Anda di halaman 1dari 38

BAB II Teori Atom

II.1 Ide Democritus sampai Teori Atom Dalton

Pada abad ke-15 filosof Yunani Democrius menyatakan pendapatnya bahwa semua
materi/bahan akan tersusun dari sesuatu yang sangat kecil, partikel-partikel yang tidak dapat dibagi,
yang dinamakan atomos ( yang mempunyai arti tidak dapat dipotong atau tidak dapat dibagi ). Ide
Democritus tidak dapat diterima oleh kebanyakan ilmuwan pada saat ini ( antara lain Plato dan
Aristoteles ), tetapi pandangan tersebut sebagai wacana pemikiran tetap langgeng sampai berabad-
abad amannya. Banyak fakta yang mendukung kebenaran dari ide Democritus, tetapi pandangan
tersebut sebagai wacana pemikiran tetap langgeng sampai berabad-abad amannya. Banyak fakta yang
mendukung kebenaran dari ide Democritus , tetapi tidak dapat terformulasi dengan baik. Baru pada
tahun 1808 seorang ilmuwan inggris yang juga seorang guru, John Dalton ( Ahli Kimi, matematik dan
filosofis inggris ) memformulasikan suatu definisi yang tepat mengenai atom sebagai suatu bagian
dasar dari bahan yang tidak dapat dibagi lagi ( indivisible building blocks of matter ).

Teori Atom Dalton sering dikatakan sebagai tanda dimulainya era modern ilmu Kimia. Hipotesis
Dalton mengenai atom dapat diringkas sebagai berikut :

1. Setiap unsur kimia tersusun oleh partikel – partikel kecil yang tidak dapat dilihat dan dibagi, yang
disebut atom. Selama perubahan kimia atom tidak dapat diciptakan dan juga tidak dapat
dimusnahkan.

2. Semua atom yang sama mempunyai massa ( bobot ) dan sifat lain yang sama, sedangkan atom
yang berlainan mempunyai massa ( bobot ) dan sifat lain yang berlainan pula.

3. Dalam senyawa kimia, atom dari unsur yang berlainan melakukan ikatan dengan nisbah numeric
yang sederhana: Misalnya, satu atom A dan satu atom B ( AB ), satu atom A dan dua atom B ( AB2).

Bila atom-atom dan suatu unsur tidak dapat dihancurkan ( Seperti asumsi 1 ). Kemudian atom-
atom yang sangat sama harus ada setelah reaksi selesai, seperti halnya sebelum reaksi berlangsung,
maka massa total dari pereaksi harus sama dengan massa hasil reaksi. Teori Dalton menerangkan

Hukum kekekalan Massa.

Bila semua atom dari sebuah unsur sam massanya ( seperti asumsi 2 ), dan bila satuan atom
mempunyai nisbah tetap ( asumsi 3 ), Persentasi susunan senyawa harus mempunyai nilai tertentu,
dengan mengabaikan ukuran sampel yang dianalisis atau keadaan semula. Teori atom Dalton
mendukung ide yang dikemukakannya oleh proust ( 1799 ) yaitu Hukum Perbanding Tetap Sebagai
contoh, dalam tahun 1799 proust menganalisis sampal tembaga karbonat alam dari beberapa tempat
yang berbeda termasuk sampel yang dibuat di laboratorium. Ia mendapatkan bahwa susunan dari
semua sampel itu sama.

Contoh 1

Data berikut ini didapat dari pemanasan logam magnesium dengan gas oksigen menghasilkan bubuk
Putih. Buktinya bahwa data tersebut mengikuti Hukum Susunan Tetap.
Jawaban :

Percobaan ke- Sebelum pemanasan g Setelah pemanasan g Nisbh g magnesium/ g


magnesium magnesium oksida magnesium oksida
1 0,62 1,02 0,62/1,02=0,61
2 0,48 0,79 0,48/0,79=0,60
3 0,36 0,60 0,36/0,60=0,60

Menurut Hukum Susunan Tetap, Perbandingan massa magnesium dan magnesium oksida selalu
tetap.

Bobot Atom

Teori Dalton dapat digunakan untuk meramalkan gejala baru, yaitu untuk menghitung massa
atom. Massa ini kemudian dikenal sebagai bobot atom. Tetapi karena ukurannya sangat kecil siapapun
tidak mungkin memisahkan dan mengukur atom satu demi satu. Dalton sangat menperhatikan fakta ini
dan mencoba mengukur bobot atom relatif.

Bila sebuah atom hydrogen, dengan dasar massa 1, berupa massa atom oksigen secara
perbandingan? Untuk menjawab pertanyaan ini perlu :

1. Memilih satu senyawa yang hanya tersusun dari hydrogen dan oksigen ( Dalton memilih air,
senyawa yang diketahuinya waktu itu )

2. Menentukan bagian massa dari oksigen dan hydrogen dalam senyawa itu.

3. Mencari rumus kimia senyawa itu, yaitu nisbah dari jumlah atom hydrogen terhadap Oksigen.

sebuah percobaanndalton yakni menganalisis air( Uap ). Dari hail ercobaan Komposisi air adalah
88,81% Oksigen dan 11,19% hydrogen, berarti massa Oksigen kira-kira delapan kali massa hydrogen.
Hal ini menunjukan bahwa bobot atom relative oksigen sama dengan 8. Tetapi ada asumsi. Yaitu
bahwa oksigen dan hydrogen bergabung dengan nisbah 1 : 1, satu atom hydrogen untuk setiap atom
oksigen. Uap diuraikan menjadi unsur – unsurnya yakni hydrogen dan oksigen. Hidrogen dikumpulkan
di atas air kemudian di timbang. Oksigen bergabung dengan besi membentuk besi oksida. Kenaikan
massa dari besi menyatakan massa oksigen yang ada dari uap air yang terurai. Jumlah massa
hydrogen dan oksigen menyatakan uap air total yang di uraikan.

massa hidrogen
%Hidrogen = x 100 %
massa oksigen+massa hidrogen

massa oksigen
%Oksigen = x 100 %
massa oksigen+massa hidrogen

Hasil analisis air darin Dalton adalah 87% oksigen dan 13% hydrogen. Hal ini menunjukan bahwa
perbandingan massa oksigen terhadap hydrogen adalah 7 : 1, berarti bobot atom oksigen adalah 7.

Gambar 1 memperlihatkan mengapa bobot atom relative oksigen berbeda menurut asumsi
yang dibuat dari perkiraan rumus kimia air. Rumus kimia menyatakan jumlah relative dari atom-atom
yang berbeda dalam sebuah senyawa. Bila Dalton mengetahui bobot atom relative, ia dapat
mengetahui rumus kimia dengan maksud untuk mengembangkan bobot atom relative. Dalton mencoba
memecahkan persoalan ini dengan sebuah asumsi yang tidak benar.

Dia berpikir bahwa bila dua unsur ( A & B ) membentuk sebuah senyawa, mereka bergabung
dengan nisbah 1 : 1 Bila ada dua senyawa , 1 : 2 ( AB2) atau 2 : 1 ( A2B ); bila 3 senyawa yang
terbentuk, senyawa itu adalah AB, AB2, BA2; dan seterusnya karena Dalton mengetahui hanya satu
senyawa hydrogen – oksigen, yaitu air, maka dia beranggapan ( tidak benar ) bahwa rumusnya adalah
OH. O H O
O H H O H
O

BA=7 BA=1 BA=7 BA=1 BA=1 BA=7 BA=1 BA=1

Gambar 1. Masalah Bobot Atom

II.2 Struktur Atom

II.2.1 Elektron

Pembuktian teori Dalton melalui percobaan dan disepakatinya pengertian tentang atom menambah
keingintahuan berikutnya yaitu bagaimanakah struktur atom.

Penelaahan struktur atom dimulai dengan adanya hasil percobaan dari faraday ( 1858 ) mengenai
percobaan adanya aliran listrik pada tabung hampa yang melahirkan adanya sinar katode. Keberadaan
sinar ini didukung oleh percobaan plucker ( 1858 ) dan Hittorf ( 1869 ) hittorf melakukan percobaan
dengan menempatkan benda penghalang di dalam tabung bermuatan listrik dan terlihat adanya
sebuah daerah gelap. Diperkirakan pemancaran sinar dari tabung ini disebabkan oleh sinar yang
berasal dari katode dan menjalar pada garis yang lurus. Percobaan ini merupakan awal suatu seri
percobaan dari sinar katode.

Sifat sinar katode.

Beberapa sifat sinar katode disimpulkan oleh plucker, hittorf, crookes, dan lain-lain

1. Sinar katode dipancarkan oleh sebuah katode dalam sebuah tabung hampa bila dilakukan arus
listrik ( arus listrik harus ada )

2. Sinar berjalan dalam garis lurus

3. sinar tersebut menyebabkan terjadinya fluoresensi ( berpendar flour ) bila membentur kaca
atau benda lain. Dari flouresensi inilah kita bisa melihat sinar, karena sinar katode sendiri tidak
tampak.
4. Sinar katode dibelokkan oleh medan listrik dan magnet, sehub ungan dengan hal ini
diperkirakan partikelnya bermuatan negative ( Gambar 1. 10 )

5. Sifat sinar katode tidak tergantung pada bahan elektrodenya ( besi, platina, atau logam apa
saja )

Dalam kurun waktu 1894-1897, J.J Thomson ( 1856-1940 ) melakukan serangkaian penelitian
untuk menentukan sifat sinar katode. Dalam kajian awalnya diketahui bahwa kecepatan sinar
katode jauh lebih rendah dibandingkan kecepatan cahaya, jadi sinar ini bukan merupakan
radiasi elektromagnetik. Thomson juga menentukan nisbah muatan listrik ( e ) dengan massa
( m ), yaitu e/m. percobaannya dijelaskan pada gambar 4.

Gambar 2. Pembengkokan sinar katode dalam medan magnet

Hasil rata-rata e/m untuk sinar katode ditemukan kira-kira 2 x 10 8 couloumb per gram. Nilai ini
kira – kira sekitar 2000 kali lebih besar daripada e/m yang diperhitungkan untuk hydrogen yang
dibebaskan oleh elektrolisis air. Dengan berbagai alasan Thomson menganggap katode
mempunyai muatan listrik yang sama seperti atom hydrogen dalam analisis air. Hal ini berarti
bahwa partikel sinar katode hanya mempunyai sekitar 1/2000 massa atom hydrogen. Partikel
sinar katode yang di asumsikan ini ukurannya sangat kecil, tambahan lagi nilai e/m tidak
tergantung pada bahan katode, sehingga Thomson menyimpulkan : partikel sinar katode
bermuatan negative dan merupakan partikel dasar semua benda, jadi harus ada dalam setip
atom. Partikel sinar katode selanjutnya oleh Stoney pada tahun 1874 diberi nama electron.

Gambar 3 Peralatan Thomson untuk menentukan nisbah muatan terhadap massa ( e/m sinar
katode )
C = katode : A = anode : E= lempeng kondensor bermuatan listrik ; M=magnet; F = layar
berfluoresensi. Berkas 1; hanya dengan adanya medan magnet, berkas sinar katode dibelokan
ke atas, menyentuh layar pada titik 1. Berkas 2 : hanya dengan adanya medan magnet, berkas
sinat katode akan lurus ( tidak dibelokkan ) dan menyentuh layar di titik 3. Bila pengukuran
kekuatan listrik dan medan magnet yang menghasilkan berkas 3 dan jari-jari garis lengkung dri
berkas 2, didapat nilai e/m. pengukuran yang tepat didapat sebesar – 1,759 x 10 8 coloumb per
gram( tanda negative Karena muatan sinar katode negative )

Muatan electron

Percobaan Thomson menghasilkan nisbah e/m dengan cepat. Dengan spekulasi


Thomson mencoba memperkirakan nilai c dan m, tetapi kedua kuantitas ini tidak dapat diukur
dengan hanya menggunakan metodenya. Evaluasi kuantitas itu secara terpisah perlu
dilakukan , dari pengukuran yang tepat terhadap satu kuantitas, maka nilai kuantitas lainnya
dapat ditentukan. Pengukuran muatan listrik e dilakukan oleh Robert Milikan ( 1868-1953 ) di
Universitas Chicago selama periode 1906 – 1914

Percobaan Milikan terkenal dengan nama percobaan ‘ tetes minyak’ seperti tertera
pada Gambar 1.12 Milikan menemukan bahwa muatan listrik pada semua tetes minyak
sebesar n x e, dengan n adalah bilangan bulat positif atau negative, dan e menyatakan
muatan listrik terkecil yang dapat diamati. Nilai yang dapat diterima dari muatan listrik e adalah
– 1,60219 x 10 -19C. Dengan menggabungkan hasil Milikan dan thhomson, diperoleh massa
sebuah electron = 9,110 x 10 -28g.

Gambar 4. Percobaan ‘Tetes minyak’ Milikan

Percikan tetes minyak dihasilkan oleh penyemprot ( A ). Tetes minyal ini masuk ke dalam alat
melalui lubang kecil pada lempeng atas sebuah kondensor listrik. Gerakan tetes diamati
dengan teleskop yang dilengkapi dengan lensa micrometer ( D ). Ion-ion dihasilkan oleh radiasi
pengion-seperti sinar X- dari sebuah sumber (E). sebagian dari tetes minyak memperoleh
muatan listrik dengan mengadsoprsi ion-ion. Jatuhnya tetesan ke B atau C atau hanya
melayang-layang diantara B dan C tergantung pada tanda ( + atau - ) dan besarnya muatan
listrik tetesan. Dengan menganalisis data dari banyak tetesan, milikan dapat menghitung
besarnya muatan (q) tetesan, dan ternyata selalu merupakan kelipatan dari muatan listrik
electron (e). yaitu = dengan n.e – 1,2,3 dan Seterusnya)
II.2.2 Radioaktifitas

Penelaahan radioaktif dimulai dengan ditemukannya sinar X oleh roentgen yang berasal dari
ketidaktahuannya terhadap suatu berkas sinar radiasi yang dihasilkan oleh pengaruh sinar katode
( electron ) terhadap permukaan benda. Baru pada tahun 1895. Rontgen dapat mengemukakan sifat
sinar yaitu: Tidak dibelokkan oleh medan listrik dan magnet mempunyai daya tembus yang sangat
besar terhadap suatu benda. Sifat ini mengatakan bahwa sinar X adalah radiasi elektromagnetik
dengan λ + 1 A ( 1 A = 10 -10 m ). Pemanfaatan pertamadari suatu temuan ilmuah tejai pada 28
desember 1896 Di New dartmounth Hamspire yaitu sinar X digunakan untuk membantu menentukan
posisi logam lengan yang patah.

Radioaktivitas ditemukan oleh fisikiawan Prancis Henry Becquelrel, yang muncul beberapa
bulan setelah rontgen. Bencguerel menghubungkan pemancaran sinar X dengan sifat Fluorosensi dan
menelusuri apakah fluorosensi dan menulusuri apakah fluorosensi dari suatu bahan secara alamiah
akan menghasilkan sinar X? untuk menjawab pertabyaan ini ia melakukan percobaan sebagai berikut :
sebuah lempeng fotografi dibungkus oleh kertas hitam tebal. Sejumlah kristaltertentu ( Uranium Kalium
Sulfat ) di tempatkan di luar kertas, dan semua ini diletakan di bawah cahaya matahari.

Seperti yang diharapkan, lempeng fotografi menjadi terpapar ( terekspos ). Becquele mengira
bahwa sinar matahari menyebabkan benda itu mengeluarkan fuoresensi atau bersinar dan sebagian
dari radiasi fluoresensi ini ( sinar X ) menembus kertas dan lempeng fotografi. Pada kesempatan lain,
ketika ia mencoba mengulangi percobaannya, langit mendung, dan becquele mencobanya di atas meja
gambar, dan dibiarkan beberapa hari, untuk mengevaluasi percobaannya ia bermaksud akan
mengambil lempeng fotografi, diharapkan hanya sedikit lempeng fotografi itu terkena. Tetapi diluar
dugaan lempeng fotografi bukan karena flouresensi sama sekali, dan dia merancang percobaannya,
terutama oleh unsur uranium. Saat itulah ditemukan rdiokativitas.

Ernest ruherford dapat memperlihatkan adanya dua jenis radiasi jenis pertama dinamakannya
sinar alfa ( sinar α), mempunyai kekuatan mengionkan yang tinggi tetapi daya tembusnya rendah
terhadap bahan, sinar α dpat ditahan oleh selembar kertas biasa. Jenis lain yang mempunyai
kekuatan mengionkan rendah tetapi daya tembusnya besar adalah sunar beta ( sinar β ). Sinar ini
dapat menembus lempeng amuminium setebal 3mm.

Sinar α adalah partikel yang membawa 2 satuan dasar dari muatan positif dan mempunyai
massa yang sama dengan atom helium . maka dari itu pertikel α sama dengan ion He 2- ( lihat kembali
Gambar 5 ) sinar beta adalah partikel bermuatan negative dengan e/m sama seperti electron. Partikel
ini tak bedanya dengan electron. Bentuk radiasi ketiga mempunyai daya tembus sangat besar dan
tidak dibelokkan oleh medan listrik dan magnet. Radiasi elektromagnetik ini dikenal dengan sinar
gamma ( sinar γ ).

Pada awal abad ke 20 beberapa unsur radioaktif ditemukan ( yaitu torium, radium, dan
polonium) terutama dari penyelidikan marie dan piere curie di perancis. Kerjasama antara Fredrick
soddy dan Rutherford menyatakan bahwa radioaktivitas unsur berubah selama peluruhan radioaktif .
pengamatan ini hanya dapat diterangkan dengan menganggap bahwa dalam peluruhan radioaktif satu
unsur dapat menjadi unsur lain. Dengan temuan ini asumsi dasar Dalton bahwa atom suatu unsur tidak
dapat dibagi dan tidak dapat diubah. Tergoyahkan.
Gambar 5. Model roti kismis dari struktur atom .

II.2.3 Proton, Inti Atom, dan Model Atom

Setelah diketahui adanya muatan negative electron dan percobaan Eugene Goldstein ( 1886)
yang menemukan suatu partikel yang disebut sinar kanal atau sinar positif terbukalah penelaahan
mengenai model atom. Sifat sinar positif yang di kemukakan oleh Goldstein adalah sebagai berikut :

1. partikel-partikelnya dibelokkan oleh medan listrik dan magnet dan arahnya menunjukan
bahwa muatannya positif.

2. Nisbah muatan dan massa (e/m) sinar positif lebih kecil daripada electron

3. Nisbah e/m sinar positif tergantung pada sifat gas dalam tabung. Nisbah e/m terbesar
dimiliki oleh gas hydrogen. Untuk gas lainnya, e/m adalah pecahan bilangan bulat dari
hydrogen ( contohnya ¼, 1/20 )

4. Nisbah e/m dari sinar positif yang dihasilkan bila gas hydrogen terdapat dalam tabung
sama dengan e/m untuk gas hydrogen yang dihasilkan dari elektrolisis air.

Didasari oleh sifat electron dan sifat sinar positif, Thomson mulai menysun konsep model atom
Thomson. Menurut Thomson, atom adalah ‘awan’ bermuatan positif dengan sejumlah electron yang
cukup untuk menetralkannya. Jadi untuk atom H ada satu awan bermuatan + dan satu electron (-1);
Ge, mengandung awan bermuatan positif +2, dengan dua electron (-2), dan seterusnya. Atom normal
bermuatan netral. Pengamatan ini dapat diterangkan oleh Thomson dengan model roti kismis seperti
dilukiskan pada gambar 1.13.

Penjelasan tentang pelepasan sinar (ion) positif terdapat pada gambar 1.14. kesimpulan dari
sifat sinar kanal ini adalah bahwa semua atom terdiri dari satuan dasar yang bermuatan positif, pada
atom H terdapat satu, sedangkan pada atom lain jumlahnya lebih banyak. Satuan dasar dari muatan
positif ini sekarang disebut proton.

Dihasilkan sinar katode, pemancaran cahaya, dan pengionan semuanya dapat diterangkan
dengan model ton’roti kismis’ Thomson ( 1898 ). Tetapi, model ini juga tidak taat asas dengan hasil
peneliti lain dibuat dalam zaman itu.
Gambar 6 . Tabung sinar kanal

Keadaan yang berbeda pada tabung ini adalah katodenya berlubang-lubang. Sonar katode mengalir
kea rah anode, tumbukannya dengan sisa atom gas melepaskan electron dari atom-atom gas,
menghasilkan sejumlah ion yang bermuatan listrik positif. Kumpulan ion ini menuju ke katode (-).
Tetapi sebagian lolos melewati lubang-lubang dan merupakan arus partikel yang menuju ke sisi lain.
Berkas sinar positif ini disebut sinar positif atau sinar kanal.

Penelaahan berikutnya mengenai model atom diteruskan oleh Rutherford yang dimulai oleh
pembaruan partikel alfa oleh hans Geiger dan ernest marsden ( 1909 ). Percobaan dibuat dengan
menggunakan lempeng emas dan. Sejumlah logamyang sangat tipis(tebal 10-4 samapi 10-5)
lempengan itu digunakan sebagai sasaran tembakan partikel α yang bersal dari sumber radioaktif
peralatan percobaan ditunjukkan pada gambar

Gambar 7. Pembelokan partikel oleh lempeng logam tipis

Rutherford bersama dua orang muridnya ( Hans Geigerdan Erners Masreden )melakukan percobaan
yang dikenal dengan hamburan sinar alfa (λ) terhadap lempeng tipis emas. Sebelumya telah ditemukan
adanya partikel alfa, yaitu partikel yang bermuatan positif dan bergerak lurus, berdaya tembus besar
sehingga dapat menembus lembaran tipis kertas. Percobaan tersebut sebenarnya bertujuan untuk
menguji pendapat Thomson, yakni apakah atom itu betul-betul merupakan bola pejal yang positif yang
bila dikenai partikel alfa akan dipantulkan atau dibelokkan. Dari pengamatan mereka, didapatkan fakta
bahwa apabila partikel alfa ditembakkan pada lempeng emas yang sangat tipis, maka sebagian besar
partikel alfa diteruskan (ada penyimpangan sudut kurang dari 1°), tetapi dari pengamatan Marsden
diperoleh fakta bahwa satu diantara 20.000 partikel alfa akan membelok sudut 90° bahkan lebih.
Berdasarkan gejala-gejala yang terjadi, diperoleh beberapa kesipulan beberapa berikut:

1. Atom bukan merupakan bola pejal, karena hampir semua partikel alfa diteruskan
Jika lempeng emas tersebut dianggap sebagai satu lapisanatom-atom emas, maka didalam
atom emas terdapat partikel yang sangat kecil yang bermuatan positif
2. Partikel tersebut merupakan partikelyang menyusun suatu inti atom, berdasarkan fakta bahwa
1 dari 20.000 partikel alfa akan dibelokkan. Bila perbandingan 1:20.000 merupakan
perbandingan diameter, maka didapatkan ukuran inti atom kira-kira 10.000 lebih kecil daripada
ukuran atom keseluruhan.

Berdasarkan fakta-fakta yang didapatkan dari percobaan tersebut, Rutherford mengusulkan


model atom yang dikenal dengan Model Atom Rutherford yang menyatakan bahwa Atom terdiri
dari inti atom yang sangat kecil dan bermuatan positif, dikelilingi oleh elektron yang bermuatan
negatif . Rutherford menduga bahwa didalam inti atom terdapat partikel netral yang berfungsi
mengikat partikel-partikel positif agar tidak saling tolak menolak.

Model atom Rutherford dapat digambarkan sebagai berikut:


II.2.4 Nomor atom dan nomor massa ,proton, netron Isotop, isobar dan isoton

Telah diketahui bahwa penemu sinar x adalah Rontgen. Sinar x terjadi ketika sinar katoda yang berupa
elektron berkecepatan tinggi menumbuk elektroda tembaga. Akibat tumbukan tersebut, tembaga
melepaskan elektron terluarnya dan tempat elektron yang kosong ini selanjutnya diisi oleh elektron
tembaga dari tingkat energi lain yang lebih tinggi. Pengisian tempat kosong oleh elektron tembaga dari
tingkat energi yang lebih tinggi menyebabkan terjadinya pemancaran radiasi. Radiasi ini oleh Rontgen
disebut sebagai sinar x.

Pemahaman mengenai inti atom selanjutnya dijelaskan oleh percobaan Moseley. Moseley melakukan
penelitian untuk mengukur panjang gelombang sinar x berbagai unsur. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa setiap unsur memancarkan radiasi sinar x dengan panjang gelombang yang khas. Panjang
gelombang yang dihasilkan tergantung pada jumlah ion positif didalam inti atom. Penelitian juga
menunjukkan bahwa inti atom mempunyai muatan yang berharga kelipatan dari +1,6×10- 9C. Moseley
selanjutnya menyebut jumlah proton dalam atom adalah nomor atom.

Gambar tabung sinar x

Nomor Atom dan Nomor Massa

Inti atom mengandung proton dan netron. Nomor atom sama dengan jumlah proton didalam inti atom
sedangkan nomor massa sama dengan jumlah proton dan netron didalam inti atom. Notasi untuk
menyatakan susunan inti atom yaitu proton dan netron dialam inti atom dapat dinyatakan sebagai
berikut:
Gambar prinsip kerja alat pengukur nomor massa

Isotop

Isotop adalah atom unsur sama dengan nomor massa berbeda. Isotop dapat juga dikatakan sebagai
atom unsur yang mempunyai nomor atom sama tetapi mempunyai nomor massa berbeda karena
setiap unsur mempunyai nomor atom yang berbeda. Karbon merupakan contoh adanya isotop.

Setiap karbon mempunyai nomor atom 6 tetapi nomor massanya berbeda-beda. Dari contoh tersebut
dapat dikatakan bahwa walaupun unsurnya sama belum tentu nomor massanya sama.
Isobar dan Isoton

Isobar adalah atom unsur yang berbeda tetapi mempunyai nomor massa sama. Isobar dapat
dimengerti dengan melihat contoh berupa  dengan yang memiliki nomor
massa sebesar 24. Sedangkan isoton adalaha tom unsur yang berbeda tetapi mempunyai jumlah
netron yang sama. Contoh isoton adalah  yang sama-sama memiliki jumlah neutron
20.

II.3 Struktur dan sifat-sifat Atom

Kesimpulan yang dapat diambil dari konsep teori atom yang dikemukakan oleh Democeritus sampai
dengan teoriatom Rutherford adalah bahwa setiap atom terdiri atas inti atom dan elektron. Inti atom
sebagai pusat massa dan pusat muatan positif, sedang electron yang bermuatan negatif berada
disekitar atau diluar inti atom. Kondisi demikian akhirnya menimbulkan suatu pertanyaan, mengapa
electron dalam atom tidak ditarik oleh inti atom hingga bergabung satu sama lain atau apakah daya
tarik inti sedemikian kecil sehingga tidak menarik elektron disekitarnya? Untuk membahasnya, maka
pada bab ini akan dibahas pengertian tentang struktur atom melalui pendekatan teori atom Bohr, teori
kuantum dan teori atom Schrodinger yang lebih dikenal dengan teori atom Mekanika Gelombang.
Pengetahuan tentang struktur atom dapat digunakan untuk memahami gaya-gaya antar atom yang
akan membawa kita pada pengertian tentang formasi molekul.
Dengan pengetahuan tentang struktur molekul tersebut dapat ditentukan keadaan wujud suatu zat,
apakah padat, cair, atau gas. Wujud zat yang teradi tidak akan terlepas dari sifat masing-masing atom
sebagai penyusun struktur molekul. Oleh karena itu pada bab ini pembahasan akan dilanjutkan dengan
mempelajari konfigurasi elektron dan sifat-sifat umum suatu unsur atau atom yang dapat memberikan
dasar untuk pengertian mengenai ikatan kimia.

II.4 Spektroskopi Atom dan Teori Kuantum

Jika ke dalam nyala api yang biru dipercikkan suatu zat, maka akan timbul nyala berwarna. Bila
nyala tersebut diamati dengan spektrofotometer, maka spectrum yang teramati hanya beberapa
bayangan yang terputus, yaitu berupa garis-garis warna. Spectrum semacam ini dinamakan spectrum
taksinabung atau spectrum garis. Lain halnya dengan pengamatan seberkas sinar putih melalui suatu
spektrofotometer, akan dapat teramati spectrum sinabung yang dikenal sebagai spectrum tampak.
Spectrum sinabung terjadi jika susunan warna yang diamati lengkap.
Cahaya hakekatnya merupakan radiasi gelombang elektromagnetik, sehingga cahaya memiliki
sifat-sifat gelombang. Cahaya memiliki kecepatan, frekuensi, dan panjang gelombang disamping energi
radiasi. Sifat-sifat ini telah dikenal sejak awal abad ke-19, namn hubungan matematisnya baru
ditemukan pada tahun 1990 oleh Max Planck berdasarkan hipotesisnya yang menyatakan bahwa
energi (seperti halnya benda) bersifat taksinabung dan terdiri sejumlah satuan yang terpisah yang
dinamakan kuanta. Energi yang dimiliki oleh sebuah kuanta radiasi elektromagnetik berbanding lurus
dengan frekuensinya dan berbanding terbalik dengan panjang gelombangnya. Hubungannya
dinyatakan sebagai berikut:
C
E=h.v = h (1)
λ
dengan : E = Energi Radiasi
v = frekuensi
𝛌 = panjang gelombang
C = kecepatan cahaya (3 x 108 m/det)
H = tetapan Planck (6,626 x 10-34J det)
Pada tahun 1905 oleh Albert Einstein hipotesis ini digunakan untuk menjelaskan percobaan efek foto
listrik. Kejadiannya adalah sebagai berikut: suatu berkas cahaya menumbuk permukaan suatu logam
sehingga menyebabkan pancaran elektron dan permukaan logam menjadi bermuatan positif. Menurut
fisika klasik, jumlah dan energi elektron bergantung pada intensitas cahaya, sedangkan energi elektron
tidak dipengaruhi oleh intensitas cahaya. Energi elektron ini hanya bergantung pada frekuensi cahaya
yang digunakan. Oleh karena itu Einstein mengusulkan bahwa radiasi elektromagnetik mempunyai
sifat-sifat dan partikel-partikel cahaya ini dinamakan foton yang besar enrginya sesuai dengan
persamaan Planck yaitu: E = h . v

Gambar Efek foto listrik

Contoh 2

Frekuensi cahaya terkecil yang masih dapat menimbulkan efek foto listrik pada logam kalium
adalah 4,2 x 1014 det-1. Berapakah energi foton dari cahaya ini?
Jawaban :
Untuk menghitung energi ini digunakan persamaan Planck (1)
E=h.v
E = (6,626 x 10-34J det) (4,2 x 1014 det-1) = 2,8 x 10-19 J.

Contoh 3

Berapa kJ/mol energi dari radiasi monokromatik yang mempunyai panjang gelombang 250
nm?
Jawaban :
Pertama-tama harus ditentukan frekuensi dari radiasi dengan menggunakan persamaan (1),
kemudian baru ditentukan energi tiap foton. Beberapa konversi yang harus diperhatikan adalah
joule- kilo joule dan foton mol
C 3,00 x 108 m/det
v= = = 1,2 x 1015 det-1
λ −9
250 x 10 m

Energi 1 mol foton :


J . det x 1 kJ 6,023 x 1023 foton kJ
6,626 x 10-34 1,2 x 1015 det-1 x x = 479
foton 1000 J 1 mol mol

Pada tahun 1885, Balmer berhasil mengamati spektrum taksinabung yang dihasilkan dengan
memanaskan gas hidrogen. Hasil percobaan Balmer tersebut terdapat pada gambar 9
Bila spektrum atom hidrogen ini dipelajari dengan seksama, yaitu dengan menghitung
frekuensi masing-masing garis spektrum kemudian dihubungkan dengan harga frekuensi suatu garis
spektrum dengan frekuensi garis spektrum yang lain, maka akan didapat persamaan sebagai berikut:
v = R . C (1/22 – 1/n2) (2)
15 -1 2 2
v = 3,2881 x 10 det (1/2 – 1/n )
dengan : R = tetapan Rydberg, besarnya 10.967.800 m -1
C = kecepatan cahaya
n = 3, 4, 5, dst…..

Hubungan matematis persamaan 2 dinamakan deret Balmer yang mewakilispekta atom hidrogen
dalam daerah tampak (400-700 nm). Dalam daerah violet, spektrum atom hidrogen diwakili oleh
hubungan matematisserupa, yaitu:

v = 3,2881 x 1015 det-1 (1-1/n2) (3)


n = 2, 3, 4, 5, dst…

Hubungan matematis persamaan 3 dinamakan deret Lyman dan berada dalam daerah panjang
gelombang antara (200-350 nm). Deret lain adalah deret Paschen yang mewakili spektrum atom dalam
daerah infra merah.
v = 3,2881 x 1015 det-1 (1/32-1/n2) (4)
n = 4, 5, 6, 7, dst…

Gambar 9. Deret Balmer untuk hidrogen (suatu spektrum garis)


Gambaran spektrum garis atom hidrogen yang lain dapat dilihat dalam Tabel 1

Tabel 1. Rangkaian/Deret Garis Spektrum Atom Hidrogen


No Deret Daerah Spektrum Garis dasar Nilai n
1 Lyman (1914) Ultra violet 1 2, 3, 4….
2 Balmer (1885) Visible/tampak 2 3, 4, 5…
3 Paschen (1908) Inframerah 3 4, 5, 6….
4 Bracket (1922) Inframerah 4 5, 6, 7….
5 Pfund (1924) Inframerah 5 6, 7, 8….

Jika ditinjau dari ketiga pembahasan deret spektrum diatas, maka dapat dinyatakan bahwa
deret-deret pada tabel 1 mempunyai pola persamaan yang sama, yang berbeda hanya pada suku
pertama yaitu (1/1)2, (1/2)2, (1/3)2 dan seterusnya. Karenafrekuensi suatu spektrum sebanding dengan
energi radiasi, maka terdapat kaitan yang sangat erat antara spektrum atom hidrogen dengan struktur
energi dalam atom.

Contoh 4

Hitung panjang gelombang dari garis ke empat (n = 6) deret Balmer deret atom hidrogen.
Bandingkan hasil yang diperoleh dengan Gambar 2.1.
Jawaban :
Gunakan persamaan (2) untuk menghitung frekuensi, kemudian dilanjutkan dengan persamaan (1)
untuk menghitung panjang gelombangnya.

v = 3,2881 x 1015 det-1 (1-1/62)


= 7,3068 x 1014 det-1

8
m / det
C 10 ¿ -7
𝛌 = = 2,9979 x ¿ =4,103 x 10 m = 410 nm
V 7,3968 x 10 det14 −1

Pada Gambar 2.1, nilai garis keempat (n=6) adalah = 410,2 nm

II.5 Model Atom Böhr


Berdasarkan hasil percobaan Thomson tentang elektron dan percobaan Rutherford tentang inti
atom, maka seorang ahli fisika denmark, Niels Bohr mengungkapkan kaitan antara spektrum atom
dengan struktur energi dalam atom.
Untuk mengungkap kaitan tersebut, maka pada 1913 Bohr mengajukan asumsi/postulat yang
selanjutnya dikenal sebagai postulat Bohr, yaitu:

1. Di dalam suatu atom elektron bergerak menurut lintasan dengan tingkat energi tertentu,
sehingga mereka memiliki energi tertentu pula
2. Elektron-elektron di dalam atom berbeda dalam keadaan stasioner, sehingga tidak akan terjadi
pancaran cahaya selama gerakannya. Suatu elektron dapat berpindah dari suatu energi ke
tingkat energi yang lain. Dalam perpindahannya sejumlah energi tertentu (kuanta)
diikutsertakan
3. Jika suatu elektron dalam atom menjalani lintasan lengkung atau berada dalam keadaan
stasioner mengakibatkan elektron mempunyai sifat-sifat yang khas. Contohnya sifat
momentum angular harus mempnyai kelipatan bulat dari h/2 π. Karena itu momentum angular
haruslah nh/2π (n bilangan bulat, h tetapan Planck)

Gambar10. model atom bohr

Konsep yang digunakan dalam menyusun postulat tersebut merupakan kombinasi antara teori
klasik dengan kuantum. Dalam hal ini Bohr memberikan ilustrasi atom hidrogen. Bohr
menggambarkan atom hidrogen sebagai elektron yang mengorbit sekeliling inti, seperti bumi
mengelilingi matahari. Model ini dikenal sebagai model atom sistem tata surya. Suatu model atom
untuk hidrogen yang berdasarkan postulat tersebut dapat dilihat pada Gambar 11.
Gambar 11. Model Atom Hidrogen Böhr.
Keadaan yang boleh ditempati elektron diberi nomor n=1, n=2, n=3 dan seterusnya.
Selanjutnya oleh Bohr lintasan n=1 dinamakan kulit K, n=2 dinamakan kulit L, n=3 dinamakan
kulit M dan seterusnya. Secara teorotis tingkat energi setiap lintasan bisa dihitung, tetapi dalam
percobaan hal ini sama sekali tidak mungkin. Oleh karena itu Böhr hanya dapat menghitung
beberapa sifat elektron dalam atom hidrogen dengan menggunakan teorinya. Salah satu
diantaranya Böhr dapat menghitung jari-jari dari orbit yang dibentuk, yang dapat dinyatakan
sebagai kelipatan bilangan 22 ,3 2 , 4 2 ,… .. n2 dari suatu jari-jari orbit minimum yang dinyatakan
sebagai aO = 0,53 A. sifat lain yang dihitung adalah kecepatan dan energi elektron. Energi dari
suatu atom hidrogen ketika elektron berada pada orbit ke n adalah :
−B
En = 2 ...... (5)
n

B = tetapan Böhr yang mempunyai nilai 2,179 x 10 -18 J. tanda negatif menunjukan adanya interaksi
antara elektron dengan inti (proton) yang bersifat tarik-menarik.
Jika kita lihat asumsi Böhr yang kedua, maka persamaan 6 dapat digunakan untuk
menghitung perbedaan energi antara 2 tingkat sebagai contoh dipilih perbedaan tingkat n=3
dan n=2.
−B −B B B 1 1
ΔE=E3 – E2 = ( )( ) ( ) ( ) (
3 2
2 2
2 3 2 3 )
= 2 − 2 =B 2 − 2 .........(.6)

Persamaan 2.6 mirip dengan deret Balmer. Perbedaan energi antara kedua tingkat ini,
ΔE, adalah energi foton cahaya yang dipancarkan. Dua persamaan untuk ΔE adalah (1) dan
(6):
E = h.v
1 1
ΔE = B 2 − 2
2 3
Frekuensi dari foton cahaya adalah :
B 1 1
(
v = h 2− 2
2 3 )
B 2,179 x 10−18
=
h 6,626 x 10−34 J det
= 3,289 x 1015 det-1
Nilai B/h= R.cdalam persamaan Balmer. Jadi teori Bohr dapat digunakan untuk
menurunkan menurunkan persamaan Balmer. Secara umum frekuensi dari foton cahaya dapat
dituliskan sebagai:
B 1 1
( )
v = h n2 − n2 ..........
0
(7)

n0 = nilai n garis dasar


n = nilai untuk garis ke (n-n0) pada deret tertentu
Contoh 5
Berapakah panjang gelombang dari garis spektrum elektron dalam atom hidrogen yang
berpindah dari n=2 ke n=1
Jawaban :
Garis ini terdapat pada garis Lyman yang terdapat dalam daerah ultraviolet dari spektrum
gelombang elektromagnetik. Pertama-tama harus dihitung perbedaan energi antara tingkat n=2
dan n=1.
−B −B B
E1 = 2 =¿-Bdan E2 = 2 =
1 2 4
B 3B
ΔE = E2 – E1 = − (−B )= = 0,7500B
4 4
= 0,7500 x 2,179 x 10-18 J = 1,634 x 10-18 J
Sekarang gunakan persamaan Planck untuk menghitung frekuensi radiasi.
E 1,634 x 10−18 J
v= = = 2,466 x 1015 det-1
h 6,626 x 10−34 J det
akhirnya, dapat ditentukan panjang gelombang radiasi tersebut

C 2,998 x 108 mdet −1 1nm


= = 15
x =121,6 nm
v 2,466 x 10 det −1
1,0 x 10−9 m

II.6. Teori Atom Mekaniko Gelombang.


Pada tahun 1924, seorang ahli fisika Perancis, Louis de Brogue mengajukan kemungkinan lain
untuk menerangkan kelakuan gerakan elektron dalam atom sehubungan dengan sifat cahaya dan
benda. De Brogue menyatakan bahwa tidak hanya cahaya yang memperlihatkan sifat partikel, tetapi
partikel-partikel kecilpun pada saat tertentu dapat rnemperlihatkan sifat gelombang. Atau dengan kata
lain, bahwa semua benda yang bergerak selalu dapat dikaitkan dengan sifat-sifat gelombang.
Penggambaran gelombang oleh de Brogue bersifat maternatis. Panjang gelombang de Brogue untuk
sebuah partikel berhubungan dengan momentum partikel (p). dan tetapan Plaiick (h). melalui
persamaan :

h h
 = p = m x v (8)

Pada persamaan tersebut, massa dinyatakan dengan kilogram, kecepatan dalam m/det. dan
panjang gelombang dalam m. Persarnaan ini menunjukkan bahwa untuk benda-benda yang memiliki
massa relarif besar. gerakan gelombang yang timbul kurang tampak. Hal ini disebabkan oleh kecilnya
harga . Tetapi untuk benda-benda kecil, seperti elektron dalam atom, maka sifat-sifat gelombang
yang rnenyertai gerakannya harus diperhitungkan. Ilustrasi yang dapat digambarkan adalah sebagai
berikut suatu elekron bergerak mengelilingi inti atom menurut lintasan Bohr dengan jari-jari r. Elektron
ini akan memiliki panjang gelombang sebesar h/mv. Karena elektron dalam lintasan Bohr selalu berada
dalam keadaan stasioner, maka panjang lintasan yang ditempuh akan selalu merupakan kelipatan
bilangan bulat dan panjang gelombang tersebut. Secara matematis dapat dinyatakan dengan
persamaan :

2r = n (9)

Jika harga panjang gelombang diganti dengan h/mv, maka didapat :


h nh
2r = n atau mvr= (10)
mv 2

dengan mvr adalah momentum angular. Persamaan 10 tepat sama dengan postulat Bohr ketiga,
sehingga dapat dinyatakan bahwa model gelombang untuk gerakan elektron dalam atom yang
diusulkan oleh Louis de Brogue tidak menyimpang dan model atom Bohr.

Contoh 6
Berapakah panjang gclombang elektron yang bergerak dengan kecepatan 1/100 kecepatan
cahaya?

Massa elektron = 9,11x 10-31kg.

Kecepatan electron = 0,01 x 3,00 x 108 m/det = 3,00 x 106m/det

Jadi panjang gelombang elektron tersebut adalah :

h 6,626 x 10−34 kg m2 det −2 det


= =
mv ( 9,11 x 10−31 kg ) ( 3,00 x 106 mdet −2 )

= 2,42 x 10-10m = 0,242 nm

Pada tahun 1920 Niels Bohr dan W. Heisenberg berusaha untuk menentukan sampai
seberapa jauh ketepatan dapat diperoleh dalam penentuan sifat-sifat sub atomik. Dua peubah yang
berkaitan dengan sifat ini, adalah posisi partikel (x) dan momentum partikel (p). Kesimpulan yang
diperoleh adalah dalam suatu pengukuran selalu terdapat ketidakpastian ketidakpastian tersebut
sedemikian, sehingga hasil kali antara ketidak-pastian dalani posisi (ax) dan ketidak-pastian dalani
momentum ( p) mengikuti persamaan ( 11).

nh
∆x ∆p ≥ ..........................(11)
2

Arti persamaan 11 adalah bahwa posisi dan momentum tidak dapat diukur dengan ketepatan
yang tinggi pada waktu bersamaan. Ide-ide yang dikemukakan tersebut mengandung sejumlah
implikasi sehubungan dengan struktur atom. Oleh karena itu, pada tahun 1927 ide-ide tersebut
dijadikan dasar oleh Erwin Schrodinger untuk menggambankan spektrum atom hidrogen. Konsepnya
dikenal dengan nama model atom mekanika gelombang. Model atom mekanika gelombang merupakan
suatu persamaan matematis yang mewakili gerakan elektron dalam atom dengan bentuk persamaan
gelombang sebagai berikut:
8❑2 m (
+
2
E+V )=0 (12)
h2

Dengan:

 = fungsi gelombang elektron

E = energi total elektron

V = energi potensial elektron


Persamaan 12 dapat memberikan gambaran orbital sebuah elektron dalam suatu atom yang
mernungkinkan kita untuk menentukan tingkal energi. Selanjutnya kelakuan clektron dalam atom dapat
dipelajari secara cermat dengan menyelesaikan
persamaan gelombang tersebut. Penyelesaian persamaan gelombang akan menghasilkan fungsi
gelombang. Fungsi gelombang dapat digunakan untuk menghitung kepekalan muatan dan peluang
elektron.

II.7.1 Bilangan Kuantum


Penyelesaian persamaan gelombang Schrodinger untuk gerakan elektron dalam atom
mensyaratkan adanya pembatasan. Pembatasan mi dalam pelaksanaannya dikerjakan dengan
melibatkan bilangan-bilangan khas yang dinyatakan sebagai bilangan kuantum. Dalam teori atom
mekanika gelombang pengertian lintasan diganti dengan orbital. Bilangan kuantum yang diimiliki oleb
suatu elektron dalam atom akan memberikan gambaran tentang keadaan elektron tersebut. Ada empat
macam bilangan kuantum, yaitu: bilangan kuantum utama (n), bilangan kuantum azimut (I), bilangan
kuantum magnetik (m) dan bilangan kuantum spin (s).

Bilangan Kuantum Utama (n).


Bilangan ini memberikan gambaran tentang besarnya tingkat energi yang dimiliki oleh elektron dan
melukiskan besarnya ukuran orbital yang dihuni oleli suatu elektron dalarn atom. Bilangan kuantum ml
memiliki nilai bilangan bulat positif yang tidak sama dengan 0.
n = 1,2,3,4………. (13)
Bilangan kuantum Azimut (/).

Bilangan kuantum ini ineinberikan gambaran tentang bentuk orbital yang ditempati oleh suatu
elektron dalain atom atau sebaran peluang elektron. Bilarigan kuantum ini mempunyai nilai 0 dan
bilangan bulat positif. Bilangan kuantuni mi tidak boleh negatifdan tidak dapat Iebih besar dan n-I.
l = 0,1,2,3,4 n-1 (14)

Orbital dengan l = 0 disebut orbital s, l = I disebut orbital p, l = 2 disebut orbital d, dan l = 3


disebut orbital f.

Bilangan Kuantum Magnetik (m).

Bilangan kuantum magnetik suatu orbital menunjukkan arah orbital itu dalam ruang. Bilangan
kuanttum mi dapat berupa bilangan bulat positif, negative dan 0, dan akan mempunyai selang dan -I ke
+l (14). Misalnya orbital d (l = 2). maka akan memiliki nilai m -2, -1, 0, +1, + 2

Bilangan Kuantum Spin (s).

Di samping bergerak mengelilingi inti. elektron-elektron dalam suatu orbital akan mengalami
rotasi di sekitar sumbunya. sehingga akan timbul momentum angular. Momentum ini memiliki nilai
tertentu yang ditandai dengan bilangan kuantum spin, yaitu s = +1/2 dan s = -1/2

Contoh 7
Berapakah nilai-nilai l dan m yang mungkin untuk scbuah elektron yang mempunyai bilangan
kuantum utama n = 3.
jawaban:
Dari persamaan 13, dapat dilihat bahwa nilai l yang mungkin dimiliki adalalah 0, 1 dan 2.
Sedang berdasarkan pada persamaan 14., nilai ini tergantung pada l, sehingga:
jika l = 0, hanya ada satu nilai m = 0.
jika l = l ada tiga nilal m, yaitu: -1, 0 dan +1.
jika l = 2, ada lima nilai m yaitu: -2. -I. 0 + I dan +2.

Contoh 8

Dapatkah sebuah elektron memiliki bilangan—bilangan kuantum n = 2, 1 = 2 dan m = 2?

Jawaban:

Tidak dapat, karena bilangan kuantum orbital l tidak dapat lebih besar dan n-1. Karena itu jika
n = 2, l hanya mungkin meinpunyai nilai 0 atau 1, dan jika / memiliki nilai 0 atau 1, maka m
tidak mungkin memiliki nilai 2, karena ini tidak dapat lebih besar dan l.
Dengan demikian jelas bahwa untuk memberikan gambaran elektron dalam atom tidak cukup
hanya menyebutkan pada tingkat energi mana elektron itu berada, melainkan harus dinyatakan
secara lengkap tentang tingkat energi, orbital (macam, bentuk dan arah) serta spin elektron
tersebut.

II.7.2 Bentuk Orbital dan Konfigurasi Elektron.

Teori mekanika gelombang memberiikan infomasi yang menerangkan kelakukan elektron di dalam
atom secara tepat. Kedudukan elektron di dalam atom dapat dipelajari dengan mencari nilai kuadrat
fungsi gelombang. Nilai kuadrat ini akan memberikan keboleh jadian untuk menemukan elektron pada
setiap jarak dari Inti atom dan pada setiap arah di sekitar inti atom. Kebolehjadian untuk menemuka
elektron dalam orbital s adalah sama untuk semua arah, tetapi untuk elektron-elektron dalam orbital p
d dan f adalah berbeda untuk arah yang berbeda.
Menurut mekanika gelombang, orbital adalah suatu daerah dalam ruang sekitar inti atom
dimana elektron.. mempunyai.kebolehjadian terbesar untuk ditemukan. orbital-orbital di dalam atom
mempunyai bentuk tertentu semi dengan besarnya kebolehjadian imtuk menemukan elektron di
dalamnya. Bentuk orbital s,p, dan d dapat dilihat pada Gambar 12
Dengan pengertian-pengertian bilangan kuantum dan sifat-sifat orbital, maka pengisian
elektron ke dalam orbital-orbital dalam suatu atom harus berdasarkan pada energi orbital dan spin
elektron. Hal tersebut tercermin dalam tiga aturan berikut:

Prinsip Aufbau

Prinsip ini menyatakan bahwa pengisian elektron ke dalam orbital-orbital atom harus
berlangsung menurut urutan energi orbital-orbital atom. Hal ini berarti bahwa elektron yang pertama
akan menempati orbital dengan energi terendah, yaitu orbital 1s dan bila orbital ini telah terisi penuh
maka elektron berikutnya akal menempati orbital dengan energi yang lebih tinggi. Berikut ini adalah
diagram yang melukiskan urutan energi orbital datam atom.
1s < 2s < 2p <3s < 3p <4s < 3d < 4p <5s < 4d < 5p < 6s < 4f < 5d < 6p < 7s < 5f < 6d < 7p < 8s

Aturan Ekslusi Pauli

Aturan ini menyatakan bahwa di dalam suatu orbital tidak dimungkinkan tedapat dua elektron
dengan spin yang sama. Hal ini berarti bahwa dua elektron dimungkinkan untuk memiliki nilai n, I, dan
m sama tetapi mereka harus mempunyai spin yang berbeda. Dua elektron semacam ini dinamakan
berpasangan. Dengan aturan ini dapatjuga dihitung jumlah elektron maksimal pada setiap orbital,yaitu
dengan mencari kombinasi empat bilangan kuantum yang dimungkinkan untuk dimiliki oleh suatu
orbital.
Orbital s hanya mungkin memiliki satu nilai m (m=0), sedang untuk setiap m hanya boleh
memiliki dua nilai s (s= +1/2 dan s= -1/2), sehingga dalam orbital s nya dibolehkan untuk dihuni dua
elektron yang berpasangan. Dengan cara serupa akan dapat dihitung jumlah elektron yang
diperbolehkan dalam orbital yang lain. Selanjutnya akan sangat mudah dimengerti bahwa dalam orbital
tingkat energi dengan n=1 akan memuat sebanyak 2 elektron, n=2 akan memuat 8 elektron, n = 3 akan
memuat 18 lektron dan untuk n=4 akan memuat maksimum 32 elektron.
Gambar. 12. Bentuk-bentuk Orbital s, p dan d dan atom hydrogen

Aturan Hund

Aturan Hund menerangkan pengisian elektron ke dalam orbital-orbital atom setingkat seperti
dalam orbital 2px 2py dan 2pz. dan juga berlaku untuk untuk orbital d dan orbital-orbital atom yang
setingkat lainnya. Menurut aturn mi pengisian elektron ke dalam orbital-orbital semacam ini
berlangsung tanpa pembentukan pasangan terlebih dahulu, sebelum semua orbital terisi masing-
masing dengan satu elektron.
Untuk memberikan gambaran bagaimana pengisian elektron dalam obital atom. ditemukan
contoh pada atom nitrogen. Konfigurasinya adalah sebagai berikut: dalam atom atom nitrogen, elektron
pertama dan kedua menempati orbital
Is dengan spin yang berlawanan. Elektron ketiga dan keempat tidak lagi dapat memasuki orbital
Is (prinsip ekslusi Pauli). Elektron ini harus ditempatkan pada orbital 2s (tingkat energinya lebih tinggi
dan Is, prinsip Aufbau). Elektron berikutnya ditempatkan pada orbital selanjutnya, yaitu orbital 2p
Pengisian electron pada orbital p digunakan aturan Huns dan tiga electron sisa akan
menempati masing-masing orbital p tanpa berpasangan dahulu. Konfigurasi elektron atom nitrogren
dapat ditulis secara ringkas sebagai berikut 1s 252 2p 2p) 2p,’

Contoh 9
Tuliskan konfigurasi elektron untuk atom Fe (Z=26), As (Z=33) dan Cl (Z=17).
Jawaban:
Gunakan aturan yang telah dibahas.

Fe 1s22s22p63s23p64s23d6

As 1s22s22p63s23p64s23d104s24p3

CI 1s22s22p63s23p5

Berikut diberikan beberapa contoh penulisan konfigurasi elektron atom maupun ion:

8 O : 1s2 2s2 2p4

8 O2- : 1s2 2s2 2p6

15 P : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p3

15 P3- : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6

26 Fe : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d6

26 Fe2+ : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s0 3d6

28 Ni : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d8

28 Ni3+ : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s0 3d7


37 Rb : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d10 4p6 5s1

37 Rb+ : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d10 4p6 5s0

(PS: elektron yang dilepaskan terlebih dahulu adalah elektron pada kulit terluar, bukan subkulit terluar)

II.8 Hubungan Sistem Periodik Unsur – unsur dengan Konfiqurasi Elektron

Susunan unsur dalam sistem periodik yang sekarang digunakan adalah daftar periodik model
panjang yang lebih dikenal dengan tabel periodik unsur-unsur. Tabel ini disusun pertama oleh
Mendeleyev dan sekarang telah mengalami barnyak perubahan serta perbaikan disesuaikan dengan
keperluan. Susunan unsur pada tabel ini didasarkan urutan nomor atom, bukan pada urutan massa
atom seperti diajukan oleh Mendeleyev dan Lotar Meyer.
Pada tabel periodik ini (Gambar 13). unsur-unsur dalam deret mendatar dinamakan perioda,
sedangkan kolom vertikal dinamakan Golongan. unsur-unsur yang terletak dalam satu golongan akan
memiliki sifat-sifat yang mirip satu sama lainnya. Dalam Gambar 13 terlihat pula bahwa perioda
pertama terisi dua unsur, perioda kedua dan ketiga memuat masing-masing delapan unsur, sedangkan
periode keempat dan kelima masing-masing berisi 18 unsur dan akhirnya periode keenam berisi tiga
puluh dan periode ketujuh baru berisi 19 unsur. Bilangan 2, 8, 18, 32 adalah bilangan yang
menunjukkan jumlah elektron maksimum dalain orbital dengan tingkat energi n=1, n=2, n=3 dan n=4.

Gambar 13. Tabel Periodik Unsur-unsur

Jika unsur-unsur dalani tahel periodik tersebut dituliskan dalarn bentuk koinfigurasi elektron,
maka akan terliliat dan mudah dimengerti mengapa periode pertama hanya berisi 2 buah unsur sedang
periode 2 berisi 8 unsur. Periode ketiga hanya berisi 8 unsur, padahal orbital 3s 3p dan 3d mampu
menampung 18 eIektron. Hal ini dikerjakan dengan mempertimbangkan sifat-sifat unsur ke 19 dan 20
yaitu K dan Ca sangat mirip dengan sifat Na dan Mg. Konfigurasi elektron dalam beberapa periode
dapat dilihat pada Tabel berikut ini
Tabel 2 . Konfigurasi Elektron Unsur dalam Beberapa Periode

3Li =[He]2s1 11Na =[Ne]3s1


4Be =[He]2s2 12Mg =[Ne]3s2
5B =[He]2s22p1 13Al =[Ne]3s23p1
6C =[He]2s22p2 14Si =[Ne]3s23p2
7N =[He]2s22p3 15P =[Ne]3s23p3
8O =[He]2s22p4 16S =[Ne]3s23p4
9F =[He]2s22p5 17CI =[Ne]3s23p5
10Ne =[He]2s22p6 18Ar =[Ne]3s23p6

Sedangkan unsur-unsur yang teletak dalam satu golongan akan memiliki konfigurasi elektron
untuk elektron pada kulit terluar akan menempati orbital yang sama. Hal ini dapat dilihat pada Tabel
berikut
Golongan Unsur Konfigurasi
1A H Is1
Li 1s22s1
Na 1s22s22p63s1
K 1s22s22p63s23p64s1
Rb 1s22s22p63s23p63d104s24p65s1
Cs 1s22s22p63s23p63d104s24p65s25p66s1

VII F 1s22s22p5
CI 1s22s22p63s23p5
Br 1s22s22p63s23p63d104s24p5
I 1s22s22p63s23p63d104s24p65s25p5

VIII He 1s2
Ne 1s22s22p6
Ar 1s22s22p63s23p6
Kr 1s22s22p63s23p63d104s24p6
Xe 1s22s22p63s23p63d104s24p65s25p6
1. Periode
Sistem periodik panjang terdiri atas 7 periode. Setiap periode dimulai dengan pengisian orbital ns
dan diakhiri dengan np sampai terisi penuh. Nomor periode dari atas ke bawah menunjukkan
kuantum utama terbesar yang dimiliki oleh atom unsur yang bersangkutan.
Contoh:

Berdasarkan jumlah unsur yang ada pada ketujuh periode dalam sistem periodik panjang, dibedakan
atas periode pendek, periode panjang, dan periode belum lengkap.

a. Periode pendek

Periode pendek terdiri atas periode 1, 2, dan 3. Periode pertama terdiri atas 2 unsur, yaitu unsur
hidrogen dan helium. Periode kedua terdiri atas 8 unsur, mulai dari litium dan berakhir pada neon.
Pada periode ini elektron mulai mengisi orbital 2s dan 3 orbital 2p sampai penuh. Periode ketiga terdiri
dari 8 unsur mulai dari natrium dan berakhir pada argon. Pada periode ini elektron mulai mengisi orbital
3s terus sampai 3 orbital 3p terisi penuh sesuai dengan aturan Aufbau. Pada periode ketiga, orbital 3d
tidak terisi elektron, karena orbital 3d tingkat energinya lebih tinggi dari orbital 4s.

b. Periode panjang
Periode panjang terdiri atas periode 4, 5, dan 6. Pengisian elektron pada periode ke-4 mulai dari 4s
sampai dengan 4p. Berbeda dengan pengisian elektron pada periode pendek yaitu setelah orbital 4s
terisi penuhelektron. Selanjutnya elektron mengisi orbital 3d, baru kemudian orbital 4p terisi elektron.
Pengecualian pada pengisian elektron pada atom kromium dan tembaga (lihat aturan orbital penuh
dengan setengah penuh). Dengan demikian periode ke-4 ini terisi 18 unsur. Seperti halnya pengisian
elektron periode 4, pengisian elektron unsur-unsur periode 5, yaitu Berbeda dengan pengisian elektron
unsur-unsur periode 4 dan 5, pada pengisian elektron unsur periode 6. Setelah elektron mengisi penuh
orbital 6s, kemudian 1 orbital 5d diisi elektron. Selanjutnya yang terisi elektron adalah orbital-orbital 4f
menghasilkan deretan unsurunsur lantanida. Selanjutnya elektron mengisi kembali orbital-orbital 5d
dan akhirnya orbital-orbital 6p. Maka pada periode 6 ini terdapat 32 unsur yang terdiri atas 8 unsur
utama, 14 unsur lantanida, 10 unsur peralihan. Pengisian elektron pada unsur-unsur periode 7 sama
seperti pengisian elektron pada periode 6 yaitu setelah 7s terisi penuh elektron mengisi 1 orbital 6d,
kemudian elektron mengisi orbital-orbital 5f, menghasilkan deretan unsur-unsur aktinida, selanjutnya
elektron akan mengisi orbital 6d berikutnya.

c. Periode belum lengkap

Periode yang terakhir dalam sistem periodik panjang yaitu periode 7, disebut juga sebagai periode
belum lengkap, karena masih banyak kolom-kolom yang kosong belum terisi oleh unsur diharapkan
masih ada unsur transisi pada periode ini yang belum ditemukan orang.

2. Golongan

Pada sistem periodik panjang ada 8 golongan unsur yang masing-masing dibagi atas golongan utama
(A) dan golongan peralihan/transisi (B). Untuk lebih jelasnya marilah kita lihat bagan sistem periodik
panjang yang memperlihatkan bahwa unsur-unsur dibagi atas 4 blok yaitu blok s, blok p, blok d, dan
blok f, berdasarkan letak elektron yang terakhir pada orbitalnya dalam konfigurasi elektron unsur yang
bersangkutan

Sesuai dengan aturan pengisian elektron dalam orbital-orbital ternyata bahwa jumlah elektron
valensi suatu unsur sesuai dengan golongannya. Unsur-unsur dalam sistem periodik dikelompokkan
dalam blok-blok sebagai berikut.
a. Unsur blok s (golongan IA dan IIA)

Dalam konfigurasi elektron unsur, elektron terakhir terletak pada orbital s. Nomor golongannya
ditentukan oleh jumlah elektron pada orbital s yang terakhir.
Contoh:

11 Na: 1s22s22p63s1

12 Mg: 1s22s22p63s2

b. Unsur-unsur blok p (golongan IIIA sampai dengan golongan O)

Dalam konfigurasi elektron unsur, elektron yang terakhir terletak pada orbital p. Nomor golongan
ditentukan oleh banyaknya elektron pada orbital p terakhir ditambah 2 (jumlah elektron valensinya).

c. Unsur-unsur blok d (golongan IB sampai dengan golongan VIII)

Dalam konfigurasi elektron unsur, elektron yang terakhir terletak pada orbital d. Nomor golongan
ditentukan oleh banyaknya orbital s terdekat. (Jika dalam konfigurasi elektron unsur, tidak terkena
aturan orbital penuh atau setengah penuh, nomor golongan = jumlah elektron pada d terakhir ditambah
2).
1) Jika jumlah elektron pada orbital d terakhir dan elektron pada orbital s terdekat kurang dari 8, maka
nomor golongan adalah jumlah elektron tersebut.

Contoh:

2) Jika jumlah elektron pada d terakhir dan elektron pada s terdekat = 8, 9, atau 10, maka unsur yang
bersangkutan golongan VIII.

Contoh:
3) Jika jumlah elektron pada d terakhir dan elektron pada s terdekat lebih dari 10, maka nomor
golongan adalah jumlah d + s dikurangi 10.

Contoh:

d. Unsur-unsur blok f (golongan lantanida dan aktinida)

Dalam konfigurasi elektron unsur, elektron yang terakhir terletak pada orbital f. Jika harga n terbesar
dalam konfigurasi elektron tersebut = 6 (periode 6). Unsur tersebut adalah unsur golongan lantanida.
Jika harga n terbesar dalam konfigurasi elektron tersebut = 7, unsur tersebut adalah unsur golongan
aktinida.

Contoh:
Unsur-unsur yang terletak dalam satu golongan akan memiliki sifat fisik dan kimia yang serupa
serta konfigurasi elektron yang serupa pula. Dengan kata lain bahwa konfgurasi elektron akan
bertanggung jawab pada sifat karakteristik suatu unsur, khususnya untuk elektron yang terletak pada
kulit dengan bilangan Luantum yang paling tinggi yaitu kulit elektron terluar.

Dari kenyataan ini tampak dengan jelas adanya hubungan antara golongan dalam sistem
periodik, sifat-sifat unsur dan konfigurasi elektron, sehingga unsur-unsur dapat diklasifikasikan
berdasarkan konfigurasi elektron. dengan klasifikasi ini diharapkan dapat dipelajari sifat-sifat unsur
beberapa golongan sekaligus

II.8.1 Sifat-sifat Periodik yang Penting

Untuk menunjukkan eratnya hubungan antara sifat-sifat unsur dengan sistem periodik, maka
dalam bagian ini akan dibicarakan beberapa sifat unsur yang penting yaitu : jari-jari atom, potensial
ionisasi, afinitas elektron dan elektronegativitas unsur-unsur.

A.1 Jari-jari Atom

Pada Tabel 2.3 tertera nilai atom unsur-unsur utama dari golongan I A Sampai golongan VIIIA.

Angka-angka dalam Tabel 2.3 menunjukkan bahwa jari-jari atom unsur segolongan dari atas ke bawah
umumnya makin besar, sedangkan unsur-unsur dalam Satu periode dari kiri ke kanan memiliki jari-jari
atom makin kecil.
Hal ini dapat diterangkan berdasarkan prinsip gaya tarik elektrostatik antara elektron dengan
inti atom. Untuk unsur-unsur yang terletak dalam satu periode akan memiliki ukuran orbital yang sama,
sehingga diharapkan jari-jari atom unsur--unsur dalam satu periode kurang lebih sama. Tetapi nomor
atom unsur-unsur satu periode dari kiri ke kanan adalah makin besar, yang berarti bahwa muatan inti
unsur-unsur tersebut dari kiri ke kanan makin besar juga. Makin besar muatan inti maka gaya tarik
elektrostatik terhadap elektron akan lebih kuat, sehingga jarak inti-elektron (jari-jari) makin kecil. Oleh
karena itu, jari-jari atom unsur satu periode dari kiri ke kanan umumnya makin kecil.

Tabel 3. Nilai Jari-jari Atom


H He
0,30 1,20
Li Be B C N O F Ne
1,23 0,89 0,80 0,77 0,74 0,74 0,72 1,60
Na Mg Al Si P S CI Ar
1,57 1,36 1,25 1,17 1,10 1,04 0,99 1,91
K Ca Ga Ge As Se Br Kr
2,03 1,74 1,25 1,22 1,21 1,14 1,14 2,00
Rb Sr In Sn Sb Te I Xr
2,16 1,91 1,50 1,40 1,41 1,37 1,33 2,20
Cs Ba Tl Pb Bi Po At Rn
2,30 1,98 1,55 1,46 1,52 - - -
Sedangkan unsur-unsur yang terletak dalam satu golongan memiliki ukuran orbital dan muatan
inti yang berrbeda satu sama lain. Makin besar ukuran orbital dalam suatu atom, makin besar pula jari-
jari atom unsur tersebut. Jika diperhatikan unsur-unsur segolongan dari atas ke bawah memiliki ukuran
orbital makin besar, sedangkan muatan intinya makin besar juga. Dua faktor ini bertentangan, tetapi
ternyata bahwa faktor ukuran orbital lebih menentukan dibandingkan dengan faktor muatan inti.
Akibatnya jari-jari atom unsur-unsur segolongan dari atas ke bawah umumnya makin besar. Satuan
yang biasa digunakan untuk menyatakan jari-jari atom adalah satuan Angstrom (A), tetapi satuan
Angstrom bukanlah satuan yang diakui oleh SI. Satuan SI yang sesuai adalah nanometer (nm) atau
pikometer (pm)

1 Å = 1 x 10-10 m= 0,1 nm = 100 pm

Ca2+ < k+ < Ar < CI- < S2-

A.2 Jari-Jari Ion

Apabila elektron-elektron dilepaskan dari sebuah atom logam membentuk sebuah Ion positif
(kation), maka akan terjadi penurunan jari-jari atom, Biasanya elektron yang dilepaskan adalah elektron
dari kulit dengan bilangan kuantum utama paling tingi, akibatnya ion logam akan mempunyai kulit lebih
sedikit bila dibandingkan dengan atom logamnya. Sebaliknya, apabila suatu atom non logam menerim
satu atau lebih elektron, membentuk ion negatif (anion), maka akan terjadi kenaikan jari-jari atom.
Penambahan elektron pada suatu atom menyebabkan meningkatnya gaya tolak-menolak antara
elektron-elektron, akibatnya elektron akan lebih menyebar sehingga jari-jari atom akan bertambah.
Pada gambar dibandingkan lima contoh yaitu atom Na, atom Mg, ion Na +, ion Mg2+ dan atom Ne.

Atom Na lebih besar dari pada atom Mg, sesuai dengan faktor yang telah dijelaskan di atas,
jari-jari ionnya akan jauh lebih kecil daripada jari-jari atomnya. Ion Na +, ion Mg2+ dan atom Ne dikatakan
isoelektronik. mereka mempunyai jumlah elektron yang sama(10 elektron) dengan konfigurasi elektron
yang sama (1S2, 2S2, 2p6) Ne mempunyai muatan inti + 10. Na + lebih kecil dari Ne, karena mempunyai
muatan inti yang lebih besar, +11, sehingga gaya tarik inti terhadap elektron jadi lebih besar, demikian
pula halnya dengan Mg 2 akan mempunyai ukuran lebih kecil dari Na + dan Ne, karena mempunyai
muatan inti +12)
Contoh 10

Jenis zat berikut ini isoelektronik dengan gas mulia argon tanpa melihat daftar dalam buku,
susunlah berdasarkan kenaikan Ar, K+, CI-, S2, Ca2+)

Jawaban:

Konfigurasi elektron dan unsur tersebut secara umum adalah 1 s2, 2s2, 2p6, 3s2 3p6, makin besar
muatan inti maka elektron-elektron ini akan lebih tertarik ke ini, sehingga jari-jari atomnya semakin
kecil. Berdasarkan hal ini. maka susunan selengkapnya adalah:

Ca2+ < K+ < Ar < CI- < S2-

B.Potensial lonisasi (Energi lonisasi).

Potensial ionisasi unsur didefinisikan sebagai energi yang diperlukan, untuk melepaskan satu
elektron yang terikat paling lemah dari suatu atom netral atau dari suatu ion. Energi ionisasi dapat
diukur dengan menggunakan tabung sinar katoda, atom-atom yang diselidiki berada dalam bentuk gas
bertenanan rendah. Beberapa nilai yang diperoleh adalah.

Mg(g) → Mg+(g)+ e- I1 = 7,64 Ev

Mg+(g) → Mg2+ + e I2 = 15,03 V

Mg(p) → Mg2+(g)+ e- It = 22,67 Ev

Notasi 1I berarti energi lonisasi pertama, 1 2 berarti energi ionisasi ke dua dan seterusnya.
Pelepasan elektron kedua lebih sulit dari pada pelepasan elektron pertama, akibatnya niilai-nilai 1 2
lebih besar daripada 11. dalam gambar 2.6 terlihat perioditas potensial ionisasi tingkat pertama. Unsur-
unsur segolongan dari atas ke bahwa umumnya memiliki potensial ionisasi makin rendah, sedang
unsur-unsur se periode dari kiri ke kanan potensial ionisasinya makin tinggi.

Besarnya potensial ionisasi suatu unsur ditentukan oleh dua faktor, yaitu muatan inti dan dari-
jari atom. Jika muatan inti makin besar, maka gaya tarik elektrostatik inti elektron makin kuat, akibatnya
makin tinggi potensial ionisasi suatu unsur. Dengan alasan tersebut, maka mudah dimengerti bahwa
makin besar jari-jari atom suatu unsur, maka potensial ionisasi unsur tersebut makin rendah. Sedang
untuk unsur-unsur seperiode dari kiri ke kanan mempunyai muatan inti makin beasr, sedang jari-jari
atomnya makin kecil. Dua faktor ini mempunyai pengaruh yang sama terhadap potensial ionisasi, yaitu
potensial ionisasi dari kiri ke kanan makin tinggi. Apabila kita mengukur sifat logam suatu unsur dengan
menggunakan ukuran mudah tidaknya atom unsur tersebut melepas elektron, akan didapatkan, makin
rendah potensial ionisasi maka unsur tersbut makin bersifat logam. Berdasarkan hal ini unsur-unsur
segolongan yang terletak lebih bawah akan lebih bersifat logam dari pada unsur-unsur yang terletak di
antaranya.

Gambar dibawah berisi energi ionisasi untuk unsur-unsur periode ketiga. Dengan sedikit
pengecualian terdapat kecenderungan meningkatnya potensial ionisasi dari golongan IA ke golongan
VIII A. Pada tabel tersebut juga berisikan energi tahap-tahap pengionan (1 1, 12 dstnya)
Contoh 11

Berapa Joule energi yang diperlukan untuk mengubah seluruh atom yang ada pada 1 mg menjadi Li +

Jawaban

Dalam hal ini, kita perlu mengetahui potensial ionisasi Li (per atom) dan mengubah eV per atom
menjadi KJ per nol. Selain itu juga harus mengubah mg Li menjadi mul Li +.

96,49 kJ mol−1
Energi ionisasi (I1) = 5,39 eV x =520 kJ mol
−1
1 eV

Enegi Ionisasi (I1) untuk 1 mg Li :

1 mol Li 520 kJ 1000 J


Jumlah energi = 1.00 x10-3 g Li x x x =75 J
6,94 g Li 1 mol Li 1 kJ

C. Afinitas Elektron
Afinitas elektron (AE) adalah perubahan entalphi (ΔH) yang terjadi pada sebuah atom netral dalam
phase gas menerima sebuah elektron dari jarak tak terhingga, contoh :

Cl(g) + e  Cl – (g) E = -3,7 eV

Apabila sebuah atom dalam keadaan gas menerima sebuah elektron, maka gaya tarik inti
tersebut terhadap elektron tambahan akan menyebabkan atom melepaskan energi (E < 0). Tetapi
pada penerimaan elektron ke dua atom akan membutuhkan energi untuk mengatasai gaya tolak-
menolak antara elektron dengan elektron (E > 0). Sebagai contoh afinitas O dan S, untuk pelepasan
elektron kedua (untuk membentuk ion O -2 dan S-2) berturut-turut adalah + 7,3 eV dan + 4,0 eV. Afinitas
elektron adalah suatu sifat yang tidak mudah diukur dengan percobaan. Tabel dibawah berkaitan
dengan data afinitas electron suatu atom dalam system periodic

Tabel 4.Data afinitas electron suatu atom dalam system periodik

D. Elektronegativitas

Kecenderungan suatu atom untuk menarik elektron dari atom lain yang selanjutnya elektron
tersebut digunakan bersama oleh dua atom yang bersenyawa dikenal sebagai elektronegativitas unsur.
Elektro negativitas berhubungan dengan potensial ionisasi (1) dan afinitas elektron (AE). Umumnya
atom-atom dengan jari-jari kecil mempunyai kecenderungan lebih besar untuk menarik elektron dari
pada atom-atom yang mempunyai jari-jari atom lebih besar, dengan kata lain, atom kecil umumnya
lebih bersifat elektronegatif.
Mudah dipahami baha makin tinggi potensial ionisasi suatu unsur, maka makin besar pula
elektronegativitas unsur tersbut. Kalau dihubungkan, pengertian elektonegativitas dengan tabel
periodik unsur-unsur maka dapat dinyatakan bahwa unsur-unsur segolongan dari atas ke bawah
elektonegativitas unsur makin kecil, sedangkan unsur-unsur seperiode dari kiri ke kanan
elektronegativitas unsur makin kecil. Elektronegativitas unsur gas mulia (VIII A) = 0, karena dianggap
unsur yang paling stabil.

Skala elektronegativitas yang paling banyak digunakan adalah skala elektronegativitas yang
ditemukan oleh Linus Pauling. Skala ini didasarkan pada suatu evaluasi energi ikatan. Skala
elektronegativitas Pauling terdiri dari bilangan yang tidak mempunyai satuan, mulai dari angka 1 untuk
logam yang sangat aktif sampai angka 4,0 untuk fluor, suatu unsur non logam yang paling aktif.
Beberapa nilai elektronegativitas unsur dapat dilihat pada tabel dibawah ini

Tabel 5. Keelektronegatifan unsur-unsur dalam unsure-unsur

Sebagai suatu patokan kasar, logam-logam mempunyai elektronegativitas sekitar 1,7 atau
kurang, metaloid sekitar 2 dan non logam lebih besar dari 2.
RINGKASAN

Pengetahuan mengenai struktur dan sifat-sifat atom akan mendasari pengetahuan mengenai
ikatan kimia yang selanjutnya digunakan untuk memahami formasi molekul dan bentuk wujud zat.

Suatu atom memiliki sifat yang khas yang tentunya berbeda dengan atom lain. Sifat tersebut
ditunjukan oleh sifat spektrum tak sinambungnya yang dicirikan oleh panjang gelombang, (λ).

Untuk mengetahui keadaan suatu atom dapat dilihat dari bilangan kuantum yang dimilikinya
yaitu bilangan kuantum utama (n), bilangan kuantum azimuth (I), bilangan kuantum magnetik (m) dan
bilangan kuantum spin (s). Keempat bilangan kuantum tersebut ditentukan dari penyeleasaian
persamaan gelombang schrodinger.

Dalam mengisi elektron kedalam suatu atom harus diperhatikan ketiga aturan yaitu prinsip
aufbau, aturan eklusi pauli, dan aturan hund.

Sistem periodik unsur-unsur yang anda ketahui, erat sekali hubungannya dengan konfigurasi
elektron. Unsur-unsur yang ada dalam suatu golongan dikelilingi oleh elektron terluar yang sama
jumlahnya, yang menyebabkan unsur-unsur ada dalam satu golongan memiliki sifat yang sama.

Pada sistem periodik ini pula akan tercermin keteraturan dalam jejari, potensi ionisasi, afinitas
elektron, dan keelektronegatif.

Anda mungkin juga menyukai