Anda di halaman 1dari 11

TUGAS

MATERIAL TEKNIK

Disusun oleh:
Nanda Dwi Wardana
122220120/TI-E

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2023
Tugas 1
1. Spesimen silinder steel, diameternya 12,8 mm (0,505 in). Diuji tarik sampai
patah dengan kekuatan patah σƒ = 460 MPa (67.000 psi). jika diameter pada
saat patah adalah 10,7 mm (0,422 in). tentukan
a. Keuletan dalam persen pengurangan luas (%RA), dimana:
%RA = (Ao – Aƒ) / Ao) x 100
Jawab:
12,8 2 10,7 2
( ) 𝜋−( ) 𝜋
%RA = (Ao – Aƒ) / Ao) x 100 = 2
12,8 2
2
𝑥 100
( ) 𝜋
2

12,8−89,9
= 𝑥 100 = 30%
128,7

b. Tegangan sebenarnya pada saat patah. (σ Ƭ), dimana:


Beban pada saat patah:
F = σƒAo = (460x106 )(128,7x10−6 ) = 59.200 N
Tegangan sebenarnya:
59.200
σƬ = F/Aƒ=89,9 𝑥 10−6 = 6,6x108 N/𝑚2 =660 MPa

Tugas 2
a. Buatlah gambar diagram tegangan – regangan material besi cor dan keramik
pada pengujian tarik.
Jawab:
1. Tegangan-regangan material besi cor
- Memiliki tegangan yang relative kecil hingga titik putus.
- Kurva tegangan-regangan material besi cor
Di dapat dari memasukkan batang uji dari bahan tersebut dalam
mesin uji tarik. Beban tarik diberikan secara bertahap dan meningkat
sehingga diperoleh perpanjangan pada potongan specimen uji.
Gambar kurva material cor
2. Tegangan-regangan material keramik

Gambar kurva material keramik

b. Sebutkan jenis pengujian kekerasan dan jelaskan masing-masing cara


pengujian tersebut. Jawaban disertai gambar dan rumus perhitungannya!
Jawab:

Terdapat beberapa jenis pengujian kekerasan, diantaranya:


1. Pengujian Kekerasan Brinell
Uji kekerasan brinell merupakan suatu penekanan bola baja (identor pada
permukaan benda uji. Bola baja berdiameter 10 mm, sedangkan untuk
material uji yang sangat keras identor terbuat dari paduan karbida tungsten,
untuk menghindari distorsi pada identor. Beban uji untuk logam yang keras
adalah 3000 kg, sedangkan untuk logam yang lebih lunak beban dikurangi
sampai 500 kg untuk menghindari jejak yang dalam. Lama penekanan 20 –
30 detik dan diameter lekukan diukur dengan mikroskop daya rendah,
setelah beban tersebut dihilangkan. Permukaan dimana lekukan akan dibuat
harus relatif halus, bebas dari debu atau kerak.Dari hasil pengujian ini, dapat
dihitung nilai kekerasan Brinell menggunakan rumus:

dimana:
P = beban yang digunakan (kg)
D = diameter identor (mm)
D = diameter lekukan (mm)
Contoh gambar pengujian kekerasan Brinell:

2. Pengujian Kekerasan Vickers


Pengujian kekerasan Vickers dilakukan dengan menekan benda uji dengan
sebuah inti berbentuk piramida bersegi empat dengan sudut ujung 136°.
Angka kekerasan Vickers (Vickers hardness number, VHN) didefinisikan
sebagai beban dibagi dengan luas permukaan lekukan. VHN ditentukan oleh
persamaan berikut :

dimana:
P = beban yang digunakan (kg)
L = Panjang diagonal rata-rata (mm)
ϴ = sudut antara permukaan yang berlawanan (136 derajat)
Contoh gambar pengujian kekerasan Vickers:

3. Pengujian Kekerasan Rockwell


Pengujian kekerasan Rockwell dilakukan dengan menekan sebuah indenter
berbentuk kerucut pada permukaan benda uji. Kekerasan Rockwell dihitung
dengan rumus:

HR = N - d / 100
dimana:
HR = nilai kekerasan Rockwell
N = kedalaman indenter dalam skala besar
d = kedalaman indenter dalam skala kecil

Contoh gambar pengujian kekerasan Rockwell:

4. Pengujian Metode Knoop


Metode Knoop menguji material yang nilai kekerasannya rendah (sangat
ringan atau rapuh) menggunakan indentor berbentuk diamond. Sama
seperti metode Vickers, metode Knoop juga disebut sebagai metode
pengujian indentasi mikro.

Rumus perhitungan knoop hardness test:

dimana,

L = panjang lekukan sepanjang sumbu panjangnya.

Cp = faktor koreksi yang berhubungan dengan bentuk indentor (idealnya


0,070279).

P = beban.
Gambar Uji Metode Knoop

c. Sebutkan jenis pengujian keausan dan jelaskan masing-masing pengujian


tersebut. Jawaban disertai gambar dan rumus perhitungannya!
Jawab:
Terdapat beberapa jenis pengujian keausan, di antaranya adalah sebagai
berikut:

1. Pengujian Abrasive Revolving Disc


Pengujian keausan dilakukan menggunakan metode Uji Keausan
Ogoshi dimana benda uji digesekkan pada lempengan yang berputar,
kemudian celah yang terbentuk diukur menggunakan mikroskop ukur. Hasil
pengukuran kemudian dimasukkan ke dalam persamaan dibawah untuk
mendapatkan nilai laju aus dari benda uji.
Gambar Uji Abrasif
2. Uji Keausan Menggunakan Tribometer Pin-On-Disc
Seperti pada Gambar 1, Alat uji tribometer jenis pin-on-disc adalah
konfigurasi lain yang telah digunakan secara luas untuk mempelajari
keausan. Cara kerjanya adalah Sebuah pin diberi beban terhadap
piringan datar (disc), kemudian disc diputar dengan motor yang diatur
kecepatannya menggunakan inverter dan di setting dengan kecepatan
konstan. Dilakukan empat kali pengukuran untuk mengetahui diameter
aus pada pin menggunakan foto mikro pada setiap spesimen yaitu pada
menit ke 15, 30, 60 dan 150. Parameter uji yang telah digunakan dengan
uji ini bervariasi, yang tidak menentukan penggunaan ukuran pin, tidak
menentukan nilai-nilai tertentu sebagai parameter, tetapi
memungkinkan dipilih oleh penguji untuk memberikan simulasi pada
sebuah aplikasi. Parameter yang dapat digunakan bervariasi antara
ukuran dan bentuk pin, beban, kecepatan, dan material. Uji ini juga
dapat dilakukan dalam suhu ruangan dan dengan pelumasan. Tes tidak
boleh berhenti ditengah–tengah proses pengujian keausan dan me-
restart kembali, karena potensi masalah dengan keselarasan, gangguan
serpihan di lapisan permukaan, dan mengakibatkan masuknya
kontaminasi (Bayer, 2004).
Gambar Keausan Menggunakan Pin On Disc

3. Keausan lelah / Fatigue (Surface Fatigue Wear)


Keausan lelah / fatik pada permukaan pada hakikatnya bisa terjadi baik secara
abrasif atau adhesif. Tetapi keausan jenis ini terjadi akibat interaksi permukaan
dimana permukaan yang mengalami beban berulang akan mengarah pada
pembentukan retak-retak mikro. Retak-retak mikro tersebut pada akhirnya menyatu
dan menghasilkan pengelupasan material. Hal ini akan berakibat pada
meningkatnya tegangan gesek.

Gambar Keausan Lelah


4. Keausan Oksidasi/Korosif (Corrosive wear)
Proses kerusakan dimulai dengan adanya perubahan kimiawi material di permukaan
oleh faktor lingkungan. Kontak dengan lingkungan ini menghasilkan pembentukan
lapisan pada permukaan dengan sifat yang berbeda dengan material induk. Sebagai
konsekuensinya, material akan mengarah kepada perpatahan interface antara
lapisan permukaan dan material induk dan akhirnya seluruh lapisan permukaan itu
akan tercabut.

Gambar Keausan Korosif

5. Keausan adhesive (Adhesive wear)


Terjadi bila kontak permukaan dari dua material atau lebih terjadi bila kontak
permukaan dari dua material atau lebih mengakibatkan
adanya pelekatan satu sama lainnya (adhesive) serta deformasi plastis dan pada
akhirnya terjadi pelepasan /pengoyakan salah satu material, seperti padagambar
dibawah ini:

Gambar Keausan Adhesive


DAFTAR PUSTAKA
R. B. Gupta, A. C. Verma. (1999). "Microstructure and Wear
Resistance of High Chromium Cast Iron", Journal of Materials Science, vol.
34, pp. 4293-4302.
A. R. A. Rahman, A. B. Sulong, S. A. Che Ghani, M. A. Maleque,
(2007). "The Effects of Applied Load and Sliding Speed on the Tribological
Properties of TiN Coating on Steel Substrate", Wear, vol. 262, pp. 1046-
1051.
A. Adibroto, D. N. Widiastuti, A. H. Iswanto, A. Susanto,
(2016)."Abrasive Wear Behavior of Sintered Iron-Copper Alloys",
Materials Science Forum, vol. 849, pp. 129-133.
Rockwell, S. P. (1919). A New Method for the Determination of
the Hardness of Metals. Proceedings of the American Society for Testing
and Materials, 19, 567–578
Haryadi, G. D. (2006). Pengaruh suhu tempering terhadap
kekerasan, kekuatan tarik dan struktur mikro pada baja K-460. Rotasi, 8(2),
1-8.
R. E. P. Utomo, S. Yunus, FX. Kristianta, (2016). PENGARUH
MAGNESIUM TERHADAP KEKERASAN DAN KETAHANAN AUS
KOMPOSIT ALUMINIUM 6061/nano-Al2O3 DENGAN METODE STIR
CASTING.
Ghufron, A., Syafa’at, I., & Darmanto, D. (2016, September).
ANALISA KEAUSAN POINT CONTACT MENGGUNAKAN
TRIBOMETER PIN-ON-DISC DAN PEMODELAN GLOBAL
INCREMENTAL WEAR MODEL DENGAN VARIASI PEMBEBANAN.
In Prosiding Seminar Sains Nasional dan Teknologi (Vol. 1, No. 1).

Anda mungkin juga menyukai