Anda di halaman 1dari 2

Fungsi Atenuasi.

Analisis resiko gempa memerlukan nilai percepatan tanah


akibat gempa. Pada analisis resiko gempa apabila lokasi yang ditinjau tidak
mempunyai data rekaman gempa, maka untuk memperkirakan besarnya
percepatan maksimum tanah digunakan fungsi atenuasi. Yang dimaksud dengan
fungsi atenuasi adalah suatu fungsi yang menggambarkan korelasi antara
intensitas gerakan tanah setempat (i) dan magnitude (M) serta jarak (R) dari
suatu sumber titik dalam daerah sumber. Fungsi atenuasi merupakan alat yang
penting dalam implementasi resiko kegempaan dalam perencanaan bangunan
tahan gempa. Faktor-faktor yang mempengaruhi fungsi atenuasi adalah sebagai
berikut :
1 Mekanisme Gempa. Gempa-gempa besar biasanya terjadi karena
pergeseran tiba-tiba lempeng tektonik yang mengakibatkan terlepasnya
enerji yang sangat besar. Pergeseran lempeng tektonik ini bisa terjadi pada
daerah subduction, ataupun pada patahan yang tampak di permukaan bumi.
Gempa yang terjadi pada daerah subduction biasanya merupakan gempa
dalam yang mempunyai kandungan frekwensi yang berbeda dengan gempa
dangkal. Oleh karena itu sebagaimana yang diusulkan oleh Idriss (1991),
rumus-rumus atenuasi untuk gempa subduction harus dipisahkan dari gempa
strike slip.
2 Jarak Episenter. Respon spektrum dari gempa yang tercatat pada batuan
mempunyai bentuk yang berbeda tergantung jarak episenternya (near, mid
dan far field). Jitno et. Al (1995) menyajikan hasil analisis gempa Loma Prieta,
yang dilakukan Mohraz (1992), yang memperlihatkan adanya pengaruh jarak
episenter terhadap bentuk respon spektra.
3 Kondisi Tanah Lokal. Juga mempunyai peran yang sangat penting dalam
menentukan respon suatu daerah terhadap gelombang gempa. Respon
gempa yang tiba di batuan dasar bisa diperkuat, diperlemah atau berubah
kandungan frekwensinya karena tersaringnya getaran berfrekwensi tinggi.
Ada beberapa fungsi atenuasi yang telah dikembangkan, diantaranya fungsi
atenuasi Joyner & Boore (1981, 1988), Crouse (1991), Fukushima & Tanaka
(1992), Sadigh (1997), dan lain-lain. Fungsi-fungsi atenuasi tersebut diturunkan
berdasarkan data pengamatan kegempaan dimasa lalu dengan memakai metoda
penyesuaian kuadrat terkecil terhadap data pengamatan tersebar.
Joyner & Boore (1988). Fungsi atenuasi yang diperoleh oleh Joyner & Boore
adalah fungsi atenuasi untuk percepatan horizontal maksimum, kecepatan
horizontal maksimum. Fungsi ini menggunakan data dari North America dan
pertama kali dipublikasikan pada tahun 1981. Khusus untuk percepatan
horizontal maksimum, persamaan yang diusulkan oleh Joyner & Boore adalah :
a 10 0.43 0.23 MW 6 log r 0.0027.r

r0

(4)

(5)

dimana :
a
= percepatan (g),
MW
= momen magnitude,
r0
= jarak terdekat dari lokasi ke pro-yeksi vertikal dari gempa akibat aktifitas patahan pada
permuka-an tanah (km)

Crouse (1991). Fungsi atenuasi yang diturunkan oleh Crouse berdasarkan data
gempa dengan mekanisme subduction yang diambil dari zona subduction
Cascadia Pasifik Utara bagian barat dengan karakteristik percepatan arah
horizontal dan damping 5 %. Persamaan yang diperoleh dari analisis data
tersebut adalah :
a e

(11.5 0.657.M 2.09. ln R 63.7.e 0.128.M 0.00397.h

(6)

dimana :
a
= percepatan (g),
M
= magnitude gempa,
R
= jarak terdekat dari lokasi ke sum-ber gempa (km),
H
= kedalaman fokus (km).

Fukushima & Tanaka (1992). Fungsi atenuasi ini dikembangkan untuk


percepatan maksimum horizontal yang berlaku untuk sumber gempa disekitar
Jepang. Rumusan fungsi atenuasi yang dihasilkan adalah :

0.42.MW 0.0033.R 1.22 0.14.L

0.42.MW log R 0.025.10

a 10

(7)
dimana :
a
= percepatan (g),
MS = magnitude gelombang permu-kaan (surface wave magnitude),
R
= jarak terdekat dari lokasi ke sumber gempa (km),
L
= 1 untuk sumber gempa di luar Jepang.

Sadigh (1997). Fungsi atenuasi yang dikembangkan oleh Sadigh (1997) sudah
mengakomodasi kebutuhan untuk mengembangkan koefisien untuk magnitude
lebih besar dan lebih kecil dari M = 6.5 dengan mekanisme gempa strike-slip.
Rumusan fungsi atenuasi yang dihasilkan adalah :
a e

(1.274 1.10.M 2.10. ln Rrup e 0.485 0.524.M

dimana :
a
= percepatan (g),
M
= magnitude gempa,
Rrup
= jarak terdekat dari lokasi ke sum-ber gempa (km).

Anda mungkin juga menyukai