DISUSUN OLEH:
KELOMPOK I
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
LHOKSEUMAWE
2017
ABSTRAK
BAB I
PENDAHULUAN
Setiap zat atau senyawa mempunyai sifat asam, basa atau netral. Kita
dapat menentukan apakah zat atau senyawa itu asam, basa, atau netral dengan
menggunakan indikator. Indikator ini dapat berupa indikator universal atau
lakmus biru dan lakmus merah yang dibuat di laboratorium atau juga dapat
menggunakan indikator asam-basa dengan bahan dari alam. Indikator asam-basa
alami menggunakan bahan-bahan dari alam seperti kembang sepatu, bunga
bongenvil, bunga mawar, kunyit dan beberapa jenis tumbuhan lainnya. Zat warna
dari bahan-bahan tersebut memberikan warna yang berbeda dalam larutan asam,
dan larutan basa ( Permana Irvan, 1997).
Asam merupakan zat yang memiliki sifat-sifat yang spesifik misalnya
memiliki rasa asam, dapat merusak permukaan logam juga rantai monomer atau
sering disebut dengan korosif. Asam juga dapat bereaksi dengan logam dan
menghasilkan gas hidrogen, dapat digunakan kertas lakmus, dimana asam dapat
mengubah kertas lakmus biru menjadi merah.
Basa merupakan zat yang memiliki sifat-sifat yang spesifik seperti cicin
jika mengenai kulit dan terasa getir serta dapat mengubah kertas lakmus merah
menjadi biru.
Konsep asam-basa telah berkembang dan sampai dengan saat ini tiga
konsep sangat membantu kita dalam memahami reaksi kimia dan pembentukkan
molekul-molekul biru. Asam menurut Arhenius, zat dikatakan sebagai asam jika
dalam bentuk larutannya dapat melepaskan ion H+ dan ion hydrogen merupakan
pembawa sifat asam. Dibawah ini diberikan dua contoh asam:
HCl H+ + Cl-
H2SO4 H+ + SO4 –
Sedangkan basa adalah zat yang dalam bentuk larutannya dapat
melepaskan ion OH-, dan ion hidroksida merupakan pembawa sifat basa.
NaOH Na+ + OH-
NH4OH NH4+ + OH-
Dari pengertian tersebut kita dapat cermati bahwa air merupakan gabungan
sifat asam dan ion hidroksida pembawa sifat basa. Kehasiran ion saling
menetralisirkan sehingga air merupakan senyawa yang bersifat netral.
HAC dengan AC- merupakan pasangan asam basa konjungsi H 3O+ dengan H2O
merupakan pasangan asam-basa konjugasi.
Pada contoh diatas terlihat, bahwa air dapat bersifat asam (proton donor)
dan sebagai basa (proton akseptor). Zat atau ion atau spesi seperti itu bersifat
ampiprotik (amfoter). Indikator alami hanya bias menunjukkan, apakah zat
tersebut bersifat asam atau basa, tetapi tidak dapat menunjukkan nilai pHnya
contohnya ekstrak bung kamboja putih dan bunga pacar, air merah, ekstrak
kunyit, dan lain-lain. ( Brady, 1994).
b. Asam kuat
Disebut asam kuat karena zat terlarut dalam larutan ini mengion
seluruhnya ( = 1).
c. Asam lemah
Disebut asam lemah karena zat terlarut dalam larutan ini tidak mengion
seluruhnya, ≠ 1, (0<<1).
d. Basa kuat
Disebut basa kuat karena zat terlarut dalam larutan ini mengion seluruhnya
(=1).
Beberapa indikator asam basa
Perubahan warna dengan
Indikator Rentang pH
meningkatkannya pH
Metal merah Merah ke kuning 4,2-6,2
Metal orange Merah ke kuning 3,1-4,4
Metal kuning Merah ke kuning 2,0-4,0
Timol biru Merah ke kuning 1,2-2,8
Fenol merah Kuning ke biru 6,8-8,4
Brom kresol ungu Kuning ke ungu 5,2-6,8
Brom finol biru Kuning ke biru 6,0-7,6
Fenol ftalein Tidak berwarna kemerahan 8,0-9,6
Timol ftalein Tidak berwarna kebiruan 9,3-10,6
Allzarin kuning Kuning ke violet 10,1-12,0
Netal merah Merah ke kuning 6,8-8,0
(RA. Daya J.R dan Al underwood,1998).
Pada tahun 1923, J.W Bronsted dan M.Lowry mengusulkan sebuah teori
baru yang lebih umum dari teori Arrhenius. Bronsted dan Lowry mendifinisikan
asam sebagai senyawa yang dapat memberikan proton pada spesies lain
sedangkan basa adalah senyawa yang dapat menerima proton dari spesies lain.
Pada tahun 1923, G N lewis mengajurkan konsep baru terhadap asam dan
basa.Lewis mendifinisikan suatu asam sebagai senyawa yang dapat menerima
sepasang elektron sedangkan basa adalah suatu senyawa yang dapat memberikan
sepasang electron. (tony Bird, 1987).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1.2 Bahan-bahan
1. Larutan HCl 0,1 M.
2. Larutan NaOH 0,1 M.
3. Larutan CH3COOH 0,1 M.
4. Indikator PP, metil biru, dan metil orange.
4.1 Hasil
Table 4.1 Hasil pengamatan Reaksi asam dan basa.
Indikator Keterangan
No Sampel
L.merah L.biru PP M.R M.O M.B
1. Air Merah Biru Bening Orange Orange Biru Netral
2. HCl Merah Merah Keruh Merah Merah Biru Asam
3. NaOH Biru Biru Merah Orange Merah Biru Basa
4. CH3COOH Merah Merah Keruh Merah Orange Biru Asam
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil percobaan yang diperoleh dari hasil pengamatan maka
dapat diperoleh pembahasan sebagai berikut :
Air dimasukan kertas lakmus merah, kertas lakmus tetao merah dan
dimasukan kertas lakmus biru. Didalam air terkandung asam basa (pH = 7, netral).
Air ditetesi PP, metil biru, metil orange tidak berubah warna ini karena bersifat
netral.
HCl dicelupkan kertas lakmus merah maka kertas lakmus tetap merah dan
dicelupkan kertas lakmus biru maka kertas lakmus berubah warnanya menjadi
merah, hal ini dikarenakan indicator PP warnanya menjadi berubah, menjadi
keruh, ditetesi metil blue warnanya menjadi biru dan ditetesi metil orange
warnanya menjadi merah ini menandakan HCl bersifat asam dengan pH < 7.
CH3COOH dicelupkan kertas lakmus merah, maka kertas lakmus tetap
merah dan dicelupkan kertas lakmus biru, maka kertas lakmus berubah warna
menjadi merah. Ini menunjukan bahwa CH3COOH bersifat asam. Ketika ditetesi
PP larutan menjadi keruh, ditetesi methyl blue larutan menjadi biru, dan ditetesi
methyl orange larutan menjadi warna kuning. Ini menunjukan bahwa larutan ini
bersifat asam, tetapi asam lemah.
Larutan NaOH dicelupkan lakmus merah, maka kertas lakmus menjadi
biru dan dicelupkan lakmus biru, maka kertas lakmus berubah menjadi warna
biru. Ini karena NaOH merupakan basa. Kemudian ditetesi metyl blue larutan
menjadi biru, ditetesi PP larutan menjadi warna orange. Hal ini karena NaOH
bersifat basa dengan pH >7.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.2 Saran
Dalam menguji keasaman dan kebasaan suatu larutan selain menggunakan
kertas lakmus dan indikator, dapat pula diuji menggunakan indikator alami yang
ada di alam.
DAFTAR PUSTAKA
Aluminium Foil
Termometer