Anda di halaman 1dari 34

Bab 3

BAB III
PERENCANAAN TAMBANG TERBUKA
(SURFACE MINE PLAN DESIGN)

3.1 Faktor-Faktor yang Harus Dipertimbangkan


Di dalam merencanakan suatu tambang terbuka, ada beberapa faktor yang
harus diperhatikan, yaitu:
1. Keuntungan yang diinginkan oleh perusahaan, karena masing-masing
perusahaan akan berbeda keinginan untuk nemperoleh keuntungan. PT
Aneka Tambang nenghendaki keuntungan minimum 10% biasanya tambangtambang rakyat atau perusahaan tambang kecil keuntungan yang
dikehendaki lebih besar dari 2%.
2. Jumlah

cadangan

"production

rate"

dan

Umur

(jumlah

tambang
produksi).

hal

ini

akan

"Production

menentukkan
rate"

adalah

perbandingan antara jumlah cadangan dengan umur tambang. Misalkan


jumlah cadangan 100 ton dan umur tambang diperkirakan 10 tahun, maka
"production rate" adalah 10 ton per tahun. Untuk umur tambang yang
relatif singkat tentu saja kebutuhan alat-alat dan macam alat yang dipakai
berbeda dengan untuk umur tambang yang relatif lama.
3. Ukuran dan batas maksimum daripada kedalaman tambang pada akhir
operasinya. Kemiringan jenjang (bench), dengan bantuan data tentang
ukuran dan batas maksinum kedalanan dari akhir operasi penambangan,
maka kemiringan tebing dapat diperkirakan berdasarkan data fisik batuan.
Semakin curam (miring) akan lebih nenguntungkan, karena apabila
tambang landai mungkin dimensi tambang luas dan volume "overburden"
yang dikupas juga besar.
4.

Stripping ratio; Di dalam mendisain, perlu ditentukan berapa luas daerah


Ijin Usaha Pertambangan (IUP) yang diminta dan berapa banyak "overburden"
yang dibuang, ke mana pembuangannya apakah luas dae rah yang
diminta dapat menampung "overburden". "Stripping ratio" 3 belum tentu
menguntungkan, karena untung tidaknya perusahaan tergantung nilai
bahan galian itu sendiri. Misalnya emas bila "stripping ratio" sama dengan
tiga baru dikatakan menguntungkan.

5.

Cut off grade; Ada dua pengertian "cut off grade", yaitu:

Dasar Rencana Penambangan

III-1

Bab 3

a. Kadar terendah yang masih memberikan keuntungan apabila bijih


tersebut ditambang.
b. Kadar terendah rata-rata

yang masih bisa menguntungkan bila

ditambang.
Cut off grade inilah yang akan menentukan batas-batas atau besarnya
cadangan, sehingga menentukan bentuk akhir penambangan selain itu juga
akan menentukan perlu tidaknya dilakukan pencampuran (mixing/blending)
antara endapan bahan galian yang berkadar tinggi dengan yang rendah.
Dengan demikian luas cadangan yang memenuhi syarat sebagai "ore" dapat
dihitung. "Cut off grade" bertambah besar maka nilai cadangan akan turun,
demikian pula sebaliknya.
Untuk

membahas

faktor-faktor

tersebut

di

atas

dibutuhkan

data-data

eksplorasi tentang:
1. Keadaan endapan bijih, yaitu :
a.

Ukuran, bentuk dan posisinya.

b.

Sifat fisik seperti kekerasan, berat jenis dan strukt tur mineral (batuan).

c.

Kadarnya, termasuk penyebaran kadarnya.

d.

Tipe endapan (vein, massif).

2. Keadaan "overburden" dan "cauntry rock".


Keadaan dari pasar suatu produk yang akan dihasilkan, baik masih berbentuk
bijih maupun konsentrat. Keadaan pasarnya tidak hanya masalah harga saja,
tetapi juga prosfektifnya, apakah cukup stabil atau tidalk. Bila harganya akan
naik maka produksi jangan terlalu banyak. Moneter internasional serta keadaan
dunia (perang/tidak) juga mempengaruhi harga pasar.
Bila semua data-data di atas tersedia, maka data eksplorasi dapat dibagi dua
golongan:
- Data untuk pertimbangan ekonomis (economical consideration).
- Data untuk pertimbangan teknis (technical consideration).

Dasar Rencana Penambangan

III-2

Bab 3

3.2 "Economical Consideration"


Data untuk pertimbangan ekonomi dalam melakukan disain pada tambang terbuka
ada empat macam, yaitu:
a)

Nilai endapan bijih per unit berat. Biasanya dinyatakan $.. /ton atau IDR atau
Rp../ton. Misalnya didapatkan endapan emas 10 gram/ton, harga emas setiap
satu gram 10.000 rupiah, maka nilai endapan bijih ini adalah Rp.100.000,00/ton.
Misalkan 60% Fe203 perton, harga bijih tersebut Rp.lOO/kg, maka nilainya
60/100 x Rp.1OO/kg x 1000 kg adalah Rp.60.000/ton bijih.

b) Ongkos Produksi; Merupakan ongkos yang diperlukan untuk mendapatkan


produknya (ore atau metal) di luar "stripping", dinyatakan dalam per ton bijih.
Misalkan ongkos untuk menambang, mengolah sampai menjadi metal, ataupun
ongkos untuk menambangnya saja (tidak ada pengolahan).
c)

Ongkos "stripping of overburen"; Dinyatakan dalam per ton bijih, yang dapat
dicari dengan nengetahui terlebih dahulu "stripping ratio" nya. Misalkan hasil dari
pembuangan "overburden" 1000 ton, akan didapatkan bijih 500 ton sedangkan
ongkos "stripping of overburden" Rp. lOO/ton. Maka harga per ton bijih adalah
sebagai berikut:
Ongkos "stripping of overburden" per ton "ore" =
(ton "overburden/ ton "ore") x ongkos penggalian/ton=
(1000/500 x Rp. 100,00/ton) = Rp. 200,00/ton bijih

d). " C u t off Grade"


Hubungan antara faktor-faktor di atas (faktor 1, 2 dan 3), maka akan diperoleh suatu
persamaan yang disebut "Break Event Stripping Ratio" (BESR), yang sangat penting
untuk mendisain suatu tambang terbuka. Atau untuk menganalisis kemungkinan
sistem penambangan yang akan digunakan, apakah tambang terbuka ataukah
tambang

bawah

tanah.

Atau

untuk

mengetahui

apakah

pemilihan

cara

penambangan dengan Tambang terbuka menguntungkan atau tidak, maka harus


ditentukan terlebih dahulu BESR.-nya atau "economic stripping ratio". BESR ini juga
disebut over all strippig ratio. BESR adalah:

Dasar Rencana Penambangan

III-3

Bab 3

- perbandingan antara keuntungan kotor (marginal profit) dengan ongkos


pembuangan "overburden".
- perbandingan antara biaya penggalian endapan bijih (ore) dengan biaya
pengupasan tanah penutup (overburden/OB).
- perbandingan selisih biaya penambangan bawah tanah dan penambangan
terbuka dengan biaya pengupasan secara tambang terbuka.
Atau dinyatakan dengan persamaan:
BESR(1)

Biaya Tambang Bawah Tanah / ton bijih Biaya Tambang Terbuka / ton bijih
Biaya Pengupasan OB / ton OB

Atau BESR =

ab
c

a = nilai endapan bijih per ton (recovable value per ton Ore).
b = ongkos endapan bijih per ton (production cost per ton ore) .
c = "stripping cost"/ton "waste".
Jika BESR >1, maka akan menguntungkan ditambang dengan sistim Tambang
terbuka, tetapi jika BESR <1, maka akan rugi dan lebih baik dicoba dengan sistim
Tambang bawah tanah. Dan jika BESR = 1 , maka penambangannya tidak
mendatangkan keuntungan. Jadi jika BESR 0, maka lebih menguntungkan
bila ditambang dengan sistim Tambang bawah tanah.
Misalnya biaya penambangan secara tambang bawah tanah = Rp. 18.000/ton bijih,
biaya penambangan secara tambang terbuka = Rp. 2.000/ton bijih dan ongkos
pengupasan tanah penutup = Rp. 3.500/ton overburden. Maka untuk memilih salah
satu sistem penambangan digunakan rumus BESR(1).
BESR(1)

Rp.18.000 Rp.2.000
4,57
Rp.3.500

Ini berarti bahwa hanya bagian endapan yang mempunyai BESR yang lebih rendah
dari 4,57 yang dapat ditambang secara tambang terbuka dengan menguntungkan.
Jadi 4,57 adalah BESR (1) tertinggi yang masih dibolehkan untuk operasi tambang
terbuka dengan kondisi tersebut di atas.

Dasar Rencana Penambangan

III-4

Bab 3

Setelah ditentukan bahwa akan digunakan sistem tambang terbuka, maka dalam
rangka pengembangan rencana penambangan digunakan BESR (2) dengan rumus
sebagai berikut.
BESR(2)

Nilai yang diperoleh / ton bijih Ongkos Pr oduksi / ton bijih


Biaya Pengupasan OB / ton OB

BESR (2) ini juga disebut economic stripping ratio yang artinya berapa besar
keuntungan yang dapat diperoleh bila endapan bijih itu ditambang secara tambang
terbuka. BESR dipengaruhi oleh kadar endapan, harga pasar dan produknya.
Contoh perhitungan BESR (2) untuk bijih tembaga dengan pembuatan grafik
BESR adalah sebagai berikut:
Gambarkan grafik BESR sebagai fungsi dari %Cu, untuk harga metal Cu
berturut-turut 25 /lb, 30 /lb dan 35 /lb, jika diketahui:
- "Mining and milling cost"

= $ 0.5/ton "ore".

- "General cost and depreciation" = $ 1.35/ton "ore".


- "Treatment cost"

= $ 1.77/ton "ore" 1,4% Cu.


$ 1.46/ton "ore" 1.2% Cu.
$ 1.17/ton "ore" 1.0% Cu.
$ 0.90/ton "ore" 0.8% Cu.
$ 0.65/ton "ore" 0.6% Cu.

- "Stripping cost"

= $ 0.40/ton "ore".

- '"Smelter recovery" = 90%.


Penyelesalan:(lihat tabel I).
- Menjumlah semua ongkos untuk setiap % Cu yang diketahui
- Mencari nilai bijih per t o n .
- Mencari nilai BESR.

Komponen Biaya

Kadar Cu (%)
1.40%

1.20%

1.00%

0.80%

0.60%

Dasar Rencana Penambangan

III-5

Bab 3

Mining & mill cost


General cost and depreciation
Treatment cost
Total cost*)
Nilai bijih untuk harga Cu 25 /lb**)
BESR Cu 25 /lb***)
Nilai bijih untuk harga Cu 30 /lb
BESR Cu 30 /lb
Nilai bijih untuk harga Cu 35 /lb
BESR Cu 35 /lb

0.5

0.5

0.5

0.5

0.5

1.35

1.35

1.35

1.35

1.35

1.77

1.46

1.17

0.9

0.65

3.62

3.31

3.02

2.75

2.5

6.3

5.4

4.5

3.6

2.7

6.7

5.225

3.7

2.125

0.5

7.56

6.48

5.4

4.32

3.24

9.85

7.925

5.95

3.925

1.85

8.82

7.56

6.3

5.04

3.78

13

10.63

8.2

5.725

3.2

*) Merupakan ongkos produksi per ton.


**) Nilai bijih = 1.4/100 x 2000 lb x 90/100 x 25 /lb = $ 6.30/ton "ore"
***) BESR = (6.30 - 3 . 6 2 ) / 0 . 4 = 6 . 7 ( BESR >1, menguntungkan ditambang dengan Tamka)

Dengan jalan yang sama, maka dapat dihitung nilai bijih untuk me tal Cu yang
berharga 30 /lb dan 35 /lb. Sedangkan grafik untuk metal Cu berharga 25 /lb pada
Gambar 2.1. Grafik BESR akan naik pada saat menyentuh "ore" dan konstan pada
saat berproduksi dan pembuangan "overburden" seimbang. Grafik ini setiap tahun
akan berubah, pada saat menambang BESR tidak ada penambahan dan mulai
meningkat setelah berproduksi.
Selain itu BESR (3) biasanya juga dihitung berdasarkan keuntungan maksimum
yang akan diperoleh, yaitu :
BESR(3)

Nilai yang diperoleh / ton bijih (Ongkos Pr oduksi / ton keuntungan / ton)
Biaya Pengupasan OB / ton OB

Sehingga secara umum yg mempengaruhi tinggi rendahnya BESR adalah :


Dasar Rencana Penambangan

III-6

Bab 3

kadar logam dari bijih yang akan ditambang

harga logam di pasaran

Jadi pada dasarnya, jika terjadi kenaikan harga logam di pasaran, dapat
mengakibatkan perluasan tambang karena cadangan bertambah, sebaliknya jika
harga logam turun, maka jumlah cadangan akan berkurang. Sehingga secara umum
pertimbangan ekonomis meliputi :
1) Nilai (value) endapan bijih (berapa harga dari produk yang dihasilkan) dinyatakan

dalam Rp/ton bijih.


2) Ongkos produksi sampai dengan barang tambang siap dijual (Rp/ton bijih).
3) Ongkos pengupasan over burden (stripping cost), dinyatakan dalam Rp/ton bijih.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa BESR dipakai untuk mengetahui apakah
rancangan tambang tersebut menguntungkan/ tidak.
Di dalam operasi penambangan terdapat dua pilihan, yaitu melakukan "stripping"
terlebih dahulu kemudian baru menggali "ore" atau penggalian "overburden" dalam
batas tertentu kemudian diikuti dengan menggali "ore".
Keuntungan melakukan "stripping of overburden" secara keseluruhan baru kemudian
mengambil "ore" adalah:
- Bila "overburden" sudah terkupas maka akan diperoleh "ore" secara terus
menerus.
- Pengontrolan lebih mudah.
Adapun kerugiannya, selama menggali tidak, berproduksi sehingga BESR sangat
kecil. Sedangkan keuntungan melakukan "stripping of overburdenen" pada batas
tertentu kemudian diikuti dengan penggalian Ore",ongkos "stripping" dapat
ditutupi dengan basil penjualan "ore" yang telah digali. Jadi tidak memerlukan
modal yang terlalu besar. Tetapi kerugiannya di samping mengurus "stripping
of overburden" juga harus memikirkan pengangkutan "ore" dari dalam tambang.

Dasar Rencana Penambangan

III-7

Bab 3

ORE

ORE

"stripping" terlebih dahulu kemudian


baru menggali "ore" diikuti dengan
menggali "ore"

penggalian "overburden" dalam batas


tertentu kemudian diikuti dengan
menggali "ore"

Gambar 2.2
Hubungan antara "Stripping of Overburden"
dengan Penggalian "Ore"

Suatu ketika "design" dapat berhenti (merupakan limit) yaitu jika "stripping cost
per ton waste" (ongkos penggalian overburden) menjadi sangat besar. Pada
saat ini, sistem tambang terbuka dapat diubah menjadi Tambang bawah
tanah, contohnya tambang besi di Kiruna, Swedia. Untuk mendapat yang luas
lebar maka harus diambil pada zone-zone tertentu (pengambilan ore) sebagai
"sample" untuk menentukan kadar rata-ratanya .
Untuk daerah-daerah yang miskin dan batuannya kompak dibuat "bench"
yang sangat curam dan kalau "overburden" tidak sama pada bagian-bagian
tertentu, maka perlu dibagi dalam zone-zone yang disebut "zoning" (lihat
Gambar 5 ) .
Pertimbangan terakhir ekonomisnya suatu kadar (grade) bijih, ditentukan oleh
manager. Selain itu dipengaruhi pula oleh kemajuan teknologi dan harga
pasarnya. Jika harga logam naik maka "cut off grade" dapat diperluas.

Dasar Rencana Penambangan

III-8

Bab 3

Gambar ??? Zoning Area Penambangan Berdasarkan


Daerah Yang Miskin Dan Batuannya Kompak
Salah satu cara menggambarkan efisiensi geometri (geometrical efficiency) dalam
kegiatan penambangan adalah dengan istilah Stripping Ratio atau nisbah
pengupasan. Stripping ratio (SR) menunjukkan jumlah overburden yang harus
dipindahkan untuk memperoleh sejumlah bijih yang diinginkan. Ratio ini secara
umum diberikan dalam persamaan berikut.
SR

Overburden
(tons)
Bijih(tons)

Dalam hal ini unit satuan yang lain juga dapat digunakan. Khusus untuk kegiatan
strip coal mining maka perhitungan stripping ratio adalah sebagai berikut.

SR

Overburden(m3)
coal/ (tons)

Ini mengandung arti bahwa seberapa besar volume overburden (BCM) untuk
menggali atau memperoleh satu ton batubara. Di Indonesia SR bisa mencapai
12 : 1 yang ideal adalah 3 : 1 (sudah layak), sedangkan BESR untuk batubara
adalah apakah masih ekonomis bila batubara dikupas dibandingkan dengan
nilai batubara dalam rupiah dibagi ongkos pengupasan overburden.
SR

Nilai Batubara(Rp)

OngkosPengupasan
Overburden

Ratio antara waste terhadap bijih yang digambarkan dalam suatu unit satuan tertentu
berguna untuk tujuan design perancangan. Sebagai contoh, ratio ini didefinisikan
sebagai berikut.
SR

Overburden (volume)
Bijih (volume)

Dalam hal ini harus diperhatikan bahwa jika overburden dan bijih mempunyai density
yang sama, maka persamaan di atas akan memiliki nilai yang sama dengan
perhitungan SR sebelumnya.Sehingga dari nilai stripping ratio yang diperoleh dan
dibandingkan dengan nilai BESR (Break Even Stripping Ratio) yang telah dihitung

Dasar Rencana Penambangan

III-9

Bab 3

sebelumnya, maka akan diperoleh bahwa secara teknis batasan kegiatan


penambangan dalam pit adalah sampai nilai BESR dicapai dalam perhitungan
stripping ratio.
Sebagai contoh: suatu endapan besi sekunder menurut penyelidikan geologi
dan eksplorasi memiliki "bed rock" yang mengandung kadar Fe sangat kecil.
Cadangannya adalah sebagai berikut :
Yang berkadar 60% Fe2O3 berjumlah 1 juta ton.
Yang berkadar 55% - 60% Fe2O3, berjumlah 5 juta ton.
Yang berkadar 50% - 55% Fe2O3 berjumlah 5 juta ton.

Gambar 6 Conto Perhitungan Stripping Ratio


Material
yang
25

yang

menutupi endapan

berkadar

60% Fe2O3 adalah

juta

"stripping

ton.

Berapakah

ratio"

bila "cut off grade"

berturut-turut
49,5%.

59,5%; 54,5% dan


Untuk

dapat

menghitung

"stripping ratio" perlu dicari jumlah "ore" dan jumlah "overburden". Gambar 6
Contoh Perhitungan "stripping ratio".
Perhitungannya adalah sebagai berikut:
"Cut off grade" 59,5%: banyak "ore" adalah 1 juta ton, banyak "overburden"
25 juta ton, " stripping ratio 25 : 1=25
"Cut off grade" 54,5%: banyak "o r e " adalah 6 juta ton (5+1), banyak
"overburden" 20 juta ton (25-5). "stripping ratio" 20 : 6 = 3 , 5
"Cut off grade" 49,5%: banyak "ore" adalah 11 juta ton (6+5), banyak
"overburden" 15 juta ton (20-5). "stripping ratio" 15 : 11 = 1 , 4 .
Dengan menurunkan " c u t off grade", maka "design" akan berubah. Ada
kemungkinan

dengan

menurunkan

"cut

off

grade",

keuntungan

bertambah karerna dipengaruhi oleh kemajuan teknologi.

tidak

"Cut off grade"

yang rendah banyak memerlukan ongkos pengolahan. Tetapi pada umumnya


dengan menurunkan "cut off grade" keuntungan akan bertambah. Bila "cut off
Dasar Rencana Penambangan III-10

Bab 3

grade" diturunkan maka prosen "recovery" akan naik tetapi belum t e n t u


menguntungkan maka
pihak

p e n g olahan

perlu adanya kompromi antara "designer" dengan

terlebih

dahulu.

Pada

unumnya

hasil

pada

suatu

penambangan hendaknya mempunyai kadar rata-rata yang konstan, Karena


kalau kadar rata-ratanya tidak konstan, maka pengolahan setiap kali harus
berubah, misalnya jumlah reagen dan alat-alat yang digunakan.
Untuk mendapatkan kadar rata-rata yang konstan, caranya yaitu dengan
melakukan "mixing" atau blending, sehingga bijih bercampur homogen. Alatalat harus di sebarkan pada tempat-tempat tertentu untuk memudahkan
"mixing" tersebut. Prinsip "mixing" dapat dinyatakan dengan rumus:
(A x a)+(B x b)+ (C x c)
Kadar rata-rata = ---------------------------------------------------- x 100%
(A + B + C)
Jika diketahui berat bijih A ton mempunyai kadar a%, B ton bijih dengan kadar
a% dan C ton bijih dengan kadar c%. "Mixing" ini biasanya dilakukan p a d a
"bin" ataupun "storage"
Supaya penambangan dapat teratur maka harus dipunyai data yang lengkap
dari hasil eksplorasi. Kalau hasil eksplorasi baik, maka dapat diatur rencana
penambangan untu beberapa waktu yang akan datang. Perencanaan dapat
dilakukan per hari, per bulan ataupun per tahun.

A. Daerah dengan kadar bijih a% dan jumlah A ton.


B. Daerah dengan kadar bijih b% dan jumlah B ton.
C. Daerah dengan kadar bijih c% dan jumlah C ton.
Gambar 7 Contoh "Mixing" di dalam Operasi Penambangan
Diket : Pada suatu tambang diketahui 3 macam endapan bijih besi, masing-masing :

Dasar Rencana Penambangan III-11

Bab 3

Endapan A kadar rata-rata 50% Fe203

Endapan B kadar rata-rata 60% Fe203

Endapan C kadar rata-rata 70% Fe203

Ditanyakan :
Berapa ton masing masing endapan tersebut, harus ditambang untuk memperoleh
campuran sebanyak 2000 ton dengan kadar rata rata 55% Fe203
Jawab: + B +

C =

2000 ton
( A x 50 ) + ( B x 60 )
+ (C x 70 )

= 55
A + B +

50 A +

60 B +

70 C
= 55

2000
50 A + 60 B + 70 C
1

= 110000

10000 - 50A - 60B


..
70

2000

A - B

..(2)

110000 - 50A - 60B


2000 - A B =

70

140000 - 70A - 70B = 110.000 - 50A 60B


30000

20A + 10B
30000

- 10 B

20
Misalkan

B = 500 ton
30000 - 10 x 500
20
A = 1.250 ton

Dasar Rencana Penambangan III-12

Bab 3

C = 2.000 - 1.250 - 500 = 250ton

3.3 Pertimbangan Teknis (Technical Consideration)


Yang dimaksud di dalam data pertimbangan teknis, antara lain meliputi :
1) Penentuan ultimate pit limit atau ultimate pit slope
2) Pertimbangan struktur geologi yang dominan
3) Pertimbangan geometri dimensi "bench".
4) Petimbangan

hidrologi dan hidrogeologi

sistem

pengeringan

(drainage

system) yang sesuai.


3.3.1. Penentuan Ultimate Pit Limit
Ultimate pit limit adalah batas akhir atau paling luar dari suatu tambang terbuka yang
masih diperbolehkan dengan kemiringan lereng yang masih aman. Atau "ultimate pit
slope" adalah kemiringan umum pada akhir operasi penambangan, yang tidak
menyebabkan kelongsoran lihat Gambar 8.
Dipandang dari segi ekonomis, maka kemiringan "bench" dibuat seterjal mungkin,
sedangkan jika menurut pertimbangan teknis harus ditinjau dari segi keamanannya
yang berhubungan dengan kondisi batuannya.

Gambar 8
"Ultimate Pit Slope"

Keterangan:
A. Merupakan "ultimate pit slope".
B. Bukan merupakan ultimate pit slope, karena masih ada "ore" yang
ditambang.
Dengan demikian maka faktor-faktor yang mempengaruhi Ultimate pit limit /batas
akhir ini adalah :

BESR yang masih diijinkan/menguntungkan

Kekuatan batuan pembentuk lereng yang meliputi sifat fisik & mekanik serta
keberadaan struktur geologi.

Dasar Rencana Penambangan III-13

Bab 3

A d a y a n g b e r p a t o k a n , ke m i r i n g a n " b e n c h " d i s e s u a i k a n d e n g a n
" ang l e of re f u se" . " An gl e of re f u se " ad al ah su d u t yan g di b e n tuk
o le h s u at u m a t e r i al le p as y an g m en g g u nu n g s e pe r t i ke r u cu t ,
dimana sudut yang dibentuk telah setimbang.
K a l a u t e l a h d l ke t a h u i " a n g l e o f. r e f u s e " , n a k a ke m i r i n g a n

Dimana: V = shearing stress.


Dari ruraus diatcs dapatv dibuat grafik hubungan antara
"shearing stress" dan "normal stress".

3.3.2. Memilih Sistem Penirisan yang Sesuai


Pertimbangan hidrologi dan hidrogeologi; Kondisi hidrologi dan hidrogeologi dari
suatu daerah yang akan dijadikan sebagai daerah tambang terbuka akan sangat
berpengaruh

dalam

proses

perancangan

tambang.

Kondisi

hidrologi

dan

hidrogeologi tersebut dapat berupa sungai, air permukaan (akibat curah hujan) dan
air tanah. Kondisi-kondisi tersebut akan menjadi pertimbangan teknis dalam
perancangan tambang terbuka karena dengan adanya sungai (misalnya terdapat
sungai yang besar di suatu daerah yang akan ditambang) akan menjadi batas
penambangan di daerah tersebut. Hal tersebut (kondisi hidrologi dan hidrogeologi)
akan menjadi perhatian dalam proses penambangan selanjutnya. Penanganan
masalah air dalam suatu tambang terbuka dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
a. Mine drainage , merupakan suatu upaya untuk mencegah masuk mengalirnya air
ke tempat pengaliran. Hal ini umumnya dilakukan untuk penanganan air tanah
dan air yang berasal dari sumber air permukaan (sungai, danau dan lain-lain)
b. Mine dewatering, merupakan suatu upaya untuk mengeluarkan air yang telah
masuk ke tempat penggalian, terutama untuk penanganan air hujan.
Sumber utama air permukaan pada suatu tambang terbuka adalah air hujan. Curah
hujan yang relatif tinggi akan berakibat pentingnya penanganan air hujan yang baik
agar produktivitas kegiatan penambangan tidak menurun. Penanganan masalah air
permukaan ini biasanya dapat dilakukan dengan membuat saluran air dan sumuran.
Saluran air berfungsi untuk mengalirkan air permukaan sedangkan sumuran

Dasar Rencana Penambangan III-14

Bab 3

berfungsi untuk menampung air permukaan dan selanjutnya dipompa ke luar


tambang sehingga kemajuan kegiatan penambangan dapat terus dilakukan.
Apabila bench basah, maka mempunyai tendensi mudah runtuh (longsor). Oleh
karena itu jumlah air harus dikurangi dengan "drainage" (penirisan) yang baik.
Sistim penirisan ada dua:
a. Kuratif (langsung).
Air dibiarkan terlebih dahulu masuk ke dalam "pit" (tambang terbuka), kemudian baru
dikeringkan dengan pompa ke luar tambang. Cara ini disebut cara konvensional.

Keterangan: a. sump b.
pompa
Gambar 19 "Open Sump

A
s
Kuratif terbagi dua, yaitu: "open sump" dan "tunnelling." "Open sump" berlaku jika
tanahnya permeabel, maksudnya air dengan bebas merembes ke "open sump" (lihat
Gambar 19). Sedangkan cara "tunnelling", sebagai contoh penirisan pada gunung
Kelud (lihat Gambar 20).
"

GAMBAR 20 "TUNNELING DRAINAGE"


b. Preventif (tidak langsung).Air dipompa terlebih dahulu sebelun masuk
kedalan "pit".

Cara ini disebut juga inkonvensional . Cara penirisan

preventif ada empat macam:1).

"Siemens method" (lihat Gambar 21);

c. Kedalam lobang bor dimasukan "casing", yang bertujuan agar air mudah
masuk kedalam pipa.
Dasar Rencana Penambangan III-15

Bab 3

Gambar 22
"Siemens Method Drainage"

GA

Kerugian cara ini adalah, banyak pipa yang digunakan,

dan kedalaman

lubang bor harus melebihi tinggi "bench". Jadi biaya akan lebih besar, karena
di samping biaya pipa juga biaya pemboran.
2). "Small pipe system with vacum pump" (lihat Gb 22); Langkah-langkahnya
adalah dibuat lubang bor dengan diameter 6-8 inch. Lubang tidak diberi
"casing" tetapi dimasukkan dengan pipa yang berdiameter 2-2,5 inchi. Pasir
dimasukan sebagai saringan sehingga yang masuk adalah material yang larut
dalam air. Melalui "small pipe" ini lubang bor dibuat vakum dengan
menggunakan pompa.

Gambar 23
Small Pipe System With Vacum
Pipe Drainage"

-.5 pm[xira
ten

Dasar Rencana Penambangan III-16

Bab 3

3. "Deep well pump method; Digunakan untuk material yang mempunyai


permiabilitas yang rendah dan "bench" yang tinggi. Cara membuatnya
sebagai berikut:
- Dibuat lubang bor dengan diameter minimum 6 in.
- Lubang bor dipasang "casing".
- Pompa dimasukan ke dalam lubang bor (submercible pump) yang
digerakan oleh listrik. Pompa ini ada yang otomatis, yaitu bila pompa
tercelup ke dalam air maka mesin pompa akan hidup sendiri.

a. pompa listrik

b. casing c. submercible pump

Gambar 25 "Deep Well Pump Method Drainage'


4. "Electro Osmosis System"; Merupakan cara terbaru dan biasanya digunakan pada
daerah yang mempunyai permiabilitas sangat kecil. Langkah-langkahnya sebagai
berikut:
-

Membuat lubang bor dengan diameter 3 - 5 in dan 1 - 3 in.

- Masukan "casing pipe".


H+ akan mengalir menuju ke katode sehingga terjadi netralisasi H + dengan OH- dan
membentuk H20 (air). Kemudian air yang telah terkumpul ini dipompa ke luar, dimana
sebelumnya tidak terdapat air. Prinsip ini merupakan prinsip elektrolisa, bilamana
lapisan tanah terdiridari tanah lempungan, maka keadaan ini menyulitkan proses
pemompaan karena adanyasifat kapiler yang terdapat pada jenis lempungan. Untuk
mengatasi hal ini, maka dipergunaka cara electro osmosis.

Dasar Rencana Penambangan III-17

Bab 3

Keterangan:
a. Lubang bor 1-3 inchi sebagai anoda (+)
b Lubang bor 4 inchi sebagai
katoda (-)
c Pompa

Electro Osmosis adalah proses penarikan ion-ion air, yaitu H+ dan OH-,
menggunakan lempengan katoda dan anoda. Batang anoda dimasukkan ke dalam
sumur yang dilengkapi dengan filter dan berfungsi sebagai katoda. Bilamana
elemen-elemn ini daliri listrik, maka air pori yang terkandung pada batuan akan
mengalir menuju katoda (lubang sumur) yang kemudian terkumpul dan dipompakan
ke luar pit

Dasar Rencana Penambangan III-18

Bab 3

3.3.3. Pertimbangan Struktur Geologi yang Dominan


Struktur gologi yang mempengaruhi dalam perancangan suatu tambang terbuka
antara lain adalah :
-

perlapisan dan perlipatan (sinklin dan antiklin)

sesar dan patahan

cleavage

Adanya daerah perlapisan, perlipatan, sesar dan patahan akan mempengaruhi


batas-batas daerah yang akan ditambang (geometri dari daerah penambangan).
Adanya struktur geologi yang menyebabkan adanya zona lemah akan membatasi
daerah pit penambangan yang dipengaruhi oleh sifat material yang berada di sekitar
zona lemah tersebut.

Batas Pit

Patahan
Batubara

Gambar 2.1 Pengaruh Zona Lemah Terhadap Daerah Penambangan

"Slope stability" antara lain tergantung pada struktur geologi yaitu "joints",
"fault" ataupun fold , terutama pengaruh yang mudah dilihat seperti
pada daerah yang merupakan stratifikasi bahan-bahan sedimen.
Bila materialnya kompak, maka "bench" dibuat s eperti

p ada

Gambar 25a. Apabila materialnya tidak kompak, maka "bench" dibuat


seperti pada Gambar 25b. Kalau struktur geologinya miring (perlapisan
miring) maka

"bench"

dibuat menurut kemiringan struktur tersebut

(Gambar 26).

Dasar Rencana Penambangan III-19

Bab 3

Jika
pembuatan "bench" seperti pada Gambar 27, maka mengakibatkan "bench" tidak
stabi.l, bila datang hujan mungkin akan runtuh karena terdapat bidang yang lemah.
Secara teknis "bench" yang stabil seperti pada Gambar kemungkinan runtuh pada
musim hujan adalah kecil. Dan kalau strukturnya berbentuk "fault", maka sebaiknya
dibuat seperti pada Gambar 28.

3.3.4.Pertimbangan Geometri Jenjang;


Cadangan bijih yang akan ditambang dengan cara teknik tambang terbuka sangat
dipengaruhi oleh beberapa aspek meliputi ukuran, bentuk, orientasi dan faktor
kedalaman dari permukaan dari cadangan bijih tersebut. Keadaan topografi
mencakup daerah pegunungan sampai daerah dasar lembah. Oleh karena itu

Dasar Rencana Penambangan III-20

Bab 3

terdapat beberapa pertimbangan geometri yang harus diperhatikan. Adapun


pertimbangan geometri yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut.
3.3.4.1 Menentukan Geometri "Bench"
Komponen utama dalam suatu tambang terbuka adalah yang disebut dengan
jenjang/bench. Pertimbangan-pertimbangan yang akan dipakai dalam menentukan
geometri jenjang ini adalah tinggi (H),

lebar (W) dan panjang (L). Tujuan

menentukan dimensi "bench":


-

Sasaran produksi harian atau sasaran produksi tahunan.

Harus mampu menampung alat-alat/peralatan yang dipakai untuk bekerja


(working bench).

Masih sesuai dengan ultimate pit slope atau aman dilalui alat-alat produksi

Bila suatu "bench" memiliki W = 1 , H = 3 maka produksinya 1x3x5x1 M3 = 15


M3 , Dimensi harus mampu menghasilkan produksi yang diinginkan, maka dibuat
beberapa "bench" yang memenuhi terhadap produksi yang diminta. Misalnya
produksi yang diinginkan 100 M3 maka dimensi "bench" seperti diatas harus dibuat
sebanyak tujuh buah "bench" (7 x 15 M3 = 105 M3 ).
Berdasarkan alat-alat yang dipakai, maka ukuran alat seperti "power shovel" akan
mempengaruhi dimensi "bench", di sini diperlukan ruang gerak yang cukup untuk
alat tersebut maupun alat angkutnya.
1. Dimensi "bench" menurut Head Quarter Departement of the Army USA, di dalam
buku yang berjudul "Pits and Quarries Technical Bulletine No. 5-332, terbitan
Washington DC, tahun 1967, halaman 32 adalah sebagai berikut:

Dasar Rencana Penambangan III-21

Bab 3

Keterangan: 1. power shovel 2. alat angkut


4. material hasil peledakan

3. alat bor

Gambar 30. Lebar "Bench" Menurut "Head Quarter


Departement Of The Army USA"
Wmin = y + Wt + Ls + G + Wa
Dimana: Wmin = lebar bench minimum
y
= lebar bench yang dibor
Wt = lebar dari alat angkut
Ls = panjang dari power shovel
G = floor cutting radius dari power shovel
Wa = lebar material hasil peledakan ( dianggap y)
2. Menurut RK Ghandi, "Estimating Bench Design Parameters for Open Cut
Excapation", Rolla, Mo, 1969.

Gambar 32 Lebar Bench Henurut Formula RK Gandhi


Wmin

Rs + G + 5 Wt + z

Dasar Rencana Penambangan III-22

Bab 3

Dimana: Wmin = lebar minimum Bench.


Rs
G

= dumping radius dari power shovel


= floor cutting radius power shovel

Wt

= lebar bench untuk menampung hasil peledakan

lebar alat angkut

Harga 5 Wt disediakan untuk tempat alat angkut (truck) dengan perincian:


3 Wt untuk tempat "truck" (1 Wt = jarak selebar alat angkut yang telah
bermuatan; 1 Wt = jarak selebar alat angkut yang masih kosong; 1 Wt = jarak
bebas kedua "haulage unit." ) dan 2 Wt atau lebih = bagian yang dikosongkan
untuk safety, apabila sewaktu-waktu terjadi kelongsoran. Pada Tambang terbuka
semua "bench" digali, maka pekerjaan harus diatur sedemikian rupa,
sehingga alat-alat tidak sampai menganggur; penggalian dan penyebarannya
diatur urut-urutannya.
Mengenai tinggi "bench", RK Gandhi memberikan rumus:
He = 1,8 Cd + 18
dimana: He = tinggi optimum "bench"; Cd = dipper capacity alat gali.
Di samping itu Gandhi memberi formula baru tentang dimensi "bench", yaitu:
Wmin

Rs + G + 5 Wt +

Dimana: Wmin = lebar minimum Bench (ft)


Rs
G

= dumping radius dari power shovel


= floor cutting radius power shovel

Wt

lebar alat angkut


=

lebar bench untuk menampung pengembangan material

yang bergerak ke arah memanjang


Untuk menghitung lebar pengembangan material ini, digunakan rumus:
1/2 H
= (------------) (2b+cos) - bH

Sf1/3

dimana:
H = tinggi "bench"(ft)
Sf = "swell factor"
b = konstanta = y/H
y = lebar bagian yang dibor.

Dasar Rencana Penambangan III-23

Bab 3

= "angle of repose" (untuk limestone 30-45)


Dan untuk mencari lebar "bench" untuk menampung hasil peledakan (z),
digunakan rumus:
Wmin = Rs + G + 5 Wt + Z
1/2 H

z = (------------)(2b+cos)-bH
Sf1/3
Apabila Z dimasukan maka:
Wmin = Rs + G + 5 Wt + (0.5 H/Sf1/3) (2b + cos)-bH
Harus

diingat

bahwa

stabilitas

"slope

angle"

yang

optimum

didisainkan

membutuhkan: tan = H/ Wmin


Jadi sebagai koreksi dapat digunakan rumus: Wmin = H Cotg ; dimana:
= "optimum slope angle" untuk stabilitas
Menurut Gandhi Rs dan G dapat dicari dengan menggunakan rumus:
Rs = 4 , 3 Cd + 23 (ft)
G = 2,7Cd + 15 (ft)
Panjang "Bench" Maksimun; Walaupun "shovel" dapat ditempatkan pada semua
posisi namun secara garis besar prosedur pemuatan ada dua cara yaitu: "frontal
approach" dan "parallel approach"

Dasar Rencana Penambangan III-24

Bab 3

"Frontal approach" adalah apabila kemajuan "shovel" tegak lurus dengan "bench
face" dan alat angkut berada pada sisi kanan dan kirinya, sehingga lintasan kerja
"shovel" membentuk setengah lingkaran. Apabila cara ini digunakan, maka minimum
panjang bench adalah sebagai berikut:
2 (Rs + 2 Wt) = + Im
Penjabaran dari persaman di atas :
lm = 2 (Rs + 2 Wt) -
= 2 ( Rs + 2 Wt ) - (0,5H/ Sf

1/3

) (2b - Cos ) - bH

dimana: = penambahan jarak memanjang panjang "bench" yang dibutuhkan untuk


"swell" (ft).
3. "Bench mining" (dapat dibaca dari "Mining of Mineral Deposits", by L.
Shevyakov, p. 602), dimana lebar "bench" tergantung pada metode penggalian
batuan .
Pada penggalian batuan yang lunak, dipergunakan "shovel" dengan cara
menggali langsung pada "face", dan lebar jalannya diperkirakan sama dengan
"digging radius" (Ro) pada operasi tingkat pertama atau (1 - 1,5) Ro.
Lebar "bench" dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut:
B = (1 - 1,5) Ro + L + L1 + L2

dimana: B =
L =

lebar "bench"
jarak dari sisi "bench" kejalan lori (3 4m)

L1 = lebar lori (1,75 untuk lori yang sempit dan 3 m untuk ukuran standard)

Dasar Rencana Penambangan III-25

Bab 3

L2 = sisi yang dipersiapkan sebagai tindakan preventif kalau seandainya


"bench" longsor dan dipergunakan juga untuk penggalian "bench"
yang berada di bawahnya.
Untuk material yang keras maka dilakukan peledakan, dan material-material hasil
peledakkan dimuat ke dalam alat angkut dengan menggunakan "shovel". Apabila
hasil peledakan menempati daerah seluas N, maka lebar "bench" adalah:

B = N + L + L1 + L2

Dimensi dan .juml ah "bench" pada "open pit"


Dimensi dari "bench" (tinggi dan kemiringan) tergantung kepada:
- peralatan yang dipakai
- endapan yang akan digali
- kondisi kerja
Adanya hubungan yang baik antara tinggi "bench" dengan ukuran "excavator"
yang akan dipakai, menjamin effisiensi yang tinggi, keselamatan dan peralatan dapat
bekerja secara ekonomis pada "bench" dan dapat memindahkan "high quality raw
material".
Tinggi "bench" dihubungkan dengan tinggi penggalian dari "power shovel",
pada batuan yang tidak padat biasanya di ambil sama dengan tinggi penggalian
(height of digging). Pada batuan-batuan yang keras, parameter-parameter suatu
"bench" harus diusahakan sedimikian rupa, sehingga tinggi timbunan "broken ore"

Dasar Rencana Penambangan III-26

Bab 3

yang dipecahkan dengan peledakan tidak lebih dari 1 , 5 kali "digging height of power
shovel". Di dalam prakteknya tinggi "bench" pada "open cast" biasanya berkisar
antara 3 - 20 meter (dengan shovel loading biasanya 10 - 15 meter untuk "waste"
dan 8 - 1 2 meter untuk Ore) .
Pada "open pit" yang besar sekarang ini, untuk ketingian "bench" 12 - 15 meter,
maka kemiringan 70 - 80 untuk batuan beku, 50 - 60 untuk batuan sedimen, 4O0 50 untuk "semi ledge" dan pasir kering, 35 - 45 untuk "argillaceous rocks".
Selain dari faktor tersebut di atas,
dipengaruhi

kemiringan dan tinggi

"bench"

juga oleh kandungan air. Batuan yang kering biasanya

mempunyai kemiringan yang besar dan bench" lebih tinggi. Sedangkan lebar
"bench" tergantung kepada:
- alat-alat yang digunakan
- mode kerja (mode operation).
Pada umumnya lebar "bench" adalah antara 20 - 60 meter tetapi
kadang-kadang mencapai 80 - 100 meter, Apabila menggunakan "multi rows
borehole blasting".
Jumlah "bench" pada suatu "open pit" disesuaikan dengan kedalaman
penambangan yang direncanakan. Didalam "open cast work" kedalaman ini
mungkin juga memperhatikan umur tambang tersebut. Lebar minimal dari
"bench" untuk tambang-tambang pada "hard ledge rocks" dapat ditentukan
dengan rumus:
Vr = A + C + C1 + L + B
dimana:
A = lebar timbunan "broken ore" setelah peledakan, dalam meter.
C = jarak dari sisi timbunan "broken ore" sampai ke garis tengah jalan lori
(3 4m)
C1 = setengah lebar gerobak lori ( 2 m untuk ukuran track 1 m dan 2,5 - 3 m
untuk ulkuran standard track yaitu 1,524 m.
L = sisa yang dikosongkan untuk menjamin "extraction cadangan pada
"bench" di bawahnya ( 10 - 20 m) .

Dasar Rencana Penambangan III-27

Bab 3

B = lebar "bench" cadangan yang akan diledakan (sekitar 6 -12 m)

Keterangan:
1.
drill rig
2.
railway car
3.
high wall
4.
pile of broken ore
Gambar 72 Lebar "Bench" Minimum Untuk "Hard Rocks"
Lebar timbunan "broken ore" tergantung kepada metode pemboran dan
peledakan, umumnya untuk menentukan lebar timbunann ditentukan dengan
rumus:
A = CH + b (n - 1 )
dimana :
C = koeffisien (diambil 1 , 5 - 2 )
H = tinggi bench (dalara meter)
b = jarak antara "row" di dalam sistim "multi blasting" (dalam meter)
n = jumlah lubang bor yang diledakan.
4. ''Safety at work place ; Hal ini dapat dibaca pada buku "safety in open cast
mining", by N. Melnikov and Chesnokov, p. 112. Di sini dinyatakan bahwa

Dasar Rencana Penambangan III-28

Bab 3

lebar minimum dari "working bench" tergantung kepada tinggi "face" yang
akan dikerjakan. Henurut data dari Asbestsement Research Institute adalah
sebagai berikut:
Width of working bench (m) depend
of face-height (m)
10
15
20

Type working bench


For single-track rail haulage with track-gauge
of 1.000 mm, or for dump truck haulage
For single-track haulage with
track-gauge of 1.52k mm

30

40

50

35

45

55

Lebar minimum dari "working bench" dapat ditentukan dari persamaanpersamaan

yang

diberikan

oleh

N.V.

Kelkinov

de ngan

mendasarkan

perhitungan kepada kondisi penambangan dan alat-alat yang dipakai. Untuk


penambangan endapan "soft strata" maka lebar "bench" adalah:
Bss = 2 R + C + C 1 + L
dimana :
R

"digging radius dari pada excavator pada "bench (dalam


meter)

= jarak sisi timbunan "broken ore" ke garis tengah

C1 = lebar jalur dari garis tengah rel ke jalur untuk "storing"


(penimbunan) material yang telah digali (dalam meter).
L =

bagian yang ditinggalkan, yang sama lebarnya dengan jalan


"dump truck".

Sedangkan

lebar

"working bench" dalam penambangan "hard strata" adalah:


Bhs = a + C + C1 + L + A
dimana:

Dasar Rencana Penambangan III-29

Bab 3

a = lebar bench yang dibutuhkan untuk menampung "broken ore"


setelah peledakan (dalam meter).
A = lebar potongan pertama (dalam meter)

Skema di atas dapat bervariasi dan tergantung kepada cara kerjanya, tetapi secara
prinsipnya adalah sebagai berikut :
-

Mempersiapkan suatu ruangan yang cukup untuk menyesuaikan dengan


jatuhnya "broken ore".

Mempersiapkan suatu ruangan untuk peralatan - peralatan yang digunakan.

Tempat lewat kerja

Mempersiapkan ruangan yang harus ditinggalkan pada sisi "bench" bagian luar
untuk preventif apabila terjadi kelongsoran.

Sebagai rumus pendekatan untuk menentukan besarnya a (lebar bench yang


dibutuhkan untuk menampung broken ore setelah peledakan) diberikan rumus oleh
RH Iskhakov sebagai berikut:
x=cH
dimana:
x = jarak dari "floor" dari pada "face" kearah mana objek tersebut terlempar
(dalam meter).

Dasar Rencana Penambangan III-30

Bab 3

c = "proporsionality coefficient", yang tergantung kepada kemiringan "face"


dan elastisitas dari pada "colliding bodies" (tumbukan antara broken ore
dengan floor dari pada bench)1
H = tinggi jatuhnya objek.
Penyelidikan di atas berdasarkan kepada kemiringan dari "bench" sebesar 60,
merupakan elastisitas yang terbesar antara material yang jatuh dengan "floor".
Sebagai contoh: "rocky materials" dengan tinggi jatuh 10 meter, kemiringan 60
mempunyai x = 2 meter, berarti c = 5.
5. Mengenai tinggi "bench" menurut Head Quarter Departement of the Army USA,
di dalam buku yang berjudul "Pits and Quarries Technical Bulletine No.

5-332,

terbitan Washington DC, tahun 1967, halaman 32 adalah:


Ho = 1,8 Cd + 181)
Hm = 1,2 Cd + 302)
Dimana :
Ho = tinggi optimum Bench (ft)
Hm = tinggi maksimun Bench (ft)

Gambar 31 Tinggi Optimum dan


Tinggi Maksimum "Bench"

Cd = dipper capacity alat gali.

Hm belum tentu memberikan kapasitas yang besar (lihat Gambar 31).


Panjang "bench" tergantung pada produksi yang diminta, karena dimensi
yang diketahui dengan menggunakan rumus-rumus di atas.
6. "Bench Height " (Element of Mining, by Young); Pada suatu waktu tinggi
"bench" akan dibatasi oleh kedalaman pemboran,

tetapi dengan memakai

"churn drill" yang moderen dapat meniadakan pembatasan ini. Tetapi


pembatasan yang utama adalah ketinggian penggalian yang dapat dicapai
oleh "shovel".
Tinggi
menyebabkan

"bench"
bagian

yang
tanah

melanggar
yang

ketentuan

menggantung

"overhang" ini jatuh maka akan membahayakan

ini

kadang-kadang

(overhang),

apabila

"shovel". "Overhang"

biasanya akan terjadi apabila batuan yang akan digali relatif keras,

tetapi

Dasar Rencana Penambangan III-31

Bab 3

mungkin saja akan terjadi pada waktu menggali material-material yang agak
lunak.
Tinggi "bench" pada tambang bijih besi berkisar 20 - 40 feet (yang
disukai 50 ft), sedangkan pada tambang-tambang tembaga berkisar 30 - 70 ft
(yang disukai 40 - 50 ft) dan pada "Morenci pit" dipakai ketinggian "bench" 50
ft, baik pada waktu "stripping" maupun penggalian "ore". Pada penambangan
limestone" ketinggian "bench" dapat mencapai 200 ft. Lebar "bench" berkisar
antara 50 - 250 ft, dengan kemiringan 45 - 65 "slope" yang tajam terdapat
pada batuan yang keras.
Pfleider dengan bukunya "Surface Mining", halaman 381, diberikan
rumus pendekatan untuk nenentukan tinggi "bench" yaitu sebagai berikut:

L = Lm Sf x .... (feet), keterangan lihat Gambar 7 7 .

Dasar Rencana Penambangan III-32

Bab 3

Gambar 77 Tinggi "Bench" Menurut Pfleider


Keterangan Gambar:
Ld

"maximum dumping height"

Lm

"maximum cutting height"

Lo

"optimum height of cut"

Re

"radius of clean up at floor"

Rd

"maximum dumping radius"

Rm

"maximum cutting radius"

Harga x pada rumus di atas tergantung kepada posisi "working face" x = 1/2
untuk "box cut" dan 1/3 untuk "corner cut".
3.3.4.2

Geometri Jalan Tambang

Salah satu pertimbangan geometri adalah pembuatan jalan tambang baik itu jalan
masuk ke dalam tambang untuk pengangkutan bijih/endapan bahan galian yang
ditambang ataupun juga jalan yang digunakan untuk penimbunan lapisan penutup.
Geometri dari jalan akan mempengaruhi bentuk geometri daerah penambangan
secara umum. Geometri dari jalan tersebut meliputi lebar dan kemiringan jalan
(biasanya dipengaruhi oleh jenis alat yang digunakan dalam operasi penambangan).
Beberapa hal yang perlu diperhatikan :
a)

Iklim; Daerah penambangan dipengaruhi oleh keadaan iklim. Untuk iklim


tropis, terdapat 2 musim yang berpengaruh yaitu musim hujan dan musim
kemarau yang akan mempengaruhi produksi. Penurunan produksi dapat terjadi
pada musim hujan dan kemarau. Pada musim hujan keadaan jalan angkut akan
licin atau lengket dan berbahaya untuk dilalui. Sedangkan pada musim kemarau,
jalan menjadi berdebu yang akan mempengaruhi pandangan pengemudi.

b) Tanah dasar; Tanah dasar dari daerah tambang harus diteliti jenis dan kondisinya,
meliputi batas Atterberg (batas cair, batas plastis) dan golongannya (misalnya
menurut Unified Soil Classification System). Kegunaannya untuk menentukan
kekuatan daya dukung tanah.

Dasar Rencana Penambangan III-33

Bab 3

c) Bahan perkerasan local; Dianjurkan untuk mempergunakan batu yang diperoleh


dari sekitar lokasi penambangan. Batu untuk bahan perkerasan jalan boleh
langsung dipergunakan tanpa melalui preparasi. Batu hendaknya dipecahkan
sebagai fraksi berukuran 5-7,5 cm.
d) Kemiringan (grade); Kemiringan jalan mempengaruhi produksi. Sebaiknya diambil
kemiringan optimum. Faktor gravitasi hendaknya dimanfaatkan semaksimal
mungkin.
e) Lebar jalan; Lebar jalan hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan, dapat satu
jalur, dua jalur atau lebih.
f) Fungsi jalan; Menurut fungsinya jalan dibedakan menjadi :
- Jalan pengangkutan utama (main haulage road), yaitu jalan yang menghubungkan
setiap stasiun penyaringan ke pabrik pengolahan atau tempat penimbunan.
- Jalan

tambang

(mine

road),

yaitu

jalan

yang

menghubungkan

daerah

penambangan dengan stasiun penyaringan.


- Jalan pembuangan (disposal road), yaitu jalan yang menghubungkan daerah
pengupasan dengan daerah pembuangan.
- Jalan pengupasan (stripping road), yaitu

jalan yang melayani aktivitas

pengupasan tanah penutup dan sifatnya hanya sementara.


g) Jenis dan kapasitas kendaraan yang melalui jalan.

Dasar Rencana Penambangan III-34

Anda mungkin juga menyukai