TUGAS
Disusun Oleh :
IVAN DHERMAWAN
111.140.081
KELAS E
YOGYAKARTA
2016
IVAN DHERMAWAN
111.140.081
KELAS E Page 1
ILMU UKUR TANAH 2016
PENDAHULUAN
Ilmu ukur tanah adalah cabang dari ilmu Geodesi yang khusus mempelajari sebagian
kecil dari permukaan bumi dengan cara melakukan pengukuranpengukuran guna
mendapatkan peta. Pengukuran yang di lakukan terhadap titik-titik detail alam maupun
buatan manusia meliputi posisi horizontal (x,y) maupun posisi vertikal nya (z) yang
diferensikan terhadap permukaan air laut rata-rata. Agar titik-titik di permukaan bumi
yang tidak teratur bentuknya dapat di pindahkan ke atas bidang datar maka di perlukan
bidang perantara antara lain : bidang Ellipsoid, bidang bultan dan bidang datar (untuk
luas wilayah 55 km). Dalam pengertian yang lebih umum pengukuruan tanah dapat
dianggap sebagai disiplin yang meliputi semua metode untuk menghimpun dan
melalukan proses informasi dan data tentang bumi dan lingkungan fisis. Dengan
perkembangan teknologi saat ini metoda terestris konvensional telah dilengkapi dengan
metode pemetaan udara dan satelit yang berkembang melalui program-program
pertanahan dan ruang angkasa.
KONSEP DASAR
Surveying (pengukuran) adalah suatu disiplin ilmu yang mencakup semua metode
mengukur, memproses, dan menyebarluaskan informasi mengenai bentuk fisik bumi
dan lingkungannya. Secara sederhana, surveying meliputi pekerjaan pengukuran jarak
dan sudut. Jarak bisa berupa jarak dalam arah vertikal (yang disebut juga ketinggian)
maupun jarak horisontal. Begitu juga dengan sudut, bisa diukur dalam bidang vertikal
maupun horisontal.
IVAN DHERMAWAN
111.140.081
KELAS E Page 2
ILMU UKUR TANAH 2016
Kegiatan survei terdiri dari pekerjaan lapangan dan pekerjaan kantor. Pekerjaan
lapangan secara garis besar meliputi pengukuran kerangka dasar horisontal, pengukuran
kerangka dasar vertikal, dan pengukuran detil.Sedangkan pekerjaan kantor meliputi
perhitungan dan penggambaran.
Pengertian Peta
Peta adalah penggambaran dua dimensi pada bidang datar keseluruhan atau
sebagian dari permukaan bumi yang diproyeksikan dengan perbandingan
atau skala tertentu.
Peta adalah gambar sebagian atau seluruh permukaan bumi atau gambar
geografi diatas bidang datar dengan ukuran kecil bersifat selektif serta yang
dapat dipertanggungjawabkan secara matematis maupun secara visual.
IVAN DHERMAWAN
111.140.081
KELAS E Page 3
ILMU UKUR TANAH 2016
Jenis dan
Macam Peta
1. Peta hidrografi: memuat informasi tentang kedalaman dan keadaan dasar laut serta
informasi lainnya yang diperlukan untuk navigasi pelayaran.
IVAN DHERMAWAN
111.140.081
KELAS E Page 4
ILMU UKUR TANAH 2016
2. Peta geologi: memuat informasi tentang keadaan geologis suatu daerah, bahan-bahan
pembentuk tanah dll. Peta geologi umumnya juga menyajikan unsur peta topografi.
3. Peta kadaster: memuat informasi tentang kepemilikan tanah beserta batas dll.
4. Peta irigasi: memuat informasi tentang jaringan irigasi pada suatu wilayah.
IVAN DHERMAWAN
111.140.081
KELAS E Page 5
ILMU UKUR TANAH 2016
5. Peta jalan: memuat informasi tentang jejaring jalan pada suatu wilayah
6. Peta Kota: memuat informasi tentang jejaring transportasi, drainase, sarana kota
dll nya.
IVAN DHERMAWAN
111.140.081
KELAS E Page 6
ILMU UKUR TANAH 2016
7. Peta Relief: memuat informasi tentang bentuk permukaan tanah dan kondisinya.
8. Peta Teknis: memuat informasi umum tentang tentang keadaan permukaan bumi
yang mencakup kawasan tidak luas. Peta ini dibuat untuk pekerjaan perencanaan
teknis skala 1 : 10 000 atau lebih besar.
IVAN DHERMAWAN
111.140.081
KELAS E Page 7
ILMU UKUR TANAH 2016
9. Peta Geografi: memuat informasi tentang ikhtisar peta, dibuat berwarna dengan
skala lebih kecil dari 1 : 100 000.
IVAN DHERMAWAN
111.140.081
KELAS E Page 8
ILMU UKUR TANAH 2016
Berdasarkan sumber datanya, peta dapat digolongkan menjadi dua jenis yaitu:
a. Peta Induk (Basic Map)
Peta induk merupakan peta yang dihasilkan dari survei langsung di lapangan. Peta induk
dapat digunakan sebagai dasar pembuatan dari peta topografi dan menjadi dasar dari
pembuatan peta-peta lainnya.
Peta turunan merupakan peta yang dibuat berdasarkan pada acuan peta yang sudah ada
sehingga tidak memerlukan survei langsung ke lapangan. Peta jenis ini tidak bisa
digunakan sebagai peda dasar.
IVAN DHERMAWAN
111.140.081
KELAS E Page 9
ILMU UKUR TANAH 2016
Berdasarkan isi data yang disajikan, Peta dapat kita bagi menjadi dua macam yaitu peta
umum dan peta tematik.
a. Peta Umum
Peta umum merupakan peta yang menggambarkan semua topografi di permukaan bumi
seperti unsur alam (sungai, danau), unsur buatan manusia (jembatan, jalan dll) maupun
bentuk permukaan bumi (gunung, lembah). Peta umum dapat kita bedakan menjadi tiga
macam yakni:
a) Peta Topografi
Peta topografi merupakan peta yang menggambarkan permukaan bumi lengkap dengan
reliefnya. Adapun penggambaran relief permukaan bumi ke dalam bentuk peta
digambarkan dalam bentuk garis kontur. Garis kontur adalah garis pada peta yang
menghubungkan tempat-tempat yang mempunyai ketinggian yang sama. Agar lebih
jelas perhatikanlah gambar di bawah ini.
Ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam memaknai garis kontur, diantaranya:
IVAN DHERMAWAN
111.140.081
KELAS E Page 10
ILMU UKUR TANAH 2016
Semakin rapat jarak antar garis kontur menunjukkan bahwa daerah tersebut
semakin curam.
Bila ditemukan ada garis kontur yang bergerigi, maka ini menunjukkan bahwa di
daerah tersebut terdapat depresi atau lembah.
b) Peta Chorografi
Peta chorografi merupakan peta yang menggambarkan permukaan bumi secara umum.
Biasanya peta jenis ini menggunakan skala sedang dan hanya menggambarkan sebagian
dari permukaan bumi. Contoh peta jenis ini adalah atlas.
c) Peta Dunia
Peta dunia merupakan peta yang menggambarkan permukaan bumi secara luas dengan
menggunakan skala kecil.
b. Peta Tematik
IVAN DHERMAWAN
111.140.081
KELAS E Page 11
ILMU UKUR TANAH 2016
3. Berdasarkan Skalanya
Berdasarkan skala yang digunakan, kita dapat membagi jenis-jenis peta menjadi
beberapa jenis antara lain:
Peta ini mempunyai skala sangat besar yakni antara 1 : 100 1 : 5000. Peta kadaster ini
sangat rinci sehingga banyak digunakan untuk keperluan teknis, misalnya untuk
perencanaan jaringan jalan, jaringan air dll.
Peta ini mempunyai skala antara 1 : 5.000 sampai 1 : 250.000. Biasanya peta ini
digunakan untuk perencanaan suatu wilayah.
Semakin kecil skalanya, maka cakupan wilayahnya akan semakin luas. Nah dalam
pembuatan peta, pengetahuan tentang skala sangat penting dan tentunya disesuaikan
dengan seberapa besar wilayah yang akan dibuat dan seberapa besar kertas yang akan
kita pakai untuk menggambarkan wilayahnya.
IVAN DHERMAWAN
111.140.081
KELAS E Page 12
ILMU UKUR TANAH 2016
Untuk Pemetaan diperlukan adanya kerangka peta, yaitu terdiri dari titik-titik pasti di
permukaan bumi yang tertentu didalam hubungan horizontal koordinat-koordinatnya
(X,Y) dan hubungan vertikal yang menunjukkan ketinggian (Z). Peta yang digunakan
sebagai perencanaan harus baik dan benar yang berarti pemberian informasi dari peta
harus sesuai dengan keadaan yang sebenarnya dari permukaan bumi.
Peta yang disajikan dalam bidang datar, sehingga posisi titik-titik yang dimuat di dalam
peta dinyatakan dengan kordinat-koordinat pada bidang datar pula. Penentuan
koordinatnya dilakukan dengan mengadakan pengukuran jarak dan arah jurusan, yaitu
secara triangulasi, trilaterasi, poligon dan triangulaterasi. Titik-titik dinyatakan dalam
sistem koordinat ( X,Y ) dan ( Z ) untuk ketinggian dari permukaan laut rata-rata.
Metode yang dipakai untuk kerangka peta adalah poigon, yaitu rangkaian dari titik
kerangka peta menjadi segi banyak. Untuk mendapatkan data, yang diukur adalah
semua sudut sisi-sisinya, Azimut dan jarak untuk penentuan koordinat planimetris diatas
permukaan bumi ( X,Y ), yang digunakan sebagai kerangka peta ( Kerangka Kontrol
Horizontal ). Poligon tersebut mempunyai berbagai bentuk dan hitungan yang sederhana
serta dapat menyesuaikan kondisi dan topografi lapangan.
1.Poligon tertutup
2. Poligon terbuka
SYARAT POLIGON
Jurusan awal
Koordinat awal
Semua sudut diukur
Semua jarak diukur
IVAN DHERMAWAN
111.140.081
KELAS E Page 13
ILMU UKUR TANAH 2016
Poligon Terbuka
Pengukuran poligon terbuka biasa digunakan untuk mengukur jalan, sungai, maupun
irigasi. tapi kenyataannya bisa digunakan untuk mengukur luas lahan terbuka. namun
tetap disarankan untuk menggunakan poligon tertutup apabila mengukur luas lahan.
Yang dimaksud terbuka disini adalah poligon tersebut tidak mempunyai sudut dalam
seperti pada tertutup. jadi pengukuran di mulai dari titik awal tapi tidak kembali ke titik
awal seperti pada gambar di bawah ini.
Poligon Tertutup
Poligon tertutup adalah segi banyak yang terdiri atas rangkaian sudut dan sisi yang titik
awal dan titik akhirnya berimpit.
Keterangan gambar 1 :
12 = Azimuth awal
d 12, d 23, ........., d 71 = Panjang sisi Poligon.
1, 2, 3, ......, 7 = Sudut-sudut dalam poligon.
IVAN DHERMAWAN
111.140.081
KELAS E Page 14
ILMU UKUR TANAH 2016
Pada poligon tertutup titik awal juga merupakan titik akhir poligon dan sudut
jurusan awal sama dengan sudut jurusan akhir, serta koordinat awal sama
dengan koordinat akhir. Dengan adanya ketentuan tersebut di atas, maka
syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh suatu poligon tertutup adalah :
( i ) = (n 2) x 180
( di sin i ) = 0
( di cos i ) = 0
Tetapi pada umumnya hasil ukuran sudut dan jarak sisi poligon tidak bisa
memenuhi ketiga persyaratan tersebut di atas, sehingga agar dapat memenuhi
ketiga persyaratan tersebut, perlu ada besaran koreksi, yaitu :
i = ( n 2 ) x 180 + fs
(di Sin i) = fx
(di Cos i) = fy
Dimana :
fs = kesalahan penutup sudut dalam poligon
fx = kesalahan penutup absis poligon
fy = kesalahan penutup ordinat poligon
di = panjang sisi poligon yang diukur
i = azimut sisi-sisi poligon
i = sudut-sudut dalam Poligon
Dalam proses pembuatan peta harus mengikuti pedoman dan prosedur tertentu
agar dapat dihasilkan peta yang baik, benar, serta memiliki unsur seni dan
keindahan. Secara umum proses pembuatan peta meliputi beberapa tahapan dari
pencarian dan pengumpulan data hingga sebuah peta dapat digunakan berikut
adalah tahap pembuatan peta ;
IVAN DHERMAWAN
111.140.081
KELAS E Page 15
ILMU UKUR TANAH 2016
a. Secara langsung
Cara pencarian data secara langsung dapat melalui metode konvensional
yaitu meninjau secara langsung ke lapangan dimana daerah tersebut akan
dijadikan objek dari peta yang dibuat. Cara ini disebut dengan teristris.
Dengan cara ini dilakukan pengukuran medan menggunakan theodolit,
GPS, dan alat lain yang diperlukan serta pengamatan informasi ataupun
wawancara dengan penduduk setempat secara langsung sehingga didapat
data yang nantinya akan diolah.
Dapat pula dilakukan secara fotogrameti, yaitu dengan metode foto
udara yang dilakukan dengan memotret kenampakan alam dari atas
dengan bantuan pesawat dengan jalur khusus menurut bidang objek.
Atau dapat pula menggunakan citra dari satelit serta cara-cara lain yang
dapat digunakan
b. Secara tak langsung
Melalui cara ini tentu saja kita tidak usah repot-repot meninjau
langsung ke lapangan melainkan kita hanya mencari data dari peta atau
data-data yang sudah ada sebelumnya. misalnya dalam membuat peta
kepemilikan tanah di daerah Semarang, kita cukup mencari peta
administrasi lengkap kota Semarang, kemudian dapat diperoleh data
pemilikan tanah di Lembaga Pertanahan daerah atau nasional (BPN).
Data yang diperoleh dari pencarian data secara tak langsung ini disebut
dengan data sekunder, sedangkan peta yang digunakan sebagai dasar
pembuatan peta lain disebut sebagai peta dasar.
IVAN DHERMAWAN
111.140.081
KELAS E Page 16
ILMU UKUR TANAH 2016
Tahap ini merupakan tahap pembuatan peta dari data yang telah diolah dan
dilukiskan pada media. Dalam tahap ini dapat digunakan cara manual dengan
menggunakan alat-alat yang fungsional, namun cara ini sangat membutuhkan
perhitungan dan ketelitian yang tinggi agar didapat hasil yang baik. Akan lebih
baik jika digunakan teknik digital melalui komputer, penggambaran peta dapat
digunakan aplikasi-aplikasi pembuatan peta yang mendukung, misalnya ARC
View, ARC Info, AutoCAD Map, Map Info, dan software lain. Setelah peta
tergambar pada komputer, kemudian data yang telah disimbolisasi dalam bentuk
digital dimasukkan dalam peta yang telah di gambar pada komputer, pemberian
informasi tepi, yang kemudian dilakukan proses printing atau pencetakan peta.
Tahap ini sangatlah penting dalam pembuatan sebuah peta, karena dalam tahap
ini menentukan baik atau tidaknya sebuah peta, berhasil atau tidaknya
pembuatan sebuah peta. Dalam tahap ini pembuat peta diuji apakah petanya
dapat dimengerti oleh pengguna atau malah susah dalam dimaknai. Peta yang
baik tentunya peta yang dapat dengan mudah dimengerti dan dicerna maksud
peta oleh pengguna. Selain itu, pengguna dapat memberikan respon misalnya
tanggapan, kritik, dan saran agar peta tersebut dapat disempurnakan sehingga
terjadi timbal balik antara pembuat peta (map maker) dengan pengguna peta
(map user).
Dalam buku Desain dan Komposisi Peta Tematik karangan Juhadi dan Dewi
Liesnoor, disebutkan bahwa tahapan pembuatan peta secara sistematis yang
dianjurkan adalah:
IVAN DHERMAWAN
111.140.081
KELAS E Page 17
ILMU UKUR TANAH 2016
IVAN DHERMAWAN
111.140.081
KELAS E Page 18
ILMU UKUR TANAH 2016
Ketiga macam arah utara berbeda pada setiap tempat. Perbedaan ketiga arah utara ini
perlu diketahui sehingga tidak terjadi kesalahan dalam pembacaan arah peta. Jika salah
menafsirkan arah orientasi, berarti tanpa disadari kita telah tersesat.
Arah utara magnetis merupakan arah utara yang paling mudah ditetapkan, yaitu dengan
pertolongan kompas magnetik. Perbedaan sudut antara utara magnetis dengan arah
suatu objek ke tempat objek lain searah jarum jam disebut sudut arah atau dikenal juga
dengan sebutan azimuth magnetik. Pada peta yang dibuat dengan menggunakan
kompas, perlu diberikan penjelasan bahwa utara yang digunakan adalah utara magnetis.
IVAN DHERMAWAN
111.140.081
KELAS E Page 19
ILMU UKUR TANAH 2016
Contoh:
Azimuth Magnetis AB (Az, AB) = 70
Azimuth Magnetis AC (Az, AC) = 310
b) Pengukuran Jarak
Perlu Anda ketahui, bahwa jarak yang dapat digambarkan secara
langsung pada peta adalah jarak horizontal, bukan jarak miring.
IVAN DHERMAWAN
111.140.081
KELAS E Page 20
ILMU UKUR TANAH 2016
Untuk jarak yang pendek dilakukan dengan merentangkan pita dan menggunakan
waterpass sehingga mendekati jarak horizontal. Untuk jarak yang panjang dilakukan
secara bertahap. Jarak horizontal AD adalah d1 + d2 + d3.
Untuk wilayah yang relatif datar, pengukuran jarak tidak mengalami masalah. Namun
pada daerah yang tidak datar kadangkala terdapat hambatan. Hambatan ini terutama
terjadi pada daerah datar yang memiliki garis ukur yang relatif panjang, yaitu adanya
objek penghalang seperti sungai atau kolam. Membuat garis tegak lurus terhadap garis
ukur pada titik A sehingga diperoleh garis AC.
IVAN DHERMAWAN
111.140.081
KELAS E Page 21
ILMU UKUR TANAH 2016
Agar pengukuran jarak dan arah tidak terlalu banyak mengalami penyimpangan, perlu
dilakukan secara bertahap. Misalkan akan memetakan jalur jalan AB, tahapan
pengukuran yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut.
a) Lakukan pengukuran garis-garis ukur pokok, meliputi ukuran pokok yang
ditunjukkan oleh garis 12, 23, 34, dan 45. Azimuth magnetis diukur dari utara
magnetis (UM) ke garis pokok.
b) Apabila di sepanjang jalur jalan tersebut terdapat objek-objek tertentu, seperti
bangunan, dan aliran sungai, objek tersebut dapat dipetakan dengan cara mengukur
jarak tegak lurus dari titik pada garis ukur pokok ke titik yang mewakili objek tersebut.
Garis ini disebut offset. Pada contoh berikut, terdapat objek rumah di pinggir garis ukur
pokok 12.
Pada gambar tersebut di atas. offset 1, 2, 3, 4, dan 5 dibuat tegak lurus terhadap garis
ukur dari titik A ke titik A. Panjang offset 2 diukur dari titik a ke titik a, dan
seterusnya.
IVAN DHERMAWAN
111.140.081
KELAS E Page 22
ILMU UKUR TANAH 2016
Penggambaran dan scribing secara manual merupakan pekerjaan yang penting dalam
memproduksi peta. Di dalam pemetaan secara photogrametris, biasanya plotting
dilakukan dengan pensil di atas kertas tidak tembus cahaya (opaque paper) atau material
lain yang tembus pandang.
Pekerjaan penggambaran kembali dilakukan oleh seksi kartografi agar diperoleh gambar
yang lengkap dengan standar yang memenuhi persyaratan untuk peta akhir. Jika peta
yang akan dibuat terdiri atas beberapa warna maka penggambarannyapun dilakukan
terpisah untuk setiap warna.
Secara umum, terdapat dua teknik utama yang digunakan untuk membuat garis-garis di
dalam kartografi reproduksi, yaitu sebagai berikut.
(1) Material Tempat Dilakukan Penggambaran Material yang akan dipakai harus
memiliki dimensi kestabilan yang tinggi. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga ketelitian
dan untuk memberikan keseimbangan yang baik bagi warna yang berbeda. Plastik film
merupakan material gambar yang baik di dalam kartografi reproduksi. Plastik film
memiliki permukaan yang halus untuk menggambar, tetapi memiliki kelemahan karena
menarik lemak sehingga terlebih dahulu harus dibersihkan dengan bedak dan keadaan
tangan harus tetap dalam keadaan bersih.
Tinta gambar tidak dapat menembus plastik, tetapi akan melekat apabila tintanya sudah
kering. Jadi, penggambaran pada media plastik harus dikerjakan dengan sangat hati-hati
karena harus menunggu tintanya kering. Koreksi penggambaran dilakukan dengan
scraping (dikerok) atau dihapus dengan kain sebelum tinta tersebut kering.
IVAN DHERMAWAN
111.140.081
KELAS E Page 23
ILMU UKUR TANAH 2016
Tinta yang digunakan untuk pembuatan peta harus yang berkualitas baik, misalnya
tahan air (waterproof), hitam kelam, tahan lama, dan harus cepat kering. Untuk
penggambaran pada PVC, plastik (astralon, astrafoil) biasanya dipakai tinta Pelikan K
yang memenuhi persyaratan tersebut. Untuk plastik material, dipakai tinta Pelikan TT.
Pelikan T biasanya digunakan untuk penggambaran pada kertas biasa atau plastik,
sedangkan Pelikan TN adalah tinta spesial untuk penggambaran pada photographic film.
(2) Tipe Pena yang Dipakai Jenis pena yang digunakan juga tidak boleh sembarangan,
harus diupayakan menggunakan pena yang berkualitas. Pena yang paling sederhana, di
antaranya mapping pen dapat digunakan untuk pekerjaan dengan tangan bebas (free
hand). Untuk menggambarkan garis lurus dan garis kurva dengan ber macam-macam
ketebalan dipakai rulling pen karena dengan pena tersebut dapat diatur ketebalan
tintanya. Saat ini, telah banyak pena yang berkualitas baik, yaitu reservoir pen antara
lain Rapidograph, Rotring, Faber Castle, dengan ukuran yang bervariasi mulai ketebalan
0,1 mm sampai 1,2 mm.
b) Penggoresan
Penggoresan sering pula dinamakan scribing. Scribing merupakan salah satu teknik
penggambaran yang dilakukan dengan pena scribing. Alat yang dipakai untuk scribing
memiliki bentuk dari yang paling sederhana sampai yang paling rumit, terbuat dari
sejenis batu permata.
Alat yang sering dipakai adalah pena scribing yang terdiri atas baja atau campuran lain,
seperti kawat wolfram dan lain-lain. Keuntungan dari scribing, di antaranya sebagai
berikut.
(1) Kualitas garis yang dihasilkan tampak lebih rapih, baik, dan memiliki bentuk yang
relatif tetap.
(2) Tidak begitu memerlukan keterampilan khusus, seperti pada pekerjaan meng
gambar, yang terpenting adalah keuletan dan ke hati-hatian.
(3) Efektif dan efisien.
4) Penempatan Nama
IVAN DHERMAWAN
111.140.081
KELAS E Page 24
ILMU UKUR TANAH 2016
Lettering pada suatu peta sangat diperlukan. Lettering harus diupayakan secara hati-hati
dan benar. Kesalahan pada lettering akan menimbulkan kebingungan pembaca peta,
sehingga sulit dibaca dan ditafsirkan oleh pengguna.
Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam lettering suatu peta, yaitu sebagai
berikut.
a) Corak atau macam huruf, meliputi ketebalan garis dan huruf serta coretan pada awal
dan akhir setiap huruf (Serif).
b) Bentuk huruf, meliputi huruf besar, huruf kecil, kombinasi huruf- besarkecil, tegak
(Romana, upright), miring (italic). Huruf-huruf yang dipakai pada kartografi modern
disebut Sans Serif (gothic).
c) Ukuran huruf, dinyatakan dalam istilah point size. Satu point size memiliki tinggi
lebih kurang 0,35 mm (1/27 inci). Point size merupakan jarak tepi atas (ascender) dan
tepi bawah (descender).
d) Kontras antara huruf dan latar belakang (background).
IVAN DHERMAWAN
111.140.081
KELAS E Page 25
ILMU UKUR TANAH 2016
Penempatan nama harus jelas dan mudah dibaca para pengguna. Ada beberapa
ketentuan atau aturan tentang penempatan nama, yaitu sebagai berikut.
(1) Nama-nama dalam suatu lembar peta harus teratur susunannya, sejajar dengan tepi
bawah peta (peta skala besar) atau sejajar dengan grid (peta skala kecil).
(2) Nama-nama yang tercantum dapat memberi keterangan dari unsur-unsur yang
berbentuk titik, garis, dan area.
IVAN DHERMAWAN
111.140.081
KELAS E Page 26
ILMU UKUR TANAH 2016
Untuk fenomena yang menggunakan titik, seperti kota, bangunan, dan gunung
sebaiknya diletakkan di samping kanan agak ke atas dari unsur tersebut. Fenomena yang
berbentuk linier, seperti sungai, pantai, jalan, dan batas wilayah administratif sebaiknya
diletakkan sejajar dengan unsur tersebut. Sungai yang berupa garis sebaiknya
ditempatkan sedikit di atas objeknya. Fenomena yang memerlukan keterangan luas,
seperti negara, danau, dan pegunungan sebaiknya penamaan ditempatkan memanjang.
(3) Nama-nama harus terletak bebas satu dengan lainnya dan diusahakan tidak
terganggu simbol-simbol lainnya. Namanama tidak boleh saling berpotongan kecuali
apabila ada nama yang huruf-hurufnya memiliki jarak yang jelas.
(4) Apabila nama-nama harus ditempatkan melengkung, bentuk dari lengkungan harus
teratur.
(5) Nama-nama yang terpusat di suatu titik lokasi harus diatur sedemikian rupa sehingga
terlihat tidak terlalu mepet.
(6) Atribut kontur ditempatkan di celah-celah tiap kontur dimana penem patannya
teratur sehingga tiap angka terbaca dan terdapat ada arah mendaki lereng.
(7) Pemilihan huruf bergantung pada perencanaan kartografer sendiri. Akan tetapi,
jenis-jenis huruf tersebut harus sama pada keseluruhan isi peta. Ada beberapa aturan
tentang pemakaian jenis huruf. Misalnya, huruf-huruf tegak lurus untuk nama-nama
fenomena budaya (kota, jalan, lalulintas), dan huruf miring untuk nama-nama unsur
fisik (sungai, danau, pegunungan).
Pada dasarnya, tidak ada aturan yang baku mengenai pemilihan jenis huruf karena
diserahkan sepenuhnya pada kartografer dengan tetap memerhatikan prinsip agar peta
tersebut dapat memberikan kemudahan bagi para penggunanya.
5) Koreksi Kesalahan
Permasalahan yang muncul pada pemetaan dengan menggunakan alat sederhana antara
lain:
a) ketidaktelitian membaca arah (azimuth magnetis) pada kompas;
b) kecerobohan pengukuran jarak dengan meteran.
IVAN DHERMAWAN
111.140.081
KELAS E Page 27
ILMU UKUR TANAH 2016
Kekurangtelitian dan kecerobohan tersebut terutama terjadi pada garis-garis ukur yang
membentuk poligon tertutup. Seharusnya titik A dan titik terakhir berhimpit. Namun
pada penggambarannya, titik tidak berhimpit, tetapi menjadi A. Hal tersebut perlu
dikoreksi dengan menggunakan jarak kesalahan secara proporsional di tiap titik B, C, D
dan E. Caranya sebagai berikut.
Membuat garis lurus A, B, C, D , E yang jaraknya sama dengan jarak pada poligon A,
B, C, D, E. Misalnya, jarak A - B pada polygon 4 cm, maka jarak pada garis A - B juga
4 cm. Begitu juga dengan B, C, D dan E, dan E - A. Buatlah garis tegak lurus ke atas
dari titik A sesuai dengan panjang kesalahannya, yaitu a. Kemudian dari garis
kesalahan tersebut kemudian tarik garis ke titik A. Buatlah garis sejajar dengan garis
kesalahan (a) pada titik B, C, D, dan E.
Kegunaan Peta
Sistem Koordinat
IVAN DHERMAWAN
111.140.081
KELAS E Page 28
ILMU UKUR TANAH 2016
Sistem koordinat merupakan kesepakatan tata cara menentukan posisi suatu tempat di
muka bumi ini. Dengan adanya sistem koordinat, masyarakat menjadi saling memehami
posisi masing- masing di permukaan bumi. Dengan sistem koordinat pula, pemetaan
suatu wilayah menjadi lebih mudah.
Pendahuluan
Posisi suatu titik dapat dilihat secara kuantitatif melalui koordinat yang ditetapkan pada
suatu sistem koordinat terestris dengan titik nol pada pusat bumi atau geosentris ataupun
pada permukaan bumi yang disebut toposentris. Agar koordinat ini konsisten dan
standar diperlukan suatu sistem yang bisa menyatakan koordinat. Sistem tersebut adalah
sistem referensi koordinat, atau sering juga disebut sistem koordinat dan realisasinya
dinamakan kerangka referensi koordinat.
Sistem referensi koordinat adalah sistem (termasuk teori, konsep, deskripsi fisis serta
standard dan parameter) yang digunakan dalam pendefinisian koordinat dari suatu atau
beberapa titik dalam ruang (Abidin, HA 2001).
Datum adalah suatu framework yang bisa mendefinisikan suatu sistem koordinat yang
mencakup ellipsoid dan parameter lainnya. Ada dua cara untuk menentukan datum
dengan cara tradisional yaitu dengan menggunakan 2 datum terdiri dari datum vertical
dan darum horizontal dan dengan cara modern yang berdasarkan pada beberapa titik
yang sudah terdefinisi..
IVAN DHERMAWAN
111.140.081
KELAS E Page 29
ILMU UKUR TANAH 2016
Datum Vertikal digunakan sebagai acuan untuk arah vertikal (ketinggian). Sedangkan
datum horisontal digunakan sebagai referensi untuk posisi arah X dan Y yang
didefinisikan dengan menggunakan ellipsoid yang mendekati harga geoid dan titik asal.
Penentuan datum dengan cara modern berdasarkan pada titik titik yang sudah terdefinisi
biasanya menggunakan beberapa titik yang kemudian digunakan untuk mendefinisikan
suatu datum dihitung dalam bentuk Internasional Terrestrial Reference Frame (ITRF)
menjadi suatu kerangka fiducial. Walaupun perhitungan koordinatnya dalam bentuk 3
dimensi, biasanya yang diambil hanya komponen horisontalnya saja.
Dengan adanya teknologi GPS penggunaan datum yang geosentris sudah menjadi suatu
keharusan, sehingga semua koordinat harus dikonversikan kedalam datum ini. Dengan
pengkonversian ini penggunaan koordinat akan menjadi lebih mudah lagi.
Dalam penetapan datum harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut (Kahar, J 2008):
4. Mengukur jarak dari titik datum ke titik jaringan geodetic lainnya itu
Pengertian Datum
IVAN DHERMAWAN
111.140.081
KELAS E Page 30
ILMU UKUR TANAH 2016
Datum vertikal adalah bidang referensi untuk sistem tinggi ortometris. Datum
vertikal digunakan untuk merepresentasikan informasi ketinggian atau
kedalaman. Biasanya bidang referensi yang digunakan untuk sistem tinggi
ortometris adalah geoid.
Sistem Koordinat
Sistem Koordinat merupakan kesepakatan tata cara menentukan posisi suatu tempat di
muka bumi ini. Dengan adanya sistem koordinat, masyarakat menjadi saling memehami
posisi masing- masing di permukaan bumi. Dengan sistem koordinat pula, pemetaan
suatu wilayah menjadi lebih mudah.
Proyeksi Peta
Proyeksi Polyder
Proyeksi Polyeder adalah proyeksi kerucut normal konform. Pada proyeksi ini,
setiap bagian derajat dibatasai oleh dua garis paralel dan dua garis meridian yang
IVAN DHERMAWAN
111.140.081
KELAS E Page 31
ILMU UKUR TANAH 2016
masing-masing berjarak 20. Diantara kedua paralel tersebut terdapat garis paralel
rata-rata yang disebut sebagai paralel standar dan garis meridian rata-rata yang
disebut meridian standar. Titik potong antara garis paralel standar dan garis meridian
standar disebut sebagi titik . Setiap bagian derajat proyeksi Polyeder diberi nomor
dengan dua digit angka. Digit pertama yang menggunakan angka romawi
menunjukan letak garis sedangkan digit kedua yang menggunakan angka arab
menunjukan garis meridian standarnya ( 0). Untuk wilayah Indonesia penomoran
bagian derajatnya adalah :
Karena perubahan jarak dan sudut pada satu bagian derajat 20 x 20, sekitar 37 km x 37
km bias diabaikan, maka proyeksi ini baik untuk digunakan pada pemetaan teknis skala
besar.
Untuk pemetaan daerah luas harus serring pindah bagian derajat, memerlukan
transformasi koordinat.
IVAN DHERMAWAN
111.140.081
KELAS E Page 32
ILMU UKUR TANAH 2016
Proyeksi UTM
IVAN DHERMAWAN
111.140.081
KELAS E Page 33
ILMU UKUR TANAH 2016
Peta topografi adalah jenis peta yang ditandai dengan skala besar dan
detail, biasanya menggunakan garis kontur dalam pemetaan modern. Sebuah
peta topografi biasanya terdiri dari dua atau lebih peta yang tergabung untuk
membentuk keseluruhan peta. Sebuah garis kontur merupakan kombinasi dari
dua segmen garis yang berhubungan namun tidak berpotongan, ini merupakan
titik elevasi pada peta topografi.
Pengertian Skala
Skala peta, dapat diartikan sebagai perbandingan (rasio) antara jarak dua titik pada peta
dan jarak sesungguhnya kedua titik tersebut di permukaan bumi atau di lapangan, dan
pada satuan yang sama. Skala peta adalah informasi yang mutlak harus dicantumkan
agar pemakai dapat mengukur jarak sesungguhnya pada peta. Misalnya Skala 1:25.000,
berarti 1 cm di peta sama dengan 25 m di medan yang sebenarnya.
IVAN DHERMAWAN
111.140.081
KELAS E Page 34
ILMU UKUR TANAH 2016
1. Skala grafis, skala peta digambarkan dengan garis lurus yang dibagi dalam interval
tertentu yang menyatakan suatu besaran panjang.
2. Skala numeris, yaitu menuliskan secara langsung besaran skala pada peta.
Pembagian Lembar Peta Adalah penjelasan nomor-nomor peta lain yang tergambar di
sekitar peta yang digunakan, bertujuan untuk memudahkan penggolongan peta bila
memerlukan interpretasi suatu daerah yang lebih luas.
Grid Peta sering terlihat dibubuhi semacam jaringan kotak-kotak atau grid system.
Tujuan grid adalah untuk memudahkan penunjukan lembar peta dari sekian banyak
lembar peta dan untuk memudahkan penunjukan letak sebuah titik di atas lembar peta.
Setiap kali menghadapi peta topografi, pertama carilah Arah Utara tersebut, selanjutnya
lihat judul peta (judul peta selalu berada pada bagian utara, bagian atas dari peta) atau
lihat tulisan nama gunung atau daerah perkotaa, perdesaan di kolom peta, utara peta
adalah bagian atas dari tulisan tersebut.
Dan setelah kita jauh memahaminya kita akan berhadapan pada peta topografi yang
terdapat tiga arah utara yang harus di perhatikan sebelum menggunakan peta atau
kompas, karena tiga arah utara tersebut tidak berada dalam satu garis. Tiga arah utara
tersebut adalah :
Karena ketiga arah utara tersebut tidak berada pada satu garis, maka akan
terjadi penyimpangan-penyimpangan sudut, antara lain :
IVAN DHERMAWAN
111.140.081
KELAS E Page 35
ILMU UKUR TANAH 2016
Deklinasi Magnetik
Deklinasi Magnet Sudut yang dibentuk oleh garis utara sebenarnya dengan garis utara
magnet,yang jadi perhitungan adalah utara sebenarnya.
Magnet jarum dan magnet batang yang tergantung bebas selalu menunjuk ke arah
tertentu. Arah yang ditunjuk oleh magnet jarum dan magnet batang adalah utara
selatan. Begitu juga dengan jarum kompas, meskipun kita ubah kedudukan kompas ke
arah manapun, jarum kompas akan menunjuk ke arah utara selatan karena tertarik oleh
suatu gaya magnet yang sangat besar yang berasal dari kutub utara dan kutub selatan
kemagnetan bumi.
Jadi, bumi yang kita tempati ini adalah sebuah magnet yang sangat besar, dengan kutub-
kutub magnetnya terletak di kutub utara dan kutub selatan bumi. Namun bila kita amati
ternyata kutub utara dan kutub selatan kemagnetan bumi tidak tepat terletak di kutub
utara dan kutub selatan bumi. Jika kita mengamati arah yang ditunjuk oleh jarum
kompas, kita akan tahu bahwa tenyata arah tersebut tidak tepat menunjuk ke utara bumi.
Kutub utara magnet jarum kompas akan tertarik pada kutub selatan magnet bumi.
IVAN DHERMAWAN
111.140.081
KELAS E Page 36
ILMU UKUR TANAH 2016
Sementara kutub selatan magnet jarum kompas menunjuk ke arah kutub utara maanet
bumi.
Sudut yang dibentuk oleh jarum kompas dengan kutub utara dan kutub selatan bumi
disebut sudut deklinasi. Ada pula sudut yang dibentuk oleh magnet jarum dengan garis
horizontal disebut sudut inklinasi.
1. Sudut Deklinasi
Sudut deklinasi adalah sudut yang dibentuk oleh kutub utara selatan
jarum kompas dengan kutub utara selatan geografis.Sudut deklinasi
akan bernilai positif apabila kutub utara jarum kompas menyimpang ke
arah timur dan bernilai negatif bila kutub utara jarum kompas
menyimpang ke barat. Besar sudut deklinasi di berbagai tempat di bumi
tidaklah sama. Sudut deklinasi mengalami perubahan tiap tahunnya.
2. Sudut Inklinasi
Sudut Inklinasi adalah sudut yang dibentuk oleh ujung jarum kompas
dengan posisi horizontal di permukaan bumi. Sudut inklinasi bernilai
positif apabila kutub utara jarum kompas berada di sebelah garis
mendatar. Tetapi, sudut inklinasi akan bernilai negatif bila kutub utara
jarum kompas berada di sebelah bawah garis mendatar. Sudut inklinasi
terbesar adalah 90 derajat , yaitu ketika kita berada tepat di atas kutub
magnet bumi. Sedut inklinasi terkecil terjadi di sekitar garis khatulistiwa,
yaitu 0 derajat.
IVAN DHERMAWAN
111.140.081
KELAS E Page 37
ILMU UKUR TANAH 2016
DAFTAR PUSTAKA
http://www.siswapedia.com/macam-macam-peta-atau-jenis-jenis-peta/
http://belajar-teknik-sipil.blogspot.co.id/2010/03/ilmu-ukur-tanah.html
https://www.google.com/search?q=makalah+ilmu+ukur+tanah&ie=utf-8&oe=utf-8
http://mazprie82geodesi.blogspot.co.id/2010/11/kerangka-dasar-pemetaan.html
Basuki, S. 2012. Ilmu Ukur Tanah (Edisi Revisi). Yogyakarta : Gadjah Mada University
Press.
IVAN DHERMAWAN
111.140.081
KELAS E Page 38
ILMU UKUR TANAH 2016
IVAN DHERMAWAN
111.140.081
KELAS E Page 39