BAB III
PERENCANAAN TAMBANG TERBUKA
(SURFACE MINE PLAN DESIGN)
cadangan
"production
rate"
dan
Umur
(jumlah
tambang
produksi).
hal
ini
akan
"Production
menentukkan
rate"
adalah
5.
Cut off grade; Ada dua pengertian "cut off grade", yaitu:
III-1
Bab 3
ditambang.
Cut off grade inilah yang akan menentukan batas-batas atau besarnya
cadangan, sehingga menentukan bentuk akhir penambangan selain itu juga
akan menentukan perlu tidaknya dilakukan pencampuran (mixing/blending)
antara endapan bahan galian yang berkadar tinggi dengan yang rendah.
Dengan demikian luas cadangan yang memenuhi syarat sebagai "ore" dapat
dihitung. "Cut off grade" bertambah besar maka nilai cadangan akan turun,
demikian pula sebaliknya.
Untuk
membahas
faktor-faktor
tersebut
di
atas
dibutuhkan
data-data
eksplorasi tentang:
1. Keadaan endapan bijih, yaitu :
a.
b.
Sifat fisik seperti kekerasan, berat jenis dan strukt tur mineral (batuan).
c.
d.
III-2
Bab 3
Nilai endapan bijih per unit berat. Biasanya dinyatakan $.. /ton atau IDR atau
Rp../ton. Misalnya didapatkan endapan emas 10 gram/ton, harga emas setiap
satu gram 10.000 rupiah, maka nilai endapan bijih ini adalah Rp.100.000,00/ton.
Misalkan 60% Fe203 perton, harga bijih tersebut Rp.lOO/kg, maka nilainya
60/100 x Rp.1OO/kg x 1000 kg adalah Rp.60.000/ton bijih.
Ongkos "stripping of overburen"; Dinyatakan dalam per ton bijih, yang dapat
dicari dengan nengetahui terlebih dahulu "stripping ratio" nya. Misalkan hasil dari
pembuangan "overburden" 1000 ton, akan didapatkan bijih 500 ton sedangkan
ongkos "stripping of overburden" Rp. lOO/ton. Maka harga per ton bijih adalah
sebagai berikut:
Ongkos "stripping of overburden" per ton "ore" =
(ton "overburden/ ton "ore") x ongkos penggalian/ton=
(1000/500 x Rp. 100,00/ton) = Rp. 200,00/ton bijih
bawah
tanah.
Atau
untuk
mengetahui
apakah
pemilihan
cara
III-3
Bab 3
Biaya Tambang Bawah Tanah / ton bijih Biaya Tambang Terbuka / ton bijih
Biaya Pengupasan OB / ton OB
Atau BESR =
ab
c
a = nilai endapan bijih per ton (recovable value per ton Ore).
b = ongkos endapan bijih per ton (production cost per ton ore) .
c = "stripping cost"/ton "waste".
Jika BESR >1, maka akan menguntungkan ditambang dengan sistim Tambang
terbuka, tetapi jika BESR <1, maka akan rugi dan lebih baik dicoba dengan sistim
Tambang bawah tanah. Dan jika BESR = 1 , maka penambangannya tidak
mendatangkan keuntungan. Jadi jika BESR 0, maka lebih menguntungkan
bila ditambang dengan sistim Tambang bawah tanah.
Misalnya biaya penambangan secara tambang bawah tanah = Rp. 18.000/ton bijih,
biaya penambangan secara tambang terbuka = Rp. 2.000/ton bijih dan ongkos
pengupasan tanah penutup = Rp. 3.500/ton overburden. Maka untuk memilih salah
satu sistem penambangan digunakan rumus BESR(1).
BESR(1)
Rp.18.000 Rp.2.000
4,57
Rp.3.500
Ini berarti bahwa hanya bagian endapan yang mempunyai BESR yang lebih rendah
dari 4,57 yang dapat ditambang secara tambang terbuka dengan menguntungkan.
Jadi 4,57 adalah BESR (1) tertinggi yang masih dibolehkan untuk operasi tambang
terbuka dengan kondisi tersebut di atas.
III-4
Bab 3
Setelah ditentukan bahwa akan digunakan sistem tambang terbuka, maka dalam
rangka pengembangan rencana penambangan digunakan BESR (2) dengan rumus
sebagai berikut.
BESR(2)
BESR (2) ini juga disebut economic stripping ratio yang artinya berapa besar
keuntungan yang dapat diperoleh bila endapan bijih itu ditambang secara tambang
terbuka. BESR dipengaruhi oleh kadar endapan, harga pasar dan produknya.
Contoh perhitungan BESR (2) untuk bijih tembaga dengan pembuatan grafik
BESR adalah sebagai berikut:
Gambarkan grafik BESR sebagai fungsi dari %Cu, untuk harga metal Cu
berturut-turut 25 /lb, 30 /lb dan 35 /lb, jika diketahui:
- "Mining and milling cost"
= $ 0.5/ton "ore".
- "Stripping cost"
= $ 0.40/ton "ore".
Komponen Biaya
Kadar Cu (%)
1.40%
1.20%
1.00%
0.80%
0.60%
III-5
Bab 3
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
1.35
1.35
1.35
1.35
1.35
1.77
1.46
1.17
0.9
0.65
3.62
3.31
3.02
2.75
2.5
6.3
5.4
4.5
3.6
2.7
6.7
5.225
3.7
2.125
0.5
7.56
6.48
5.4
4.32
3.24
9.85
7.925
5.95
3.925
1.85
8.82
7.56
6.3
5.04
3.78
13
10.63
8.2
5.725
3.2
Dengan jalan yang sama, maka dapat dihitung nilai bijih untuk me tal Cu yang
berharga 30 /lb dan 35 /lb. Sedangkan grafik untuk metal Cu berharga 25 /lb pada
Gambar 2.1. Grafik BESR akan naik pada saat menyentuh "ore" dan konstan pada
saat berproduksi dan pembuangan "overburden" seimbang. Grafik ini setiap tahun
akan berubah, pada saat menambang BESR tidak ada penambahan dan mulai
meningkat setelah berproduksi.
Selain itu BESR (3) biasanya juga dihitung berdasarkan keuntungan maksimum
yang akan diperoleh, yaitu :
BESR(3)
Nilai yang diperoleh / ton bijih (Ongkos Pr oduksi / ton keuntungan / ton)
Biaya Pengupasan OB / ton OB
III-6
Bab 3
Jadi pada dasarnya, jika terjadi kenaikan harga logam di pasaran, dapat
mengakibatkan perluasan tambang karena cadangan bertambah, sebaliknya jika
harga logam turun, maka jumlah cadangan akan berkurang. Sehingga secara umum
pertimbangan ekonomis meliputi :
1) Nilai (value) endapan bijih (berapa harga dari produk yang dihasilkan) dinyatakan
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa BESR dipakai untuk mengetahui apakah
rancangan tambang tersebut menguntungkan/ tidak.
Di dalam operasi penambangan terdapat dua pilihan, yaitu melakukan "stripping"
terlebih dahulu kemudian baru menggali "ore" atau penggalian "overburden" dalam
batas tertentu kemudian diikuti dengan menggali "ore".
Keuntungan melakukan "stripping of overburden" secara keseluruhan baru kemudian
mengambil "ore" adalah:
- Bila "overburden" sudah terkupas maka akan diperoleh "ore" secara terus
menerus.
- Pengontrolan lebih mudah.
Adapun kerugiannya, selama menggali tidak, berproduksi sehingga BESR sangat
kecil. Sedangkan keuntungan melakukan "stripping of overburdenen" pada batas
tertentu kemudian diikuti dengan penggalian Ore",ongkos "stripping" dapat
ditutupi dengan basil penjualan "ore" yang telah digali. Jadi tidak memerlukan
modal yang terlalu besar. Tetapi kerugiannya di samping mengurus "stripping
of overburden" juga harus memikirkan pengangkutan "ore" dari dalam tambang.
III-7
Bab 3
ORE
ORE
Gambar 2.2
Hubungan antara "Stripping of Overburden"
dengan Penggalian "Ore"
Suatu ketika "design" dapat berhenti (merupakan limit) yaitu jika "stripping cost
per ton waste" (ongkos penggalian overburden) menjadi sangat besar. Pada
saat ini, sistem tambang terbuka dapat diubah menjadi Tambang bawah
tanah, contohnya tambang besi di Kiruna, Swedia. Untuk mendapat yang luas
lebar maka harus diambil pada zone-zone tertentu (pengambilan ore) sebagai
"sample" untuk menentukan kadar rata-ratanya .
Untuk daerah-daerah yang miskin dan batuannya kompak dibuat "bench"
yang sangat curam dan kalau "overburden" tidak sama pada bagian-bagian
tertentu, maka perlu dibagi dalam zone-zone yang disebut "zoning" (lihat
Gambar 5 ) .
Pertimbangan terakhir ekonomisnya suatu kadar (grade) bijih, ditentukan oleh
manager. Selain itu dipengaruhi pula oleh kemajuan teknologi dan harga
pasarnya. Jika harga logam naik maka "cut off grade" dapat diperluas.
III-8
Bab 3
Overburden
(tons)
Bijih(tons)
Dalam hal ini unit satuan yang lain juga dapat digunakan. Khusus untuk kegiatan
strip coal mining maka perhitungan stripping ratio adalah sebagai berikut.
SR
Overburden(m3)
coal/ (tons)
Ini mengandung arti bahwa seberapa besar volume overburden (BCM) untuk
menggali atau memperoleh satu ton batubara. Di Indonesia SR bisa mencapai
12 : 1 yang ideal adalah 3 : 1 (sudah layak), sedangkan BESR untuk batubara
adalah apakah masih ekonomis bila batubara dikupas dibandingkan dengan
nilai batubara dalam rupiah dibagi ongkos pengupasan overburden.
SR
Nilai Batubara(Rp)
OngkosPengupasan
Overburden
Ratio antara waste terhadap bijih yang digambarkan dalam suatu unit satuan tertentu
berguna untuk tujuan design perancangan. Sebagai contoh, ratio ini didefinisikan
sebagai berikut.
SR
Overburden (volume)
Bijih (volume)
Dalam hal ini harus diperhatikan bahwa jika overburden dan bijih mempunyai density
yang sama, maka persamaan di atas akan memiliki nilai yang sama dengan
perhitungan SR sebelumnya.Sehingga dari nilai stripping ratio yang diperoleh dan
dibandingkan dengan nilai BESR (Break Even Stripping Ratio) yang telah dihitung
III-9
Bab 3
yang
menutupi endapan
berkadar
juta
"stripping
ton.
Berapakah
ratio"
berturut-turut
49,5%.
dapat
menghitung
"stripping ratio" perlu dicari jumlah "ore" dan jumlah "overburden". Gambar 6
Contoh Perhitungan "stripping ratio".
Perhitungannya adalah sebagai berikut:
"Cut off grade" 59,5%: banyak "ore" adalah 1 juta ton, banyak "overburden"
25 juta ton, " stripping ratio 25 : 1=25
"Cut off grade" 54,5%: banyak "o r e " adalah 6 juta ton (5+1), banyak
"overburden" 20 juta ton (25-5). "stripping ratio" 20 : 6 = 3 , 5
"Cut off grade" 49,5%: banyak "ore" adalah 11 juta ton (6+5), banyak
"overburden" 15 juta ton (20-5). "stripping ratio" 15 : 11 = 1 , 4 .
Dengan menurunkan " c u t off grade", maka "design" akan berubah. Ada
kemungkinan
dengan
menurunkan
"cut
off
grade",
keuntungan
tidak
Bab 3
p e n g olahan
terlebih
dahulu.
Pada
unumnya
hasil
pada
suatu
Bab 3
Ditanyakan :
Berapa ton masing masing endapan tersebut, harus ditambang untuk memperoleh
campuran sebanyak 2000 ton dengan kadar rata rata 55% Fe203
Jawab: + B +
C =
2000 ton
( A x 50 ) + ( B x 60 )
+ (C x 70 )
= 55
A + B +
50 A +
60 B +
70 C
= 55
2000
50 A + 60 B + 70 C
1
= 110000
2000
A - B
..(2)
70
20A + 10B
30000
- 10 B
20
Misalkan
B = 500 ton
30000 - 10 x 500
20
A = 1.250 ton
Bab 3
sistem
pengeringan
(drainage
Gambar 8
"Ultimate Pit Slope"
Keterangan:
A. Merupakan "ultimate pit slope".
B. Bukan merupakan ultimate pit slope, karena masih ada "ore" yang
ditambang.
Dengan demikian maka faktor-faktor yang mempengaruhi Ultimate pit limit /batas
akhir ini adalah :
Kekuatan batuan pembentuk lereng yang meliputi sifat fisik & mekanik serta
keberadaan struktur geologi.
Bab 3
A d a y a n g b e r p a t o k a n , ke m i r i n g a n " b e n c h " d i s e s u a i k a n d e n g a n
" ang l e of re f u se" . " An gl e of re f u se " ad al ah su d u t yan g di b e n tuk
o le h s u at u m a t e r i al le p as y an g m en g g u nu n g s e pe r t i ke r u cu t ,
dimana sudut yang dibentuk telah setimbang.
K a l a u t e l a h d l ke t a h u i " a n g l e o f. r e f u s e " , n a k a ke m i r i n g a n
dalam
proses
perancangan
tambang.
Kondisi
hidrologi
dan
hidrogeologi tersebut dapat berupa sungai, air permukaan (akibat curah hujan) dan
air tanah. Kondisi-kondisi tersebut akan menjadi pertimbangan teknis dalam
perancangan tambang terbuka karena dengan adanya sungai (misalnya terdapat
sungai yang besar di suatu daerah yang akan ditambang) akan menjadi batas
penambangan di daerah tersebut. Hal tersebut (kondisi hidrologi dan hidrogeologi)
akan menjadi perhatian dalam proses penambangan selanjutnya. Penanganan
masalah air dalam suatu tambang terbuka dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
a. Mine drainage , merupakan suatu upaya untuk mencegah masuk mengalirnya air
ke tempat pengaliran. Hal ini umumnya dilakukan untuk penanganan air tanah
dan air yang berasal dari sumber air permukaan (sungai, danau dan lain-lain)
b. Mine dewatering, merupakan suatu upaya untuk mengeluarkan air yang telah
masuk ke tempat penggalian, terutama untuk penanganan air hujan.
Sumber utama air permukaan pada suatu tambang terbuka adalah air hujan. Curah
hujan yang relatif tinggi akan berakibat pentingnya penanganan air hujan yang baik
agar produktivitas kegiatan penambangan tidak menurun. Penanganan masalah air
permukaan ini biasanya dapat dilakukan dengan membuat saluran air dan sumuran.
Saluran air berfungsi untuk mengalirkan air permukaan sedangkan sumuran
Bab 3
Keterangan: a. sump b.
pompa
Gambar 19 "Open Sump
A
s
Kuratif terbagi dua, yaitu: "open sump" dan "tunnelling." "Open sump" berlaku jika
tanahnya permeabel, maksudnya air dengan bebas merembes ke "open sump" (lihat
Gambar 19). Sedangkan cara "tunnelling", sebagai contoh penirisan pada gunung
Kelud (lihat Gambar 20).
"
c. Kedalam lobang bor dimasukan "casing", yang bertujuan agar air mudah
masuk kedalam pipa.
Dasar Rencana Penambangan III-15
Bab 3
Gambar 22
"Siemens Method Drainage"
GA
dan kedalaman
lubang bor harus melebihi tinggi "bench". Jadi biaya akan lebih besar, karena
di samping biaya pipa juga biaya pemboran.
2). "Small pipe system with vacum pump" (lihat Gb 22); Langkah-langkahnya
adalah dibuat lubang bor dengan diameter 6-8 inch. Lubang tidak diberi
"casing" tetapi dimasukkan dengan pipa yang berdiameter 2-2,5 inchi. Pasir
dimasukan sebagai saringan sehingga yang masuk adalah material yang larut
dalam air. Melalui "small pipe" ini lubang bor dibuat vakum dengan
menggunakan pompa.
Gambar 23
Small Pipe System With Vacum
Pipe Drainage"
-.5 pm[xira
ten
Bab 3
a. pompa listrik
Bab 3
Keterangan:
a. Lubang bor 1-3 inchi sebagai anoda (+)
b Lubang bor 4 inchi sebagai
katoda (-)
c Pompa
Electro Osmosis adalah proses penarikan ion-ion air, yaitu H+ dan OH-,
menggunakan lempengan katoda dan anoda. Batang anoda dimasukkan ke dalam
sumur yang dilengkapi dengan filter dan berfungsi sebagai katoda. Bilamana
elemen-elemn ini daliri listrik, maka air pori yang terkandung pada batuan akan
mengalir menuju katoda (lubang sumur) yang kemudian terkumpul dan dipompakan
ke luar pit
Bab 3
cleavage
Batas Pit
Patahan
Batubara
"Slope stability" antara lain tergantung pada struktur geologi yaitu "joints",
"fault" ataupun fold , terutama pengaruh yang mudah dilihat seperti
pada daerah yang merupakan stratifikasi bahan-bahan sedimen.
Bila materialnya kompak, maka "bench" dibuat s eperti
p ada
"bench"
(Gambar 26).
Bab 3
Jika
pembuatan "bench" seperti pada Gambar 27, maka mengakibatkan "bench" tidak
stabi.l, bila datang hujan mungkin akan runtuh karena terdapat bidang yang lemah.
Secara teknis "bench" yang stabil seperti pada Gambar kemungkinan runtuh pada
musim hujan adalah kecil. Dan kalau strukturnya berbentuk "fault", maka sebaiknya
dibuat seperti pada Gambar 28.
Bab 3
Masih sesuai dengan ultimate pit slope atau aman dilalui alat-alat produksi
Bab 3
3. alat bor
Rs + G + 5 Wt + z
Bab 3
Wt
Rs + G + 5 Wt +
Wt
Sf1/3
dimana:
H = tinggi "bench"(ft)
Sf = "swell factor"
b = konstanta = y/H
y = lebar bagian yang dibor.
Bab 3
z = (------------)(2b+cos)-bH
Sf1/3
Apabila Z dimasukan maka:
Wmin = Rs + G + 5 Wt + (0.5 H/Sf1/3) (2b + cos)-bH
Harus
diingat
bahwa
stabilitas
"slope
angle"
yang
optimum
didisainkan
Bab 3
"Frontal approach" adalah apabila kemajuan "shovel" tegak lurus dengan "bench
face" dan alat angkut berada pada sisi kanan dan kirinya, sehingga lintasan kerja
"shovel" membentuk setengah lingkaran. Apabila cara ini digunakan, maka minimum
panjang bench adalah sebagai berikut:
2 (Rs + 2 Wt) = + Im
Penjabaran dari persaman di atas :
lm = 2 (Rs + 2 Wt) -
= 2 ( Rs + 2 Wt ) - (0,5H/ Sf
1/3
) (2b - Cos ) - bH
dimana: B =
L =
lebar "bench"
jarak dari sisi "bench" kejalan lori (3 4m)
L1 = lebar lori (1,75 untuk lori yang sempit dan 3 m untuk ukuran standard)
Bab 3
B = N + L + L1 + L2
Bab 3
yang dipecahkan dengan peledakan tidak lebih dari 1 , 5 kali "digging height of power
shovel". Di dalam prakteknya tinggi "bench" pada "open cast" biasanya berkisar
antara 3 - 20 meter (dengan shovel loading biasanya 10 - 15 meter untuk "waste"
dan 8 - 1 2 meter untuk Ore) .
Pada "open pit" yang besar sekarang ini, untuk ketingian "bench" 12 - 15 meter,
maka kemiringan 70 - 80 untuk batuan beku, 50 - 60 untuk batuan sedimen, 4O0 50 untuk "semi ledge" dan pasir kering, 35 - 45 untuk "argillaceous rocks".
Selain dari faktor tersebut di atas,
dipengaruhi
"bench"
mempunyai kemiringan yang besar dan bench" lebih tinggi. Sedangkan lebar
"bench" tergantung kepada:
- alat-alat yang digunakan
- mode kerja (mode operation).
Pada umumnya lebar "bench" adalah antara 20 - 60 meter tetapi
kadang-kadang mencapai 80 - 100 meter, Apabila menggunakan "multi rows
borehole blasting".
Jumlah "bench" pada suatu "open pit" disesuaikan dengan kedalaman
penambangan yang direncanakan. Didalam "open cast work" kedalaman ini
mungkin juga memperhatikan umur tambang tersebut. Lebar minimal dari
"bench" untuk tambang-tambang pada "hard ledge rocks" dapat ditentukan
dengan rumus:
Vr = A + C + C1 + L + B
dimana:
A = lebar timbunan "broken ore" setelah peledakan, dalam meter.
C = jarak dari sisi timbunan "broken ore" sampai ke garis tengah jalan lori
(3 4m)
C1 = setengah lebar gerobak lori ( 2 m untuk ukuran track 1 m dan 2,5 - 3 m
untuk ulkuran standard track yaitu 1,524 m.
L = sisa yang dikosongkan untuk menjamin "extraction cadangan pada
"bench" di bawahnya ( 10 - 20 m) .
Bab 3
Keterangan:
1.
drill rig
2.
railway car
3.
high wall
4.
pile of broken ore
Gambar 72 Lebar "Bench" Minimum Untuk "Hard Rocks"
Lebar timbunan "broken ore" tergantung kepada metode pemboran dan
peledakan, umumnya untuk menentukan lebar timbunann ditentukan dengan
rumus:
A = CH + b (n - 1 )
dimana :
C = koeffisien (diambil 1 , 5 - 2 )
H = tinggi bench (dalara meter)
b = jarak antara "row" di dalam sistim "multi blasting" (dalam meter)
n = jumlah lubang bor yang diledakan.
4. ''Safety at work place ; Hal ini dapat dibaca pada buku "safety in open cast
mining", by N. Melnikov and Chesnokov, p. 112. Di sini dinyatakan bahwa
Bab 3
lebar minimum dari "working bench" tergantung kepada tinggi "face" yang
akan dikerjakan. Henurut data dari Asbestsement Research Institute adalah
sebagai berikut:
Width of working bench (m) depend
of face-height (m)
10
15
20
30
40
50
35
45
55
yang
diberikan
oleh
N.V.
Kelkinov
de ngan
mendasarkan
Sedangkan
lebar
Bab 3
Skema di atas dapat bervariasi dan tergantung kepada cara kerjanya, tetapi secara
prinsipnya adalah sebagai berikut :
-
Mempersiapkan ruangan yang harus ditinggalkan pada sisi "bench" bagian luar
untuk preventif apabila terjadi kelongsoran.
Bab 3
5-332,
"bench"
bagian
yang
tanah
melanggar
yang
ketentuan
menggantung
ini
kadang-kadang
(overhang),
apabila
"shovel". "Overhang"
biasanya akan terjadi apabila batuan yang akan digali relatif keras,
tetapi
Bab 3
mungkin saja akan terjadi pada waktu menggali material-material yang agak
lunak.
Tinggi "bench" pada tambang bijih besi berkisar 20 - 40 feet (yang
disukai 50 ft), sedangkan pada tambang-tambang tembaga berkisar 30 - 70 ft
(yang disukai 40 - 50 ft) dan pada "Morenci pit" dipakai ketinggian "bench" 50
ft, baik pada waktu "stripping" maupun penggalian "ore". Pada penambangan
limestone" ketinggian "bench" dapat mencapai 200 ft. Lebar "bench" berkisar
antara 50 - 250 ft, dengan kemiringan 45 - 65 "slope" yang tajam terdapat
pada batuan yang keras.
Pfleider dengan bukunya "Surface Mining", halaman 381, diberikan
rumus pendekatan untuk nenentukan tinggi "bench" yaitu sebagai berikut:
Bab 3
Lm
Lo
Re
Rd
Rm
Harga x pada rumus di atas tergantung kepada posisi "working face" x = 1/2
untuk "box cut" dan 1/3 untuk "corner cut".
3.3.4.2
Salah satu pertimbangan geometri adalah pembuatan jalan tambang baik itu jalan
masuk ke dalam tambang untuk pengangkutan bijih/endapan bahan galian yang
ditambang ataupun juga jalan yang digunakan untuk penimbunan lapisan penutup.
Geometri dari jalan akan mempengaruhi bentuk geometri daerah penambangan
secara umum. Geometri dari jalan tersebut meliputi lebar dan kemiringan jalan
(biasanya dipengaruhi oleh jenis alat yang digunakan dalam operasi penambangan).
Beberapa hal yang perlu diperhatikan :
a)
b) Tanah dasar; Tanah dasar dari daerah tambang harus diteliti jenis dan kondisinya,
meliputi batas Atterberg (batas cair, batas plastis) dan golongannya (misalnya
menurut Unified Soil Classification System). Kegunaannya untuk menentukan
kekuatan daya dukung tanah.
Bab 3
tambang
(mine
road),
yaitu
jalan
yang
menghubungkan
daerah