Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

GEOFISIKA LINGKUNGAN
GPR









DISUSUN OLEH :


140710110008 Siti Nur Utami
140710110009 Rahmat Fadhilah
140710110012 Ihsan Anandya
140710110027 Hendri Ardianto
140710110029 Arif Ramos
140710110030 Rizki Anugrah





PRODI GEOFISIKA
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2014
I. PENGERTIAN

Ground Penetrating Radar (GPR) merupakan suatu alat yang digunakan
untuk proses deteksi benda- benda yang terkubur di bawah tanah dengan tingkat
kedalaman tertentu, dengan menggunakan gelombang radio tanpa harus merusak/
melakukan penggalian.

II. PRINSIP DASAR OPERASI GROUND PENETRATING RADAR

Prinsip-prinsip dasar ground penetrating radar telah dikenal sejak
diperkenalkannya radar untuk penelitian ilmiah pada dekade 1960-an dan
menjelang perang dunia II. Prinsip penggunaan metode ini tidak jauh berbeda
dengan metode seismik pantul.
Secara umum peralatan georadar terdiri dari dua komponen utama yaitu
peralatan pemancar gelombang radar (transmitter) dan peralatan penerima
pantulan / refleksi gelombang radar (tranceiver). Sistem yang digunakan adalah
merupakan sistem aktif dimana dilakukan penembakan pulsa-pulsa gelombang
elektromagnetik (pada interval gelombang radar) untuk kemudian dilakukan
perekaman intensitas gelombang radar yang berhasil dipantulkan kembali.
Pengukuran dan perekaman selisih waktu (t) ini kemudian akan
membentuk suatu pola penampang gelombang radar yang khas untuk tiap interval
meter kedalamannya. Pola-pola refleksi ini mencerminkan perbedaan nilai
dielektrik massa/ benda-benda yang terhadap gelombang radar yang mengenainya.
Kedalaman pengukuran dapat disesuaikan dengan tujuan kegiatannya yaitu
dengan mengatur frekuensi gelombang radar yang digunakan. Contoh penggunaan
frekuensi tertentu untuk mencapai kedalaman tertentu adalah sebagai berikut :
Penggunaan frekuensi 900 MHz, untuk kedalaman eksplorasi maksimum
hingga 1,5 m
Penggunaan frekuensi 200 MHz untuk kedalaman eksplorasi maksimum
hingga 9 m
Penggunaan frekuensi 80 MHz - 16 MHz untuk kedalaman eksplorasi
antara 10 m hingga 30 m
Jika suatu gelombang elektromagnet dipancarkan ke bawah permukaan
tanah dan mengenai suatu lapisan atau objek dengan suatu konstanta dielektrik
berbeda, gelombang elektromagnet tersebut akan dipantulkan kembali, yang
diterima oleh antena receiver, waktu dan besar gelombang elektromagnet direkam
pada gambar.


Adapun dalam menentukan tipe antena yang digunakan, sinyal yang
ditransmisikan dan metode pengolahan sinyal tergantung pada beberapa hal, yaitu:
1. Jenis objek yang akan dideteksi
2. Kedalaman objek
3. Karakteristik elektrik medium tanah

Gelombang yang dikirimkan bergerak dengan kecepatan tinggi dan
melewati media bawah permukaan. Gelombang tersebut dapat diserap oleh media,
dapat pula dipantulkan kembali. Gelombang akan diterima oleh receiver dalam
selang waktu tertentu dalam beberapa puluh hingga ribuan nanosekon. Lama
waktu tempuh tersebut tergantung pada keadaan media yang dilewati oleh media
tersebut.
Mode konfigurasi antena transmitter dan receiver pada GPR terdiri dari
mode monostatik dan bistatik. Mode monostatik yaitu bila transmitter dan
receiver digabung dalam satu antena, sedangkan mode bistatik adalah bila kedua
antenna tersebut memiliki jarak pemisah yang disebut offset. Receiver diatur
untuk dapat melakukan scan secara normal mencapai 32 hingga 512 scan perdetik.
Setiap hasil scan akan ditampilkan dalam layer monitor sebagai fungsi waktu two-
way travel time, yaitu waktu yang diperlukan oleh sinyal untuk menempuh jarak
dari transmitter menuju target dan dipantulkan kembali menuju receiver.
Tampilan ini disebut radargram, analog dengan seismogram pada penyelidikan
menggunakan metode seismik.
Keberhasilan metode GPR bergantung pada variasi bawah permukaan
yang dapat menyebabkan gelombang radar tertransmisikan dan refleksikan.
refleksi yang ditimbulkan oleh radiasi gelombang elektromagnetik timbul akibat
adanya perbedaan antara konstanta dielektrik relatif antara lapisan yang
berbatasan.
Perbandingan energi yang direfeleksikan disebut koefesien refeleksi (R)
yang ditentukan oleh perbedaan cepat rambat gelombang elektromagnetik dan
lebih mendasar lagi adalah perbedaan dari konstanta dielektrik relatif dari medium
yang berdekatan.
Dalam perambatannya, amplitudo sinyal akan mengalami pelemahan
karena adanya energi yang hilang, sebagai akibat terjadinya refleksi / trasmisi di
tiap batas medium dan terjadi setiap kali gelombang radar melewati batas antar
medium. Faktor kehilangan energi disebabkan oleh perubahan energi
elektromagnetik menjadi panas. Penyebab dasar terjadinya atenuasi merupakan
fungsi kompleks dari sifat dielektrik dan sifat listrik medium yang dilewati oleh
sinyal radar. Faktor atenuasi tergantung pada konduktivitas, permitivitas, dan
permeabilitas magnetic medium, dimana sinyal tersebut menjalar, serta frekuensi
sinyal itu sendiri.

Untuk memeroleh hasil yang baik,GPR harus memiliki persyaratan sebagai
berikut:
a) Kopling radiasi yang efisien kedalam tanah
b) Penetrasi gelombang elektromagnetik yang efisien
c) Menghasilkan sinyal dengan aplitudo yang besar dari objek yang dideteksi
d) Bandwidth yang cukup untuk menghasilkan resolusi yang baik.
Tiga prinsip dasar yang membedakan GPR dengan radar konvensional adalah:
a) Bandwidth operasi dari GPR diletakan pada frekuensi rendah untuk
mendapatkan kedalaman penetrasi yang memadai ke dalam tanah.
b) Tidak seperti sistem radar konvensional GPR beroperasi di dekat
permukaan tanah. Ini berakibat kekasaran dari permukaan tanah dan
ketidakhomogenan tanah dapat meningkatkan clutter.
c) Kebanyakan GPR merupakan sistem radar jarak dekat (short-range).


III. TEORI YANG DIGUNAKAN

1. Gelombang elektromagnetik
Penggunaan gelombang elektromagnetik dalam ground penetrating radar
didasarkan atas persamaan maxwell yang merupakan perumusan matematis untuk
hukum-hukum alam yang melandasi semua fenomena elektromagnetik.
Perumusan tersebut dirumuskan dalam persamaan sebagai berikut :

Persamaaan Maxwell
Maxwell menunjukkan bahwa gelombang elektromagnetik adalah konsekuensi
alami dari hukum dasar yang dinyatakan dalam empat persamaan berikut.
Hukum Gauss

Yaitu fluks listrik total melalui permukaan tertutup sama dengan muatan total di
dalam permukaan yang dibagi dengan 0. Hukum ini menyiratkan bahwa medan
listrik akibat muatan titik berubah berbanding terbalik terhadap kuadrat jarak dari
muatan tersebut. Hukum ini menguraikan bagaimana garis medan listrik
memancar dari muatan positif menuju muatan negatif. Dasar percobaannya adalah
hukum Coulomb.


Hukum Gauss untuk magnetik

Hukum ini menyatakan bahwa fluks magnetik yang melewati permukaan tertutup
adalah nol. Artinya, jumlah garis-garis medan magnet yang masuk volume
tertutup harus sama dengan jumlah yang meninggalkan volume tersebut. Hal ini
menyiratkan bahwa garis-garis medan magnet tidak dapat memulai atau
mengakhiri pada titik manapun. Jika mereka melakukannya, itu berarti bahwa
monopoles magnetik terisolasi ada pada titik-titik tersebut.

Hukum induksi Faraday

adalah hukum induksi Faraday, yang menggambarkan timbulnya medan listrik
oleh fluks magnet yang berubah. Hukum ini menyatakan bahwa ggl, yang
merupakan integral garis medan listrik sekitar daerah yang ditutup, sama dengan
laju perubahan fluks magnetik melalui luas permukaan yang dibatasi oleh daerah
itu. Satu konsekuensi dari hukum Faraday adalah arus induksi dalam sebuah loop
ditempatkan dalam medan magnet yang bervariasi terhadap waktu.

Hukum Ampere-Maxwell

biasanya disebut hukum Ampere-Maxwell merupakan bentuk umum hukum
Ampere, dan menggambarkan munculnya medan magnet oleh medan listrik dan
arus listrik: integral garis medan magnet di sekitar daerah yang ditutup adalah
jumlah 0 kali net arus melalui daerah itu dan 0 0 kali laju perubahan fluks
listrik melalui setiap permukaan yang dibatasi oleh daerah itu.




2. Dari persamaan Maxwell di atas dapat diperoleh nilai kecepatan gelombang EM
pada berbagai medium, kecepatan ini tergantung kepada kecepatan cahaya (c),
konstanta relatif dielektrik(r) dan permeabilitas magnetik(r = 1 untuk material
non magnetik). Persamaan kecepatan gelombang EM dalam suatu medium adalah:


1/2

dimana :
c = kecepatan cahaya dalam ruang hampa (3 x 108 m/s)
r = konstanta dielektrik relatif
r = permeabilitas magnetik relative
P = loss factor, dimana P = / , adalah konduktifitas
= 2f, f adalah frekuensi
= permitifitas dielektrik
f = frekuensi gelombang EM
o= permitifitas ruang bebas (8,854 x 10-12 F/m)

Pada material dengan tingkat loss factor yang rendah sehingga P = 0, maka
kecepatan gelombang dapat diketahui memalui rumus :
Vm = c/

3. Koefesien refleksi
Koefesien refleksi (R) didefinisikan sebagai perbandingan energi yang
dipantulkan dan energi yang datang , persamaan untuk koefesien refleksi adalah
sebagai berikut :

Keterangan :
V1 = cepat rambat geombang elektromagnet pada lapisan 1
V2 = cepat rambat geombang elektromagnet lapisan 2, V1<V2
1 dan 2 = konstanta dielektrik relatif lapisan 1 dan lapisan 2
4. Skin depth
Skin depth adalah suatu besaran yang menyatakan kedalaman pada suatu medium
homogen dimana amplitudo gelombang elektromagnetik pada kedalaman itu
telah berkurang menjadi 1/e (mencapai 37 %) dari amplitudo awalnya di
permukaan bumi. Skin depth dirumuskan pada persamaan berikut :



Dimana :
= Skin depth
= Permititas relatif bahan
= Konduktivitas Bahan

Kedalaman penetrasi dibatasi oleh konduktifitas tanah yang rendah (atau
resisitivitas yang tinggi). Sebagai contoh, sinyal teratenuasi (penyusutan kuat
sinyal) oleh lempung yang rendah konduktivitasnya hingga kedalaman penetrasi
dapat hanya mencapai 0,2 meter. Tetapi pada garam, es, atau granit kering,
penetrasi dapat mencapai lebih dari 300 meter, hal ini dipengaruhi oleh nilai
konstanta dielektrik relatif air yang tinggi (r=81) hingga kelembaban tanah dan
batuan dapat mempengaruhi respon radar.
Lempung yang mengandung lapisan konduktif yang rendah dan tinggi
secara berselang-seling akan mempengaruhi kedalaman penetrasi, sehingga dapat
dimengerti kenapa interpretasi radar sebelum dan sesudah hujan akan
menghasilkan nilai yang berbeda. Untuk keperluan interpretasi, selain kedalaman
diperlukan juga data kecepatan perambatan gelombang elektromagnetik untuk
setiap lapisan, geometri perambatan sinyal ground penetrating radar tidak jauh
berbeda dengan seismik pantul.
Sinyal-sinyal yang dipantulkan oleh ketidak kontinuan secara horizontal
akan terekam kemudian setelah traval time tertentu, ke dalam reflektor akan
diperoleh jika kecepatan perambatan diketahui.
Pengukuran radar merupakan metode yang tepat untuk mendeteksi benda
kecil yang dekat dengan permukaan bumi (0,1 hingga 3 meter) pada tanah yang
kering dan hampir homogen dengan resistivitas elektrik yang besar mengingat
resolusinya yang tinggi, namun pada daerah dengan kadar kegaraman kecil, dapat
mencapai kedalaman 25-30 meter. Untuk penetrasi yang lebih dalam, frekuensi
transmisi harus rendah (< 200 Mhz), namun akan mengurangi resolusinya,
pemilihan frekuensi dipertimbangkan tergantung kepada kemungkinan kedalaman
penetrasi dan resolusi yang diinginkan, tentunya dengan ikut mempertimbangkan
sifat listrik dari daerah penyelidikan dan target penyelidikan.























Konstanta dielektrik relatif dan cepat rambat gelombang elektromagnetik untuk
material geologi (McCann et al, 1988)

Material

V (m/s)
Air 1 300
Water (fresh) 81 33
Water (sea) 81 33
Sand 3 6 120 170
Clay soil 3 173
Sand (wet) 25 30 55 60
Sand (dry) 3 6 120 170
Agricultural land 15 77
Average soil 16 75
Granite 5 8 106 120
Limestone 7 8 100 113
Dolomite 6,8 8 106 115
Basalt 8 106








IV. PERALATAN
Secara garis besar, peralatan yang digunakan dalam penyelidikan
geofisika menggunakan metode ground penetrating radar kurang lebih sama saja
dengan metode-metode penyelidikan lainnya yaitu :
Perangkat komputer
Control unit
Graphic recorder
Transmiter
Receiver
Antena IDS RIS TR 200MHz , wheel Kit (WHE 50 ) dan Cabel metric
Weel
Cabel LAN
Cabel Batterai
Cabel AC 300cm
Batterai Kering
Antena nnas Handle





V. AKUISISI DATA GPR
Setelah memutuskan tentang kedalaman yang akan diobservasi serta
pemilihan frekuensi berikutnya maka proses sesudahnya adalah mulai mendeteksi
kondisi bawah permukaan, dimana dalam operasi ini mula-mula operator
memindahkan kedua antena sesuai model awal yang dikehendaki.
Sinyal atau gelombang yang dipancarkan akan segera dipantulkan kembali
setelah menempuh two-way traval time tertentu, hasilnya akan terekam pada alat
grafik recorder yaitu radargram yang berbentuk penampang yang menerus,
konfigurasi inilah yang merupakan cerminan perbedaan litologi dari reflektor di
bawah permukaan.

Terdapat tiga model untuk memperoleh data penyelidikan GPR yakni :
a) Reflection profiling (antena monostatik maupun bistatik)
Cara ini dilakukan dengan membawa antena bergerak secara
simultan di atas permukaan tanah dimana nantinya hasil tampilan pada radar
gram akan merupakan kumpulan dari tiap-tiap pengamtan. Cara ini serupa
dengan cara countinous seismik reflektion profiling pada metode seismik.
Kedalaman target atau reflektor dapat diketahui jika cepat rambat
gelombang diketahui.
b) Wide angel reflection and refraction (WARR)
Cara WARR sounding ini dilakukan dengan meletakkan sumber
pemancar atau transmitter pada suatu posisi yang tetap, sedangkan receiver
dipindah-pindah sepanjang lintasan penyelidikan (Gambar 4). Cara ini
umumnya digunakan untuk reflektor yang realatif datar atau memiliki
kemiringan yang rendah. Tetapi asumsi bahwa reflektor cendrung datar
adalah tidak selalu benar, maka untuk mengatasi kelemahan ini digunakan
cara CMP, yang hanya sedikit berbeda dengan cara WARR, pada CMP
sounding, kedua antena bergerak menjauhi satu sama lainnya dengan titik
tengah pada titik yang tetap, kedua cara ini merupakan cara yang paling
umum digunakan.

c) Transilluminasi atau disebut juga radar tomografi
Cara ini dilakukan dengan menempatkan transmitter dan receiver
pada posisi yang berlawanan. Sebagai contoh jika transmitter diletakkan
pada lubang bor maka receiver diletakkan pada lubang bor lainnya (Gambar
6). cara ini umumnya digunakan pada kasus non-destructive testing (NDT)
dengan menggunakan frekuensi antena yang tinggi, sekitar 900 Mhz.

VI. PENGOLAHAN DATA

Data-data yang diperoleh pada penyelidikan harus diproses terlebih
dahulu sebelum diinterpretasikan. Karena target dan material yang ada di bawah
permukaan bumi umumnya memiliki karakter yang tidak sama (heterogen) maka
sinyal yang dipancarkan dan yang kembali akan mengalami berbagai perubahan
sepanjang lintasannya menempuh perjalanan di berbagai lapisan, sinyal dapat
berkurang (atenuasi) karena berbagai sebab.

Pemrosesan data dapat dibagi kedalam dua fase pemrosesan yaitu :

a) Selama akuisisi
Sinyal yang diterima terlebih dahulu mengalami filtrasi untuk
memilah-milah data yang diperoleh menggunakan filter yang diatur
sedemikian rupa dengan broadband seluas mungkin agar data-data yang
potensial dapat terjaring secara keseluruhan sehingga tidak memerlukan
penyelidikan ulang yang cenderung merugikan.

b) Setelah akuisisi
Untuk mendapatkan data yang lebih detail dan terfokus maka filtrasi
turut dilakukan pada pemrosesan data pasca fase akuisisi, pada tahap ini
hanya data digital yang dapat diproses, keberhasilan pemrosesan data
seringkali tergantung beberapa factor seperti biaya dan waktu yang tersedia,
kualitas data, dan kemampuan peralatan pemrosesan (hardware dan
softwarenya).

VII. TEKNIK INTERPRETASI

Pekerjaan akhir dalam penyelidikan geofisika adalah menerjemahkan data-
data sinyal yang telah diperoleh dari akuisisi untuk kemudian diplot kedalam
suatubentuk konfigurasi agar dapat dibaca dan diambil kesimpulan, pekerjaan ini
adalah interpretasi. Beberapa hal yang lazim diperhatikan dalam
penginterpretasian adalah :

a) Interpretasi grafik
Kecepatan gelombang dapat diketahui dengan berasumsi pada
suatu konstanta dielektrik relative yang mendekati atau sesuai dengan nilai
material yang diselidiki, dengan cara demikian two-way travel time
(TWT) dapat diterjemahkan menjadi kedalaman, dan jika ditambahkan
dengan pengidentifikasian sinyal pantulan dari target (refleksi), maka peta
TWT dapat dihasilkan guna menunjukkan kedalaman, ketebalan,
perlapisan, dll. Dari sini dapat diketahui nilai sebenarnya dari kecepatan
gelombang.

b) Analisa kuantitatif
Dengan menggunakan beberapa analisa, kedalaman interpretasi
sinyal juga kedalaman target atau reflektor dapat dideterminasi tergantung
kepada cukup tidaknya nilai yang diketahui dari analisa kecepatan juga
variasi konstanta dielektrik relatif material yang dilewati, juga kepada
analisa amplitude dan koefisian refleksi.

c) Kegagalan interpretasi
Dua hal yang paling sering ditemui dan dianggap sebagai
kelemahan dalam interpretasi radar adalah tidak mampu mengindentifikasi
permukaan tanah dan misi identifikasi strata hitam-putih pada radargram.
Hal ini dapat disebabkan oleh perlakuan yang dialami oleh sinyal selama
menempuh perjalanan melewati medium.

VIII. APLIKASI GPR

Pertanian dan Kehutanan :
1. Perbaikan dan pembuatan saluran drainase
2. Penataan lapangan golf
3. Keberadaan air didalam tanah (soil water content)
4. Keberadaan akar pohon
5. Keberadaan metal dalam tiang listrik kayu atau pohon

Arkeologi :
1. Bangunan tertimbun (pemetaan situs purbakala) dan pondasi
2. Ploting lokasi makam lama/ kuno
3. Penelitian tentang keberadaan bangunan bersejarah
4. Pencarian artefak

Mendeteksi benda-benda dalam tanah (terkubur) :
1. Mendeteksi pipa plastik (PVC), pipa logam dan kabel
2. Mendeteksi saluran air / limbah
3. Mendeteksi jalur pipa gas dan pipa air

Penerapan pada konstruksi bangunan (beton dan paving / lantai) :
1. Mendeteksi kabel listrik dalam lantai
2. Mendeteksi Pipa PVC dalam lantai
3. Mengukur ketebalan ubin/ lantai
4. Menentukan letak rongga dalam lantai

Penerapan dalam ilmu lingkungan :
1. Penyelidikan tanah pada perencanaan TPA (tempat pembuangan akhir)
sampah
2. Deliniasi pencemar (polutan/ kontaminan)
3. Pemantauan pengendalian pencemaran dengan cara remediasi
4. Pemetaan saluran limbah dibawah tanah
5. Keberadaaan tangki/ tempat penampungan limbah dibawah tanah
Penerapan pada ilmu forensik (kriminalitas) :
1. Pencarian benda yang dikubur
2. Pencarian terowongan bawah tanah
3. Pencarian barang bukti yang dikubur dibawah lantai / tegel

Penerapan pada ilmu geologi dan geoteknik (terutama untuk perencanaan
dan konstruksi) :
1. Identifikasi lapisan batuan/tanah rawan longsor
2. Penentuan zona tanah/soil ekspansif
3. Penyelidikan pondasi
4. Penyelidikan deformasi bendung/embung
5. Pencarian letak jalur pipa air/ drainase, untuk perbaikan sistem drainase
6. Mendeteksi lokasi galian/ tambang tua
7. Mendeteksi struktur karst (sinkhole, gua) pada batugamping
8. Stratigrafi (tatanan batuan/ tanah) dan struktur tanah

Penerapan pada ilmu hidrologi dan batimetri :
1. Pembuatan profil batimetri/ penampang dasar laut/ sungai/ danau
2. Pemetaan zona infiltrasi/ intrusi air laut
3. Keberadaan muka airtanah (mat)

Penerapan untuk kondisi lingkungan es dan bersalju :
1. Pencarian korban longsoran salju
2. Eksplorasi minyak dan gas bumi di daerah kutub
3. Memperkirakan bencana longsoran salju
4. Penerapan pada ilmu glasiologi
5. Penetuan ketebalan lapisan es pada jalan diatas es
6. Mendeteksi keberadaan obyek didalam es
7. Manajemen lokasi wisata es
8. Penentuan ketebalan salju

Penerapan pada sistem keamanan dan militer :
1. Penentuan letak kabel dan sensor/ penyadap didalam tembok
2. Pencarian letak terowongan bawah tanah
3. Mendeteksi gerakan dari korban yang tertimbun runtuhan gedung
4. Pemetaan lokasi ranjau darat
5. Penentuan lokasi proyektil dan selongsong peluru yang terkubur

Penerapan dan penambangan sedimen placer :
1. Struktur dan stratigrafi geologi pada sedimen placer
2. Penentuan bentuk dan arah penyebaran urat/mineralisasi
3. Pencarian deposit nikel laterit

Penerapan pada kegiatan tambang :
1. Keberadaan struktur kekar/ retas pada batuan atau patahan
2. Perencanaan keselamatan tambang pada tambang dalam (terowongan) dan
3. Pemetaan struktur batuan pada tambang dalam (terowongan)

Pemantauan kondisi jalan, bangunan dan jembatan :
1. Pengukuran ketebalan aspal atau timbunan
2. Evaluasi keretakan lantai jembatan
3. Penelitian kerusakan jalan/ perkerasan jalan














REFERENSI

Reynolds, John. M. 1997. An Introduction to Aplied and Environmental
Geophysics. Chichester : John Wiley & Sons.
GPR dan GEOMAGNETIK. http://kiradminner.blogspot.com/2012/01/gpr-
dan-geomagnetik.html (14 April 2014)
GEO-RADAR GPR IDS. http://tommmcfield.blogspot.com/2012/11/geo-
radar-gpr-ids.html (14 April 2014)
Persamaan Maxwell dan Gelombang Elektromagnetik. http://haurana.blog
spot.com/2013/08/persamaan-maxwell-gelombang.html
(14 April 2014)
Metode Geofisika. Metode GPR (Ground Penetrating Radar). http://
geoful.wordpress.com/metode-geofisika/. (14 April 2014)

Anda mungkin juga menyukai