Anda di halaman 1dari 11

Nama: Nadya Savitri

NIM: 175090700111009

Kelas: Survei Elektromagnetik-C

Metode-metode Survei Elektromagnetik

Ujian Tengah Semester

1. Ground Penetrating Radar (GPR)


Ground Penetrating Radar (GPR) adalah metode elektromagnetik yang digunakan
dalam aplikasi sangat dekat dengan permukaan (very near surface), disebut juga
dengan echosounding. GPR menggunakan kontras dalam properti atau sifat-sifat
elektromagnetik (permitivitas dielektrik, konduktivitas elektrik, dan permeabilitas
magnetik) untuk menentukan batas fisik struktur-struktur dangkal (baik struktur alam
maupun buatan). GPR bersifat ideal untuk digunakan dalam aplikasi dekat permukaan
karena GPR memberikan citra yang dengan resolusi tinggi dari metode-metode
lainnya seperti FDEM, TDEM, dan magnetotelurik. Survei GPR biasanya dilakukan
dalam skala yang kecil. GPR dapat digunakan untuk:
1. Meneliti struktur beton dan jalan
2. Memetakan struktur rawa gambut yang terlapisi, sekuen sedimen, dan lingkunan
gletser
3. Menentukan letak insfrastruktur yang terkubur seperti pipa irigasi, terowongan,
dan kabel-kabel listrik
4. Menemukan ranjau yang belum terledakkan

Gelombang radio merambat melalui material yang berbeda dengan kecepatan yang
berbeda. Kecepatan perambatan Bumi secara langsung memengaruhi waktu tiba
sinyal GPR. Kecepatan gelombang dipengaruhi oleh sifat fisis dari medium. Secara
umum, kecepatan gelombang radio pada material homogen dapat dituliskan dengan:

−1 /2
2 1 /2
V=
2
√ [(
με
1+
σ
ωε ( )) +1
]
Persamaan di atas menunjukkan bahwa kecepatan gelombang radio bernilai terbesar
pada ruang vakum ( ketika σ =0 , μ=μ0 , dan ε =ε 0 ¿dan lebih lambat ketika merambat
pada benda, serta lebih lambat dari kecepatan cahaya (c = 3.00 x 108 m/s).

Sinyal GPR termasuk dalam sinyal berfrekuensi tinggi sehingga dapat diasumsikan
bahwa σ ≪ ωε; khususnya ketika Bumi bersifat resistif. Hal ini dikenal dengan
sebutan wave regime approximation. Dengan menggunakan perkiraan tersebut dan
menganggap Bumi bersifat non-permeabel (µ = µ 0), kecepatan gelombang radio dapat
disederhanakan menjadi:

1 c
V≈ =
√ μ0 ε √ ε r
Di mana µr adalah permeabilitas relatif dan ε r adalah permitivitas relatif.

Skin depth (δ) adalah jarak perambatan di mana amplitudo gelombang


elektromagnetik direduksi dengan faktor 1/e atau direduksi 37% dari amplitudo
aslinya. Skin depth menentukan kedalaman penetrasi sistem GPR dan dapat dituliskan
dengan:

1/2
2 −1 /2

√ [(
δ= 2
2
ω με
1+
σ
ωε ( )) −1
]
Apabila dianggap Bumi bersifat non-permeabel (µ = µ0), maka terdapat dua perkiraan
untuk skin depth:

1

δ≈
{ 503
σf
√ε
∧untuk ωε ≪ σ

0,0053 r untuk σ ≪ ωε
σ

Di mana f adalah frekuensi operasi transmitter dalam Hz.

Transmisi, refleksi, dan refraksi dari sinyal gelombang radio bergantung pada sifat
dielektrik pada batas antar medium. Pada sinyal GPR yang tiba pada sudut datang
normal, koefisien transmisi dan refleksi dapat disederhanakan menjadi:

AmplitudoTerefleksi √ ε 1− √ ε 2
R= =
Amplitudo Datang √ ε1 +√ ε 2
Dan

Amplitudo Diteruskan 2 √ ε2
T= =
Amplitudo Datang √ ε 1+ √ ε 2
Refraksi sinyal GPR dapat dipahami dengan hukum Snell:

sin θ1 sin θ2
=
V1 V2

Untuk gelombang radio pada medium resistif dan non-magnetik, kecepatan rambatnya
setara dengan V =c / √ ε r. Pada kasus ini, Hukum Snell dapat dituliskan dengan:

√ ε 1 sin θ1=√ ε 2 sin θ2


Di mana ε 1 dan ε 2 adalah pemitivitas relatif.

Sebuah sistem GPR terdiri dari control unit, antena, dan power supply. Secara
sederhana, sistem kerja GPR membutuhkan transmitter sumber (Tx) yang
mengirimkan gelombang radio ke tanah. Sumber ini dapat dianggap sebagai arus
listrik dipol. Ketika gelombang radio menjalar melewati lapisan tanah, gelombang ini
akan terdistorsi sebagai akibat dari sifat elektromagnetik Bumi. Pada batas di mana
sifat elektromagnetik bawah permukaan berubah secara tiba-tiba, sinyal gelombang
radio akan mengalami transmisi (diteruskan), refleksi (dipantulkan), dan/atau refraksi
(dibiaskan). Sensor-sensor (Rx) akan mengukur amplitudo dan waktu tempuh sinyal
gelombang radio yang telah didistorsikan oleh Bumi.

Akuisisi data GPR dapat dilakukan dalam dua mode, yaitu mode common offset dan
common midpoint. Mode yang sering digunakan adalah common offset di mana
receiver dan transmitter diatur pada jarak yang teratur dan dipindahkan pada
sepanjang garis untuk menghasilkan sebuah profil. Terdapat anggota yang
memindahkan antena sepanjang profil yang telah ditentukan, dan terdapat anggota
yang mengoperasikan perekam (recorder) dan mencatat rekaman sehingga posisi
antena atau midpoint dapat diketahui. Hasil perekaman GPR akan diolah dalam
bentuk wiggle trace seperti wiggle trace seismik.
Pemrosesan data GPR sebagian besar terdiri dari filtering untuk menghilangkan
komponen-komponen perusak sinyal. Data yang difilter adalah data mentah (raw
data). Filtering tersebut terdiri dari beberapa koreksi, di antaranya adalah:

1. Static Correction: mengoreksi data setiap trace terhadap elevasi dan waktu
tempuh gelombang akibat pengurangan kecepatan
2. Subtract-Mean (Dewow): Mengoreksi dewow atau salah satu noise frekuensi
rendah yang terekam oleh sistem, terjadi karena instrumen elektronik tersaturasi
oleh nilai amplitudo besar dari gelombang langsung dan gelombang udara.
3. Gain: Digunakan karena pada lapisan tanah, frekuensi tinggi diserap lebih
cepat dibandingkan dengan frekuensi rendah.
4. Background Removal: Waktu dibagi dengan pemberian jarak jangkauan rata-
rata.
5. Bandpass Butterworth: Menghilangkan frekuensi-frekuensi yang tidak
diinginkan untuk menghilangkan sinyal horizontal.
6. F-K Filter: Membatasi area yang akan difilter, di mana amplitudo spektrum F-
K yang terpilih akan memperlihatkan profil asli.

Interpretasi data yang biasa dilakukan pada data GPR adalah:

1. Interpretasi Grafik
Kecepatan gelombang dapat diketahui dengan berasumsi bahwa suatu konstanta
dielektrik relatif mendekati atau sesuai nilainya dengan nilai material yang
menjadi sumber anomali. Two-way travel time (TWT) dapat diubah menjadi data
kedalaman, dan jika ditambahkan dengan pengidentifikasian sinyal pantulan dari
target (refleksi), maka peta TWT dapat dihasilkan untuk menunjukkan
kedalaman, ketebalan perlapisan, dan lain-lain. Lalu, dapat diketahui nilai
sebenarnya dari kecepatan gelombang.
2. Analisis Kuantitatif
Analisis terdiri dari analisis kecepatan, analisis amplitudo, dan analisis koefisien
refleksi, untuk mengetahui kedalaman interpretasi sinyal dan kedalaman target
atau reflektor, serta variasi konstanta dielektrik relatif material yang dilewati.

2. Self Potential (SP)


Metode self potential adalah metode pengukuran pada permukaan yang
memanfaatkan potensial alami yang disebabkan oleh reaksi elektrokimia yang terjadi
di bawah permukaan. Metode ini bersifat pasif dan yang diukur adalah perbedaan
potensial alami antara dua titik di tanah. Potensial yang terukur dapat bernilai milivolt
(mV) hingga lebih besar dari 1 Volt. Potensial alami terdiri dari 2 komponen, yaitu
Background potentials dan Mineral potentials. Background potentials berfluktuasi
terhadap waktu dan disebabkan oleh beberapa proses yang berbeda seperti arus AC
oleh petir, variasi medan magnetik Bumi, dan efek yang dihasilkan oleh hujan lebat.
Sedangkan Mineral potentials bersifat konstan dan dihasilkan oleh proses
elektrokimia. Beberapa tipe SP yaitu:
1. Potensial Elektrokinetik: disebabkan oleh fluida yang mengalir (elektrolit) pada
medium kapiler atau porous dan menghasilak potensial di sepanjang alirannya.
Potensial yang dihasilkan pada kedua ujung kapiler dituliskan dengan:
ερ C E ∆ P
Ek =
4 πη
Di mana ε adalah permitivitas dielektrik dari fluida pori, ρ adalah resistivitas
elektrik fluida pori, CE adalah koefisien kopling elektrofiltrasi, ∆P adalah
perbedaan tekanan, dan η adalah viskositas dinamis dari fluida pori.
2. Potensial Difusi: disebabkan oleh perbedaan pada mobilitas ion-ion yang berbeda
pada larutan dengan konsentrasi berbeda. Nilainya adalah:
Rθ( I a−I c ) C1
Ed =
Fn(I a+ I c ) ( )
ln
C2
Di mana R adalah konstanta gas (8,31 J/°C), F adalah konstanta Faraday (9,65 x
104 C/mol), θ adalah temperatur absolut, n adalah valensi, Ia dan Ic adalah
mobilitas anion dan kation, dan C1 dan C2 adalah konsentrasi larutan.
3. Potensial Nernst: muncul ketika dua elektroda metal yang identik ditenggelamkan
pada larutan homogen dan tidak adanya perbedaan potensial antara keduanya.
Apabila konsentrasi keduanya berbeda, terdapat perbedaan potensial yang
dituliskan dengan:
Rθ C1
En =
Fn
ln
C2( )
4. Potensial Mineralisasi: berhubungan dengan adanya tubuh sulfida, grafit, dan
magnetit dengan magnitudo yang besar.
Peralatan yang dibutuhkan untuk melakukan survei SP adalah sepasang elektroda,
kabel, porous pot, larutan garam jenuh dari bahan metal elektroda, voltmeter dengan
potensiometer, serta meteran, GPS, dan sekop untuk menggali. Elektroda dimasukkan
dalam porous pot yang telah terisi oleh larutan garam jenuh. Porous pot ini akan
membuat larutan tersebut keluar secara perlahan dan kontak dengan tanah.

Konfigurasi pengambilan data SP di lapangan terdiri dari fixed electrodes dan moving
electrodes. Fixed electrodes dilakukan dengan satu elektroda menjadi fixed point dan
lainnya bergerak pada titik-titik yang telah ditentukan di sepanjang garis survei, kabel
yang digunakan panjang. Sedangkan moving electrodes dilakukan dengan
memindahkan kedua elektroda.

Data yang diukur adalah perbedaan potensial antara dua elektroda. Lalu, dilakukan
perhitungan potensial menggunakan rumus:

V =¿

Rumus di atas digunakan untuk menghitung distribusi potensial pada suatu tubuh
sederhana yang terpolarisasi.

Interpretasi yang bersifat kualitatif akan menghasilkan peta kontur ekuipotensial,


sedangkan interpretasi kualitatif berbentuk curve matching berupa kedalaman ke
pusat sumber anomali (dianggap berbentuk bola) menggunakan penampang melintang
dari peta kontur ekuipotensial dan sudut polarisasi.

3. Induced Polarization (IP)


Induced Polarization atau Polarisasi Terimbas (IP) adalah kapasitas bumi untuk
menahan muatan terhadap waktu. IP mengukur kurva penurunan tegangan setelah
arus injeksi diputus. Semakin tinggi nilai IP, maka semakin lama muatan dapat
ditahan. Nilai IP berkurang dengan bertambahnya waktu, biasanya dalam beberapa
detik, kadang dalam menit, lalu akan menghilang. IP biasanya digunakan dalam
aplikasi eksplorasi mineral dan air tanah (groundwater).

Metode ini mempelajari perbedaan penurunan atau kehilangan potensial, apabila


diukur dalam fungsi waktu maka dinamakan dengan studi IP dalam time domain.
Pada metode ini, dilihat bagian bumi ketika aliran arus dapat ditahan dalam waktu
yang singkat setelah arus yang diberikan terputus. Teknik lainnya dalam mempelajari
efek arus dalam nilai resistivitas terukur adalah frequency domain. Dalam metode ini,
dicari bagian Bumi di mana nilai resistivitas menurun saat frekuensi dari arus yang
dialirkan ditambah.

Ketika sebuah elektroda metal direndam dalam larutan ion dengan konsentrasi dan
valensi tertentu, perbedaan potensial akan didapatkan antara metal dan larutan.
Perbedaan potensial ini adalah fungsi eksplisit dari konsentasi ion, valensi, dan lain
sebagainya. Ketika tegangan eksternal diberikan sepanjang antarmuka metal dan
larutan, arus akan dihasilkan dan mengalir, dan turunnya potensial di sepanjang
antarmuka akan berubah nilainya dari nilai semula. Perubahan tegangan antarmuka ini
dinamakan dengan “overvoltage” atau polarisasi potensial elektroda. Overvoltage ini
terjadi ketika arus mengalir pada antarmuka konduksi ionik dan elektronik. Pada
batuan normal, arus yang mengalir di bawah EMF yang diberikan mengalir dengan
konduksi ionik pada elektrolit yang ada di pori-pori batuan. Namun, terdapat beberapa
mineral yang memiliki konduksi elektronik yang dapat diukur seperti hampir seluruh
mineral sulfida kecuali sfalerit, pirit, grafit, beberapa jenis batubara, magnetit,
pirolusit, metal murni, beberapa arsenida, dan mineral lainnya dengan cerat metalik.

Pada IP time-domain, digunakan chargeability untuk menentukan kemampuan


polarisasi sebuah medium, yaitu perbandingan area di bawah kurva penurunan (dalam
milivolt-sekon atau mV-s) terhadap perbedaan potensial (mV) yang diukur sebelum
arus diputus. Kemampuan polarisasi adalah perbandingan perbedaan potensial setelah
beberapa waku tertentu dari terputusnya arus terhadap perbedaan potensial sebelum
arus terputus dan dinyatakan dalam persentase.

Dalam medium heterogen yang terdiri dari n material berbeda, chargeability semu ηa
diperkirakan berhubungan dengan resistivitas semu:

n
∂ log ρα
ηα = ∑ ηi
i=1 ∂ log ρi

Di mana ηi adalah chargeability material ke-i, sedangkan ρi adalah resistivitas


material ke-i.

Rumus di atas divalidasi dengan:

n
∂ log ρ
∑ ηi ∂ log ρα =1
i=1 i

Dua persamaan di atas menjadi rumus:


n
η∝ ∂ log ρα ηi
η1
=1+ ∑ ηi
i=1 ∂ log ρi η1 [ ]
−1

Apabila ekspresi teoritis untuk resistivitas semu ρa diketahui, maka chargeability

η∝
semu tereduksi dapat diturunkan.
η1

Alat yang dibutuhkan untuk melakukan akuisisi data IP adalah transmitter baik dalam
mode time domain atau frequency domain. Lalu, terdapat receiver yang dapat berupa
voltmeter atau komputer. Pada time-domain, receiver adalah voltmeter terintegrasi
dari DC hingga Ac frekuensi rendah, sedangkan pada frequency-domain, receivernya
adalah voltmeter frekuensi rendah. Prosedur pengambilan data IP hampir sama
dengan resistivity dehingga dapat digunakan beberapa konfigurasi seperti
Schlumberger, pole-dipole, dan dipole-dipole. Resistivitas sebu pada konfigurasi
double dipole adalah:

ρa =πn ( n+1 )( n+2 ) x ∆ V /I

Pada Pole-dipole:

ρa =2 πn ( n+1 ) x ∆ V /I

Hasil pengolahan data IP biasanya ditampilkan pada profil chargeability sederhana,


atau percent frequency effect, fase, dan sebagainya, yang diplot terhadap lokasi titik-
titik pengamatan.

4. Magnetotellurik (MT)
Magnetotelurik adalah metode geofisika pasif dalam pengukuran elektromagnetik
yang mengukur komponen orotogonal atau tegak lurus dari medan listrik dan
magnetik pada permukaan Bumi. Sumber medan ini biasanya berupa variasi pada
medan magnetik Bumi, yang menyebabkan spektrum gelombang elektromagnetik
yang luas dan kontinu. Kedua medan ini menginduksikan arus ke Bumi yang
kemudian diukur pada permukaan dan memberikan informasi mengenai struktur
resistivitas di bawah permukaan. Tidak seperti metode elektromagnetik terkontrol
yang menggunakan loop induktif sebagai sumbernya, metode MT bergantung
sepenuhnya pada medan elektromagnetik alami. Pada sumber dengan frekuensi lebih
dari 1 Hz, sumber yang signifikan adalah muatan dari petir pada daerah ekuator Bumi,
sedangkan medan elektromagnetik dengan frekuensi kurang dari 1 Hz berasal dari
interaksi medan magnetik Bumi dan angin matahari (solar wind).

Perambatan medan EM dapat dijelaskan oleh persamaan Maxwell pada medium yang
dapat dipolarisasi dan dimagnetisasi tanpa sumber magnetik maupun listrik di seluruh
waktu untuk seluruh frekuensi:
∇ . B=0
∇ . D=ϱ
−∂ B
∇ x E=
∂t
∂D
∇ x H= j+
∂t
Persamaan pertama menyatakan bahwa medan magnetik yang dinyatakan dengan
induksi magnetik B (dalam T) selalu bebas sumber atau tidak memiliki kutub
magnetik yang bebas. Perpindahan elektrik D (dalam C/m2) adalah berdasarkan
densitas muatan listrik ϱ (dalam C/m3). Hukum Faraday pada persamaan ketiga
menunjukkan adanya kopling dari medan listrik terinduksi E (dalam V/m) pada loop
tertutup karena adanya medan magnetik yang bervariasi terhadap waktu B sepanjang
sumbu medan listrik terinduksi. Curl dari medan magnet pada intensitas magnetik H
(dalam A/m) disebabkan oleh densitas arus listrik j (dalam A/m2) dan perpindahan
elektrik yang bervariasi terhadap waktu. Hal ini dinyatakan oleh persamaan keempat
yang disebut juga dengan Hukum Ampere.

Apabila terdapat medium isotropik linear, maka persamaan material menjadi:


B=μ H
D=ε E
Simbol µ=µ0µr dan ε=ε0εr adalah permeabilitas magnetik dan permitivitas dielektrik,
dengan µ0= 4π.10-7 Vs/Am yang merupakan permeabilitas magnetik pada ruang
vakum dan ε0= 8,85.10-12 As/Vm atau permitivitas dielektrik ruang vakum. Variasi
pada µr dan εr dapat diabaikan dibandingkan dengan variasi pada konduktivitas bulk σ
pada batuan.
Arus pada medan listrik yang ada hanya dapat mengalir apabila medianya memiliki
konduktivitas σ (dalam S/m) yang tidak bernilai nol.
j =σ E
Persamaan di atas dikenal juga dengna Hukum Ohm. Menggunakan ketiga persamaan
di atas, persamaan Maxwell menjadi:
∇ . B=0
ϱ
∇ . D=
ε
−∂ B
∇ x E=
∂t
∂D
∇ x H=μσ E+ με
∂t
Pengukuran MT membutuhkan receiver. Pada suatu stasiun MT, akan diukur medan
listrik dan magnet. Coil dikubur untuk meminimalkan noise dari matahari dan angin,
lalu mengukur tiga komponen medan magnet (Bx, By, Bz). Terkadang, magnetometer
digunakan untuk mengukur pada frekuensi yang lebih rendah. Untuk mengukur
medan listrik, elektroda dihubungkan dengan kabel juga dikubur untuk meminimalkan
noise pada data. Lalu, dibutuhkan sumber daya (power source) untuk instrumen MT.

Alat MT mengukur medan listrik dan magnetik terhadap waktu, namun data yang
menjadi perhatian studi MT adalah impedansi yang merupakan rasio atau
perbandingan antara medan listrik dan medan magnetik. Beberapa langkah
dibutuhkan untuk menghitung impedansi dari deret waktu (time series) yang terukur.
Deret waktu ini kemudian diamplifikasi, difilter, dan diubah dari format analog ke
digital oleh sistem pengumpulan data.

Lalu, untuk memroses data, deret ini kemudian dipisahkan menjadi segmen-segmen
(time windows) dan ditransformasi Fourier dari domain waktu menjadi domain
frekuensi. Hal ini umumnya dilakukan menggunakan transformasi Fourier cepat (Fast
Fourier Transform/FFT). Hal ini dilakukan untuk tiap stasiun pengukuran:
ex(t)  Ex(ω)
ey(t)  Ey(ω)
hx(t)  Hx(ω)
hy(t)  Hy(ω)
hz(t)  Hz(ω)

Setelah data diubah ke domain frekuensi, tensor impedansi dapat dibentuk untuk tiap
frekuensi. Impedansi Z adalah matriks yang menghubungkan medan listrik dan
magnetik. Data medan magnetik pada stasiun referensi terpencil (remote reference
station) digunakan untuk menghilangkan bias pengukuran yang disebabkan oleh
noise. Impedansi dihitung dengan:
R∗¿ ( ω ) > ¿ ¿
R∗¿ (ω )> ¿¿
¿ H y ( ω) H y ¿
Z xy=¿ E x ( ω ) H y ¿

Tanda (*) mengindikasikan konjugasi kompleks dan < > dirata-rata dari beberapa
sampel. Dengan menggunakan impedansi, dapat dihitung resistivitas semu dan fase
dan kemudian diplot untuk frekuensi lainnya.

Plot resistivitas semu dan fase dapat diinterpretasikan secara langsung, namun karena
kesulitan dan kekompleksannya, maka data MT diinversi. Inversi data MT dapat
dilakukan dengan beberapa catatan, yaitu pentingnya menggunakan kondisi batas
(boundary condition) ketika memodelkan data MT karena sumber medannya sangat
besar.

Anda mungkin juga menyukai