Anda di halaman 1dari 34

II.

TEORI DASAR

1. PROSES PENGERJAAN

Proses pengerjaan atau pembentukan benda kerja berdasar

temperatur pengerjaan atau pembentukannya dapat dibedakan menjadi 2

proses yaitu:

• proses pengerjaan panas (hot working ).

o proses pengerjaan dingin ( cold working).

Pada proses penekukan atau bending berdasarkan penampang benda

kerjanya dapat dilakukan dengan proses pengerjaan panas dan proses

pengerjaan dingin. Dimana biasanya untuk penampang yang kecil

digunakan dengan proses pengejaan dingin ( cold working ) dan untuk

penampang yang besar digunakan proses pengerjaan panas ( hot working ),

hal ini dilakukan agar gaya yang digunakan masih dalam batas-batas yang

diinginkan.^
Pada proses penekukan atau bending yang dilakukan disini adalah

proses pengerjaan dingin ( cold working ) karena penampang yang

digunakan dalam proses pembentukan adalah penampang yang kecil.

Dalam proses pengerjaan dingin dilakukan pada temperatur rendah

yang biasanya dilakukan pada temperatur karaar atau temperatur

pengerjaannya dilakukan dibawah temperatur rekristalisasi dan biasanya

pada proses ini akan terjadi pembahan sifat mekanik pada bahan, seperti

akan terjadinya pengerasan regang ( strain hardening ), kenaikan kekuatan,

akan tetapi keuietannya akan berkurang. Hal ini dapat dilihat seperti pada

grafik gambar 2.1 berikut ini:

J I 1 1
0 10 2C 30 40 50 60 70
Pengur?ng«n

Gambar 2.1. Sifat logam vs pengerjaan dingin.


2. DEFORMASI ELASTIS DAN DEFORMASI PLASTIS

Pada proses pembentukan logam diharapkan terjadi deformasi elastis

yang diikuti oleh deformasi plastis. Deformasi elastis adalah deformasi yang

akan kembali ke bentuk awalnya apabila beban yang diberikan dihilangkan.

Pada daerah deformasi elastis berlaku hukum Hooke, yaitu tegangan ( a )

akan sebanding dengan regangan ( e ) dikalikan modulus elastisitas

( modulus Young ).

Deformasi plastis adalah perubahan bentuk yang merupakan

kelanjutan dari deformasi elastis, yang bersifat permanen meskipun

pembebanan dihilangkan. Logam mengalami perubahan sifat antara lain :

kenaikan sifat pengerasan logam, kenaikan sifat kekuatan logam dan

kenaikan kekuatan tank.

3. PENGUJIAN TARIK

Kekuatan tank ( Tensile strength ) merupakan sifat mekanik logam

yang penting karena kekuatan tarik menunjukkan kemampuan untuk

menerima beban atau tegangan tanpa menjadi rusak atau putus dan untuk

mengetahuinya dapat diketahui dengan uji tarik material tersebut. Pengujian

itu dilakukan dengan memberi beban aksial secara kontinu yang makin
membesar pada material. Pembahan panjang spesimen terhadap besamya

beban oleh mesin tarik diplot menjadi grafik beban - pertambahan panjang

(grafik P - AL). Di mana grafik mi hanya menggambarkan kemampuan

batang uji untuk menerima beban gaya.

Grafik P - AL ini dapat diperoleh dari hasil uji tarik material, dimana

dari hasil tersebut dapat diketahui informasi rancangan dasar kekuatan suatu

bahan dan sebagai data pendukung dari spesifikasi suatu material. Dari

kurva mi juga dapat diketahui berapa besar kekuatan luluhnya dan juga

kekuatan tarik maksimumnya. Dari sini pula dapat diketahui seberapa besar

material tersebut akan dapat di perlakukan. Salah satu grafik dari suatu

material gaya vs perpanjangan dapat dilihat pada gambar 2.2.

o>

Gambar 2.2. Grafik gaya vs perpanjangan.


10

4. DIAGRAM TEGANGAN REGANGAN TEKNIK

Diagram tegangan regangan teknik digunakan untuk menggambarkan

sifat bahan secara litniim, diagram ini didapatkan dari grafik uji tarik antara

beban dengan pertambahan panjang. Besarnya tegangan yang bekerja pada

batang uji adalah:

a = P/Ao (kg/mm 2 ) (2.1)

juga pada saat itu pada batang uji terjadi regangan yang besarnya :

e = AL/Lo x 100% = ( L - L o ) / L o x 100% (2.2)

dimana: a : tegangan teknik (N/mm 2 )

P : gayatarik (N)

Ao : luaspenampangawal (mm 2 )

e : regangan teknik (%)

Lo : panjang batang uji mula-mula (mm)

L : panjang batang uji saat menerima beban ( mm )

Dalam menentukan diagram tegangan-tegangan teknik, luas

penampang dianggap tetap ( Ao ), demikian pula panjang sebenamya dari

spesimen ( Lo ), sebingga diagram tidak menunjukan keadaan sebenamya.

Dari data yang diperoleh pada uji tarik ini, besamya gaya yang akan

mengakibatkan yield maupun maksimum dapat diketahui dan dengan


11

menggunakan persamaan 2.1 dan persamaan 2.2 maka tegangan dan

regangan pada saat yield maupun maksimum dapat diketahui. Salah satu

grafik dari suatu material tegangan vs regangan dapat dilihat pada gambar

2.3.

r«gangan

Gambar 2.3. Grafik tegangan - regangan.

5. KONDISI TEGANGAN DI SEBUAH TITIK

Keadaan umum komponen-komponen yang bekerja pada sebuah titik

dapat digambarkan dalam sebuah kubus elementer dapat dilihat seperti pada

gambar 2.4.
12

Gambar 2.4. Tegangan-tegangan yang bekerja pada kubus satuan elementer.

Tegangan yang bekerja normal pada bidang diidentisifikasikan yang

sesuai juga dengan arah bekerjanya tegangan ox, yang bekerja dalam arah

x. Demikian juga untuk tegangan arah yang lain ay, az yang bekerja sesuai

dengan arah y dan z. Sesuai dengan perjanjian, bahwa harga tegangan yang

lebih besar dari nol adalah tegangan tarik dan harga tegangan yang lebih

kecil dari nol adalah tegangan tekan.

Seperti yang terlihat dalam gambar tersebut, tegangan geser yang ada

xxy, xxz, tyz, xyx, TZX dan xzy. Dari hal tersebut dapat dibuat

penyerdehanaan dengan memisalkan bahwa luas bidang kubus satuan cukup

kecil sehingga perubahan dalam tegangan pada bidang diabaikan. Dengan

menjumlahkan momen gaya sekeliling sumbu z dapat ditunjukkan bahwa x

xy = xyx.

(xxy. Ay. A z ) . Ax = (tyx . Ax . A z ) . Ay


13

jadi xxy = xyx

dan dengan cara yang sama dapat ditunjukkan :

TXZ = TZX

xyz = tzy.

6. TEGANGAN UTAMA DUA DIMENSI

Keadaan pengoperasian pembentukan akan menimbulkan tegangan

pada logam selama proses pembentukan berlangsung. Tegangan yang timbul

antara lain adalah tegangan dua dimensi. Misalnya yang terjadi pada plat

tipis yang dibebani dalam bidang plat, tidak akan ada tegangan yang bekerja

tegak lurus permukaan plat.

Sistem tegangan terdiri dari dua tegangan normal ox,oy dan sebuah

tegangan geser rv. Kondisi tegangan dimana tegangan sama dengan nol

dalam salah satu arah utama disebut tegangan bidang ( plane stress ).

Untuk mencari besar tegangan-tegangan utama digunakan persamaan

keseimbangan gaya dengan ^ = 0 , karena pada bidang utama tidak ada

tegangan geser dan tegangannya adalah tegangan utama ( a ) yang tegak

lurus bidang utama. Tv=ryx = T. Untuk lebih jelasnya dilihat pada gambar

2.5.
14

Gambar 2.5. Sistem tegangan dengan AC sebagai bidang utama.

Keseimbangan gaya ke arah horisontal

<JX. = (a.AC).cos(&)

= (a.AC).cos(&)

( a -<JX). cos(3) - T.sin( 3) = 0 ( 2.3 )

Keseimbangan gaya kearah vertikal

oyBC + r.AB = (a.AC).sm(#)

ay .AC. sin(5) + z.AC. cos(5) = {a.AC). sin(5)

(2.4)

Tegangan utama dapat ditentukan dari persamaan 2.3 dan persamaan

2.4 dengan membuat harga determinannya sama dengan nol.

-T
=0
-x

Sehingga akan didapatkan persamaan sebagai berikut

-T2 =0 .(2.5)
15

Tegangan utama dua dimensi dapat dicari, yaitu dari persamaan ( 2.5 )

dengan menggunakan rumus abc, yaitu :

(2.6)

7. KRITERIA LULUH TRESCA

Berdasarkan kriteria luluh Tresca, kondisi yield/luluh akan terjadi

pada saat tegangan geser maksimum mencapai nilai kritis. Oleh karena itu

kriteria luluh Tresca juga disebut kriteria luluh tegangan geser maksimum.

Penerapan kriteria Tresca pada uji tarik adalah sebagai berikut:

Tegangan utama yang bekerja adalah :

a, = F/A

a3 = 0

Deformasi plasris mulai terjadi bila tegangan yang bekerja (<r, )

mencapai harga kekuatan luluh material ( ay ) :

a, = F/A = Y

Dari lingkaran Mohr ( gambar 2.6 ), tegangan geser maksimum yang

bekerja adalah :
16

=( ) / 2 = <r, / 2

Sehingga deformasi plastis akan mulai terjadi bila

= ry= Y/2

Dengan demikian dapat disimpulkan pula bahwa :

Sehingga kriteria luluh Tresca juga dapat ditulis sebagai:

<?i - o - 3 = Y .( 2.7 )

Dengan perkataan lain, tegangan geser maksimum yang bekerja

adalah sama dengan setengah dari selisih antara tegangan utama yang

terbesar dengan yang terkecil.

Gambar 2.6. Lingkaran Mohr dua dimensi.


17

8. KRITERIA VON MISSES

Hipotesa Von Misses yang dikemukakan pada tahun 1913 diberi

interpretasi fisis oleh Hencky pada tahun 1924, dimana teori Von Mises

tidak lain menyatakan bahwa material akan terdeformasi plastis bila energi

distorsi maksimum akibat pembebanan mencapai harga kritisnya. Oleh

karena itu kriteria ini dikenal juga sebagai teori energi distorsi.

Kriteria Von Mises ini dapat ditulis dalam bentuk matematis, yang

berbentuk kwadratis sebagai berikut:

( a, - <J2 f + ( a2 - cr3 f + ( o-3 - o-, f = konstan.

Sementara itu kriteria energi distorsi ( Hencky ) dapat ditulis :

1/6G{(CT, - CT2 ) 2 + ( a 2 - o-3 f + (cr3 - ax f }= konstan = A (2.8)

dimana : G = Modulus geser

E = Modulus elastisitas

o = angka Poison.

Pada kriteria Von Misses peranan tegangan utama 2 jelas terlihat.

Oleh karena itu Taylor dan Quenney menyatakan kriteria Von Misses lebih

baik dibandingkan terhadap kriteria Tresca ( hasil mendekati yang

sebenarnya).
18

9. HUBUNGAN ANTARA TEGANGAN LULUH TARIK DAN


TEGANGAN LULUH GESER

Dari hasil percobaan uji tarik ( pure uniaxial tension ), tegangan lulur

tarik mempunyai harga Y, sehingga sistem tegangan dapat ditulis :

a,=Y, o-2=0, <T3=0.

Menurut Von Misses:

6GA = ( cr, - a2 )2 + ( a2 - a, ) 2 + ( a 3 - cr, f

2
X = 2Y2

Dari hasil uji puntir murni akan mengakibatkan tegangan geser murni

yang mana tegangan geser murni setara dengan tegangan tarik dan tekan

yang bekerja pada bidang miring 45° terhadap bidang geser (Mechanics of

Materials, 1978), sehingga : cr, = k, a2 = 0, CT3 = -k ( k = tegangan

lulur geser).

Besar tegangan utama yang bekerja pada bidang miring 45° terhadap

bidang geser pada percobaan puntir murni akan sama dengan tegangan geser

maksimumnya sehingga dalam penggambarannya di lingkaran Mohr

mempunyai pusat lingkaran berada pada titik perpotongan sumbu.


19

r(

Gambar 2.7. Lingkaran Mohr dua dimensi.

Menurut Von Misses:

Jadi: 2 Y2 = 6 k2

2 k = 1,155 Y

Menurut Tresca, kriteria yield untuk torsi murni adalah

Untuk tarik murni:

T,-O- 3 =Y

Jadi: 2k = Y. .(2.9)
20

10. LULUR PADA KONDISI PLANE STRAIN

Plane strain didefinisikan sebagai arah aliran / regangan dua dimensi

yang mana arahnya paralel dengan bidang pengerjaannya, misalnya bidang

x dan z, sedang di bidang y tidak ada aliran.

Deformasi yang terjadi adalah regangan geser mumi yang

diakibatkan oleh tegangan geser mumi. Akibat lulur yang terjadi pada plane

strain mendekati tegangan lulur geser ( k ). Lingkaran Mohr untuk plane

strain tanpa penguatan regang selalu mempunyai jari-jari sama dengan k.

Hal ini memungkinkan tegangan hidrostatis a 2 melingkupi material yang

akan mengubah harga cxl dan a 3 , akan tetapi tidak akan mempengaruhi

kondisi lulur atau tegangan alir. Kejadian ini dalam proses pembentukan

merupakan sebuah tegangan kompresi. Dalam kondisi demikian, maka :

<T, = <r2 + k ; cr3 = <r2 - k

sehingga <r2 = Vi ( <T, +<r3 )

dan <J, - <r3 = 2k

maka dapat dituliskan hubungan sebagai berrikut:

o-,-a 3 = S (2.10)

Hal ini merupakan batasan / definisi tegangan lulur dalam plane

strain compression. Dengan menggunakan kriteria Von Mises maka :

S = 2 k = 1,155 Y.
21

11. TEGANGAN YANG TERJADI PADA PIPA

Tegangan yang terjadi pada proses penekukan pipa terdiri dari

tegangan tarik dan tegangan tekan. Dari proses yang terjadi dapat

diperkirakan tegangan yang terjadi pada pipa, dimana dalam hal ini diambil

satu titik analisa. Maka dari itu perlu dibatasi permasalahan yang ada

dengan mengasumsikan:

1. material homogen isotropis.

2. kondisi plane strain berlaku selama proses penekukan pipa.

Tegangan yang terjadi dapat dilihat pada gambar 2.8.

Gambar 2.8. Tegangan yang terjadi pada elemen kecil pipa yang ditekuk.
22

Tegangan untuk daerah tarik dapat dihitung dengan :

y)) (2.11)

a =-2*ln(—) (2.12)
r
dimana : rl < r < ro ( Handbook of Metal Forming ).

Sedangkan tegangan untuk daerah tekan dapat dihitung dengan :

-)) (2.13)
ri

o- =-2*ln(-) (2.14)
ri

dimana : ri < r < rl ( Handbook of Metal Forming ).

12. REGANGAN

Dalam proses teknik pembentukan, regangan plastis atau regangan

permanen adalah jauh lebih besar dari yang elastis, sehingga regangan

elastis sering diabaikan. Percobaan menunjukkan bahwa regangan plastis

berhubungan dengan volume konstan material. Hal ini menjadi dasar dari

keseluruhan proses pembentukan, yaitu selama proses berlangsung volume

selalu konstan.

Regangan yang terjadi pada proses bending ini terdiri dari regangan

tarik dan regangan tekan. Besarnya regangan adalah:


23

(2.15)
Lo

dimana : L = daerah yang mengalami perpanjangan

= ( z + r)0

Lo = daerah yang tidak mengalami perpanjangan

= rQ

sehingga besamya regangan adalah :

rO

r
sl00%

-xlOO% (2.16)
r
dimana : z = jarak dari sumbu netral sebenamya.

r = jari-jari sebenamya ( rn sebenaraya).


24

Gambar 2.9. Regangan yang terjadi pada material.

13. PROSES PENEKUKAN ( BENDING)

Penekukan merupakan suatu proses yang mengubah bentuk-bentuk

lurus menjadi lengkungan, dimana pada proses ini bagian Iuar benda yang

ditekuk akan mengalami tarikan sedangkan pada bagian dalam akan

mengalami tekanan. Pada proses pembentukan suatu material akan lebih

tahan terkena kompresi dibandingkan bila terkena tarikan, sehingga pada


25

bagian luar benda yang ditekuk akan mengalami lulur terlebih dahulu dan

mengakibatkan pengecilan logam pada daerah tersebut atau ketebalan dari

benda akan berkurang. Pada penekukan plastis, sumbu netral bergeser lebih

dekat kepermukaan bagian material yang mengalami tekanan pada saat

proses penekukan. Karena regangan plastik sebanding dengan jarak dari

sumbu netral, serat-serat pada permukaan luar mengalami regangan lebih

besar dibandingkan serat pada permukaan dalam dan serat permukaan dalam

mengalami pengkerutan.

Proses penekukan untuk pipa ( pipe bending ) pada dasarnya adalah

sama seperti yang terjadi pada proses-proses penekukan lainnya. Oleh

karena itu dalam proses penekukan perlu diketahui lapisan-lapisan pada

busur tekuk seperti pada gambar 2.10. dibawah ini.

Gambar 2.10. Lapisan-lapisan pada proses penekukan.


26

Keterangan dari gambar:

• ro = lapisan tepi luar

• rmo = lapisan tengah semula

• rm = lapisan tengah

• ru = lapisan yang tidak mengalami perubahan panjang

• rs = lapisan yang bebas dari tegangan

• r; = lapisan batas pertambahan panjang

• r. = lapisan tepi dalam

Semua lapisan dari ro sampai dengan rmo selama proses penekukan

mengalami pertambahan panjang. Beberapa lapisan antara rmo dan ru mula-

mula mengalami pemendekan, tetapi kemudian mengalami pertambahan

panjang atau pemanjangan yang lebih besar daripada pemendekan. Pada

lapisan ru pemanjangan ( extension ) sama dengan pemendekan

(compresion). Lapisan-lapisan antara ru dan r, mula-mula mengalami

pemendekan dan kemudian mengalami pemanjangan tetapi yang relatif kecil

dibandingkan dengan pemendekannya. Pada lapisan r, mengalami

pemendekan dan tidak pernah mengalami perpanjangan setelah proses

pemendekan itu. Pada lapisan-lapisan antara r, dan r, hanya mengalami

pemendekan saja. (Handbook of Metal Forming, 1985).


27

Faktor penting dalam pembuatan operasi penekukan yang ekonomis

dan produktif adalah metode, peralatan, dan teknik penekukan yang

digunakan. Operator, sudah pasti adalah faktor juga, tetapi peralatan

setidaknya meminimalkan tingkat kemampuan atau pekerjaan tangan yang

diinginkan. Macam-macam metode penekukan meliputi penekukan secara

manual, mesin tekuk bertenaga, dan mesin tekuk otomatis yang dapat dibagj

menjadi lima metode yaitu :

• Draw bending.

n Compression bending.

• Press bending,

a Roll bending.

a Stretch bending.

13.1. Draw Bending.

Adalah metode yang paling cakap dan akurat dalam penekukan pipa

adalah draw bending. Dengan bahan bending yang diapit oleh bending die

(alat penekukan) dan dikunci dalam posisi, kemudian bending die (alat

penekukan) dan clamp ( penjepit) diputar sehingga menggerakkan bahan

melalui sebuah alat penekan ( pressure tool ). Alat penekan dapat berupa

roller,pijakan atau alat yang statis ( sliding shoe or static shoe ). Mandrel
28

(sendi) tetap tak bergerak dan tubeditarik keatas mandrel selama operasi

penekukan, maka penggunaan metode penekukan ( draw bending ) dimulai.

Metode ini untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.11.

Bending d *

Pressure tool

Gambar 2.11. Proses penekukan dengan metode draw bending.

Pada proses penekukan pipa dengan menggunakan metode draw

bending menyebabkan garis netral bergerak sebesar lima persen dari ukuran

pipa ( Tool and Manufacturing Engineers Handbook, SME ). Dimana garis

netral bergerak kurang lebih lima persen dari daerah netral awal pipa ke

arah dalam tekukan. Perubahan garis netral yang terjadi dapat dilihat pada

gambar 2.12 dibawah ini.


29

Elongotion oreo

Neutrol oxis

Compression oreo

Draw bend

Gambar 2.12. Perubahan garis netral dengan metode draw bending.

13.2. Compression Bending.

Dalam compression bending membutuhkan lebih sedikit daerah

jepitan daripada draw bending sebab alat tekan memaksa materi bergerak

dan melingkari alat penekukan ( bending die ) tersebut. Metode ini cocok

untuk menghasilkan penekukan yang berbagai macam. Macam-macam alat

tekan ( pressure tools ) yang dapat digunakan adalah wiper shoe statis,

follower block atau roller. Untuk lebih jelasnya dilihat pada gambar 2.13.
30

Gambar 2.13. Proses penekukan dengan metode compression bending.

Pada proses penekukan pipa dengan menggunakan metode

compression bending menyebabkan garis netral bergerak sebesar lima

persen dari ukuran pipa ( Tool and Manufactoring Engineers Handbook,

SME ). Dimana garis netral bergerak kurang lebih lima persen dari daerah

garis netral awal pipa ke arah luar tekukan. Perubahan garis netral yang

terjadi dapat dilihat pada gambar 2.14 dibawah ini.


31

Neutral axis*

Elongotion oreo

Stretched Compression oreo

Compression bend

Gambar 2.14. Perabahan garis netral dengan metode compression bending.

13.3. Press Bending.

Perluasan compression bending dikenal sebagai penekan atau

penumbuk dimana alat ini terdiri dari 2 alat bending tekan yang digunakan

bersama. Pada proses penekukan, alat penekukan ( bending die ) dinaikkan

kemudian material diletakkan diatas alat penampung tekanan ( pivoted

wiping shoe ), setelah itu alat penekuk diturunkan. Metode ini biasanya

digunakan untuk produksi penekukan dengan jumlah yang besar dari tube,

besi batangan, pipa khususnya untuk ketebalan dinding dan radius


32

penekukan yang relatif besar. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

gambar2.15.

• B e n * * die

R»o»ed wipflg shoes

Gambar 2.15. Proses penekukan dengan metode press bending.

13.4. Roll Bending.

Metode ini mirip dengan proses dasar pekerjaan untuk gilingan

logam lembaran dan piringan. Dimana untuk pembentukan bending tube,

metode rol terbatas untuk mated yang tebal, sebab hal ini akan

menghasilkan ketipisan dinding yang besar. Dalam metode ini dapat

dipraktekkan untuk penekukan benda padat menjadi bundar, juga dapat

digunakan untuk memproduksi lingkaran penuh dan penekukan untuk pipa,

tube yang tebal dan batangan yang utuh. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

pada gambar 2.16.


33

Woripece

Gambar 2.16. Proses penekukan dengan metode roll bending.

13.5. Stretch Bending.

Stretch bending mungkin metode yang paling dibuat-buat dan

membutuhkan peralatan dan mesin yang mahal serta membutuhkan material

yang panjang untuk dapat diregangkan dan ditarik. Material diregangkan

menurut panjangnya dan dalam batas elastisnya, yang dilakukan dengan

menarik kedua ujungnya kemudian menggulungnya dengan dengan alat

penekuk. Metode ini biasanya digunakan untuk penekukan bentuk-bentuk

yang tidak teratur, umumnya tidak digunakan untuk produksi tingkat tinggi.

Untuk iebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.17.


34

Gambar 2.17. Proses penekukan dengan metode stretch bending.

14. PELUMASAN

Pelumasan dalam suatu proses penekukan merupakan hal yang

sangat penting. Dengan adanya pelumasan pada alat-alat penekukan dapat

membuat alat tersebut dapat mempimyai umur yang lebih panjang, karena

minyak pelumas dapat mengurangi gesekan yang terjadi pada proses

penekukan, misalnya antara pipa dengan mandrel. Oleh karena itu

penggunaan pelumas hams mendapat perhatian dan hams memenuhi

beberapa syarat, antara lain:

• pelumas hams mampu mengatasi gesekan antara pipa dengan

mandrel.

• kualitas pelumas hams tidak rusak dan tidaV menguap

sebelumnya.

• pelumas hams cocok dengan peralatan dan material benda kerja

(bahan baku).
35

Pemilihan pelumas dalam proses penekukan hams disesuaikan

dengan material benda kerja yang akan diproses. Oleh karena itu pemilihan

pelumas yang tepat dapat dilihat pada tabel 2 lampiran I.

15. RADIUS PENEKUKAN

Radius minimum dari proses penekukan berhubungan dengan

sejumlah faktor. Analisa aliran logam untuk pipa selama proses penekukan

menunjukkan bahwa pelanggaran ketipisan bagian luar penekukan atau

aliran yang tidak tepat dari logam dapat menyebabkan pipa rusak. Artinya

bahwa ada ketidakefisienan logam pada bagian yang mengalami tarikan.

Untuk membuat penafsiran, pendekatan minimum radius dimana

pipa dapat dibending ( ditekuk ), dapat ditentukan oleh penggunaan rumus

berikut Saat faktor perpanjangan diketahui, rumus adalah alat praktikal

untuk membuat penentuan walaupun gesekan antara peralatan dan pipa

tidaklah masuk dalam pertimbangan.

r = 50— (2.17)

dimana : r = radius penekukan minimum.

D = diameter pipa.

E = persentase perpanjangan.
36

16. BATAS CACAT (FORMING LIMITS IN SHAPE BENDING)

Pada proses penekukan juga dikenal batas pembentukan agar

material tersebut tidak mengalami cacat dalam proses dan disebut dengan

Forming Limits in shape Bending, dimana untuk harga bend severity ( h/r )

< c dan c adalah pendekatan terhadap reduksi luasan hasil uji tank material.

Dalam proses penekukan terdapat dua bentuk kegagalan yang potensial,

yaitu pada bagian material yang terkena tarikan mengalami necking

sedangkan pada bagian yang terkena kompresi dapat terjadi buckling atau

kerut. Hal ini dapat dilihat pada forming limit diagram batas-batas

terjadinya kegagalan pada proses penekukan seperti pada gambar 2.18.

Dimana harga bend severity ( h/r) mempunyai harga kritis c, yang mana Ar

adalah harga elongation material yang didapat dari uji tarik.

c = ln(l-Ary1 (2.18)

Harga slenderness ratio ( h/t) tidak boleh melebihi batas harga terjadinya

buckling, yaitu 30 < h/t < 80 (Byars and Snyder, 261, 1969).
37

ted lennon

Buckling

Gambar 2.18. Forming Limits diagram in shape bending. ( Metal Forming

Mechanics and Metallurgy, hal 259)

17. MANDREL.

Pada proses penekukan pipa ini sering digunakan alat bantu yang

disebut mandrel, agar bentuk dari pipa ini tetap terjaga ( sesuai dengan

bentuk awal pipa). Terdapat berbagai macam mandrel ( support) yaitu:

1. Plug.

2. Formed.

3. Linked ball.

4. Laminated.
38

5. BalL with steel cable.

Macam-macam mandrel tersebut dapat dilihat pada gambar 2.19.

Gambar 2.19. Lima tipe mandrel yang digunakan dalam penekukan pipa.

Dengan mengetahui jari-jari kelengkungan, tebal pipa, diameter luar

pipa dapat diketahui mandrel yang kita butuhkan. Dengan mengetahui

perbandingan dari parameter tersebut, selanjutnya dapat dipilih mandrel

yang akan digunakan dengan melihat gambar berikut 2.20.


39

•yp« el S«qm«#itf or boll*


mond'cl Tub* >ai>a. On
140"
liO - .
Tvec (Olio. O / l
4O 120-
No rnortdr«l
2
\ IIO -
30- \ Btnd .0 l . o
\ M/O IOO /
\« " Band ratio. /
2O- j . Plug or 9O •
farmed 3~
2-
\ y
eo -
\ 3
15 • 1 _\ 2-
\ Oft«-eal< 70 - /
\
/
\ 60-
,.0- \
\
S \
50 -
Equal la
Muliieall
40 f
/ t«nd <ol.o
Nomog««prt A 30 Nomog«ap« a

Gambar 2.20. Nomograph untuk menentukan tipe mandrel yang sesuai

(ASM Handbook Vol 4 Forming, 1969 hal 310).

18. CLAMPING BLOCK.

Fungsi dari alat ini yaitu untuk menahan pipa agar tetap menempel

pada fixed form block, sehingga pipa tidak ikut tergelincir atau slip. Untuk

mengetahui panjang yang ideal dapat dilihat pada tabel 1 lampiran I.

Anda mungkin juga menyukai