Anda di halaman 1dari 6

HYDRAULIC FRACTURING

Hydraulic fracturing (perekahan hidrolik) adalah suatu teknik stimulasi yang digunakan
untuk memperbaiki atau meningkatkan produktivitas sumur. Produktivitas sumur yang
menurun atau kecil ini dapat berupa adanya zona skin disekitar lubang sumur dimana harga
permeabilitas zona skin (kskin) lebih kecil dari harga permeabilitas formasi (kformasi), atau
formasi dengan cadangan yang besar tetapi harga permeabilitas formasinya relatif kecil,
atau juga karena formasi yang ketat (consolidated).
Tujuan dari perekahan hidrolik adalah terbentuknya saluran konduktif dan kontiniu yang
menembus zona skin (yang mengalami kerusakan), jauh ke dalam reservoir. Untuk
mencapai tujuan itu, pada perekahan hidrolik perlu dibentuk saluran konduktif dan
kontinyu yang berupa rekahan dengan menginjeksikan fluida perekah dengan laju dan
tekanan tertentu diatas tekanan rekah batuannya.

Batuan dalam bumi akan mengalami tegangan-tegangan yang diakibatkan oleh gaya-gaya
yang bekerja atau dikenakan kepadanya.
In-situ Stress : gaya per unit area
Overburden Stress : gaya akibat beban formasi diatasnya
Elemen Tegangan dan Bidang Rekahan adalah perbandingan poisson (poisson ratio) dimana
apabila suatu benda ditekan ke satu arah tertentu, maka benda itu bukan saja mengalami
perubahan panjang (memendek) sepanjang arah pembebanan, melainkan juga akan melebar
kearah lateral (gaya yang kecil). Atau didefinisikan sebagai rasio dari ekspansi lateral
terhadap kontraksi longitudinal.

Untuk mengetahui hubungan antara efek perekahan terhadap produktivitas


sumur dapat ditinjau dengan mengetahui sifat-sifat atau karakteristik fluida injeksi,
karakteristik fluida reservoir, dan karakteristik batuan reservoirnya disekitar daerah
perekahan. R.D.Carter mendiskripsikan persamaan untuk menghitung luas daerah
perekahan baik dengan perekahan secara vertikal maupun horizontal. Asumsi yang
digunakan untuk menghitung luas daerah perekahan adalah :
1.

Luas rekahan uniform

2.

Aliran fluida perekah ke dalam formasi linear dan arah aliran

tegak lurus permukaan rekahan.


3.

Kecepatan aliran di dalam formasi pada setiap titik dipermukaan

rekahan adalah fungsi waktu titik alirnya.


4.

Fungsi keceptan V = F(t) sama untuk setiap titik di dalam formasi.

5.
Tekanan di dalam rekahan sama dengan tekanan injeksi didepan formasi serta harga
konstannya.

Fluida perekah dipergunakan untuk membuat rekahan yang cukup besar, sehingga
proppant dapat masuk ke dalam rekahan tanpa mengalami bridging (mampat) atau settling
(pengendapan). Oleh karena itu, fluida perekah harus mempunyai viskositas yang tinggi dan
faktor kehilangan fluida harus diperkecil dengan sifat wall building dengan penggunaan
polimer.

Fluida yang dipakai dalam operasi perekahan hidrolik (hydraulic fracturing) dibedakan
menjadi tiga jenis yaitu :
1. Water base fluid (Fluida Perekah dengan bahan dasar air)
2. Oil base fluid (Fluida perekah dengan bahan dasar minyak)
3. Emulsion base fluid / Acid Base Fluid (Fluida perekah dengan bahan dasar
asam).
Adapun sifat-sifat yang harus dimiliki oleh setiap fluida perekah adalah :
1. Stabil dan tidak menyebabkan kerusakan formasi
2. Mempunyai friction loss pemompaan yang rendah
3. Mampu membawa bahan pengganjal ke dalam rekahan yang
dibuat. Pengganjal (Proppant)
4.3. Material
Proppant merupakan material untuk mengganjal agar rekahan yang
terbentuk tidak menutup kembali akibat closure pressure ketika pemompaan
dihentikan dan diharapkan mampu berfungsi sebagai media alir yang lebih baik
bagi fluida yang diproduksikan pada kondisi tekanan dan temperatur reservoir yang
bersangkutan. Pemilihan proppant akan menentukan konduktivitas (wkf), dimana :
Konduktivitas rekahan = Lebar rekahan x Permeabilitas
Sehingga semakin kontras permeabilitas di rekahan, akan semakin besar pula
produktivitas tanpa mengesampingkan segi ekonomis dalam pemilihan proppant
atau ukuran rekahan. Semakin keras formasinya, maka diperlukan proppant yang
makin keras. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan proppant antara
lain :

Ukuran butir (granularitas)


Distribusi (uniform)
Kualitas (kandungan impurities)
Derajat kebundaran dan kehalusan permukaan butirannya (roundness dan sphericity)
4.3.1. Jenis Proppant
Beberapa jenis proppant yang umum digunakan sampai saat ini adalah pasir
alami, pasir berlapis resin (Resin Coated Sand), dan proppant keramik (Ceramic
Proppant).
1. Pasir Alami
Berdasarkan sifat-sifat fisik yang terukur, pasir dapat dibagi ke dalam kondisi baik
sekali, baik, dan dibawah standart. Golongan yang paling baik menurut standart
API adalah premium sands yang berasal dari Illinois, Minnesota, dan Wisconsin.
Biasanya disebut Northern Sand, White Sand, Ottawa Sand, atau jenis
lainnya misalnya Jordan Sand, dimana jenis-jenis ini memiliki ciri well rounded,
kadar quartz tinggi, sanggup menahan berat, SG = 2.65. Golongan yang baik
juga berasal dari Hickory Sandstone di daerah Brady, Texas, yang memiliki
warna lebih gelap daripada pasir Ottawa. Umumnya disebut Brown Sand,
Braddy Sand, atau Hickory Sand, dimana jenis- jenis ini memiliki ciri
angular, kadar quartz tinggi, sanggup menahan berat, SG
= 2.65 serta memiliki kelebihan harganya yang lebih murah dibanding pasir
Ottawa.
2. Pasir Berlapis Resin (Resin Coated Sand)
Lapisan resin akan membuat pasir memiliki permukaan yang lebih rata (tidak
tajam), sehingga beban yang diterima akan terdistribusi lebh merata di setiap
bagiannya. Ketika butiran proppant ini hancur karena tidak mampu menahan
beban yang diterimanya, maka butiran yang hancur tersebut akan tetap melekat
dan tidak tersapu oleh aliran fluida karena adanya lapisan resin. Hal ini tentu
saja merupakan kondisi yang diharapkan, dimana migrasi pecahan butiran (fine
migration) penyebab penyumbatan pori batuan bisa tereliminasi. Proppant ini
sendiri terbagi menjadi dua jenis, yaitu :
a. Pre-cured Resins
Berat jenisnya sebesar 2.55 dan jenis ini dibuat dengan cara pembakaran alam
proses pengkapsulan.

b. Curable Resins
Penggunaan jenis ini lebih diutamakan untuk menyempurnakan kestabilan efek
pengganjalan. Maksudnya adalah proppant ini dinjeksikan dibagian belakang
(membuntuti slurry proppant) untuk mencegah proppant mengalir balik ke
sumur (proppant flow back). Setelah membeku, proppant ini akan membentuk
massa yang terkonsolidasi dengan daya tahan yang lebih besar.
3. Proppant Keramik (Ceramic Proppant)
Proppant jenis ini dikelompokkan menjadi empat golongan sebagai berikut :
a. Keramik berdensitas rendah (Low Density Ceramic)
Jenis ini memiliki berat jenis hampir sama dengan pasir (SG = 2.7),
memiliki

kemampuan

untuk

menahan

tekanan

penutupan

(Clossure

pressure) sampai 6000 psi, serta banyak digunakan di Alaska.


b. Keramik berdensitas sedang (Inter mediate Ceramic)
Jenis ini lebih ringan dan lebih murah dibandingkan Sintered Bauxite,
memiliki specific gravity 3.65. Karena harganya yang mahal maka proppant ini
hanya digunakan untuk mengatasi tekanan yang benar-benar tinggi. Proppant
jenis ini mampu menahan tekanan sebesar 12000 psi, biasa digunakan untuk
temperature tinggi dan sumur yang sour (mengandung H2S).

c. Resin Coated Ceramic


Suatu jenis baru yang merupakan kombinasi perlapisan resin dan butiran
keramik. Jenis ini terbukti memberikan kinerja yang lebih baik. Khusus
untuk resin coated proppant, variasi yang dimunculkan semakin banyak. Resin
Coated Ceramic memiliki ketahanan terhadap closure pressure sebesar
15000 psi dan temperature hingga 450 oF.
4.4. Model Geometri Perekahan
Untuk menghitung pengembangan rekahan, diperlukan prinsip hukum konversi
momentum, massa dan energi, serta kriteria berkembangnya rekahan, yang
berdasarkan interaksi batuan, fluida dan distribusi energi.
Secara umum model geometri perekahan adalah:
1. Model perekahan dua dimensi (2-D)
Tinggi tetap, aliran fluida satu dimensi (1-D)

2. Model Perekahan pseudo tiga dimensi (P-3-D)


Perkembangan dengan ketinggian bertambah, aliran 1 atau 2D
3. Model 3 dimensi (3-D)
Perluasan rekahan planar 3D, aliran fluida 2D
Dalam penjelasan di sini hanya akan dibicarakan model perekahan 2D,
karena masih bisa dipecahkan secara manual dengan bantuan matematika atau
grafis. 3D memerlukan komputer canggih atau PC yang canggih tetapi membutuhkan
waktu agak lama (dan butuh data yang lengkap mengenai stiffness
matrix, variasi stress, dan lain-lain) sedangkan model software P3DH bisa untuk PC
dan dijual oleh beberapa perusahaan antara lain oleh SSI, Meyer & Assoc. Intercomp,
Holditch & Assoc., NSI Technologies Inc dan beberapa yang lain adalah yang paling
umum dipakai saat ini.
Di bawah ini akan dibicarakan tiga model dimensi perekahan, yakni :
1. Howard & Fast (Pan American) serta diolah secara metematika oleh Carter
2. PKN atau Perkins, Kern (ARCO) & Nordgren
3. KGD atau Kristianovich, Zheltov (Russian Model ) lalu diperbaharui oleh
Geertsma dan de Klerk (Shell).
4.6.

Pengukuran Tinggi Rekahan Setelah Hydraulic Fracturing


Pengukuran tinggi rekahan adalah penting untuk mengetahui keefektifan

dari pelaksanaan pekerjaan perekahan, untuk menghitung kelakuan produksi sumurnya


dan untuk memeriksa ketelitian model yang digunakan apakah PKN, KGD, atau
radial, yang bisa dipakai untuk pekerjaan lain di lapangan tersebut di waktu yang
akan datang. Juga dengan mengetahui tinggi rekahan maka bisa dihitung panjang
rekahan dengan lebih baik yang nantinya akan meliputi perhitungan produktivitasnya.
Dan juga bila terjadi perbedaan menyolok antara model dan hasil pengukuran
yang sebenarnya maka dapat digunakan untuk mendesain pada masa mendatang.
Alat pengukur yang dipakai pada masa kini adalah :
Temperatur Logging
Gamma Ray Logging
Metode Seismic
Borehole Televiewer
Formation Microscanner

Noise Logging
Spinner Survey
Teknik di atas mungkin langsung mengukur ataupun harus diintepretasikan
dahulu dan beberapa di antaranya hanya jelas pada lubang tanpa selubung (casing).
4.7.

Perhitungan Peningkatan Produktivitas


Pada bagian ini, akan dibicarakan mengenai evaluasi dari hydraulic fracturing,

yaitu untuk mengetahui apakah pelaksanaan hydraulic fracturing tersebut berhasil


untuk menaikkan produktivitas formasi atau tidak. Naik tidaknya produktivitas formasi
dapat dilihat dari parameter-parameter indikatornya.
4.7.1. Parameter Indikator Peningkatan Produktivitas
Ukuran atau parameter indikator yang menunjukkan ada tidaknya peningkatan
produktivitas formasi adalah faktor skin (S), permeabilitas formasi rata-rata (Kavg),
Inflow Performance Relationship curve (IPR), perbandingan Productivity Index (PI),
dan perbandingan laju alir (q) sebelum dan sesudah perekahan dengan tekanan alir
dasar sumur (Pwf) yang sama.
4.7.2. Perbandingan Indeks Produktivitas
Baik untuk sumur gas ataupun sumur minyak, pengaruh perekahan dapat
dinyatakan sebagai harga perbandingan antara indeks produktivitas sesudah dan
sebelum

perekahan.

Persamaan

yang

umum

digunakan

untuk

menyatakan

perbandingan tersebut adalah dari Prats, Tinsley et. al., dan McGuire dan Sikora untuk
sumur pada keadaan steady state dan pseudo-steady state serta Tannich dan Nierode.

Anda mungkin juga menyukai