Laporan
oleh
DAFTAR ISI........................................................................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ........................................................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ..................................................................................................................... 2
1.3. Tujuan ......................................................................................................................................... 2
BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................................................... 3
2.1. Operasi Baris Elementer (OBE) .............................................................................................. 3
2.2. Eliminasi Gauss dan Eliminasi Gauss-Jordan ....................................................................... 3
2.3. Jaringan Listrik ........................................................................................................................ 4
2.6. Rangkaiaan Listrik ................................................................................................................... 4
BAB III PEMBAHASAN ..................................................................................................................... 6
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN............................................................................................. 13
REFERENSI ........................................................................................................................................ 14
i
BAB I
PENDAHULUAN
Persamaan linear merupakan suatu persamaan dimana setiap variabel yang terlibat
berderajat satu. Jika kterdapat beberapa persamaan linear maka itu disebut sistem persamaan
linear. Suatu pasangan beberapa bilangan disebut solusi dari suatu Sistem Persamaan Linear
(SPL) jika pasangan tersebut memenuhi kebenaran masing-masing persamaan dari SPL
tersebut (Gozali, 2010:1).
Rangkaian listrik adalah sekumpulan elemen atau komponen listrik yang saling
dihubungkan dengan cara-cara tertentu dan paling sedikit mempunyai satu lintasan tertutup
(Ramdhani, 2005:1). Rangkaian listrik pada umumnya sulit untuk diselesaikan. Penyelesaiaan
masalah ini biasanya hanya menggunakan metode eliminasi dan subtitusi. Apabila rangkaian
listrik tersebut memiliki banyak kuat arus, tegangan dan hambatan, sehingga memiliki banyak
variabel. Masalah yang demikian akan kurang efektif jika diselesaik dengan metode eliminasi
dan subtitusi, karna akan memerlukan waktu yang lebih lama dan penyelesaiaan yang lebih
panjang.
Permasalahan diatas akan lebih efektif diselesaikan dengan menggunakan aljabar linear.
Menggunakan hukum II Kircof, rangkaiaan listrik akan dimodelkan dalam bentuk aljabar.
Kemudian dilanjutkan dengan hukum Ohm hingga menghasilkan SPL. SPL yang dihasilkan
dibuat kedalam bentuk matriks, selanjutnya dilakukan operasi pada matriks menggunakan
eliminasi gauss dan eliminasi gauss-jordan dengan menggunakan Operasi Baris Elementer
(OBE) hingga diperoleh hasil kuat arusnya.
Dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata kulih Eksplorasi dalam Aljabar, penulis
mengambil topik tentang “Aplikasi Aljabar Linear pada Sirkuit Listrik” untuk memenuhi tugas
tersebut. Ini merupakan penarapan aljabar linear dalam ranah ilmu fisika dan kehidupan nyata.
Aljabar linear yang digunakan disini dibatasi pada matriks, operasi gauss dan operasi gauss
jordan. Permasalahan rangkaian listrik yang dibahas akan dibatasi pada rangkaiaan listrik yang
memiliki arus searah dan rangkaiaan sederhana yaitu rangkaian seri murni atau paralel murni.
1
1.2. Rumusan Masalah
1.3. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut
1. Mampu menerjemahkan rangkaiaan listrik ke dalam bentuk persamaan linear dan matriks.
2. Agar dapat menentukan kuat arus listrik melalui aplikasi aljabar linear.
2
BAB II
LANDASAN TEORI
Berikut ini akan dijabarkan beberapa teori terkait aljabar linear dan rangkaian listrik,
diantaranya: operasi baris elementer (OBE), eliminasi Gauss dan eliminasi Gauss-Jordan,
jaringan listrik dan rangkaiaan listrik.
𝑎11 … 𝑎1𝑛
𝐴=[ ⋮ ⋮ ⋮ ]
𝑎𝑚1 … 𝑎𝑚𝑛
Menurrut Gozali (2010:4) pada matriks A kita dapat melakukan operasi-operasi berikut.
Contoh
Tentukan nilai 𝑖1 dan 𝑖2 !
30 −10 𝑖1 −80
[ ][ ] = [ ]
−10 25 𝑖2 90
1 8
− 3 ⋮ − 10(𝑏1 ) + 𝑏2 1 − 3 ⋮ −3
1 8
30 −10 ⋮ −80 1 (𝑏 ) 1
[ ]3 1 [ 3] [ 95 190 ]
−10 35 ⋮ 90 ~ −10 35 ⋮ 90 ~ 0 3 ⋮ 3
1 8
3 1 − 3 ⋮ − 3 1 (𝑏2 ) + 𝑏1 1 0 ⋮ −2
95 (𝑏2 ) [ ]3 [
0 1 ⋮ 2
]
~ 0 1 ⋮ 2 ~
3
(Eliminasi Gauss) (Eliminasi Gauss-Jordan)
Diperoleh 𝑖1 = −2 𝑑𝑎𝑛 𝑖2 = 2
Cabang 1 2 3 4 5 6
𝑁𝑜𝑑𝑒 1 1 −1 1 0 0 0
𝑁𝑜𝑑𝑒 2 [0 1 0 1 1 0]
𝑁𝑜𝑑𝑒 3 0 0 −1 0 −1 −1
4
Sekeliling sebarang loop tertutup jumlah penurunan voltase sama dengan jumlah kenaikan
voltase (Anton dan Chris, 1988:229).
𝛴𝐼𝑅 + 𝛴𝐸 = 0
Dengan
E: Tegangan
I: Arus
R: Hambatan
V = I. R
Dengan
V: Tegangan
I: Arus
R: Hambatan
5
BAB III
PEMBAHASAN
Agar lebih memahami pengaplikasian aljabar dalam rangkaiaan listrik, maka pada
pembahasan ini akan dipaparkan beberapa contoh mengenai rangkaiaan listrik dengan tingkat
permasalahan berbeda-beda dan penyelesaiannya melalui pengaplikasian aljabar linear.
Contoh 1.
20 ℧
𝐼1 𝐼2
80V 25 ℧
10 ℧ 90V
𝛴𝐼𝑅 + 𝛴𝐸 = 0
20𝑖1 + 10(𝑖1 − 𝑖2 ) + 80 = 0
−10𝑖1 + 35𝑖2 = 90
Buat persamaan aljbar tesebut kedalam bentuk matriks dengan menggunakan hukum Ohm
𝑅. 𝐼 = 𝑉.
30 −10 𝑖1 −80
[ ][ ] = [ ]
−10 25 𝑖2 90
6
1 8
3 1 − 3 ⋮ − 3 1 (𝑏2 ) + 𝑏1 1 0 ⋮ −2
95 (𝑏2 ) [ ]3 [
0 1 ⋮ 2
]
~ 0 1 ⋮ 2 ~
𝑖 yang bernilai negatif menandakan arah loop yang diprediksi berlawanan dengan arah arus
yang seharusnya.
Contoh 2.
7
0𝑖1 + 0𝑖2 +0𝑖3 − 25𝑖4 + 56𝑖5 − 1𝑖6 = 0
76 −25 −50 0 0 0 𝑖1 10
−25 56 −1 −30 0 0 𝑖2 0
−50 −1 106 −55 0 0 𝑖3
= 0
0 − 30 − 55 160 −25 −50 𝑖4 0
0 0 0 −25 56 −1 𝑖5 0
[0 0 0 −50 −1 106 ] [𝑖6 ] [ 0 ]
76 −25 −50 0 0 0 ⋮ 10
−25 56 −1 −30 0 0 ⋮ 0
−50 −1 106 −55 0 0 ⋮ 0
0 −30 −55 160 −25 −50 ⋮ 0
0 0 0 −25 56 −1 ⋮ 0
[ 0 0 0 −50 −1 10 ⋮ 0 ]
1 −0,3289 −0,65789 0 0 0 ⋮ 0,13158
−25 56 −1 −30 0 0 ⋮ 0
1 −50 −1 106 −55 0 0 ⋮ 0
76 (𝑏1 ) 0 −30 −55 160 −25 −50 ⋮ 0
~
0 0 0 −25 56 −1 ⋮ 0
[ 0 0 0 −50 −1 10 ⋮ 0 ]
8
1 −0,3289 −0,65789 0 0 0 ⋮ 0,13158
1 0 1 −0,36519 −0,62793 0 0 ⋮ 0,06885
(𝑏3 )
66,7338 0 0 1 −1,0118 0 0 ⋮ 0,11659
~ 0 0 0 74,4281 −25 −50 ⋮ 9,75507
(65,9557)(𝑏3 ) + 𝑏4 0 0 0 −25 56 −1 ⋮ 0
[ 0 0 0 −50 −1 10 ⋮ 0 ]
(0,67179)(𝑏6 ) + 𝑏4
1 −0,3289 −0,65789 0 0 0 ⋮ 0,13158
~
0 1 −0,36519 0 0 0 ⋮ 0,22487
(0,33589)(𝑏5 ) + 𝑏4
0 0 1 0 0 0 ⋮ 0,36799
~
(1,0118)(𝑏4 ) + 𝑏3 0 0 0 1 0 0 ⋮ 0,24847
0 0 0 0 1 0 ⋮ 0,11304
~
[ 0 0 0 0 0 1 ⋮ 0,11823 ]
(0,62793)(𝑏4 ) + 𝑏2
1 0 0 0 0 0 ⋮ 0,49186
(0,36519)(𝑏3 ) + 𝑏2
0 1 0 0 0 0 ⋮ 0,35926
~
(0,65789)(𝑏3 ) + 𝑏1 0 0 1 0 0 0 ⋮ 0,36799
0 0 0 1 0 0 ⋮ 0,24847
~
0 0 0 0 1 0 ⋮ 0,11304
(0,3289)(𝑏2 ) + 𝑏1
[0 0 0 0 0 1 ⋮ 0,11823]
𝑖6 = 0,11823
9
𝑖 yang bernilai negatif menandakan arah loop yang diprediksi berlawanan dengan arah arus
yang seharusnya.
Contoh 3.
10
9 −2 −2 0 0 𝑖1 4
−2 10 −4 −1 −1 𝑖2 6
−2 −4 9 0 0 𝑖 3 = −6
0 −1 0 8 −3 𝑖4 0
[0 −1 0 −3 4 ] [𝑖5 ] [−6]
1
(𝑏2 )
9,55556 1 −0,22222 −0,22222 0 0 ⋮ 0,444444
~
4,44444(𝑏1 ) + 𝑏3 0 1 −0,46512 −0,10465 −0,10465 ⋮ 0,72093
~ 0 0 6,48836 −0,4651 −0,4651 ⋮ −1,907
1(𝑏2 ) + 𝑏4 0 0 −0,4651 7,89533 −3,1047 ⋮ 0,72093
~ [0 0 −0,4651 −3,1047 3,89535 ⋮ −6 ]
1(𝑏1 ) + 𝑏5
1
(𝑏3 ) 1 −0,22222 −0,22222 0 0 ⋮ 0,444444
6,48836
~ 0 1 −0,46512 −0,10465 −0,10465 ⋮ 0,72093
0,4651(𝑏3 ) + 𝑏4 0 0 1 −0,07168 −0,07168 ⋮ −0,29391
~ 0 0 0 7,86201 −3,138 ⋮ 0,58423
0,4651(𝑏3 ) + 𝑏5 [ 0 0 0 −3,138 3,86201 ⋮ −5,4158 ]
11
1
(𝑏5 )
2,60954
~ 1 −0,22222 −0,22222 0 0 ⋮ 0,444444
0,39913(𝑏5 ) + 𝑏4 0 1 −0,46512 −0,10465 −0,10465 ⋮ 0,72093
~ 0 0 1 0 0 ⋮ −0,48776
0,07168(𝑏5 ) + 𝑏3 0 0 0 1 0 ⋮ −0,71837
~ [ 0 0 0 0 1 ⋮ −1,98601]
0,07168(𝑏4 ) + 𝑏3
0,10465(𝑏5 ) + 𝑏2
~
0,10465(𝑏4 ) + 𝑏2 1 0 0 0 0 ⋮ 0,38295
~ 0 1 0 0 0 ⋮ 0,21105
0,46512(𝑏3 ) + 𝑏2 0 0 1 0 0 ⋮ −0,4878
~ 0 0 0 1 0 ⋮ −0,7184
0,22222(𝑏3 ) + 𝑏1 [0 0 0 0 1 ⋮ −1,986 ]
~
0,22222(𝑏2 ) + 𝑏1
𝑖 yang bernilai negatif menandakan arah loop yang diprediksi berlawanan dengan arah arus
yang seharusnya.
12
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
Karena pembahasan dibatasi pada rangkaiaan listrik sederhana, maka penulis belum
mengetahui apakah aljabar linear juga dapat diaplikasikan dalam penyelesaiaan rangkaian
listrik kompleks yang merupakan campuran antara rangkaian seri dan paralel. Disarankan bagi
yang ingin melanjutkan pembahasan ini, bisa mencoba membasas tentang rangkaian listrik
kompleks.
13
REFERENSI
Abubakar, Achimi, dkk. 2019. The Development of a Basic Electricity Trainer. International
Journal of Advanced Engineering Research and Science (IJAERS).
Vol-6. 05 Februari 2021
Anton, Howard dan Chris Rorres. 1988. Penerapan Aljabar Linear. Jakarta: Erlangga.
Gozali, Sumang Muthar. 2010. Aljabar Linear. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia
Rahman, Ahmad Fa’iq. 2015. Penerapan Sistem Persamaan Lanjar pada Rangkaian Listrik.
Bandung
Ramdhani, Mohamad. 2005. Rangkaian Listrik (Revisi). Bandung: Sekolah Tinggi Teknologi
Telkom
Siregae, Suryadi. 2018. Catatan Kuliah Aljabar Linier. Bandung: Sekolah Tinggi Menajemen
Informatika dan Komputer
Taing, Seamleng. 2001. Aplication of Linear Algebra in Electrical Circuits. 04 Februari 2021
14