Tegangan Lentur
Disusun oleh:
Muhammad Naufal ( NIM. 1212700009)
I. LANDASAN TEORI
Tegangan lentur terjadi ketika suatu material dikenai suatu beban atau gaya
lentur. Tegangan jenis ini biasanya terjadi pada struktur dan member seperti balok,
jembatan, dan kolom yang menerima beban lentur atau bending. Tegangan lentur
menggambarkan distribusi gaya internal dan momen dalam penampang balok ketika
balok mengalami deformasi.
Tegangan lentur mengacu secara khusus pada ketahanan internal suatu benda
terhadap momen lentur.Ini di distribusikan secara tidak merata di seluruh
penampang, dan bagian balok yang berbeda mengalami tingkat tegangan yang
berbeda. Distribusi yang tidak seragam ini terutama disebabkan oleh bagaimana
sumbu netral dan bentuk balok mempengaruhi gaya yang diberikan. Sumbu netral
adalah sumbu penampang balok yang tegangannya nol. Ketika sebuah balok
dibengkokkan, distribusi tegangan internal menempatkan bagian tertentu dari balok
dalam keadaan tekan (tegangan negatif) dan bagian lain dalam keadaan tarik
(tegangan positif). Sumbu netral memisahkan daerah tekan dan tarik, dan lokasinya
bergantung pada bentuk balok.
Tegangan lentur terjadi secara internal ketika gaya atau momen lentur eksternal
bekerja pada suatu komponen. Momen lentur eksternal ini mengubah kelengkungan
komponen dan menimbulkan tegangan tarik dan tekan di dalam struktur. Tegangan
gabungan ini biasa disebut tegangan lentur. Misalnya, bayangkan sebuah balok
keseimbangan.Kedua ujungnya ditopang, dan saat Anda berjalan, gaya diterapkan
ke tengah. Ketika beban berada di tengah balok, maka beban tersebut mengalami
momen lentur. Pada saat ini, bagian atas balok berada di bawah kompresi dan
mencoba menyusut, tetapi bagian bawah berada di bawah tekanan dan mencoba
meregang.
Materi di dalam balok keseimbangan menolak perubahan ini dan menciptakan
tekanan internal. Seperti terlihat pada gambar , di antara sisi kompresi dan tarikan
terdapat sumbu netral di mana tidak terjadi kompresi maupun tarikan.
II. PEMBAHASAN
a) Bila suatu penampang beton bertulang yang dibebani lentur murni
dianalisis, pertama-tama perlu dipakai sejumlah kriteria agar penampang itu
mempunyai probabilitas keruntuhan yang layak pada keadaan batas hancur.
Anggapan yang digunakan dalam menganalisis beton bertulang yang diberi
beban lentur adalah :
1. Beton tidak dapat menerima gaya tarik karena beton tidak mempunyai
kekuatan tarik
2. Perubahan bentuk berupa pertambahan panjang dan perpendekan (regangan
tarik dan tekan) pada serat-serat penampang, berbanding lurus dengan jarak
tiap serat ke sumbu netral. Ini merupakan kriteria yang kita kenal, yaitu
penampang bidang datar akan tetap berupa bidang datar.
3. Hubungan antara tegangan dan regangan baja (σs dan s ) dapat dinyatakan
secara skematis
4. Hubungan antara tegangan dan regangan beton (σ’s dan ’s) dapat
dinyatakan secara skematis.
b) Untuk menentukan kuat lentur, berlaku rumus lenturan
sebagai berikut :
Tegangan lentur pada suatu titik tertentu dapat ditentukan melalui rumus
tegangan lentur:
M/I = σ/y = E/R
yang dimana:
σ = Tegangan lentur (Pa atau N/m²)
M = Momen lentur yang diterapkan pada balok (N·m)
y = Jarak tegak lurus suatu titik tertentu pada penampang balok dari sumbu netralnya
(m)
I = Luas momen inersia balok (m⁴)
E = Modulus elastisitas (Pa atau N/m²)
R = Jari-jari lengkungan (m)
1) Jembatan mengalami tegangan lentur yang disebabkan oleh beban kendaraan dan
pejalan kaki yang melintasinya. Balok dan balok penopang pada struktur jembatan
mengalami tegangan lentur saat menopang beban yang diberikan.
2) Banyak bangunan dirancang sedemikian rupa sehingga beban struktur dan
penghuninya ditanggung oleh balok dan kolom. Elemen struktur tersebut
mengalami tegangan lentur terutama pada bangunan bertingkat.
3) Sayap pesawat dirancang untuk menahan tekanan lentur selama penerbangan.
Mereka membengkok karena gaya aerodinamis dan gaya gravitasi yang bekerja
pada pesawat.
d) Bagaimana Menghitung Tegangan Lentur?
σ = My/I
Dalam rumus ini, M mewakili momen, yang dihitung dengan mengalikan gaya yang
diterapkan dengan jaraknya dari titik acuan. Variabel y mewakili jarak tegak lurus
dari sumbu netral ke titik tujuan tertentu, dan I menandakan momen inersia
untuk bentuk penampang benda. Penting untuk ditekankan bahwa persamaan ini
hanya valid jika kita berasumsi bahwa material berperilaku elastis dan
mematuhi hukum Hooke. Hukum Hooke menggambarkan hubungan linier antara
tegangan dan regangan suatu bahan dalam batas elastisnya.i
Contoh soal
Tegangan lentur tarik dan tekan maksimum yang bekerja di suatu penampang terjadi
di titik yang terletak paling jauh dari sumbu netral. Dari gambar sebelumnya, maka
tegangan lentur maksimum yang terjadi adalah :
Jadi :
𝑀𝐶1 𝑀
1 = − = −
𝐼 𝑆1
𝑀𝐶2 𝑀
2 = − = −
𝐼 𝑆2
Contoh Soal :
Jawab :
𝑀 = 1/8𝑞𝐿2 = 112,225 𝑘𝑁𝑚 = 112,225 ∙ 106 𝑁𝑚𝑚
𝑏ℎ2 225(690)2
𝑆= = = 17.853.750𝑚𝑚3
6 6
𝑀 112,225 ∙ 106
𝑐 = 𝑡 = = = 6,29 𝑀𝑝𝑎
𝑆 17.853.750
III. PENGERJAAN SOAL SEPERTI DI CONTOH VIDEO
1.
Diketahui :
20 m
= 250 𝑘𝑁𝑚
1
𝐼𝑥 = . 𝐵 . 𝐻3
12
1
= . 0.3 ( 𝑑𝑖𝑢𝑏𝑎ℎ 𝑘𝑒 𝑚) . 0.63 (𝑑𝑖𝑢𝑏𝑎ℎ 𝑘𝑒 𝑚)
12
= 0.0054 𝑐𝑚4
𝑀𝑦
𝜎 𝑚𝑎𝑘𝑠 =
𝐼𝑥
250 . 0.3
= (
0.0054
) = 13888,8 𝑘𝑁/𝑚2 = 13,8888 𝑀𝑃𝑎
𝜎 𝑡𝑒𝑘𝑎𝑛 = 13,8888 𝑀𝑃𝑎
Y
60.00
30.00
𝑠𝑢𝑚𝑏𝑢 𝑛𝑒𝑡𝑟𝑎𝑙
X
30.00
𝜎 𝑡𝑎𝑟𝑖𝑘 = 13,8888 𝑀𝑃𝑎
30.000
Penampang Diagram Tegangan
Balok (dalam cm) (dalam cm)
2. Diketahui :
3,5 m 20 m 3m
10 m
16,177 kN 58,823 kN
𝑉𝐴 + 𝑉𝐵 − 75 = 0
𝑉𝐵 . (20 − 3) − (5 . 20). 10 = 0
𝑉𝐵 = 58,823
𝑉𝐴 = 75 − 58,823 = 16,177
𝑀𝑦
𝜎 𝑚𝑎𝑘𝑠 =
𝐼𝑥
30,625 . 0,3 𝑘𝑁
𝜎 𝑚𝑎𝑘𝑠 𝑑𝑖 𝐴 = ( ) = 1701,38 2 = 1,70138𝑀𝑝𝑎
0,0054 𝑚
22,5 . 0,3 𝑘𝑁
𝜎 𝑚𝑎𝑘𝑠 𝑑𝑖 𝐴 = ( ) = 1250 2 = 1,250 𝑀𝑝𝑎
0,0054 𝑚
677,375 . 0,3 𝑘𝑁
𝜎 𝑚𝑎𝑘𝑠 𝑑𝑖 𝐴 = ( ) = 37631,94 2 = 37,6319𝑀𝑝𝑎
0,0054 𝑚
Wikana, I., & Widayat, Y. (2007). Tinjauan Kuat Lentur Balok Beton Bertulang dengan Lapisan Mutu
Beton yang Berbeda. Majalah Ilmiah UKRIM. Edisi, 2.
Dady, Y. T., Sumajouw, M. D., & Windah, R. S. (2015). Pengaruh kuat tekan terhadap kuat lentur
balok beton bertulang. Jurnal Sipil Statik, 3(5).