TEORI ATOM
1.1 Definisi Atom
Salah satu konsep ilmiah tertua adalah bahwa semua materi dapat dipecah menjadi zarah
(partikel) terkecil, dimana partikel-partikel itu tidak bisa dibagi lebih lanjut.
A : Tidak, Tomos : memotong. Dinamakan atom karena dianggap tidak dapat dipecah lagi
Teori Dalton ditunjang juga oleh 2 percobaan (oleh Lavoisier dan Prost) dan 2 hukum alam
(Kekekalan massa dan Perbandingan tetap)
Mula-mula tinggi cairan merkuri dalam wadah yang berisi udara adalah A, tetapi setelah
beberapa hari merkuri naik ke B dan ketinggian ini tetap. Beda tinggi A dan B menyatakan
volume udara yang digunakan oleh merkuri dalam pembentukan bubuk merah (merkuri
oksida). Untuk menguji fakta ini, Lavoisier mengumpulkan merkuri oksida, kemudian
dipanaskan lagi. Bubuk merah ini akan terurai menjadi cairan merkuri dan sejumlah volume
gas (oksigen) yang jumlahnya sama dengan udara yang dibutuhkan dalam percobaan
pertama.
Massa bahan keseluruhan setelah reaksi kimia sama dengan sebelum reaksi
1
1.1.4 Percobaan Joseph Proust
Pada tahun 1799 Proust menemukan bahwa senyawa tembaga karbonat baik yang
dihasilkan melalui sintesis di laboratorium maupun yang diperoleh di alam memiliki susunan
yang tetap.
Tiap unsur kimia tersusun oleh partikel-partikel kecil yang tidak bisa dihancurkan dan dibagi,
yang disebut atom. Selama perubahan kimia, atom tidak bisa diciptakan dan juga tidak bisa
dimusnahkan
Semua atom dari suatu unsur mempunyai massa (berat) dan sifat yang sama, tetapi atom-
atom dari suatu unsur berbeda dengan atom dari unsur yang lain, baik massa (berat) maupun
sifat-sifatnya berlainan.
Dalam senyawa kimiawi, atom-atom dari unsur yang berlainan melakukan ikatan dengan
perbandingan numerik yang sederhana : Misalnya satu atom A dan satu atom B (AB) satu
atom A dan dua atom B (AB2).
Bila dua unsur membentuk lebih dari satu senyawa, perban-dingan massa dari unsur pertama
dengan unsur kedua meru-pakan bilangan yang sederhana.
Per gram hidrogen dalam gas metana terdapat 2,5 gram karbon, jadi
5 g karbon 2,5 g karbon
2
2 g hidrogen 1 g hidrogen
5 g karbon/1g hidrogen 2
Perbandingan
2,5 g karbon/1g hidrogen 1
Dalton meneliti bahwa hidrogen pada gas metana adalah dua kali dari hidrogen yang terdapat
pada gas etilena.Ia menyatakan bahwa rumus gas metana adalah H2 dan etilena CH (Rumus
yang benar berdasarkan pengetahuan sekarang adalah CH4 dan C2H4).
Sinar katoda dipancarkan oleh katoda dalam sebuah tabung hampa bila dilewati arus listrik
(aliran listrik adalah penting)
Sinar tersebut bila membentur gelas atau benda tertentu lainnya akan menyebabkan
terjadinya fluoresensi (mengeluarkan cahaya). Dari fluoresensi inilah kita bisa melihat sinar,
sinar katoda sendiri tidak tampak.
Sinar katoda dibelokkan oleh medan listrik dan magnit; sehubungan dengan hal itu
diperkirakan partikelnya bermuatan negatif
Sifat-sifat dari sinar katoda tidak tergantung dari bahan elektrodanya (besi, platina dsb.)
3
Sinar katoda tidak tampak, hanya melalui pengaruh fluoresensi dari bahan sinar ini
dapat dilacak. Berkas sinar katoda dibelokkan oleh medan magnit. Pembelokkan ini
menunjukkan bahwa sinar katoda bermuatan negatif.
Berkas 1 : Hanya dengan adanya medan listrik, berkas sinar katoda dibelokkan keatas
menyentuh layar pada titik 1.
Berkas 2 : Hanya dengan adanya medan magnit, berkas sinar katoda dibelokkan kebawah
menyentuh layar pada titik 2.
Berkas 3 : Berkas sinar katoda akan lurus dan menyentuh layar dititik 3, bila medan listrik
dan medan magnit sama besarnya
Kesimpulan : Partikel sinar katoda bermuatan negatif dan merupakan partikel dasar suatu
benda yang harus ada pada setiap atom. Pada tahun 1874 Stoney mengusulkan istilah
elektron.
Percikan tetes minyak dihasilkan oleh penyemprot (A).Tetes ini masuk kedalam alat
melalui lubang kecil pada lempeng atas sebuah kondensor listrik.Pergerakan tetes diamati
dengan teleskop yang dilengkapi alat micrometer eyepiece (D).Ion-ion dihasilkan oleh radiasi
4
pengionan seperti sinar x dari sebuah sumber (E).Sebagian dari tetes minyak memperoleh
muatan listrik dengan menyerap (mengadsorbsi) ion-ion.
Tetes diantara B dan C hanya melayang-layang, tergantung dari tanda (+ atau -) dean
besarnya muatan listrik pada tetes. Dengan menganalisis data dari jumlah tetes, Milikan dapat
menghitung besarnya muatan q. Milikan menemukan bahwa tetes selalu merupakan integral
berganda dari muatan listrik elektron e yaitu : q = n.e (dimana n = 1, 2, 3 ...)
Nilai yang bisa diterima dari muatan listrik e adalah –1,60219 x 10-19C. Dengan
menggabungkan hasil Milikan dan Thomson didapat massa sebuah elektron = 9,110 x 10-28
gram.
Sinar katoda mengalir kearah anoda.Tumbukannya dengan sisa atom gas melepaskan
elektron dari atom gas, menghasilkan ion yang bermuatan listrik positif. Ion-ion ini menuju
ke katoda (-) tetapi sebagian dari ion ini lolos melewati lubang pada katoda danmerupakan
arus partikel mengarah kesisi lain. Berkas sinar positif ini disebut sinar positif atau sinar
kanal.
Partikel-partikelnya dibelokkan oleh medan listrik dan magnit dan arahnya menunjukkan
bahwa muatannya positif.
Perbandingan muatan dan massa (e/m) sinar positif lebih kecil daripada elektron.
Perbandingan e/m sinar positif tergantung pada sifat gas dalam tabung. Perbandingan terbesar
dimiliki oleh gas hidrogen. Untuk gas lain e/m merupakan pecahan integral (mis. ¼, 1/20 dari
hidrogen).
Perbandingan e/m dari sinar positif yang dihasilkan bila gas hidrogen ada dalam tabung
adalah identik dengan e/m untuk gas hidrogen yang dihasilkan melalui air.
Pengamatan ini dapat diterangkan dengan model atom yang dibuat J.J. Thomson yaitu model
plum pudding.Kesimpulan dari sifat sinar kanal ini ialah semua atom terdiri dari satuan dasar
yang bermuatan positif, pada atom H terdapat satu dan atom-atom lainnya mengandung
jumlah lebih banyak.Satuan dasar ini sekarang disebut dengan proton.
5
Beberapa peneliti melihat bahwa kadang-kadang benda diluar tabung sinar katoda bersinar
selama percobaan, Wilhelm Roentgen menunjukkan bahwa pengaruh sinar katoda pada suatu
permukaan menghasilkan suatu jenis radiasi yang dapat menyebabkan zat-zat tertentu
bersinar pada jarak tertentu dari tabung sinar katoda. Karena belum diketahui sifatnya maka
dinamakan sinar X.
Roentgen kemudian mengetahui beberapa sifat sinar X ini diantaranya : tidak dibelokkan oleh
medan listrik dan magnit dan mempunyai daya tembus yang sangat besar terhadap suatu
benda. Sifat-sifat ini menunjukkan bahwa sinar X adalah radiasi elektromagnetik dengan
panjang gelombang ~1Å.
1.3 Radioaktivitas
Ernest Rutherford membuktikan adanya dua jenis radiasi, sinar alfa dan sinar beta.
Sinar mempunyai kekuatan ionisasi besar tetapi daya tembusnya terhadap materi rendah.
Sinar ini dapat ditahan oleh kertas biasa. Sinar ini adalah partikel yang membawa 2 satuan
dasar muatan + dan mempunyai massa identik dengan He (Sinar = ion He2+).
6
Sinar sebaliknya memiliki kekuatan ionisasi rendah dan daya tembus besar. Sinar ini dapat
melewati lempeng alumunium setebal 3 mm. Sinar ini memiliki partikel bermuatan negatif
dengan e/m sama seperti elektron.
Bentuk radiasi ketiga mempunyai daya tembus sangat besar dan tidak dibelokkan oleh medan
listrik dan magnit. REM ini dikenal dengan sinar gamma ().
Tahun 1909 Hans Geiger dan Ernest Marsden membuat serangkaian percobaan yang
menggunakan lempeng emas yang sangat tipis dan logam lain (tebal 10-4 s.d. 10-5 cm)
sebagai sasaran partikel yang berasal dari radioaktif.
Sebagian (~1 dari tiap 20.000) mengalami pembelokkan setelah menembus lempeng logam.
3. Dalam jumlah yang sama (poin 2) tidak menembus lempeng logam sam sekali tetapi
berbalik sesuai arah datangnya sinar.
Sebagian dari massa dan muatan (+) sebuah atom berpusat pada daerah yang sempit yang
disebut inti atom, sebagian besar atom merupakan ruang kosong.
Besarnya muatan pada inti berbeda untuk atom yang berbeda dan kira-kira setengah dari nilai
numerik bobot atom suatu unsur.
Diluar inti suatu atom harus terdapat elektron yang jumlahnya sama dengan satuan muatan
inti (agar atom netral).
7
1.6 Proton dan Neutron
Pada tahun 1913 Moseley menemukan bahwa panjang gelombang sinar x bervariasi
tergantung dari bahan sasarannya. Dengan menghubungkan hal ini ke persamaan matematis
disimpulkan bahwa setiap unsur dapat ditetapkan dengan suatu bilangan bulat yang disebut
nomor atom.
Tahun 1919 Rutherford mengembangkan satuan dasar muatan positif yang disebut proton
hasil risetnya dari jalur lintasan partikel diudara.
Konsep yang dipopulerkan oleh Rutherford adalah inti mengandung sejumlah proton yang
sama dengan nomor atomnya dan sejumlah partikel netral yang disebut neutron agar sesuai
dengan massa atom.
BAB II
Spektrum Elektromagnetik
8
Soal Latihan
Beberapa intan menunjukkan warna kuning karena mengandung senyawa nitrogen yang
menyerap cahaya purple pada frekuensi 7,23 x 1014 Hz. Hitung panjang gelombang (dalam
nm dan Å) cahaya yang diserap!
Gelombang (Energi) jika melalui batas fasa (udara – air) akan mengalami refraksi sedangkan
materi tidak
Gelombang ketika melalui slit (lubang kecil) akan mengalami difraksi atau melengkung
disekitar slit sedangkan materi tidak mengalami difraksi
Difraksi gelombang pada dua slit menghasilan interferensi menguatkan dan saling
meniadakan
2.3 Interferensi
Benda Hitam
Efek Photolistrik
9
Adanya perubahan warna emisi cahaya (intensitas) yang tergantung pada panjang gelombang
(energi) yang diberikan tertentu
∆E = hν
Soal Latihan
Hitung energi satu photon dari sinar ultraviolet (λ = 1 x 10-8 m) visible (λ = 5 x 10-7 m)dan
infrared (λ = 1 x 10-4 m)
Kesimpulan dari 3 fenomena yang telah dibahas adalah materi dan energi adalah dua
entitas yang saling berganti satu sama lain
10
2.8 Panjang Gelombang de Broglie
Jika energi memiliki sifat partikel maka materi juga memiliki sifat gelombang
Jika elektron memiliki gerak mirip gelombang dan orbitnya dibatasi pada jari-jari tertentu
maka ini merujuk pada frekuensi dan energi tertentu pula
h
mu
2.9 Model Mekanika Kuantum Atom
Bilangan kuantum utama (n) adalah bulat positif (1, 2, 3..) menunjukkan ukuran relatif orbital
dan jarak relatif dari inti. Bilangan ini juga menunjukkan tingkat energi atom H
Bilangan kuantum momentum anguler (l) adalah bilangan bulat dari 0 hingga n – 1. nilai n
akan sangat mempengaruhi l, jika n = 1 maka l = 0 dan jika n = 2 maka l = 1 (0, 1) dst.
Bilangam kuantum magnetik (ml) adalah bilangan bulat dari -l ,0 hingga +l. jika l = 0, maka
ml = 0, namun jika l = 1 maka nilai ml bisa diantara -1, 0 dan +1
Soal Latihan
Berapa nilai bil kuantum momentum anguler (l) dan magnetik (ml) yang diperbolehkan untuk
bilangan kuantum n = 3?
Tingkat energi atom atau kulit diberikan oleh nilai n, semakin kecil n semakin kecil pula
tingkat energi
Tingkatan/kulit atom memiliki subkulit yang ditandai dengan bentuk orbital berdasarkan
garis spektroskopi
11
Soal Latihan
n = 3, l = 2 n = 2, l = 0
n = 5, l = 1 n = 4, l = 3
Berikan koreksi untuk bilangan kuantum dan nama subkulit berikut ini:
n = 1, l = 1, ml = 0 1p
n = 4, l = 3, ml = +1 4d
n = 3, l = 1, ml = -2 3p
Bentuk Orbital S
Bentuk Orbital P
Bentuk Orbital D
12
Salah satu bentuk orbital F
BAB III
Salah satu kegiatan ilmiah yang penting adalah mencari keteraturan. Dalam kaitan
dengan unsur-unsur, skema yang sekarang dikenal ditemukan secara terpisah oleh Dimitri
Mendelev dan Lothar Meyer 1869. Klasifikasi itu didasarkan pada pandangan Jika unsur
disusun berdasarkan kenaikan bobot atom, seperangkat sifat akan terulang secara berkala.
Salah satu yang dipublikasikan oleh Meyer adalah keteraturan berdasarkan bobot atom.
Meyer menggunakan istilah volume atom untuk mengacu pada sifat yang digambarkan disini.
Dengan mengenal bahwa bobot atom dan massa molar secara numerik sama, volume atom
sebenarnya adalah volume molar yaitu volume yang ditempati oleh satu mol atom suatu
unsur
3.1.1 Tabel Berkala Mendeleev
13
Unsur-unsur ditata dalam 12 baris mendatar dan 8 kolom tegak atau golongan. Agar
unsur dapat dimasukkan dalam golongan yang sesuai maka perlu ditinggalkan beberapa
ruang kosong. Unsur-unsur yang termasuk dalam sub golongan yang sama pada tabel
Mendeleev mempunyai sifat fisik dan kimia yang sama. Sifat-sifat ini berubah secara
berangsur-angsur dari atas ke bagian bawah golongan Li(174 oC) > Na(97,8oC) > K(63,7oC)
> Rb(38,9oC) > Cs(28,5oC)
14
Sifat Germanium yang Diramalkan dan Diamati
3
5,5 5,47
Kerapatan, g/cm
3
EsO : 4,7 GeO : 4,703
Kerapatan oksida g/cm 2 2
o o
Titik didih klorida
EsCl : < 100 C GeCl : 86 C
4 4
3
EsCl : 1,9 GeCl : 1,887
Kerapatan klirida, g/cm 4 4
3.2 Penemuan Gas Mulia dan Nomor Atom sebagai Dasar Hukum Berkala
Cavendish 1785 melaporkan bahwa reaksi yang melibatkan gas-gas atmosfir adalah
sebagian kecil. Gas ini dipisahkan oleh Rayleigh dan Ramsay 1895 dan dinamakan argon
(yang malas). Ramsay 1895 juga mengamati unsur yang berasal dari spektrum matahari dan
dinamakan helium. Karena gas-gas ini tidak serupa maka ditempatkan pada golongan baru.
Semula tabel berkala menempatkan unsur secara tidak berurutan (argon 39,9 sebelum kalium
39,1). Konsep mengenai nomor atom diajukan oleh Moseley 1913 yang akhirnya menata
kembali tabel berkala berdasarkan nomor atomnya.
Baris mendatar pada tabel disusun berdasarkan kenaikan nomor atom dinamakan
periode
Kolom-kolom tegak yang berisi unsur serupa dinamakan golongan atau famili
Periode pertama hanya terdiri dari 2 unsur, periode kedua dan tiga 8 unsur, periode
keempat dan kelima 18 unsur.
Periode keenam adalah periode yang panjang terdiri dari 32 unsur, karena tabel hanya
memuat 18 maka 14 unsur dicabut dan diletakkan dibawah sebagai deret lantanoid
15
1. Perlunya bilangan kuantum ke-4
Bilangan kuantum spin menunjukkan sifat orientasi elektron, sementara ke-3 bilangan
kuantum yang lain menunjukkan sifat orbital
• H memiliki n = 1, l = 0, ml = 0, ms = +½
• He memiliki set bilangan kuantum yang sama untuk elektron pertama namun berbeda
ms untuk elektron kedua dengan nilai ms = - ½
Berdasarkan observasi keadaan tereksitasi atom Pauli menyimpulkan tidak ada dua
elektron dalam atom yang sama dapat memiliki keempat bilangan kuantum yang sama.
Masing-masing elektron dalam atom memiliki identitas unik yang diekspresikan oleh ke-4
bil. Kuantum (n, l, ml dan ms)
16
3.2.5 Perbedaaan Tingkat Energi Orbital
Prinsip Aufbau: Pendekatan pengisian konfigurasi elektron dimulai dari orbital dengan energi
terendah (mulai dari n = 1, 2, 3, 4 …dst)
Aturan Hund: Jika ada orbital dengan tingkat energi sama, maka konfigurasi elektron pada
energi terendah memiliki jumlah maksimum elektron tak berpasangan dengan spin paralel
17
Soal Latihan
2. Gunakan tabel periodik unsur dengan konfigurasi elektron 1s 2 2s2 2p4, gambarkan
diagram orbitalnya dan berikan bilangan kuantum untuk elektron ke-6
18
Walaupun tidak seluruhnya benar, gambar berikut menunjukkan tabel berkala dimana
pengisian orbital (prinsip Aufbau) diringkas.
19
Soal Latihan
• Penempatan hidrogen, walaupun memiliki tempat yang pasti pada tabel berkala,
namun dari segi sifat unsur ini jauh berbeda dengan unsur lain yang ada dalam
golongan yang sama
• Peramalan sifat-sifat unsur berat. Beberapa unsur dalam periode keenam (mis Au dan
Hg) sifat-sifat yang diamati berbeda dengan unsur-unsur yang bersesuaian pada
periode kelima (Mis. Ag dan Cd)
20
3.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi Jari-jari Atom
• Keragaman ukuran atom dalam satu golongan pada tabel berkala. Semakin banyak
kulit elektron dalam suatu atom (makin bawah letak suatu unsur dalam satu golongan
pada tabel berkala) makin besar ukuran atom itu
• Keragaman ukuran atom dalam satu periode pada tabel berkala. Jari-jari atom
menurun dari kiri ke kanan dalam satu periode.
• Keragaman ukuran atom dalam deret transisi. Terdapat penurunan tajam dalam
ukuran dua atau tiga atom pertama tetapi sesudah itu ukuran atom hanya berubah
sedikit dalam deret transisi
Jari-jari kovalen adalah setengah jarak antara pusat dua atom identik yang terikat secara
kovalen
21
3.6.2 Energi Ionisasi
Didefinisikan sebagai energi yang harus diserap oleh atom gas agar elektron yang tarikannya
paling kecil dapat dipisahkan secara sempurna
• 1 eV = 96,49 kJ/mol
Energi ionisasi yang terletak pada periode ketiga (gambar dibawah). Semakin rendah energi
ionisasi unsur akan semakin bersifat logam
22
3.6.3 Afinitas electron
Afinitas elektron adalah perubahan entalpi H yang terjadi apabila sebuah atom netral dalam
fase gas menerima sebuah elektron dari jarak tak terhingga
3.6.4 Elektronegatifitas
Elektronegatifitas merupakan suatu ukuran yang memberikan kemampuan suatu atom dalam
bersaing mendapatkan electron. Sebagai patokan kasar, logam mempunyai elektronegatifitas
kurang dari 2, metaloid kira-kira sama dengan 2 dan bukan logam lebih besar dari 2
23
BAB IV
Suatu partikel baik berupa ion bermuatan, inti atom dan elektron diantara mereka,
akan membentuk ikatan kimia karena akan menurunkan energi potensial antara
partikel positif dan negatif
Dalam tataran atomik, kita membedakan adanya logam dan non logam berdasarkan
beberapa sifat yang berhubungan dalam tabel periodik
24
4.1.1 Transfer Elektron dan Ikatan Ionik
1. Ikatan ini terjadi ketika ada perbedaan tendensi yang sangat besar dari atom untuk
melepas atau menangkap elektron
2. Perbedaan terjadi antara logam yang reaktif (gol 1A) dan non logam (gol 7A dan 6A
atas)
3. Atom logam (IE rendah) kehilangan satu atau dua elektron valensi, sementara atom
non logam (EA sangat negatif) menangkap elektron
4. Terjadi transfer elektron antara logam dan non logam membentuk ion dengan
konfigurasi gas mulia
5. Gaya elektrostatik antar ion positif dan negatif membentuk susunan padatan ionik
dengan rumus kimia menunjukkan rasio kation terhadap anion (rumus empiris)
Ikatan ini terjadi manakala terjadi perbedaan kecil pada tendensi untuk melepas atau
menangkap elektron sehingga terjadi sharing elektron
Tipe ikatan ini umum terjadi antar atom non logam (logam juga bisa berikatan
kovalen)
Gaya tarik masing-masing atom terhadap elektron valensi lawannya membuat kedua
atom berikatan
Pasangan elektron sharing (pakai bersama) dianggap terlokalisasi diantara kedua atom
Secara umum atom logam berukuran besar, logam dapat dengan mudah kehilangan
elektron terluar (IE rendah) namun sulit menangkap/memperoleh elektron
Sifat ini mengarahkan logam-logam untuk sharing elektron valensi mereka dengan
cara yang berbeda pada ikatan kovalen
Dalam model ikatan logam, elektron valensi atom-atom logam yang berdekatan akan
berkumpul membentuk pita (lautan elektron) yang terdistribusi secara merata diantara
atom-atom tersebut dan disekitar inti dan elektron bagian dalam
Pada ikatan ini elektron sharing terdelokalisasi dan bergerak bebas disekujur potongan
logam.
25
4.1.4 Simbol Titik Elektron Lewis
Dalam model simbol titik elektron Lewis (G.N. Lewis1875 – 1946), simbol unsur
mewakili inti dan elektron bagian dalam sedangkan titik-titik disekitarnya
menunjukkan elektron valensi
Tempatkan satu titik pada masing-masing sisi (atas, bawah, kiri, kanan)
Fokus utama model ikatan ionik adalah adanya transfer elektron dari logam ke non
logam untuk membentuk ion yang kemudian bersatu membentuk padatan senyawa
ionik
Berdasarkan fenomena yang terjadi Lewis mengajukan aturan oktet, saat atom-atom
berikatan, ia akan melepas, menangkap atau memakai bersama elektron untuk
mencapai pengisian kulit terluar 8 (atau 2) electron
Misalkan ada suatu reaksi antara unsur logam yang reaktif (Li) dan mudah melepas
elektron dengan gas halogen (F) yang cenderung menarik elektron:
Li(g) Li+(g) + e- IE1 = 520 kJ
Reaksi total:
Energi total yang dibutuhkan reaksi ini bahkan lebih besar karena kita harus
mengkonversi Li dan F kedalam bentuk gas
26
Li+(g) + F-(g) LiF(g) ∆H0 = -755 kJ
Energi kisi adalah perubahan enthalpi yang menyertai ion-ion gas yang bergabung
membentuk padatan ionik:
Karena energi = gaya x jarak, maka rumusan diatas dapat juga ditulis:
Jarak
Didalam padatan ionik, A dapat berupa kation dan B anion dengan memperhitungkan
jarak = jari-jari kation + jari-jari anion
27
4.2.2 Faktor yang Mempengaruhi Energi Kisi
Pengaruh dari ukuran ion, semakin besar ukuran/jari-jari maka energi kisi akan
semakin kecil. Dalam satu golongan makin kebawah ukuran makin besar dan energi
kisi makin kecil
Pengaruh dari muatan ion dengan semakin besar muatan ion (Na + < Mg2+) maka
energi kisi akan semakin besar.
Keras
Kaku
Rapuh
28
4.4 Model Ikatan Kovalen
Jika kita membuka literatur kimia berupa hand book atau ensiklopedi maka akan
didapati sebagian besar senyawa kimia yang ada dialam berupa senyawa kovalen
Senyawa kovalen mengambil porsi terbesar dan yang utama dalam model ikatan
kimia antar unsur-unsur dialam
Dalam model ikatan kovalen, atom mencapai konfigurasi elektron kulit terluar penuh
(seperti gas mulia) namun elektron yang dipakai bersama dihitung secara keseluruhan
sebagai milik masing-masing
Pasangan elektron sunyi (tidak berikatan) adalah pasangan elektron yang tidak dipakai
bersama dalam ikatan
Orde ikatan menunjukkan jumlah pasangan elektron yang digunakan bersama antara
dua atom yang berikatan
29
30
4.4.3 Hubungan Orde Ikatan, Panjang Ikatan dan Energi Ikatan
31
4.4.5 Sifat Ikatan Kovalen 2
Dicetuskan pertama kali oleh Linus Pauling dan menelurkan skala elektronegatifitas
(EN) dari unsur dalam tabel periodik
Gambaran Umum: Kita bisa memperkirakan energi ikatan H – F akan memiliki nilai
diantara energi H – H (432 kJ/mol) dan F – F (159 kJ/mol). Namun ternyata nilai
energi ikatan H – F sebesar 565 kJ/mol
Pauling menduga besarnya energi ini karena ada kontribusi elektrostatik dalam ikatan
tsb.
Jika F menarik elektron lebih banyak kearahnya, maka pemakaian bersama yang tidak
seimbang ini memicu timbulnya muatan parsial negatif pada F dan positif pada H.
Beda muatan ini kemudian menimbulkan gaya tarik elektrostatik sehingga ikatan H –
F lebih besar energinya dari yang diperkirakan
32
Elektronegatifitas dan Polaritas Ikatan
33
Elektronegatifitas dan Bilangan Oksidasi
Atom yang lebih elektronegatif mendapatkan semua elektron sharing dan atom yang
kurang elektronegatif dihitung nol
Tiap-tiap atom dalam ikatan masing-masing dihitung semua elektron tak berikatannya
sendiri-sendiri
Contoh HCl memiliki elektron valensi 7 dan elektron share 2 sehingga biloksnya = 7
– 8 = -1. sedangkan H dihitung biloks = 1 – 0 = 1
Pada posisi ini ikatan bersifat polar dan digambarkan dengan dua cara:
Didunia nyata, ikatan kimia tidak dapat sepenuhnya dikatakan ionik atau kovalen,
seringkali lebih cocok menggunakan istilah seberapa ionik atau seberapa kovalen!
Semakin besar EN akan semakin besar muatan parsial dan semakin besar pula
karakter ionik parsial
LiF memiliki EN = 4,0 – 1,0 = 3,0; HF memiliki EN = 4,0 – 2,1 = 1,9; F2 memiliki
EN = 0. sehingga dapat disimpulkan LiF lebih berkarakter ionik dibandingkan HF
yang juga lebih berkarakter ionik dibandingkan F2.
34
Skala Karakter Ionik Parsial
35
Ikatan Logam
36
Sifat Konduktifitas Padatan
Bab V
BENTUK MOLEKUL
5.1 Struktur Lewis
Struktur Lewis adalah diagram yang menunjukkan ikatan-ikatan antar atom dalam
suatu molekul. Struktur Lewis digunakan untuk menggambarkan ikatan kovalen dan ikatan
kovalen koordinat.Dalam penyusunan struktur Lewis untuk suatu atom atau unsur, kita dapat
menuliskan simbol titik pada sekeliling atom yang menggambarkanmasing-masing atom dan
juga atom-atom disekelilingnya secara duadimensi. Tiap titik akan mewakili satu elektron
yang terdapat pada kulit valensi atom tersebut[].
b. Ikatan rangkap
Dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut;
1. Tempatkan atom relatif terhadap atom lain, atom dengan nomor golongan lebih
rendah berada ditengah, jika sama maka atom dengan periode lebih tinggi karena atom yang
kurang eleltronegatif diposisikan pada pusat/tengah.
2. Tentukan jumlah total elektron valensi yang ada.
3. Buat garis ikatan tunggal dari atom pusat ke seluruh atom sekelilingnya.
4. Distribusikan elektron tersisa sedemikian sehingga semua atom memiliki elektron
valensi delapan (oktet).
5. jika atom pusat masih belum memiliki 8 elektron valensi, ubah pasangan elektron
sunyi pada atom sekitar menjadi satu ikatan lagi
b.1 Contoh
C2H4
(a) (b)
38
c. Resonansi
Seringkali terjadi satu ikatan rangkap bersebelahan dengan ikatan tunggal dan
membentuk 2 struktur Lewis yang identik.Misal pada senyawa O3 (ozon)Struktur I dan II
adalah identik.
Faktanya kedua struktur ini tidak ada yang benar karena panjang ikatan dua ikatan O
ternyata memiliki nilai diantara panjang O – O dan O=O.Struktur sebenarnya lebih cocok
disebut dengan hibrid resonansi yaitu bentuk rata-rata keduanya Contoh senyawa lainnya
adalah benzen C6H6 dan ion karbonat CO32-
gambar dari 03
d. Muatan Formal
Pada uraian diatas resonansi dua senyawa identik terjadi ketika senyawa tsb simetris
dan tidak bisa dibedakan namun jika senyawa asimetris maka salah satu resonansi lebih
disukai dengan melihat muatan formal masing-masing atom
1. Muatan formal kecil (positif atau negatif) lebih disukai daripada besar
2. Muatan sama yang bersebelahan tidak disukai (gaya tolak)
3. Muatan formal dengan nilai lebih negatif harus diposisikan ada pada atom yang
elektronegatif
39
5.4.2 Molekul dengan elektron ganjil (odd electron)
Molekul dengan elektron ganjil (odd electron). Beberapa molekul memiliki jumlah
elektron ganjil sehingga tidak memungkinkan mencapai 8 elektron.Adanya elektron yang
tidak berpasangan dan tidak berikatan, spesies ini disebut radikal bebas, misal pada NO 2.
Senyawa ini berikatan dengan sesamanya membentuk N2O4 dengan elektron valensi 8.
40
Struktur Lewis H2SO4
41
5.5.2 Bentuk Molekul dengan tiga pasangan elektron
Tiga pasangan elektron memberikan gaya tolak menolak satu sama lainnya menuju
sudut seperti segitiga sama sisi dengan sudut ikatan 120˚. Adanya elektron bebasdapat
mempengaruhi besarsudut ikatan, menjadi lebih kecil atau lebih besar, tergantung kepada
banyaknya pasangan elektron yang dimiliki molekul tersebut dan posisi dari pasangan
elektron bebas tersebut. Adanya ikatan rangkap juga mempengaruhi bentuk molekulnya.
42
5.5.4 Bentuk Molekul dengan 5 pasangan elektron
Lima pasangan elektron disekitar atom pusat akanmembentuk Bipiramida Trigonal.
Molekul ini mempunyai 2 posisi PEI disekitarnya dan memiliki dua sudut ikatan ideal, yaitu
120o dan 90o.
43
BAB VI
TERMODINAMIKA ENTALPI
6.1 Konsep dasar Termodinamika entropi
Entropi adalah salah satu besaran termodinamika yang mengukur energi dalam sistem
per satuan temperatur yang tak dapat digunakan untuk melakukan usaha. Mungkin
manifestasi yang paling umum dari entropi adalah (mengikuti hukum termodinamika),
entropi dari sebuah sistem tertutup selalu naik dan pada kondisi transfer panas, energi panas
berpindah dari komponen yang bersuhu lebih tinggi ke komponen yang bersuhu lebih rendah.
Pada suatu sistem yang panasnya terisolasi, entropi hanya berjalan satu arah (bukan proses
reversibel/bolak-balik). Entropi suatu sistem perlu diukur untuk menentukan bahwa energi
tidak dapat dipakai untuk melakukan usaha pada proses-proses termodinamika. Proses-proses
ini hanya bisa dilakukan oleh energi yang sudah diubah bentuknya, dan ketika energi diubah
menjadi kerja/usaha, maka secara teoritis mempunyai efisiensi maksimum tertentu. Selama
kerja/usaha tersebut, entropi akan terkumpul pada sistem, yang lalu terdisipasi dalam bentuk
panas buangan.
44
6.2 Memperkirakan Nilai So Relatif Sistem
Berdasarkan pengamatan level molekuler kita bisa memperkirakan entropi zat akibat
pengaruh
1. Perubahan temperatur
2. Keadaan fisik dan perubahan fasa
3. Pelarutan solid atau liquid
4. Pelarutan gas
5. Ukuran atom atau kompleksitas molekul
a. Perubahan suhu
So meningkat seiring dengan kenaikan temperatur
Untuk zat tertentu So meningkat manakala perubahan zat dari solid ke liquid ke gas.
Na H2O C(grafit)
d. Pelarutan Gas
Gas begitu tidak teratur dan akan menjadi lebih teratur saat dilarutkan dalam liquid atau
solid Entropi larutan gas dalam liquid atau solid selalu lebih kecil dibanding gas murni Saat
O2 (Sog = 205,0J/mol K) dilarutkan dalam air, entropi turun drastis (Soaq = 110,9 J/mol K).
45
e. Ukuran Atom atau Kompleksitas molekul
Perbedaan entropi zat dengan fasa sama tergantung pada ukuran atom dan komplesitas
molekul
Li Na K Rb Cs
Untuk senyawa, entropi meningkat seiring dengan kompleksitas kimia yaitu dengan
semakin banyaknya jumlah atom dalam molekul Hal ini berlaku untuk senyawa ionik dan
kovalen
NO NO2 N2O4
Kecenderungan ini didasarkan atas variasi gerakan yang dapat dilakukan molekul.
6.3 EntropiStandarReaksiSorxn
m dan n adalah jumlah individual spesies diwakili oleh koefisien reaksi.Jika ammonia
terbentuk dari komponennya, 4 mol gas menghasilkan 2 mol gas karena gas memiliki entropi
molar tinggi, terlihatentropi produk kurang dari reaktan sehingga entropiturun selama reaksi
contoh;
Hk kedua menyatakan penurunan entropi system hanya dapat terjadi jika entropi lingkungan
meningkat melebihinya.Peran penting lingkungan adalah dalam member panas ke sistem atau
mengambilnya dari sistem (lingk dapat berperan sebagai source or heat sink). Pada perubahan
eksotermik, panas yang dilepas sistem, diserap oleh lingkungan ini menyebabkan gerak
random partikel dilingkungan meningkat sehingga entropi meningkat qsis< 0, qsurr> 0,
Ssurr>0. Pada perubahan endotermik, system menyerap panas dan lingkungan melepas
panas, sehingga entropi lingkungan menurun, qsis> 0, qsurr< 0, Ssurr< 0. Perubahan entropi
lingkungan berbanding lurus dengan perubahan panas system dan berbanding terbalik dengan
temperature lingkungan sebelum transfer panas
46
Kombinasinya menghasilkan
Ssurr = -qsis/T
Ssurr = -Hsis/T
Kita dapat menghitung Ssurr dengan mengukur Hsis dan temperature ketika
perubahan terjadi
6.4 PerubahanEntropidanKeadaanKesetimbangan
Saat kesetimbangan tercapai, proses reaksi berlangsung spontan baik arah maju maupun balik
6.6 EksotermikdanEndotermikSpontan
ReaksiEksotermik
ReaksiEndotermik
47
BAB VII
KINETIKA KIMIA
7.1 Laju Dan Mekanisme Dalam Reaksi Kimia
Pendahuluan
Perubahan kimia secara sederhana ditulis dalam persamaan reaksi dengan koefisien
seimbang
Kinetika kimia adalah studi tentang laju reaksi, perubahan konsentrasi reaktan (atau
produk) sebagai fungsi dari waktu
Reaksi dapat berlangsung dengan laju yang bervariasi, ada yang serta merta, perlu
cukup waktu (pembakaran) atau waktu yang sangat lama seperti penuaan,
pembentukan batubara dan beberapa reaksi peluruhan radioaktif
Temperatur: molekul harus bertumbukan dengan energi yang cukup untuk bereaksi
Perubahan posisi x2 x1 x
Laju Gerak
Perubahan waktu t 2 t1 t
48
A B
Laju
t t
Perubahan konsentrasi A
Laju reaksi
Perubahan waktu
Konst A 2 Konst A1 (Konst A)
t 2 t1 t
Konsentrasi O3
Waktu (s)
(mol/L)
49
Plot Konsentrasi vs Waktu
Soal Latihan
Karena menghasilkan produk gas non polusi, hidrogen sebagai bahan bakar roket dan
sumber energi masa depan:
1. Tuliskan laju reaksi ini dalam suku perubahan [H2], [O2] dan [H2O] terhadap waktu
2. Saat O2 turun pada 0,23 mol/L.s berapa kenaikan terbentuknya H2O?
50
7.6 Persamaan Laju dan komponennya
o aA + bB + ... cC + dD + ...
o Laju = k[A]m[B]n
Konstanta proporsionalitas k disebut juga konstanta laju dan karakteristik untuk reaksi
pada suhu tertentu serta tidak berubah saat reaksi terjadi
m dan n disebut orde reaksi didefinisikan sejauhmana laju reaksi dipengaruhi oleh
konsentrasi masing-masing reaktan
Komponen persamaan laju: laju, orde reaksi dan konstanta laju harus ditentukan
berdasarkan eksperimen bukan berdasarkan persamaan stoikiometris yang seimbang
Metoda Spektrometri
Metoda Konduktometri
Metoda Manometri
Reaksi dikatakan orde satu terhadap NO dan orde satu terhadap O 3 dan secara overall
reaksi berorde dua
51
o Laju = k[O2]m[NO]n
Untuk menentukan orde reaksi kita harus melakukan serangkaian eksperimen masing-
masing dimulai dengan satu set konsentrasi reaktan yang berbeda-beda dan dari
masing-masing akan diperoleh laju awal
O2 NO
Soal Latihan
o Laju = k[NO2]m[CO]n
Eksperimen Laju awal (mol/L.s) [NO2] awal (mol/L) [CO] awal (mol/L)
52
Persamaan laju Integral Perubahan Konsentrasi terhadap waktu
Misal reaksi A B
A
Laju atau Laju k A
t
A A
k A maka ln 0 kt
t At
Reaksi orde satu {laju k A } : lnA0 lnAt kt
A
Untuk reaksi orde dua laju k A
2
t
1 1
kt Reaksi orde dua laju k[A]2
At A0
Soal Latihan
Siklobutana (C4H8) terdekomposisi pada 1000oC menjadi dua molekul etilen (C2H4)
dengan konstanta laju reaksi orde satu 87 s-1
53
lnAt kt lnA0
1 1
kt
At A0
54
7.9 Pengaruh Temperatur Terhadap Laju Reaksi
Persamaan Arrhenius
k Ae Ea / RT
Ea 1
ln k ln A
R T
Ea 1
ln k 2 ln A
R T2
Ea 1
ln k1 ln A
R T1
k2 Ea 1 1
ln
k1 R T2 T1
ln At kt ln A0
1 1
kt
At A0
55
7.11 Diagram Tingkat Energi
56
Diagram Energi dan Keadaan Transisi 3 Jenis Reaksi
57
Diagram Energi Reaksi Katalisis dan Non Katalisis
BAB VIII
Kesetimbangan dinamis adalah keadaan dimana dua proses yang berlawanan terjadi dengan
laju yang sama, akibatnya tidak terjadi perubahan bersih dalam sistem pada kesetimbangan
Pelarutan padatan, sampai pada titik laju padatan yang terlarut sama dengan padatan yang
mengendap saat konsentrasi larutan jenuh (tidak ada perubahan konsentrasi)
58
8.1 Keadaan pada Kesetimbangan Kimia
Percobaan dimulai dengan pereaksi HI murni dan juga tidak ada reaksi bersih
Percobaan dimulai dengan pereaksi HI murni dan juga tidak ada reaksi bersih
59
Setelah mencapai 0,00234 mol jumlah HI berhenti meningkat
Percobaan dimulai dengan pereaksi HI murni dan juga tidak ada reaksi bersih
Dari tiga percobaan diatas didapat suatu hubungan yang menunjuk pada angka
[ HI ]2
Kc 50,2 pada 445 O C
[ H 2 ][ I 2 ]
numeris tertentu
Tiga percobaan tidak cukup untuk menetapkan nilai tetapan diatas, tetapi dari percobaan
yang berulang-ulang pada 445oC akan memberikan hasil yang sama
aA + bB + … gG + hH + …
[G ] g [ H ]h ...
Kc
[ A]a [ B ]b ...
Pembilang adalah hasil kali konsentrasi spesies-spesies yang ditulis disebelah kanan
persamaan ([G], [H] …) masing-masing konsentrasi dipangkatkan dengan koefisien dalam
persamaan reaksi yang setara (g, h …). Penyebut adalah hasil kali konsentrasi spesies-
spesies yang ditulis disebelah kiri persamaan ([A]. [B] ..) juga setiap konsentrasi
dipangkatkan dengan koefisien reaksinya (a, b, …). Nilai numerik tetapan kesetimbangan Kc
sangat tergantung pada jenis reaksi dan suhu.
60
[ SO3 ]2
K c (a) 2
2,8 x 10 2 pada 1000 K
[ SO2 ] [O2 ]
[ SO2 ]2 [O2 ]
K c (b) ?
[ SO3 ]2
[ SO3 ]
K c (c ) ?
[ SO2 ][O2 ]1/ 2
SO2(g) + ½ O2(g) SO3(g) Kc(c) = ?
8.5 Ikhtisar
Persamaan apapun yang digunakan untuk Kc harus sesuai dengan reaksi kimianya
yang setara
Jika persamaannya dibalik, nilai Kc dibalik yaitu persamaan yang baru kebalikan
dari persamaan aslinya
Jika koefisien dalam persamaan setara dikalikan dengan faktor yang sama, tetapan
kesetimbangan yang baru adalah akar berpangkat faktor tersebut didapat tetapan
kesetimbangan yang lama
Soal Latihan
Untuk reaksi NH3 ↔ ½ N2 + 3/2 H2 Kc = 5,2 x 10-5 pada 298 K. Berapakah nilai
Kc pada 298 K untuk reaksi N2 + 3H2 ↔ 2NH3
Jika diketahui:
Bagaimana Kc reaksi:
61
N2O(g) + ½ O2(g) 2NO(g) Kc = ?
[ NO ]2 [ N 2 ][O2 ]1/ 2 [ NO ]2
x K c (net )
[ N 2 ][O2 ] [ N 2O] [ N 2O][O2 ]1/ 2
K c (bersih) K c (1) x K c (2) 4,1 x 10 31 x 4,2 x 1017 1,7 x 10 13
Tetapan kesetimbangan untuk reaksi bersih adalah hasil kali tetapan kesetimbangan
untuk reaksi-reaksi terpisah yang digabungkan
[ SO3 ]2
Kc
[ SO2 ]2 [O2 ]
2SO2(g) + O2(g) 2SO3(g) Kc = 2,8 x 102 pd 1000 K
( PSO3 / RT ) 2 ( PSO3 ) 2
Kc x RT
( PSO2 / RT ) 2 ( PO2 / RT ) ( PSO2 ) 2 ( PO2 )
diperoleh rumus;
62
Kc
K c K p x RT dan Kp K c ( RT ) 1
RT
Terlihat ada hubungan antara Kc dan Kp yaitu:
Dimana n adalah selisih koefisien stoikiometri dari gas hasil reaksi dan gas pereaksi
yaitu n = (g+h+…) – (a+b+…) dalam persamaan diatas kita lihat bahwa n = -1
Soal Latihan
Reaksi 2A(g) + B(g) C(g) dibiarkan mencapai kesetimbangan. Jumlah awal dari
pereaksi yang ada dalam wadah 1,80 L ialah 1,18 mol A dan 0,78 mol B. pada
kesetimbangan jumlah mol A adalah 0,94 mol, berapa nilai Kc reaksi ini? (0,77)
(1,2x10-3) (5,55x105)
8.8 Ksetimbangan yang melibatkan cairan dan padatan murni (Reaksi Heterogen)
Atas dasar ini walaupun ikut bereaksi tapi karena tidak berubah, maka padatan murni
dan cairan murni tidak diperhitungkan dalam persamaan tetapan kesetimbangan.
[CO ][ H 2 ]
Kc
C(p) + H2O(g) CO(g) + [ H 2O ] H2(g)
Kp = PCO2 Kp = Kc(RT)
63
Latihan
Tekanan uap air pada 25oC ialah 23,8 mmHg. Tuliskan Kp penguapan air dalam
satuan atm. Berapa nilai Kc untuk proses penguapan ini! (Kp = 0,0313 Kc = 1,28x10-
3
)
Nilai numeris Kc atau Kp yang sangat besar menandakan bahwa reaksi berjalan ke
kanan sebagaimana dituliskan, berlangsung sempurna atau mendekati sempurna
Nilai numeris Kc atau Kp yang sangat kecil menyatakan bahwa reaksi ke kanan
sebagaimana dituliskan tidak berlangsung besar-besaran
Pada setiap saat selama berlangsungnya reaksi dapat dirumuskan nisbah konsentrasi-
konsentrasi yang bentuknya sama dengan rumus tetapan kesetimbangan. Nisbah ini
[G ] g [ H ]h ...
Q
[ A]a [ B]b ...
disebut kuosien reaksi
64
8.11 Kuosien dan tetapan kesetimbangan
Soal Latihan
Usaha untuk mengubah suhu, tekanan atau konsentrasi pereaksi dalam suatu sistem
dalam keadaan setimbang merangsang terjadinya reaksi yang mengembalikan
kesetimbangan pada sistem tersebut
65
8.13 Pengaruh perubahan Jumlah spesies yang bereaksi
Jika tekanan pada campuran kesetimbangan yang melibatkan gas ditingkatkan reaksi
bersih akan berlangsung kearah yang mempunyai jumlah mol gas lebih kecil
begitupun sebaliknya
66
8.15 Pengaruh Gas Lembam (inert)
Pengaruh tidaknya gas lembam tergantung pada cara melibatkan gas tersebut
Jika sejumlah gas helium ditambahkan pada keadaan volume tetap, tekanan akan
meningkat, sehingga tekanan gas total akan meningkat. Tetapi tekanan parsial gas-gas
dalam kesetimbangan tetap
Jika gas ditambahkan pada tekanan tetap, maka volume akan bertambah. Pengaruhnya
akan sama dengan peningkatan volume akibat penambahan tekanan eksternal.
Soal Latihan
Sebanyak 0,100 mol I2(g) dimasukkan kedalam ruang hampa sebesar 1,00 L pada suhu
1200oC, 5% dari senyawa tersebut mengurai menjadi atom-atom I. Untuk reaksi I2(g)
2I(g). Berapakah nilai Kc dan Kp! (Kc=1,1x10-2 Kp=1,3)
Sebanyak 1,00 g PCl5 dimasukkan kedalam wadah 250 mL, kemudian dipanaskan
sampai 250oC, dimana disosiasi PCl5 dibiarkan mencapai kesetimbangan PCl 5(g)
PCl3(g) + Cl2(g). Banyaknya Cl2 yang berada dalam kesetimbangan diketahui 0,25 g.
Berapa nilai Kc untuk reaksi tersebut! (3,8x10-2)
Sebanyak 0,100 mol H2 dan 0,100 mol I2 dimasukkan kedalam wadah 1,50 L dan
campuran ini dibiarkan mencapai kesetimbangan pada suhu 445 oC. Berapakah mol I2
yang ada pada waktu kesetimbangan tercapai? (2x10-3 mol I2)
67
8.17 Pengaruh Suhu pada Kesetimbangan
H o 1
log K tetapan
2,303 R T
Hubungan pada tabel tersebut dapat dituliskan dengan:
Dan jika ada dua keadaan yang berbeda kita dapat menghubungkan dengan
modifikasi sederhana hingga diperoleh:
K2 H o T2 T1
log
K1 2,303 R T2T1
Keterangan
K2 dan K1 adalah tetapan kesetimbangan pada suhu kelvin T 2 dan T1. ∆Ho adalah
entalpi (kalor) molar standar dari reaksi. Nilai positif dan negatif untuk parameter ini
dimungkinkan dan diperlukan asumsi bahwa ∆Ho tidak tergantung pada suhu
Menurut prinsip Le Chatelier, jika ∆Ho > 0 (endoterm) reaksi kedepan terjadi jika
suhu ditingkatkan, menyiratkan bahwa nilai K meningkat dengan suhu. Jika ∆Ho < 0
68
(eksoterm) reaksi kebalikan terjadi jika suhu ditingkatkan dan nilai K menurun
dengan suhu
Soal Latihan
Untuk reaksi N2O4(g) 2NO2(g), ∆Ho = +61,5 kJ/mol dan Kp = 0,113 pada 298K
Katalis dalam reaksi dapat balik dapat mempercepat reaksi baik kekanan atau kekiri.
Keadaan kesetimbangan tercapai lebih cepat tetapi tidak mengubah jumlah
kesetimbangan dari spesies-spesies yang bereaksi.
Peranan katalis adalah mengubah mekanisme reaksi agar tercapai energi aktivasi yang
lebih rendah.
BAB IX
Hampir semua gas, cairan dan padatan yang ada dimuka bumi terdiri dari campuran
berbagai senyawa. Campuran secara fisik dicirikan oleh komposisinya yang bervariasi dan
masing-masing komponen masih mempertahankan sifat individualnya. Ada 2 jenis campuran
yang umum yaitu larutan dan koloid Sebagai contoh gula dicampur dengan air. Jika
campuran bersifat homogen maka terlihat serba sama pada seluruh bagian campuran, yaitu
cair. Pada keadaan itu campuran disebut larutan. Larutan adalah campuran homogen dimana
masing-masing komponennya tidak terbedakan dan berada dalam satu fasa. Di sisi lain, jika
campuran bersifat heterogen maka campuran akan terlihat dua fase yang berbeda, yaitu cair
dan padat. Koloid adalah campuran heterogen dimana satu komponen terdispersi sebagai
69
partikel halus pada komponen lainnya Dalam larutan, partikel-partikel adalah individual
atom, ion atau molekul sedangkan dalam koloid partikel-partikel adalah makromolekul atau
agregasi dari molekul kecil yang tidak cukup besar untuk mengendap.
9.1 Larutan
Biasanya larutan didefinisikan dengan adanya solut (zat terlarut) dan solven (pelarut).
Solven adalah komponen yang jauh lebih banyak dibanding solute. Pada beberapa kasus
istilah bercampur (miscible) digunakan untuk larutan yang terbentuk pada berbagai proporsi
(tidak harus solvennya banyak). Kelarutan (S) adalah jumlah maksimum solut yang terlarut
pada solven dan suhu tertentu. Solut yang berbeda akan memiliki kelarutan berbeda,
misalnya: S NaCl = 39,12 g/100 mL air pada 100o C sedangkan S AgCl = 0,0021 g/100 mL
air pada 100o C. Istilah larutan encer dan pekat juga menunjukkan jumlah relatif solut namun
secara kualitatif.
Pengamatan ilmiah menunjukkan bahwa ada kecenderungan like dissolves like dalam
kelarutan solut dalam solven. Air mampu melarutkan garam karena gaya ion-dipole sama
kuat dengan gaya ion-ion yang ada pada garam sehingga mampu menggantikannya. Minyak
tidak dapat larut dalam air karena gaya dipole-dipole terinduksi yang lemah tidak dapat
menggantikan gaya dipole-dipole (ikatan-H) pada air sehingga minyak tidak dapat
menggantikan molekul air. Larutan yang memenuhi like dissolves like mensyaratkan adanya
kesetaraan kekuatan gaya untuk dapat mengatasi gaya dalam solven dan solut. Berikut
beberapa contoh kelarutan alkohol dalam air dan garam (gambar 1).
70
Contoh:
Perkirakan solven yang mana akan melarutkan lebih baik untuk solut berikut
Jawab:
1. NaCl dalam methanol. Ini diikarenakan pada pelarutan NaCl, gaya dipole-dipolenya
methanol lebih kuat dibanding propanol.
2. Etilen Glikol dalam heksan. Ini dikarenakan pada pelarutan etilen glikol, gaya dipole-
dipolenya heksan lebih kuat dibanding air.
3. Dietil eter dalam etanol. Ini dikarenakan pada pelarutan dietil eter, gaya dipole-dipolenya
etanol lebih kuat dibanding air.
Sabun dan detergen memiliki gugus hidrofob berupa rantai lurus alkil. Misalnya, sabun
natrium stearat (gambar 2), memiliki rantai alkil -C16H33 dan bagian hidrofilnya ion natrium.
Detergen dengan bahan aktif LABS (linear alkil benzene sulfonat) memiliki gugus hidrofob
rantai lurus alkil dan bagian hidrofilnya gugus sulfonat. Rantai lurus ini sering disebut
sebagai bagian ekor yang tidak suka sama air, sedangkan bagian hidrofilnya sering disebut
sebagai bagian kepala, yang suka air. Pada saat mencuci pakaian menggunakan detergen,
noda lemak akan tertarik pada bagian ekornya yang bersifat hidrofob dan larut dalam air. Hal
tersebut dikarenakan bagian kepalanya tertarik molekul air yang bersifat hidrofil.
71
9.4 Larutan Gas-Liquid
Gas-gas yang bersifat non polar seperti N2 atau hampir non polar seperti NO memiliki
titik didih rendah karena gaya antar molekulnya yang lemah. Hal ini menyebabkannya tidak
larut dalam air dan titik didihnya berkorelasi dengan kelarutan dalam air tersebut. Gas non
polar sebagian besar memiliki nilai kelarutan kecil, kecuali jika gas ini berinteraksi kimia
dengan solven, seperti O2 dalam darah atau CO2 dalam air (membentuk HCO3-). Berikut
korelasi antara titik didih dan kelarutan dalam air dari beberapa jenis gas (tabel 1).
Gas dan korelasi antara titik didih dan kelarutan dalam air
Dalam kelarutan, ada 3 tahapan agar suatu zat dapat larut, yaitu:
2. Beberapa partikel solven harus terpisah untuk memberi ruang bagi partikel solut
Energi akan diserap saat terjadi pemisahan partikel sebaliknya energi akan dilepas ketika
partikel bergabung dan tertarik satu sama lain. Dari hal-hal yang disebutkan di atas,
kesimpulannya bahwa dalam pelarutan akan disertai perubahan entalpi.
72
Perubahan entalpi pelarutan terbagi 3 kondisi, yaitu:
Dari 3 kondisi di atas, didapatkan bahwa perubahan entalpi total pelarutan (ΔHlar) adalah
jumlah seluruh entalpi yang ada yaitu:
Contoh:
Dari informasi berikut, perkirakan kelarutan tiap-tiap senyawa akankah naik atau turun
dengan meningkatnya suhu
73
Jawab:
1. Seiring meningkatnya suhu kelarutannya naik. Ini dikarenakan harga entalpi larutan
bernilai negatif atau terjadinya suhu turun.
2. Seiring meningkatnya suhu kelarutannya turun. Ini dikarenakan larutan menjadi dingin
atau harga entaplpinya positif.
3. Seiring meningkatnya suhu kelarutannya turun. Ini dikarenakan harga entalpi larutan
bernilai positif.
Jika solut berupa solid atau liquid maka ΔHsolut > 0 karena dibutuhkan energi untuk
membuat partikel terpisah, tetapi pada gas energi ini tidak diperlukan karena gas sudah
terpisah satu sama lain sehingga ΔHsolut gas = 0 dan ΔHlar selalu < 0.Dalam kaitan ini
kelarutan gas akan menurun drastis jika temperatur meningkat.
Pada hukum dinyatakan bahwa “Kelarutan suatu gas (Sgas) berbanding lurus dengan
tekanan parsial gas (Pgas) diatas larutan”. Dari pernyataan tersebut didapat rumus:
Sgas = kH x Pgas
Dimana kH adalah konstanta Henry dan memiliki nilai tertentu untuk kombinasi gas-
solven pada T tertentu. Unit Sgas adalah mol/L dan Pgas adalah atm maka unit kH adalah
mol/L . atm.
Latihan
1. Tekanan parsial gas CO2 didalam botol cola adalah 4 atm pada 25 o C. Berapa kelarutan
CO2?
Diketahui: Konstanta Henry CO2 terlarut dalam air = 3,3 x 10-2 mol/L atm pada 25o C
74
2. Berapa kelarutan N2 di air pada 25o C dan 1 atm jika udara mengandung 78% N2
(volume)? kH N2 dalam air pada 25o C adalah 7 x 10-4 mol/L atm
Jawab:
2. S N2 = kH N2 * P N2
9.8 Konsentrasi
a. Molaritas [M]
Molaritas menyatakan banyaknya mol zat terlarut di dalam setiap 1 liter larutan. Satuan
konsentrasi molar atau molaritas dinyatakan dalam mol dm -3 atau mol L-1 dan diberi lambang
M. n adalah jumlah mol solut satuannya mol. v adalah volum larutan satuannya liter. Rumus
mencari molaritas, yaitu:
n
M
v
75
b. Molalitas [m]
Molalitas menyatakan banyaknya mol solut di dalam setiap 1000 gram solven. Satuan
maolalitas adalah molal atau m. n adalah jumlah mol zat solut satuannya mol. p adalah massa
solven satuannya gram. Rumus mencari molalitas, yaitu:
1000
Mnx
p
Fraksi mol suatu zat di dalam larutab menyatakan perbandingan banyaknya mol dari zat
tersebut terhadap jumlah mol seluruh komponen larutan. Bila nA mol zat A bercampur dengan
nB mol zat B, maka fraksi mol zat A (XA) dan fraksi mol zat B (XB) dinyatakan dengan:
nA nB
XA dan X A
nA nB nA nB
Dimana jumlah fraksi mol dari seluruh komponen dalam campuran adalah 1.
Contoh:
1. Berapa molalitas larutan yang dibuat dengan melarutkan 32 g CaCl 2 dalam 271 g air?
2. Berapa gram glukosa (C6H12O6) yang harus dilarutkan dalam 563 g etanol (C 2H5OH)
untuk membuat larutan dengan konsentrasi 2,40 x 10-2 m?
Jawab:
32
n mol 0,29 mol
110
p 271 gram
1000
m 0,29 x 1,07 molal
271
76
2. Mr C6H12O6 = 180. Sehingga:
2,40x10 -2 m
n 0,007 mol
1000
271
x 0,007 *180 1,26 gram
Sifat kolegatif larutan adalah sifat larutan yang hanya dipengaruhi oleh jumlah
partikel zat terlarut di dalam larutan, dan tidak dipengaruhi oleh sifat dari zat terlarut. Ada 4
sifat larutan yang sangat dipengaruhi oleh kuantitas solut dalam larutan atau disebut 4 sifat
koligatif (kolektif). Awal mulanya sifat koligatif digunakan untuk melihat pengaruh solut
elektrolit dan non elektrolit terhadap sifat larutan. Keempat sifat itu adalah penurunan
tekanan uap, kenaikan titik didih, penurunan titik beku dan tekanan osmotik.
Hukum Raoult menyatakan bahwa “besarnya tekanan uap larutan sebanding dengan
fraksi mol pelarut dan tekanan uap dari pelarut murninya”. Untuk solut dengan karakter
non volatil dan non elektrolit seperti gula, solut ini tidak terdisosiasi dan tidak menguap.
Tekanan uap pelarut murni lebih besar dari larutan karena pada yang murni kecenderungan
uap memicu entropi besar. Sedangkan pada larutan dengan solut entropi besar sudah ada
dalam larutan sehingga penguapan menjadi berkurang. Rumus Hukum Raoult, yaitu:
ΔP=Posolven x Xsolut
Hitung penurunan tekanan uap larutan 2 g aspirin (Mr: 180,15 g/mol) dalam 50 g metanol
pada 21,2oC. Metanol murni memiliki tekanan uap 101 torr pada suhu ini.
77
2 50
n aspirin mol n metanol
180,15 32,04
0,011 mol 1,56 mol
P P o X air
1,56
P 101
1,56 0,011
100,29 torr
Menurut Hukum Raolt, “besarnya kenaikan titik didih larutan sebanding dengan
hasil kali dari molalitas larutan (m) dan kenaikan titik didih molal (K b)”. Karena
tekanan uap larutan lebih rendah (turun) dibanding pelarut murni, maka konsekuensinya
larutan juga akan mendidih pada suhu yang lebih tinggi. Titik didih larutan adalah suhu
dimana tekanan uap sama dengan tekanan eksternal (1 atm).
Dimana m molalitas larutan dan Kb adalah konstanta kenaikan titik didih molal sehingga:
78
Contoh:
Sebanyak 9 gram glukosa dilarutkan dalam 100 gram air. Hitunglah titik didih larutan yang
terjadi, jika diketahui massa molekul relatif glukosa 180 dan tetapan kenaikan titik didih air
0,52o C/molal.
Jawab:
9
n glukosa mol 0,05 mol
180
p 100 gram
K b 0,52 o C/molal Tb Tb Δt b
O
Perbedaan titik beku akibat adanya partikel-partikel zat terlarut disebut penurunan titik
beku (Δf) Seperti halnya dalam penguapan hanya solven yang menguap, dalam pembekuan
juga hanya senyawa solven yang membeku. Titik beku larutan adalah suhu dimana tekanan
uap larutan sama dengan tekanan pelarut murni. Pada suhu ini solven beku dan larutan yang
masih mencair berada dalam kesetimbangan. Seperti halnya kenaikan titik didih, penurunan
titik beku pelarutan sebanding dengan hasil kali molaritas larutan dengan tetapan penurunan
titik beku pelarut (Kf). Persamaan penurunan titik beku, yaitu:
ΔTf ∞ m ΔTf = Kf × m
79
Contoh:
Sebanyak 6 gram urea dilarutkan ke dalam 200 gram air pada tekanan 1 atm. Bila tetapan
penurunan titik beku air (Kf air) = 1,86oC/molal dan Mr urea =60, hitunglah titik beku larutan.
Jawab:
6
n urea mol 0,1 mol
60
p 200 gram Tf larutan Tf Δt f
O
200
Tekanan osmotik didefinisikan sebagai tekanan yang harus diberikan untuk mencegah
pergerakan air dari solven ke larutan seperti pada (gambar 4). Tekanan ini berbanding lurus
dengan jumlah solut dalam volume larutan. Berikut persamaan tekanan osmosik:
π=MRT
M adalah konsentrasi osmotic satuannya atm. R adalah tetapan gas ideal bernilai 0,082 L
atau K-1 mol-1. T adalah suhu mutlak satuannya Kelvin (K).
Contoh:
Hitunglah tekanan osmotic larutan 3,6 glukosa yang terlarut di dalam 500 mL larutan pada
suhu 27oC (Mr glukosa = 180).
80
Jawab:
3,6
n glukosa mol 0,05 mol
180 π MRT
V 400 mL 0,5 liter 0,02/0,5 x 0,082 x 300 atm
T 27 273 K 300 K 0,984 atm
BAB X
ELEKTROKIMIA
10.1 Overview
• Konsep termodinamika tidak hanya berhubungan dengan mesin uap, atau transfer
energi berupa kalor dan kerja
• Dalam konteks kehidupan sehari-hari aplikasinya sangat luas mulai dari pemanfaatan
baterei untuk menjalankan hampir semua alat elektronik hingga pelapisan logam pada
permukaan logam lain
• Elektrokimia adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara perubahan (reaksi)
kimia dengan kerja listrik, biasanya melibatkan sel elektrokimia yang menerapkan
prinsip reaksi redoks dalam aplikasinya.
• Ada 2 jenis sel elektrokimia: (1) Sel yang melakukan kerja dengan melepaskan energi
dari reaksi spontan dan (2) sel yang melakukan kerja dengan menyerap energi dari
sumber listrik untuk menggerakkan reaksi non spontan
• Sel elektrokimia baik yang melepas atau menyerap energi selalu melibatkan
perpindahan elektron-elektron dari satu senyawa ke senyawa yang lain dalam suatu
reaksi oksidasi reduksi
• Oksidasi adalah hilangnya elektron sedangkan reduksi diperolehnya elektron
• Zat pengoksidasi adalah spesies yang melakukan oksidasi, mengambil elektron dari
zat yang teroksidasi
• Zat pereduksi adalah spesies yang melakukan reduksi memberikan elektron kepada
zat yang tereduksi
• Setelah reaksi zat teroksidasi memiliki bilangan oksidasi lebih tinggi sedangkan zat
tereduksi memiliki bilangan oksidasi lebih rendah
81
10.3 Menyeimbangkan Persamaan Redoks
• Bagi reaksi menjadi dua buah setengah reaksi masing-masing yang mengalami
oksidasi dan reduksi
• Seimbangkan atom dan muatan pada masing-masing reaksi
– Mula-mula atom selain O dan H, kemudian O lalu terakhir H
– Muatan diseimbangkan dengan menambah elektron (e) disebelah kiri untuk
setengah reaksi reduksi dan disebelah kanan untuk setengah reaksi oksidasi
• Kalikan masing2 setengah reaksi dengan bilangan bulat untuk menyeimbangkan
jumlah e yang diperoleh reduksi sama dengan elektron yang dilepas oksidasi
• Jumlahkan kedua buah setengah reaksi tersebut
• Periksa apakah atom dan muatan sudah seimbang
1. Mula-mula bagi reaksi menjadi dua buah setengah reaksi reduksi dan oksidasi
2. Seimbangkan atom dan muatan dimasing-masing setengah reaksi
a. Seimbangkan jumlah atom Cr
b. Seimbangkan O dengan menambahkan H2O
c. Seimbangkan H dengan menambahkan ion H+
d. Seimbangkan muatan dengan menambah elektron
e. Begitupun dengan setengah reaksi oksidasi
82
3. Kalikan masing-masing setengah reaksi agar jumlah e sama
4. Jumlahkan kedua buah setengah reaksi tersebut menjadi overall
5. Periksa jumlah atom dan muatan
• Untuk reaksi suasana basa setelah langkah ke4 tambahkan ion OH- dengan jumlah
sama dengan ion H+
Soal Latihan
• Permanganat bereaksi dalam larutan basa dengan ion oksalat membentuk ion karbonat
dan mangan dioksida padat seimbangkan reaksi redoks berikut:
MnO4-(aq) + C2O42-(aq) MnO2(s) + CO32-(aq)
• Sel Volta (sel galvani) memanfaatkan reaksi spontan (∆G < 0) untuk membangkitkan
energi listrik, selisih energi reaktan (tinggi) dengan produk (rendah) diubah menjadi
energi listrik. Sistem reaksi melakukan kerja terhadap lingkungan
• Sel Elektrolisa memanfaatkan energi listrik untuk menjalankan reaksi non spontan
(∆G > 0) lingkungan melakukan kerja terhadap sistem
• Kedua tipe sel menggunakan elektroda, yaitu zat yang menghantarkan listrik antara
sel dan lingkungan dan dicelupkan dalam elektrolit (campuran ion) yang terlibat
dalam reaksi atau yang membawa muatan
10.5 Elektroda
83
10.6 Sel Volta dan Sel Elektrolisa
84
10.6.2 Kontruksi dan Operasi Sel Volta
• Setengah sel oksidasi: anoda berupa batang logam Zn dicelupkan dalam ZnSO4
• Setengah sel reduksi: katoda berupa batang logam Cu dicelupkan dalam CuSO 4
• Terbentuk muatan relatif pada kedua elektroda dimana anoda bermuatan negatif dan
katoda bermuatan positif
• Kedua sel juga dihubungkan oleh jembatan garam yaitu tabung berbentuk U terbalik
berisi pasta elektrolit yang tidak bereaksi dengan sel redoks gunanya untuk
menyeimbangkan muatan ion (kation dan anion)
• Dimungkinkan menggunakan elektroda inaktif yang tidak ikut bereaksi dalam sel
volta ini misalnya grafit dan platinum
• Sel Volta dinotasikan dengan cara yang telah disepakati (untuk sel Zn/Cu 2+)
Zn(s)|Zn2+(aq)║Cu2+(aq)|Cu(s)
• Bagian anoda (setengah sel oksidasi) dituliskan disebelah kiri bagian katoda
• Garis lurus menunjukkan batas fasa yaitu adanya fasa yang berbeda (aqueous vs
solid) jika fasanya sama maka digunakan tanda koma
• Untuk elektroda yang tidak bereaksi ditulis dalam notasi diujung kiri dan ujung kanan
85
Soal Latihan
• Dalam satu bagian sel volta, batang grafit dicelupkan dalam larutan K 2Cr2O7 dan
Cr(NO3)3 (suasana asam). Pada bagian yang lain logam timah dicelupkan dalam
larutan Sn(NO3)2 jembatan garam menghubungkan kedua bagian. Elektroda timah
bermuatan negatif relatif terhadap grafit
• Gambarkan diagram sel, tuliskan persamaan reaksi seimbang dan notasi sel volta
tersebut
10.7 Potensial Sel
• Sel volta menjadikan perubahan energi bebas reaksi spontan menjadi energi listrik
• Energi listrik ini berbanding lurus dengan beda potensial antara kedua elektroda
(voltase) atau disebut juga potensial sel (Esel) atau gaya electromotive (emf)
• Untuk proses spontan Esel > 0, semakin positif Esel semakin banyak kerja yang bisa
dilakukan oleh sel
• Satuan yang dgunakan 1 V = 1 J/C
• Potensial sel sangat dipengaruhi oleh suhu dan konsentrasi, oleh karena itu potensial
sel standar diukur pada keadaan standar (298 K, 1 atm untuk gas, 1 M untuk larutan
dan padatan murni untuk solid)
10.8 Potensial Elektroda Standar
• Potensial elektroda standar adalah potensial yang terkait dengan setengah reaksi yang
ada (wadah elektroda)
• Menurut kesepakatan potensial elektroda standar selalu ditulis dalam setengah reaksi
reduksi
• Bentuk teroksidasi + ne bentuk tereduksi Eo1/2 sel
• Potensial elektroda standar seperti halnya besaran termodinamika dapat dibalik
dengan mengubah tandanya
• Eosel = Eokatoda - Eoanoda
• Ilmuwan telah menyepakati untuk memilih setengah reaksi rujukan dengan nilai 0
untuk reaksi:
2H+(aq, 1 M) + 2e H2(g, 1 atm) Eorujukan = 0
86
• Dengan nilai rujukan ini kita bisa menyusun sel volta yang menggunakan elektroda
hidrogen standar sebagai salah satu elektrodanya dan mengukur potensial sel dengan
alat ukur, kemudian kita dapat menentukan potensial elektroda standar banyak zat
secara luas
Latihan Soal
• Suatu sel volta memiliki reaksi antara larutan bromine dan logam Zn
Br2(aq) + Zn(s) Zn2+(aq) + 2Br-(aq) Eosel = 1,83 V
• Menurut konvensi semua setengah reaksi ditulis sebagai reaksi reduksi artinya semua
reaktan pengoksidasi dan semua produk pereduksi
• Nilai Eo yang diberikan adalah setengah reaksi tertulis, semakin positif nilainya
semakin besar kecenderungan reaksi tersebut terjadi
• Nilai Eo memiliki nilai yang sama tetapi berbeda tanda jika reaksinya kita balik
• Berdasarkan tabel semakin keatas semakin oksidator dan semakin kebawah semakin
reduktor
87
10.11 Reaksi redok Spontan
• Setiap reaksi redoks adalah jumlah dari kedua setengah reaksi, sehingga akan ada
reduktor dan oksidator ditiap-tiap sisi reaksi
• Berdasarkan tabel maka reaksi spontan (E osel> 0) akan terjadi antara oksidator (sisi
reaktan) dan reduktor (sisi produk) yang terletak dibawahnya
• Misal Cu2+ (kiri) dan Zn (kanan) bereaksi spontan dan Zn terletak dibawah Cu2+
88
Soal Latihan
• Kombinasikan setengah reaksi berikut menjadi 3 buah reaksi redoks spontan, hitung
Eosel untuk tiap-tiap reaksi dan urutkan kenaikan sifat oksidator dan sifat reduktor
senyawanya!
• Apakah reaksi berikut spontan
3Fe2+(aq) Fe(s) + 2Fe3+(aq)
Jika tidak, tulis reaksi spontannya, hitung Eosel dan urutkan ketiga spesies besi
berdasarkan penurunan kekuatan reduksinya!
• Logam yang dapat menggantikan H2 dari asam. Ambil salah satu logam, tuliskan
reaksi oksidasinya lalu jumlah untuk memperoleh E osel jika positif maka H2 akan
terlepas
• Logam yang tidak dapat menggantikan H2, dengan langkah yang sama, namun jika
hasilnya Eosel < 0, maka reaksi tidak spontan
• Logam yang dapat menggantikan H2 dari air, logam yang terletak dibawah reduksi
air
• Logam yang dapat menggantikan logam lain dari larutannya, yaitu logam yang
terletak dibagian bawah tabel dapat mereduksi logam yang terletak dibagian atas tabel
0,0592V
o
Esel log K
n
o
nEsel
log K
0,0592V
89
Soal latihan
• Saat logam kadmium mereduksi Cu2+ dalam larutan, terbentuk ion Cd2+ dan logam
Cu, jika ∆Go = -143 kJ, hitung K pada 25oC dan berapa potensial sel sel volta yang
menggunakan reaksi ini?
• Sejauh ini potensial sel standar diukur dari potensial setengah sel juga pada keadaan
standar sementara kebanyakan sel volta tidak beroperasi pada keadaan standarnya
• Berdasarkan persamaan yang telah diketahui:
∆G = ∆Go + RT ln Q sedangkan
-nFEsel = -nFEosel + RT ln Q
• Saat Q < 1 sehingga [reaktan] > [produk] maka Esel > Eosel
• Saat Q = 1 sehingga [reaktan] = [produk] maka Esel = Eosel
• Saat Q > 1 sehingga [reaktan] < [produk] maka Esel < Eosel
• Jika kita memasukkan nilai R dan T pada 298
Esel = Eosel – (0,0592 V/n) log Q (pada 25oC)
Soal latihan
• Seorang kimiawan menyusun sel volta yang terdiri dari elektroda Zn/Zn2+ dan H2/H+
pada kondisi [Zn2+] = 0,010 M, [H+] = 2,5 M dan Tekanan H2 = 0,30 atm, tentukan
Esel bila Eored Zn2+ / Zn = -0,76 V
• Perhatikan sel berdasarkan reaksi berikut
Fe(s) + Cu2+(aq) Fe2+(aq) + Cu(s)
Jika [Cu2+] = 0,30 M berapa [Fe2+] diperlukan untuk meningkatkan Esel 0,25 V diatas
Eosel pada 25oC?
90
10.16 Potensial Sel dan Hubungan antara Q dan K
91