Anda di halaman 1dari 11

MODUL VI

PENENTUAN MAGNITUDO

Asisten
[Tania Suara Ning Tyas– 12319060]
[Intan Murni Yunika – 12319069]
[Octaviano Briliandi – 12320077]

Asisten123 18 041]
[Rahmani Avicena Majidi – 123 19 027]Komang Agus Aditya P. – 123 19
130]

Tujuan Praktikum
I. Dapat menghitung dan menentukan besar Magnitudo Lokal (ML), Magnitudo
Gelombang Bodi (mb), dan Magnitudo Gelombang Permukaan (MS).
II. Dapat membandingkan dan menganalisis hasil perhitungan besar Magnitudo Lokal
(ML), Magnitudo Gelombang Bodi (mb), dan Magnitudo Gelombang Permukaan
(MS).
I. PENDAHULUAN
Bencana gempa bumi di Indonesia adalah suatu keniscayaan, tidak hanya pada
daerah yang selama ini diketahui seringkali mengalaminya, namun juga pada daerah yang
dahulu diduga relatif aman. Kondisi demikian dikontrol oleh konfigurasi tektonis Indonesia
di masa lampau dan di masa sekarang ini. Banyak sudah peristiwa gempa bumi yang
menelan korban ribuan jiwa dan kerugian harta benda yang sangat besar. Kenyataan ini
menuntut kemauan kitauntuk belajar memahami fenomena gempa bumi dengan lebih baik
lagi, agar dapat mengurangi resiko bencana. Energi gempa bumi merambat dari sumber
pergeseran patahan dalam beberapajenis gelombang, yang menuntut pengukuran secara
tepat dan cepat. Kerusakan infrastruktur tidak hanya disebabkan oleh besaran energi,
namun juga bagaimana percepatan gelombang gempa bumi diterima di lokasi tersebut.
Perioda dan frekuensi batuan di permukaan serta bangunan turut pula menentukan derajat
kerusakan, bila terjadi fenomena resonansi dan amplifikasi getaran gempa bumi yang
memiliki kesamaan karakter gelombang. Ketika terjadi gempa bumi, informasi berupa
ukuran dan intensitas getaran harus segera kita catat sebagai data yang sangat berharga
agar kelak lebih siap lagi dalam menghadapi bencana gempa bumi yang senantiasa berulang
ini.

II. TEORI DASAR


II.I. Magnitudo
Magnitudo adalah ukuran logaritmik dari kekuatan gempa bumi atau ledakan yang
berdasarkan pengukuran instrumen (Afnimar, 2009). Atau dengan kata lain, berdasarkan
pengukuran amplitudo maksimum dari fasa seismik. Penggunaan skala logaritmik dipakai
karena amplitudo dari gelombang seismik gempa memiliki variasi yang tinggi. Magnitudo
tidak berhubungan langsung dengan sumber gempa dan bertujuan untuk perhitungan cepat
yang sederhana. Magnitudo digunakan sebagai analisis awal dari data gempa untuk
keperluaninvestigasi geofisika dan keteknikan (Kanamori, 1983).
Konsep magnitudo diperkenalkan oleh Richter (1935) untuk memberikan ukuran
instrumental yang objektif dari ukuran gempa bumi. Istilah magnitudo direkomendasikan
kepada Richter oleh H. O. Wood dalam perbedaan dengan nama skala intensitas, yang
didasarkan pada penilaian dan klasifikasi kerusakan akibat guncangan dan persepsi
manusia terhadap guncangan dan dengan demikian bergantung pada jarak dan kedalaman
sumber seismik. Sebaliknya, magnitudo (M) menggunakan pengukuran instrumental dari
gerakan tanah yang disesuaikan dengan jarak episentral dan kedalaman sumber. Dengan

SRO 1
demikian diharapkan M dapat memberikan satu angka untuk mengkuantifikasi ukuran
gempa yang jugakira-kira terkait dengan energi seismik yang dilepaskan.
Skala magnitudo berdasarkan pada beberapa asumsi sederhana, yaitu :
● Dua gempa dengan kekuatan yang berbeda dan direkam dengan geometri sumber-
penerima yang sama, maka kejadian yang lebih besar akan menghasilkan amplitudo
yang lebih besar.
● Magnitudo seharusnya adalah ukuran energi yang dilepaskan, karena itu sebanding
dengan kecepatan gerakan tanah, yaitu A/T maksimum. A adalah displacement dari fasa
gempa yang diukur pada perioda T.
● Penurunan amplitudo karena efek geometri dan atenuasi diketahui secara statistik. Hal
ini dikompensasi dengan fungsi kalibrasi F(Δ,h).
● Efek sumber seperti directivity dapat dikoreksi secara regional Cr dan pengaruh lokal
seperti struktur batuan lokal, topografi, dan lain-lain dikoreksi dengan koreksi stasiun C.
Dari asumsi-asumsi diatas, maka bentuk umum dari skala magnitudo adalah
𝑀 = 𝑙𝑜𝑔(𝐴/𝑇) + 𝐹(𝛥, h) + 𝐶𝑠 + 𝐶𝑅
Beberapa aturan pengukuran amplitudo dan periodanya seperti yang telah
direkomendasikan oleh komisi IASPEI tahun 1979 sebagai berikut.
● Amplitudo A pada suatu sinyal seismik didefinisikan sebagai puncak atau lembah yang
paling besar.
● Perioda T diukur dalam detik antara dua puncak (atau lembah) yang berdekatan tempat
A diukur.
● Amplitudo A yang telah diukur harus dikonversi dalam satuan nanometer (nm) atau unit
SI lainnya.
● Karena A/T maksimum mungkin tidak pada A maksimum, khususnya pada gelombang
permukaan dispersif, sebaiknya pengukuran A/T dilakukan di beberapa amplitudo.

SRO 2
Gambar 1. Contoh pengukuran amplitudo maksimum B dan perioda T pada rekaman
seismik. (Bormann dkk.,2002)

II.I.I. Magnitudo Lokal (ML)


Skala magnitudo pertama, dikembangkan oleh C. Richter (1935) dengan tujuan
untuk menerbitkan katalog gempa California yang mempunyai ratusan kejadian dengan
ukuran yang hampir tidak terasa sampai besar. Richter menunjukkan adanya
ketidaktergantungan ukuran kekuatan gempa terhadap jarak, sehingga ukuran gempa
tersebut bisa ditentukan dari ukuran relatif terhadap gempa referensi. Rumus klasik untuk
menentukan magnitudo lokal Mlmenurut Richter (1935) adalah,
𝑀𝐿 = 𝐿𝑜𝑔𝐴 𝑚𝑎𝑥 – 𝐿𝑜𝑔 𝐴0
Dengan A adalah amplitudo maksimal atau displacement gempa dan Ao adalah kejadian
referensi pada jarak tertentu. Richter memilih gempa referensi ML = 0, dimana A0 = 10-3 m
pada jarak episenter 100km.

SRO 3
Dengan menggunakan gempa referensi untuk mendefinisikan suatu kurva maka
persamaandiatas bisa diubah menjadi,
𝑀𝐿 = 𝑙𝑜𝑔𝐴 − 2,48 + 2,76𝑙𝑜𝑔𝛥
Dimana A adalah amplitude displacement dalam 10-6 m dan ∆ adalah jarak dalam kilometer.
Persamaan tersebut hanya berlaku di California Selatan dan akan berbeda di daerah lain
karena struktur kecepatan, atenuasi, serta kedalaman gempa akan berbeda.

II.I.II. Magnitudo Gelombang Bodi (mb)


Gutenberg (1945b dan c) mengembangkan rumus magnitudo untuk gelombang
badanteleseismik P, PP dan S. Beliau menggunakannya dalam rentang periode yang luas
antara sekitar 2 detik dan 20 detik (Abe, 1981 dan 1984; Abe dan Kanamori, 1980).

SRO 4
Magnitudo ini dihitung dari maximum amplitude P-wave yang didefinisikan sebagai
berikut:
𝑚𝑏 = 𝑙𝑜𝑔(𝐴/𝑇) + 𝑄(h, 𝛥)
dengan A adalah amplitudo maksimum dalam mikrometer dan T adalah periodanya dalam
detik. Sedangkan Q adalah koreksi jarak terhadap kedalaman yang ditentukan secara
empiris. Besarnya koreksi turun secara drastis pada jarak 20 deg karena adanya efek
triplikasi di sekitarmantel atas yang menghasilkan amplitudo yang besar. Pada jarak yang
lebih besar daripada 30deg, besarnya koreksi lebih seragam

II.I.III. Magnitudo Gelombang Permukaan (MS)


Gutenberg (1945a) merumuskan persamaan untuk menghitung magnitudo
gelombang permukaan Ms berdasarkan pengukuran “absolute” maksimum displacement
komponen horizontal pada perioda sekitar 20 s:
𝑀𝑠 = 𝐿𝑜𝑔 𝐴20 + 1,66𝑙𝑜𝑔𝛥 + 2.0
Dimana A20 adalah amplitudo gelomabng permukaan dalam mikrometer yang berperioda
20s. 𝛥 dalam degree. Umumnya, amplitudo gelombang Rayleigh dari komponen vertikal
yang dipakai. Persamaan diatas dapat diterapkan pada jarak episentral antara sekitar 20°
dan 130°. Richter (1958) menerbitkan tabulasi nilai kalibrasi Gutenberg Ms σS(∆). Hal ini
memungkinkan untuk menggunakan rumus magnitudo gelombang permukaan Gutenberg

SRO 5
dalam bentuk umumnya Ms = log AHmax (∆) + σS(∆) hingga 180°. Ini didasarkan pada
pengukuran amplitudo perpindahan gerakan tanah horizontal maksimum AHmax = sqrt(AN2
+ AE2)

Banyak formula untuk Ms telah diusulkan sejak dari Gutenberg. Vanek (1962)
menyusun rumus:
𝑀𝑠 = 𝐿𝑜𝑔 𝐴20 𝑚𝑎𝑥 + 1,66𝑙𝑜𝑔𝛥 + 3,3
yang telah resmi diadopsi oleh International Asosiasi Seismologi dan Fisika Bumi
Interior(IASPEI).

III. PEMROSESAN DATA


1. Load data dan Instrument Correction
Respon instrumen dapat dihilangkan oleh modul invsim pada obspy. Contoh berikut
menunjukkan cara menghilangkan respons instrumen dari STS2 dan mensimulasikan
instrumen dengan frekuensi sudut 2Hz. Info terkait koreksi instrument pada obspy dapat
dicek pada link Seismometer Correction/Simulation — ObsPy 1.4.0 documentation
#Load Data
from obspy import read
import obspy.signal
st = read("/content/drive/MyDrive/Colab Notebooks/LKBD.MSEED")
st.plot()
#all traces

SRO 6
#koreksi instrument
from obspy.signal.invsim import simulate_seismometer, corn_freq_
2_paz
from obspy import UTCDateTime, read
from obspy.geodetics import gps2dist_azimuth

paz_ori = {'gain': 1.009,


'poles': [-0.885 + 0.887j,
-0.885 - 0.887j,
-0.427 + 0j],
'sensitivity': 167364000.0,
'zeros': [0j, 0j, 0j]}
paz_wa = {'sensitivity': 2800, 'zeros': [0j], 'gain': 1,
'poles': [-6.2832 - 4.7124j, -6.2832 + 4.7124j]}

for tr in st:
tr.simulate(paz_remove=paz_ori, paz_simulate=paz_wa, water_lev
el=10.0)
st.plot()

SRO 7
2. Estimate local magnitude using obspy.signal.invsim.estimate_magnitude
(obspy.signal.invsim.estimate_magnitude — ObsPy 1.4.0 documentation)
estimate_magnitude(paz, amplitude, timespan, h_dist)
• paz – PAZ of the instrument [m/s] (as a dictionary) or response of the instrument
(as Response) or list of the same
• amplitude – Peak to peak amplitude [counts] or list of the same
• timespan – Timespan of peak to peak amplitude [s] or list of the same
• h_dist – Hypocentral distance [km]
atau menggunakan persamaan:
ml2 = log10(ampl * 1000) + a * epi_dist + b

from obspy.signal.invsim import simulate_seismometer, corn_freq_


2_paz, estimate_magnitude
from obspy import UTCDateTime, read
from obspy.geodetics import gps2dist_azimuth

paz_ori = {'gain': 1.009,


'poles': [-0.885 + 0.887j,

SRO 8
-0.885 - 0.887j,
-0.427 + 0j],
'sensitivity': 167364000.0,
'zeros': [0j, 0j, 0j]}
paz_wa = {'sensitivity': 2800, 'zeros': [0j], 'gain': 1,
'poles': [-6.2832 - 4.7124j, -6.2832 + 4.7124j]}

sta_lat = 46.38703
sta_lon = 7.62714
event_lat = 46.218
event_lon = 7.706

epi_dist, az, baz = gps2dist_azimuth(event_lat, event_lon, sta_l


at, sta_lon)
epi_dist = epi_dist / 1000

t = UTCDateTime("2012-04-03T02:45:03")
st.trim(t, t + 50)
st.plot()
tr_n = st.select(component="N")[0]
ampl_n = max(abs(tr_n.data))
tr_e = st.select(component="E")[0]
ampl_e = max(abs(tr_e.data))
ampl = max(ampl_n, ampl_e)

ml1 = estimate_magnitude(paz, ampl, 0.0002, epi_dist)


print(ml1)

for tr in st:
tr.simulate(paz_remove=paz_ori, paz_simulate=paz_wa, water_lev
el=60.0)
st.plot()

tr_n = st.select(component="N")[0]
ampl_n = max(abs(tr_n.data))
tr_e = st.select(component="E")[0]
ampl_e = max(abs(tr_e.data))
ampl = max(ampl_n, ampl_e)

a = 0.018
b = 2.17
ml2 = log10(ampl * 1000) + a * epi_dist + b
print(ml2)

SRO 9
IV. TUGAS LAPORAN
● Lakukan picking gelombang P, S dan permukaan, serta cari nilai Amplitudo dan
Periodanya.
● Lakukan perhitungan besar Magnitudo Lokal (ML), Magnitudo Gelombang Bodi (mb),
dan Magnitudo Gelombang Permukaan (MS).
● Bandingkan hasil perhitungan dengan magnitudo yang tertera pada data katalog gempa.
● Lakukan analisis dan buat dalam bentuk laporan praktikum.

SRO 10

Anda mungkin juga menyukai