JUDUL
Geologi Dan Aplikasi Metode Resistivity Untuk Identifikasi Bidang Gelincir
Longsoran Daerah Gunung Acemo Dan Sekitarnya, Distrik Tanah Rubuh, Kabupaten
Manokwari, Provinsi Papua Barat.
1
biaya relatif murah dan mampu mendeteksi perlapisan tanah sampai kedalaman
beberapa meter di bawah permukaan tanah. Oleh karena itu metode ini dapat
dimanfaatkan untuk survey daerah rawan longsor, khususnya untuk menentukan
ketebalan, (Sugito,dkk 2010).
III. PERMASALAHAN
1. Pada daerah penelitian ini belum mempunyai data data yang lengkap dalam
pemetaan geologi permukaan secara detil
2. Tidak di ketahuinya posisi bidang gelincir dari longsoran di Daerah Gunung
Acemo Distrik Tanah Rubuh Manokwari, Provinsi Papua Barat.
a. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan memberikan gambaran
mengenai kondisi geologi yang meliputi geomorfologi, tatanan stratigrafi,
struktur geologi, sejarah geologi dan potensi geologi pada daerah penelitian.
b. Mengidentifikasi bidang gelincir dari nilai resistivitas batuan pada area rawan
longsoran Di daerah Gunung Acemo Distrik Tanah Rubuh Manokwari.
2
b. Sebagai pedoman bagi pemerintah dan instansi terkait dalam upaya
penanggulangan bencana.
c. Sebagai acuan dan bahan referensi bagi mahasiswa dan semua pihak yang
membutuhkan kajian tentang Bidang Gelincir.
6.1 Fisiografi
Gambar 6.1 Fisiografi daerah Ransiki dan sekitarnya (Pieters dkk., 1989).
3
Pegunungan Arfak membentuk sebuah pegunungan yang membentang dengan
arah utara-baratlaut dengan legih utamanya dekat kelembah garis sesar S. Prafi dan S.
Ransiki, yang memberi batas secara tiba-tiba, satuan itu di barat. Ke arah timur,
pegunungan itu berangsur berubah menjadi perbukitan yang di banyak tempat
membentuk jurang di sepanjang pantai Teluk Cendrawasih. Pegunungan ini sangat
kasar, dan di tandai oleh timbulan tinggi (sampai 600 m), puncak tertinggi mencapai
2350 m di atas muka laut, (Visser & Hermes 1962).
6.2 Stratigrafi
Batuan kecur gunungapi : batulumpur hijau sedang sampai tua dan kelabu,
batupasir krakal, dan breksi dengan masa dasar batupasir, sedikit gampingan,sedimen
pasiran, dan lebih kasar berlapis buruk, batulumpur berlapis tipis, perlapisan
bersusun. Batulumpur biasanya terganggu bila tertindih oleh sedimen yang lebih
kasar kecurnya tersusun oleh keratan batuan gunungapi, plagoiklas, piroksen,
magnetit, keratan fosil atau cangkang beberapa macam semen karbonat dan biasanya
4
terdapat beberapa zeolite antar ruang. Hubungan kesembandingan tertindih selaras
oleh batugamping Maruni dan takselaras oleh Formasi Befoor, bersentuhan sesar
dengan Formasi Wai bancuh tak terpisahkan di sistem sesar Ransiki, diorite lembai,
granit Anggi dan Formasi Kemum. Sedangkan fosil lingkungan yaitu foram plangton
dan bentos dan keratan ganggang, molusca, dan koral. Sampai gabungan kapur-alkali
yang berhubungan dengan tunjaman lempeng Australia-india di bawah lereng pasifik.
Umur dari formasi ini adalah oligosen – miosen awal, (viser & hermes 1962).
5
6.3 Struktur Geologi Regional Dan Ketektonikan
6.3.1 Struktur
6.3.2 Tektonik
6
Gambar 6.3 Mandala Struktur Ransiki dan sekitarnya (Pieters dkk., 1989).
7
2. Zaroh Irayani, dkk 2016 : “Investigasi Bidang Gelincir Tanah Longsor Dengan
Metode Tahanan Jenis Dan Pengujian Sifat Plastisitas Tanah (Studi Kasus Di
Bukit Pawinihan, Sijeruk, Banjarmangu, Banjarnegara)”. Hasil interpretasi ketiga
lintasan geolistrik konfigurasi Wenner (Gambar-2, Gambar-3 dan Gambar-4)
menunjukkan bahwa litologi bawah permukaan bukit Pawinihan tersusun atas
tanah penutup (warna oranye), pasir tufan (kuning) dan batu breksi lapuk (abu-
abu). Tanah penutup memiliki nilai resistivitas antara 1-14 Ωm dengan ketebalan
bervariasi 5-7 m, pasir tufan dengan tebal sekitar 1 m (resistivitas antara 14-30
Ωm) dan batu breksi lapuk dengan nilai antara 30-118 Ωm. Lintasan 1 dan 3
berada pada bidang miring, dimana lapisan batuan tersusun sejajar dengan
ketebalan yang bervariasi, sedang lintasan 2 memiliki topografi yang relatif datar.
Kehadiran faktor pemicu longsor akan menyebabkan lintasan 1 dan 3 lebih rentan
mengalami gerakan dibandingkan lapisan 2. Kesimpulan : Litologi bukit
Pawinihan tersusun atas tanah penutup, pasir tufan dan batu breksi lapuk. Bidang
gelincir merupakan batas pasir tufan dengan batu breksi lapuk dengan kedalaman
berkisar antara 6-8 meter dengan nilai antara 30-118 Ωm. Bidang gelincir
termasuk dalam batuan dengan tingkat pelapukan 3 dan indeks platisitas 8,27 yang
bersifat kohesif.
8
>66,64 meter diperkirakan lapisan ini berupa lempung. Pada penampang
Karangsambung 2 harga resistivitas dari bidang gelincir adalah 1,19 – 4,83 Ωm
dengan kedalaman dari >16,86 meter diperkirakan lapisan ini berupa lempung.
Pada penampang Karangsambung 3 harga resistivitas dari bidang gelincir adalah
1,19 – 8,25 Ωm dengan kedalaman dari 15,43 – 87,52 meter diperkirakan lapisan
ini berupa lempung. 2. pada penampang Karangsambung 1 dan Karangsambung 2
terdapat bidang gelincir dengan zona kerentanan gerakan tanah rendah. Pada
penampang Karangsambung 3 terdapat bidang gelincir yang berpotensi terjadinya
tanah longsor dengan zona kerentanan gerakan tanah tinggi.
4. Sugito1, Zaroh Irayani2, dan Indra Permana Jati3 : “Investigasi Bidang Gelincir
Tanah Longsor Menggunakan Metode Geolistrik Tahanan Jenis Di Desa
Kebarongan Kec. Kemranjen Kab. Banyumas”. Hasil investigasi lebih lanjut
dengan teknik sounding konfiguasi Schlumber menunjukkan struktur tanah dan
batuan, sebanyak empat jenis batuan dan didominasi oleh batuan dengan nilai
tahanan jenis rendah (Gambar 4). Bidang gelincir terletak pada kedalaman 4 - 10
m, yang dapat diinterpretasikan sebagai batulempung setebal ± 6 m. kesimpulan
Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa lapisan batuan di Desa
Kebarongan terdiri atas empat lapisan batuan, yaitu tanah penutup (top soil),
lapisan pasir lempungan, lempung basah, dan pasir lempungan. Bidang gelincir
diindikasikan berupa lempung basah dengan kedalaman antara 10,31 m s/d 14,21
m. Sedangkan arah longsoran ke selatan dan tipe gerakan translasi.
9
lempung/lanau. 3. Litologi lempung/lanau pada hasil penelitian berkorelasi positif
dengan peta geologi lembar Semarang dan Magelang) dan singkapan dilapangan.
4. Jenis longsoran pada perumahan Trangkil Sejahtera adalah jenis translational
slides dan rotational slides.
Pada tahapan muda umumnya belum terganggu oleh gaya-gaya destruksional, pada
tahap dewasa perkembangan selanjutnya ditunjukkan dengan tumbuhnya sistem
drainase dengan jumlah panjang dan kedalamannya yang dapat mengakibatkan
bentuk aslinya tidak tampak lagi. Proses selanjutnya membuat topografi lebih
mendatar oleh gaya destruktif yang mengikis, meratakan, dan merendahkan
permukaan bumi sehingga dekat dengan ketinggian muka air laut (disebut tahapan
tua). Rangkaian pembentukan proses (tahapan-tahapan) geomorfologi tersebut
menerus dan dapat berulang, dan sering disebut sebagai Siklus Geomorfik.
10
1. Proses-Proses Geomorfik
Proses-proses geomorfik adalah semua perubahan fisik dan kimia yang terjadi
akibat proses-proses perubahan muka bumi. Secara umum proses-proses geomorfik
tersebut adalah sebagai berikut :
A. Proses Gradasional
a. Pelapukan, dapat berupa disentrigasi atau dekomposisi batuan dalam suatu tempat,
terjadi di permukaan, dan dapat merombak batuan menjadi klastis. Dalam proses ini
belum termasuk transportasi.
b. Perpindahan massa (mass wasting), dapat berupa perpindahan (bulk transfer) suatu
massa batuan sebagai akibat dari gaya gravitasi. Kadang-kadang (biasanya)efek dari
air mempunyai peranan yang cukup besar, namun belum merupakan suatu media
transportasi.
c. Erosi, merupakan suatu tahap lanjut dari perpindahan dan pergerakan masa batuan.
Oleh suatu agen (media) pemindah. Secara geologi (kebanyakan) memasukkan erosi
sebagai bagian dari proses transportasi.
7.2.2 Petrologi
Petrologi berasal dari dua kata yaitu “ petro “ yang berarti batu dan kata “ logos
“ yang berarti ilmu. Jadi, petrologi secara bahasa adalah ilmu yang mempelajari
11
tentang batuan. Sedangkan secara istilah petrologi adalah ilmu mengenai batuan,
secara luas mempelajari asal , kejadian ,sejarah dan sejarah batuan.
1. Igneous Rock ( Batuan Beku ), terbentuk dari magma yang asalnya dari dalam
bumi yang naik menuju permukaan dan membeku sebagai batuan yang padat pada
titik beku nya.
a. Fragmen- fragmen dari batuan sebelumnya yang telah lepas dan mengalami
erosi ( pengikisan ) dan tertransportasi.
c. Bahan-bahan terlarut air atau air tanah yang terendapkan, pada kondisi yang
jenuh.
3. Metamorphic Rock ( Batuan Metamorf ), terbentuk dari batuan apa pun yang sudah
ada sebelumnya, terubah karena adanya kenaikan temperature ( T ) dan tekanan ( P )
atau keduanya, perubahan ini menghasilkan sifat yang berbeda dari batuan asalnya
baik kenampakan tekstur ataupun komposisi mineralnya. Tetapi yang termasuk dalam
daerah penelitian adalah Batuan Sedimen.
12
a. Magma Asam (Granitic). Magma yang banyak mengandung kuarsa (SiO2)
seperti granit dan diorite dan berwana terang. Magma ini dapat menghasilkan
letusan yang hebat karena magmanya yang bersifat kental. Magma tipe ini
menghasilkan tipe Gunungapi komposit (strato) dan Gunungapi maar.
b. Magma Basa (Basaltic). Magma yang banyak mengandung besi dan magnesium,
dan berwarna gelap. Contohnya gabbro, muskovit, basalt dan biotit. Karena
sifatnya yang cair magma dapat menutupi wilayah yang luas, tetapi lapisannya
tipis. Jenis magma ini dapat dijumpai pada pematang samudera dimana kedua
lempeng saling menjauh dan berada didataran vulkanik serta serta plato pada
benua, tipe Gunungapi yang dihasilkan dari magma ini adalah tipe Hawaii, tipe
Pahoehoe dan tipe Gunungapi perisai (tameng)
c. Magma Pertengahan (Andesitic). Magma yang mengandung kuarsa, besi dan
magnesium seimbang, dan berwarna kelabu gelap. Magma ini dapat berasal dari
batuan setengah cair ataupun batuan yang sudah ada, baik dimantel ataupun kerak
bumi.
Lava adalah cairan larutan magma pijar yang mengalir keluar dari dalam bumi
melalui kawah Gunung merapi atau melalui celah (patahan) yang kemudian
membeku menjadi batuan yang bentuknya bermacam-macam. Bila cairan tersebut
encer akan meleleh jauh dari sumbernya membentuk aliran seperti sungai melalui
lembah dan membeku menjadi batuan seperti lava ropi atau lava blok (umumnya di
Indonesia membentuk lava blok). Bila agak kental, akan mengalir tidak jauh dari
sumbernya membentuk kubah lava dan pada bagian pinggirnya membeku membentuk
blok-blok lava tetapi suhunya masih tinggi, bila posisinya tidak stabil akan akan
mengalir membentuk awan panas guguran dari lava. Tipe lava antara lain :
a. Pahoehoe Lava. Lava yang pertama yang keluar dari Gunungapi. Viscositas
tinggi, aliran lava pelan. Lapisan akan mengeras, dan selanjutnya pecah
membentuk aliran baru.
13
b. A’a Lava. Permukaan kasar. Bagian-bagian pecahan disebut clinkers. Lava
seperti pasta kental dan clinkers berada pada bagian atas airan lava. Dibawah
lapisan ada core yang mengalir lava kental di dalamnya.
c. Lava Flow. Merupakan aliran lava dari batuan yang melebur. Bukan dari
erupsi eksplosif. Lava ini merusak apapun yang dilewatinya. Kecepatan aliran
tergantung bahan pembuatnya. Basalt lebih cepat, dibanding yang berasal dari
andesit.
d. Lava Pillow. Terbentuk bila terjadi di laut. Lava mendingin cepat dan
membentuk bola-bola. Bahan dasarnya biasanya basalt.
e. Lava Lake. Apabila sejumlah besar lava mengalir membentuk kawah. Ketika
kumpulan lava dalam kawah mendingin dan mongering, tetap masih disebut
kawah lava.
1. Warna Batuan Beku
Warna segar batuan beku bervariasi dari hitam, abu-abu dan putih cerah.
Warna ini sangat dipengaruhi oleh komposisi mineral penyusun batuan itu
sendiri. Apabila terjadi percampuran mineral berwarna gelap dan mineral
berwarna terang maka warna batuan beku dapat hitam berbintik-bintik putih,
abu-abu berbercak putih, atau putih berbercak hitam, tergantung warna
mineral mana yang dominan dan mana yang kurang dominan. Pada batuan
beku tertentu yang banyak mengandung mineral berwarna merah daging maka
warnanya menjadi merah-putih daging.
14
3. Struktur Batuan Beku
a. Masif atau pejal, umumnya terjadi pada batuan beku dalam. Pada batuan
beku luar yang cukup tebal, bagian tengahnya juga dapat berstruktur
masif.
b. Berlapis, terjadi sebagai akibat pemilahan kristal (segregasi) yang berbeda
pada saat pembekuan.
c. Vesikuler, yaitu struktur lubang bekas keluarnya gas pada saat
pendinginan. Struktur ini sangat khas terbentuk pada batuan beku luar.
Namun pada batuan beku intrusi dekat permukaan struktur vesikuler ini
kadang-kadang juga dijumpai. Bentuk lubang sangat beragam, ada yang
berupa lingkaran atau membulat, elip, dan meruncing atau menyudut,
demikian pula ukuran lubang tersebut. Vesikuler berbentuk melingkar
umumnya terjadi pada batuan beku luar yang berasal dari lava relative
encer dan tidak mengalir cepat. Vesikuler bentuk elips menunjukkan lava
encer dan mengalir. Sumbu terpanjang elips sejajar arah sumber dan
aliran. Vesikuler meruncing umumnya terdapat pada lava yang kental.
d. Struktur scoria (scoriaceous structure) adalah struktur vesikuler berbentuk
membulat atau elip, rapat sekali sehingga berbentuk seperti rumah lebah.
e. Struktur batu apung (pumiceous structure) adalah struktur vesikuler
dimana di dalam lubang terdapat serat-serat kaca.
f. Struktur amigdaloid (amigdaloidal structure) adalah struktur vesikuler
yang telah terisi olehh mineral-mineral asing atau sekunder.
g. Struktur aliran (flow structure) adalah struktur diman kristal berbentuk
prismatic panjang memperlihatkan penjajaran dan aliran.
4. Komposisi mineral
Berdasaran jumlah kehadiran dan asal-usulnya, maka di dalam batuan beku
terdapat mineral utama pembentuk batuan (essential minerals), mineral
tambahan (accessory minerals) dan mineral sekunder (secondary minerals).
15
a. Essential minerals, adalah mineral yang terbentuk langsung dari
pembekan magma, dalam jumlah berlimpah sehingga kehadirannya
sangat menentukan nama batuan beku.
b. Accessory minerals, adalah mineral yang juga terbentuk pada saat
pembekuan magma tetapi jumlahnya sangat sedikit sehingga
kehadirannya tidak mempengaruhi penamaan batuan. Mineral ini
misalnya kromit, magnetit, ilmenit, rutil dan zircon. Mineral esensial dan
mineral tambahan di dalam batuan beku tersebut sering disebut sebagai
mineral primer, karena terbentuk langsung sebagai hasil pembekuan dari
pada magma.
16
a. Secondary minerals, adalah mineral ubahan dari mineral primer sebagai
akibat pelapukan, reaksi hidrotermal, atau hasil metamorfisme. Dengan
demikian mineral sekunder ini tidak ada hubungannya dengan pembekuan
magma. Mineral sekunder akan dipertimbangkan mempengaruhi nam batuan
ubahan saja, yang akan diuraikan pada acara analisis batuan ubahan. Contoh
mineral sekunder adalah kalsit, klorit, pirit, limonit dan mineral lempung.
b. Gelas atau kaca, adalah mineral primer yang tidak membentuk kristal atau
amorf. Mineral ini sebagai hasil pembekuan magma yang sangat cepat dan
hanya terjadipada uan beku luar atau batuan gunungapi, sehingga sering
disebut kaca gunung api (volcanic glass).
c. Mineral felsic, adalah mineral primer atau mineral utama pembentuk batuan
beku, berwarna cerah atau terang, tersusun oleh unsur-unsur Al, Ca, K dan
Na. mineral felsic dibagi menjadi tiga, yaitu feldspar, felspatoid (foid), dan
kuarsa. Di dalam batuan, apabila mineral foid ada maka kuarsa tidak akan
muncul dan sebaliknya. Selanjutnya, feldspar dibagi lagi menjadi alkali
feldspar dan plagioklas.
d. Mineral mafik, adalah mineral primer berwarna gelap, tersusun oleh unur-
unsur Mg dan Fe. Mineral mafik terdiri dari olivine, piroksen, amfibol
(umumnya jenis hornblende), biotit, dan muskovit.
17
Istilah mafik ini sering diganti dengan basa, dan istilah felsic sering diganti
dengan asam, sekalipun tidak tepat.
b. Batuan beku dalam ultramafic adalah dunit, piroksenit, anortosit, peridotit,
dan norit. Dunit tersusun seluruhnya oleh mineral olivine, sedang piroksenit
oleh piroksen dan anortosit oleh plagioklas basa. Peridotit terdiri dari mineral
olivine dan piroksen. Norit secara dominan terdiri dari proksen dan
pllagioklas basa. Batuan beku ultramafic, umumnya bertekstur gelas
c. Batuan beku dalam mafik disebut gabbro, terdiri dari olivine, piroksen dan
plagioklas basa. Sebagai batuan beku luar kelompok ini adalah basal. Batuan
beku dalam menengah disebut diorite, tersusun oleh piroksen, amfibol dan
plagioklas menengah, sedang batuan beku luarnya dinamakan andesit. Antara
andesit dan basal ada nama batuan transisi yang disebt andesit basal (basaltic
andesit). Batuan beku dalam agak asam dinamakan diorite kuarsa atau
granodiorit, sedangkan batuan beku luarnya disebut dasit. Mineral
penyusunnya hampir mirip dengan diorite atau andesit, tetapi ditambah kuarsa
dan alkali feldspar, sementara plagioklasnya secara berangsur berubah ke
asam. Apabila alkali feldspar dan kuarsanya semakin bertambah dan
plagioklasnya semakin asam maka sebagai batuan beku dalam asam
dinamakan granit, sedang batuan beku luarnya dalah riolit. Di dalam batuan
beku asam ini mineral mafik yang mungkin hadir adalah biotit, muskovit, dan
kadang-kadang amfibol. Batuan beku dalam sangat asam, dimana alkali
feldspar lebih banyak daripada plagioklas adalah sienit, sedang pegmatite
hanyalah tersusun oleh alkali feldspar dan kuarsa. Batuan beku yang tersusun
oleh gelas saja disebut obsidian, dan apabila berstruktur perlapisan disebut
perlit.
Nama-nama batuan beku tersebut di atas sering ditambah dengan aspek
tekstur, struktur dan atau komposisi mineral yang sangat menonjol. Sebagai
contoh, andesit porfi, basal vesikuler dan andesit piroksen. Penambahan nama
komposisi mineral tersebut umumnya diberikan apabila persentase kehadirannya
paling sedikit 10%.
18
Tabel 7.2.3 Klasifikasi batuan beku (O’Dunn & Sill, 1986).
19
dan mempunyai arti penting dalam menentukan umur batuan dan lingkungan
pengendapan. Batuan Sedimen adalah batuan yang terbentuk karena proses diagnesa
dari material batuan lain yang sudah mengalami sedimentasi. Sedimentasi ini
meliputi proses pelapukan, erosi, transportasi, dan deposisi. Proses pelapukan yang
terjadi dapat berupa pelapukan fisik maupun kimia. Proses erosi dan transportasi
dilakukan oleh media air dan angin. Proses deposisi dapat terjadi jika energi transport
sudah tidak mampu mengangkut partikel tersebut.
Batuan sedimen terbentuk dari batuan-batuan yang telah ada sebelumnya yang
terendapkan di tempat-tempat yang relatif lebih rendah letaknya, misalnya: di laut,
samudera, ataupun danau-danau. Mula-mula sediment merupakan batuan-batuan
lunak,akan tetapi karean proses diagenesa sehingga batuan-batuan lunak tadi akan
menjadi keras. Proses diagnesis adalah proses yang menyebabkan perubahan pada
sediment selama terpendamkan dan terlitifikasikan, sedangkan litifikasi adalah proses
perubahan material sediment menjadi batuan sediment yang kompak. Proses
diagnesis ini dapat merupakan kompaksi yaitu pemadatan karena tekanan lapisan di
atas atau proses sedimentasi yaitu perekatan bahan-bahan lepas tadi menjadi batuan
keras oleh larutan-larutan kimia misalnya larutan kapur atau silisium. Sebagian
batuan sedimen terbentuk di dalam samudera. Bebrapa zat ini mengendap secara
langsung oleh reaksi-reaksi kimia misalnya garam (CaSO4.nH2O). adapula yang
diendapkan dengan pertolongan jasad-jasad, baik tumbuhan maupun hewan. Batuan
endapan yang langsung dibentuk secara kimia ataupun organic mempunyai satu sifat
yang sama yaitu pembentukkan dari larutan-larutan. Disamping sedimen-sedimen di
atas, adapula sejenis batuan sejenis batuan endapan yang sebagian besar mengandung
bahan-bahan tidak larut, misalnya endapan puing pada lereng pegunungan-
pegunungan sebagai hasil penghancuran batuan-batuan yang diserang oleh pelapukan,
penyinaran matahari, ataupun kikisan angin. Batuan yang demikian disebut alluvium
jika dihanyutkan oleh air, sifat utama dari batuan sedimen adalah berlapis-lapis dan
pada awalnya diendapkan secara mendatar. Lapisan-lapisan ini tebalnya berbeda –
20
beda dari beberapa centimeter sampai beberapa meter. Di dekat muara sungai
endapan-endapan itu pada umunya tebal, sedang semakin maju ke arah laut endapan-
endapan ini akan menjadi tipis dan akhirnya hilang. Di dekat pantai, endapan-
endapan itu biasanya merupakan butir-butir besar sedangkan ke arah laut kita
temukan butir yang lebih halus lagi. ternyata lapisan-lapisan dalam sedimen itu
disebabkan oleh beda butir batuan yang diendapkan. Biasanya di dekat pantai akan
ditemukan batupasir, lebih ke arah laut batupasir ini berganti dengan batulempung,
dan lebih dalam lagi terjadi pembentukkan batugamping
A. Warna
Secara umum warna pada batuan sedimen akan dipengaruhi oleh beberapa faktor,
yaitu :
d. Derajat kehalusan butir penyusunnya. Pada batuan dengan komposisi yang sama
jika makin halus ukuran butir maka warnanya cenderung akan lebih gelap. Warna
batuan juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan pengendapan, jika kondisi
lingkungannya reduksi maka warna batuan menjadi lebih gelap dibandingkan pada
lingkungan oksidasi. Batuan sedimen yang banyak kandungan material organic
(organic matter) mempunyai warna yang lebih gelap.
B. Tekstur
21
digunakan untuk menginterpetasi lingkungan pengendapan batuan sediment. Secara
umum batuan sedimen dibedakan menjadi dua, yaitu tekstur klastik dan non klastik.
a. Tekstur klastik
Unsur dari tekstur klastik fragmen, massa dasar (matrik) dan semen.
• Fragmen : Batuan yang ukurannya lebih besar daripada pasir.
• Matrik : Butiran yang berukuran lebih kecil daripada fragmen dan
>5 mm = kasar
1-5 mm = sedang
<1 mm = halus
Jika kristalnya sangat halus sehingga tidak dapat dibedakan disebut mikrokristalin.
b. Tekstur nonklastik
Ukuran Butir
Ukuran butir yang digunakan adalah skala Wenworth, yaitu :
22
Table 7.2.4 Skala Wenworth (Uden Wentworth tahun 1922).
Tingkat kebundaran butir dipengaruhi oleh komposisi butir, ukuran butir, jenis
proses transportasi dan jarak transport. Butiran dari mineral yang resisten seperti
kwarsa dan zircon akan berbentuk kurang bundar dibandingkan butiran dari mineral
kurang resisten seperti feldspar dan pyroxene. Butiran berukuran lebih besar daripada
yang berukuran pasir. Jarak transport akan mempengaruhi tingkat kebundaran butir
dari jenis butir yang sama, makin jauh jarak transport butiran akan makin bundar.
Pembagian kebundaran :
23
Gambar 7.2.4 Derajat kebundaran, (Boggs 1995).
2. Sortasi (Pemilahan)
Pemilahan adalah keseragaman dariukuran besar butir penyusun batuan
sediment, artinya bila semakin seragam ukurannya dan besar butirnya maka,
pemilahan semakin baik. Pemilahan yaitu kesergaman butir didalam batuan sedimen
klastik.bebrapa istilah yang biasa dipergunakan dalam pemilahan batuan, yaitu :
· Sortasi buruk : bila besar butir tidak merata, terdapat matrik dan fragmen.
3. Kemas (Fabric)
• Kemas terbuka : bila butiran tidak saling bersentuhan (mengambang dalam matrik).
24
1. Struktur
Struktur sedimen merupakan suatu kelainan dari perlapisan normal batuan
sedimen yang diakibatkan oleh proses pengendapan dan energi pembentuknya.
Pembentukkannya dapat terjadi pada waktu pengendapan maupun segera setelah
proses pengendapan. Pada batuan sedimen dikenal dua macam struktur, yaitu :
25
7.2.5 Struktur Geologi
Geologi struktur adalah bagian dari ilmu geologi yang mempelajari tentang
bentuk (arsitektur) batuan sebagai hasil dari proses deformasi. Adapun deformasi
batuan adalah perubahan bentuk dan ukuran pada batuan sebagai akibat dari gaya
yang bekerja di dalam bumi. Secara umum pengertian geologi struktur adalah ilmu
yang mempelajari tentang bentuk arsitektur batuan sebagai bagian dari kerak bumi
serta menjelaskan proses pembentukannya. Beberapa kalangan berpendapat bahwa
geologi struktur lebih ditekankan pada studi mengenai unsur-unsur struktur geologi,
seperti perlipatan (fold), rekahan (fracture), patahan (fault), dan sebagainya yang
merupakan bagian dari satuan tektonik (tectonic unit), sedangkan tektonik dan
geotektonik dianggap sebagai suatu studi dengan skala yang lebih besar, yang
mempelajari obyek-obyek geologi seperti cekungan sedimentasi, rangkaian
pegunungan, lantai samudera, dan sebagainya.
26
7.2.6 Gerakan Tanah
Gerakan tanah adalah gerakan perpindahan atau gerakan lereng dari bagian atas
atau perpindahan massa tanah maupun batu pada arah tegak, mendatar atau miring
dari kedudukan semula (Varnes, 1978 dalam Zufialdi Zakaria, 2009). Gerakan tanah
merupakan suatu konsekuensi fenomena dinamis alam untuk mencapai kondisi baru
akibat gangguan keseimbangan lereng yang terjadi baik secara alamiah maupun
akibat ulah manusia.
Jenis jenis gerakan tanah di bagi menjadi 6, Berikut ini adalah beberapa jenis
jenis gerakan tanah :
1. Longsoran Translasi.
Longsoran translasi adalah bergeraknya massa tanah dan batuan pada bidang
gelincir berbentuk rata atau menggelom-bang landai. Ilustrasi longsoran translasi
lihat gambar berikut:
27
2. Longsoran Rotasi.
Longsoran rotasi adalah bergeraknya massa tanah dan batuan pada bidang
gelincir berbentuk cekung. Ilustrasi longsoran rotasi lihat gambar berikut:
3. Pergerakan Blok.
Pergerakan blok adalah perpindahan batuan yang bergerak pada bidang
gelincir berbentuk rata. Longsoran ini disebut juga longsoran translasi blok batu.
Ilustrasi pergerakan blok lihat gambar berikut:
28
4. Runtuhan Batu.
Runtuhan batu terjadi ketika sejumlah besar batuan atau material lain bergerak
ke bawah dengan cara jatuh bebas. Umumnya terjadi pada lereng yang terjal
hingga menggantung, terutama di daerah pantai. Batu-batu besar yang jatuh
dapat menyebabkan kerusakan yang parah. Ilustrasi runtuhan batu lihat gambar
di bawah:
5. Rayapan Tanah.
Rayapan tanah adalah jenis tanah longsor yang bergerak lambat. Jenis
tanahnya berupa butiran kasar dan halus. Jenis tanah longsor ini hampir tidak
dapat dikenali. Setelah waktu yang cukup lama, longsor jenis rayapan ini bisa
menyebab-kan tiang-tiang telepon, pohon, atau rumah miring ke bawah. Ilustrasi
rayapan tanah lihat gambar berikut:
29
Gambar 7.2.7.5 Rayapan tanah, (Varnes, 1978).
30
7.2.8 Faktor – Faktor Gerakan Tanah & Bidang Gelincir
Gerakan tanah ini dapat diakibatkan oleh faktor eksternal dan faktor internal.
Faktor eksternal penyebab longsor yaitu faktor yang berasal dari luar lereng dan
faktor internal penyebab longsor yaitu faktor yang berasal dari dalam lereng atau
lokasi longsor yaitu seperti adanya struktur geologi atau bidang diskontinuitas berupa
kekar (joint), sesar (fault), lipatan (fold), urat (vein), kondisi massa batuan, dan
kondisi air bawah permukaan serta curah hujan ikut andil dalam penentuan kestabilan
lereng.
Bidang gelincir terbentuk akibat penjenuhan air yang terakumulasi dan
bergerak lateral di atas permukaan lapisan tanah atau batuan yang sulit tertembus
oleh air. Jika air menembus sampai lapisan kedap air, maka permukaan batuan
lapisan kedap air akan melapuk, sehingga menjadi licin. Lapisan yang licin inilah
yang disebut bidang gelincir. Lapisan yang melapuk di atas bidang gelincir akan
bergerak mengikuti lereng dan keluar lereng, sehingga terjadi longsor. Bidang
gelincir merupakan bidang praduga tempat bergeraknya material yang mengalami
longsor. Gerakan material diakibatkan oleh terganggunya kestabilan batuan penyusun
lereng tersebut, (Zufialdi Zakaria, 2009: Varnes, 1978).
Metode geolistrik adalah suatu teknik investigasi dari permukaan tanah untuk
mengetahui lapisan-lapisan batuan atau material berdasarkan pada prinsip bahwa
lapisan batuan atau masing-masing material mempunyai nilai resistivitas atau
hambatan jenis yang berbeda-beda. Tujuan dari survei geolistrik adalah untuk
menentukan distribusi nilai resistivitas dari pengukuran yang dilakukan di permukaan
tanah (Juan Pandu Gya Nur Rochman, dkk, 2017).
31
bumi (Juan Pandu Gya Nur Rochman, dkk, 2017). Caranya dengan mengalirkan arus
ke dalam bumi melalui dua elektroda arus, kemudian polarisasi arus tersebut yang
menjalar di dalam bumi diukur potensialnya melalui dua elektroda potensial. Setelah
diketahui besar arus dan besar potensial maka dihitung resistivitas semunya dengan
rumus :
Beda potensial yang terjadi antara MN yang disebabkan oleh injeksi arus pada AB
adalah
∆𝑉 = 𝑉M − 𝑉𝑁
𝐼𝑝 1 1 1 1
∆𝑉 = 2𝜋 [(𝐴𝑀 − 𝐵𝑀) − (𝐴𝑁 − 𝐵𝑁)]
1 1 1 1
ρ = 2𝜋 [(𝐴𝑀! − 𝐵𝑀) − (𝐴𝑁 − 𝐵𝑁)]-1
Sehingga,
∆𝑉
ρ=K 𝐼
dengan I arus dalam Ampere, ΔV beda potensial dalam Volt, ρ tahanan jenis dalam
Ohm meter dan k faktor geometri elektroda dalam meter.
Maka:
1 1 1 1
𝑘 = 2𝜋 (𝐴𝑀 − 𝐵𝑀) − (𝐴𝑁 − 𝐵𝑁)-1
32
7.2.9.1 Konfigurasi elektroda
a. Konfigurasi Wenner
Pengukuran ini dilakukan dengan cara meletakkan titik titik elektroda dengan
beda jarak satu sama lain yang sama. Elektroda yang bersebelahan akan berjarak
sama (AM = MN = NB = a). Konfigurasi Wenner mempunyai keunggulan dalam
tingkat sensitivitas terhadap pengaruh nonhomogenitas benda di bawah permukaan
bumi secara lateral dan memiliki resolusi vertikal yang bagus. Sehingga konfigurasi
Wenner ini cocok digunakan untuk mengidentifikasi jenis batuan dibawah permukaan
bumi pada setiap lapisan. Konfigurasi Wenner merupakan konfigurasi yang tepat
untuk mendapatkan informasi perubahaan harga resistivitas baik arah lateral maupun
vertikal, jadi Konfigurasi Wenner baik digunakan untuk pemetaan jenis batuan
berdasarkan tahanan jenisnya, ( Sendi Mutia dkk, 2018).
b. Konfigurasi Dipole-Dipole
Pengukuran ini dilakukan dengan cara yang sangat berbeda dengan dua
konfigurasi diatas. Elektroda potensial diletakkan berjauhan dengan jarak na dari
elektroda arus. kelebihan dari konfigurasi ini adalah biaya yang dikeluarkan tidaklah
mahal jika dibandingkan dengan wenner dan schlumberger. konfigurasi ini juga dapat
digunakan untuk mapping, yaitu pengukuran yang memfokuskan hasil secara lateral.
untuk kekurangannya adalah konfigurasi ini memiliki kualitas sinyal yang jelek jika
33
dibandingkan wenner dan schlumberger. Selain dipole-dipole kita dapat melakukan
pengurangan elektroda sehingga konfigurasi tersebut menjadi dipole-dipole
(pengurangan 1 elektroda) atau pole-pole (2 elektroda).
34
Geolistrik POWER
Elektroda Voltmeter
V
A M O N B
L l
Gambar 7.2.9.3 Skema susunan peralatan geolistrik metode tahanan jenis konfigurasi
Schlumberger (Adhi 2007).
35
2. Konduksi elektrolitik terjadi jika batuan/mineral bersifat pori-pori tersebut terisi
oleh cairan-cairan elektrolitik. Pada kondisi ini arus listrik dibawa oleh ion-ion
elektrolit. Konduktivitas dan resistivitas batuan porous bergantung pada volume dan
susunan pori-porinya. Konduktivitas akan semakin besar jika kandungan air dalam
batuan bertambah banyak dan sebaliknya resistivitas akan semakin besar jika
kandungan air dalam batuan berkurang.
3. Konduksi dielektrik terjadi jika batuan/mineral bersifat dielektrik terhadap aliran
arus listrik, artinya batuan atau mineral tersebut mempunyai elektron bebas sedikit
bahkan tidak sama sekali. Tetapi karena adanya pengaruh medan listrik dari luar
maka elektron dalam bahan berpindah dan berkumpul terpisah dari inti sehingga
terjadi polarisasi. Berdasarkan harga resistivitas listriknya, batuan/mineral
digolongkan menjadi tiga yaitu:
1. Konduktor baik : 10-8<ρ<1 ohm meter
2. Konduktor pertengahan : 1<ρ<107 ohm meter
3. Isolator : ρ<107 ohm meter
Resistivitas (ρ) adalah kemampuan suatu bahan untuk mengantarkan arus listrik yang
bergantung terhadap besarnya medan istrik dan kerapatan arus. Semakin besar
resistivitas suatu bahan maka semakin besar pula medan listrik yang dibutuhkan
untuk menimbulkan sebuah kerapatan arus, Satuan untuk resistivitas adalah Ω.m.
36
Table 7.2.10 Resistivitas Batuan Beku Dan Batuan Metamorf (Telford Et Al. 1976).
37
Quartzites (various) 10 – 2 x 108
Table 7.2.10 Resistivitas Batuan Sedimen (Telford Et Al. 1976).
Batuan Resistivitas(Ωm)
Consolidated shales (serpihan 20 – 2 x 103
gabungan)
Argillites 10 – 8 x 102
Konglomerat 2 x 103 – 104
Batupasir 1 – 6.4 x 108
Batugamping 50 – 107
Dolomite 3.5 x 102 – 5 x 103
Unconsolidated wet clay (lempung 20
basah tidak gabungan)
Marls 3 – 70
Lempung 1 – 100
Alluvium dan pasir 10 – 800
Oil sands 4 – 800
38
7.2.11 S-Field
39
VIII. METODE PENELITIAN
1. Waktu
Rencana Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2018, yang berjudul
tentang, Geologi Dan Aplikasi Metode Resistivity Untuk Identifikasi Bidang Gelincir
Longsoran Daerah Gunung Acemo Dan Sekitarnya, Distrik Tanah Rubuh, Kabupaten
Manokwari, Provinsi Papua Barat.
Minggu 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Pembuatan
proposal
Seminar proposal
Survey lokasi
penelitian
Pengambilan data
Pengolahan data
Seminar skripsi
40
2. Tempat
41
8.2 Bahan dan Alat
1. Bahan
Bahan yang dibutuhkan Pada penelitian yang akan dilaksanakan Di Gunung
Acemo Distrik Tanah Rubuh Manokwari yaitu:
a. Peneliti Terdahulu
2. Alat
Sedangkan alat yang akan di pakai dalam penelitian ini tertera pada tabel
sebagai berikut :
42
11 S-field Alat geolistrik multichannel 1 buah
43
8.3 Prosedur Penelitian
ALAT DAN
BAHAN
TAHAP
PERSIAPAN STUDI PUSTAKA
SURVEY
PENGOLAHAN
DATA
TAHAP
PENGOLAHAN DAN
ANALISIS DATA
ANALISIS DATA
HASIL
PELAPORAN
44
8.4 Variabel Pengamatan
Pengolahan data dalam penelitian ini di jabarkan dalam diagram alir sebagai
berikut :
45
ALAT DAN
TAHAP PERSIAPAN BAHAN
SURVEY
LAPANGAN
TAHAP PEMETAAN
PENGAMATAN SINGKAPAN
LABORATORIUM STUDIO
TAHAP
PENGOLAHAN DATA
ANALISIS DATA
ANALISIS DATA
PELAPORAN
DAN
PRESENTASI
46
TAHAP PERSIAPAN
ALAT DAN
BAHAN
MENENTUKAN TITIK
PEMASANGAN ALAT
LINTASAN &
GEOLISTRIK KONFIGURASI
MENGUKUR PANJANG
WENNER
LINTASAN
1.DATA GEOLISTRIK
3.DATA GEOLISTRIK
8.LEAST- SQORES INVERSION
4.RES2DIVN
9.DISPLAY TOPOGRAPHY
5.FILE
10.TOPOGRAPHY OPTION
6.INVERSON
47
Keterangan :
1. Geolistrik (Konfigurasi Wenner) sebagai data yang akan di olah, data ini
berasal dari daerah penelitian.
2. Tahap selanjutnya yaitu mengoreksi data Wenner di dalam software
Excel.
3. Data geolistrik ini hasil pengoreksian di tahap sebelumnya.
4. RES2DIVN adalah software yang akan menghasilkan penampang restivity
dalam bentuk 2D.
5. File merupakan menu untuk mengambil data geolistrik yang telah di
koresi.
6. Sedangkan inverson menu yang memunculkan sub menu Chooose
logarithm of apparen resistivity.
7. Chooose logarithm of apparen resistivity adalah menu untuk membaca
data nilai resistivitas.
8. Selanjutnya Least-sqores inversion sebagai menu untuk memunculkan
gambar resistivity.
9. Display topography yaitu menu yang dipakai untuk membuat gambaran
topography resistivity.
10. Dan topography option menu sebagai memunculkan gambar dalam
bentuk topography resistivity.
11. Penampang resistiviy 2D.
48
8.5.2 Anaisis data
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
RIWAYAT HIDUP
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR SINGKATAN DAN SIMBOL
DAFTAR LAMPIRAN
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Masalah Penelitian
1.3 Batasan Masalah
1.4 Tujuan dan Manfaat Penilitian
II. TINJAUAN PUSTAKA
49
2.1 Penelitian Terdahulu
2.2 Fisiografi
2.3 Geomorfologi
2.4 Stratigrafi
2.5 Struktur dan Tektonik
2.6 Dasar teori
III. METODE PENELITIAN
1.1 Waktu dan Tempat
1.2 Alat dan Bahan
1.3 Prosedur Penelitian
1.4 Variabel Pengamatan
1.5 Pengolahan dan Analisis Data
50
DAFTAR PUSTAKA
51
Fx Yudi Tryono, dkk. 2016. Aplikasi Metode Geolistrik Tahanan Jenis
Untuk Identifikasi Bidang Gelincir Di Daerah Nglajo, Kecamatan
Cepu Kabupaten Blora, Jawa Tengah.
Hani Afnita Murti, 2009. Analisis Pendugaan Potensi Akifer Dengan
Metode Geolistrik Resistivitas Sounding Dan Mapping Di Kawasan
Karst Kecamatan Giritontro Kabupaten Wonogiri.
Hakim, dkk. 2016. Aplikasi Konfigurasi Wenner Dalam Menganalisis Jenis
Material Bawah Permukaan, Program Studi Fisika, Fakultas Sains
Universitas Cokroaminoto.
Juan Pandu Gya Nur Rochman, dkk, 2017. Aplikasi Metode Geolistrik
Tahanan Jenis Untuk Mengetahui Bawah Permukaan Dikomplek
Candi Belahan (Candi Gapura), Teknik Geofisika, Fakultas Teknik
Sipil Dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Norman L. Bowen, 1929 -1930, dalam Ade Akhyar Nurdin 2009.
Mikropaleontologi Dasar - Dasar Mikropaleontologi (Batuan,
Stratigrafi, Sedimentologi). Program Studi Teknik Geologi Jurusan
Teknik Fakultas Sains Dan Teknik Universitas Jenderal
Soedirman Purbalingga.
O’dunn & Sill, 1986. dalam Ade Akhyar Nurdin 2009. Mikropaleontologi
Dasar - Dasar Mikropaleontologi (Batuan, Stratigrafi,
Sedimentologi). Program Studi Teknik Geologi Jurusan Teknik
Fakultas Sains Dan Teknik Universitas Jenderal Soedirman
Purbalingga.
Pieters dkk., 1989. Peta Geologi Lembar Ransiki, Irian Jaya sekala 1 :
250.000. Geological map of the ransiki sheet irian jaya.
Reynolds, 1997 dalam Vicky Nur Amry Effendy 2012. Aplikasi Metode
Geolistrik Konfigurasi Dipole-Dipole untuk Mendeteksi Mineral
Mangan (Physical Modeling), Jurusan Fisika Fakultas Matematika
Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Jember.
Robinson, dkk, 1978. Buku Geologi Regional Lembar Ransiki, keterangan
dan peta geologi lembar ransiki, irian jaya.
Sendi Mutia, dkk Maret 2018. Pillar Of Physics, Vol. 11, No 1. Identifikasi
Jenis Batuan Menggunakan Metode Geolistrik Tahanan Jenis
Konfigurasi Wenner. Mahasiswa Jurusan Fisika Fmipa Unp.
Sugito, dkk, 2010. Investigasi Bidang Gelincir Tanah Longsor
Menggunakan Metode Geolistrik Tahanan Jenis Di Desa
Kebarongan Kec. Kemranjen Kab. Banyumas.
52
Sulaiman, 2016. Identifikasi Bidang Gelincir Tanah Menggunakan Metode
Geolistrik Konfigurasi Wenner, Studi Kasus Area Rawan Longsor :
Desa Selopamioro Kec. Imogiri Kab. Bantul.
Uden 1914, Wentworth, Tahun 1922. dalam Rivan N Madilana on Mei 27,
2015 . Klasifikasi Skala Wentworth.
Telford Et Al. 1976: 455. Table Resistivitas Batuan dalam. Arifah
Rahmawati, 2009. Pendugaan Bidang Gelincir Tanah Longsor
Berdasarkan Sifat Kelistrikan Bumi Dengan Aplikasi Geolistrik
Metode Tahanan Jenis Konfigurasi Schlumberger (Studi Kasus Di
Daerah Karangsambung Dan Sekitarnya, Kabupaten Kebumen).
Visser & Hermes, 1962. Buku Geologi Regional Lembar Ransiki,
keterangan dan peta geologi lembar ransiki, irian jaya.
Zaroh Irayani, dkk 2016. Investigasi Bidang Gelincir Tanah Longsor
Dengan Metode Tahanan Jenis Dan Pengujian Sifat Plastisitas
Tanah (Studi Kasus Di Bukit Pawinihan, Sijeruk, Banjarmangu,
Banjarnegara)”.
Zufialdi Zakaria, 2009. dalam Varnes, 1978. Analisis Kestabilan Lereng
Tanah Laboratorium Geologi Teknik, Prog. Studi Teknik Geologi -
Ftg-Unpad.
53