Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALISA

“INDIKATOR ASAM BASA”

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Laporan Laboratorium

Praktikum Kimia Dasar

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK I

ILHAMSYAH MUZAKKIR 160140025

TESYA GUSNIA 160140046

MUHAMMAD IKHSAN 160140069

MELY FIDAYANTI 160140073

SERTA BERUTU 160140080

LABORATORIUM JURUSAN TEKNIK KIMIA

UNIVERSITAS MALIKUSSALEH

LHOKSEUMAWE

2017
ABSTRAK
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Judul Pratikum : Indikator Asam Basa.


1.2 Tanggal Pratikum : 13 November 2017.
1.3 Pelaksana Pratikum : Ilhamsyah Muzakkir (101400125)
Tesya Gunia (160140046)
Mely Fidayanti (160140073)
Muhammad Ikhsan (160140069)
Serta Berutu (160140080)
1.4 Tujuan Pratikum : Mengamati perubahan-perubahan warna indikator
pada larutan asam dan basa.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Setiap zat atau senyawa mempunyai sifat asam, basa atau netral. Kita
dapat menentukan apakah zat atau senyawa itu asam, basa, atau netral dengan
menggunakan indikator. Indikator ini dapat berupa indikator universal atau
lakmus biru dan lakmus merah yang dibuat di laboratorium atau juga dapat
menggunakan indikator asam-basa dengan bahan dari alam. Indikator asam-basa
alami menggunakan bahan-bahan dari alam seperti kembang sepatu, bunga
bongenvil, bunga mawar, kunyit dan beberapa jenis tumbuhan lainnya. Zat warna
dari bahan-bahan tersebut memberikan warna yang berbeda dalam larutan asam,
dan larutan basa ( Permana Irvan, 1997).
Asam merupakan zat yang memiliki sifat-sifat yang spesifik misalnya
memiliki rasa asam, dapat merusak permukaan logam juga rantai monomer atau
sering disebut dengan korosif. Asam juga dapat bereaksi dengan logam dan
menghasilkan gas hidrogen, dapat digunakan kertas lakmus, dimana asam dapat
mengubah kertas lakmus biru menjadi merah.
Basa merupakan zat yang memiliki sifat-sifat yang spesifik seperti cicin
jika mengenai kulit dan terasa getir serta dapat mengubah kertas lakmus merah
menjadi biru.
Konsep asam-basa telah berkembang dan sampai dengan saat ini tiga
konsep sangat membantu kita dalam memahami reaksi kimia dan pembentukkan
molekul-molekul biru. Asam menurut Arhenius, zat dikatakan sebagai asam jika
dalam bentuk larutannya dapat melepaskan ion H+ dan ion hydrogen merupakan
pembawa sifat asam. Dibawah ini diberikan dua contoh asam:
HCl  H+ + Cl-
H2SO4 H+ + SO4 –
Sedangkan basa adalah zat yang dalam bentuk larutannya dapat
melepaskan ion OH-, dan ion hidroksida merupakan pembawa sifat basa.
NaOH  Na+ + OH-
NH4OH  NH4+ + OH-
Dari pengertian tersebut kita dapat cermati bahwa air merupakan gabungan
sifat asam dan ion hidroksida pembawa sifat basa. Kehasiran ion saling
menetralisirkan sehingga air merupakan senyawa yang bersifat netral.

H2O  H++ OH-

Persamaan diatas menunjukan adanya ion hydrogen [H+] yang bernuatan


positif, selanjutnya reaksi-reaksi yang melibatkan kedua ion tersebut dikenal
dengan reaksi netralisasi.
Menurut Lowry dan Bronsted, zat dikatakan asam karena memiliki
kemampuan untuk mendonorkan protonnya, sedangkan basa adalah zat yang
menerima proton, sehingga dalam sebuah reaksi dapat melibatkan asam dan basa.
Contohnya reaksi pelarutan amoniak dalam air.
Reaksi ke kanan NH3 berperan sebagai aseptor proton (basa) dan H2O
sebagai protonnya, sehingga berperan sebagai asam, sering disebut dengan asam
konjungsi.
Untuk ion hidroksida [OH-] dapat menerima proton dan berperan sebagai
basa dan disebut dengan basa konjugasi.
Reaksi diatas menghasilkan pasangan asam-basa konjugasi, yaitu asam,
dengan basa konjugasinya dan basa dengan asam konjugasinya. Untuk lebih
jelasnya contoh lain, dua molekul NH3 lain bertindak sebagai donor proton dan
yang lain sebagai penerima proton ( Sudarmo, 2004).

2.1 Prinsip Titrasi Asam dan Basa


Titrasi asam basa melibatkan reaksi antara asam dengan basa, sehingga
akan terjadi perubahan pH larutan yang dititrasi, secara percobaan, perubahan pH
dapat diikuti dengan mengukur pH larutan yang dititrasi dengan elektode pada pH
meter. Reaksi antara asam dan basa, dapat berupa asam kuat atau lemah dengan
basa kuat atau lemah.
2.2 Indikator Asam Basa
Indikator asam basa merupakan asam organik lemah dan basa organik
lemah mempunyai dua warna dalam pH larutan yang berbeda. Pada titrasi asam
dengan basa, maka indikator berada pada tingkat kecil. Pada titrasi asam dengan
basa, maka indikator berada pada tingkat kecil.
Indikator asam basa yaitu zat yang memberikan warna berbeda dalam
lingkungan asam dan lingkungan basa ( zat yang warnanya dapat berubah saat
berinteraksi atai bereaksi dengan senyawa asam maupun senyawa basa ). Teori
asam menurut Arhenius asam adalah senyawa yang dalamnya larutan dapat
menghasilkan ion H+. Basa ialah senyawa yang dalam larutannya menghasilkan
ion OH-, menurut Bronsted-Lowry asam ialah proton donor, sedangkan basa
adalah proton aseptor.
Contoh :
HAC (aq) + H2O (l)  H3O (aq) + AC- (aq)
Asam 1 basa 2 asam 2 basa 1

HAC dengan AC- merupakan pasangan asam basa konjungsi H 3O+ dengan H2O
merupakan pasangan asam-basa konjugasi.
Pada contoh diatas terlihat, bahwa air dapat bersifat asam (proton donor)
dan sebagai basa (proton akseptor). Zat atau ion atau spesi seperti itu bersifat
ampiprotik (amfoter). Indikator alami hanya bias menunjukkan, apakah zat
tersebut bersifat asam atau basa, tetapi tidak dapat menunjukkan nilai pHnya
contohnya ekstrak bung kamboja putih dan bunga pacar, air merah, ekstrak
kunyit, dan lain-lain. ( Brady, 1994).

2.3 Kekuatan Asam dan Basa


Pada dasarnya skala/tingkat keasaman suatu larutan bergantung pada
konsentrasi ion H+ dalam larutan. Makin besar konsentrasi ion H+ makin asam
larutan tersebut. Umumnya konsentrasi ion H+ sangat kecil, sehingga untuk
menyederhanakan penulisan. Seorang kimiawan dari Denmark bernama Sorrensen
mengusulkan konsep pH untuk menyatakan konsentrasi ion H+. Nilai pH sama
dengan negativ logaritma konsentrasi ion H+ dan secara matematika diungkapkan
dengan persamaan:
a. Derajat keasaman (pH)
Air murni pada temperatur 250C:
[H+] =[OH-] = 10-7 mol/L
Sehingga pH air murni =7
Jika pH = 7 bersifat netral
Jika pH < 7 bersifat asam
Jika pH > 7 bersifat basa

b. Asam kuat
Disebut asam kuat karena zat terlarut dalam larutan ini mengion
seluruhnya ( = 1).

c. Asam lemah
Disebut asam lemah karena zat terlarut dalam larutan ini tidak mengion
seluruhnya,  ≠ 1, (0<<1).

d. Basa kuat
Disebut basa kuat karena zat terlarut dalam larutan ini mengion seluruhnya
(=1).
Beberapa indikator asam basa
Perubahan warna dengan
Indikator Rentang pH
meningkatkannya pH
Metal merah Merah ke kuning 4,2-6,2
Metal orange Merah ke kuning 3,1-4,4
Metal kuning Merah ke kuning 2,0-4,0
Timol biru Merah ke kuning 1,2-2,8
Fenol merah Kuning ke biru 6,8-8,4
Brom kresol ungu Kuning ke ungu 5,2-6,8
Brom finol biru Kuning ke biru 6,0-7,6
Fenol ftalein Tidak berwarna kemerahan 8,0-9,6
Timol ftalein Tidak berwarna kebiruan 9,3-10,6
Allzarin kuning Kuning ke violet 10,1-12,0
Netal merah Merah ke kuning 6,8-8,0
(RA. Daya J.R dan Al underwood,1998).

2.4 Teori Asam-Basa


  Pada tahun 1884 Svante Arrhenius mengemukakan teori tentang asam dan
basa yaitu teori asam basa arrhenius. Menurutnya, asam adalah suatu zat yang
apabila dilarutkan dalam air akan menghasilkan ion H+ dimana ion tersebut
merupakan satu-satunya ion yang ada dalam larutan. Basa merupakan zat yang
apabila dilarutkan dalam air akan terionisasi menghasilkan ion OH -, dan ion
tersebut merupakan ion satu-satunya yang ada di dalam larutan.
  Pada tahun 1923 ahli kima Denmark bernama J.N Bronsted dan ahli kimia
inggris bernama T.N Lowry mengemukakan teori yang bernama teori asam basa
broansted-lowry, yang berbunyi suatu zat pemberi proton (proton donor) disebut
asam dan suatu zat penerima proton (proton aseptor) disebut basa. Dari definisi
tersebut maka suatu asam setelah melepas proton akan membentuk basa konjugasi
dari asam tersebut. Demikian pula dengan basa, setelah menerima proton akan
membentuk asam konjugasi dari basa tersebut.
Pada tahun 1932 G.N Lewis menyatakan teori yang berbunyi basa adalah
zat yang memiliki satu atau lebih pasangan elektron bebas yang dapat di berikan
kepada zat lain sehingga terbentuk ikatan kovalen koordinasi,
sedangkan asam adalah zat yang dapat menerima pasangan elektron tersebut.
(http://forzajune.blogspot.com/2013/01/makalah-laporan-hasil-praktikum-
asam.html)
Berbagai teori telah dikemukakan dalam menerangkan sifat asam dan
basa.Teori pertama kali di ajukan adalah teori Arrhenius.
Arrhenius mendefinisikan asam sebagai suatu senyawa yang apabila
dilarutkan dalam air akan membebaskan ion hidrogen (H+) sedangkan basa adalah
senyawa yang apabila dilarutkan dalam air akan melepaskan ion hidroksida (OH).
Reaksi netaliasi yang merupakan reaksi antara asam dan basa membentuk
garam dan air secara sederhana dapat ditulis.
H+ + OH- ⤍ H2O
Tetapi kelemahan teori Arrhenius adalah teori ini hanya terbatas pada
larutan dengan pelarut air, walaupun asam dan basa juga terdapat. Pada larutan
dengan pelarut bukan air sebagai contoh misalkan reaksi yang berlangsung pada
larutan dengan ammonia cair sebagai berikut :
CH4Cl + NaNH2⤍ NaCl + NH3
Reaksi ionnya
NH4+ + NH2- ⤍ 2 NH3

Pada tahun 1923, J.W Bronsted dan M.Lowry mengusulkan sebuah teori
baru yang lebih umum dari teori Arrhenius. Bronsted dan Lowry mendifinisikan
asam sebagai senyawa yang dapat memberikan proton pada spesies lain
sedangkan basa adalah senyawa yang dapat menerima proton dari spesies lain.
Pada tahun 1923, G N lewis mengajurkan konsep baru terhadap asam dan
basa.Lewis mendifinisikan suatu asam sebagai senyawa yang dapat menerima
sepasang elektron sedangkan basa adalah suatu senyawa yang dapat memberikan
sepasang electron. (tony Bird, 1987).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat-alat
1. Tabung reaksi 4 buah.
2. Rak tabung 1 buah.
3. Pipet tetes 1 buah.
4. Kertas lakmus.

3.1.2 Bahan-bahan
1. Larutan HCl 0,1 M.
2. Larutan NaOH 0,1 M.
3. Larutan CH3COOH 0,1 M.
4. Indikator PP, metil biru, dan metil orange.

3.2 Prosedur Kerja


Adapun prosedur kerja pada percobaan ini adalah:
1. 4 buah tabung reaksi, masing-masing diisi dengan 2 ml larutan H2O, HCl,
dan CH3COOH.
2. Masing-masing tabung dicelupkan kertas pH (lakmus merah dan biru).
3. 2 tetes indikator tadi dimasukan kedalam empat tabung reaksi.
4. Larutan yang telah ditetesi indikator didiamkan selama beberapa saat.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Table 4.1 Hasil pengamatan Reaksi asam dan basa.
Indikator Keterangan
No Sampel
L.merah L.biru PP M.R M.O M.B
1. Air Merah Biru Bening Orange Orange Biru Netral
2. HCl Merah Merah Keruh Merah Merah Biru Asam
3. NaOH Biru Biru Merah Orange Merah Biru Basa
4. CH3COOH Merah Merah Keruh Merah Orange Biru Asam

4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil percobaan yang diperoleh dari hasil pengamatan maka
dapat diperoleh pembahasan sebagai berikut :
Air dimasukan kertas lakmus merah, kertas lakmus tetao merah dan
dimasukan kertas lakmus biru. Didalam air terkandung asam basa (pH = 7, netral).
Air ditetesi PP, metil biru, metil orange tidak berubah warna ini karena bersifat
netral.
HCl dicelupkan kertas lakmus merah maka kertas lakmus tetap merah dan
dicelupkan kertas lakmus biru maka kertas lakmus berubah warnanya menjadi
merah, hal ini dikarenakan indicator PP warnanya menjadi berubah, menjadi
keruh, ditetesi metil blue warnanya menjadi biru dan ditetesi metil orange
warnanya menjadi merah ini menandakan HCl bersifat asam dengan pH < 7.
CH3COOH dicelupkan kertas lakmus merah, maka kertas lakmus tetap
merah dan dicelupkan kertas lakmus biru, maka kertas lakmus berubah warna
menjadi merah. Ini menunjukan bahwa CH3COOH bersifat asam. Ketika ditetesi
PP larutan menjadi keruh, ditetesi methyl blue larutan menjadi biru, dan ditetesi
methyl orange larutan menjadi warna kuning. Ini menunjukan bahwa larutan ini
bersifat asam, tetapi asam lemah.
Larutan NaOH dicelupkan lakmus merah, maka kertas lakmus menjadi
biru dan dicelupkan lakmus biru, maka kertas lakmus berubah menjadi warna
biru. Ini karena NaOH merupakan basa. Kemudian ditetesi metyl blue larutan
menjadi biru, ditetesi PP larutan menjadi warna orange. Hal ini karena NaOH
bersifat basa dengan pH >7.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan dan saran


1. Air mempunyai pH = 7 dan bila dimasukan lakmus merah dan biru tidak
mengalami perubahan.
2. HCl mempunyai pH < 7 (asam) dan apabila dimasukan lakmus merah,
tidak mengalami perubahan warna, tetapi untuk lakmus biru mengalami
perubahan menjadi warna merah.
3. NaOH mempunyai pH > 7 (basa) dan apabila dimasukan lakmus merah
berubah menjadi warna biru dan lakmus biru tidak mengalami perubahan
(tetap).
4. Metyl orange dalam larutan HCl menjadi warna merah larut itu.
5. PP, metyl orange, metyl blue tidak berubah warnanya.
6. Indikator PP dalam larutan CH3COOH larutannya berwarna bening.
7. Metyl blue dalam larutan NaOH larutan berwarna biru.

5.2 Saran
Dalam menguji keasaman dan kebasaan suatu larutan selain menggunakan
kertas lakmus dan indikator, dapat pula diuji menggunakan indikator alami yang
ada di alam.
DAFTAR PUSTAKA

Bird, Tony, 1987.Kimia Fisika untuk Universitas, Gramedia. Jakarta.


Brady TE, Putjamaka dan Sumina. 1994. Kimia Universitas Asas dan Struktur.
Jakarta: Erlangga
D Rosembergl, Jorume Ir.E jasjri m.Sc., 1989, Kimia Dasar, edisi ke enam,
Erlangga, Jakarta.
L Underwood, J.R Day R. A. A.1998. Analisis Kimia Kuantitatif, edisi ke enam,
Erlangga, Jakarta.
Permana, Irvan. 1997. Kimia Untuk kelas XI. Jakarta: Erlangga
Sudarmo, Unggul.2004. Untuk Kelas XI. Jakarta: Erlangga
(http://forzajune.blogspot.com/2013/01/makalah-laporan-hasil-praktikum-
asam.html)
LAMPIRAN B
TUGAS

1. Tuliskan rumus molekul dari indikator diatas ?


Jawab :
a. Fenolfthalein = C20H14O4.
b. Metyl read = C15H15N3O2.
c. Metyl blue = C37H27Na2O4S3.
d. Metyl orange = C14H14N3NaO3S.
2. Di alam ada indikator alami yang belum diektrak, sebutkan 2 buah
contohnya ?
Jawab :
Mahkota bunga-bunga berwarna, wortel, dan kunyit.
LAMPIRAN C
GAMBAR ALAT

Rak Tabung Pipet Volume

Tabung Reaksi Ball Pipet

Aluminium Foil
Termometer

Anda mungkin juga menyukai