Anda di halaman 1dari 6

RESUME

ANALISIS LONGSORAN

A.

Longsoran Tanah
Longsoran Tanah atau gerakan tanah adalah proses perpindahan masa

batuan / tanah akibat gaya berat (gravitasi). Longsoran tanah telah lama menjadi
perhatian ahli geologi karena dampaknya banyak menimbulkan korban jiwa
maupun kerugian harta benda. Tidak jarang pemukiman yang dibangun di sekitar
perbukitan kurang memperhatikan masalah kestabilan lereng, struktur batuan,
dan proses proses geologi yang terjadi di kawasan tersebut sehingga secara
tidak sadar potensi bahaya longsoran tanah setiap saat mengancam jiwanya.
Faktor internal yang menjadi penyebab terjadinya longsoran tanah adalah daya
ikat (kohesi) tanah/batuan yang lemah sehingga butiran-butiran tanah/batuan
dapat terlepas dari ikatannya dan bergerak ke bawah dengan menyeret butiran
lainnya yang ada disekitarnya membentuk massa yang lebih besar. Lemahnya
daya ikat tanah/batuan dapat disebabkan oleh sifat kesarangan (porositas) dan
kelolosan air (permeabilitas) tanah/batuan maupun rekahan yang intensif dari
masa

tanah/batuan

tersebut.

Sedangkan

faktor

eksternal

yang

dapat

mempercepat dan menjadi pemicu longsoran tanah dapat terdiri dari berbagai
faktor yang kompleks seperti kemiringan lereng, perubahan kelembaban
tanah/batuan karena masuknya air hujan, tutupan lahan serta pola pengolahan
lahan, pengikisan oleh air yang mengalir (air permukaan), ulah manusia seperti
penggalian dan lain sebagainya.

B.

Tipe tipe longsoran tanah


Berdasarkan tipenya, longsoran tanah dapat dikelompokkan menjadi 3

(tiga) yaitu:
a.

Longsoran tanah tipe aliran lambat (slow flowage ) terdiri dari:


1. Rayapan (Creep): perpindahan material batuan dan tanah ke arah
kaki lereng dengan pergerakan yang sangat lambat.
2. Rayapan tanah (Soil creep): perpindahan material tanah ke arah kaki
lereng

3. Rayapan talus (Talus creep): perpindahan ke arah kaki lereng dari


material talus/scree.
4. Rayapan batuan (Rock creep): perpindahan ke arah kaki lereng dari
blok-blok batuan.
5. Rayapan batuan glacier (Rock-glacier creep): perpindahan ke arah
kaki lereng dari limbah batuan.
6. Solifluction/Liquefaction: aliran yang sangat berlahan ke arah kaki
lereng dari material debris batuan yang jenuh air.
b.

Longsoran tanah tipe aliran cepat (rapid flowage) terdiri dari :


1. Aliran lumpur (Mudflow) : perpindahan dari material lempung dan
lanau yang jenuh air pada teras yang berlereng landai.
2.

Aliran masa tanah dan batuan (Earthflow): perpindahan secara cepat


dari material debris batuan yang jenuh air.

3. Aliran campuran masa tanah dan batuan (Debris avalanche): suatu


aliran yang meluncur dari debris batuan pada celah yang sempit dan
berlereng terjal.
c.

Longsoran tanah tipe luncuran (landslides) terdiridari :


1. Nendatan (Slump): luncuran kebawah dari satu atau beberapa bagian
debris batuan, umumnya membentuk gerakan rotasional.
2. Luncuran dari campuran masa tanah dan batuan (Debris slide):
luncuran yang sangat cepat ke arah kaki lereng dari material tanah
yang tidak terkonsolidasi (debris) dan hasil luncuran ini ditandai oleh
suatu bidang rotasi pada bagian belakang bidang luncurnya.
3. Gerakan jatuh bebas dari campuran masa tanah dan batuan (Debris
fall): adalah luncuran material debris tanah secara vertikal akibat
gravitasi.
4. Luncuran masa batuan (Rock slide): luncuran dari masa batuan
melalui

bidang

perlapisan,

joint

(kekar),

atau

permukaan

patahan/sesar.
5. Gerakan jatuh bebas masa batuan (Rock fall): adalah luncuran jatuh
bebas dari blok batuan pada lereng-lereng yang sangat terjal.
6. Amblesan

(Subsidence):

penurunan

permukaan

disebabkan oleh pemadatan dan isostasi/gravitasi.

tanah

yang

C.

Faktor penyebab longsoran tanah


Faktor

faktor

yang

mempengaruhi

longsoran

tanah

dapat

dikelompokkan menjadi 2, yaitu faktor yang bersifat pasif dan faktor yang bersifat
aktif.
a.

Faktor yang bersifat pasif pada longsoran tanah adalah:


1. Litologi: material yang tidak terkonsolidasi atau rentan dan mudah
meluncur karena basah akibat masuknya air ke dalam tanah.
2. Susunan Batuan (stratigrafi): perlapisan batuan dan perselingan
batuan antara batuan lunak dan batuan keras atau perselingan antara
batuan yang permeable dan batuan impermeabel.
3. Struktur geologi: jarak antara rekahan/joint pada batuan, patahan,
zona hancuran, bidang foliasi, dan kemiringan lapisan batuan yang
besar.
4. Topografi: lereng yang terjal atau vertikal.
5. Iklim: perubahan temperatur tahunan yang ekstrim dengan frekuensi
hujan yang intensif.
6. Material organik: lebat atau jarangnya vegetasi.

b.

Faktor yang bersifat aktif pada longsoran tanah adalah:


1. Gangguan yang terjadi secara alamiah ataupun buatan.
2. Kemiringan lereng yang menjadi terjal karena aliran air.
3. Pengisian air ke dalam tanah yang melebihi kapasitasnya, sehingga
tanah menjadi jenuh air.
4. Getaran-getaran tanah yang diakibatkan oleh seismisitas atau
kendaran berat.
Vernes (1958, dalam Verhoef, 1994) membagi faktor-faktor penyebab

longsoran menjadi dua bagian, yaitu faktor-faktor yang menyebabkan kenaikan


tegangan dan faktor-faktor yangmenyebabkan penurunan kekuatan geser
tanah.Jenis longsoran menurut Vernes D. J. (1978, dalam Bandono dan Sadisun,
1997) dapatdikelompokan menjadi 6 kelompok, yaitu : jatuhan, robohan,
longsoran, pancaran lateral, aliran,dan kombinasi
Tabel 1. Klasifikasi longsoran berdasarkan Vernes(1978)

Sumber: http://www.scribd.com/doc/27880396/Analisis-Longsoran-Batu-Dengan-MetodeProyeksi-Stereografi

Dalam kasus kestabilan lereng yang tersusun oleh batuan, prinsip dasar
yang perlu diperhatikanadalah kerapatan (frekuensi), orientasi dan kekuatan
bidang diskontinu pada massa batuan (Price, 1979). Kekuatan material dapat
menghasilkan lereng yang lebih besar menjadi stabil, tetapi jikalereng tersebut
memiliki

bidang-bidang

diskontinu,

maka

bidang

untukdiperhatikan, seperti tergambar pada

Gambar 1
Mekanisme logsoran dengan kekar terbuka

KESIMPULAN

tersebut

penting

Tanah longsor adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa


batuan,bahan rombakan, tanah, atau material campuran tersebut. Materialmaterial tersebut bergerak ke bawah atau keluar lereng. Proses terjadinya tanah
longsor diawali denganmeresapnya air ke dalam tanah yang kemudian akan
menambah bobot tanah. Jika airtersebut menembus sampai tanah kedap air
yang berperan sebagai bidang gelincir, makatanah menjadi licin dan tanah
pelapukan di atasnya akan bergerak mengikuti lereng dankeluar lereng.
Bencana tanah longsor ini dapat terjadi jika gaya pendorong pada
lerenglebih besar dari gaya penahan. Gaya pendorong diakibatkan oleh
besarnya sudutkemiringan lereng, air, beban serta berat jenis tanah batuan.
Sedangkan penyebab gaya penahan adalah kekuatan batuan dan kepadatan tanah.
Pada daerah dimana tanahnya sangat datar, terdapat kekuatan yang cenderung
gerakan tanah dari tempat yang tinggi ketempat yang rendah. Longsoran busur
adalah yang paling umum terjadi di alam, terutama pada batuan yang lunak
(tanah). Pada batuan yang keras longsoran busur hanya terjadi jika batuan
tersebut sudah mengalami pelapukan dan mempunyai bidang-bidang lemah
(rekahan) yang sangat rapat dan tidak dapat dikenali lagi kedudukannya. Pada
longsoran bidang dan baji, kelongsoran dipengaruhi oleh struktur bidang
perlapisan

dan

kekar

yang

membagi

tubuh

batuan

kedalam

massa

diskontinuitas. Pada tanah pola strukturnya tidak menentu dan bidang gelincir
bebas mencari posisi yang paling kecil hambatannya.

DAFTAR PUSTAKA

Fajar, Teuku. 2013. Analisa Kestabilan Lereng. http://teukujulianfajar


.blogspot. com /2013 /03 /analisa- kestabilan- lereng- pada.html. Diakses
pada tanggal 12 Desember 2014
Winarsih, Kartin Hapsari. 2010. Makalah Analis Resiko Tanah Longsor.
http://www.scribd.com/doc/98759345/Makalah-Analis-Resiko-Tanah-LOn
gsor. Diakses pada tanggal 12 Desember 2014
Setiadji, Prihananto. 2009. Analisis Longsoran Batu Dengan Metode
Proyeksi

Stereografi.

http://www.scribd.com/doc/27880396/Analisis-

Longsoran-Batu-Dengan-Metode-Proyeksi-Stereografi

Anda mungkin juga menyukai