Kimia Dasar 1
JACK AXEL
H061191011
PENDAHULUAN
Reaksi kesetimbangan adalah reaksi dimana zat hasil reaksi dapat bereaksi
kembali membentuk zat-zat semula. Jadi reaksi berlangsung dua arah. Ciri suatu
sistem kesetimbangan adalah adanya nilai tertentu yang tidak berubah dengan
berubahnya waktu. Hal inilah yang disebut sebagai tetapan kesetimbangan. Nilai atau
besaran dari tetapan ini sangat penting untuk diketahui agar dapat menetapkan
derajat lengkapnya suatu reaksi berjalan pada seperangkat kondisi yang diberikan.
berlainan, salah satunya ialah kesetimbangan untuk asam dan basa (Chang, 2003).
Dalam kehidupan sehari-hari akan ditemkan senyawa dal tiga keadaan yaitu
asam, basa dan netral. Jeruk terasa asam karena mengandung asam, sedangkan
sampo terasa pahit karena mengandung basa. Namun, sangat tidak baik apabila untuk
mengenali sifat asam ataupun basa dengan mencicipinya karena mungkin saja zat
tersebut mengandung racun atau zat berbahaya. Sifat asam atau basa suatu zat dapat
diketahi menggunakan indikator. Indikator yang sering digunakan antara lain kertas
lakmus, fenolftalein, metil merah, dan bromtimol biru. Indikator tersebut akan
memberikan perubahan warna jika ditambahkan larutan asam atau basa. Indikator ini
hanya mampu menyatakan sifat keasaman atau kebasaan suatu zat secara umum.
Indikator yang biasanya digunakan untuk menentukan derajat keasaman suatu (pH)
suatu larutan adalah indikator universal yang merupakan campuran dari beberapa
indikator. Dari uraian di atas, maka dilakukanlah percobaan ini agar bisa
membandingkan teori yang ada dengan hasil yang diperoleh pada praktikum ini.
Maksud dilakukannya percobaan ini adalah untuk mengetahui teori asam- basa
terhadap nilai pH dan derajat ionisasi asam lemah berdasarkan nilai pH.
Universal.
Prinsip dari percobaan ini adalah menentukan pH untuk larutan asam lemah
dengan konsentrasi yang berbeda untuk tiap larutan dengan cara diencerkan dengan
akuades.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kesetimbangan
dalam konsentrasi yang tidak memiliki kecendrungan lebih lanjut untuk berubah
oleh sel. Pada proses kehidupan keseimbangan asam pada tingkat molecular
umumnya berhubungan dengan asam lemah dan basa lemah, begitu pula pada tingkat
konsentrasi ion H+ atau ion OH- yang sangat rendah. Keseimbangan asam basa adalah
manusia normalnya berkisar antara 7,35 hingga 7,45 (Putu dan Kadek, 2017).
bahwa zat- zat yang bersifat asam lemah di dalam larutan membentuk
Contohnya, jika asam lemah HA dilarutkan dalam air, larutan tersebut akan
terionisasi membentuk ion- ion H+ dan A–, tetapi pada waktu bersamaan ion -
tetapan ionisasi asam, dilambangkan dengan Ka. Dalam larutan asam lemah,
semua hukum - hukum kesetimbangan yang sudah pelajari berlaku di sini. Nilai
tetapan ionisasi asam tidak bergantung pada konsentrasi awal asam lemah yang
Basa lemah adalah basa yang terionisasi sebagian. Sama seperti pada
asam lemah, dalam larutan basa lemah terjadi kesetimbangan di antara molekul
basa lemah dan ion - ionnya. Tetapan kesetimbangan basa lemah atau tetapan
Asam umumnya terbentuk oleh zat padat dan gas dengan menerima elektron
valensi yang dibutuhkan. Mungkin bisa sharing atau mentransfer elektron dari satu
ke zat lainnya. molekul yang memiliki elektron valensi yang mengandung kation
besar penting untuk pembentukan ikatan asam. Gas semacam itu seperti H, N, O, F,
Cl tanpa gas ini tidak ada pembentukan ikatan asam. Gas menerima elektron Begitu
Basa umumnya terbentuk oleh zat padat dan gas, dengan menyumbangkan
elektron valensi yang dibutuhkan. Mungkin bisa sharing atau mentransfer elektron
dari satu ke zat lainnya. Molekul gas yang mengandung elektron valensi (anion)
melibatkan penerimaan elektron dari molekul padat. Padat sebagian besar penting
untuk pembentukan ikatan dasar. Padatan semacam itu paling penting untuk
pembentukan ikatan dasar. Padatan seperti itu seperti Na+, Mg+2, Fe+2, Fe+3, dan
sebagainya. tanpa padatan ini disana, tidak ada formasi obligasi (Thadaka, 2014).
lemahnya. Menurut Pearson, situs aktif pada permukaan padatan dapat dianggap
sebagai ligan yang dapat mengikat logam secara selektif. Logam dan ligan
unsur. Pearson (1963) mengemukakan suatu prinsip yang disebut Hard and Soft Acid
Bases (HSAB). Ligan-ligan dengan atom yang sangat elektronegatif dan berukuran
kecil merupakan basa kuat, sedangkan ligan-ligan dengan atom yang elektron
terluarnya mudah terpolarisasi akibat pengaruh ion dari luar merupakan basa lemah.
Sedangkan ion-ion logam yang berukuran kecil namun bermuatan positif besar,
elektron terluarnya tidak mudah terpengaruh oleh ion dari luar, ini dikelompokkan ke
dalam asam kuat, sedangkan ionion logam yang berukuran besar dan bermuatan kecil
atau nol, elektron terluarnya mudah terpengaruh oleh ion lain, dikelompokkan ke
Pada tahun 1887 S. Arrhenius mengajukan suatu teori yang mengatakan bahwa
apabila suatu elektrolit melarut, sebagian dari elektrolit ini terurai menjadi partikel
positif dan parikel negatif yang disebut ion. Teori ini berhasil menjelaskan beberapa
hal misalnya elektrolisis, dan hantaran elektrolit. Debye, Huckel, dan Onsager
merevisi teori ion yang telah disajikan Arrhenius. Menurut mereka elektrolit kuat
dan basa. Rasa masam dan pengaruh terhadap zat warna tumbuh-tumbuhan,
merupakan sifat asam. Sifat yang dimiliki sabun adalah sifat alkali. Akhirnya orang
menggunakan istilah basa sebagai pengganti alkai, yang sifatnya berlawanan dengan
sifat asam. Basa didefenisikan sebagai zat yang dapat bereaksi dengan asam
mangatakan bahwa asam dalam larutan menghasilkan ion hidrogen, dan basa dalam
proton. Basa adalah zat yang dapat menerima proton. Persamaan ini tidak
menyatakan reaksi yang sebenarnya yang terjadi dalam larutan karena proton H+,
tidak terdapat dalam larutan. Asam dan basa yang berkaitan dalam pertukaran proton
Menurut Lewis ( Gilbert Newton Lewis, 1923) asam adalah setiap spesi yang
mengandung atom yang dapat menerima pasangan elektron. Basa adalah setiap spesi
dkk.,2013).
Derajat kekuatan asam atau basa dari suatu larutan dapat dihitung dari
nilai pH atau pOH. Suatu larutan digolongkan asam kuat jika memiliki daya
hantar listrik kuat (larutan elektrolit kuat) dan nilai pH rendah (konsentrasi
molar ion H+ tinggi). Sebaliknya, jika daya hantar listrik lemah dan nilai pH
sedang maka larutan tersebut tergolong sebagai asam lemah (Syahdani, 2014).
Konsentrasi ion H+ dan ion OH– hasil ionisasi air sangat kecil maka
BOH (aq) 18 logaritma konsentrasi molar ion H+ dan pOH sebagai negatif
logaritma konsentrasi molar ion OH–. Dalam bentuk matematis ditulis sebagai
METODE PERCOBAAN
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu pipet volume 10 mL,
pipet volume 5 mL, labu takar 50 mL, gelas ukur, termometer, pipet tetes, plat
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu larutan asam formiat
(HCOOH) 0,1 M, larutan asam cuka (CH3COOH) 0,1 M, akuades (air suling),
dengan bulb lalu dimasukkan ke dalam labu ukur 50 mL. Ditambahkan air suling
0,00001 M.
dengan bulb lalu dimasukkan ke dalam labu ukur 50 mL. Ditambahkan air suling
hingga pada batas tanda dan dihomogenkan. Diambil 10 mL menggunakan bulb dan
termometer.
Lakukan hal yang sama menggunakan sisa dari larutan sebelumnya dan lakukan
5.1 Kesimpulan
1. semakin rendah konsentrasi suatu larutan asam lemah, maka nilai pH akan semakin
tinggi. Sebaliknya, semakin tinggi konsentrasi suatu larutan asam lemah, maka
2. pengenceran suatu larutan asam lemah dapat mempengaruhi nilai pH, tetapan
dilakukan, maka semakin rendah harga konsentrasi suatu larutan asam lemah. Hal
ini disebabkan tingginya nilai pH suatu larutan itu. Larutan asam lemah yang telah
diketahui pH-nya, maka dapat dicari nilai derajat ionisasi larutan itu.
5.2 Saran
jalannya praktikum bisa lebih efektif. Serta, sebaiknya alat dan bahan yang ada lebih
dilengkapi lagi.
Nurika, I., dan Hidayat, N., 2001, Pembuatan Asam Asetat dari Air Kelapa Secara
Fermentasa Kontinyu Menggunakan olom Bio-Oksida, Jurnal Teknologi
Pertanian 2(1): 51-57.
Pradeep, D. J., dan Dave, K., 2013, A Novel, Inexpensive and Less Hazardous Acid-
Base Indicator, Journal of Laboratory Chemical Education, 1(2): 34-38.
Zulfansyah., Fermi, M. I., Amraini, S. Z., Rionaldo, H., dan Utami, M. S., 2011,
Pengaruh Kondisi Proses Terhadap Yield dan Kadar Lignin Pulp dari
Pelepah Sawit dengan Proses Asam Formiat, Jurnal Rekayasa Kimia dan
Lingkungan 9(1): 12-19.