Anda di halaman 1dari 91

BAB I

TEORI ATOM
1.1 Definisi Atom

Salah satu konsep ilmiah tertua adalah bahwa semua materi dapat dipecah menjadi zarah
(partikel) terkecil, dimana partikel-partikel itu tidak bisa dibagi lebih lanjut.

A : Tidak, Tomos : memotong. Dinamakan atom karena dianggap tidak dapat dipecah lagi

1.1.1 Teori Atom Dalton (1743 – 1844)

Pencetus teori atom modern.

Teorinya dilandasi oleh kejadian kimiawi dan data kuantitatif.

Teori Dalton ditunjang juga oleh 2 percobaan (oleh Lavoisier dan Prost) dan 2 hukum alam
(Kekekalan massa dan Perbandingan tetap)

1.1.2 Percobaan Lavoisier

Mula-mula tinggi cairan merkuri dalam wadah yang berisi udara adalah A, tetapi setelah
beberapa hari merkuri naik ke B dan ketinggian ini tetap. Beda tinggi A dan B menyatakan
volume udara yang digunakan oleh merkuri dalam pembentukan bubuk merah (merkuri
oksida). Untuk menguji fakta ini, Lavoisier mengumpulkan merkuri oksida, kemudian
dipanaskan lagi. Bubuk merah ini akan terurai menjadi cairan merkuri dan sejumlah volume
gas (oksigen) yang jumlahnya sama dengan udara yang dibutuhkan dalam percobaan
pertama.

1.1.3 Hukum Kekekalan Massa

Massa bahan keseluruhan setelah reaksi kimia sama dengan sebelum reaksi

1
1.1.4 Percobaan Joseph Proust

Pada tahun 1799 Proust menemukan bahwa senyawa tembaga karbonat baik yang
dihasilkan melalui sintesis di laboratorium maupun yang diperoleh di alam memiliki susunan
yang tetap.

1.1.5 3 Asumsi Dasar Teori Dalton

Tiap unsur kimia tersusun oleh partikel-partikel kecil yang tidak bisa dihancurkan dan dibagi,
yang disebut atom. Selama perubahan kimia, atom tidak bisa diciptakan dan juga tidak bisa
dimusnahkan

Semua atom dari suatu unsur mempunyai massa (berat) dan sifat yang sama, tetapi atom-
atom dari suatu unsur berbeda dengan atom dari unsur yang lain, baik massa (berat) maupun
sifat-sifatnya berlainan.

Dalam senyawa kimiawi, atom-atom dari unsur yang berlainan melakukan ikatan dengan
perbandingan numerik yang sederhana : Misalnya satu atom A dan satu atom B (AB) satu
atom A dan dua atom B (AB2).

1.1.6 Hukum Perbandingan Berganda

Bila dua unsur membentuk lebih dari satu senyawa, perban-dingan massa dari unsur pertama
dengan unsur kedua meru-pakan bilangan yang sederhana.

Per gram hidrogen dalam gas metana terdapat 2,5 gram karbon, jadi
5 g karbon 2,5 g karbon
 2
2 g hidrogen 1 g hidrogen
5 g karbon/1g hidrogen 2
Perbandingan  
2,5 g karbon/1g hidrogen 1

Dalton meneliti bahwa hidrogen pada gas metana adalah dua kali dari hidrogen yang terdapat
pada gas etilena.Ia menyatakan bahwa rumus gas metana adalah H2 dan etilena CH (Rumus
yang benar berdasarkan pengetahuan sekarang adalah CH4 dan C2H4).

1.2 Sinar Katoda

Sifat-sifat sinar katoda :

Sinar katoda dipancarkan oleh katoda dalam sebuah tabung hampa bila dilewati arus listrik
(aliran listrik adalah penting)

Sinar katoda berjalan dalam garis lurus

Sinar tersebut bila membentur gelas atau benda tertentu lainnya akan menyebabkan
terjadinya fluoresensi (mengeluarkan cahaya). Dari fluoresensi inilah kita bisa melihat sinar,
sinar katoda sendiri tidak tampak.

Sinar katoda dibelokkan oleh medan listrik dan magnit; sehubungan dengan hal itu
diperkirakan partikelnya bermuatan negatif

Sifat-sifat dari sinar katoda tidak tergantung dari bahan elektrodanya (besi, platina dsb.)

1.2.1 Pembelokan sinar katoda dalam medan magnit

3
Sinar katoda tidak tampak, hanya melalui pengaruh fluoresensi dari bahan sinar ini
dapat dilacak. Berkas sinar katoda dibelokkan oleh medan magnit. Pembelokkan ini
menunjukkan bahwa sinar katoda bermuatan negatif.

1.2.2 Pengamatan J.J. Thomson (1856-1940)

Kode C = Katoda; A = Anoda; E = lempeng kondensor bermuatan listrik; M = magnet; F =


layar berfluoresens.

Berkas 1 : Hanya dengan adanya medan listrik, berkas sinar katoda dibelokkan keatas
menyentuh layar pada titik 1.

Berkas 2 : Hanya dengan adanya medan magnit, berkas sinar katoda dibelokkan kebawah
menyentuh layar pada titik 2.

Berkas 3 : Berkas sinar katoda akan lurus dan menyentuh layar dititik 3, bila medan listrik
dan medan magnit sama besarnya

1.2.3 Perbandingan muatan dan massa

Berdasarkan eksperimennya Thomson mengukur bahwa kecepatan sinar katoda jauh


lebih kecil dibandingkan kecepatan cahaya, jadi sinar katoda ini bukan merupakan REM.
Selain itu Ia juga menetapkan perbandingan muatan listrik (e) dengan massa (m). Hasil rata-
rata e/m sinar katoda kira-kira 2 x 108 Coulomb per gram. Nilai ini sekitar 2000 kali lebih
besar dari e/m yang dihitung dari hidrogen yang dilepas dari elektrolisis air (Thomson
menganggap sinar katoda mempunyai muatan listrik yang sama seperti atom hidrogen dalam
elektrolisis air.

Kesimpulan : Partikel sinar katoda bermuatan negatif dan merupakan partikel dasar suatu
benda yang harus ada pada setiap atom. Pada tahun 1874 Stoney mengusulkan istilah
elektron.

1.2.4 Pengamatan Tetes Minyak Milikan

Percikan tetes minyak dihasilkan oleh penyemprot (A).Tetes ini masuk kedalam alat
melalui lubang kecil pada lempeng atas sebuah kondensor listrik.Pergerakan tetes diamati
dengan teleskop yang dilengkapi alat micrometer eyepiece (D).Ion-ion dihasilkan oleh radiasi

4
pengionan seperti sinar x dari sebuah sumber (E).Sebagian dari tetes minyak memperoleh
muatan listrik dengan menyerap (mengadsorbsi) ion-ion.

Tetes diantara B dan C hanya melayang-layang, tergantung dari tanda (+ atau -) dean
besarnya muatan listrik pada tetes. Dengan menganalisis data dari jumlah tetes, Milikan dapat
menghitung besarnya muatan q. Milikan menemukan bahwa tetes selalu merupakan integral
berganda dari muatan listrik elektron e yaitu : q = n.e (dimana n = 1, 2, 3 ...)

Nilai yang bisa diterima dari muatan listrik e adalah –1,60219 x 10-19C. Dengan
menggabungkan hasil Milikan dan Thomson didapat massa sebuah elektron = 9,110 x 10-28
gram.

1.2.5 Sinar Kanal (Sinar Positif)

Dalam tahun 1886 Eugen Goldstein melakukan serangkaian percobaan dan ia


menemukan partikel jenis baru yang disebut sinar kanal (canal rays) atau sinar positif.

Sinar katoda mengalir kearah anoda.Tumbukannya dengan sisa atom gas melepaskan
elektron dari atom gas, menghasilkan ion yang bermuatan listrik positif. Ion-ion ini menuju
ke katoda (-) tetapi sebagian dari ion ini lolos melewati lubang pada katoda danmerupakan
arus partikel mengarah kesisi lain. Berkas sinar positif ini disebut sinar positif atau sinar
kanal.

1.2.6 Sifat-sifat sinar kanal

Partikel-partikelnya dibelokkan oleh medan listrik dan magnit dan arahnya menunjukkan
bahwa muatannya positif.

Perbandingan muatan dan massa (e/m) sinar positif lebih kecil daripada elektron.

Perbandingan e/m sinar positif tergantung pada sifat gas dalam tabung. Perbandingan terbesar
dimiliki oleh gas hidrogen. Untuk gas lain e/m merupakan pecahan integral (mis. ¼, 1/20 dari
hidrogen).

Perbandingan e/m dari sinar positif yang dihasilkan bila gas hidrogen ada dalam tabung
adalah identik dengan e/m untuk gas hidrogen yang dihasilkan melalui air.

Pengamatan ini dapat diterangkan dengan model atom yang dibuat J.J. Thomson yaitu model
plum pudding.Kesimpulan dari sifat sinar kanal ini ialah semua atom terdiri dari satuan dasar
yang bermuatan positif, pada atom H terdapat satu dan atom-atom lainnya mengandung
jumlah lebih banyak.Satuan dasar ini sekarang disebut dengan proton.

5
Beberapa peneliti melihat bahwa kadang-kadang benda diluar tabung sinar katoda bersinar
selama percobaan, Wilhelm Roentgen menunjukkan bahwa pengaruh sinar katoda pada suatu
permukaan menghasilkan suatu jenis radiasi yang dapat menyebabkan zat-zat tertentu
bersinar pada jarak tertentu dari tabung sinar katoda. Karena belum diketahui sifatnya maka
dinamakan sinar X.

Roentgen kemudian mengetahui beberapa sifat sinar X ini diantaranya : tidak dibelokkan oleh
medan listrik dan magnit dan mempunyai daya tembus yang sangat besar terhadap suatu
benda. Sifat-sifat ini menunjukkan bahwa sinar X adalah radiasi elektromagnetik dengan
panjang gelombang ~1Å.

1.3 Radioaktivitas

1.3.1 Unsur Radioaktif dan Radiasinya

Ernest Rutherford membuktikan adanya dua jenis radiasi, sinar alfa dan sinar beta.

Sinar  mempunyai kekuatan ionisasi besar tetapi daya tembusnya terhadap materi rendah.
Sinar ini dapat ditahan oleh kertas biasa. Sinar ini adalah partikel yang membawa 2 satuan
dasar muatan + dan mempunyai massa identik dengan He (Sinar  = ion He2+).

6
Sinar  sebaliknya memiliki kekuatan ionisasi rendah dan daya tembus besar. Sinar ini dapat
melewati lempeng alumunium setebal 3 mm. Sinar ini memiliki partikel bermuatan negatif
dengan e/m sama seperti elektron.

Bentuk radiasi ketiga mempunyai daya tembus sangat besar dan tidak dibelokkan oleh medan
listrik dan magnit. REM ini dikenal dengan sinar gamma ().

1.4 Inti Atom

Tahun 1909 Hans Geiger dan Ernest Marsden membuat serangkaian percobaan yang
menggunakan lempeng emas yang sangat tipis dan logam lain (tebal 10-4 s.d. 10-5 cm)
sebagai sasaran partikel  yang berasal dari radioaktif.

Geiger dan Marsden mengamati bahwa”

Sebagian besar dari partikel  menembus lempeng logam tanpa pembelokkan.

Sebagian (~1 dari tiap 20.000) mengalami pembelokkan setelah menembus lempeng logam.

3. Dalam jumlah yang sama (poin 2) tidak menembus lempeng logam sam sekali tetapi
berbalik sesuai arah datangnya sinar.

1.5 Model Atom Rutherford

Sebagian dari massa dan muatan (+) sebuah atom berpusat pada daerah yang sempit yang
disebut inti atom, sebagian besar atom merupakan ruang kosong.

Besarnya muatan pada inti berbeda untuk atom yang berbeda dan kira-kira setengah dari nilai
numerik bobot atom suatu unsur.

Diluar inti suatu atom harus terdapat elektron yang jumlahnya sama dengan satuan muatan
inti (agar atom netral).

7
1.6 Proton dan Neutron

Pada tahun 1913 Moseley menemukan bahwa panjang gelombang sinar x bervariasi
tergantung dari bahan sasarannya. Dengan menghubungkan hal ini ke persamaan matematis
disimpulkan bahwa setiap unsur dapat ditetapkan dengan suatu bilangan bulat yang disebut
nomor atom.

Tahun 1919 Rutherford mengembangkan satuan dasar muatan positif yang disebut proton
hasil risetnya dari jalur lintasan partikel  diudara.

Konsep yang dipopulerkan oleh Rutherford adalah inti mengandung sejumlah proton yang
sama dengan nomor atomnya dan sejumlah partikel netral yang disebut neutron agar sesuai
dengan massa atom.

Pada tahun 1930-an Chadwick membuktikan keberadaan neutron melalui percobaan


pemboman berilium dan boron dengan partikel , sehingga model atom yang terdiri dari
elektron, proton dan neutron lengkap ditemukan.

BAB II

TEORI KUANTUM DAN STRUKTUR ATOM


2.1 Sifat Gelombang Cahaya

Spektrum Elektromagnetik

8
Soal Latihan

Beberapa intan menunjukkan warna kuning karena mengandung senyawa nitrogen yang
menyerap cahaya purple pada frekuensi 7,23 x 1014 Hz. Hitung panjang gelombang (dalam
nm dan Å) cahaya yang diserap!

2.2 Perbedaan Materi dan Energi

Gelombang (Energi) jika melalui batas fasa (udara – air) akan mengalami refraksi sedangkan
materi tidak

Gelombang ketika melalui slit (lubang kecil) akan mengalami difraksi atau melengkung
disekitar slit sedangkan materi tidak mengalami difraksi

Difraksi gelombang pada dua slit menghasilan interferensi menguatkan dan saling
meniadakan

2.3 Interferensi

Sifat Partikel CahayaRadiasi

 Benda Hitam

 Efek Photolistrik

 Spektra atom Hidrogen

2.4 Radiasi Benda Hitam

9
Adanya perubahan warna emisi cahaya (intensitas) yang tergantung pada panjang gelombang
(energi) yang diberikan  tertentu

Max Planck merumuskan E = n h ν dimana h = 6,626 x 10-34 J.s

∆Eatom = Eradiasi emisi atau absorpsi = ∆n h ν

∆E = hν

2.5 Efek Photolistrik

Soal Latihan

Hitung energi satu photon dari sinar ultraviolet (λ = 1 x 10-8 m) visible (λ = 5 x 10-7 m)dan
infrared (λ = 1 x 10-4 m)

2.6 Spektra Atom

2.7 Dualitas Gelombang-Partikel: Materi dan Energi

 Kesimpulan dari 3 fenomena yang telah dibahas adalah materi dan energi adalah dua
entitas yang saling berganti satu sama lain

 Energi memiliki sifat partikel dan materi memiliki sifat gelombang

10
2.8 Panjang Gelombang de Broglie

Jika energi memiliki sifat partikel maka materi juga memiliki sifat gelombang

Jika elektron memiliki gerak mirip gelombang dan orbitnya dibatasi pada jari-jari tertentu
maka ini merujuk pada frekuensi dan energi tertentu pula
h

mu
2.9 Model Mekanika Kuantum Atom

2.10 Bilangan Kuantum Orbital Atom

Bilangan kuantum utama (n) adalah bulat positif (1, 2, 3..) menunjukkan ukuran relatif orbital
dan jarak relatif dari inti. Bilangan ini juga menunjukkan tingkat energi atom H

Bilangan kuantum momentum anguler (l) adalah bilangan bulat dari 0 hingga n – 1. nilai n
akan sangat mempengaruhi l, jika n = 1 maka l = 0 dan jika n = 2 maka l = 1 (0, 1) dst.

Bilangam kuantum magnetik (ml) adalah bilangan bulat dari -l ,0 hingga +l. jika l = 0, maka
ml = 0, namun jika l = 1 maka nilai ml bisa diantara -1, 0 dan +1

Soal Latihan

Berapa nilai bil kuantum momentum anguler (l) dan magnetik (ml) yang diperbolehkan untuk
bilangan kuantum n = 3?

Tuliskan nilai l dan ml untuk bilangan kuantum n = 4!

Tingkat energi atom atau kulit diberikan oleh nilai n, semakin kecil n semakin kecil pula
tingkat energi

Tingkatan/kulit atom memiliki subkulit yang ditandai dengan bentuk orbital berdasarkan
garis spektroskopi

l = 0 ditandai subkulit s (sharp)

l = 1 ditandai subkulit p (principal)

l = 2 ditandai subkulit d (diffuse) dan

l = 3 ditandai subkulit f (fundamental)

Sehingga untuk n = 2 dan l = 0 dinamakan subkulit 2s.

11
Soal Latihan

Berikan nama subkulit dengan spesifikasi bilangan kuantum berikut:

n = 3, l = 2 n = 2, l = 0

n = 5, l = 1 n = 4, l = 3

Berapa nilai n, l dan ml yang dimungkinkan untuk subkulit 2p dan 5f?

Berikan koreksi untuk bilangan kuantum dan nama subkulit berikut ini:

n = 1, l = 1, ml = 0  1p

n = 4, l = 3, ml = +1  4d

n = 3, l = 1, ml = -2  3p

2.11 Bentuk-Bentuk Orbital

Bentuk Orbital S

Bentuk Orbital P

Bentuk Orbital D

12
Salah satu bentuk orbital F

BAB III

SIFAT – SIFAT ATOM DAN TABEL BERKALA


3.1 Hukum Berkala dan Tabel Berkala

Salah satu kegiatan ilmiah yang penting adalah mencari keteraturan. Dalam kaitan
dengan unsur-unsur, skema yang sekarang dikenal ditemukan secara terpisah oleh Dimitri
Mendelev dan Lothar Meyer 1869. Klasifikasi itu didasarkan pada pandangan Jika unsur
disusun berdasarkan kenaikan bobot atom, seperangkat sifat akan terulang secara berkala.
Salah satu yang dipublikasikan oleh Meyer adalah keteraturan berdasarkan bobot atom.
Meyer menggunakan istilah volume atom untuk mengacu pada sifat yang digambarkan disini.
Dengan mengenal bahwa bobot atom dan massa molar secara numerik sama, volume atom
sebenarnya adalah volume molar yaitu volume yang ditempati oleh satu mol atom suatu
unsur
3.1.1 Tabel Berkala Mendeleev

13
Unsur-unsur ditata dalam 12 baris mendatar dan 8 kolom tegak atau golongan. Agar
unsur dapat dimasukkan dalam golongan yang sesuai maka perlu ditinggalkan beberapa
ruang kosong. Unsur-unsur yang termasuk dalam sub golongan yang sama pada tabel
Mendeleev mempunyai sifat fisik dan kimia yang sama. Sifat-sifat ini berubah secara
berangsur-angsur dari atas ke bagian bawah golongan Li(174 oC) > Na(97,8oC) > K(63,7oC)
> Rb(38,9oC) > Cs(28,5oC)

3.1.2 Pembetulan Bobot Atom dan Peramalan Unsur Baru

Untuk menempatkannya dengan benar pada tabel, Mendeleev membuat penyesuaian


salah satunya Indium. Mulanya In diduga memiliki bobot 76 dengan bentuk oksida InO,
namun Mendeleev mengajukan senyawa In2O3 dengan bobot 113 dan terletak antara
kadmium dan timah. Atom lain yang mengalami penyesuaian antara lain Berilium (13,5
menjadi 9), uranium (120 menjadi 240). Mendeleev dengan sengaja meninggalkan ruang
kosong dalam tabelnya untuk unsur-unsur yang belum ditemukan. Salah satu unsur yang
berhasil diramalnya adalah Germanium dengan perkiraan sifat-sifat fisika dan kimia yang
mendekati kenyataan

14
Sifat Germanium yang Diramalkan dan Diamati

Sifat Diramalkan eka-silikon 1871 Diamati: Germanium 1886

Bobot atom 72 72,6

3
5,5 5,47
Kerapatan, g/cm

Warna Kelabu kotor Kelabu keputihan

3
EsO : 4,7 GeO : 4,703
Kerapatan oksida g/cm 2 2

o o
Titik didih klorida
EsCl : < 100 C GeCl : 86 C
4 4

3
EsCl : 1,9 GeCl : 1,887
Kerapatan klirida, g/cm 4 4

3.2 Penemuan Gas Mulia dan Nomor Atom sebagai Dasar Hukum Berkala

Cavendish 1785 melaporkan bahwa reaksi yang melibatkan gas-gas atmosfir adalah
sebagian kecil. Gas ini dipisahkan oleh Rayleigh dan Ramsay 1895 dan dinamakan argon
(yang malas). Ramsay 1895 juga mengamati unsur yang berasal dari spektrum matahari dan
dinamakan helium. Karena gas-gas ini tidak serupa maka ditempatkan pada golongan baru.
Semula tabel berkala menempatkan unsur secara tidak berurutan (argon 39,9 sebelum kalium
39,1). Konsep mengenai nomor atom diajukan oleh Moseley 1913 yang akhirnya menata
kembali tabel berkala berdasarkan nomor atomnya.

3.2.1 Tabel berkala modern berbentuk panjang dengan ciri-ciri;

 Baris mendatar pada tabel disusun berdasarkan kenaikan nomor atom dinamakan
periode
 Kolom-kolom tegak yang berisi unsur serupa dinamakan golongan atau famili
 Periode pertama hanya terdiri dari 2 unsur, periode kedua dan tiga 8 unsur, periode
keempat dan kelima 18 unsur.
 Periode keenam adalah periode yang panjang terdiri dari 32 unsur, karena tabel hanya
memuat 18 maka 14 unsur dicabut dan diletakkan dibawah sebagai deret lantanoid

3.2.2 Karakteristik Atom Banyak Elektron

Konsep 3 bilangan kuantum yang diturunkan dari persamaan Schrodinger tidak


memberi solusi pasti untuk atom banyak electron. Adanya elektron lebih dari satu
memerlukan pertimbangan dari berbagai aspek:

15
1. Perlunya bilangan kuantum ke-4

2. Batasan jumlah elektron yang diperbolehkan dalam orbital

3. Diperlukan tingkat energi yang lebih kompleks

3.2.3 Bilangan kuantum Spin Elektron

Bilangan kuantum spin menunjukkan sifat orientasi elektron, sementara ke-3 bilangan
kuantum yang lain menunjukkan sifat orbital

• Bilangan kuantum spin (ms) memiliki nilai – ½ atau + ½

• H memiliki n = 1, l = 0, ml = 0, ms = +½

• He memiliki set bilangan kuantum yang sama untuk elektron pertama namun berbeda
ms untuk elektron kedua dengan nilai ms = - ½

3.2.4 Prinsip Larangan Pauli

Berdasarkan observasi keadaan tereksitasi atom Pauli menyimpulkan tidak ada dua
elektron dalam atom yang sama dapat memiliki keempat bilangan kuantum yang sama.
Masing-masing elektron dalam atom memiliki identitas unik yang diekspresikan oleh ke-4
bil. Kuantum (n, l, ml dan ms)

Efek Elektrostatik dan Spliting Tingkat Energi

16
3.2.5 Perbedaaan Tingkat Energi Orbital

Tingkat energi s < p < d < f

3.3 Konfigurasi Elektron dan Tabel Berkala

Prinsip Aufbau: Pendekatan pengisian konfigurasi elektron dimulai dari orbital dengan energi
terendah (mulai dari n = 1, 2, 3, 4 …dst)

Aturan Hund: Jika ada orbital dengan tingkat energi sama, maka konfigurasi elektron pada
energi terendah memiliki jumlah maksimum elektron tak berpasangan dengan spin paralel

17
Soal Latihan

1. Tuliskan bilangan kuantum elektron ke 3 dan ke 4 yang ditambahkan pada atom F

2. Gunakan tabel periodik unsur dengan konfigurasi elektron 1s 2 2s2 2p4, gambarkan
diagram orbitalnya dan berikan bilangan kuantum untuk elektron ke-6

18
Walaupun tidak seluruhnya benar, gambar berikut menunjukkan tabel berkala dimana
pengisian orbital (prinsip Aufbau) diringkas.

19
Soal Latihan

Dengan menggunakan tabel periodik tuliskan :

1. Konfigurasi elektron lengkap

2. Diagram orbital parsial untuk elektron valensi

3. Jumlah elektron dalam

Untuk unsur kalium (Z = 19), Molibdenum (Z = 42) dan Timbal (Z = 82)

3.4 Beberapa Masalah Tabel Berkala yang Tidak Terpecahkan

• Penempatan hidrogen, walaupun memiliki tempat yang pasti pada tabel berkala,
namun dari segi sifat unsur ini jauh berbeda dengan unsur lain yang ada dalam
golongan yang sama

• Penggolongan dalam tabel berkala, AS menggolongkan unsur representatif sebagai A


dan unsur transisi sebagai B, namun ada referensi lain menggolongkan A pada semua
golongan disebelah kiri VII dan B untuk semua golongan disebelah kanan VII

• Peramalan sifat-sifat unsur berat. Beberapa unsur dalam periode keenam (mis Au dan
Hg) sifat-sifat yang diamati berbeda dengan unsur-unsur yang bersesuaian pada
periode kelima (Mis. Ag dan Cd)

20
3.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi Jari-jari Atom

• Keragaman ukuran atom dalam satu golongan pada tabel berkala. Semakin banyak
kulit elektron dalam suatu atom (makin bawah letak suatu unsur dalam satu golongan
pada tabel berkala) makin besar ukuran atom itu

• Keragaman ukuran atom dalam satu periode pada tabel berkala. Jari-jari atom
menurun dari kiri ke kanan dalam satu periode.

• Keragaman ukuran atom dalam deret transisi. Terdapat penurunan tajam dalam
ukuran dua atau tiga atom pertama tetapi sesudah itu ukuran atom hanya berubah
sedikit dalam deret transisi

3.6 Jari-jari kovalen, ion dan logam

3.6.1 Jari-jari kovalen atom

Jari-jari kovalen adalah setengah jarak antara pusat dua atom identik yang terikat secara
kovalen

21
3.6.2 Energi Ionisasi

Didefinisikan sebagai energi yang harus diserap oleh atom gas agar elektron yang tarikannya
paling kecil dapat dipisahkan secara sempurna

• Mg(g)  Mg+(g) + e- I1 = 7,65 eV

• Mg+(g)  Mg2+(g) + e- I2 = 15,04 eV

• 1 eV = 96,49 kJ/mol

Energi Ionisasi sebagai Fungsi dari Atom

Energi ionisasi yang terletak pada periode ketiga (gambar dibawah). Semakin rendah energi
ionisasi unsur akan semakin bersifat logam

22
3.6.3 Afinitas electron

Afinitas elektron adalah perubahan entalpi H yang terjadi apabila sebuah atom netral dalam
fase gas menerima sebuah elektron dari jarak tak terhingga

Misal: Cl(g) + e-  Cl-(g) EA = -3,615 eV

3.6.4 Elektronegatifitas

Elektronegatifitas merupakan suatu ukuran yang memberikan kemampuan suatu atom dalam
bersaing mendapatkan electron. Sebagai patokan kasar, logam mempunyai elektronegatifitas
kurang dari 2, metaloid kira-kira sama dengan 2 dan bukan logam lebih besar dari 2

Sifat Atom dan Tabel Berkala – Sebuah Ringkasan

23
BAB IV

MODEL IKATAN KIMIA

4.1 Sifat Atom dan Ikatan Kimia

 Suatu partikel baik berupa ion bermuatan, inti atom dan elektron diantara mereka,
akan membentuk ikatan kimia karena akan menurunkan energi potensial antara
partikel positif dan negatif

 Dalam tataran atomik, kita membedakan adanya logam dan non logam berdasarkan
beberapa sifat yang berhubungan dalam tabel periodik

24
4.1.1 Transfer Elektron dan Ikatan Ionik

1. Ikatan ini terjadi ketika ada perbedaan tendensi yang sangat besar dari atom untuk
melepas atau menangkap elektron
2. Perbedaan terjadi antara logam yang reaktif (gol 1A) dan non logam (gol 7A dan 6A
atas)
3. Atom logam (IE rendah) kehilangan satu atau dua elektron valensi, sementara atom
non logam (EA sangat negatif) menangkap elektron
4. Terjadi transfer elektron antara logam dan non logam membentuk ion dengan
konfigurasi gas mulia
5. Gaya elektrostatik antar ion positif dan negatif membentuk susunan padatan ionik
dengan rumus kimia menunjukkan rasio kation terhadap anion (rumus empiris)

4.1.2 Sharing Elektron dan Ikatan Kovalen

 Ikatan ini terjadi manakala terjadi perbedaan kecil pada tendensi untuk melepas atau
menangkap elektron sehingga terjadi sharing elektron

 Tipe ikatan ini umum terjadi antar atom non logam (logam juga bisa berikatan
kovalen)

 Tiap-tiap atom non logam mempertahakan elektron masing-masing dan mencoba


menarik elektron atom lain

 Gaya tarik masing-masing atom terhadap elektron valensi lawannya membuat kedua
atom berikatan

 Pasangan elektron sharing (pakai bersama) dianggap terlokalisasi diantara kedua atom

 Ikatan ini menghasilkan molekul-molekul yang terpisah dan merefleksikan rumus


kimia sebenarnya (rumus molekul)

4.1.3 Pita Elektron Ikatan Logam

 Secara umum atom logam berukuran besar, logam dapat dengan mudah kehilangan
elektron terluar (IE rendah) namun sulit menangkap/memperoleh elektron

 Sifat ini mengarahkan logam-logam untuk sharing elektron valensi mereka dengan
cara yang berbeda pada ikatan kovalen

 Dalam model ikatan logam, elektron valensi atom-atom logam yang berdekatan akan
berkumpul membentuk pita (lautan elektron) yang terdistribusi secara merata diantara
atom-atom tersebut dan disekitar inti dan elektron bagian dalam

 Pada ikatan ini elektron sharing terdelokalisasi dan bergerak bebas disekujur potongan
logam.

25
4.1.4 Simbol Titik Elektron Lewis

 Dalam model simbol titik elektron Lewis (G.N. Lewis1875 – 1946), simbol unsur
mewakili inti dan elektron bagian dalam sedangkan titik-titik disekitarnya
menunjukkan elektron valensi

 Nomor grup A yang menunjukkan jumlah elektron valensi

 Tempatkan satu titik pada masing-masing sisi (atas, bawah, kiri, kanan)

 Baru pasangkan titik-titik hingga semua terpakai

4.1.5 Model Ikatan Ionik

 Fokus utama model ikatan ionik adalah adanya transfer elektron dari logam ke non
logam untuk membentuk ion yang kemudian bersatu membentuk padatan senyawa
ionik

 Berdasarkan fenomena yang terjadi Lewis mengajukan aturan oktet, saat atom-atom
berikatan, ia akan melepas, menangkap atau memakai bersama elektron untuk
mencapai pengisian kulit terluar 8 (atau 2) electron

3 Cara Penulisan Transfer Elektron

 Penggambaran dengan konfigurasi elektron

 Penggambaran dengan diagram orbital

 Penggunaan simbol titik elektron Lewis

4.2 Aspek Energi dalam Ikatan Ionik: Energi Kisi

 Misalkan ada suatu reaksi antara unsur logam yang reaktif (Li) dan mudah melepas
elektron dengan gas halogen (F) yang cenderung menarik elektron:
Li(g)  Li+(g) + e- IE1 = 520 kJ

F(g) + e-  F-(g) EA = -328 kJ

 Reaksi total:

Li(g) + F(g)  Li+(g) + F-(g) IE1 + EA = 192 kJ

 Energi total yang dibutuhkan reaksi ini bahkan lebih besar karena kita harus
mengkonversi Li dan F kedalam bentuk gas

 Akan tetapi eksperimen menunjukkan enthalpi pembentukan padatan LiF (∆H0f) = -


617 kJ

 Jika kedua unsur dalam bentuk gas:

26
 Li+(g) + F-(g)  LiF(g) ∆H0 = -755 kJ

 Energi kisi adalah perubahan enthalpi yang menyertai ion-ion gas yang bergabung
membentuk padatan ionik:

 Li+(g) + F-(g)  LiF(s) ∆H0kisi LiF = energi kisi


= -1050 kJ

4.2.1 Trend Periodik Energi Kisi

 Menurut Hukum Coulomb:

 Gaya elektrostatik ∞ (muatan A x muatan B)


Jarak2

 Karena energi = gaya x jarak, maka rumusan diatas dapat juga ditulis:

 Energi elektrostatik = (muatan A x muatan B)

Jarak

 Didalam padatan ionik, A dapat berupa kation dan B anion dengan memperhitungkan
jarak = jari-jari kation + jari-jari anion

27
4.2.2 Faktor yang Mempengaruhi Energi Kisi

 Pengaruh dari ukuran ion, semakin besar ukuran/jari-jari maka energi kisi akan
semakin kecil. Dalam satu golongan makin kebawah ukuran makin besar dan energi
kisi makin kecil

 Pengaruh dari muatan ion dengan semakin besar muatan ion (Na + < Mg2+) maka
energi kisi akan semakin besar.

4.3 Sifat-sifat Ikatan Ionik

 Keras

 Kaku

 Rapuh

28
4.4 Model Ikatan Kovalen

 Jika kita membuka literatur kimia berupa hand book atau ensiklopedi maka akan
didapati sebagian besar senyawa kimia yang ada dialam berupa senyawa kovalen

 Senyawa kovalen mengambil porsi terbesar dan yang utama dalam model ikatan
kimia antar unsur-unsur dialam

4.4.1 Pembentukan Ikatan Kovalen

 Dalam model ikatan kovalen, atom mencapai konfigurasi elektron kulit terluar penuh
(seperti gas mulia) namun elektron yang dipakai bersama dihitung secara keseluruhan
sebagai milik masing-masing

 Pasangan elektron sunyi (tidak berikatan) adalah pasangan elektron yang tidak dipakai
bersama dalam ikatan

 Orde ikatan menunjukkan jumlah pasangan elektron yang digunakan bersama antara
dua atom yang berikatan

4.4.2 Energi Ikatan

29
30
4.4.3 Hubungan Orde Ikatan, Panjang Ikatan dan Energi Ikatan

Ikatan Orde Ikatan Panjang Rata-rata (pm) Energi Ikatan (kJ/mol)

C–O 1 143 358

C=O 2 123 745

C≡O 3 113 1070

C–C 1 154 347

C=C 2 134 614

C≡C 3 121 839

N–N 1 146 160

N=N 2 122 418

N≡N 3 110 945

4.4.4 Sifat Ikatan Kovalen

31
4.4.5 Sifat Ikatan Kovalen 2

4.5 Elektronegatifitas dan Polaritas Ikatan

 Dicetuskan pertama kali oleh Linus Pauling dan menelurkan skala elektronegatifitas
(EN) dari unsur dalam tabel periodik

 Gambaran Umum: Kita bisa memperkirakan energi ikatan H – F akan memiliki nilai
diantara energi H – H (432 kJ/mol) dan F – F (159 kJ/mol). Namun ternyata nilai
energi ikatan H – F sebesar 565 kJ/mol

 Pauling menduga besarnya energi ini karena ada kontribusi elektrostatik dalam ikatan
tsb.

 Jika F menarik elektron lebih banyak kearahnya, maka pemakaian bersama yang tidak
seimbang ini memicu timbulnya muatan parsial negatif pada F dan positif pada H.
Beda muatan ini kemudian menimbulkan gaya tarik elektrostatik sehingga ikatan H –
F lebih besar energinya dari yang diperkirakan

32
Elektronegatifitas dan Polaritas Ikatan

Elektronegatifitas dan Ukuran Atom

33
Elektronegatifitas dan Bilangan Oksidasi

 Penentuan bilangan Oksidasi berdasarkan elektronegatifitas:

 Atom yang lebih elektronegatif mendapatkan semua elektron sharing dan atom yang
kurang elektronegatif dihitung nol

 Tiap-tiap atom dalam ikatan masing-masing dihitung semua elektron tak berikatannya
sendiri-sendiri

 Bilangan oksidasi diberikan oleh rumus:

 Biloks = jml e valensi – (jml e share + jml e non share)

 Contoh HCl memiliki elektron valensi 7 dan elektron share 2 sehingga biloksnya = 7
– 8 = -1. sedangkan H dihitung biloks = 1 – 0 = 1

Ikatan Kovalen Polar dan Polaritas Ikatan

 Dalam ikatan kovalen dengan perbedaan elektronegatifitas besar, elektron cenderung


tertarik lebih besar kearah satu atom

 Pada posisi ini ikatan bersifat polar dan digambarkan dengan dua cara:

 Dengan panah polar → atau

 Dengan pemberian tanda δ+ dan δ-

Karakter Ionik Parsial Ikatan Kovalen Polar

 Didunia nyata, ikatan kimia tidak dapat sepenuhnya dikatakan ionik atau kovalen,
seringkali lebih cocok menggunakan istilah seberapa ionik atau seberapa kovalen!

 Karakter ionik parsial suatu ikatan terkait dengan perbedaan keelektronegatifan


(EN)

 Semakin besar EN akan semakin besar muatan parsial dan semakin besar pula
karakter ionik parsial

 LiF memiliki EN = 4,0 – 1,0 = 3,0; HF memiliki EN = 4,0 – 2,1 = 1,9; F2 memiliki
EN = 0. sehingga dapat disimpulkan LiF lebih berkarakter ionik dibandingkan HF
yang juga lebih berkarakter ionik dibandingkan F2.

34
Skala Karakter Ionik Parsial

Perubahan Sifat Dalam Perioda

35
Ikatan Logam

Teori Orbital Molekul Padatan

36
Sifat Konduktifitas Padatan

Bab V

BENTUK MOLEKUL
5.1 Struktur Lewis
Struktur Lewis adalah diagram yang menunjukkan ikatan-ikatan antar atom dalam
suatu molekul. Struktur Lewis digunakan untuk menggambarkan ikatan kovalen dan ikatan
kovalen koordinat.Dalam penyusunan struktur Lewis untuk suatu atom atau unsur, kita dapat
menuliskan simbol titik pada sekeliling atom yang menggambarkanmasing-masing atom dan
juga atom-atom disekelilingnya secara duadimensi. Tiap titik akan mewakili satu elektron
yang terdapat pada kulit valensi atom tersebut[].

5.2 Penggambaran Struktur Lewis


Ada dua cara penggambaran struktur Lewis

5.2.1 Kaidah Duplet


Atom – atom yang memiliki satu elektron pada kulit terluarnya dapat berikatan satu
sama lainnya membentuk aturan duplet. Contohnya adalah ion H dengan H membentuk
moletul H2.
5.2.2 Kaidah Oktet
Setiap atom berusaha mencapai kesetabilan dengan cara memenuhi kaidah oktet
dimana unsur gas mulia telah mencapainya. Atom tersebut akan cendrung berikatan dengan
atom yang lainnya untuk saling memberi atau menerima elektron.
5.3 Penggambaran Struktur Lewis dengan kaidah Oktet
Langkah penggambaran struktur Lewis dengan kaidah oktet dapat dilakukan dengan
mengikuti langkah – langkah sebagai berikut;
a. Untuk ikatan tunggal
Dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut;
37
1. Tempatkan atom relatif terhadap atom lain, atom dengan nomor golongan lebih
rendah berada ditengah, jika sama maka atom dengan periode lebih tinggi karena atom yang
kurang eleltronegatif diposisikan pada pusat/tengah.
2. Tentukan jumlah total elektron valensi yang ada.
3. Buat garis ikatan tunggal dari atom pusat ke seluruh atom sekelilingnya.
4. Distribusikan elektron tersisa sedemikian sehingga semua atom memiliki elektron
valensi delapan (oktet).
a.1 Contoh
NF3

(a) (b) (c)

Keterangan: (a) langkah pertama dan kedua,

(b) langkah Ketiga, (c) langkah keempat

b. Ikatan rangkap
Dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut;
1. Tempatkan atom relatif terhadap atom lain, atom dengan nomor golongan lebih
rendah berada ditengah, jika sama maka atom dengan periode lebih tinggi karena atom yang
kurang eleltronegatif diposisikan pada pusat/tengah.
2. Tentukan jumlah total elektron valensi yang ada.
3. Buat garis ikatan tunggal dari atom pusat ke seluruh atom sekelilingnya.
4. Distribusikan elektron tersisa sedemikian sehingga semua atom memiliki elektron
valensi delapan (oktet).
5. jika atom pusat masih belum memiliki 8 elektron valensi, ubah pasangan elektron
sunyi pada atom sekitar menjadi satu ikatan lagi
b.1 Contoh
C2H4

(a) (b)

Keterangan: (a) langkah ke satu Sampai ke empat ,(b) langkah kelima

38
c. Resonansi
Seringkali terjadi satu ikatan rangkap bersebelahan dengan ikatan tunggal dan
membentuk 2 struktur Lewis yang identik.Misal pada senyawa O3 (ozon)Struktur I dan II
adalah identik.

Faktanya kedua struktur ini tidak ada yang benar karena panjang ikatan dua ikatan O
ternyata memiliki nilai diantara panjang O – O dan O=O.Struktur sebenarnya lebih cocok
disebut dengan hibrid resonansi yaitu bentuk rata-rata keduanya Contoh senyawa lainnya
adalah benzen C6H6 dan ion karbonat CO32-

gambar dari 03

d. Muatan Formal
Pada uraian diatas resonansi dua senyawa identik terjadi ketika senyawa tsb simetris
dan tidak bisa dibedakan namun jika senyawa asimetris maka salah satu resonansi lebih
disukai dengan melihat muatan formal masing-masing atom

Muatan formal = jml e valensi – (jml e valensi sunyi + ½ jml e berikatan)

Ada tiga kriteria dari muatan formal

1. Muatan formal kecil (positif atau negatif) lebih disukai daripada besar
2. Muatan sama yang bersebelahan tidak disukai (gaya tolak)
3. Muatan formal dengan nilai lebih negatif harus diposisikan ada pada atom yang
elektronegatif

5.4 Pengecualian Aturan Oktet Struktur Lewis

5.4.1 Molekul kekurangan elektron (electron deficient)


Molekul kekurangan elektron (electron deficient) senyawa dengan atom pusat Be atau
B cenderung memiliki elektron valensi kurang dari 8: BF3 dan BeCl2. Muatan formal
menunjukkan struktur tanpa ikatan rangkap lebih disukai. BF3 memiliki 8 elektron valensi
dengan membentuk ikatan lebih lanjut dengan NH3

BF3 dan NH3

39
5.4.2 Molekul dengan elektron ganjil (odd electron)
Molekul dengan elektron ganjil (odd electron). Beberapa molekul memiliki jumlah
elektron ganjil sehingga tidak memungkinkan mencapai 8 elektron.Adanya elektron yang
tidak berpasangan dan tidak berikatan, spesies ini disebut radikal bebas, misal pada NO 2.
Senyawa ini berikatan dengan sesamanya membentuk N2O4 dengan elektron valensi 8.

Gambar struktur N2O4

5.4.3 Kulit Valensi Ekspansi (expanded valence shell).


Kulit Valensi Ekspansi (expanded valence shell). Beberapa molekul/ion memiliki
lebih dari 8 elektron disekitarnya molekul ini meningkatkan kapasitas kulit valensinya
dengan memanfaatkan kulit d yang kosong untuk berikatankulit valensi terekspansi hanya
terjadi pada atom pusat non logam dari perioda 3 keatas dengan kulit d yang bisa dipakai
Contoh senyawa: SF6, PCl5 dan H2SO4

Struktur Lewis SF6

Struktur Lewis PCl5

40
Struktur Lewis H2SO4

5.5 Teori Valence-Shell Electron Pair Repulsion (VSEPR)


Penggambaran bentuk molekul dengan bantuan VSEPR didasari oleh penggambaran
struktur Lewis sebagai model dua dimensi. Dalam teori VSEPR atom pusat akan
menempatkan secara relatif grup (bisa berupa atom atau pasangan elektron) pada posisi
tertentu. Prinsip dasarnya: masing-masing grup elektron valensi ditempatkan sejauh mungkin
satu sama lain untuk meminimalkan gaya tolakan.Notasi yang dipakai: A = atom pusat, X =
atom sekitar yang berikatan dan E = grup elektron valensi yang tidak berikatan (sunyi).

5.5.1 Bentuk molekul dengan dua pasangan elektron


Jika ada dua pasangan elektron yang berikatan dengan atom pusat, maka PEI tersebut
akan bergerak sejauh mungkin dengan arah yang berlawanan. Hal tersebut mengakibatkan
bentuk yag dihasilkan berupa linier dengan sudut ikatan 180˚.

41
5.5.2 Bentuk Molekul dengan tiga pasangan elektron
Tiga pasangan elektron memberikan gaya tolak menolak satu sama lainnya menuju
sudut seperti segitiga sama sisi dengan sudut ikatan 120˚. Adanya elektron bebasdapat
mempengaruhi besarsudut ikatan, menjadi lebih kecil atau lebih besar, tergantung kepada
banyaknya pasangan elektron yang dimiliki molekul tersebut dan posisi dari pasangan
elektron bebas tersebut. Adanya ikatan rangkap juga mempengaruhi bentuk molekulnya.

5.5.3 Bentuk Molekul dengan empat pasangan elektron


Empat pasangan elektron disekitar atom pusat akan memberikan gaya tolak menolak
satusamalainnyamembentuk tetrahedral dengan sudut sebesar 109,5 o.Adanya elektron dapat
mempengaruhi besar sudut ikatan,menjadi lebih kecil atau lebih besar, tergantung pada
pasangan elektron bebas yang dimiliki molekul dan posisi dari pasangan elektron tersebut.
Adanya ikatan rangkap juga memiliki pengaruh terhadap bentuk molekulnya.

42
5.5.4 Bentuk Molekul dengan 5 pasangan elektron
Lima pasangan elektron disekitar atom pusat akanmembentuk Bipiramida Trigonal.
Molekul ini mempunyai 2 posisi PEI disekitarnya dan memiliki dua sudut ikatan ideal, yaitu
120o dan 90o.

5.5.5 Bentuk Molekul dengan 6 pasangan elektron


Enam pasangan elektron disekitar atom pusat akan membentuk Oktahedral dengan
sudut ikatan 90o.

43
BAB VI

TERMODINAMIKA ENTALPI
6.1 Konsep dasar Termodinamika entropi

Pada termodinamika klasik, konsep entropi didefinisikan pada hukum kedua


termodinamika, yang menyatakan bahwa entropi dari sistem yang terisolasi selalu bertambah
atau tetap konstan. Maka, entropi juga dapat menjadi ukuran kecenderungan suatu proses,
apakah proses tersebut cenderung akan "terentropikan" atau akan berlangsung ke arah
tertentu. Entropi juga menunjukkan bahwa energi panas selalu mengalir secara spontan dari
daerah yang suhunya lebih tinggi ke daerah yang suhunya lebih rendah.Entropi
termodinamika mempunyai dimensi energi dibagi temperatur, yang mempunyai Satuan
Internasional joule per kelvin (J/K).Kata entropi pertama kali dicetuskan oleh Rudolf
Clausius pada tahun 1865, berasal dari bahasa Yunani εντροπία [entropía], εν- [en-] (masuk)
dan τροπή [tropē] (mengubah, mengonversi).

Entropi adalah salah satu besaran termodinamika yang mengukur energi dalam sistem
per satuan temperatur yang tak dapat digunakan untuk melakukan usaha. Mungkin
manifestasi yang paling umum dari entropi adalah (mengikuti hukum termodinamika),
entropi dari sebuah sistem tertutup selalu naik dan pada kondisi transfer panas, energi panas
berpindah dari komponen yang bersuhu lebih tinggi ke komponen yang bersuhu lebih rendah.
Pada suatu sistem yang panasnya terisolasi, entropi hanya berjalan satu arah (bukan proses
reversibel/bolak-balik). Entropi suatu sistem perlu diukur untuk menentukan bahwa energi
tidak dapat dipakai untuk melakukan usaha pada proses-proses termodinamika. Proses-proses
ini hanya bisa dilakukan oleh energi yang sudah diubah bentuknya, dan ketika energi diubah
menjadi kerja/usaha, maka secara teoritis mempunyai efisiensi maksimum tertentu. Selama
kerja/usaha tersebut, entropi akan terkumpul pada sistem, yang lalu terdisipasi dalam bentuk
panas buangan.

44
6.2 Memperkirakan Nilai So Relatif Sistem

Berdasarkan pengamatan level molekuler kita bisa memperkirakan entropi zat akibat
pengaruh

1. Perubahan temperatur
2. Keadaan fisik dan perubahan fasa
3. Pelarutan solid atau liquid
4. Pelarutan gas
5. Ukuran atom atau kompleksitas molekul

a. Perubahan suhu
So meningkat seiring dengan kenaikan temperatur

T(K) 273 295 298

So 31,0 32,9 33,1

Kenaikan temperatur menunjukkan kenaikan energi kinetik rata-rata partikel

b. Keadaan Fisik dan Perubahan Fas


Ketika fasa yang lebih teratur berubah ke yang kurang teratur, perubahan entropi positif

Untuk zat tertentu So meningkat manakala perubahan zat dari solid ke liquid ke gas.

Na H2O C(grafit)

So (s / l) 51,4(s) 69,9 (l) 5,7(s)

So (g) 153,6 188,7 158,0

c. Pelarutan solid atau liquid


Entropi solid atau liquid terlarut biasanya lebih besar dari solut murni, tetapi jenis solut
dan solven dan bagaimana proses pelarutannya mempengaruhi entropi overall

NaCl AlCl3 CH3OH

So s/l 72.1(s) 167(s) 127(l)

Soaq 115,1 -148 132

d. Pelarutan Gas
Gas begitu tidak teratur dan akan menjadi lebih teratur saat dilarutkan dalam liquid atau
solid Entropi larutan gas dalam liquid atau solid selalu lebih kecil dibanding gas murni Saat
O2 (Sog = 205,0J/mol K) dilarutkan dalam air, entropi turun drastis (Soaq = 110,9 J/mol K).

45
e. Ukuran Atom atau Kompleksitas molekul
Perbedaan entropi zat dengan fasa sama tergantung pada ukuran atom dan komplesitas
molekul

Li Na K Rb Cs

Jari2 152 186 227 248 265

M molar 6.941 22.99 39.10 85.47 132.9

So(s) 29.1 51. 64.7 69.5 85.2

Untuk senyawa, entropi meningkat seiring dengan kompleksitas kimia yaitu dengan
semakin banyaknya jumlah atom dalam molekul Hal ini berlaku untuk senyawa ionik dan
kovalen

NO NO2 N2O4

So(g) 211 240 304

Kecenderungan ini didasarkan atas variasi gerakan yang dapat dilakukan molekul.

6.3 EntropiStandarReaksiSorxn

Sorxn = mSoproduk- nSoreaktan

m dan n adalah jumlah individual spesies diwakili oleh koefisien reaksi.Jika ammonia
terbentuk dari komponennya, 4 mol gas menghasilkan 2 mol gas karena gas memiliki entropi
molar tinggi, terlihatentropi produk kurang dari reaktan sehingga entropiturun selama reaksi

contoh;

N2(g) + 3H2(g)  2NH3(g)

Sorxn = (2 mol NH3 x So NH3) – [(1 mol N2 x So N2) + (3 mol H2 x So H2)]

Sorxn = (2 x 193) – [(1 x 191,5) + (3 x 130,6) = -197 J/K

Hk kedua menyatakan penurunan entropi system hanya dapat terjadi jika entropi lingkungan
meningkat melebihinya.Peran penting lingkungan adalah dalam member panas ke sistem atau
mengambilnya dari sistem (lingk dapat berperan sebagai source or heat sink). Pada perubahan
eksotermik, panas yang dilepas sistem, diserap oleh lingkungan ini menyebabkan gerak
random partikel dilingkungan meningkat sehingga entropi meningkat qsis< 0, qsurr> 0,
Ssurr>0. Pada perubahan endotermik, system menyerap panas dan lingkungan melepas
panas, sehingga entropi lingkungan menurun, qsis> 0, qsurr< 0, Ssurr< 0. Perubahan entropi
lingkungan berbanding lurus dengan perubahan panas system dan berbanding terbalik dengan
temperature lingkungan sebelum transfer panas

Ssurr -qsis, danSsurr 1/T

46
Kombinasinya menghasilkan

Ssurr = -qsis/T

Jika proses berlangsung pada tekanan konstan, qpsama dengan H sehingga

Ssurr = -Hsis/T

Kita dapat menghitung Ssurr dengan mengukur Hsis dan temperature ketika
perubahan terjadi

6.4 PerubahanEntropidanKeadaanKesetimbangan

Perubahan mengarah ke kesetimbangan secara spontan, Suniv>0. Ketika kesetimbangan


tercapai tidak ada lagi daya untuk mendorong perubahan sehingga Suniv=0. Pada titik ini
perubahan entropi pada system diikuti perubahan entropi lingkungan dalam jumlah yang
sama tetapi berbeda tanda.

Pada kesetimbangan Suniv = Ssis + Ssurr = 0 Atau Ssis = -Ssurr

6.5 KesetimbanganUap Air


Penguapan 1 mol air pada 100oC (373 K)

H2O(l:373 K)  H2O(g: 373 K)

Sosis = SoH2O(g) – So H2O(l)

= 195,9 – 86,8 = 109,1 J/K

Sistem menjadi lebih tidak teratur

Ssurr = -Hosis/T = -Hovap/T

= -40,7 x 103 J/373 K = -109 J/K

Suniv = 109 J/K + (-109 J/K) = 0

Saat kesetimbangan tercapai, proses reaksi berlangsung spontan baik arah maju maupun balik

6.6 EksotermikdanEndotermikSpontan
ReaksiEksotermik

C6H12O6(s) + 6O2(g)  6CO2(g) + 6H2O(g) + kalor

CaO(s) + CO2(g)  CaCO3(s) + kalor

ReaksiEndotermik

Kalor + Ba(OH)2·8H2O(s) + 2NH4NO3(s)  Ba2+(aq) + 2NO3-(aq) + 2NH3(aq) + 10H2O(l)

47
BAB VII

KINETIKA KIMIA
7.1 Laju Dan Mekanisme Dalam Reaksi Kimia
Pendahuluan

 Perubahan kimia secara sederhana ditulis dalam persamaan reaksi dengan koefisien
seimbang

 Namun persamaan reaksi tidak dapat menjawab 3 isu penting


o Seberapa cepat reaksi berlangsung

o Bagaimana konsentrasi reaktan dan produk saat reaksi selesai


o Apakah reaksi berjalan dengan sendirinya dan melepaskan energi, ataukah ia
memerlukan energi untuk bereaksi?

 Kinetika kimia adalah studi tentang laju reaksi, perubahan konsentrasi reaktan (atau
produk) sebagai fungsi dari waktu

 Reaksi dapat berlangsung dengan laju yang bervariasi, ada yang serta merta, perlu
cukup waktu (pembakaran) atau waktu yang sangat lama seperti penuaan,
pembentukan batubara dan beberapa reaksi peluruhan radioaktif

7.2 Faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi

 Pada kondisi tertentu masing-masing reaksi memiliki karakteristik laju masing-


masing yang ditentukan oleh sifat kimia reaktan

 Pada suhu kamar:


o H2(g) + F2(g)  2HF(g) sangat cepat

o 3H2(g) + N2(g)  2NH3(g) sangat lambat

 Konsentrasi: molekul-molekul harus bertumbukan agar terjadi reaksi dalam konteks


ini laju reaksi proporsional dengan konsentrasi reaktan

 Keadaan fisik: molekul-molekul harus bercampur agar dapat bertumbukan

 Temperatur: molekul harus bertumbukan dengan energi yang cukup untuk bereaksi

7.3 Mengekspresikan Laju Reaksi

Perubahan posisi x2  x1 x
Laju Gerak   
Perubahan waktu t 2  t1 t

48
A B
Laju   
t t

Perubahan konsentrasi A
Laju reaksi 
Perubahan waktu
Konst A 2  Konst A1 (Konst A)
 
t 2  t1 t

7.4 Laju Reaksi Rerata, Instan dan Awal

C2H4(g) + O3(g)  C2H4O(g) + O2(g)

Konsentrasi O3 pada beberapa waktu dalam

Reaksinya dengan C2H4 pada 303 K

Konsentrasi O3
Waktu (s)
(mol/L)

0,0 3,20 x 10-5

10,0 2,42 x 10-5

20,0 1,95 x 10-5

30,0 1,63 x 10-5

40,0 1,40 x 10-5

50,0 1,23 x 10-5

60,0 1,10 x 10-5

49
Plot Konsentrasi vs Waktu

7.5 Ekspresi Laju dalam Konsentrasi Reaktan dan Produk

C 2 H 4  O3  C 2 H 4 O  O2 


Laju     
t t t t
Untuk reaksi hidrogen dan iodine membentuk HI
H 2(g)  I 2 ( g )  2 HI ( g )
H 2  I 2  1 HI 
Laju     atau
t t 2 t
HI  H 2  I 2 
Laju   2  2
t t t

Soal Latihan

Karena menghasilkan produk gas non polusi, hidrogen sebagai bahan bakar roket dan
sumber energi masa depan:

2H2(g) + O2(g)  2H2O(g)

1. Tuliskan laju reaksi ini dalam suku perubahan [H2], [O2] dan [H2O] terhadap waktu
2. Saat O2 turun pada 0,23 mol/L.s berapa kenaikan terbentuknya H2O?

50
7.6 Persamaan Laju dan komponennya

 Untuk reaksi umum:

o aA + bB + ...  cC + dD + ...

 Persamaan lajunya berbentuk

o Laju = k[A]m[B]n

 Konstanta proporsionalitas k disebut juga konstanta laju dan karakteristik untuk reaksi
pada suhu tertentu serta tidak berubah saat reaksi terjadi

 m dan n disebut orde reaksi didefinisikan sejauhmana laju reaksi dipengaruhi oleh
konsentrasi masing-masing reaktan

 Komponen persamaan laju: laju, orde reaksi dan konstanta laju harus ditentukan
berdasarkan eksperimen bukan berdasarkan persamaan stoikiometris yang seimbang

Menentukan Laju Awal

 Metoda Spektrometri

 Metoda Konduktometri

 Metoda Manometri

 Metoda Penentuan kimia secara langsung

Terminologi Orde Reaksi

NO(g) + O3(g)  NO2(g) + O2(g)

 Persamaan laju hasil eksperimen


o Laju = k[NO][O3]

 Reaksi dikatakan orde satu terhadap NO dan orde satu terhadap O 3 dan secara overall
reaksi berorde dua

Menentukan Orde Reaksi

 Misalkan suatu reaksi:

o O2(g) + 2NO(g)  2NO2(g)

 Persamaan laju dituliskan sebagai

51
o Laju = k[O2]m[NO]n

 Untuk menentukan orde reaksi kita harus melakukan serangkaian eksperimen masing-
masing dimulai dengan satu set konsentrasi reaktan yang berbeda-beda dan dari
masing-masing akan diperoleh laju awal

Laju Awal serangkaian eksperimen pada reaksi O2 dan NO

Konsentrasi reaktan awal (mol/L)


Eksperimen Laju awal (mol/L.s)

O2 NO

1 1,10 x 10-2 1,30 x 10-2 3,21 x 10-3

2 2,20 x 10-2 1,30 x 10-2 6,40 x 10-3

3 1,10 x 10-2 2,60 x 10-2 12,8 x 10-3

4 3,30 x 10-2 1,30 x 10-2 9,60 x 10-3

5 1,10 x 10-2 3,90 x 10-2 28,8 x 10-3

Soal Latihan

 Salah satu reaksi gas yang terjadi dalam kendaraan adalah:


o NO2(g) + CO(g)  NO(g) + CO2(g)

o Laju = k[NO2]m[CO]n

 Jika diketahui data sebagai berikut, tentukan orde reaksi keseluruhan

Eksperimen Laju awal (mol/L.s) [NO2] awal (mol/L) [CO] awal (mol/L)

1 0,0050 0,10 0,10

2 0,080 0,40 0,10

3 0,0050 0,10 0,20

52
Persamaan laju Integral Perubahan Konsentrasi terhadap waktu

Misal reaksi A  B
A
Laju   atau Laju  k A
t
A A
  k A maka ln 0  kt
t At
Reaksi orde satu {laju  k A } : lnA0  lnAt  kt
A
Untuk reaksi orde dua laju    k A
2

t
1 1
  kt Reaksi orde dua laju  k[A]2
At A0

Soal Latihan

Siklobutana (C4H8) terdekomposisi pada 1000oC menjadi dua molekul etilen (C2H4)
dengan konstanta laju reaksi orde satu 87 s-1

1. Jika konsentrasi awal siklobutana 2,00 M berapa konsentrasinya setelah 0,010 s?


2. Berapa fraksi siklobutana terdekomposisi pada waktu tersebut

7.7 Menentukan Orde Reaksi dari Persamaan Laju Integral

53
lnAt  kt  lnA0
1 1
 kt 
At A0

7.8 Waktu Paruh Reaksi

54
7.9 Pengaruh Temperatur Terhadap Laju Reaksi

Persamaan Arrhenius

k  Ae  Ea / RT
Ea  1 
ln k  ln A   
R T 
Ea  1 
ln k 2  ln A   
R  T2 
Ea  1 
ln k1  ln A   
R  T1 
k2 Ea  1 1 
ln    
k1 R  T2 T1 

ln  At   kt  ln  A0
1 1
 kt 
 At  A0

7.10 Pengaruh Konsentrasi dan Temperatur

55
7.11 Diagram Tingkat Energi

Pengaruh Struktur Molekul : Faktor Frekuensi

 Tumbukan Efektif: molekul harus bertumbukan sedemikian rupa sehingga atom


yang bereaksi melakukan kontak dengan energi yang cukup sehingga membentuk
produk

 2 kriteria: energi yang cukup dan orientasi molekul yang tepat

Teori Keadaan Transisi

56
Diagram Energi dan Keadaan Transisi 3 Jenis Reaksi

Diagram Energi Reaksi 2 Tahap

57
Diagram Energi Reaksi Katalisis dan Non Katalisis

BAB VIII

PRINSIP – PRINSIP KESETIMBANGAN KIMIA


PENGANTAR

Kesetimbangan dinamis adalah keadaan dimana dua proses yang berlawanan terjadi dengan
laju yang sama, akibatnya tidak terjadi perubahan bersih dalam sistem pada kesetimbangan

Uap mengembun dengan laju yang sama dengan air menguap

Pelarutan padatan, sampai pada titik laju padatan yang terlarut sama dengan padatan yang
mengendap saat konsentrasi larutan jenuh (tidak ada perubahan konsentrasi)

58
8.1 Keadaan pada Kesetimbangan Kimia

Masing-masing sebanyak 0,00150 mol H2 dan I2 dibiarkan bereaksi (Percobaan 1)

 Reaksi ke depan: H2(g) + I2(g)  2HI(g)

 Reaksi balik: 2HI(g)  H2(g) + I2(g)

 Setelah mencapai 0,00234 mol jumlah HI berhenti meningkat

 Percobaan dimulai dengan pereaksi HI murni dan juga tidak ada reaksi bersih

 Percobaan 3 menggambarkan keadaan ketiga pereaksi pada awal kesetimbangan

 Masing-masing sebanyak 0,00150 mol H2 dan I2 dibiarkan bereaksi (Percobaan 1)

 Reaksi ke depan: H2(g) + I2(g)  2HI(g)

 Reaksi balik: 2HI(g)  H2(g) + I2(g)

 Setelah mencapai 0,00234 mol jumlah HI berhenti meningkat

 Percobaan dimulai dengan pereaksi HI murni dan juga tidak ada reaksi bersih

 Percobaan 3 menggambarkan keadaan ketiga pereaksi pada awal kesetimbangan

 Masing-masing sebanyak 0,00150 mol H2 dan I2 dibiarkan bereaksi (Percobaan 1)

 Reaksi ke depan: H2(g) + I2(g)  2HI(g)

 Reaksi balik: 2HI(g)  H2(g) + I2(g)

59
 Setelah mencapai 0,00234 mol jumlah HI berhenti meningkat

 Percobaan dimulai dengan pereaksi HI murni dan juga tidak ada reaksi bersih

 Percobaan 3 menggambarkan keadaan ketiga pereaksi pada awal kesetimbangan

8.2 Kesetimbangan Hidrogen-Iod-Hidrogen Iodida

 Dari tiga percobaan diatas didapat suatu hubungan yang menunjuk pada angka

[ HI ]2
Kc   50,2 pada 445 O C
[ H 2 ][ I 2 ]
numeris tertentu

Tiga percobaan tidak cukup untuk menetapkan nilai tetapan diatas, tetapi dari percobaan
yang berulang-ulang pada 445oC akan memberikan hasil yang sama

8.3 Tetapan Kesetimbangan Kc

 Untuk reaksi umum,

aA + bB + …  gG + hH + …

 Rumus tetapan kesetimbangan berbentuk

[G ] g [ H ]h ...
 Kc
[ A]a [ B ]b ...

Pembilang adalah hasil kali konsentrasi spesies-spesies yang ditulis disebelah kanan
persamaan ([G], [H] …) masing-masing konsentrasi dipangkatkan dengan koefisien dalam
persamaan reaksi yang setara (g, h …). Penyebut adalah hasil kali konsentrasi spesies-
spesies yang ditulis disebelah kiri persamaan ([A]. [B] ..) juga setiap konsentrasi
dipangkatkan dengan koefisien reaksinya (a, b, …). Nilai numerik tetapan kesetimbangan Kc
sangat tergantung pada jenis reaksi dan suhu.

8.4 Hubungan Tambahan

Jika ada 3 reaksi berikut:

 2SO2(g) + O2(g)  2SO3(g) Kc(a) = 2,8 x 102 1000 K

 2SO3(g)  2SO2(g) + O2(g) Kc(b) = ?

60
[ SO3 ]2
K c (a)  2
 2,8 x 10 2 pada 1000 K
[ SO2 ] [O2 ]
[ SO2 ]2 [O2 ]
K c (b)  ?
[ SO3 ]2
[ SO3 ]
K c (c )  ?
[ SO2 ][O2 ]1/ 2
 SO2(g) + ½ O2(g)  SO3(g) Kc(c) = ?

8.5 Ikhtisar

 Persamaan apapun yang digunakan untuk Kc harus sesuai dengan reaksi kimianya
yang setara

 Jika persamaannya dibalik, nilai Kc dibalik yaitu persamaan yang baru kebalikan
dari persamaan aslinya

 Jika koefisien dalam persamaan setara dikalikan dengan faktor yang sama, tetapan
kesetimbangan yang baru adalah akar berpangkat faktor tersebut didapat tetapan
kesetimbangan yang lama

Soal Latihan

 Untuk reaksi NH3 ↔ ½ N2 + 3/2 H2 Kc = 5,2 x 10-5 pada 298 K. Berapakah nilai
Kc pada 298 K untuk reaksi N2 + 3H2 ↔ 2NH3

8.6 Penggabungan Rumus Tetapan Kesetimbangan

 Jika diketahui:

N2(g) + O2(g)  2NO(g)Kc = 4,1 x 10-31

N2(g) + ½ O2(g)  N2O(g) Kc = 2,4 x 10-18

 Bagaimana Kc reaksi:

N2O(g) + ½ O2(g)  2NO(g) Kc = ?

Kita dapat menggabungkan persamaan diatas

N2(g) + O2(g)  2NO(g) Kc = 4,1 x 10-31

N2O(g)  N2(g) + ½ O2(g) Kc = 1/(2,4 x 10-18) = 4,2 x 1017

61
N2O(g) + ½ O2(g)  2NO(g) Kc = ?

[ NO ]2 [ N 2 ][O2 ]1/ 2 [ NO ]2
x   K c (net )
[ N 2 ][O2 ] [ N 2O] [ N 2O][O2 ]1/ 2
K c (bersih)  K c (1) x K c (2)  4,1 x 10 31 x 4,2 x 1017  1,7 x 10 13

Tetapan kesetimbangan untuk reaksi bersih adalah hasil kali tetapan kesetimbangan
untuk reaksi-reaksi terpisah yang digabungkan

8.7 Tetapan Kesetimbangan yang Dinyatakan sebagai Kp

 Tetapan kesetimbangan dalam sistem gas dapat dinyatakan berdasarkan tekanan


parsial gas, bukan konsentrasi molarnya

 Tetapan kesetimbangan yang ditulis dengan cara ini dinamakan tetapan


kesetimbangan tekanan parsial dilambangkan Kp.
Misalkan suatu reaksi

[ SO3 ]2
Kc 
[ SO2 ]2 [O2 ]
2SO2(g) + O2(g)  2SO3(g) Kc = 2,8 x 102 pd 1000 K

Sesuai dengan hukum gas ideal, PV = nRT

nSO3 PSO3 nSO2 PSO2 nO2 PO2


[ SO]3   [ SO2 ]   [O2 ]  
V RT V RT V RT

Dengan mengganti suku-suku yang dilingkari dengan konsentrasi dalam Kc akan

( PSO3 / RT ) 2 ( PSO3 ) 2
Kc   x RT
( PSO2 / RT ) 2 ( PO2 / RT ) ( PSO2 ) 2 ( PO2 )
diperoleh rumus;

62
Kc
K c  K p x RT dan Kp   K c ( RT ) 1
RT
Terlihat ada hubungan antara Kc dan Kp yaitu:

Jika penurunan yang sama dilakukan terhadap reaksi umum:

aA(g) + bB(g) + …  gG(g) + hH(g) + …

Hasilnya menjadi Kp = Kc (RT)n

Dimana n adalah selisih koefisien stoikiometri dari gas hasil reaksi dan gas pereaksi
yaitu n = (g+h+…) – (a+b+…) dalam persamaan diatas kita lihat bahwa n = -1

Soal Latihan

 Reaksi 2A(g) + B(g)  C(g) dibiarkan mencapai kesetimbangan. Jumlah awal dari
pereaksi yang ada dalam wadah 1,80 L ialah 1,18 mol A dan 0,78 mol B. pada
kesetimbangan jumlah mol A adalah 0,94 mol, berapa nilai Kc reaksi ini? (0,77)

 Tentukan nilai Kc dari Kp yang diberikan

SO2Cl2(g)  SO2(g) + Cl2(g) Kp = 2,9x10-2 pd 303K

2NO(g) + O2(g)  2NO2(g) Kp = 1,48x104 pd 184oC

(1,2x10-3) (5,55x105)

8.8 Ksetimbangan yang melibatkan cairan dan padatan murni (Reaksi Heterogen)

 Persamaan tetapan kesetimbangan hanya mengandung suku-suku yang konsentrasi


atau tekanan parsialnya berubah selama reaksi berlangsung

 Atas dasar ini walaupun ikut bereaksi tapi karena tidak berubah, maka padatan murni
dan cairan murni tidak diperhitungkan dalam persamaan tetapan kesetimbangan.

[CO ][ H 2 ]
Kc 
C(p) + H2O(g)  CO(g) + [ H 2O ] H2(g) 

CaCO3(c)  CaO(c) + CO2(g) Kc = [CO2(g)]

Atau jika dituliskan dalam bentuk tekanan parsial menjadi

Kp = PCO2 Kp = Kc(RT)

63
Latihan

Tekanan uap air pada 25oC ialah 23,8 mmHg. Tuliskan Kp penguapan air dalam
satuan atm. Berapa nilai Kc untuk proses penguapan ini! (Kp = 0,0313 Kc = 1,28x10-
3
)

8.9 Arti Nilai Tetapan Kesetimbangan

Nilai numeris Kc atau Kp yang sangat besar menandakan bahwa reaksi berjalan ke
kanan sebagaimana dituliskan, berlangsung sempurna atau mendekati sempurna

Nilai numeris Kc atau Kp yang sangat kecil menyatakan bahwa reaksi ke kanan
sebagaimana dituliskan tidak berlangsung besar-besaran

8.10 Meramalkan Arah dan Besarnya Reaksi

 Pada setiap saat selama berlangsungnya reaksi dapat dirumuskan nisbah konsentrasi-
konsentrasi yang bentuknya sama dengan rumus tetapan kesetimbangan. Nisbah ini
[G ] g [ H ]h ...
Q
[ A]a [ B]b ...
disebut kuosien reaksi

Apabila nilai yang disubstitusikan kedalam kuosien reaksi Q merupakan konsentrasi-


konsentrasi dalam keadaan setimbang, maka Q akan sama dengan K.

H2(g) + I2(g) 2HI(g) Kc = 50,2

64
8.11 Kuosien dan tetapan kesetimbangan

 Reaksi bersih berlangsung dari kiri ke kanan jika Q < Kc

 Reaksi bersih berlangsung dari kanan ke kiri jika Q > Kc

Soal Latihan

 Reaksi CO(g) + H2O(g) ↔ CO2(g) + H2(g) Kc = 1,00 pada kira-kira 1100 K.


Sejumlah zat berikut dicampur pada suhu tersebut dan dibiarkan bereaksi: 1,00 mol
CO, 1,00 mol H2O, 2,00 mol CO2 dan 2,00 mol H2. Kearah mana reaksi akan berjalan
dan bagaimana komposisi akhirnya?

8.12 Prinsip Le Chatelier

 Usaha untuk mengubah suhu, tekanan atau konsentrasi pereaksi dalam suatu sistem
dalam keadaan setimbang merangsang terjadinya reaksi yang mengembalikan
kesetimbangan pada sistem tersebut

65
8.13 Pengaruh perubahan Jumlah spesies yang bereaksi

8.14 Pengaruh Perubahan Tekanan

Jika tekanan pada campuran kesetimbangan yang melibatkan gas ditingkatkan reaksi
bersih akan berlangsung kearah yang mempunyai jumlah mol gas lebih kecil
begitupun sebaliknya

66
8.15 Pengaruh Gas Lembam (inert)

 Pengaruh tidaknya gas lembam tergantung pada cara melibatkan gas tersebut

 Jika sejumlah gas helium ditambahkan pada keadaan volume tetap, tekanan akan
meningkat, sehingga tekanan gas total akan meningkat. Tetapi tekanan parsial gas-gas
dalam kesetimbangan tetap

 Jika gas ditambahkan pada tekanan tetap, maka volume akan bertambah. Pengaruhnya
akan sama dengan peningkatan volume akibat penambahan tekanan eksternal.

 Gas lembam mempengaruhi keadaan kesetimbangan hanya jika gas tersebut


mengakibatkan perubahan konsentrasi (atau tekanan parsial) dari pereaksi-
pereaksinya

8.16 Pengaruh Suhu

Penambahan kalor akan menguntungkan reaksi serap-panas (endoterm)

Pengurangan kalor akan menguntungkan reaksi lepas-panas (eksoterm)


Peningkatan suhu suatu campuran kesetimbangan menyebabkan pergeseran kearah
reaksi endoterm. Penurunan suhu menyebabkan pergeseran kearah reaksi eksoterm

Soal Latihan

Sebanyak 0,100 mol I2(g) dimasukkan kedalam ruang hampa sebesar 1,00 L pada suhu
1200oC, 5% dari senyawa tersebut mengurai menjadi atom-atom I. Untuk reaksi I2(g)
 2I(g). Berapakah nilai Kc dan Kp! (Kc=1,1x10-2 Kp=1,3)

Sebanyak 1,00 g PCl5 dimasukkan kedalam wadah 250 mL, kemudian dipanaskan
sampai 250oC, dimana disosiasi PCl5 dibiarkan mencapai kesetimbangan PCl 5(g) 
PCl3(g) + Cl2(g). Banyaknya Cl2 yang berada dalam kesetimbangan diketahui 0,25 g.
Berapa nilai Kc untuk reaksi tersebut! (3,8x10-2)
Sebanyak 0,100 mol H2 dan 0,100 mol I2 dimasukkan kedalam wadah 1,50 L dan
campuran ini dibiarkan mencapai kesetimbangan pada suhu 445 oC. Berapakah mol I2
yang ada pada waktu kesetimbangan tercapai? (2x10-3 mol I2)

H2(g) + I2(g)  2HI(g), Kc = 50,2 pada 445oC

67
8.17 Pengaruh Suhu pada Kesetimbangan

Umumnya tetapan kesetimbangan suatu reaksi tergantung pada suhu


Nilai Kp untuk reaksi oksidasi belerang dioksida diperlihatkan pada tabel berikut

 H o 1
log K   tetapan
2,303 R T
Hubungan pada tabel tersebut dapat dituliskan dengan:

Persamaan garis lurus y = m .x +b

Dan jika ada dua keadaan yang berbeda kita dapat menghubungkan dengan
modifikasi sederhana hingga diperoleh:

K2 H o  T2  T1 
log   
K1 2,303 R  T2T1 

Keterangan

 K2 dan K1 adalah tetapan kesetimbangan pada suhu kelvin T 2 dan T1. ∆Ho adalah
entalpi (kalor) molar standar dari reaksi. Nilai positif dan negatif untuk parameter ini
dimungkinkan dan diperlukan asumsi bahwa ∆Ho tidak tergantung pada suhu

 Menurut prinsip Le Chatelier, jika ∆Ho > 0 (endoterm) reaksi kedepan terjadi jika
suhu ditingkatkan, menyiratkan bahwa nilai K meningkat dengan suhu. Jika ∆Ho < 0
68
(eksoterm) reaksi kebalikan terjadi jika suhu ditingkatkan dan nilai K menurun
dengan suhu

 Persamaan diatas menghasilkan nilai kuantitatif yang sesuai dengan pengamatan


kualitatif dari prinsip Le Chatelier.

Soal Latihan

 Untuk reaksi N2O4(g)  2NO2(g), ∆Ho = +61,5 kJ/mol dan Kp = 0,113 pada 298K

Berapa nilai Kp pada 0oC? (1,2x10-2)

Pada suhu berapa nilai Kp = 1,00 (326 K)

Pengaruh Katalis pada Kesetimbangan

 Katalis dalam reaksi dapat balik dapat mempercepat reaksi baik kekanan atau kekiri.
Keadaan kesetimbangan tercapai lebih cepat tetapi tidak mengubah jumlah
kesetimbangan dari spesies-spesies yang bereaksi.

 Peranan katalis adalah mengubah mekanisme reaksi agar tercapai energi aktivasi yang
lebih rendah.

 Keadaan kesetimbangan tidak bergantung pada mekanisme reaksi

 Sehingga tetapan kesetimbangan yang diturunkan secara kinetik tidak dipengaruhi


oleh mekanisme yang dipilih.

BAB IX

LARUTAN DAN KOLOID

Hampir semua gas, cairan dan padatan yang ada dimuka bumi terdiri dari campuran
berbagai senyawa. Campuran secara fisik dicirikan oleh komposisinya yang bervariasi dan
masing-masing komponen masih mempertahankan sifat individualnya. Ada 2 jenis campuran
yang umum yaitu larutan dan koloid Sebagai contoh gula dicampur dengan air. Jika
campuran bersifat homogen maka terlihat serba sama pada seluruh bagian campuran, yaitu
cair. Pada keadaan itu campuran disebut larutan. Larutan adalah campuran homogen dimana
masing-masing komponennya tidak terbedakan dan berada dalam satu fasa. Di sisi lain, jika
campuran bersifat heterogen maka campuran akan terlihat dua fase yang berbeda, yaitu cair
dan padat. Koloid adalah campuran heterogen dimana satu komponen terdispersi sebagai

69
partikel halus pada komponen lainnya Dalam larutan, partikel-partikel adalah individual
atom, ion atau molekul sedangkan dalam koloid partikel-partikel adalah makromolekul atau
agregasi dari molekul kecil yang tidak cukup besar untuk mengendap.

9.1 Larutan

Biasanya larutan didefinisikan dengan adanya solut (zat terlarut) dan solven (pelarut).
Solven adalah komponen yang jauh lebih banyak dibanding solute. Pada beberapa kasus
istilah bercampur (miscible) digunakan untuk larutan yang terbentuk pada berbagai proporsi
(tidak harus solvennya banyak). Kelarutan (S) adalah jumlah maksimum solut yang terlarut
pada solven dan suhu tertentu. Solut yang berbeda akan memiliki kelarutan berbeda,
misalnya: S NaCl = 39,12 g/100 mL air pada 100o C sedangkan S AgCl = 0,0021 g/100 mL
air pada 100o C. Istilah larutan encer dan pekat juga menunjukkan jumlah relatif solut namun
secara kualitatif.

9.2 Larutan Liquid-Liquid Dan Solid-Solid

Pengamatan ilmiah menunjukkan bahwa ada kecenderungan like dissolves like dalam
kelarutan solut dalam solven. Air mampu melarutkan garam karena gaya ion-dipole sama
kuat dengan gaya ion-ion yang ada pada garam sehingga mampu menggantikannya. Minyak
tidak dapat larut dalam air karena gaya dipole-dipole terinduksi yang lemah tidak dapat
menggantikan gaya dipole-dipole (ikatan-H) pada air sehingga minyak tidak dapat
menggantikan molekul air. Larutan yang memenuhi like dissolves like mensyaratkan adanya
kesetaraan kekuatan gaya untuk dapat mengatasi gaya dalam solven dan solut. Berikut
beberapa contoh kelarutan alkohol dalam air dan garam (gambar 1).

70
Contoh:

Perkirakan solven yang mana akan melarutkan lebih baik untuk solut berikut

1. NaCl dalam metanol (CH3OH) atau dalam propanol (CH3CH2CH2OH)

2. Etilen glikol (OHCH2CH2OH) dalam heksan (CH3CH2CH2CH2CH2CH3) atau dalam air

3. Dietil eter (CH3CH2OCH2CH3) dalam air atau dalam etanol

Jawab:

1. NaCl dalam methanol. Ini diikarenakan pada pelarutan NaCl, gaya dipole-dipolenya
methanol lebih kuat dibanding propanol.

2. Etilen Glikol dalam heksan. Ini dikarenakan pada pelarutan etilen glikol, gaya dipole-
dipolenya heksan lebih kuat dibanding air.

3. Dietil eter dalam etanol. Ini dikarenakan pada pelarutan dietil eter, gaya dipole-dipolenya
etanol lebih kuat dibanding air.

9.3 Dual Polaritas Sabun

Sabun dan detergen memiliki gugus hidrofob berupa rantai lurus alkil. Misalnya, sabun
natrium stearat (gambar 2), memiliki rantai alkil -C16H33 dan bagian hidrofilnya ion natrium.
Detergen dengan bahan aktif LABS (linear alkil benzene sulfonat) memiliki gugus hidrofob
rantai lurus alkil dan bagian hidrofilnya gugus sulfonat. Rantai lurus ini sering disebut
sebagai bagian ekor yang tidak suka sama air, sedangkan bagian hidrofilnya sering disebut
sebagai bagian kepala, yang suka air. Pada saat mencuci pakaian menggunakan detergen,
noda lemak akan tertarik pada bagian ekornya yang bersifat hidrofob dan larut dalam air. Hal
tersebut dikarenakan bagian kepalanya tertarik molekul air yang bersifat hidrofil.

71
9.4 Larutan Gas-Liquid

Gas-gas yang bersifat non polar seperti N2 atau hampir non polar seperti NO memiliki
titik didih rendah karena gaya antar molekulnya yang lemah. Hal ini menyebabkannya tidak
larut dalam air dan titik didihnya berkorelasi dengan kelarutan dalam air tersebut. Gas non
polar sebagian besar memiliki nilai kelarutan kecil, kecuali jika gas ini berinteraksi kimia
dengan solven, seperti O2 dalam darah atau CO2 dalam air (membentuk HCO3-). Berikut
korelasi antara titik didih dan kelarutan dalam air dari beberapa jenis gas (tabel 1).

Gas Kelarutan (M) Titik Didih (K)

He 4,2 x 10-4 4,2

Ne 6,6 x 10-4 27,1

N2 10,4 x 10-4 77,4

CO 15,6 x 10-4 81,6

O2 21,8 x 10-4 90,2

NO 32,7 x 10-4 121,4

Gas dan korelasi antara titik didih dan kelarutan dalam air

9.5 Perubahan Energi Dalam Proses Pelarutan

Dalam kelarutan, ada 3 tahapan agar suatu zat dapat larut, yaitu:

1. Partikel solut harus terpisah satu sama lain

2. Beberapa partikel solven harus terpisah untuk memberi ruang bagi partikel solut

3. Partikel solut dan solven harus bercampur menjadi satu

Energi akan diserap saat terjadi pemisahan partikel sebaliknya energi akan dilepas ketika
partikel bergabung dan tertarik satu sama lain. Dari hal-hal yang disebutkan di atas,
kesimpulannya bahwa dalam pelarutan akan disertai perubahan entalpi.

72
Perubahan entalpi pelarutan terbagi 3 kondisi, yaitu:

1. Partikel solut terpisah satu sama lain

Solut (agregat) + kalor → solut (terpisah) ΔHsolut > 0

2. Partikel solven terpisah satu sama lain

Solven (agregat) + kalor → solven (terpisah) ΔHsolven > 0

3. Partikel solut dan solven bergabung

Solut (terpisah) + solven (terpisah) → larutan + Kalor ΔHcamp < 0

Dari 3 kondisi di atas, didapatkan bahwa perubahan entalpi total pelarutan (ΔHlar) adalah
jumlah seluruh entalpi yang ada yaitu:

ΔHlar = ΔHsolut + ΔHsolven + ΔHcamp

Contoh:

Dari informasi berikut, perkirakan kelarutan tiap-tiap senyawa akankah naik atau turun
dengan meningkatnya suhu

1. ΔHlar NaOH(s) = -44,5 kJ/mol

2. Ketika KNO3 terlarut dalam air, larutan menjadi semakin dingin

3. CsCl(s) ↔ Cs+(aq) + Cl-(aq) ΔHlar = +17,8 kJ

73
Jawab:

1. Seiring meningkatnya suhu kelarutannya naik. Ini dikarenakan harga entalpi larutan
bernilai negatif atau terjadinya suhu turun.

2. Seiring meningkatnya suhu kelarutannya turun. Ini dikarenakan larutan menjadi dingin
atau harga entaplpinya positif.

3. Seiring meningkatnya suhu kelarutannya turun. Ini dikarenakan harga entalpi larutan
bernilai positif.

9.6 Kelarutan Gas Dalam Air

Jika solut berupa solid atau liquid maka ΔHsolut > 0 karena dibutuhkan energi untuk
membuat partikel terpisah, tetapi pada gas energi ini tidak diperlukan karena gas sudah
terpisah satu sama lain sehingga ΔHsolut gas = 0 dan ΔHlar selalu < 0.Dalam kaitan ini
kelarutan gas akan menurun drastis jika temperatur meningkat.

9.7 Hukum Henry

Pada hukum dinyatakan bahwa “Kelarutan suatu gas (Sgas) berbanding lurus dengan
tekanan parsial gas (Pgas) diatas larutan”. Dari pernyataan tersebut didapat rumus:

Sgas = kH x Pgas

Dimana kH adalah konstanta Henry dan memiliki nilai tertentu untuk kombinasi gas-
solven pada T tertentu. Unit Sgas adalah mol/L dan Pgas adalah atm maka unit kH adalah
mol/L . atm.

Latihan

1. Tekanan parsial gas CO2 didalam botol cola adalah 4 atm pada 25 o C. Berapa kelarutan
CO2?

Diketahui: Konstanta Henry CO2 terlarut dalam air = 3,3 x 10-2 mol/L atm pada 25o C

74
2. Berapa kelarutan N2 di air pada 25o C dan 1 atm jika udara mengandung 78% N2
(volume)? kH N2 dalam air pada 25o C adalah 7 x 10-4 mol/L atm

Jawab:

1. S CO2 = kH CO2 * P CO2

= 3,3 x 10-2 mol/L atm * 4 atm

= 13,2 x 10-2 mol/L

2. S N2 = kH N2 * P N2

= 7 x 10-4 mol/L atm * 0,78 atm

= 5,46 x 10-4 mol/L

9.8 Konsentrasi

Kosentrasi adalah proporsi senyawa dalam campuran sehingga ia merupakan sifat


intensif yaitu sifat yang tidak tergantung pada jumlah campuran yang ada. Sebagai contoh, 1
L NaCl 0,1 M sama konsentrasinya dengan 1 mL NaCl 0,1 M. Konsentrasi sering dituliskan
dalam rasio jumlah solut terhadap jumlah larutan, namun ada juga rasio solut terhadap
solven. Konsentrasi larutan memiliki satuan, yaitu:

a. Molaritas [M]

Molaritas menyatakan banyaknya mol zat terlarut di dalam setiap 1 liter larutan. Satuan
konsentrasi molar atau molaritas dinyatakan dalam mol dm -3 atau mol L-1 dan diberi lambang
M. n adalah jumlah mol solut satuannya mol. v adalah volum larutan satuannya liter. Rumus
mencari molaritas, yaitu:

n
M
v

75
b. Molalitas [m]

Molalitas menyatakan banyaknya mol solut di dalam setiap 1000 gram solven. Satuan
maolalitas adalah molal atau m. n adalah jumlah mol zat solut satuannya mol. p adalah massa
solven satuannya gram. Rumus mencari molalitas, yaitu:

1000
Mnx
p

c. Fraksi mol [X]

Fraksi mol suatu zat di dalam larutab menyatakan perbandingan banyaknya mol dari zat
tersebut terhadap jumlah mol seluruh komponen larutan. Bila nA mol zat A bercampur dengan
nB mol zat B, maka fraksi mol zat A (XA) dan fraksi mol zat B (XB) dinyatakan dengan:

nA nB
XA  dan X A 
nA  nB nA  nB

Dimana jumlah fraksi mol dari seluruh komponen dalam campuran adalah 1.

Contoh:

1. Berapa molalitas larutan yang dibuat dengan melarutkan 32 g CaCl 2 dalam 271 g air?

2. Berapa gram glukosa (C6H12O6) yang harus dilarutkan dalam 563 g etanol (C 2H5OH)
untuk membuat larutan dengan konsentrasi 2,40 x 10-2 m?

Jawab:

1. Mr CaCl2 = 110. Sehingga:

32
n mol  0,29 mol
110
p  271 gram
 1000 
m  0,29 x    1,07 molal
 271 

76
2. Mr C6H12O6 = 180. Sehingga:

2,40x10 -2 m
n  0,007 mol
 1000 
 
 271 
x  0,007 *180  1,26 gram

9.9 Sifat Kolegatif Larutan

Sifat kolegatif larutan adalah sifat larutan yang hanya dipengaruhi oleh jumlah
partikel zat terlarut di dalam larutan, dan tidak dipengaruhi oleh sifat dari zat terlarut. Ada 4
sifat larutan yang sangat dipengaruhi oleh kuantitas solut dalam larutan atau disebut 4 sifat
koligatif (kolektif). Awal mulanya sifat koligatif digunakan untuk melihat pengaruh solut
elektrolit dan non elektrolit terhadap sifat larutan. Keempat sifat itu adalah penurunan
tekanan uap, kenaikan titik didih, penurunan titik beku dan tekanan osmotik.

a. Penurunan Tekanan Uap (ΔP)

Hukum Raoult menyatakan bahwa “besarnya tekanan uap larutan sebanding dengan
fraksi mol pelarut dan tekanan uap dari pelarut murninya”. Untuk solut dengan karakter
non volatil dan non elektrolit seperti gula, solut ini tidak terdisosiasi dan tidak menguap.
Tekanan uap pelarut murni lebih besar dari larutan karena pada yang murni kecenderungan
uap memicu entropi besar. Sedangkan pada larutan dengan solut entropi besar sudah ada
dalam larutan sehingga penguapan menjadi berkurang. Rumus Hukum Raoult, yaitu:

Psolven = Xsolven × Posolven

Xsolven + Xsolut = 1 atau Xsolven = 1 – Xsolut

ΔP=Posolven x Xsolut

Hitung penurunan tekanan uap larutan 2 g aspirin (Mr: 180,15 g/mol) dalam 50 g metanol
pada 21,2oC. Metanol murni memiliki tekanan uap 101 torr pada suhu ini.

77
2 50
n aspirin  mol n metanol 
180,15 32,04
 0,011 mol  1,56 mol

P  P o X air
 1,56 
P  101 
 1,56  0,011 
 100,29 torr

b. Kenaikan Titik Didih (ΔTb)

Menurut Hukum Raolt, “besarnya kenaikan titik didih larutan sebanding dengan
hasil kali dari molalitas larutan (m) dan kenaikan titik didih molal (K b)”. Karena
tekanan uap larutan lebih rendah (turun) dibanding pelarut murni, maka konsekuensinya
larutan juga akan mendidih pada suhu yang lebih tinggi. Titik didih larutan adalah suhu
dimana tekanan uap sama dengan tekanan eksternal (1 atm).

ΔTb ∞ m atau ΔTb = Kb × m

Dimana m molalitas larutan dan Kb adalah konstanta kenaikan titik didih molal sehingga:

ΔTb = Tb(larutan) – Tb(solven)

Berikut diagram fasa (P-T) solven dan larutan

78
Contoh:

Sebanyak 9 gram glukosa dilarutkan dalam 100 gram air. Hitunglah titik didih larutan yang
terjadi, jika diketahui massa molekul relatif glukosa 180 dan tetapan kenaikan titik didih air
0,52o C/molal.

Jawab:

9
n glukosa  mol  0,05 mol
180
p  100 gram
K b  0,52 o C/molal Tb  Tb  Δt b
O

 1000   100  0,26


ΔTb  K b  n x 
 p   100,26 o C
 1000 
 0,52 0,05 x 
 100 
 0,26 o C

c. Penurunan Titik Beku (ΔTf)

Perbedaan titik beku akibat adanya partikel-partikel zat terlarut disebut penurunan titik
beku (Δf) Seperti halnya dalam penguapan hanya solven yang menguap, dalam pembekuan
juga hanya senyawa solven yang membeku. Titik beku larutan adalah suhu dimana tekanan
uap larutan sama dengan tekanan pelarut murni. Pada suhu ini solven beku dan larutan yang
masih mencair berada dalam kesetimbangan. Seperti halnya kenaikan titik didih, penurunan
titik beku pelarutan sebanding dengan hasil kali molaritas larutan dengan tetapan penurunan
titik beku pelarut (Kf). Persamaan penurunan titik beku, yaitu:

ΔTf ∞ m ΔTf = Kf × m

ΔTf = Tf (solven) – Tf (larutan)

79
Contoh:

Sebanyak 6 gram urea dilarutkan ke dalam 200 gram air pada tekanan 1 atm. Bila tetapan
penurunan titik beku air (Kf air) = 1,86oC/molal dan Mr urea =60, hitunglah titik beku larutan.

Jawab:

6
n urea  mol  0,1 mol
60
p  200 gram Tf larutan  Tf  Δt f
O

K f  1,86 o C/molal  0o C  0,93 o C


 1000   0,93 o C
ΔTf  K f  n x 
 p 
 1000 
ΔTf  1,86 0,1 x   0,93 C
o

 200 

d. Tekanan Osmotik (π)

Tekanan osmotik didefinisikan sebagai tekanan yang harus diberikan untuk mencegah
pergerakan air dari solven ke larutan seperti pada (gambar 4). Tekanan ini berbanding lurus
dengan jumlah solut dalam volume larutan. Berikut persamaan tekanan osmosik:

π=MRT

M adalah konsentrasi osmotic satuannya atm. R adalah tetapan gas ideal bernilai 0,082 L
atau K-1 mol-1. T adalah suhu mutlak satuannya Kelvin (K).

Contoh:

Hitunglah tekanan osmotic larutan 3,6 glukosa yang terlarut di dalam 500 mL larutan pada
suhu 27oC (Mr glukosa = 180).

80
Jawab:

3,6
n glukosa  mol  0,05 mol
180 π  MRT
V  400 mL  0,5 liter  0,02/0,5  x 0,082 x 300 atm
T  27  273 K  300 K  0,984 atm

BAB X

ELEKTROKIMIA
10.1 Overview

• Konsep termodinamika tidak hanya berhubungan dengan mesin uap, atau transfer
energi berupa kalor dan kerja
• Dalam konteks kehidupan sehari-hari aplikasinya sangat luas mulai dari pemanfaatan
baterei untuk menjalankan hampir semua alat elektronik hingga pelapisan logam pada
permukaan logam lain
• Elektrokimia adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara perubahan (reaksi)
kimia dengan kerja listrik, biasanya melibatkan sel elektrokimia yang menerapkan
prinsip reaksi redoks dalam aplikasinya.
• Ada 2 jenis sel elektrokimia: (1) Sel yang melakukan kerja dengan melepaskan energi
dari reaksi spontan dan (2) sel yang melakukan kerja dengan menyerap energi dari
sumber listrik untuk menggerakkan reaksi non spontan

10.2 Setengah Reaksi dan Sel Elektrokimia

• Sel elektrokimia baik yang melepas atau menyerap energi selalu melibatkan
perpindahan elektron-elektron dari satu senyawa ke senyawa yang lain dalam suatu
reaksi oksidasi reduksi
• Oksidasi adalah hilangnya elektron sedangkan reduksi diperolehnya elektron
• Zat pengoksidasi adalah spesies yang melakukan oksidasi, mengambil elektron dari
zat yang teroksidasi
• Zat pereduksi adalah spesies yang melakukan reduksi memberikan elektron kepada
zat yang tereduksi
• Setelah reaksi zat teroksidasi memiliki bilangan oksidasi lebih tinggi sedangkan zat
tereduksi memiliki bilangan oksidasi lebih rendah

81
10.3 Menyeimbangkan Persamaan Redoks

• Bagi reaksi menjadi dua buah setengah reaksi masing-masing yang mengalami
oksidasi dan reduksi
• Seimbangkan atom dan muatan pada masing-masing reaksi
– Mula-mula atom selain O dan H, kemudian O lalu terakhir H
– Muatan diseimbangkan dengan menambah elektron (e) disebelah kiri untuk
setengah reaksi reduksi dan disebelah kanan untuk setengah reaksi oksidasi
• Kalikan masing2 setengah reaksi dengan bilangan bulat untuk menyeimbangkan
jumlah e yang diperoleh reduksi sama dengan elektron yang dilepas oksidasi
• Jumlahkan kedua buah setengah reaksi tersebut
• Periksa apakah atom dan muatan sudah seimbang

10.3.1 reaksi Redoks Suasana Asam

Cr2O72-(aq) + I-(aq)  Cr3+(aq) + I2(s) (lar asam)

1. Mula-mula bagi reaksi menjadi dua buah setengah reaksi reduksi dan oksidasi
2. Seimbangkan atom dan muatan dimasing-masing setengah reaksi
a. Seimbangkan jumlah atom Cr
b. Seimbangkan O dengan menambahkan H2O
c. Seimbangkan H dengan menambahkan ion H+
d. Seimbangkan muatan dengan menambah elektron
e. Begitupun dengan setengah reaksi oksidasi

82
3. Kalikan masing-masing setengah reaksi agar jumlah e sama
4. Jumlahkan kedua buah setengah reaksi tersebut menjadi overall
5. Periksa jumlah atom dan muatan
• Untuk reaksi suasana basa setelah langkah ke4 tambahkan ion OH- dengan jumlah
sama dengan ion H+

Soal Latihan

• Permanganat bereaksi dalam larutan basa dengan ion oksalat membentuk ion karbonat
dan mangan dioksida padat seimbangkan reaksi redoks berikut:
MnO4-(aq) + C2O42-(aq)  MnO2(s) + CO32-(aq)

• Seimbangkan persamaan reaksi berikut dengan suasana larutan basa


MnO4-(aq) + I-(aq)  MnO42-(aq) + IO3-(aq)

10.4 Sel Elektrokimia

• Sel Volta (sel galvani) memanfaatkan reaksi spontan (∆G < 0) untuk membangkitkan
energi listrik, selisih energi reaktan (tinggi) dengan produk (rendah) diubah menjadi
energi listrik. Sistem reaksi melakukan kerja terhadap lingkungan
• Sel Elektrolisa memanfaatkan energi listrik untuk menjalankan reaksi non spontan
(∆G > 0) lingkungan melakukan kerja terhadap sistem
• Kedua tipe sel menggunakan elektroda, yaitu zat yang menghantarkan listrik antara
sel dan lingkungan dan dicelupkan dalam elektrolit (campuran ion) yang terlibat
dalam reaksi atau yang membawa muatan

10.5 Elektroda

• Elektroda terbagi menjadi dua jenis yaitu anoda dan katoda


• Setengah reaksi oksidasi terjadi di anoda. Elektron diberikan oleh senyawa teroksidasi
(zat pereduksi) dan meninggalkan sel melalui anoda
• Setengah reaksi reduksi terjadi di katoda. Elektron diambil oleh senyawa tereduksi
(zat pengoksidasi) dan masuk sel melalui katoda

83
10.6 Sel Volta dan Sel Elektrolisa

10.6.1 Sel Volta

84
10.6.2 Kontruksi dan Operasi Sel Volta

• Setengah sel oksidasi: anoda berupa batang logam Zn dicelupkan dalam ZnSO4
• Setengah sel reduksi: katoda berupa batang logam Cu dicelupkan dalam CuSO 4
• Terbentuk muatan relatif pada kedua elektroda dimana anoda bermuatan negatif dan
katoda bermuatan positif
• Kedua sel juga dihubungkan oleh jembatan garam yaitu tabung berbentuk U terbalik
berisi pasta elektrolit yang tidak bereaksi dengan sel redoks gunanya untuk
menyeimbangkan muatan ion (kation dan anion)
• Dimungkinkan menggunakan elektroda inaktif yang tidak ikut bereaksi dalam sel
volta ini misalnya grafit dan platinum

10.6.3 Notasi Sel Volta

• Sel Volta dinotasikan dengan cara yang telah disepakati (untuk sel Zn/Cu 2+)
Zn(s)|Zn2+(aq)║Cu2+(aq)|Cu(s)

• Bagian anoda (setengah sel oksidasi) dituliskan disebelah kiri bagian katoda
• Garis lurus menunjukkan batas fasa yaitu adanya fasa yang berbeda (aqueous vs
solid) jika fasanya sama maka digunakan tanda koma
• Untuk elektroda yang tidak bereaksi ditulis dalam notasi diujung kiri dan ujung kanan

10.6.4 Sel Volta dengan Elektroda Inaktif

Grafit|I2(s)|I-(aq)║H+(aq), MnO4-(aq), Mn2+(aq)|Grafit

85
Soal Latihan

• Dalam satu bagian sel volta, batang grafit dicelupkan dalam larutan K 2Cr2O7 dan
Cr(NO3)3 (suasana asam). Pada bagian yang lain logam timah dicelupkan dalam
larutan Sn(NO3)2 jembatan garam menghubungkan kedua bagian. Elektroda timah
bermuatan negatif relatif terhadap grafit
• Gambarkan diagram sel, tuliskan persamaan reaksi seimbang dan notasi sel volta
tersebut
10.7 Potensial Sel

• Sel volta menjadikan perubahan energi bebas reaksi spontan menjadi energi listrik
• Energi listrik ini berbanding lurus dengan beda potensial antara kedua elektroda
(voltase) atau disebut juga potensial sel (Esel) atau gaya electromotive (emf)
• Untuk proses spontan Esel > 0, semakin positif Esel semakin banyak kerja yang bisa
dilakukan oleh sel
• Satuan yang dgunakan 1 V = 1 J/C
• Potensial sel sangat dipengaruhi oleh suhu dan konsentrasi, oleh karena itu potensial
sel standar diukur pada keadaan standar (298 K, 1 atm untuk gas, 1 M untuk larutan
dan padatan murni untuk solid)
10.8 Potensial Elektroda Standar

• Potensial elektroda standar adalah potensial yang terkait dengan setengah reaksi yang
ada (wadah elektroda)
• Menurut kesepakatan potensial elektroda standar selalu ditulis dalam setengah reaksi
reduksi
• Bentuk teroksidasi + ne  bentuk tereduksi Eo1/2 sel
• Potensial elektroda standar seperti halnya besaran termodinamika dapat dibalik
dengan mengubah tandanya
• Eosel = Eokatoda - Eoanoda

10.9 Elektroda Hidrogen Standar

• Ilmuwan telah menyepakati untuk memilih setengah reaksi rujukan dengan nilai 0
untuk reaksi:
2H+(aq, 1 M) + 2e  H2(g, 1 atm) Eorujukan = 0

H2(g, 1 atm)  2H+(aq, 1 M) + 2e –Eorujukan = 0

86
• Dengan nilai rujukan ini kita bisa menyusun sel volta yang menggunakan elektroda
hidrogen standar sebagai salah satu elektrodanya dan mengukur potensial sel dengan
alat ukur, kemudian kita dapat menentukan potensial elektroda standar banyak zat
secara luas

Latihan Soal

• Suatu sel volta memiliki reaksi antara larutan bromine dan logam Zn
Br2(aq) + Zn(s)  Zn2+(aq) + 2Br-(aq) Eosel = 1,83 V

Hitung Eo untuk oksidasi Br-(aq) jika EoZn = -0,76 V

• Suatu sel volta memiliki Eosel = 1,39 V berdasarkan reaksi:


Br2(aq) + 2V3+(aq) + 2H2O(l)  2VO2+(aq) + 4H+(aq)
+ 2Br-(aq)

Berapa potensial elektroda standar reduksi VO2+ menjadi V3+ ?

10.10 Kekuatan relatif Oksidator dan reduktor

• Semua nilai adalah relatif terhadap elektroda hidrogen standar (referensi)


2H+ (aq, 1 M) + 2e  H2 (g, 1 atm)

• Menurut konvensi semua setengah reaksi ditulis sebagai reaksi reduksi artinya semua
reaktan pengoksidasi dan semua produk pereduksi
• Nilai Eo yang diberikan adalah setengah reaksi tertulis, semakin positif nilainya
semakin besar kecenderungan reaksi tersebut terjadi
• Nilai Eo memiliki nilai yang sama tetapi berbeda tanda jika reaksinya kita balik
• Berdasarkan tabel semakin keatas semakin oksidator dan semakin kebawah semakin
reduktor

87
10.11 Reaksi redok Spontan

• Setiap reaksi redoks adalah jumlah dari kedua setengah reaksi, sehingga akan ada
reduktor dan oksidator ditiap-tiap sisi reaksi
• Berdasarkan tabel maka reaksi spontan (E osel> 0) akan terjadi antara oksidator (sisi
reaktan) dan reduktor (sisi produk) yang terletak dibawahnya
• Misal Cu2+ (kiri) dan Zn (kanan) bereaksi spontan dan Zn terletak dibawah Cu2+

88
Soal Latihan

• Kombinasikan setengah reaksi berikut menjadi 3 buah reaksi redoks spontan, hitung
Eosel untuk tiap-tiap reaksi dan urutkan kenaikan sifat oksidator dan sifat reduktor
senyawanya!
• Apakah reaksi berikut spontan
3Fe2+(aq)  Fe(s) + 2Fe3+(aq)

Jika tidak, tulis reaksi spontannya, hitung Eosel dan urutkan ketiga spesies besi
berdasarkan penurunan kekuatan reduksinya!

10.12 Reaktifitas Relatif Logam

• Logam yang dapat menggantikan H2 dari asam. Ambil salah satu logam, tuliskan
reaksi oksidasinya lalu jumlah untuk memperoleh E osel jika positif maka H2 akan
terlepas
• Logam yang tidak dapat menggantikan H2, dengan langkah yang sama, namun jika
hasilnya Eosel < 0, maka reaksi tidak spontan
• Logam yang dapat menggantikan H2 dari air, logam yang terletak dibawah reduksi
air
• Logam yang dapat menggantikan logam lain dari larutannya, yaitu logam yang
terletak dibagian bawah tabel dapat mereduksi logam yang terletak dibagian atas tabel

10.13 Potensial Sel Standar an Konstanta kesetimbangan

0,0592V
o
Esel  log K
n
o
nEsel
log K 
0,0592V
89
Soal latihan

• Timbal dapat menggantikan perak dari larutannya:


Pb(s) + 2Ag+(aq)  Pb2+(aq) + 2Ag(s)

Hitung K dan ∆Go pada 25oC untuk reaksi ini!

• Saat logam kadmium mereduksi Cu2+ dalam larutan, terbentuk ion Cd2+ dan logam
Cu, jika ∆Go = -143 kJ, hitung K pada 25oC dan berapa potensial sel sel volta yang
menggunakan reaksi ini?

10.14 Pengaruh konsentrasi terhadap Potensial Sel

• Sejauh ini potensial sel standar diukur dari potensial setengah sel juga pada keadaan
standar sementara kebanyakan sel volta tidak beroperasi pada keadaan standarnya
• Berdasarkan persamaan yang telah diketahui:
∆G = ∆Go + RT ln Q sedangkan

∆G = -nFEsel juga ∆Go = -nFEosel sehingga

-nFEsel = -nFEosel + RT ln Q

Esel = Eosel – (RT/nF) ln Q

10.15 Aplikasi persamaan Nernst

• Saat Q < 1 sehingga [reaktan] > [produk] maka Esel > Eosel
• Saat Q = 1 sehingga [reaktan] = [produk] maka Esel = Eosel
• Saat Q > 1 sehingga [reaktan] < [produk] maka Esel < Eosel
• Jika kita memasukkan nilai R dan T pada 298
Esel = Eosel – (0,0592 V/n) log Q (pada 25oC)

Soal latihan

• Seorang kimiawan menyusun sel volta yang terdiri dari elektroda Zn/Zn2+ dan H2/H+
pada kondisi [Zn2+] = 0,010 M, [H+] = 2,5 M dan Tekanan H2 = 0,30 atm, tentukan
Esel bila Eored Zn2+ / Zn = -0,76 V
• Perhatikan sel berdasarkan reaksi berikut
Fe(s) + Cu2+(aq)  Fe2+(aq) + Cu(s)

Jika [Cu2+] = 0,30 M berapa [Fe2+] diperlukan untuk meningkatkan Esel 0,25 V diatas
Eosel pada 25oC?

90
10.16 Potensial Sel dan Hubungan antara Q dan K

Zn(s) + Cu2+(aq)  Zn2+(aq) + Cu(s) Q = [Zn2+]/[Cu2+]

10.17 Sel Konsentrasi

91

Anda mungkin juga menyukai