TINJAUAN PUSTAKA
magnitudo diusulkan oleh Richter (1935). Magnitudo diturunkan dari amplitudo dan
periode gerakan tanah atau dari durasi sinyal yang diukur pada rekaman instrumental.
- Kejadian dua gempabumi atau lebih dengan kekuatan yang berbeda dan terekam
- Magnitudo harus menjadi suatu ukuran energy seismic yang dilepaskan sehingga
harus sebanding dengan kecepatan getaran tanah, yaitu A/T maksimum dengan
referensi A0 (Δ,h) dari suatu kejadian gempabumi dengan magnitudo nol, yaitu
koreksi sumber regional, Cr, dan pengaruh lokal setempat seperti jenis batuan
5
6
dekat permukaan, lapisan tanah lunak, topografi dan lain-lain dijelaskan dengan
Dari berbagai asumsi diatas, maka bentuk umum dari skala magnitudo dapat dinyatakan
sebagai berikut :
( ) .................................................... .(2.1)
Dimana :
Skala magnitudo lokal pertama kali dikemukakan oleh Richter pada awal tahun
– .................................................................... ....(2.2)
Dimana :
AMAX : displacement gempabumi atau amplitudo sinyal yg diukur dari garis nol
gempabumi yang direkam oleh seismograph yang terletak pada jarak 100 km dari pusat
Oleh karena itu, besarnya kekuatan untuk gempabumi dengan amplitude 1 mm tercatat
ML = 3,0 SR.
Magnitudo lokal sangat akurat untuk kejadian gempabumi yang berskala lokal
maupun regional, namun ada keterbatasan tipe alat dan kisaran jarak, yang tidak praktis
untuk karakterisasi skala global. Di luar jarak regional, dimana gelombang P menjadi
fase yang jelas, maka praktis untuk mendefinisikan suatu skala magnitudo gelombang
...................................................................(2.3)
Dimana :
permukaan (Surface Wave Magnitude). Untuk jarak Δ > 600 km seismogram periode
Amplitudo gelombang permukaan sangat bergantung pada pada jarak Δ dan kedalaman
...............................................................(2.4)
Dimana:
detik
(seismic moment). Momen seismik yang disimbolkan sebagai M 0 dapat diestimasi dari
dimensi pergeseran bidang sesar atau dari analisis karakteristik gelombang gempabumi
..............................................................................................(2.5)
Dimana :
μ : Rigiditas
Kemudian dari nilai momen seismik yang diperoleh, dapat diturunkan untuk
– ..................................................................(2.6)
Dimana :
MW : Magnitudo Momen
magnitudo gempabumi adalah berhubungan langsung dengan sifat fisik sumber (M0)
dan tidak tersaturasi untuk gempabumi besar atau tidak memiliki titik jenuh.
10
beberapa magnitudo :
- Hubungan antara magnitudo permukaan (MS) dengan magnitudo gelombang badan (Mb):
– ..............................................................................(2.7)
........................................................................(2.8)
Oleh karena hubungan antara momen seismik dengan magnitudo momen adalah
seperti yang telah dijabarkan pada rumus di atas (2.8), maka dapat diturunkan hubungan
– ...............................................(2.9)
merupakan salah satu parameter yang penting dalam seismologi teknik atau earthquake
adalah magnitudo gempa, kedalaman hiposenter, jarak episenter, kondisi tanah. Besar
displacement. Jika kita lihat waktu yang diperlukan untuk perpindahan tersebut, maka
kita bisa tahu kecepatan materi tersebut. Sedangkan percepatan adalah parameter yang
menyatakan perubahan kecepatan mulai dari keadaan diam sampai pada kecepatan
tertentu. Untuk nilai percepatan terbagi menjadi dua bagian yaitu percepatan tanah
maksimum dan percepatan tanah sesaat. Percepatan tanah maksimum adalah nilai yang
dihitung di titik amat / titik penelitian pada permukaan bumi dari riwayat gempabumi
dengan nilai perhitungan dipilih yang terbesar. Sedangkan untuk nilai percepatan tanah
sesaat merupakan nilai percepatan tanah pada saat gempabumi terjadi. Nilai percepatan
tanah yang akan diperhitungkan sebagai salah satu bagian dalam perencanaan bangunan
keadaan diam sampai pada kecepatan tertentu. Pada bangunan yang berdiri di atas tanah
memerlukan kestabilan tanah agar bangunan tetap stabil. Terdapat dua cara untuk
magnitudo dan jarak sumber gempabumi yang pernah terjadi terhadap titik perhitungan
serta nilai periode dominan tanah daerah tersebut (Fauzi dkk, 2005).
Gempabumi dengan getaran yang kuat tidak sering terjadi karena memerlukan
waktu yang lama untuk mengumpulkan energi yang besar, namun jika terjadi akan
membahayakan kehidupan manusia. Salah satu hal penting dalam penelitian seismologi
di setiap tempat. Hal ini diperlukan untuk menyesuaikan dengan kekuatan bangunan
yang akan dibangun di daerah tersebut. Lebih lanjut dikatakan Fauzi (2005) “bangunan-
12
bangunan yang mempunyai kekuatan luar biasa dapat dibuat, sehingga bila terjadi
gempabumi dengan kekuatan besar tidak akan mempunyai tanggapan atau reaksi
terhadap bangunan”.
vertikal dan horisontal. Gaya oleh getaran gempabumi tersebut secara vertikal maupun
horizontal akan timbul di beberapa titik pada struktur bangunan. Respon bangunan
terhadap gaya tersebut adalah berbeda. Biasanya pengaruh gaya vertikal terhadap
2.2.1 Accelerograph
permukaan tanah yang sangat akurat yang mengukur percepatan getaran permukaan
penduduk yang berfungsi untuk investigasi variasi terhadap respon guncangan karena
Gambar 2.1 Jenis - jenis accelerograph (Sumber: Bahan Diklat Seismotek 2015, BMKG)
Gambar 2.2 alur peralatan accelerograph (Sumber: Bahan Diklat Seismotek 2015, BMKG)
14
Sebaran jaringan accelerograph yang dimiliki oleh BMKG hingga 2015 baru
mencapai 231 lokasi dan akan semakin bertambah banyak dan rapat guna mendukung
Gambar 2.3 peta jaringan acceleroraph di Indonesia (Sumber: Bahan Diklat Seismotek 2015, BMKG)
input data berupa magnitudo, kedalaman, dan jarak hiposenter gempabumi. Penentuan
mengingat belum adanya formula khusus atenuasi percepatan tanah di Indonesia. Oleh
karena itu, studi tentang tingkat risiko gempabumi di suatu wilayah di Indonesia, masih
banyak menggunakan formula atenuasi yang diperoleh di wilayah lain di luar Indonesia
khusus untuk daerah tertentu. Pada penulisan tugas akhir ini, penulis akan merujuk pada
persamaan empiris Lin dan Wu (2010). Lin dan Wu membuat rumusan fungsi atenuasi
percepatan di Taiwan. Data yang digunakan pada penelitiannya adalah data 161
rekaman accelerogram untuk nilai PGA lebih dari 80 gal. Analisis lanjut dari penelitian
mereka adalah membuat rumusan magnitudo yang dikenal dengan magnitudo peak
ground acceleration (MPGA.). Selanjutnya MPGA ini digunakan dalam rangka menunjang
.........................................................(2.10)
PGA adalah nilai percepatan getaran tanah, r adalah jarak, M adalah magnitudo, Nilai a
Maka persamaan fungsi atenuasi percepatan getaran tanah berdasarkan Lin dan
Wu adalah:
............................(2.11)
..................................................(2.12)
dimana :
MS = magnitudo surface
........(2.13)
dimana :
Mw = magnitudo moment
....(2.14)
Model ini diterapkan berdasarkan data historis di wilayah Sumatera bagian Tengah.
Perumusan formulanya adalah sebagai berikut :
...................(2.15)
5. Setiawan, Y. A. (2012)
...............(2.16)
variable terikat serta memprediksi nilai variable terikat dengan menggunakan variable
explained).
Karena hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat adalah linier, maka disebut
sebagai inversi linier. Inversi secara umum dapat diformulasikan dengan melibatkan
variabel atau parameter yang ada untuk dinyatakan sebagai notasi vektor atau matrix
Jika data (d) dan model (m) masing-masing dinyatakan oleh vektor:
d = [d1,d2,d3,…,dN] T .................................................................................(2.17)
m = [m1,m2,m3,…,mM] T .............................................................................(2.18)
G(m) = d ....................................................................................................(2.19)
18
memetakan model menjadi besaran dalam “domain” data. Dengan kata lain fungsi G
[ ] [ ] .......................................................(2.20)
fungsi pemodelan kedepan G sebagai fungsi model m. Fungsi G1 pada dasarnya adalah
fungsi yang sama untuk semua i=1,2,3,…N. Perbedaannya, fungsi tersebut dihitung
untuk variabel bebas tertentu sehingga berasosiasi dengan komponen data tertentu.
1. Dalam metode inverse linier, kita akan mencari model parameter dari data yang
G.m=d
...........................................................(2.21)
[ ] [ ] [ ]
Dimana G adalah matrix kernel atau matrix (N x M). kelinieraan pada dasarnya
untuk menunjukkan bahwa ada hubungan linier antara operasi dengan model
parameter m.
19
GT G m = GT d ...........................................................................................(2.22)
(M x N)
3. Masing – masing dari ruas dikalikan dengan [GTG]-1 sehingga tidak merubah
nilai.
Ingat bahwa dalam matrix, nilai inverse matrix jika dikalikan dengan matrix
sebelum di-inverse bernilai 1. Sehingga :
m = [GTG]-1 GT d ........................................................................................(2.25)
karena rumus perhitungan Koefisien korelasi sederhana ini dikemukakan oleh Karl
Koefesien korelasi ialah pengukuran statistik kovarian atau asosiasi antara dua
variabel. Besarnya koefesien korelasi berkisar antara +1 s/d -1. Koefesien korelasi
menunjukkan kekuatan (strength) hubungan linear dan arah hubungan dua variabel
acak. Jika koefesien korelasi positif, maka kedua variabel mempunyai hubungan searah.
Artinya jika nilai variabel X tinggi, maka nilai variabel Y akan tinggi pula. Sebaliknya,
jika koefesien korelasi negatif, maka kedua variabel mempunyai hubungan terbalik.
Artinya jika nilai variabel X tinggi, maka nilai variabel Y akan menjadi rendah dan
hubungan antara dua variabel dibuatlah kriteria sebagai berikut (Sarwono, 2006) :
1 Korelasi Sempurna
Perubahan salah satu Nilai Variabel diikuti perubahan Nilai Variabel yang
lainnya secara teratur dengan arah yang sama. Jika Nilai Variabel X mengalami
kenaikan, maka Variabel Y akan ikut naik. Jika Nilai Variabel X mengalami penurunan,
21
maka Variabel Y akan ikut turun. Apabila Nilai Koefisien Korelasi mendekati +1
(positif Satu) berarti pasangan data Variabel X dan Variabel Y memiliki Korelasi Linear
Perubahan salah satu Nilai Variabel diikuti perubahan Nilai Variabel yang
lainnya secara teratur dengan arah yang berlawanan. Jika Nilai Variabel X mengalami
kenaikan, maka Variabel Y akan turun. Jika Nilai Variabel X mengalami penurunan,
maka Nilai Variabel Y akan naik. Apabila Nilai Koefisien Korelasi mendekati -1
(Negatif Satu) maka hal ini menunjukan pasangan data Variabel X dan Variabel Y
Variabel lainnya atau kadang-kadang diikuti dengan kenaikan Variable yang lainnya.
Apabila Nilai Koefisien Korelasi mendekati 0 (Nol) berarti pasangan data Variabel X
dan Variabel Y memiliki korelasi yang sangat lemah atau berkemungkinan tidak
berkorelasi.