Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN PRAKTIKUM

MT3203 LABORATORIUM TEKNIK MATERIAL 3


Modul B
Teori Laminat Klasik

Oleh:

Aliyya Ilma Shafani


13716029

Kelompok 8
Mega Evelyn Marbun 13716026
David Mangisi D. N 13716027
Recsa Cahaya Erlangga 13716039
Fahmi Aulia Mulyadi 13716058

Tanggal Praktikum 15 Februari 2019


Tanggal Pengumpulan Laporan 20 Februari 2019
Asisten (NIM) Farhandra Ramdhani
Irwan (13715009)

LABORATORIUM TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI


PROGRAM STUDI TEKNIK MATERIAL
FAKULTAS TEKNIK MESIN DAN DIRGANTARA
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2019
Tujuan Praktikum

Praktikum ini dilakukan untuk memenuhi beberapa tujuan, antara lain:

1. Menguantifikasi konstanta-konstanta teknik material dengan material yang


ditentukan menggunakan aplikasi GENLAM dan menentukan faktor-faktor yang
memengaruhi besar konstanta teknik.
2. Mengetahui grafik distribusi tegangan dan regangan dari material komposit yang
ditentukan menggunakan program GENLAM dan menentukan faktor yang
memengaruhi tegangan serta regangan yang terjadi.
3. Mencari rasio tegangan dan faktor keamanan untuk kegagalan dari material-material
laminat yang ditentukan menggunakan GENLAM dan menentukan faktor yang
memengaruhi besar rasio tegangan.

Data Praktikum

Konstanta-konstanta teknik material laminat

1. Perbandingan AS-3501 dengan penyusunan laminasi yang berbeda

(02, 902)s
(0,90)2s

2. Perbandingan Scotch-ply UD dengan Scotch-ply (0,90)2

Scotch-ply UD (0,0,0,0)
Scotch-ply (0,90)2

Grafik tegangan dan regangan

1. Perbandingan tegangan dan regangan yang terjadi pada material apabila tidak
dibebankan pada temperatur ruang :
a. IM6 epoxy UD

Regangan
Tegangan

b. AS-3501 (0, 45, -45, 90, 0, 45, -45, 90)

Regangan
Tegangan

c. Scotch-ply (0, 45, -45, 90, 0, 45, -45, 90)


Regangan

Tegangan

2. Scotch-ply (02, 45, -45, 90)s pada temperature ruang dengan kasus pembebanan:
a. Tarik biaksial sebesar 15 MN/m2
Regangan

Tegangan

b. Pembebanan geser sebesar 15 MN/m2


Regangan

Tegangan

c. Momen bending M1 sebesar 15 MN.m

Regangan
Tegangan

d. Momen torsi sebesar 10 MN.m

Regangan
Tegangan
3. Perbandingan tegangan dan regangan bila diberikan beban tarik biaksial sebesar 10
MN/m2 pada suhu ruangan:
a. IM6 epoxy UD

Regangan
Tegangan
b. AS-3501 (0, 45, -45, 90, 0, 45, -45, 90)

Regangan

Tegangan
c. Scotch-ply (0, 45, -45, 90, 0, 45, -45, 90)

Regangan

Tegangan

Analisis kegagalan pada laminat

1. Distribusi tegangan dan rasio tegangan bila pembebanan biaxial sebesar 50 MN/m2
berupa tarik-tarik, tarik-tekan, tekan-tarik, dan tekan-tekan (berurutan) pada material
berikut:
a. T300 epoxy UD
Tarik-tarik
Tekan-tekan
Tarik-tarik

Tekan-tekan
b. AS3015 (±45)s
Tarik-tarik
Tarik-tekan

Tekan-tarik
Tekan-tekan
c. T300 epoxy (±30, ±60)s
Tarik-tarik
Tarik-tekan

Tekan-tarik
Tekan-tekan
2. Distribusi tegangan dan rasio tegangan pada laminat IM6-epoxy (0, ±45, 90, 0, ±45,
90) digunakan pada temperatur ruang.

Tegangan

Rasio Tegangan

Pengolahan Data

Konstanta-konstanta teknik material laminat


Tabel 1. Konstanta teknik material laminat.

Material Laminasi Konstanta Teknik (GPa)


In-plane Flexural
E1 E2o E6o E1f E2f E6f
AS-3501 (0, 0, 90, 73.813 73.813 7.1 122.297 25.178 7.1
90)2
(0, 90)2s 73.813 73.813 7.1 98.1017 49.5 7.1
Scotchply (0, 0, 0, 38.6 8.27 4.1 38.6 8.27 4.1
0)
(0, 90)2 21.712 21.712 4.1 21.7122 21.7122 4.1

Analisis kegagalan pada laminat

Tabel 2. Nilai 1/R-int, 1/R-deg, dan faktor keamanan.

Material Laminasi Pembebanan 1/R-int 1/R-deg Rasio (faktor


keamanan)
T300 epoxy UD Tarik-tarik 1 10^3 1 10^3 1
Tarik-tekan 4.35 10^1 4.17 10^1 1.0431
Tekan-tarik 2.5 10^2 2.5 10^2 1
Tekan-tekan 3.85 10^1 4 10^1 0.9625
AS-3015 (45, -45)s Tarik-tarik 3.33 10^2 1.43 10^2 2.3286
Tarik-tekan 1 10^3 1 10^3 1
Tekan-tarik 1 10^3 1 10^3 1
Tekan-tekan 6.67 10^1 20 10^1 0.3335
T300 epoxy (30, -30, 60, Tarik-tarik 1.43 10^2 0.833 10^2 1.7166
60)s Tarik-tekan 3.33 10^2 2 10^2 1.665
Tekan-tarik 3.33 10^2 2 10^2 1.665
Tekan-tekan 2.56 10 6.25 10 0.4096
IM6 epoxy (30, -30, 60, Higrotermal - - - - -
60)s pada
temperatur
kamar

Analisis Data

Latihan 1. Sifat – Sifat Elastis

a. AS-3501 (02,902)s dengan AS-3501 (0,90)2s

Berdasarkan praktikum dapat dilihat bahwa kedua laminat memiliki nilai konstanta
normal yang sama namun nilai konstanta lentur yang berbeda. Nilai konstanta normal yang
sama disebabkan oleh kedua laminat memiliki jumlah lamina dengan orientasi yang sama,
yaitu empat lamina 0° dan empat lamina 90°. Sedangkan konstanta lentur dipengaruhi oleh
stacking sequence dan jumlah lapisan/lamina. Pada arah 1 (longitudinal) , laminat AS-3501
(02, 902)S memiliki nilai yang lebih besar dari laminat AS-3501 (0, 90)2S, sedangkan di arah
2 (transversal), terjadinya sebaliknya. Hal tersebut disebabkan oleh orientasi lamina pada
AS-3501 (02, 902)S sejajar pada bagian atas dan bawah, yaitu 0, 0, 90, 90 sementara pada AS-
3501 (0, 90)2S memiliki orientasi serat yang selang-seling, yaitu 0, 90, 0, 90 sehingga AS-
3501 (02, 902)S lebih kuat menahan beban di arah 1 dan AS-3501 (0, 90)2S lebih kuat menahan
beban di arah 2.

b. Scotch-ply UD dengan Scotch-Ply (0, 90)2

Kedua lamina merupakan scotch-ply simetris (0,0)s dan scotch-ply asimetris (0,90)2.
Pada kasus ini, terdapat perbedaan nilai pada seluruh konstanta teknik. Hal ini disebabkan
oleh perbedaan sususan laminat antara scotch-ply simetris (0,0)s dan scotch-ply asimetris
(0,90)2. Pada laminat UD, modulus Young pada salah satu sumbu lebih besar, yaitu 122.297
GPa pada arah 1 dibandingkan dengan arah 2 sebesar 25.178 GPa. Hal ini disebabkan karena
orientasi lamina pada laminat unidirectional hanya memiliki satu orientasi yaitu searah
dengan sumbu 1. Sedangkan pada scotch-ply (0,90)2, nilai modulus Young arah longitudinal
dan transversal sama-sama bernilai 21.712 GPa. Hal ini disebabkan karena susunan lamina
scotch-ply asimetris (0,90)2 dapat memberikan kekuatan yang sama pada arah longitudinal
maupun transversal. Sedangkan konstanta lentur dipengaruhi oleh stacking sequence dan
jumlah lapisan/lamina. Pada arah 1, scotch-ply UD memiliki nilai yang lebih besar dibanding
scotch-ply asimetris, sedangkan di arah 2, terjadinya sebaliknya. Hal tersebut disebabkan
oleh orientasi lamina pada scotch-ply sama di semua arah sementara pada scotch-ply
asimetris memiliki orientasi serat yang selang-seling sehingga scotch-ply UD lebih kuat
menahan beban di arah 1 dan scotch ply UD lebih kuat menahan beban di arah 2.

Latihan 2. Pembebanan dan Tegangan

1. Tanpa Pembebanan pada Temperatur Ruang


a. IM6 epoxy UD

Pada distribusi regangan akibat pembebanan higrothermal, nilai positif menunjukkan


bahwa terjadi penambahan dimensi dan nilai negatif pengurangan dimensi pada lamina. Pada
material IM6 epoxy UD, dapat dilihat bahwa regangan pada arah 2 lebih besar daripada arah
1. Tidak ada tegangan geser akibat pembebanan higrothemal. Besar regangan tiap lamina
sama karena orientasi dan jenis material yang sama.

Pada distribusi tegangan, nilai positif menunjukkan tegangan tarik dan nilai negatif
menunjukkan tegangan tekan. Distribusi tegangan pada arah 1 memiliki nilai yang lebih besar
dibandingkan arah 2. Tegangan tekan terjadi di arah 1 dan arah 2. Sama seperti pada distribusi
regangan, tidak ada regangan geser pada laminat. Terdapat perbedaan nilai tegangan tekan
pada arah 1. Lapisan 1 dan 2 mengalami tegangan tekan paling besar.

b. AS-3501 (0, ±45, 90, 0, ±45, 90)

Pada material AS-3501, setiap lamina mengalami regangan yang berbeda-beda akibat
orientasi lamina yang berbeda-beda. Kemiringan kurva distribusi regangan menunjukkan
adanya gradien regangan. Pada arah 1, lamina 1 hingga 6 mengalami pengurangan dimensi,
pada lamina 7 terdapat sumbu netral, lamina 8 mengalami penambahan dimensi, dan
regangan paling besar dialami lamina 1. Pada arah 2, lamina 1, 2 mengalami penambahan
dimensi, di lamina 3 terdapat sumbu netral, lamina 4 hingga 8 mengalami pengurangan
dimensi serta regangan maksimum dialami oleh lamina 8. Sedangkan pada kurva distribusi
regangan geser, lamina 1, 2 3 dan 4 mengalami penambahan dimensi, sedangkan lamina 5,
6, 7, dan 8 mengalami pengurangan dimensi.

Kurva distribusi tegangan menunjukkan adanya perbedaan distribusi tegangan yang


terjadi pada tiap lamina akibat perbedaan orientasi tiap lamina. Tegangan paling besar arah
1 dialami lamina 4 dengan sudut 0. Pada arah 2, tegangan paling besar dialami lamina 5
dengan sudut 90. Sedangkan untuk tegangan geser paling besar dialami lamina 3 dengan
sudut -45 dan lamina 6 dengan sudut 45.

c. Scotch-Ply (0, ±45, 90, 0, ±45, 90)

Pada material scotch ply, setiap lamina mengalami regangan yang berbeda-beda
akibat orientasi lamina yang berbeda-beda. Kemiringan kurva distribusi regangan
menunjukkan adanya gradien regangan. Pada arah 1, seluruh lamina mengalami pengurangan
dimensi, dan regangan paling besar dialami lamina 8. Pada arah 2, seluruh lamina mengalami
pengurangan dimensi, serta regangan maksimum dialami oleh lamina 1. Sedangkan pada
kurva distribusi regangan geser, lamina 1, 2 3 dan 4 mengalami pengurangan dimensi,
sedangkan lamina 5, 6, 7, dan 8 mengalami penambahan dimensi.

Kurva distribusi tegangan menunjukkan adanya perbedaan distribusi tegangan yang


terjadi pada tiap lamina akibat perbedaan orientasi tiap lamina. Tegangan paling besar arah
1 dialami lamina 4 dengan sudut 90. Pada arah 2, tegangan paling besar dialami lamina 5
dengan sudut 0. Sedangkan untuk tegangan geser paling besar dialami lamina 3 dengan sudut
45 dan lamina 6 dengan sudut -45.

2. Material scotch-ply (02,±45,90)s pada Temperatur Ruang


a. Pembebanan tarik biaksial masing-masing sebesar 15 MN/m2
Pada kurva distribusi regangan, nilai regangan positif menunjukkan penambahan
dimensi dan nilai negatif menunjukkan pengurangan dimensi. Pada material scotch-ply yang
diberi pembebanan biaksial pada temperatur ruang, terjadi penambahan dimensi pada arah 1
dan arah 2. Tidak terdapat regangan geser akibat pembebanan tarik biaksial.

Pada kurva distribusi tegangan di arah 1, hanya terjadi tegangan tarik dan tidak
terdapat gradien tegangan. Nilai tegangan terbesar pada arah 1 terdapat pada lamina 1,2, 7
dan 8. Pada distribusi tegangan pada arah 2 juga hanya terjadi tegangan tarik dan tidak
terdapat gradien tegangan, Nilai tegangan terbesar terjadi pada lamina 5 dan 6 yaitu diantara
midplane. Sedangkan pada distribusi tegangan geser, hanya lamina dengan sudut 45 dan -45
yang memiliki tegangan geser.

b. Pembebanan geser sebesar 15 MN/m2

Pada distribusi regangan, tidak terdapat regangan tarik maupun tekan pada arah 1 dan
2, regangan yang terjadi hanya regangan geser. Regangan geser yang terjadi pada setiap
lamina memiliki nilai yang sama.

Kurva distribusi tegangan pada 1 dan 2 memiliki nilai tegangan tarik dan tegangan
tekan yang sama besar. Pada arah 1 dan 2, lamina yang mengalami tegangan tarik adalah
lamina 3 dan 8; dan lamina yang mengalami tegangan tekan adalah lamina 4 dan 7. Pada
distribusi tegangan geser, semua lamina mengalami tegangan geser, lamina yang mengalami
tegangan geser terbesar adalah lamina 3, 4, 7, 8 dengan sudut yang sama yaitu 45.

c. Momen bending M1 sebesar 15 MN.m

Pada distribusi regangan arah 1, terjadi penambahan dimensi pada lamina 1 hingga 5 dan
pengurangan dimensi pada lamina 6 hingga 10. Regangan terbesar pada arah 1 terhadi pada
lamina 1 dan 10. Sebaliknya pada arah 2, terjadi pengurangan dimensi pada lamina 1 hingga
5 dan penambahan dimensi pada lamina 6 hingga 10. Regangan maksimal pada arah 2 juga
terjadi pada lamina 1 dan 10.

Distribusi tegangan pada arah 1 memiliki nilai tegangan tarik dan tekan yang sama
besar. Pada arah 1, lamina yang mengalami tegangan tarik adalah lamina 1 hingga 4, dan
lamina yang mengalami tegangan tekan adalah lamina 5 hingga 8. Distribusi tegangan pada
arah 2 memiliki nilai tegangan tekan dan tarik yang sama. Nilai tegangan tarik dan tekan
pada arah 2 lebih kecil dibandingkan pada arah 1. Pada distribusi tegangan geser, seluruh
lamina mengalami tegangan geser dan tegangan geser terbesar terjadi pada lamina 3, 4, 7 dan
8.

d. Momen Torsi sebesar 10 MN.m

Pada distribusi regangan arah 1, terjadi regangan tekan dan regangan tarik yang
nilainya sangat kecil. Pada arah 2, terjadi regangan tekan dan regangan tarik yang nilainya
lebih besar dibandingkan pada arah 1, dengan regangan terbesar pada lamina 1 dan 10. Selain
itu, terjadi regangan geser sehingga menyebabkan penambahan dan pengurangan dimensi
yang nilainya sama besar.

Distribusi tegangan pada arah 1 memiliki nilai tegangan tarik dan tekan yang bernilai
sama besar. Pada arah 1, lamina yang mengalami tegangan tarik adalah lamina 1, 2, 4, 5, 8
dan lamina yang mengalami tegangan tekan adalah lamina 3, 6, 7, 9, 10. Tegangan maksimal
pada arah 1 terjadi di lamina 3 dan 8. Distribusi tegangan pada arah 2 juga memiliki tegangan
tarik dan tegangan tekan yang sama besar. Pada arah 2, lamina yang mengalami tegangan
tarik adalah lamina 1, 2, 4, 5, 8 dan lamina yang mengalami tegangan tekan adalah lamina 3,
6, 7, 9, 10. Tegangan maksimal pada arah 2 terjadi di lamina 3 dan 8. Pada distribusi tegangan
geser, semua lamina mengalami tegangan geser dan tegangan geser maksimal juga terjadi
pada lamina 3 dan 8.

3. Pembebanan Tarik Biaksial 10 MN/m2 pada Berbagai Material


a. IM6 epoxy UD

Pada material IM6 epoxy UD, distribusi regangan pada arah 1 nilainya lebih kecil
dibanding pada arah 2. Pada arah 1 dan 2 terjadi penambahan dimensi. Tidak terdapat
regangan geser pada pembebanan ini. Dari pengujian ini beserta pengujian-pengujian
sebelumnya dapat ditarik kesimpulan bahwa material komposit UD lebih tahan deformasi
pada sumbu longitudinal daripada transversal.
Pada distribusi tegangan, hanya terdapat tegangan tarik pada arah 1 dan arah 2 dengan
nilai yang sama besar dan tanpa gradien tegangan. Tidak terdapat tegangan geser pada modus
pembebanan ini.

b. AS-3501 (0, ±45, 90, 0, ±45, 90)

Pada material AS-3501, distribusi regangan pada arah 1 dan 2 berada pada nilai
positif yang berarti material mengalami penambahan dimensi. Pada arah 1, material yang
mengalami regangan maksimal adalah lamina 1 dengan sudut 90. Pada arah 2, regangan
terbesar terjadi pada lamina 8 dengan sudut 0. Regangan geser yang diterima oleh material
paling besar terjadi pada lamina lamina 1 dan 8 dengan sudut 90 dan 0.

Distribusi tegangan pada material AS-3501 menunjukkan bahwa hanya terdapat


tegangan tarik pada arah 1 dan arah 2. Pada arah 1, tegangan terbesar dialami lamina 4 dengan
sudut 0. Pada arah 2, tegangan terbesar dialami lamina 5 dengan sudut 90. Terdapat tegangan
geser yang sama besar nilai positif dan negatifnya.

c. Scotch-ply (0, ±45, 90, 0, ±45, 90)

Pada material scotch ply, regangan yang terjadi pada arah 1 dan 2 mengakibatkan
penambahan dimensi. Pada arah 1, regangan maksimal dicapai oleh lamina 1 dengan sudut
90, pada arah 2 dicapai lamina 8 dengan sudut 0. Regangan geser menyebabkan penambahan
maupun pengurangan dimensi.

Pada distribusi tegangan, tegangan yang terjadi pada arah 1 dan 2 merupakan
tegangan tarik. Tegangan maksimal pada arah 1 dialami lamina 4 dengan sudut 0, pada arah
2 dialami lamina 5 dengan sudut 90. Tegangan geser pada nilai positif dan negatif nilainya
sama.

Latihan 3. Kegagalan pada Laminat

1. Pembebanan Biaxial 50 MN/m2


a. T300 Epoxy
Berdasarkan tabel 2, T300 epoxy akan mengalami kegagalan jika mendapatkan
pembebanan tekan-tekan dengan nilai faktor keamanan 0.9625 dan paling aman jika
mendapatkan pembebanan tarik-tekan dengan nilai faktor keamanan 1.0431. Kegagalan pada
material akan terjadi di bersamaan pada arah 1 dan 2. Hal tersebut dapat terjadi karena nilai
distribusi tegangan pada material tersebut seragam dan sama besar pada kedua arah
longitudinal dan transversal.

b. AS 35015 (±45)

Material AS-3015 akan mengalami kegagalan dalam kasus pembebanan tekan-tekan.


Pada kasus pembebanan tarik-tarik, laminat bisa menerima beban sampai sebesar 2,328 kali
beban maksimal yang diterima. Distribusi tegangan yang terjadi pada material seragam dan
sama besar pada arah 1 dan arah 2. Sedangkan, tegangan geser yang diterima oleh material
nilainya sama besar pada tiap lamina dan menimbulkan penambahan maupun pengurangan
dimensi.

c. T300 epoxy (±30, ±60)

Pada T300 epoxy, material dapat menerima lebih dari beban maksimal pada
pembebanan tarik-tarik, tarik-tekan, dan tekan-tarik. Pada tarik-tarik, nilai faktor keamanan
sebesar 1,7166. Sedangkan, pada pembebanan tarik-tekan dan tekan-tarik nilai faktor
keamanan yang dimiliki material sebesar 1,665. Pada pembebanan tekan-tekan, material
akan mengalami kegagalan karena nilai faktor keamanan yang dicapai hanya sebesar 0,4096.

Berdasarkan pengujian ketiga material, dapat disimpulkan bahwa kegagalan material


komposit dalam suatu pembebanan dipengaruhi oleh orientasi lamina-laminanya. Orientasi
yang paling baik dalam menerima kegagalan adalah T300 epoxy yang dapat menerima lebih
banyak dari beban maksimal dalam berbagai pembebanan meskipun pada pembebanan
tekan-tekan akan gagal seperti material lainnya.

2. Laminat IM6-epoxy (0, ±45, 90, 0, ±45, 90) digunakan pada temperatur kamar

Pada material IM6 Epoksi, kegagalan tidak akan terjadi karena nilai 1/R-int dan 1/R-
deg sama-sama nol. Namun, dapat terjadi distribusi tegangan yang diakibatkan oleh
pembebanan higrotermal. Pada arah 1, material mengalami tegangan tarik juga tekan, nilai
tegangan terbesar dicapai oleh lamina kelima dengan orientasi 0. Lamina tersebut menerima
tegangan tekan. Pada arah 2, tegangan terbesar diterima oleh lamina 5 dengan orientasi 90.
Tegangan geser yang diterima material dalam penambahan maupun pengurangan dimensi
bernilai sama besar dan mencapai nilai maksimal pada lamina 3 dan lamina 6.

Kesimpulan

Setelah dilakukan praktikum, dapat disimpulkan bahwa:

1. Material-material yang diuji memiliki konstanta teknik tertera pada tabel 1. Nilai
konstanta teknik yang dimiliki oleh material komposit ditentukan oleh jumlah,
orientasi dan urutan lamina yang dimiliki oleh suatu laminat.
2. Nilai-nilai distribusi tegangan dan regangan tertera pada bagian Data Praktikum.
Orientasi serat merupakan faktor yang mempengaruhi distribusi tegangan dan
regangan. Sedangkan, jenis material komposit memengaruhi besar tegangan dan
regangan yang diterima.
3. Nilai rasio tegangan dan faktor keamanan tertera pada tabel 2. Konfigurasi orientasi
laminat mempengaruhi kegagalan komposit. Dapat disimpulkan bahwa T300 epoxy
(±30, ±60) merupakan konfigurasi terbaik karena menghasilkan nilai faktor
keamanan yang paling besar.

Daftar Pustaka

(Jones, 1999)

(Judawisastra, 2011)

(Hibbeler, 2011)
Tugas Setelah Praktikum

1. Jelaskan tentang tailorability pada komposit dan hubungannya dengan modul ini!

Salah satu manfaat dari material komposit yaitu memiliki tailorability yang baik.
Tailorability adalah kemampuan teknik suatu material untuk dapat disesuaikan dengan
spesifikasi yang dibutuhkan. Dengan membuat prosedur desain, sejumlah parameter desain
yang tersedia dapat dipilih sehingga lebih fleksibel. Beberapa parameter desain diantara yaitu
pilihan bahan (serat/matriks), fraksi volume serat dan matriks, metode fabrikasi, orientasi
lapisan, termasuk juga urutan dari lamina dalam arah tertentu, ketebalan lapisan lamina, dan
jenis laminanya. Oleh karena itu tailorability berhubungan dengan modul ini karena
komponen dirancang sesuai dengan sifat yang diinginkan dan dalam arah tertentu.

2. Ambil contoh sebuah komponen teknik yang terbuat dari laminat FRP.

Jelaskan secara detail:

a. Nama dan gambar komponen!

b. Material penyusun!

c. Kondisi pembebanan!

d. Strategi merancang komponen apabila menggunakan software GENLAM!

Salah satu komponen teknik yang terbuat dari laminat FRP adalah FRP Rope
(UltraRope) yang digunakan sebagai komponen penyusun dalam lift yang berfungsi
menahan beban pada lift. Berikut adalah gambar contoh FRP Rope yang digunakan dalam
lift.
FRP Rope dibuat dari material polyurethane berpenguat serat karbon (CFRP). Hal ini
dikarenakan CFRP memiliki kekuatan tarik dan tekan yang baik serta berat yang relatif
ringan apabila dibandingkan dengan sistem tali baja pada lift.
FRP Rope akan menerima beban tarik-tarik biaksial. Maka, jika menggunakan
GENLAM untuk merancang , pertama-tama perlu diketahui besar pembebanan yang akan
diterima oleh komponen tersebut. Lalu, menggunakan GENLAM, dapat diuji konfigurasi-
konfigurasi lamina yang bisa membentuk laminat dengan kekuatan yang baik untuk
menerima pembebanan tersebut. Konfigurasi laminat yang tepat akan menghasilkan FRP
Rope yang baik sehingga menunjang penggunaan.

Anda mungkin juga menyukai