Anda di halaman 1dari 40

KIMIA DASAR TEKNIK KIMIA

TKM 513/3 SKS

BAB 3. BANGUNAN ATOM;


HUBUNGAN BERKALA

OLEH
Dr. SURYATI, ST, MT

JURUSAN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MALIKUSSAL1 EH
TEORI ATOM

• Definisi Atom
• Salah satu konsep ilmiah tertua adalah bahwa
semua materi dapat dipecah menjadi zarah
(partikel) terkecil, dimana partikel-partikel itu
tidak bisa dibagi lebih lanjut.
• A : Tidak, Tomos : memotong. Dinamakan
atom karena dianggap tidak dapat dipecah lagi
Teori Atom Dalton (1743 – 1844)
• Pencetus teori atom modern.
• Teorinya dilandasi oleh
kejadian kimiawi dan data
kuantitatif.
• Teori Dalton ditunjang juga
oleh 2 percobaan (oleh
Model atom thomson dan
Lavoisier dan Proust) dan 2 Rutherford
hukum alam (Kekekalan
massa dan Perbandingan
tetap).
Percobaan Lavoisier

Mula-mula tinggi cairan merkuri dalam wadah yang berisi udara adalah A,
tetapi setelah beberapa hari merkuri naik ke B dan ketinggian ini tetap.
Beda tinggi A dan B menyatakan volume udara yang digunakan oleh
merkuri dalam pembentukan bubuk merah (merkuri oksida). Untuk
menguji fakta ini, Lavoisier mengumpulkan merkuri oksida, kemudian
dipanaskan lagi. Bubuk merah ini akan terurai menjadi cairan merkuri dan
sejumlah volume gas (oksigen) yang jumlahnya sama dengan udara yang
dibutuhkan dalam percobaan pertama.
Hukum Kekekalan Massa

Massa bahan keseluruhan setelah reaksi


kimia sama dengan sebelum reaksi
Percobaan Joseph Proust
Pada tahun 1799 Proust menemukan bahwa senyawa tembaga karbonat baik
yang dihasilkan melalui sintesis di laboratorium maupun yang diperoleh di
alam memiliki susunan yang tetap.

Sebelum Setelah
Percobaan pemanasan pemanasan Perbandingan
ke- (g Mg) (g MgO) Mg/MgO

1 0,62 1,02 0,62/1,02 = 0,61

2 0,48 0,79 0,48/0,79 = 0,60

3 0,36 0,60 0,36/0,60 = 0,60


3 Asumsi Dasar Teori Dalton

• Tiap unsur kimia tersusun oleh partikel-partikel kecil


yang tidak bisa dihancurkan dan dibagi, yang disebut
atom. Selama perubahan kimia, atom tidak bisa
diciptakan dan juga tidak bisa dimusnahkan
• Semua atom dari suatu unsur mempunyai massa
(berat) dan sifat yang sama, tetapi atom-atom dari
suatu unsur berbeda dengan atom dari unsur yang
lain, baik massa (berat) maupun sifat-sifatnya
berlainan.

Dalam senyawa kimiawi, atom-atom dari unsur yang
berlainan melakukan ikatan dengan perbandingan
numerik yang sederhana : Misalnya satu atom A dan
satu atom B (AB) satu atom A dan dua atom B (AB2).
Hukum Perbandingan Berganda
Bila dua unsur membentuk lebih dari satu senyawa, perban-dingan massa dari
unsur pertama dengan unsur kedua meru-pakan bilangan yang sederhana.

Etilena Metana
C H H C H

BA BA BA BA BA
=5 =1 =1 =5 =1
Per gram hidrogen dalam gas etilena terdapat 5 gram karbon, jadi

5 gram karbon
1gram hidrogen
Per gram hidrogen dalam gas metana terdapat 2,5
gram karbon, jadi
5 g karbon 2,5 g karbon

2 g hidrogen 1g hidrogen

5 g karbon/1 g hidrogen 2
Perbanding an  
2,5 g karbon/1 g hidrogen 1

Dalton meneliti bahwa hidrogen pada gas metana


adalah dua kali dari hidrogen yang terdapat pada
gas etilena. Ia menyatakan bahwa rumus gas
metana adalah H2 dan etilena CH (Rumus yang
benar berdasarkan pengetahuan sekarang adalah
CH4 dan C2H4).
Sinar Katoda
Sifat-sifat sinar katoda :
1. Sinar katoda dipancarkan oleh katoda
dalam sebuah tabung hampa bila dilewati
arus listrik (aliran listrik adalah penting)
2. Sinar katoda berjalan dalam garis lurus
3. Sinar tersebut bila membentur gelas atau
benda tertentu lainnya akan menyebabkan
terjadinya fluoresensi (mengeluarkan
cahaya). Dari fluoresensi inilah kita bisa
melihat sinar, sinar katoda sendiri tidak
tampak.
4. Sinar katoda dibelokkan oleh medan listrik
dan magnit; sehubungan dengan hal itu
diperkirakan partikelnya bermuatan negatif
5. Sifat-sifat dari sinar katoda tidak
tergantung dari bahan elektrodanya (besi,
platina dsb.)
Pembelokan sinar katoda dalam medan magnit

Sinar katoda tidak tampak, hanya melalui pengaruh fluoresensi dari bahan
sinar ini dapat dilacak. Berkas sinar katoda dibelokkan oleh medan magnit.
Pembelokkan ini menunjukkan bahwa sinar katoda bermuatan negatif.
Pengamatan J.J. Thomson (1856-1940)

Kode C = Katoda; A = Anoda; E = lempeng kondensor bermuatan listrik; M =


magnet; F = layar berfluoresens.
Berkas 1 : Hanya dengan adanya medan listrik, berkas sinar katoda dibelokkan
keatas menyentuh layar pada titik 1.
Berkas 2 : Hanya dengan adanya medan magnit, berkas sinar katoda dibelokkan
kebawah menyentuh layar pada titik 2.
Berkas 3 : Berkas sinar katoda akan lurus dan menyentuh layar dititik 3, bila
medan listrik dan medan magnit sama besarnya
Perbandingan muatan dan massa
Berdasarkan eksperimennya Thomson mengukur bahwa kecepatan sinar
katoda jauh lebih kecil dibandingkan kecepatan cahaya, jadi sinar katoda ini
bukan merupakan REM. Selain itu Ia juga menetapkan perbandingan muatan
listrik (e) dengan massa (m). Hasil rata-rata e/m sinar katoda kira-kira 2 x 108
Coulomb per gram. Nilai ini sekitar 2000 kali lebih besar dari e/m yang
dihitung dari hidrogen yang dilepas dari elektrolisis air (Thomson
menganggap sinar katoda mempunyai muatan listrik yang sama seperti atom
hidrogen dalam elektrolisis air.
Kesimpulan : Partikel sinar katoda bermuatan negatif dan merupakan partikel
dasar suatu benda yang harus ada pada setiap atom. Pada tahun 1874
Stoney mengusulkan istilah elektron.
Pengamatan Tetes Minyak Milikan

Percikan tetes minyak dihasilkan oleh penyemprot (A). Tetes ini masuk
kedalam alat melalui lubang kecil pada lempeng atas sebuah kondensor
listrik. Pergerakan tetes diamati dengan teleskop yang dilengkapi alat
micromete eyepiece (D). Ion-ion dihasilkan oleh radiasi pengionan
r
seperti sinar x dari sebuah sumber (E). Sebagian dari tetes minyak
memperoleh muatan listrik dengan menyerap (mengadsorbsi) ion-ion.
Tetes diantara B dan C hanya melayang-layang, tergantung dari tanda (+ atau -
) dean besarnya muatan listrik pada tetes. Dengan menganalisis data dari
jumlah tetes, Milikan dapat menghitung besarnya muatan q. Milikan
menemukan bahwa tetes selalu merupakan integral berganda dari muatan
listrik elektron e yaitu : q = n.e (dimana n = 1, 2, 3 ...)

Nilai yang bisa diterima dari muatan listrik e adalah –1,60219 x 10-19C.
Dengan menggabungkan hasil Milikan dan Thomson didapat massa sebuah
elektron = 9,110 x 10-28 gram.
Sinar Kanal (Sinar Positif)
Dalam tahun 1886 Eugen Goldstein melakukan serangkaian
percobaan dan ia menemukan partikel jenis baru yang disebut sinar
kanal (canal rays) atau sinar positif.

Sinar katoda mengalir kearah anoda. Tumbukannya dengan sisa atom


gas melepaskan elektron dari atom gas, menghasilkan ion yang
bermuatan listrik positif. Ion-ion ini menuju ke katoda (-) tetapi sebagian
dari ion ini lolos melewati lubang pada katoda danmerupakan arus
partikel mengarah kesisi lain. Berkas sinar positif ini disebut sinar positif
atau sinar kanal.
Sifat-sifat sinar kanal
1. Partikel-partikelnya dibelokkan oleh medan listrik
dan magnit dan arahnya menunjukkan bahwa
2. muatannya positif.

3. Perbandingan muatan dan massa (e/m) sinar


positif lebih kecil daripada elektron.
Perbandingan e/m sinar positif tergantung pada
sifat gas dalam tabung. Perbandingan terbesar
4.
dimiliki oleh gas hidrogen. Untuk gas lain e/m
merupakan pecahan integral (mis. ¼, 1/20 dari
hidrogen).
Perbandingan e/m dari sinar positif yang dihasilkan
bila gas hidrogen ada dalam tabung adalah identik
Pengamatan ini dapat diterangkan dengan model atom yang dibuat
J.J. Thomson yaitu model plum pudding. Kesimpulan dari sifat sinar
kanal ini ialah semua atom terdiri dari satuan dasar yang bermuatan
positif, pada atom H terdapat satu dan atom-atom lainnya
mengandung jumlah lebih banyak. Satuan dasar ini sekarang disebut
dengan proton.
Sinar X
Beberapa peneliti melihat bahwa kadang-
kadang benda diluar tabung sinar katoda
bersinar selama percobaan, Wilhelm
Roentgen menunjukkan bahwa pengaruh
sinar katoda pada suatu permukaan
menghasilkan suatu jenis radiasi yang dapat
menyebabkan zat-zat tertentu bersinar pada
jarak tertentu dari tabung sinar katoda.
Karena belum diketahui sifatnya maka
dinamakan sinar X.
Roentgen kemudian mengetahui beberapa
sifat sinar X ini diantaranya : tidak dibelokkan
oleh medan listrik dan magnit dan
mempunyai daya tembus yang sangat besar
terhadap suatu benda. Sifat-sifat ini
menunjukkan bahwa sinar X adalah radiasi
elektromagnetik dengan panjang gelombang
~1Å.
Radioaktivitas

Sinar matahari

Lempeng fotografi
Dibungkus kertas
Uranium & hitam tebal
kalium disulfat

Mendung
Unsur Radioaktif dan Radiasinya
• Ernest Rutherford membuktikan adanya dua jenis radiasi,
sinar alfa dan sinar beta.
• Sinar  mempunyai kekuatan ionisasi besar tetapi daya
tembusnya terhadap materi rendah. Sinar ini dapat
ditahan oleh kertas biasa. Sinar ini adalah partikel yang
membawa 2 satuan dasar muatan + dan mempunyai
massa identik dengan He (Sinar  = ion He2+).

Sinar  sebaliknya memiliki kekuatan ionisasi rendah dan
daya tembus besar. Sinar ini dapat melewati lempeng
alumunium setebal 3 mm. Sinar ini memiliki partikel
• bermuatan negatif dengan e/m sama seperti elektron.
Bentuk radiasi ketiga mempunyai daya tembus sangat
besar dan tidak dibelokkan oleh medan listrik dan magnit.
REM ini dikenal dengan sinar gamma ().
Inti Atom
• Tahun 1909 Hans Geiger dan Ernest Marsden membuat
serangkaian percobaan yang menggunakan lempeng emas
yang sangat tipis dan logam lain (tebal 10-4 s.d. 10-5 cm)
sebagai sasaran partikel  yang berasal dari radioaktif.
Geiger dan Marsden mengamati bahwa”

1. Sebagian besar dari partikel  menembus lempeng logam tanpa


pembelokkan.
2. Sebagian (~1 dari tiap 20.000) mengalami pembelokkan setelah menembus
lempeng logam.
3. Dalam jumlah yang sama (poin 2) tidak menembus lempeng logam sama
sekali tetapi berbalik sesuai arah datangnya sinar.
Model Atom Rutherford
• Sebagian dari massa dan muatan (+) sebuah atom
berpusat pada daerah yang sempit yang disebut inti
atom, sebagian besar atom merupakan ruang
kosong.
• Besarnya muatan pada inti berbeda untuk atom yang
berbeda dan kira-kira setengah dari nilai numerik
bobot atom suatu unsur.
• Diluar inti suatu atom harus terdapat elektron yang
jumlahnya sama dengan satuan muatan inti (agar
atom netral).
Proton dan Neutron
• Pada tahun 1913 Moseley menemukan bahwa panjang

gelombang sinar x bervariasi tergantung dari bahan


sasarannya. Dengan menghubungkan hal ini ke
persamaan matematis disimpulkan bahwa setiap unsur

dapat ditetapkan dengan suatu bilangan bulat yang
disebut nomor atom.

Tahun 1919 Rutherford mengembangkan satuan dasar
muatan positif yang disebut proton hasil risetnya dari jalur
lintasan partikel  diudara.

Konsep yang dipopulerkan oleh Rutherford adalah inti
mengandung sejumlah proton yang sama dengan nomor
atomnya dan sejumlah partikel netral yang disebut
Model atom Bohr
1.6 TABEL BERKALA

27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
• TUGAS
• Jelaskan detail aplikasi sistem priodik unsur
dalam bidang ilmu teknik kimia atau desain
pabrik??

Anda mungkin juga menyukai