Anda di halaman 1dari 28

SIFAT MEKANIK DAN

PENGUJIANNYA
SIFAT MEKANIK
Perilaku bahan terhadap beban mekanik
Beban mekanik: gaya, momen, energi
mekanik
Beban mekanik dapat menimbulkan
deformasi (perubahan bentuk), sementara
(elastis), permanen (plastis) sampai patah
(fracture)
Beban mekanik ada yang stabil (statis)
ada yang berubah-ubah (dinamis)
Cara mengujinya:
Benda yang diuji diberi beban yang terus
bertambah, sampai menjadi rusak
Besar beban pada saat terjadi rusak adalah
batas kemampuan benda tersebut
Rusak dapat didefinisikan sebagai: patah/
putus; mengalami perubahan bentuk
permanen; atau mengalami perubahan bentuk
melampaui batas tertentu
Prosedur pengujian mengacu pada suatu
standar tertentu
MACAM SIFAT MEKANIK

Kekuatan (strength): Kemampuan bahan


untuk menerima beban
Keuletan (ductility): Kemampuan bahan
berdeformasi plastis
Ketangguhan (toughness): Kemampuan
bahan menerima energi mekanik
Kekakuan (stiffness): Kemampuan bahan
menahan terjadinya deformasi
Kekerasan:
Kemampuan menahan goresan
Kemampuan menahan tusukan
Kemampuan memantulkan benda lain
Kelelahan (fatigue): perilaku bahan terhadap
beban yang berulang (cyclic)
Merangkak (creep): perilaku bahan terhadap
beban statis sebagai fungsi waktu
PENGUJIAN TARIK (TENSILE
TEST)
Batang Uji ditarik dengan gaya tarik
yang naik secara perlahan, sampai
putus
Selama pengujian diukur besarnya
gaya tarik (P) dan pertambahan
panjang (L) yang terjadi
Hasil pengukuran ditampilkan berupa
Grafik P - L
Batang uji
Bentuk Batang Uji untuk Pengujian Tarik

Gage length L0
Batang Plat Gambar Projeksi
Silindrik
Perubahan panjang batang uji akibat pembebanan

Necking
L0

LF
L1

LB

Sebelum Dengan Pada saat Setelah


dibebani beban 1 putus putus
Gaya Tarik P (N)

0 Pertambahan Panjang L (mm)


Grafik P L yang diperoleh dari Mesin Uji Tarik

Ditransformasikan dengan persamaan:


Tegangan s = P/Ao
Regangan = L/Lo
menjadi M B

Tegangan
Y
E
P

0 Regangan
Diagram Tegangan-Regangan Teknik (Nominal)

Besaran Notasi Satuan


Gaya P atau F N (Newton), kN, kgf, lbs, ton
Pertambahan Panjang L, l, atau e mm, inch
Tegangan Normal : s atau S N/m2 (Pa), MPa, kgf/cm2, kgf/mm2,
Geser : atau Ss psi, ksi
Regangan , , atau e mm/mm, inch/inch, % atau tanpa
satuan
Pada tingkat beban yang rendah,
regangan yang terjadi berbanding lurus
(proportional) dengan besarnya tegangan
yang bekerja (Hukum Hook)
Pada tahap ini, bila kemudian beban
dihilangkan (tegangan 0) maka
perubahan bentuk juga akan hilang
(regangan 0), bahan masih elastis
Bila beban dinaikkan terus, regangan yang
terjadi tidak lagi proportional dan tidak lagi
sepenuhnya elastis (melewati batas
proportional P dan batas elastis E)
Apa dan dimana
batas elastis?
Bila beban lebih besar lagi maka dapat
terjadi pertambahan panjang tanpa ada
penambahan beban (Yield, titik Y), yang
berlangsung sesaat
Setelah itu pertambahan panjang akan
terjadi bila beban bertambah, tetapi tidak
lagi linier
Sampai disini peregangan dianggap
homogen, terjadi pada seluruh panjang uji
(gage length)
Bila saat ini kemudian beban dihilangkan
maka tidak semua regangan akan hilang,
ada regangan yang permanen (plastis)
Pada beban yang sangat besar dapat
terjadi necking (pengecilan setempat)
Dengan terjadinya necking, beban mesin
akan makin berkurang
Dan pertambahan panjang selanjutnya
akan terjadi hanya pada neck, sampai
akhirnya patah.
Necking
M
B
1

Y
Tegangan s
E
Daerah Elastis P

Daerah Plastis

0 plastis elastis1 1 Regangan


1
total
Sifat mekanik yang diperoleh dari pengujian tarik:
Kekuatan dinyatakan dengan
1. u , (Ultimate Tensile Strength, UTS), besarnya
tegangan yang menyebabkan putus atau
tegangan maksimum
2. y ,Yield Point, besarnya tegangan yang
menyebabkan terjadi yielding
Keuletan, dinyatakan dengan:
percentage elongation De = {(Lf Lo)/Lo} x 100%
percentage area reduction Da ={(Ao Af)/Ao}x 100%
Da = {(Do2 Df2)/Do2} x 100%
Perubahan panjang batang uji akibat pembebanan

Df De = {(Lf Lo)/Lo} x 100%

Do
L0

LF
LB

Da = {(Do2 Df2)/Do2} x 100%

Sebelum Pada saat Setelah


dibebani putus putus
Kekakuan dinyatakan dengan Youngs modulus
(modulus elastisitas), perbandingan besarnya
tegangan yang bekerja dengan regangan yang
terjadi (di daerah elastis), E el
el
Resilien dinyatakan dengan modulus resilien,
besarnya energi yang diperlukan untuk
mencapai batas elastis per satuan volume, 2
1
luasan di bawah garis elastis UR 2 y y
. y
2E
Ketangguhan, dinyatakan dengan modulus
ketangguhan, besarnya energi untuk mematah-
kan per satuan volume, luasan di bawah kurva,
UT = su.b atau UT = b (su + sy) (bahan ulet)
UT = 2/3 su.b .(bahan getas)
su
B

Y
sy
Tegangan s

UT
UR
0 Regangan
Ductility
y
M
B
Tegangan s M
B

Tegangan s
Regangan Regangan

Bahan ulet type A Bahan ulet type B

M=B
M=B
Tegangan s

Tegangan s

Regangan Regangan
Bahan getas type A Bahan getas type B
Penentuan Batas Elastis
Batas elastis ini penting karena pada suatu
konstruksi beban yang bekerja tidak boleh
melampaui batas ini
Batas elastis sulit diperoleh dari pengujian,
karena harus dengan penarikan dan
pengukuran berulang-ulang menggunakan alat
ukur yang sangat presisi
Biasanya yield dianggap sebagai batas elastis
Bila yield tidak tampak jelas maka yield dicari
dengan metode offset (ASTM offset method)
Asumsi: dianggap sudah terjadi yielding
(luluh) bila sudah terjadi regangan plastis
sebanyak 0,2 %
Pada kurva tegangan regangan, dari titik
regangan 0,2% tarik garis sejajar dengan
garis elastis sampai memotong kurva
Dari titik potong ini tarik garis mendatar ke
kiri, sampai memotong sumbu tegangan
Titik ini menunjukkan yield dari bahan tsb
(yield strength)
H

sY Y

BC = AB
Tegangan s

B C
A

Tegangan s
GH//OC

0 G
Regangan 0
0,2 % Regangan

ASTM offset method Johnsons apparent elastic limit


Pengaruh kadar karbon dalam baja terhadap
sifat tarik
Kekuatan (su dan sy) makin tinggi dengan makin tingginya
kadar karbon dalam baja
Keuletan (De dan Da) makin rendah dengan makin
tingginya kadar karbon dalam baja
Kekakuan (dinyatakan dengan modulus elastisitas E) tidak
berubah dengan perubahan kadar karbon dalam baja
Ketangguhan (dilihat dari luasan di bawah kurva tegangan
regangan dari masing-masing baja), mencapai maksimum
pada baja dengan kadar karbon menengah
Resilien makin tinggi pada baja dengan kadar karbon lebih
tinggi (modulus resilien tergantung pada kekuatan elastis
dan modulus elastisitas, UR = sy2/2E, tampak bahwa
kekuatan elastis makin tinggi, sedang harga E konstan)
Baja Karbon Tinggi
Baja Karbon Menengah
Tegangan s

Baja Karbon Rendah

0 Regangan
True Stress True Strain

Tegangan dan regangan teknis/nominal perhi-


tungannya didasarkan pada ukuran semula/
nominal dari batang uji, seharusnya didasarkan
pada ukuran batang uji pada saat menerima
beban ybs.
Nominal Sebenarnya

Tegangan s P/Ao st = P/A

Regangan = L/Lo t = L/L


Hubungan antara Tegangan/Regangan Teknis dengan
Tegangan/Regangan Sebenarnya
Regangan Sebenarnya
t = (L1-Lo)/Lo + (L2-L1)/L1 + ..
= LoL1dL/L = ln (L/Lo) = ln {(Lo+L)/Lo}
t = ln (1 + )

Tegangan Sebenarnya
st = P/A
V = AoLo = A1L1 = AL
A = AoLo/L = AoLo/(Lo+L) = Ao/(1+)
st = P/{Ao/(1+)}
st = s(1+)

Persamaan ini hanya berlaku selama pengecilan penampang masih homogen,


hanya sampai menjelang mendekati beban maksimum
Tegangan-Regangan Sebenarnya

Tegangan s
Tegangan s

Tegangan-Regangan Nominal

st = s(1+)
t = ln (1 + )

Regangan Regangan
Diagram Tegangan-Regangan Nominal/Teknik Diagram Tegangan Regangan Sebenarnya

Anda mungkin juga menyukai