3(1) ⎥ ⎣
⎢ ⎥
⎢⎣ ∂δ 2 ∂δ 3 ∂ V3 ⎥⎦

Nilai-nilai koreksi untuk estimasi solusi:

⎡ ∂P2(1) ∂P2(1) ⎤
−1
∂P2(1)
⎢ ⎥
⎡ Δδ 2(1) ⎤ ⎢ ∂δ 2 ∂δ 3 ∂ V3 ⎥ ⎡ P2(1) ⎤
⎢ (1) ⎥ ⎢ ∂P3(1) ∂P3(1) ∂P3(1) ⎥ ⎢ (1) ⎥
Δδ
⎢ 3 ⎥ = − ⎢ ⎥ ⎢ P3 ⎥
⎢Δ V (1) ⎥ ⎢ ∂δ 2 ∂δ 3 ∂ V3 ⎥ ⎢Q3(1) ⎥
⎣ ⎦ ⎢ ∂Q3(1) ∂Q3(1) ∂Q3(1) ⎥ ⎣ ⎦
⎢ ⎥
3

⎣⎢ ∂δ 2 ∂δ 3 ∂ V3 ⎦⎥

⎡ 40,0660 − 19,1731 − 4,6596 ⎤ ⎡0,0083⎤ ⎡− 0,000470 ⎤


−1

= − ⎢⎢− 18,5712 37 ,6625 9,0224 ⎥⎥ ⎢0,0118 ⎥ = ⎢− 0,000309 ⎥


⎢ ⎥ ⎢ ⎥
⎢⎣ 6 ,6657 − 12,9988 35,7310 ⎥⎦ ⎢⎣0,0343 ⎥⎦ ⎢⎣ − 0,000985 ⎥⎦

Nilai-nilai estimasi yang baru untuk solusi:

⎡ δ 2( 2 ) ⎤ ⎡ δ 2(1) ⎤ ⎡ Δδ 2(1) ⎤ ⎡ 0,0243 ⎤ ⎡− 0,000470 ⎤ ⎡ 0,0238 ⎤


⎢ ( 2 ) ⎥ ⎢ (1) ⎥ ⎢ (1) ⎥ ⎢ ⎥ ⎢ ⎥ ⎢ ⎥
⎢ δ 3 ⎥ = ⎢ δ 3 ⎥ + ⎢ Δδ 3 ⎥ = ⎢− 0,0288 ⎥ + ⎢− 0,000309 ⎥ = ⎢− 0,0291⎥
⎢ V ( 2 ) ⎥ ⎢ V (1) ⎥ ⎢Δ V (1) ⎥ ⎢ 1 ⎥ ⎢− 0,000985 ⎥ ⎢ 0,9990 ⎥
⎣ 3 ⎦ ⎣ 3 ⎦ ⎣ 3 ⎦ ⎣ ⎦ ⎣ ⎦ ⎣ ⎦

Iterasi k = 2:

Selisih daya (power mismatch):

P2( 2 ) = 8,3211 + 21,2099 cos(δ ( 2) − 1,7682) + 19,7312 V3( 2) cos(δ ( 2) − δ ( 2) − 1,8623)


2 2 3
= 8,3211 + 21, 2099 cos(0 ,0238 − 1,7682 ) + (19 ,7312 )(0 ,9990 ) cos(0,0238 + 0,0291 − 1,8623)
= −0,0013

ANALISA SISTEM TENAGA Hal-33


Oleh: Dr. Ir. Rudy Gianto, MT
STUDI ALIRAN DAYA

P3( 2 ) = 2,0 + 20,1143 V3( 2) cos(δ ( 2) − 1,8623) + 19,7312 V3( 2) cos(δ ( 2) − δ ( 2) − 1,8623) + 11,0106 V3( 2)
2
3 3 2
= 2,0 + ( 20,1143)(0,9990 ) cos( −0,0291 − 1,8623) +

(19 ,7312 )(0,9990 ) cos( −0,0291 − 0 ,0238 − 1,8623) + (11,0106 )(0,9990 )


2

= 0,0008

Q3( 2 ) = 1,0 + 20,1143 V3( 2) sin(δ ( 2) − 1,8623) + 19,7312 V3( 2) sin(δ ( 2) − δ ( 2) − 1,8623) + 36 ,6968 V3( 2)
2
3 3 2
= 1,0 + ( 20 ,1143)(0 ,9990 ) sin( −0,0291 − 1,8623) +

(19 ,7312)(0,9990 ) sin( −0,0291 − 0,0238 − 1,8623) + ( 36 ,6968 )(0 ,9990 )


2

= 0,0008

Oleh karena nilai absolut maksimum dari selisih daya (yaitu 0,0013) sudah lebih kecil

Raphson adalah δ 2 = 0,0238 rad = 1,36 deg , δ3 = −0,0291 rad = −1,67 deg , dan
dari toleransi (0,01), maka proses perhitungan distop, dan solusi dari iterasi Newton-

V3 = 0,9990 pu .

g. Berdasarkan (2.41), daya yang dibangkitkan generator-generator adalah:

Generator 1 (Generator Pada Bus Slack):

PG1 = PL1 + ∑ V1 Y1 j V j cos(δ1 − δ j − θ1 j )


n

j =1

= PL1 + V1 Y11 V1 cos(δ1 − δ1 − θ11 ) + V1 Y12 V2 cos(δ1 − δ 2 − θ12 ) +


V1 Y13 V3 cos(δ1 − δ3 − θ13 )
= 1,0 + (1,05)(38,7253)(1,05) cos(0 − 0 + 1,3269 ) +
(1,05)(19,6116 )(1,03) cos(0 − 0,0238 − 1,7682) +
(1,05)(19,1565)(0,9990 ) cos(0 + 0,0291 − 1,8623)
= 1,0 + 10,3101 − 4,6535 − 5,2125
= 1,4441

QG1 = QL1 + ∑ V1 Y1 j V j sin(δ1 − δ j − θ1 j )


n

j =1

= QL1 + V1 Y11 V1 sin(δ1 − δ1 − θ11 ) + V1 Y12 V2 sin(δ1 − δ 2 − θ12 ) +


V1 Y13 V3 sin(δ1 − δ3 − θ13 )
= 0,5 + (1,05)(38,7253)(1,05) sin(0 − 0 + 1,3269 ) +
(1,05)(19,6116 )(1,03) sin(0 − 0,0238 − 1,7682) +
(1,05)(19,1565)(0,9990 ) sin(0 + 0,0291 − 1,8623)
= 0,5 + 41,4311 − 20,6931 − 19,4064
= 1,8316

ANALISA SISTEM TENAGA Hal-34


Oleh: Dr. Ir. Rudy Gianto, MT
STUDI ALIRAN DAYA

Generator 2 (Generator Pada Bus PV):

PG 2 = 1,6 (telah ditentukan/dispesifikasi)

QG 2 = QL 2 + ∑ V2 Y2 j V j sin(δ 2 − δ j − θ2 j )
n

j =1

= QL 2 + V2 Y21 V1 sin(δ 2 − δ1 − θ21 ) + V2 Y22 V2 sin(δ 2 − δ 2 − θ22 ) +


V2 Y23 V3 sin(δ 2 − δ3 − θ23 )
= 0 + (1,03)(19,6116 )(1,05) sin(0,0238 − 0 − 1,7682) +
(1,03)(38,7253)(1,03) sin(0,0238 − 0,0238 + 1,3269 ) +
(1,03)(19,1565)(0,9990 ) sin(0,0238 + 0,0291 − 1,8623)
= 0 − 20,8911 + 39,8678 − 19,1530
= −0,1763

Hasil perhitungan tegangan dan daya bus diatas diringkaskan pada Tabel.2.9.

δ
Tabel 2.9. Tegangan Dan Daya Bus Untuk Sistem Pada Gambar 2.7.
Bus Tipe |V| PG QG PL QL QG,min QG,maks
1 Slack 1,05 0 1,4441 1,8316 1,0 0,5 - -
2 PV 1,03 1,36 1,6 -0,1763 0 0 - -
3 PQ 0,9990 -1,67 0 0 2,0 1,0 - -

h. Berdasarkan (2.67) dan (2.68), aliran-aliran daya adalah:

Aliran daya dari bus 1 ke 2 diberikan oleh:

,∗
P12 + jQ12 = V1I12

= V1[(V1 − V2 )∗ y12

+ V1∗
y12
]
2
= (1,05∠0 o )(1,05∠0 o − 1,03∠1,36 o )∗ (3,8462 − j19,2308 )∗
= −0,413 + j0,509

Aliran daya dari bus 2 dan 1 diberikan oleh:

,∗
P21 + jQ21 = V2 I 21

= V2 [(V2 − V1 )∗ y12

+ V2∗
y12
]
2
= (1,05∠0 o )(1,05∠0 o − 1,03∠1,36 o )∗ (3,8462 − j19,2308 )∗
= 0,417 − j0,489

Rugi-rugi daya pada saluran antara bus 1 dan 2 adalah:

S LOSS ,12 + jQLOSS ,12 = ( P12 + jQ12 ) + ( P21 + jQ21 )


= (−0,413 + j0,509 ) + (0,417 − j0,489 )
= 0,004 + j0,020
ANALISA SISTEM TENAGA Hal-35
Oleh: Dr. Ir. Rudy Gianto, MT
STUDI ALIRAN DAYA

Dengan cara yang sama, perhitungan aliran daya dan rugi-rugi daya pada saluran-
saluran yang lain dapat dilakukan, dan hasilnya diperlihatkan pada Tabel 2.10.

Tabel 2.10. Aliran Daya Dan Rugi-Rugi Daya Untuk Sistem Pada Gambar 2.7.
Saluran Bus Aliran Daya Aliran Daya Rugi-Rugi Daya
p-q p ke q q ke p
1 1–2 -0,413+j0,509 0,417-j0,489 0,004+j0,020
2 1–3 0,858+j0,822 -0,838-j0,758 0,020+j0,064
3 2–3 1,183+j0,312 -1,162-j0,242 0,021+j0,070
Total Rugi-Rugi Daya 0,045+j0,154

i. Gambar 2.8 memperlihatkan nilai-nilai tegangan bus, daya yang dibangkitkan dan
aliran daya pada diagram segaris.

1,03∠1,36o 1,05∠0o

0,417-j0,489 -0,413+j0,509
G2 G1

1,6-j0,176 1,444+j1,832
1,183+j0,312 0,858+j0,822
2 1 Beban
1+j0,5

-1,162-j0,242 -0,838-j0,758

0,999∠-1,67o 3
Beban
2+j1

Gambar 2.8. Hasil Studi Aliran Daya Untuk Sistem Gambar 2.7.

j. Berikut adalah ringkasan dari hasil studi aliran daya:

Total Pembangkitan = (1,444+j1,832)+(1,6-j0,176) = 3,044+j1,656


Total Beban = (1+j0,5)+(2+j1) = 3+j1,5
Total Rugi-Rugi = 0,045+j0,154

Karena total pembangkitan sama dengan total beban ditambah total rugi-rugi daya,
maka keseimbangan daya terpenuhi.

ANALISA SISTEM TENAGA Hal-36


Oleh: Dr. Ir. Rudy Gianto, MT
STUDI ALIRAN DAYA

Soal-Soal Latihan

1. Tabel 2.11 menunjukkan data-data bus untuk sistem tenaga yang diagram segarisnya

pu (kecuali δ) pada dasar 400 MVA dan 15 kV pada bus 1. Untuk sistem tenaga
diperlihatkan pada Gambar 2.4 dan data jaringannya pada Tabel 2.1. Semua data dalam

tersebut:

a. Dapatkan matriks admitansi bus.


b. Tentukan vektor dari sudut/besar tegangan bus dan selisih daya (power
mismatch).
c. Tuliskan rumus untuk elemen-elemen dari vektor selisih daya.
d. Tuliskan rumus untuk matriks Jacobian.
e. Tuliskan persamaan iteratif Newton-Raphson untuk solusi aliran daya.
f. Lakukan iterasi Newton-Raphson untuk mendapatkan solusi (ambil toleransi
0,01).
g. Hitung daya yang dibangkitkan generator.
h. Hitung aliran daya dan rugi-rugi daya pada saluran-saluran.
i. Nyatakan nilai-nilai tegangan bus, daya yang dibangkitkan dan aliran daya
tersebut pada diagram segaris.
j. Cek keseimbangan daya dengan memeriksa apakah total pembangkitan sama
dengan total beban ditambah total rugi-rugi daya.

δ
Tabel 2.11. Data-Data Bus Untuk Sistem Gambar 2.4.
Bus Tipe |V| PG QG PL QL QG,min QG,maks
1 Slack 1,0 0 - - 0 0 - -
2 PQ - - 0 0 2,0 0,7 - -
3 PV 1,05 - 1,3 - 0,2 0,1 - -
4 PQ - - 0 0 0 0 - -
5 PQ - - 0 0 0 0 - -

2. Tabel 2.12 menunjukkan data-data bus untuk sistem tenaga yang diagram segarisnya

pu (kecuali δ) pada dasar 100 MVA. Untuk sistem tenaga tersebut:


diperlihatkan pada Gambar 2.6 dan data jaringannya pada Tabel 2.5. Semua data dalam

a. Dapatkan matriks admitansi bus.


b. Tentukan vektor dari sudut/besar tegangan bus dan selisih daya (power
mismatch).
c. Tuliskan rumus untuk elemen-elemen dari vektor selisih daya.
d. Tuliskan rumus untuk matriks Jacobian.
e. Tuliskan persamaan iteratif Newton-Raphson untuk solusi aliran daya.
f. Lakukan iterasi Newton-Raphson untuk mendapatkan solusi (ambil toleransi
0,01).
g. Hitung daya yang dibangkitkan generator.
h. Hitung aliran daya dan rugi-rugi daya pada saluran-saluran.
i. Nyatakan nilai-nilai tegangan bus, daya yang dibangkitkan dan aliran daya
tersebut pada diagram segaris.
j. Cek keseimbangan daya dengan memeriksa apakah total pembangkitan sama
dengan total beban ditambah total rugi-rugi daya.

ANALISA SISTEM TENAGA Hal-37


Oleh: Dr. Ir. Rudy Gianto, MT
STUDI ALIRAN DAYA

δ
Tabel 2.12. Data-Data Bus Untuk Sistem Gambar 2.6.
Bus Tipe |V| PG QG PL QL QG,min QG,maks
1 Slack 1,06 0 - - 0 0 - -
2 PV 1,05 - 0,4 - 0,2 0,1 - -
3 PQ - - 0 0 0,45 0,15 - -
4 PQ - - 0 0 0,4 0,05 - -
5 PQ - - 0 0 0,6 0,1 - -

2.6. ALIRAN DAYA FAST DECOUPLED

Aliran daya fast decoupled merupakan penyederhanaan dari metoda Newton-Raphson.


Uraian tentang penyederhanaan ini akan dimulai dengan menulis kembali (2.59) sebagai:

P = − J 1Δδ − J 2 Δ | V | (2.69a)
Q = − J 3Δδ − J 4 Δ | V | (2.69b)

Suatu karakteristik yang menarik dari setiap sistem tenaga yang beroperasi pada keadaan

sudut tegangan (P-δ), serta antara daya-reaktif dan besar tegangan (Q-|V|). Hal ini berarti
mantap (steady-state) adalah adanya ketergantungan yang kuat antara daya-aktif dan

bahwa daya-aktif P akan lebih sensitif terhadap perubahan sudut tegangan (Δδ), dan
kurang sensitif terhadap perubahan besar tegangan (Δ|V|). Sedangkan daya-reaktif Q akan
sangat tergantung pada perubahan besar tegangan (Δ|V|), dan kurang tergantung pada
perubahan sudut tegangan (Δδ).

Dengan demikian, berdasarkan uraian diatas, (2.69) dapat diaproksimasi melalui:

P = − J 1Δδ (2.70a)
Q = −J 4Δ | V | (2.70b)

Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan (2.70) akan jauh lebih singkat dibandingkan
waktu penyelesaian (2.69). Reduksi lebih lanjut dari waktu perhitungan akan dapat
diperoleh dengan melakukan penyederhanaan pada submatriks Jacobian J1 dan J4 seperti
berikut.

Elemen-elemen diagonal dari J1 yang dirumuskan melalui (2.50) dapat ditulis sebagai:

∂Pi
= Vi Vi Yii sin(δi − δi − θii ) − ∑ Vi V j Yij sin(δi − δ j − θij )
n

∂δi j =1

= Vi Vi Yii sin( −θii ) − QTi (2.71)


= − Vi Bii − QTi
2

Dengan mengasumsikan bahwa:

ANALISA SISTEM TENAGA Hal-38


Oleh: Dr. Ir. Rudy Gianto, MT
STUDI ALIRAN DAYA

| Vi |≈ 1 (2.72)

dan untuk suatu sistem tenaga biasanya:

QTi << | Vi |2 Bii (2.73)


maka (2.71) dapat diaproksimasi menjadi:

∂Pi
≈ − Bii
∂δi
(2.74)

Sedangkan elemen-elemen luar diagonal J1 yang dinyatakan melalui (2.51) yaitu:

∂Pi
= Vi Vk Yik sin(δi − δ k − θik )
∂δ k
(2.51)

dapat diaproksimasi melalui:

∂Pi
≈ Vi Vk Yik sin( −θik ) ≈ − Vi Vk Bik
∂δ k
(2.75)

Aproksimasi (2.75) diperoleh dengan mengasumsikan bahwa:

δi ≈ δ k (2.76)

Dengan menggunakan (2.72) pada (2.75) akan diperoleh:

∂Pi
≈ − Bik
∂δ k
(2.77)

Dengan demikian, kombinasi dari (2.74) dan (2.77) akan menghasilkan:

∂P
J1 = = B'
∂δ
(2.78)

dimana B’ merupakan matriks yang dibentuk dari matriks –B. Sedangkan B adalah
matriks suseptansi dan dibentuk dari bagian-bagian imajiner dari matriks admitansi Y
atau:

B = Im(Y ) (2.79)

Penyederhanaan submatriks Jacobian J1 seperti yang dinyatakan oleh (2.78) sangatlah

tergantung pada δ dan |V|, akan tetapi elemen-elemen tersebut sekarang adalah konstanta,
luar biasa. Elemen-elemen dari J1 sekarang bukan lagi merupakan variabel yang

sehingga tidak perlu dihitung pada setiap iterasi.

ANALISA SISTEM TENAGA Hal-39


Oleh: Dr. Ir. Rudy Gianto, MT
STUDI ALIRAN DAYA

Sekarang mari kita amati elemen-elemen diagonal dari J4 seperti yang dirumuskan oleh

= − Vi Yii sin θ ii + ∑ V j Yij sin(δ i − δ j − θ ij )


∂Qi
(2.56) yaitu:
n

∂ Vi
(2.56)
j =1
atau:

∂Qi
= − Vi Bii + Ti
Q
∂ Vi
(2.80)
| Vi |

Dengan menggunakan (2.72) dan (2.73) pada (2.80) akan diperoleh:

∂Qi
≈ − Bii
∂ Vi
(2.81)

Elemen-elemen luar diagonal dari J4 seperti yang dirumuskan oleh (2.57) yaitu:

∂Qi
= Vi Yik sin(δi − δ k − θik )
∂ Vk
(2.57)

dapat diaproksimasi menjadi:

∂Qi
≈ − Bik
∂ Vk
(2.82)

Aproksimasi (2.82) diperoleh dengan menggunakan (2.72) dan (2.76) pada (2.57).

Dengan menggabungkan (2.81) dan (2.82) akan diperoleh:

∂Q
J4 = = B' '
∂ |V |
(2.83)

dimana B’’ merupakan matriks yang juga dibentuk dari matriks –B.

Dengan demikian, pada aliran daya fast decoupled, nilai-nilai koreksi untuk sudut fasa
dan besar tegangan bus pada setiap iterasi dapat dihitung melalui:

Δδ ( k ) = −[ B ' ]−1 P ( k ) (2.84a)


Δ |V (k )
|= −[ B ' ' ] Q
−1 (k )
(2.84b)

atau, secara lebih kompak:

⎡ Δδ( k ) ⎤ ⎡ B' 0 ⎤ ⎡ P (k ) ⎤
−1
⎢ (k ) ⎥
= − ⎢ 0 B ' '⎥ ⎢ ( k ) ⎥
⎣⎢Δ | V |⎦⎥ ⎣ ⎦ ⎢⎣Q ⎦⎥
(2.85)

ANALISA SISTEM TENAGA Hal-40


Oleh: Dr. Ir. Rudy Gianto, MT
STUDI ALIRAN DAYA

Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, kelebihan dari aliran daya fast decoupled adalah
bahwa B’ dan B’’ merupakan matriks-matriks konstan, sehingga hanya perlu diinvers
satu kali saja diawal perhitungan dan menggunakan hasil invers tersebut pada
perhitungan-perhitungan untuk memperbaiki nilai estimasi pada setiap langkah iterasinya.
Hal ini mengakibatkan waktu perhitungan per-iterasi dari fast decoupled akan jauh lebih
singkat dibandingkan Newton-Raphson, dan memori komputer yang dipakai juga akan
jauh lebih sedikit.

Namun demikian, aliran daya fast-decoupled akan memerlukan iterasi yang jumlahnya
sedikit lebih banyak untuk mendapatkan solusi (atau konvergensinya lebih lambat).

berurutan (sequential), artinya dapatkan dulu Δδ dan perbarui nilai estimasi untuk sudut
Konvergensi yang lebih baik akan diperoleh bila penyelesaian (2.84) dilakukan secara

tegangan melalui δbaru = δlama + Δδ . Kemudian, dengan menggunakan nilai δbaru


tersebut hitung Δ|V| dan perbarui nilai estimasi untuk besar tegangan melalui
| V baru |=| V lama | + Δ | V | . Dengan penyelesaian secara berurutan, jumlah iterasi yang
dibutuhkan untuk mendapatkan solusi akan lebih sedikit dibandingkan bila
penyelesaiannya dilakukan secara simultan atau melalui (2.85). Gambar 2.9
memperlihatkan flowchart dari aliran daya fast decoupled.

Contoh Soal 2.4

Untuk sistem tenaga seperti pada Gambar 2.4, tentukan:


a. Vektor dari sudut/besar tegangan bus dan vektor dari selisih daya.
b. Matriks B.
c. Matriks B’.
d. Matriks B’’.

Jawab

a. Oleh karena bus 1 adalah bus slack dan bus 3 adalah bus PV, maka vektor dari
sudut/besar tegangan bus dan vektor dari selisih daya adalah:

⎡ δ2 ⎤ ⎡ P2 ⎤
⎢δ ⎥ ⎢P ⎥
⎢ 3 ⎥ ⎢ 3⎥
⎢ δ4 ⎥ ⎢ P4 ⎥
⎡δ⎤ ⎢ ⎥ ⎡P⎤ ⎢ ⎥
⎢ ⎥ ⎢ δ5 ⎥ ⎢ ⎥ ⎢ P5 ⎥
⎢L⎥ = ⎢ L ⎥ ; ⎢L⎥ = ⎢ L ⎥
⎢⎣ V ⎥⎦ ⎢ ⎥ ⎢⎣ Q ⎥⎦ ⎢ ⎥
⎢| V2 |⎥ ⎢Q2 ⎥
⎢| V |⎥ ⎢Q ⎥
⎢ 4 ⎥ ⎢ 4⎥
⎣⎢ 5 ⎦⎥
| V | ⎣⎢Q5 ⎦⎥

b. Matriks admitansi Y untuk sistem tenaga Gambar 2.4 adalah:

ANALISA SISTEM TENAGA Hal-41


Oleh: Dr. Ir. Rudy Gianto, MT
STUDI ALIRAN DAYA

⎡ 0 ,9323 − j 12,4301 − 0 , 9323 + j 12 , 4301⎤


⎢ − 0 , 4464 + j 4 , 9598 ⎥
0 0 0
0 ,6696 − j7 ,1147 − 0 , 2232 + j 2 , 4799
Y =⎢ ⎥
0 0
1, 8645 − j 24 , 8602 − 1, 8645 + j 24 , 8602
⎢ − 0 , 8928 + j 9 , 9197 ⎥
0 0 0
− 0 , 2232 + j 2 , 4799 − 1, 8645 + j 24 , 8602 2 , 9805 − j 36 , 9898
⎢⎣− 0 ,9323 + j 12 ,4301 ⎥⎦
0
− 0 , 4464 + j 4 , 9598 0 − 0 , 8928 + j 9 , 9197 2 , 2715 − j 27 ,1446

Maka matriks suseptansi:

⎡− 12,4301 12,4301 ⎤
⎢ 4,9598 ⎥⎥
0 0 0
⎢ 0 − 7 ,1147 0 2,4799
B = Im(Y ) = ⎢ − 24,8602 24,8602 ⎥
⎢ ⎥
0 0 0
⎢ 24,8602 − 36 ,9898 9,9197 ⎥
⎢⎣ 12,4301 − 27 ,1446 ⎥⎦
0 2,4799
4,9598 0 9,9197

c. Matriks -B:

⎡ 12,4301 − 12,4301⎤
⎢ − 2,4799 − 4,9598 ⎥⎥
0 0 0
⎢ 0 7 ,1147 0
−B=⎢ 24,8602 − 24,8602 ⎥
⎢ ⎥
0 0 0
⎢ − 2,4799 − 24,8602 36 ,9898 − 9,9197 ⎥
⎢⎣− 12,4301 − 4,9598 27 ,1446 ⎥⎦
0
0 − 9,9197

Oleh karena bus 1 adalah bus slack, maka matriks B’:

⎡ 7 ,1147 − 2,4799 − 4,9598 ⎤


⎢ 0 ⎥
0
⎢ 24,8602 − 24,8602 ⎥
B' =
0
⎢− 2,4799 − 24,8602 36 ,9898 − 9,9197 ⎥
⎢ ⎥
⎣− 4,9598 0 − 9,9197 27 ,1446 ⎦

d. Oleh karena bus 1 adalah bus slack dan bus 3 adalah bus PV, maka matriks –B”:

⎡ 7 ,1147 − 2,4799 − 4,9598 ⎤


B" = ⎢⎢− 2,4799 36 ,9898 − 9,9197 ⎥⎥
⎣⎢− 4,9598 − 9,9197 27 ,1446 ⎦⎥

ANALISA SISTEM TENAGA Hal-42


Oleh: Dr. Ir. Rudy Gianto, MT
STUDI ALIRAN DAYA

Tentukan nilai awal untuk besar


dan sudut tegangan bus

toleransi εP dan εQ
Set hitungan iterasi k = 0, dan

Bentuk matriks B’ dan B”

Set Kδ = 0 dan KV = 0

Hitung selisih daya-aktif P(k)


melalui (2.41a)

maks|P(k)|< εP
ya
Kδ = 1

tidak

KV = 0
ya

Hitung Δδ(k) melalui (2.84a)


KV = 1

tidak
Hitung: δ(k+1) = δ(k) + Δδ(k) dan
ganti δ(k) dengan δ(k+1)

k=k+1
Hitung selisih daya-reaktif Q(k)
melalui (2.41b) STOP

maks|Q(k)|< ε
ya
KV = 1

tidak

Kδ = 0

Kδ = 1
Hitung ΔV(k) melalui (2.84b)
ya

Hitung: V(k+1) = V(k) + ΔV(k)


tidak

dan ganti V(k) dengan V(k+1)

Gambar 2.9. Flowchart Dari Aliran Daya Fast Decoupled.

ANALISA SISTEM TENAGA Hal-43


Oleh: Dr. Ir. Rudy Gianto, MT

Anda mungkin juga menyukai