Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR

Diajukan untuk Memenuhi Laporan Praktikum Kimia Dasar


HUKUM-HUKUM DASAR ILMU KIMIA

Disusun Oleh :

Kelompok II (A1)

Nining Maretha (200140002)


Tamara Habibi Saragih (200140007)
Febbyola Puteri (200140009)
Suci Elviana (200140017)
Maulana Heru Mulya (200140021)
Siti Nurhaliza (200140025)

JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
LHOKSEUMAWE
2021
ABSTRAK

Hukum dasar ilmu kimia atau disebut juga dengan stoikiometri adalah ilmu
yang mempelajari tentang cara perhitungan kimia untuk menimbang dan menghitung
spesi-spesi kimia, atau stoikiometri adalah kajian tentang hubungan-hubungan
kuantitatif dalam reaksi kimia. tujuan dari praktikum ini ialah untuk membuktikan
beberapa hukum dasar kimia, di antaranya hukum Lavoisier dan hukum Proust.
Stoikiometri reaksi adalah hukum alam yang relevab dengan bidang kimia. Konsep
paling fundamental dalam kimia. Hokum perbandingan tetap dari Joseph Proust
menyatakan bahwa zat kimia murni tersusun dari unsur-unsur dengan formula
tertentu kita sekarang mengetahui bahwa susunan structural unsure-unsur penting.
Hukum perbandingan berganda dari John Dalton menyatakan bahwa zat-zat kimia
tersebut akan ada dalam proporsi yang berbentuk bilangan bulat kecil.
Kata kunci : hokum dasar, hokum lavoisioner, hokum Dalton.
BAB I
PENDAHULUAN

Judul Praktikum : Hukum-Hukum Dasar Ilmu Kimia

Tanggal praktikum :

Pelaksana prtaktikum : 1. Nining Maretha (200120002)

2. Tamara habibi Saragih (200140007)

3. Febbyola Puteri (200140009)

4. Suci Elviana (200140017)

5. Maulana Heru Mulya (200140021)

6. Siti Nurhaliza (200140025)

Tujuan praktikum : Adapun tujuan dari praktikum ini ialah untuk


membuktikan beberapa hukum dasar kimia, di antaranya hukum Lavoisier dan hukum
Proust.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Hukum dasar ilmu kimia atau disebut juga dengan stoikiometri adalah ilmu yang
mempelajari tentang cara perhitungan kimia untuk menimbang dan menghitung spesi-
spesi kimia, atau stoikiometri adalah kajian tentang hubungan-hubungan kuantutatif
dalam reaksi kimia.Stoikiometri reaksi adalah hukum alam yang relevab dengan
bidang kimia. Konsep paling fundamental dalam kimia. Konsep adalah hukum
konservasi massa, yang menyatakan bahwa tidak terjadi adalah perubahan kuantitas
materi sewaktu reaksi kimia biasa. Fisika modern menunjukkan bahwa yang
sebenarnya yang terjadi adalah konservasi energy dan massa saling berhubungan
suatu konsep yang menjadi penting dalam kimia niklir. Konservasi energu menuntun
ke suatu konsep-konsep penting mengenai kesetimbangan, termodinamika dan
kinetika.
Hukum tambahan dalam kimia mengembangkan hukum konservasi massa.
Hokum perbandingan tetap dari Joseph Proust menyatakan bahwa zat kimia murni
tersusun dari unsur-unsur dengan formula tertentu kita sekarang mengetahui bahwa
susunan structural unsure-unsur penting.
Dalam kimia, stoikiometri (kadang disebut stoikiometri komposisi) adalah ilmu
yang mempelajari hubungan kuantitatif dari komposisi zat-zat kimia yang bereaksi.
Hukum perbandingan berganda dari John Dalton menyatakan bahwa zat-zat
kimia tersebut akan ada dalam proporsi yang berbentuk bilangan bulat kecil.
Walaupun dalam banyak sistem rasio ini cenderung membutuhkan angka besar dan
sering diberiakn dalam bentuk padatan/pecahan. Senyawa ini seperti dikenal sebagai
senyawa non-stoikiometri.
Hukum-hukum dasar ilmu kimia adalah sebagai berikut :
1. Hokum boyle
Pada abad ketujuh belas, Robert Boyle mempelajari gas secara sistematis dan
kuantitatif. Dari serangkaian percobaannya. Penyelidikan Boyle tentang hubungan
tekanan volume dari sampel gas menggunakan peralatan seperti yang diketahui.
Tekanan yang di kenakan pada gas oleh merkuri yang ditambahkan ke dalam tabung,
sama dengan tekanan atmosfer.
Kenaikan tekanan yang disebabkan oleh penambahan lebih lanjut sejumlah
merkuri. Menghasilkan penurunan volume gas dan penurunan ketinggian merkuri
yang tidak sama didalam tabung. Boyle memperhatikan bahwa, jika suhu dijaga
denagn konstan, volume dan sejumlah tentu gas menurun, sejalan kenaikan tekanan
totalnya (P), yaitu tekanan atmosfer ditambahkan dengan tekanan yang disebabkan
oleh penambahan merkuri. Hubungan antara tekanan volume. Berbanding. Sebaik-
baiknya, bila tekanan dengan volume gas akan meningkat. Pernyataan matematis
yang memperihatkan hubungan kebaikan antara tekanan dan volume.
2. Massa Hukum kekekalan
Hukum kekekalan massa ditentukan oleh Antonie Laurent Lavoisier (1743-
1794) yang berbunyi : “Dalam suatu reaksi, massa zat sebelum dan sesudah reaksi
adalah sama, dengan kata lain massa tidak dapat diciptakan dan tidak dapat
dimusnahkan, artinya selama reaksi terjadi tidak ada atom – atom pereaksi dan hasil
reaksi yang hilang.
3. Hukum perbandingan tetap
Pada tahun 1799, Joseph Louis Proust melakukan pengamatan terhadap
susunan tembaga karbonat. Ia menemuka bahwa susunan tembaga karbonat yang
berasal dari proses sintesis dalam laboratorium. Hasilnya perbandinga massa Cu : C :
O = 5,3 : 1,0 : 4,0 dalam setiap senyawa CuCO3. Berdasarkan data tersebut, dia
merumuskan suatu hukum mengenai komposisi senyawa. Hukum tersebut dikenal
sebagai hukum perbandingan tetap. Hukum yang dirumuskan Proust itu menyebutkan
bahwa setiap senyawa kimia selalu mengandung unsure-unsur dengan perbandingan
massa yang sama. Hukum perbandingan tetap disebut juga hukum Proust.
Terdapat golongan senyawayang tidak mengikuti hukum perbandingan tetap.
Contohnya, FeO yang mengandung massa Fe nya hanya 95 % dari massa yang
seharusnya. Hal ini dikarenakan dalam struktur kristal FeO terdapat ruang kosong
yang tidak ditempati atom Fe. Golongan senyawa ini dinamakan Bertolida.
4. Hukum Gay Lussac

Hukum Gay-Lussac dapat merujuk kepada salah satu dari dua hukum kimia yang
dikemukakan oleh kimiawan Prancis Joseph Louis Gay-Lussac. Keduanya
berhubungan dengan sifat-sifat gas.

Hukum Perbandingan Volume (Gay-Lussac) yaitu volume gas-gas yang bereaksi


dan volume gas-gas hasil reaksi yang diukur pada suhu dan tekanan yang sama
berbanding sebagai bilangan bulat dan sederhana. Pada 1802, Gay-Lussac
menemukan bahwa

“Tekanan dari sejumlah tetap gas pada volum yang tetap berbanding
lurus dengan temperaturnya dalam kelvin”

5. Hukum Dalton

Hukum perbandingan berganda adalah salah satu hukum dasar stoikiometri.


Hukum ini juga kadang-kadang disebut hukum Dalton (diambil dari
nama kimiawan Inggris John Dalton), tetapi biasanya hukum Dalton merujuk
kepada hukum tekanan parsial. Hukum ini menyatakan bahwa apabila
dua unsur bereaksi membentuk dua atau lebih senyawa, maka perbandingan berat
salah satu unsur yang bereaksi dengan berat tertentu dari unsur yang lain pada kedua
senyawa selalu merupakan perbandingan bilangan bulat sederhana. Hukum
perbandingan berganda menurut Dalton yaitu apabila dua unsur dapat membentuk
lebih dari satu senyawa, maka perbandingan massa unsur yang satu, yang bersenyawa
dengan unsur lain yang tertentu massanya, adalah bilangan bulat dan sederhana
6. Hukum Boyle-Gay Lussac

Hukum Boyle-Gay Lussac merupakan gabungan yang berbunyi: "Jika volume


gas diperkecil, maka tekanan gas tersebut membesar asalkan suhunya tetap. Atau jika
volume gas diperbesar maka tekanan mengecil". Persamaan gas ini berlaku untuk gas
ideal dengan tekanan absolut dan dinyatakan dalam suhu absolut, yaitu: P1V1/T1 =
P2V2/T2.
Hukum- hukum gas yang ada diperoleh dengan menjaga satu atau lebih variabel
dalam keadaan konstan untuk mengetahui akibat dari perubahan satu variabel.
Diperoleh rumus: PV/T =Konstan atau PV/T = K Hal ini berarti bahwa harga PV/T
adalah tetap, bergantung pada banyaknya partikel (n) yang terkandung dalam gas.
Jumlah molekul dalam satu mol dikenal sebagai bilangan Avogadro (NA).

7. Hukum Avogadro
Hukum ini dinamai dari Amedeo Avogadro yang, pada tahun
1811, menyatakan hipotesis bahwa dua sampel gas ideal, dengan volume yang
sama dan pada suhu dan tekanan sama, memiliki jumlah molekul yang sama.
Sebagai contoh volume sebanding dari hidrogen dan nitrogen molekuler
mengandung jumlah molekul yang sama ketika berada pada suhu dan tekanan
yang sama, serta diamati berperilaku seperti gas ideal. Pada prakteknya, gas-
gas nyata memperlihatkan penyimpangan kecil dari perilaku ideal dan hukum
tersebut hanya merupakan pendekatan saja, tetapi tetap berguna bagi para
peneliti.

Hukum Avogadro (terkadang dirujuk sebagai hipotesis


Avogadro atau prinsip Avogadro) adalah suatu hukum gas eksperimen yang
mengaitkan volume gas dengan jumlah zat gas tersebut. Hukum ini
merupakan kasus hukum gas ideal yang spesifik. Hukum ini berbunyi:

Hukum Avogadro menyatakan bahwa, "Gas-gas yang memiliki volume yang sama,
pada suhu dan tekanan yang sama, memiliki jumlah molekul yang sama pula
Untuk massa dari suatu gas ideal tertentu, volume sebanding dengan jumlah (mol)
gas tersebut jika diukur pada suhu dan tekanan konstan.

8. Hukum Gas Ideal

Hukum gas gabungan adalah suatu hukum gas yang menggabungkan hukum
Charles, hukum Boyle, dan hukum Gay-Lussac. Tidak ada pendiri resmi untuk
hukum ini; hukum ini hanyalah sebuah penggabungan dari tiga hukum yang
ditemukan sebelumnya. Hukum-hukum ini masing-masing menghubungkan
satu variabel termodinamika ke variabel matematis lain sementara menjaga variabel
yang lain tetap konstan. Hukum Charles menyatakan
bahwa volume dan suhu berbanding lurus satu sama lain selama tekanan tetap
konstan. Hukum Boyle menegaskan bahwa tekanan dan volume berbanding terbalik
satu sama lain pada suhu tetap. Akhirnya, hukum Gay-Lussac memperkenalkan
proporsionalitas langsung antara suhu dan tekanan selama hal tersebut berlangsung
pada volume konstan. Ketergantungan antar variabel ini ditunjukkan dalam hukum
gas gabungan, yang dengan jelas menyatakan bahwa:

“Perbandingan antara hasil kali tekanan-volume dan suhu pada suatu sistem
bernilai konstan”
BAB III
METOLOGI PRAKTIKUM
1. Alat-alat
a. Erlenmeyer 250 mL 1 buah
b. Sumbat karet 1 buah
c. Tabung reaksi kecil 1 buah
d. Tabung reaksi praktis 1 buah
e. Magnet U/ magnet baisa 1 buah
f. Cawan porselin 1 buah
g. Lampu spirtus 1 buah

2. Bahan-bahan
a. Larutan KI 0,1 M 5 mL
b. Larutan Pb(NO3)2 0,1 M 5 mL
c. Larutan NaCl 0,5 M 5 mL
d. Serbuk besi 5 gr
e. Serbuk belerang 5 gr

I. Prosedur Kerja
1. Hukum Lavoisier
a. 5 mL larutan Pb(NO3)2 0,1 M dimasukkan ke dalam tabung reaksi kecil.
b. Pada erlenmeyer masukkan 10 mL larutan NaCl 0,1 M.
c. Masukkan Pb(NO3)2 0,1 M tersebut dengan hati-hati ke dalam erlenmeyer
tersebut, lalu tutup dengan sumbat karet.
d. Timbang erlenmeyer beserta isinya dan catat massanya
e. Miringkan erelenmeyer sehingga kedua larutan tersebut bereaksi, amati
perubahan yang terjadi.
f. Timbang erlenmeyer dengan isinya dan catat massanya.
g. Ulangi cara kerja tersebut diatas dengan menggantikan larutan NaCl 0,5 M
dengan larutan KI 0,1 M.

2. Hukum Proust
a. Ambil serbuk belerang sebanyak 2 gram dan masukkan ke dalam cawan
porselin kemudian masukkan serbuk besi sebanyak 5 gram kemudian aduk
campuran itu sampai merata.
b. Panaskan campuran tersebut dan perhatikan apa yang terjadi.
c. Dengan menggunakan magnet, ambil sebuk besi yang tidak bereaksi.
d. Timbang berat serbuk besi tersebut.

II. Tugas
1. Berapa mol FeS yang terjadi pada percobaan di atas!
2. Berapa gram H2O yang diperoleh apabila 100 gram H2 dan 100 gram
O2diletuskan hingga membentuk air dengan reaksi?
2H2 + O2 → 2H2O
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
No. Cara Kerja Hasil Percobaan
1 Hokum louvisioner a. a. menghasilkan warna keruh
a. 5 ml pb(NO3)2+ 10 ml-- -sebelum direaksikan 127,20 gr
NaCL 0,4 M catat massa - - setelah direaksikan 127,20 gr
sebelum dimiringkan dan
sesudah dimiringkan
b. ganti larutan NaCL 0,4 M b. menghasilkan warna kuning
dengan KI 0,5 M 5m1 -sebelum direaksikan 128,11 gr
- setelah direaksikan 128,11 gr
2 Hokum proust Massa sebelum dipanaskan 7 gr
a. 2 gr S+ 5gr Fe setelah direaksikan/dipanaskan
dipanaskan 6,2 gr

4.2 Pembahasan
1. Hukum Lavoiser
Pb(NO3)2 + NaCl, sewaktu ditimbang mempunyai berat awal yaitu 127,20gram
setelah dicampurkan dengan tabung reaksi kecil yang berisi Pb(NO3)2 mempunyai
berat 127,20 gram, maka hukum lavoiser sudah terbukti benar " massa zat sebelum
reaksi dan sesudah reaksi adalah sama". Pada saat (Pb(NO)3)2 dicampurkan dengan
NaCl warnanya akan berubah menjadi keruh, hal ini dikarenakan (Pb(NO)3)2 adalah
padatan dan bersifat asam, sedangkan NaCl bersifat garam dan ketika dicampurkan
akan menghasilkan warna keruh.
Pb(NO3)2 + KI, sewaktu ditimbang mempunyai berat awal yaitu 128,11 gram
setelah dicampurkan dengan tabung reaksi kecil Pb(NO3)2 + KI yang berisi
mempunyai berat 128,11 gram, maka hukum lavoiser sudah terbukti benar " massa
zat sebelum reaksi dan sesudah reaksi adalah sama".

2. Hukum Proust
Fe + S, sewaktu ditimbang mempunyai berat awal campuran yaitu 7 gram,
setelah dipanaskan timbul aroma yang sangat menyengat, yang ditimbulkan dari
aroma belerang. Setelah keduanya menyatu dan kemudian pemanasan dihentikan dan
diambil besi yang tidak bereaksi didalam campuran FeS yaitu 5 gram. Hal ini
membuktikan kebenaran hukum Proust “bahwa perbandingan massa unsur dalam
senyawa adalah tetap ( tidak berubah).”
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Pb(NO3)2 + NaCl, sewaktu ditimbang mempunyai berat awal yaitu 127,24 gram
setelah dicampurkan dengan tabung reaksi kecil yang berisi Pb(NO3)2 mempunyai
berat 127,24 gram, maka hukum lavoiser sudah terbukti benar " massa zat sebelum
reaksi dan sesudah reaksi adalah sama".
2. Dan dapat disimpulkan pula bahwa perbandingan massa unsur dalam senyawa
adalah tetap ( tidak berubah).
3. Untuk percobaan Proust belerang terbakar sempurna karena proses pembakaran
dan nyala api yang sempurna.

5.2 Saran
1. sewaktu ditimbang mempunyai berat awal yaitu 127,67 gram setelah dicampurkan
dengan tabung reaksi kecil Pb(NO3)2 + KI yang berisi mempunyai berat 127,67 gram
harus lebih teliti agar hukum lavoiser terbukti benar " massa zat sebelum reaksi dan
sesudah reaksi adalah sama
2. Fe + S. menggunakan alat pelindung seperti masker sewaktu ditimbang
mempunyai berat awal campuran yaitu 7 gram, setelah dipanaskan timbul aroma yang
sangat menyengat, yang ditimbulkan dari aroma belerang. Karena dapat
mengakibatkan sesak nafas dari aroma belerang yang dipanaskan.
Daftar Pustaka
https://id.wikipedia.org/wiki/Hukum_Gay-Lussac

: https://www.kompas.com/skola/read/2020/03/24/200000169/teori-kinetik-gas-dan-
hukumnya?page=all.

https://id.wikipedia.org/wiki/Hukum_perbandingan_berganda

https://id.wikipedia.org/wiki/Hukum_Avogadro

http://myteknikkimiablogaddress.blogspot.com/2018/01/praktikum-kimia-dasar-hukum-
hukum-dasar.html
https://brainly.co.id/tugas/21713615
https://id.wikipedia.org/wiki/Hukum_gas_gabungan
LAMPIRAN A
DATA PENGAMATAN
No. Cara Kerja Hasil Percobaan
1 Hokum louvisioner a. . a. menghasilkan warna keruh
5 ml pb(NO3)2+ 10 ml-- -sebelum direaksikan 127,20 gr
NaCL 0,4 M catat massa - - setelah direaksikan 127,20 gr
sebelum dimiringkan dan
sesudah dimiringkan
b. ganti larutan NaCL 0,4 M b. menghasilkan warna kuning
dengan KI 0,5 M 5m1 -sebelum direaksikan 128,11 gr
- setelah direaksikan 128,11 gr
2 Hukum Proust 2 gram Massa sebelum dipanaskan 7 gr
serbuk belerang + 5 gram setelah direaksikan/dipanaskan
serbuk besi dan dipanaskan 6,2 gr

LAMPIRAN B
PERHITUNGAN

1. MOL FeS

Massa besi (Fe) = 5 gram.

Massa belerang (S) = 2 gram

Ar Fe = 56

Ar S = 32

Menentukan massa zat pereaksi yang tersisa sesudah reaksi selesai.

Proses
Persamaan reaksi setara: Fe+ S →FeS

Step-1: siapkan jumlah mol kedua pereaksi


𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎
Mol= 𝐴𝑟

5
Mol Fe = 56 =0,08

2
Mol S = 32=0,06

Step-2: menentukan pereaksi pembatas

Pereaksi pembatas adalah hasil bagi terkecil antara mol dengan koefisien dari masing-
masing pereaksi.

Uji pereaksi pembatas:

0,08
Fe= = 0,08
1

0,06
S= =0,06
1

S menjadi pereaksi pembatas.

Step-3: menentukan sisa zat pereaksi

Fe + S → FeS

Mula 0,08 0,06 -

Reaksi -0,06 -0,06 +0,5

Akhir 0,02 0,5

Jumlah mol S habis tak bersisa.

Jumlah mol FeS yang terbentuk adalah 0,5 mol.


Jumlah mol Fe adalah 0,02

2. Pada persamaan reaksi :

2H2+ O2 → 2 H2O

𝑔𝑟𝑎𝑚 100 𝑔 𝐻2
Mol H2= = =50 mol
𝑀𝑟 2,0

𝑔𝑟𝑎𝑚 100 𝑔 𝐻2
Mol 02= = = 3,13 mol
𝑀𝑟 32,0

Jika semua hidrogen terpakai, maka diperlukan ½ (50) = 25 mol O2. Jelaslah tidak
semua hidrogen akan terpakai. Oleh karena O2 yang merupakan kuantitas pembatas,
perhitungan harus kita dasrkan atas kuantitas O2. Dengan memperhitungkan hanya
mol yang ikut bereaksi, maka :

mol (H2O) = 2 x mol (O2)

= 2 x 3,13 = 6,26 mol

H2O gram H2O = mol H2O x Mr H2O

= 6,26 x 18 = 113 gr H2O

Kuantitas H2O yang diletuskan ialah 6,26 x 2 = 12,52 gram. Campuran reaksi
itu akan mengandung 113 gram H2O dan 87 gram H2 yang tidak bereaksi.
LAMPIRAN C
TUGAS DAN PERTANYAAN
1. Berapa mol FeS yang terjadi pada percobaan di atas!
2. Berapa gram H2O yang diperoleh apabila 100 gram H2 dan 100 gram
O2diletuskan hingga membentuk air dengan reaksi?
2H2 + O2 → 2H2O

LAMPIRAN D
GAMBAR ALAT
Gambar Nama Alat Fungsi

Tabung reaksi -Sebagai tempat untuk


mereaksikan bahan kimia
-Untuk melakukan reaksi kimia
berskala kecil

Magnet u -Menarik serbuk besi yang tidak


ikut saat percobaan

Erlenmenyer Alat untuk mengukur,


menyimpan dan mencampur
cairan

Sumbat karet Digunakan sebagai sumbat


tabung reaksi, erlenmenyer, labu
destilasi dan alat laboratorium
lainnya. Sangat fleksibel dan
lentur, sehingga mudah
dimasukkan dan dikeluarkan

Cawan porselin Mereaksikan zat dalam suhu


tinggi, mengabukan kertas
saring, menguraikan endapan
dalam gravimetric sehingga
menjadi bentuk stabil
Lampu spirtus Sebagai alat pembakar dengan
menyalakan korek api diujung
sumbunya

Anda mungkin juga menyukai