Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH MEKANIKA TEKNIK III

TEGANGAN BIDANG DAN LINGKARAN MOHR

Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah MEKTEK III
di Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan

Mata Kuliah:
Mekanika Teknik III

Dosen Pengampu:
Maris Setyo Nugroho, M.Eng

Disusun oleh:

Crelfhin Nugraha P S (17505244001)


Ilham Kharismanto R (17505244007)
Fikky Faturrahman (17505244024)
Adhi Nugroho (17505244038)

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
Rahmat dan KaruniaNya sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik.
Tak dapat dipungkiri bahwa penulisan makalah ini dapat terselesaikan karena
adanya bimbingan, pengarahan, serta dukungan dari banyak pihak. Oleh karena itu,
kami berterima kasih kepada :

1. Bapak Drs. Darmono, MT. Selaku Kepala Jurusan Pendidikan Teknik


Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta;
2. Bapak Maris Setyo Nugroho M, Eng. Selaku dosen pengampu mata kuliah
Mekanika Teknik III.
3. Keluarga yang senantiasa mendukung kami;
4. Anggota kelompok 7. yang telah bekerja sama dengan baik sejak awal pembuatan
makalah sampai selesai pembuatan makalah.
Makalah ini memuat tema “Tegangan Bidang dan Lingkaran Mohr” yang
sangat bermanfaat untuk literasi. Walaupun makalah ini mungkin jauh dari sempurna
tapi memiliki detail yang cukup jelas bagi pembaca.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini membawa manfaat
dan menambah wawasan bagi kita semua. Apabila terdapat banyak kekurangan dalam
penulisan makalah ini, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya. Untuk itu, kami
mohon kritik dan saran yang membangun guna memperbaiki dan melengkapi
penulisan makalah ini. Terima Kasih.

Yogyakarta, 24 Juli 2019

Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman Judul....................................................................................................... i
Kata Pengantar ...................................................................................................... ii
Daftar Isi ............................................................................................................... iii
Daftar Gambar....................................................................................................... iv
A. Pendahuluan
1. Pendahuluan ........................................................................................ 1
2. Rumusan Masalah ............................................................................... 2
3. Tujuan ................................................................................................. 2
B. Kajian Teori .............................................................................................. 3
1. Tegangan Bidang ................................................................................ 3
2. Lingkaran Mohr .................................................................................. 4
C. Pembahasan ............................................................................................... 7
1. Pengertian Tegangan Bidang .............................................................. 7
2. Pengertian Lingkaran Mohr ................................................................ 11
D. Kesimpulan ............................................................................................... 14

Daftar Pustaka ....................................................................................................... 15

`
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Contoh balok yang dibebani gaya lateral ............................................ 4


Gambar 2. Tinjauan tiga dimensi suatu elemen .................................................... 4
Gambar 3. Dua bentuk lingkaran mohr ................................................................. 6
Gambar 4. Struktur bidang dan komponen tegangan bidang xy ........................... 7
Gambar 5. Komponen tegangan ............................................................................ 8
Gambar 6. Transformasi sumbu ............................................................................ 8
Gambar 7. Komponen gaya .................................................................................. 9
Gambar 8. Lingkaran mohr ................................................................................... 11

`
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pendahuluan
Tegangan bidang atau dalam bahasa inggris adalah Plain Stress adalah
peristiwa dimana komponen-komponen yang mempengaruhi tegangan hanya
bekerja pada satu bidang saja. Semisal ialah tegangan-tegangan yang hanya
bekerja pada bidang xy saja. Analisis untuk tegangan bidang dapat diterapkan
bilamana struktur cenderung tipis dan beban hanya bekerja dengan searah dan
berada dalam bidang tersebut.
Dalam analisis tegangan, biasanya tegangan-tegangan normal dan geser
yang berbeda pada elemen dan suatu kedudukan atau sumbu-sumbu acuan
semisal x dan y yang sudah diketahui, lalu dapat ditentukan tegangan-tegangan
dalam arah yang tidak menentu yang tetap dipengaruhi oleh orientasi sumbu-
sumbunya.
Lingkaran Mohr adalah persamaan transformasi yang digunakan untuk
tegangan bidang dapat dinyatakan dalam bentuk grafis. Lingkaran Mohr sendiri
ditemukan oleh Otto Christian Mohr ( 1835 – 1918) yang menemukan
persamaan tersebut di tahun 1882. Nama lingkaran Mohr sendiri diambil dari
namanya untuk menghargai jasanya tersebut.
Lingkaran Mohr ini sangat berguna dalam dunia ke-teknik sipilan karena
kegunaannya dalam analisis tegangan, karena dapat memberikan beragam
informasi tegangan normal, utama, dan tegangan geser yang bekerja pada setiap
bidang dari suatu elemen.
Lingkaran Mohr ini digunakan untuk melukis transformasi tegangan
maupun regangan, baik untuk persoalan – persoalan tiga dimensi maupun dua
dimensi. Yang perlu diingat adalah bahwa perputaran sumbu elemen sebesar q
ditunjukkan oleh perputaran sumbu pada lingkaran Mohr sebesar 2q, dan sumbu
tegangan geser positif adalah menunjuk kea rah bawah. Pengukuran dimulai dari

1
titik A, positif bila berlawanan arah jarum jam, dan negatif bila tidak searah
jarum jam.
B. Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah dalam penyusunan makalah adalah:
1. Apa itu Tegangan bidang dan Lingkaran Mohr ?
2. Apa fungsi dan implementasi dari Tegangan bidang dan Lingkaran Mohr
pada Teknik Sipil?
3. Apa formulasi yang digunakan dalam analisis Tegangan Bidang dan
Lingkaran Mohr ?
C. Tujuan
Adapun tujuan dalam penyusunan makalah adalah:
1. Menjelaskan pengertian dan memahami Tegangan Bidang dan Lingkaran
Mohr.
2. Mengetahui implementasi dari Tegangan bidang dan Lingkaran Mohr untuk
kehidupan sehari-hari.
3. Mengetahui fungsi dan penggunaan Tegangan bidang dan Lingkaran Mohr
secara tepat.

2
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Tegangan Bidang
Konsep tegangan didefinisikan sebagai gaya per satuan luas,
dikenalkan kedalam teori elastisitas oleh Cauchy sekitar tahun 1822.
Konsep ini telah digunakan secara universal sebagai solusi dalam desain
dan analisis teknik, walaupun faktanya tidak dapat diukur secara langsung
dan tidak memberikan indikasi dari bagaimana tekanan ditransmisikan
melalui bahan yang ditekan. Jelas cara transfer pada kristal padat seperti
logam atau batuan keras, berbeda kontak titik ke titik dalam bahan
partikulat seperti tanah. Namun demikian, dalam kedua kasus itu mudah
untuk memfisualisasikan bidang imajiner pada material dan menghitung
tekanan diatasnya dengan hanya membagi gaya pada penampang dengan
total luas penampang, (R.H.G. Parry, 2005).
Kondisi tegangan yang kita jumpai dalam menganalisis batang yang
mengalami tarik, tekan atau torsi serta dibalok yang mengalami lentur
adalah contoh-contoh keadaan tegangan yang disebut tegangan bidang.
Untuk menjelaskan tegangan bidang, kita akan meninjau elemen tegangan
yang terlihat dalam Gambar 1. elemen ini berukuran sangat kecil dan dapat
digambarkan sebagai sebuah kubus atau sebagai parallelepiped persegi
panjang. Sumbu x, y, z sejajar dengan tepi-tepi elemen. Dan muka-muka
elemen didesain dengan arah normal ke luarya. Sebagai contoh, muka
elemen sebelah kanan disebut sebagai muka x positif, dan muka sebelah
kiri (tak terlihat) disebut sebagai muka x negatif. Dengan cara yang sama,
muka atas adalah muka y positif, dan muka depan adalah muka z positif.
Apabila bahannya berada dalam keadaan tegangan bidang dalam
bidang xy, maka hanya muka x dan y dari elemen yung mengalami
tegangan, dan semua tegangan bekerja sejajar sumbu x dan y, seperti
terlihat dalam Gambar 2. Kondisi tegangan ini sangat biasa karena ini

3
terjadi di permukaan benda yang bertegangan, kecuali dititik dimana
beban luar bekerja dipermukaan tersebut.

Gambar 1. Contoh Balok Yang Dibebani Gaya Lateral

Gambar 2. Tinjauan tiga dimensi suatu elemen

Simbol-simbol untuk tegangan yang terlihat dalam Gambar 2.


mempunyai arti sebagai berikut: Tegangan normal (σ mempunyai subskrip
yang menunjukkan muka di mana tegangan bekerja; sebagai contoh, σx
tegangan bekerja di muka x dari elemen dan tegangan σy, bekerja dimuka
y dari elemen. Karena elemen ini berukuran sangat kecil, maka tegangan
normal yang sama bekerja di muka yang berlawanan, (Gere &
Timoshenko, 2000).

4
B. Lingkaran Mohr
Persamaan transformasi untuk tegangan bidang dapat dinyatakan
dalam bentuk plot yang dikenal dengan sebutan Lingkaran Mohr.
Representasi grafis ini sangat berguna karena memungkinkan pembaca
untuk memfisualisasikan hubungan antara tegangan normal dan tegangan
geser yang bekerja pada berbagai bidang miring di suatu titik pada benda
bertegangan. Lingkaran ini juga memberikan cara untuk menghitung
tegangan utama, tegangan geser maksimum, dan tegangan di bidang-
bidang miring. Selain itu, Lingkaran Mohr berlaku tidak hanya untuk
tegangan tetapi juga untuk besaran-besaran lain dengan sifat-sifat
matematis serupa, termasuk regangan dan momen inersia.

C. Persamaan – Persamaan Untuk Lingkaran Mohr


Persamaan-persamaan untuk Lingkaran Mohr dapat diturunkan dari
persamaan transformasi untuk tegangan bidang. Kedua persamaan ini
ditulis ulang di sini. tetapi dengan sedikit penyusunan yang berbeda:
𝜎𝑥 +𝜎𝑦 𝜎𝑥 −𝜎𝑦
𝜎𝑥1 − = cos 2𝜃 + 𝜏𝑥𝑦 𝑠𝑖𝑛 2𝜃....... Persamaan 1
2 2

𝜎𝑥 −𝜎𝑦
𝜏𝑥1𝑦1 = − sin 2𝜃 + 𝜏𝑥𝑦 cos 2𝜃............................. Persamaan 2.
2

Dari geometri analilis kita dapat mengenal bahwa kedua persamaan


ini adalah persamaan-persamaan untuk suatu lingkaran dalam bentuk
parametrik. Sudut 20 adalah parameter dan tegangan σ1 dan τx1y1 adalah
koordinatnya. Namun, sifat persamaan tersebut tidak perlu diketahui pada
tahap ini jika kita mengeliminasikan parameter tersebut pentingnya
persamaan tersebut akan menjadi terlihat.
Untuk mengelirninasi parameter 20, kita kuadratkan kedua sisi dari
masing-masing persamaan dan selanjutnya menjumlahkan keduanya.
Persamaan yang dihasilkan adalah :

5
𝜎𝑥 +𝜎𝑦 𝜎𝑥 −𝜎𝑦
(𝜎𝑥1 − ) ² + 𝜏²𝑥1𝑦1 = ( ) ² + 𝜏²𝑥𝑦 ..... Persamaan 3.
2 2
Atau

𝜎𝑥 +𝜎𝑦 𝜎𝑥 −𝜎𝑦
𝜎𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 = 𝑅 = √( ) ² + 𝜏²𝑥𝑦 .. Persamaan 4.
2 2

Sehingga menjadi
(𝜎𝑥1 − 𝜎𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 )² + 𝜏²𝑥1𝑦1 = 𝑅² ....................... Persamaan 5.

yang merupakan persamaan suatu lingkaran dalam bentuk aljabar standar.


Koordinatnya adalah σ1 dan τx1y1 radiusnya adalah R, dan pusat lingkaran
tersebut mempunyai koordinat σ1 = σ1rata-rara dan τx1y1 = 0.
Dalam bentuk pertama Lingkaran Mohr, kita memplot tegangan
normal σ1 positif ke kanan dan tegangan geser τx1y1 positif ke bawah.

Gambar 3. Dua Bentuk Lingkaran Mohr

Kedua bentuk Lingkaran Mohr secara matematis benar, dan yang


manapun dapat digunakan. Namun, akan lebih mudah memfisualisasikan
orientasi elemen tegangan jika arah positif sudut 20 sama untuk Lingkaran
Mohr dan untuk elemen itu sendiri. Selain itu, suatu rotasi berlawanan
jarum jam cocok dengan aturan tangan kanan untuk rotasi. Dengan
demikian, kita akan memilih menggunakan bentuk pertama lingkaran
Mohr dimana tegangan geser positif diplot ke bawah dan sudut positif 2θ
diplot berlawanan jarum jam, (Gere & Timoshenko, 2000).

6
BAB III
PEMBAHASAN
A. Pengertian Tegangan Bidang
Tegangan bidang dapat terjadi akibat gaya aksial, gaya lintang, momen
lentur maupun torsi. Dalam hal ini dijabarkan persamaan-persamaan
transformasi tegangan dan regangan dengan mengubah orientasi sumbu-
sumbu dengan tujuan memperoleh regangan dan tegangan ekstrim
(maksimum dan minimum). Tegangan dan regangan ekstrim digunakan
untuk mengetahui apakah struktur tersebut mampu menahan beban hidup
ataupun beban mati. Dalam perancangan ukuran batang harus disesuaikan
dengan tegangan yang telah ditentukan agar tidak melebihi tegangan geser
tersebut.
1. Analisis Tegangan Bidang (Plain Stress)
Tegangan bidang hanya bekerja pada sumbu xy dapat dilihat pada
gambar 4

Gambar 4. Struktur Bidang Dan Komponen Tegangan Bidang xy

Penerapan Tegangan bidang biasanya digunakan dalam konstruksi


balok dan kolom pada suatu bangunan. Dan terdapat pola retak pada

7
bagian yang terkena beban dan terletak pada sambungan antara kolom
dan balok utama.

2. Transformasi Tegangan Bidang


Dalam analisis tegangan, biasanya tegangan – tegangan normal dan
geser bekerja pada elemen atau sumbu-sumbu xy yang telah diketahui
besarannya. Dengan sumbu xy diketahui, dapat ditentukan pula arahnya
karena diperngaruhi oleh orientasi sumbu sumbu tersebut.
Persaman-persamaan keseimbangan dapat dibentuk dari elemen
yang dipotong sudut kemiringan ɵ, dapat dilihat pada Gambar 5.
transformasi tegangan dihitung dari sumbu acuan (x,y) ke sumbu x’y’
dengan sumbu rotasi ɵ, 𝜎𝑥 ,𝜏𝑦 dan 𝜎𝑥𝑦 . Sebagai tegangan yang telah
diketahui sebagai sumbu acuan. Ada beberapa persyaratan yaitu :
a. Tegangan normal dengan arah ke luar bidang (tarik) diambil positif,
sedangkan arah sebaliknva adalah negatif
b. Tegangan geser positif jika bekerja pada bidang sebelah kanan
elemen BC dengan arah ke atas atau yang memutar terhadap sumbu
z benlawanan arah jarum jam

Gambar 5. Komponen tegangan

8
Gambar 6. Transformasi sumbu

Gambar 7. Komponen gaya

Selanjutnya ditinjau benda bebas AED, dimana bidang ED tegak


lurus pada sumbu x’. Bidang ED dianggap mernpunyai luas dA, sehingga
luas bidang AE dan AD masingmasing dAsinθ dan dAcosθ Berdasarkan
kriteria keseimbangan gaya pada benda bebas, akan diperoleh :

∑ 𝑓𝑥 ′ = 0

𝜎𝑥′ 𝑑𝐴 = 𝜎𝑥 𝑑𝐴𝑐𝑜𝑠𝜃 + 𝜎𝑦 𝑑𝐴𝑠𝑖𝑛𝜃𝑠𝑖𝑛𝜑 + 𝜏𝑥𝑦 𝑑𝐴𝑐𝑜𝑠𝜃𝑠𝑖𝑛𝜃 +


𝜏𝑥𝑦 𝑑𝐴𝑠𝑖𝑛𝜃𝑐𝑜𝑠𝜃.......................................................................................(6)

Dengan bantuan rumus – rumus trigonometri :


1
𝑐𝑜𝑠 2 𝜃 = (1 + cos 2𝜃)..........................................................................(7)
2

1
𝑠𝑖𝑛2 𝜃 = (1 − cos 2𝜃)...........................................................................(8)
2

1
𝑠𝑖𝑛𝜃𝑐𝑜𝑠 2 𝜃 = (𝑠𝑖𝑛2𝜃)..........................................................................(9)
2

9
Maka persamaan dapat dituliskan :

𝜎𝑥′ = 𝜎𝑥 𝑐𝑜𝑠²𝜃 + 𝜎𝑦 𝑠𝑖𝑛²𝜃 + 2𝜏𝑥𝑦 𝑠𝑖𝑛𝜃𝑐𝑜𝑠

(1+𝑐𝑜𝑠2𝜃) (1−𝑐𝑜𝑠2𝜃)
= 𝜎𝑥 + 𝜎𝑦 + 𝜏𝑥𝑦 sin 2𝜃..........................................(10)
2 2

𝜎𝑥 +𝜎𝑦 𝜎𝑥 +𝜎𝑦
𝜎𝑥′ = + 𝑐𝑜𝑠2𝜃....................................................................(11)
2 2

Dengan cara yang sama dari ∑ 𝑓′𝑦 = 0 akan didapatkan:


𝜎𝑥 −𝜎𝑦
𝜏𝑥′𝑦′ = sin 2𝜃 + 𝜏𝑥𝑦 𝑐𝑜𝑠2𝜃..........................................................(12)
2

Tegangan normal 𝜎′𝑦 dapat dihitung dengan persamaan () dengan


𝜋
mengganti 𝜃 = 𝜃 + sehingga didapatkan :
2

𝜎𝑥 +𝜎𝑦 𝜎𝑥 −𝜎𝑦
𝜎′𝑦 = − cos 2𝜃 − 𝜏𝑥𝑦 𝑠𝑖𝑛2𝜃..............................................(13)
2 2

Dari persamaan () dan () maka untuk sembarang sudut rotasi akan


berlaku :

𝜎𝑥 + 𝜎𝑦 = 𝜎′𝑥 + 𝜎′𝑦 .............................................................................(14)

Contoh Soal :

Pada suatu titik terjadi regangan yang didapatkan dari pengukuran


dengan roset 45⁰ yang berdasarkan masing-masing 𝜖𝑜′ = -
0,0006𝜀45 =0,0004 dan 𝜀90′ = 0,0003. Jika bahan mempunyai modulus
elastisitas E = 2.105 MPa dan Possion ratio v = 0,3, berapakah tegangan-
tegangan utama pada titik pengukuran tersebut.
Penyelesaian :
𝜖𝑥 = 𝜀0 = −0,0006

𝜖𝑦 = 𝜀90 = 0.0003

𝛾𝑥𝑦 = 2. 𝜖45 − (𝜖0 + 𝜖90 ) = 2.0,0004 − (−0,0006 + 0,0003)

=0,0005

Regangan – regangan normal utama

10
−0,0006 + 0,0003 −0,0006 − 0,0003 0,0005
𝜀12 = ± √( )+( )²
2 2 2

𝜀1 = 0,00365 (maksimum)

𝜀2 = −0,000655 (minimum)

Dapat diperoleh tegangan – tegangan normal masing – masing :

2. 105
𝜎1 = (0,000365 + 0,3.0,000365)
1 − 0,32

𝜎1 = 30,121 𝑀𝑃𝑎

2. 105
𝜎2 = (0,000365 + 0,3.0,000365)
1 − 0,32

𝜎2 = −101,101 𝑀𝑃𝑎

B. Pengertian Lingkaran Mohr


Awal mula tercetusnya istilah Lingkaran Mohr ialah tahun (1835 –
1918) oleh ilmuan Jerman Otto Christian Mohr. Pengertian lingkaran mohr
ialah persamaan transformasi pada tegangan bidang yang dinyatakan dalam
bentuk grafis. Guna dari Lingkaran Mohr ialah untuk meberikan beragam
Informasi tegangan normal dan tegangan geser yang bekerja pada suatu
elemen tertentu.
1. Persamaan Lingkaran Mohr
Dalam menggambarkan Lingkaran Mohr, diambil persamaan
bahwa tegangan geser positif digambar dalam arah sumbu vertikal ke
bawah dan sudut positif sebesar 2𝜃 sesuai arah jarum jam.
𝜎𝑥 −𝜎𝑦 2
𝑅 = √( 2 .................................................... Persamaan 15
) + 𝜏𝑥𝑦
2

𝜎𝑥 +𝜎𝑦
𝑐( ; 0)................................................................... Persamaan 16
2

11
Gambar 8. Lingkaran Mohr

Berikut adalah cara penggambaran Lingkaran Mohr :

a. Gambarkan sistem koordinat 𝜎𝑥 ′ (absis) dan 𝜏𝑥1𝑦1 (ordinat)


b. Tentukan lokasi pusat lingkaran (titik C)
c. Tentukan lokasi titik A (𝜃 = 0⁰), yang menggambarkan tegangan di
muka x, dan titik B (𝜃 = 90⁰) yang menggambarkan tegangan di
muka y.
d. Garis yang dilalui oleh A,B dan C merupakan diameter lingkaran

12
𝜎𝑥 − 𝜎𝑦
cos 2𝜃𝑝𝑙 =
2𝑅
𝜏𝑥𝑦
sin 2𝜃𝑝𝑙 =
𝑅

1 𝜎𝑥 − 𝜎𝑦
𝑐𝑜𝑠𝛽 = ( cos 2𝜃 + 𝜏𝑥𝑦 sin 2𝜃)
𝑅 2

1 𝜎𝑥 − 𝜎𝑦
𝑠𝑖𝑛 𝛽 = ( cos 2𝜃 + 𝜏𝑥𝑦 sin 2𝜃)
𝑅 2

Hasil yang diperoleh dalam penggambaran lingkaran mohr:

a. Tegangan prinsipal (𝜎𝑚𝑎𝑥 , 𝜎𝑚𝑖𝑛


b. Tegangan geser maksimum
c. Tegangangan geser dan tegangan normal pada sudut tertentu
d. Saat tegangan maksimum dan minimun, maka tegangan geser = 0

Contoh Soal :

Di suatu titik pada permukaan suatu silinder,bertekanan bahannya mengalami


tegangan biaksial 𝜎𝑥 = 90 MPa dan 𝜎𝑦 = 20 MPa. Dengan menggunakan Lingkaran
Mohr, tentukan tegangan yang bekerja di suatu elemen yang miring pada
sudut 𝜽 = 𝟑𝟎⁰.

13
Penyelesaian :
𝜎𝑥 −𝜎𝑦 90−20
𝑅 = √( ) ² + 𝜏𝑥𝑦 ² = √( ) ² + 0= 35 MPa
2 2

𝐷(𝜎𝑥1 ; 𝜏𝑥1𝑦1 ) 𝜃 = 30⁰

𝜎𝑥1 = 𝜎𝑟𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎 + 𝑅 cos 600 = 72,5 𝑀𝑃𝑎

𝜏𝑥1𝑦1 = −𝑅 sin 60⁰ = −30,3 𝑀𝑃𝑎

𝜃 = 1200 𝐷 ′ (𝜎𝑦1 ; 𝜏𝑦1𝑥1 )

𝜎𝑥1 = 𝜎𝑟𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑅 cos 600 = 37,5 𝑀𝑃𝑎

𝜏𝑥1𝑦1 = 𝑅 sin 60⁰ = 30,3 𝑀𝑃𝑎

14
BAB IV
KESIMPULAN

Tegangan bidang dapat terjadi akibat gaya aksial, gaya lintang, momen
lentur maupun torsi. Penerapan tegangan bidang biasanya diterapkan dalam
analisis konstruksi balok dan kolom, untuk tegangan bidang hanya bekerja pada
sumbu x dan sumbu y. Tegangan normal jika arahnya keluar (Tarik) maka
nilainya positif sedangkan jika tekan maka nilainya negatif. Lingkaran mohr ialah
persamaan transformasi pada tegangan bidang yang dinyatakan dalam bentuk
grafis, lingkaran mohr berguna untuk memberikan informasi mengenai tegangan
normal dan tegangan geser yang bekerja pada elemen tertentu. Dalam
penggambaran lingkaran mohr, diambil persamaan bahwa tegangan geser positif
digambar ke arah sumbu vertical ke bawah dan untuk sudut positif sebesar 2𝜃
sesuai arah jarum jam. Dengan lingkaran mohr kita dapat menghasilkan:

1. Tegangan Prinsipal
2. Tegangan geser maksimum
3. Tegangan geser dan tegangan normal pada sudut tertentu
4. Saat tegangan mencapai maksimum dan minimum, maka tegangan geser
adalah 0

14
DAFTAR PUSTAKA

Agus Setyo dan Bambang Supriyadi. 2007. Jembatan. Yogyakarta: Beta offset
Badan Koordinasi Keamanan Laut RI. (2009). Hukum Laut Zona-Zona Maritim
sesuai United Nations Convention on the law of the sea (UNCLOS) 1982.
Badan Nasional Penganggulangan Bencana. (2017). Rehabilitasi dan Rekonstruksi
Infrastruktur Akibat Siklon Cempaka di D.I. Yogyakarta
Badan Standar Nasional. (1989). SNI 03-1724-1989 Pedoman Perencanaan
Hidrologi dan Hidraulik untuk Bangunan di Sungai. Bandung: BSN
Badan Standar Nasional. (2013). SNI 7973-2013 Spesifikasi Desain untuk Konstruksi
Kayu. Bandung: BSN
Badan Standar Nasional. (2016). SNI 1725-2016 Pembebanan untuk Jembatan.
Bandung: BSN
Dian Ariestadi. 2008. Teknik Struktur Bangunan Jilid II. Jakarta: Pusat Perbukuan
Departemen Pendidikan Nasional
Hardiyatmo, H. C. (2007). Mekanika Tanah 2. Yogyakarta: Beta Offset.
Hong, Tjoa Pwee dan FH. Djokowahjono. 1996. Konstruksi Kayu. Yogyakarta:
Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. (2007). Buku Informasi
Statistik 2017. Jakarta: Pusat Data dan Teknologi Informasi.
Martawijaya Abdurahim. 2005. Atlas Kayu Indonesia Jilid I (edisi revisi). Bogor:
CV. Miranti
Pemerintah Republik Indonesia. (2004). Undang-Undang Nomor Tahun 2004
tentang Jalan Dan Jembatan Sebagai Bagian Dari Sistem Transportasi
Nasional. Jakarta: Sekretaris Negara Republik Indonesia.
Schodek, Daniel L. (1998). Strucktures. Bandung: PT. Refika Aditama
Schodek, Daniel L. (1999). Struktur Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga
Soemono. 1979. Statika. Bandung: ITB
Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Nomor
7/SE/M/2015. Pedoman Persyaratan Umum Perencanaan Jembatan. Jakarta:
KemenPUPR.

15

Anda mungkin juga menyukai