bahasa Latin petrus karang dan oleum minyak), dijuluki juga sebagai emas hitam, adalah cairan kental, berwarna coklat gelap, atau kehijauan yang mudah terbakar, yang berada di lapisan atas dari beberapa area di kerakbumi. Minyak Bumi terdiri dari campuran kompleks berbagai hidrokarbon1), sebagian besar seri alkana2), tetapi bervariasi dalam penampilan, komposisi, dan kemurniannya. Minyak Bumi diambil dari sumur minyak di pertambangan-pertambangan minyak Lokasi sumur-sumur minyak ini didapatkan setelah melalui proses studi geologi, analisis sedimen, karakter dan struktur sumber, dan berbagai macam studi lainnya. Setelah itu, Minyak Bumi akan diproses di tempat pengilangan minyak dan dipisah-pisahkan hasilnya berdasarkan titik didihnya sehingga menghasilkan berbagai macam bahan bakar, mulai dari bensin dan minyak tanah sampai aspal dan berbagai reagen3) kimia yang dibutuhkan untuk membuat plastik dan obat-obatan. Minyak Bumi digunakan untuk memproduksi berbagai macam barang dan material yang dibutuhkan manusia (Ensiklopedia Bebas Wikipedia). Proses Terjadinya (Genesa) Minyak Bumi Minyak Bumi terdiri dari campuran kompleks berbagai hidrokarbon, sebagian besar seri alkana, merupakan hasil penguraian jasad renik (senyawa-senyawa organik dari mikro- organisme) di dasar laut atau di darat, yang telah berlangsung dalam waktu yang sangat lama (jutaan tahun yang lalu). Ada 3 faktor atau fase utama dalam pembentukan minyak bumi dan/atau gas alam, yaitu 1) Pembentukan batuan asal (source rock); 2) Migrasi hidrokarbon dari batuan asal ke batuan reservoir (reservoir rock), dan 3) Jebakan (entrapment) geologis. Fase awal dari pembentukan minyak bumi adalah berupa adanya kehidupan ganggang dan binatang laut yang mengumpulkan energi (Carbon, C) dalam tubuhnya melalui proses photosintesis (lihat Gambar 1). Sumber: http://hedisasrawan.blogspot.com/2013/05/proses-pembentukan-minyak-bumi-materi.html
Gambar 1. Fase Kehidupan Ganggang
Pada proses photosintesis, ganggang akan menyerap Carbon dan melepaskan Oksigen. Hal ini berjalan selama masa hidupnya ganggang. Sebagian dari ganggang itu dimakan oleh ikan dan kerang yang ada dalam lingkungan tumbuhnya. Pada fase kedua, yaitu masa pengendapan ganggang dan sisa binatang laut. Pada fase ini sisa-sisa tumbuhan rawa dan hewan (kerang laut) tersebut tertimbun oleh endapan pasir, lumpur, dan zat-zat lain, sebagai akibat dari transportasi material tanah oleh air atau longsor, selama jutaan tahun (lihat Gambar 2). Sumber: http://hedisasrawan.blogspot.com/2013/05/proses-pembentukan-minyak-bumi-materi.html
Gambar 2. Fase Terkuburnya Fosil Ganggang
Selanjutnya setelah ganggang atau binatang laut (kerang) itu mati, maka dia akan mengendap di dasar cekungan sedimen dan menjadi batuan induk (source rock). Endapan fosil itu mengandung karbon yang tinggi (High Total Organic Carbon). Pengendapan batuan induk itu dapat terjadi di danau, di delta, maupun di dasar laut. Proses perubahan sisa-sisa ganggang atau kerang menjadi batuan batuan induk ini sangat spesifik, artinya pembentukan batuan induk sebagai pengendapan fosil ganggang atau kerang tidak dapat berlangsung di semua tempat, karena ketika endapan itu dapat dimasuki oleh udara luar (oksigen), maka karbon yang ada akan mengalami proses oksidasi, sehingga dengan demikian dia akan terurai dan tidak bisa menjadi masak secara alamiah. Proses oksidasi itu menyebabkan terjadinya pelepasan panas (energi) dan perubahan unsur C menjadi CO2. Itulah sebabnya tidak semua cekungan sedimen akan mengandung minyak atau gas bumi. Timbunan tanah yang semakin lama semakin tinggi, menyebabkan material yang tertimbun itu mengalami tekanan dan panas bumi secara alamiah. Akibat adanya tekanan dan panas itu, bakteri pengurai merombak senyawa-senyawa kompleks dalam jasad organik menjadi senyawa-senyawa hidrokarbon. Penguraian sisa tetumbuhan dan hewan- hewan itu oleh jasad renik dapat berupa cairan dan dapat pula berbentuk gas. Hasil penguraian dalam bentuk cair akan menjadi minyak bumi dan yang berwujud gas menjadi gas alam. Beberapa bagian jasad renik mengandung minyak dan lilin. Minyak dan lilin ini dapat bertahan lama di dalam perut bumi. Bagian- bagian tersebut akan membentuk bintik- bintik, warnanya pun berubah menjadi cokelat tua. Bintik-bintik itu akan tersimpan di dalam lumpur dan mengeras karena terkena tekanan bumi. Lumpur tersebut berubah menjadi batuan dan terkubur semakin dalam di perut bumi. Tekanan dan panas bumi secara alami akan mengenai batuan lumpur sehingga mengakibatkan batuan lumpur menjadi panas dan bintin-bintik di dalam batuan mulai mengeluarkan minyak kental yang pekat. Dengan semakin tebalnya timbunan tanah (material padat yang tertransportasi), maka semakin dalam pulalah batuan pembawa minyak itu terkubur, dan tentu hal itu akan memberikan panas yang semakin tinggi pula. Minyak terbentuk pada suhu antara 50 sampai 180 derajat Celsius. Tetapi puncak atau kematangan terbagus akan tercapai bila suhunya mencapat 100 derajat Celsius Ketika batuan yang mengandung minyak itu berada pada suhu yang amat tinggi di perut bumi, maka minyak yang dihasilkan akan semakin banyak. Pada saat batuan lumpur mendidih, minyak yang dikeluarkan berupa minyak cair yang bersifat encer, dan saat suhunya sangat tinggi akan dihasilkan gas alam. Gas alam ini sebagian besar berupa methana. Kemudian karena adanya pergerakan bumi yang terjadi secara terus menerus, sebagaimana dijelaskan pada teori pergerakan lempeng, maka saat lempeng kulit bumi itu bergerak, minyak yang terbentuk di berbagai tempat akan bergerak pula. Hal itu menyebabkan minyak bumi yang terbentuk akan terkumpul (terjebak atau tercebak) dalam pori-pori batu pasir atau batu kapur. Oleh karena adanya gaya kapiler dan tekanan di perut bumi lebih besar dibandingkan dengan tekanan di permukaan bumi, minyak bumi akan bergerak ke atas . Apabila gerakan ke atas dari minyak bumi itu terhalang oleh batuan yang kedap cairan (impermeable) atau batuan tidak berpori, minyak akan terperangkap dalam batuan tersebut. Itulah sebabnya dikatakan minyak itu berada pada cebakan. Dalam istilah lain, minyak bumi disebut juga dengan petroleum (petrus artinya batu dan oleum yang artinya minyak). Bentuk daerah di dalam lapisan tanah yang kedap air tempat terkumpulnya minyak bumi disebut cekungan atau antiklinal. Pada lapisan dasar cekungan akan terkumpul air atau air laut, sedangkan pada lapisan di atasnya akan terkumpul minyak bumi. Oleh karena adanya peningkatan suhu, maka gas-gas yang ada dalam minyak akan memisahkan diri dan berkumpul di atas lapisan minyak bumi. Gas inilah yang dinamakan gas alam. Gas alam naik ke permukaan lapisan minyak bumi karena massa jenisnya lebih kecil daripada massa jenis minyak bumi. Karbon terkena panas dan bereaksi dengan hidrogen membentuk hidrokarbon. Minyak yang dihasilkan oleh batuan induk yang telah matang ini berupa minyak mentah. Walaupun berupa cairan, ciri fisik minyak bumi mentah berbeda dengan air. Salah satunya yang terpenting adalah berat jenis dan kekentalan. Kekentalan minyak bumi mentah lebih tinggi dari air, namun berat jenis minyak bumi mentah lebih kecil dari air. Minyak bumi yang memiliki berat jenis lebih rendah dari air cenderung akan pergi ke atas. Ketika minyak tertahan oleh sebuah bentuk batuan yang menyerupai mangkok terbalik, maka minyak ini akan tertangkap dan siap ditambang (perhatikan Gambar 3). Sumber: http://hedisasrawan.blogspot.com/2013/05/proses-pembentukan-minyak-bumi-materi.html
Gambar 3. Fase Terbentuknya Cebakan Minyak Bumi
Kalau volume minyak bumi yang terakumulasi dalam suatu daerah cebakan (antiklin) cukup besar dan layak untuk ditambang (secara komersial menguntungkan), dilakukanlah pengeboran pada daerah cekungan itu, lalu minyak bumi itu dihisap ke atas. Hasil penambangan itu selanjutnya diolah (didestilasi), sehingga diperoleh berbagai macam minyak sesuai dengan kebutuhan manusia, seperti, minyak aviation turbin fuel atau avtur (minyak untuk mesin pesawat terbang), bensin, solar, minyak tanah, aspal dan lain sebagainya.