Anda di halaman 1dari 12

Struktur Atom

Semua materi pada dasarnya tersusun dari partikel dasar yang sama, yaitu atom. Teori atom
pertama diajukan oleh Jhon Dalton. Salah satu isi teorinya adalah materi tersusun dari partikel-
partikel terkecil yang tidak dapat dibagi lagi, yakni atom. Akan tetapi, penemuan partikel-partikel
subatomik (elektron, proton dan neutron) yang diikuti dengan penemuan keradioaktifan
menyebabkan timbulnya teori/model atom baru, yang dikemukakan oleh J.J. Thomson yang
diikuti Ernest Rutherford.
Akan tetapi, kelemahan model atom Rutherford mendorong Niels Bohr untuk
menggabungkan model atom Rutherford dengan teori kuantum planck dan ilmu fisika dan
merumuskan model atom Bohr. Selanjutnya model atom Bohr diganti dengan teori atom mekanika
kuantum.

Gambar 1. Perkembangan Teori Atom

Seorang ahli filsafat Yunani Leucippus berpendapat bahwa materi tersusun dari butiran-butiran
kecil. Pendapat ini dikembangkan oleh Democritus, muridnya. Democritus (460 BC – 370
BC) berpendapat bahwa:
1. Semua materi terdiri dari atom yang kecil, keras, tidak dapat dibagi, tidak dapat dihancurkan,
berbentuk dan berukuran berbeda
2. Terdapat ruang kosong diantara atom-atom
3. Atom berwujud padat
4. Atom bersifat homogen dan tidak punya struktur internal
5. Atom memiliki bentuk, ukuran da berat yang berbeda
6. Berdasarkan Observasi pada pasir yang terdapat di pantai

TEORI ATOM DALTON


Teori Atom Dalton (1766 – 1844)
Teori ini didasarkan pada hukum konservasi (mass conservation) massa dan hukum
perbandingan tetap (definite proportion). Teori ini sekaligus dikemukakan untuk menjelaskan kedua
hukum ini. Hukum konservasi massa menyatakan bahwa massa tidak dapat diciptakan dan tidak dapat
dimusnahkan dalam satu reaksi kimia. Sedangkan hukum perbandingan tetap menyatakan bahwa
dalam satu senyawa yang murni, unsur-unsur selalu memiliki perbadingan massa yang tetap.
Teori Atom Dalton menyatakan bahwa:

1. Materi terdiri dari partikel terkecil disebut ATOM.


2. Unsur adalah materi yang tersusun dari atom-atom.
3. Unsur yang berbeda mempunyai atom-atom dengan massa dan sifat yang berbeda
4. Senyawa adalah materi yang tersusun dari setidaknya dua jenis atom dari unsur-unsur berbeda,
dengan perbandingan tetap dan tertentu. Dalam senyawa atom-atom berikatan melalui ikatan
antar-atom.
5. Atom tidak dapat dimusnahkan. Reaksi kimia hanya penataan ulang atom-atom yang bereaksi.

PENEMUAN PARTIKEL SUBATOMIK: ELEKTRON


Setelah John Dalton (1766-1844) pada tahun 1803 mengemukakan teori atom yang pertama
kali, maka tidak lama setelah itu dua orang ilmuwan yaitu Sir Humphry Davy (1778-1829) dan
muridnya Michael Faraday (1791-1867), menemukan metode elektrolisis, yaitu cara menguraikan
senyawa menjadi unsur-unsurnya dengan bantuan arus listrik. Dengan metode baru itulah akhirnya
mereka menemukan bahwa atom mengandung muatan listrik.

Sejak pertengahan abad ke-19, para ilmuwan banyak meneliti daya hantar listrik dari gas-gas
pada tekanan rendah. Tabung lampu gas pertama kali dirancang oleh Heinrich Geissler (1829-1879)
dari Jerman pada tahun 1854. Rekannya, Julius Plucker (1801-1868), membuat eksperimen sebagai
berikut. Dua pelat logam ditempatkan pada masing-masing tabung Geissler yang divakumkan, lalu
tabung gelas itu diisi dengan gas pada tekanan rendah. Salah satu pelat logam (disebut anode)
membawa muatan positif, dan pelat yang satu lagi (disebut katode) membawa muatan negatif. Ketika
muatan listrik bertegangan tinggi dialirkan melalui gas dalam tabung, muncullah nyala berupa sinar
dari katode ke anode. Sinar yang dihasilkan ini disebut sinar katode.

Gambar Tabung Lucutan (discharged tube)


Sifat sinar katode, antara lain :

1. merambat tegak lurus dari permukaan katode menuju anode;


2. merupakan radiasi partikel sehingga terbukti dapat memutar baling-baling;
3. bermuatan listrik negatif sehingga dibelokkan ke kutub listrik positif;
4. dapat memendarkan berbagai jenis zat, termasuk gelas.
Plucker ternyata kurang teliti dalam pengamatannya dan menganggap sinar tersebut hanyalah
cahaya listrik biasa. Pada tahun 1875, William Crookes (1832-1919) dari Inggris, mengulangi
eksperimen Plucker tersebut dengan lebih teliti dan mengungkapkan bahwa sinar katode merupakan
kumpulan partikel-partikel yang saat itu belum dikenal.

Hasil-hasil eksperimen Crookes dapat dirangkum sebagai berikut.

1. Partikel sinar katode bermuatan negatif sebab tertarik oleh pelat yang bermuatan positif.
2. Partikel sinar katode mempunyai massa sebab mampu memutar baling-baling dalam tabung.
3. Partikel sinar katode dimiliki oleh semua materi sebab semua bahan yang digunakan (padat, cair,
dan gas) menghasilkan sinar katode yang sama. Partikel sinar katode itu dinamai “elektron” oleh
George Johnstone Stoney (1817 – 1895) pada tahun 1891.
Pada masa itu para ilmuwan masih diliputi kebingungan dan ketidaktahuan serta
ketidakpercayaan bahwa setiap materi memiliki elektron karena mereka masih percaya bahwa atom
adalah partikel terkecil penyusun suatu materi. Kalau atom merupakan partikel terkecil, maka di
manakah keberadaan elektron dalam materi tersebut?

Pada tahun 1897, Joseph John Thomson (1856 – 1940) dari Inggris melalui serangkaian
eksperimennya berhasil mendeteksi atau menemukan elektron yang dimaksud Stoney. Thomson
membuktikan bahwa elektron merupakan partikel penyusun atom, bahkan Thomson mampu
menghitung perbandingan muatan terhadap massa elektron (e/m), yaitu 1,759 x 108 coulomb/gram.
Kemudian pada tahun 1908, Robert Andrew Millikan (1868-1953) dari Universitas Chicago
menemukan harga muatan elektron, yaitu 1,602 x 10-19 coulomb. Dengan demikian massa sebuah
elektron dapat dihitung.
Massa satu elektron = e/(e/m) = (1,602 x 10-19) / (1,759 x 108) = 9,11 × 10–28 gram
Pernahkah Anda memperhatikan tabung televisi? Tabung televisi merupakan tabung sinar
katode. Percobaan tabung sinar katode pertama kali dilakukan oleh William Crookes (1875). Hasil
eksperimennya yaitu ditemukannya seberkas sinar yang muncul dari arah katode menuju ke anode
yang disebut sinar katode.

George Johnstone Stoney (1891) yang mengusulkan nama sinar katode disebut “elektron”.
Kelemahan dari Stoney tidak dapat menjelaskan pengaruh elektron terhadap perbedaan sifat antara
atom suatu unsur dengan atom dalam unsur lainnya. Antoine Henri Becquerel (1896) menentukan
sinar yang dipancarkan dari unsur-unsur radioaktif yang sifatnya mirip dengan elektron.

Joseph John Thomson (1897) melanjutkan eksperimen William Crookes yaitu pengaruh medan listrik
dan medan magnet dalam tabung sinar katode.

Gambar pembelokan sinar katode oleh medan listrik.


Keterangan :
C = katode
A = anode
E = lempeng kondensor bermuatan listrik
F = layar yang dapat berpendar (berfluoresensi)
Hasil percobaan J.J. Thomson menunjukkan bahwa sinar katode dapat dibelokkan ke arah
kutub positif medan listrik. Hal ini membuktikan terdapat partikel bermuatan negatif dalam suatu
atom. Besarnya muatan dalam elektron ditemukan oleh Robert Andrew Milikan (1908) melalui
percobaan tetes minyak Milikan seperti gambar berikut.

Gambar percobaan tetes minyak Milikan


Bulatan-bulatan kecil tetes minyak dihasilkan oleh atomizer. Massa tetesan minyak dapat
dihitung dari volume (diperoleh dari pengukuran jari-jari tetesan minyak yang da;pat diamati dari
mikroskop) dan massa jenis minyak yang diketahui. Beberapa tetesan akan jatuh melewati lobang
yang terdapat plat sebelah atas. Irradiasi dengan sinar-X akan mengionisasi gas dalam chamber dan
membebaskan elektro. Elektro ini kemudain ditangkap oleh tetesan minyak. Bila pada kedua plat
dipasang potesial litrik dan potensial nya di atur, maka tetes minyak yang bermuatan negatif akan
melambat akibat ditarik oleh muatan positif plat bahgian atas and ditolak muatan negatif plat bahagian
bawah. Pada voltase tertentu, tetesan minyak ini akan berhenti dan tergantung di tengah. Pada
keadaan ini gaya listrik q. E (dimana q adalah muatan dan E adalah medan listrik yang dipakai) akan
sama dengan gaya grafitasi pada tetes minya m.g. Sehingga pada keadaan ini

q.E = m.g ®

Dengan melakukan percobaan berulang-ulang, maka nilai muatan listrik pada tetes minyak
tunggal adalah 1.5294 x 10-19 C. Harga muatan itu sekarang dikoreksi menjadi 1.602 x 10–19
Dengan melakukan percobaan berulang-ulang, maka nilai muatan listrik pada tetes minyak tunggal
adalah 1.5294 x 10-19 C. Harga muatan itu sekarang dikoreksi menjadi 1.602 x 10–19
Dengan menggunakan hasil pengukuran Thomso e/m = -1.76 x 108, dapat dihitung massa electron
sebagai, m = 9.109 x 10–31 kg

TEORI ATOM THOMSON


Teori Atom Thomson (1856-1940)
1. Atom bukan sebagai partikel terkecil dari suatu benda
2. Atom berbentuk bola pejal,dimana terdapat muatan listrik positif dan negatif yang tersebar
merata di seluruh bagian seperti roti kismis
3. Pada atom netral jumlah muatan listrik negatif sama dengan jumlah muatan listrik positif
4. Masa elektron jauh lebih kecil dibandingkan dengan masa atom
Dalam model ini atom tersusun dari elektron (pada waktu itu Thomson masih menggunakan
istilah “ corpuscles”, meskipun G.J. Stoney telah mengemukakan istilah elektron tahun 1894 untuk
fenomena sifat listrik atom) yang dikelilingi oleh awan muatan positif untuk mengimbangi muatan
negatif, seperti “kismis” bermuatan negatif dikelilingi pudding bermuatan positif seperti dalam menu
“plum pudding”. Elektron dianggap menempati seluruh bahagian atom.

PENEMUAN PARTIKEL SUBATOMIK: PROTON


Jika massa elektron 0 berarti suatu partikel tidak mempunyai massa. Namun pada
kenyataannya partikel materi mempunyai massa yang dapat diukur dan atom bersifat atom itu netral.
Bagaimana mungkin atom itu bersifat netral dan mempunyai massa, jika hanya ada elektron saja
dalam atom?

Keberadaan partikel bermuatan positif yang dikandung oleh atom diisyaratkan oleh Eugen
Goldstein (1850-1930) pada tahun 1886. Dengan ditemukannya elektron, para ilmuwan semakin
yakin bahwa dalam atom pasti ada partikel bermuatan positif untuk mengimbangi muatan negatif dari
elektron. Selain itu, jika seandainya partikel penyusun atom hanya elektron-elektron, maka jumlah
massa elektron terlalu kecil dibandingkan terhadap massa sebutir atom.

Eugene Goldstein (1886) melakukan eksperimen dari tabung gas yang memiliki katode, yang
diberi lubang-lubang dan diberi muatan listrik.

Selanjutnya, dan gas yang berada di belakang lempeng katode menjadi berpijar. Peristiwa tersebut
menunjukkan adanya radiasi yang berasal dari anode yang menerobos lubang pada lempeng katode.
Sinar ini disebut sinar anode atau sinar positif. Sifat sinar anode, antara lain :

1. merupakan radiasi partikel sehingga dapat memutar baling-baling;


2. dalam medan listrik/magnet, dibelokkan ke kutub negatif, jadi merupakan radiasi bermuatan
positif;
3. partikel sinar anode bergantung pada jenis gas dalam tabung.

Gambar Percobaan Goldstein untuk mempelajari partikel positif


Hasil eksperimen tersebut membuktikan bahwa pada saat terbentuk elektron yang menuju
anode, terbentuk pula sinar positif yang menuju arah berlawanan melewati lubang pada katode.
Setelah berbagai gas dicoba dalam tabung ini, ternyata gas hidrogen lah yang menghasilkan sinar
muatan positif yang paling kecil baik massa maupun muatannya, sehingga partikel ini disebut dengan
proton. Massa proton = 1 sma (satuan massa atom) dan muatan proton = +1. [1]
Keberadaan partikel penyusun atom yang bermuatan positif itu semakin terbukti ketika Ernest
Rutherford (1871-1937), orang Selandia Baru yang pindah ke Inggris, pada tahun 1906, bersama dua
orang asistennya, yaitu Hans Geiger dan Ernest Marsden, melakukan serangkaian percobaan untuk
mengetahui kedudukan partikel-partikel di dalam atom. Percobaan mereka dikenal dengan hamburan
sinar alfa terhadap lempeng tipis emas. Mereka berhasil menghitung bahwa massa partikel bermuatan
positif itu kira-kira 1.837 kali massa elektron. Kini kita menamai partikel itu proton, nama yang baru
dipakai mulai tahun 1919. [2]

Massa 1 elektron = 9,11 × 10–28 gram


Massa 1 proton = 1.837 × 9,11 × 10–28 gram = 1,673 × 10–24 gram
Dari pengamatan mereka, didapatkan fakta bahwa partikel α yang ditembakkan pada lempeng logam
emas yang tipis, sebagian besar diteruskan, dan ada sebagian kecil yang dibelokan bahkan ada juga
beberapa di antaranya yang dipantulkan. Hal tersebut sangat mengejutkan bagi Rutherford. Penemuan
ini menyebabkan gugurnya teori atom Thomson. Partikel α yang terpantul tersebut diperkirakan telah
menabrak sesuatu yang padat di dalam atom. Dengan demikian atom tersebut tidak bersifat homogen
seperti digambarkan oleh Thomson. Bahkan menurut pengamatan Marsden, diperoleh fakta bahwa
satu di antara 20.000 partikel α akan membelok dengan sudut 90o bahkan lebih.
Berdasarkan gejala-gejala tersebut, diperoleh beberapa kesimpulan antara lain:

1. Atom bukan merupakan bola pejal, karena hampir semua partikel alfa (α) diteruskan. Berarti,
sebagian besar volume atom merupakan ruang kosong.
2. Partikel yang mengalami pembelokan ialah partikel α yang mendekati inti atom. Hal tersebut
disebabkan keduanya bermuatan positif.
3. Partikel yang dipantulkan ialah partikel α yang tepat menabrak inti atom.
Berdasarkan fakta-fakta yang didapatkan dari percobaan tersebut, Rutherford mengusulkan
model atomnya yang menyatakan bahwa atom terdiri atas inti atom yang sangat kecil dan bermuatan
positif yang dikelilingi oleh elektron yang bermuatan negatif. Jumlah proton dalam inti sama dengan
jumlah elektron ynag mengelilingi inti, sehingga atom bersifat netral. Rutherford juga menduga
bahwa di dalam inti atom terdapat partikel netral yang berfungsi untuk mengikat partikel-partikel
positif agar tidak saling menolak. Dari percobaan tersebut, Rutherford dapat memperkirakan jari-jari
atom kira-kira 10–8 cm dan jari-jari inti kira-kira 10–13 cm.

TEORI ATOM RUTHERFORD


Teori Atom Rutherford (1871-1937)

Setelah penemuan proton dan elektron, Ernest Rutherford melakukan penelitian penembakan
lempeng tipis emas. Jika atom terdiri dari partikel yang bermuatan positif dan negatif maka sinar alfa
yang ditembakkan seharusnya tidak ada yang diteruskan/menembus lempeng sehingga muncullah
istilah inti atom. Ernest Rutherford dibantu oleh Hans Geiger dan Ernest Marsden (1911) menemukan
konsep inti atom didukung oleh penemuan sinar X oleh WC. Rontgen (1895) dan penemuan zat
radioaktif (1896). Percobaan Rutherford dapat digambarkan sebagai berikut.
Gambar Percobaan Rutherford, hamburan sinar alfa oleh lempeng emas
Hasil percobaan ini membuat Rutherford menyatakan hipotesisnya bahwa atom tersusun dari inti
atom yang bermuatan positif dan dikelilingi elektron yang bermuatan negatif, seperti halnya planet-
planet mengelilingi matahari, sehingga atom bersifat netral. Massa inti atom tidak seimbang dengan
massa proton yang ada dalam inti atom, sehingga dapat diprediksi bahwa ada partikel lain dalam inti
atom.

PENEMUAN PARTIKEL SUBATOMIK: NEUTRON


Setelah para ilmuwan mempercayai adanya elektron dan proton dalam atom, maka timbul masalah
baru, yaitu jika hampir semua massa atom terhimpun pada inti (sebab massa elektron sangat kecil dan
dapat diabaikan), ternyata jumlah proton dalam inti belum mencukupi untuk sesuai dengan massa
atom. Jadi, dalam inti pasti ada partikel lain yang menemani proton-proton.

Prediksi dari Rutherford memacu W. Bothe dan H. Becker (1930) melakukan eksperimen
penembakan partikel alfa pada inti atom berilium (Be) dan dihasilkan radiasi partikel berdaya tembus
tinggi. Eksperimen ini dilanjutkan oleh James Chadwick (1932). Ternyata partikel yang
menimbulkan radiasi berdaya tembus tinggi itu bersifat netral atau tidak bermuatan dan massanya
hampir sama dengan proton. Massa sebutir neutron adalah 1,675 × 10–24 gram. Partikel ini disebut
neutron dan dilambangkan dengan 10n .

Gambar Eksperimen Chadwick


Dengan penemuan neutron ini, struktur atom menjadi semakin jelas. Atom tersusun dari inti
atom yang dikelilingi oleh elektron yang bermuatan negatif. Inti atom sendiri terdiri dari proton yang
bermuatan positif dan neutron yang tidak bermuatan. Kedua partikel penyusun inti atom ini disebut
juga nukleon. Oleh karena atom bersifat netral, maka jumlah proton yang bermuatan positif harus
sama dengan jumlah elektron yang bermuatan negatif.

NOMOR ATOM DAN NOMOR MASSA


Para ilmuwa menemukan adanya hubungan antara jumlah partikel subatomik dari atom unsur
dengan karakteristik unsur yang dinyatakan dengan nomor atom dan nomor massa.

Nomor atom (Z)


Nomor dari atom menunjukkan jumlah muatan positif dalam inti atom (jumlah proton). Menurut
Henry Moseley (1887–1915) jumlah muatan positif setiap unsur bersifat karakteristik, jadi unsur yang
berbeda akan mempunyai nomor pada atom yang berbeda. Untuk jumlah muatan positif (nomor pada
atom) diberi lambang Z.

Jika atom bersifat netral, maka jumlah muatan positif (proton) dalam atom harus sama dengan jumlah
muatan negatif (elektron). Jadi, nomor dari atom = jumlah proton = jumlah elektron.

Z = ne = np
n = jumlah
Nomor Massa
Berdasarkan percobaan tetes minyak Millikan ditemukan bahwa massa elektron = 9,109 x 10–28 gram.
Jika 1 satuan massa atom atau satu sma = massa 1 atom hidrogen = 1,6603 x 10–24 gram, maka:
Tabel Massa dan muatan partikel proton, neutron, dan elektron.

Atom terdiri atas proton, neutron, dan elektron. Jadi, hubungan ketiganya dapat dilihat pada gambar
berikut ini.
ISOTOP, ISOBAR DAN ISOTON
Isotop, Isobar, Isoton

1. Isotop
Salah satu teori Dalton menyatakan bahwa atom-atom dari unsur yang sama memiliki massa yang
sama. Pendapat Dalton ini tidak sepenuhnya benar. Kini diketahui bahwa atom-atom dari unsur yang
sama dapat memiliki massa yang berbeda. Fenomena semacam ini disebut isotop. Isotop adalah
unsur-unsur sejenis yang memiliki nomor atom sama, tetapi memiliki massa atom berbeda atau unsur-
unsur sejenis yang memiliki jumlah proton sama, tetapi jumlah neutron berbeda. Sebagai contoh pada
tabel dibawah ini:

2. Isobar
Isobar adalah atom dari unsur yang berbeda (mempunyai nomor atom berbeda), tetapi mempunyai
nomor massa yang sama. Sebagai contoh pada tabel dibawah ini:

3. Isoton
Isoton adalah atom dari unsur yang berbeda (mempunyai nomor atom berbeda), tetapi mempunyai
jumlah neutron sama. Sebagai contoh pada tabel dibawah ini:

TEORI ATOM BOHR


Teori Atom Bohr (1885 – 1962)
Pada tahun 1913, pakar fisika Denmark bernama Neils Bohr memperbaiki kegagalan atom
Rutherford melalui percobaannya tentang spektrum atom hidrogen. Percobaannya ini berhasil
memberikan gambaran keadaan elektron dalam menempati daerah disekitar inti atom. Penjelasan
Bohr tentang atom hidrogen melibatkan gabungan antara teori klasik dari Rutherford dan teori
kuantum dari Planck, diungkapkan dengan empat postulat, sebagai berikut:
1. Hanya ada seperangkat orbit tertentu yang diperbolehkan bagi satu elektron dalam atom
hidrogen. Orbit ini dikenal sebagai keadaan gerak stasioner (menetap) elektron dan merupakan
lintasan melingkar disekeliling inti.
2. Selama elektron berada dalam lintasan stasioner, energi elektron tetap sehingga tidak ada energi
dalam bentuk radiasi yang dipancarkan maupun diserap.
3. Elektron hanya dapat berpindah dari satu lintasan stasioner ke lintasan stasioner lain. Pada
peralihan ini, sejumlah energi tertentu terlibat, besarnya sesuai dengan persamaan planck, ΔE =
hv.
4. Lintasan stasioner yang dibolehkan memilki besaran dengan sifat-sifat tertentu, terutama sifat
yang disebut momentum sudut. Besarnya momentum sudut merupakan kelipatan dari h/2∏ atau
nh/2∏, dengan n adalah bilangan bulat dan h tetapan planck.

Menurut model atom bohr, elektron-elektron mengelilingi inti pada lintasan-lintasan tertentu
yang disebut kulit elektron atau tingkat energi. Tingkat energi paling rendah adalah kulit elektron
yang terletak paling dalam, semakin keluar semakin besar nomor kulitnya dan semakin tinggi tingkat
energinya.

PERCOBAAN BOHR

TINGKAT ENERGI UNTUK ATOM HIDROGEN OLEH BOHR


Model atom Bohr dapat menjelaskan kestabilan atom dan spektrum atom hidrogen. Akan tetapi,
model ini mempunyai kelemahan, antara lain:

1. Model atom Bohr hanya dapat menjelaskan spektrum atom hidrogen secara akurat, tetapi gagal
menjelaskan spektrum atom yang lebih kompleks.
2. Asumsi bahwa elektron mengelilingi inti dalam orbit melingkar tidak sepenuhnya benar karena
orbit yang berbentuk elips dimungkinkan.
3. Model atom Bohr tidak dapat menjelaskan adanya garis-garis halus dalam spektrum hidrogen
(efek Zeeman). Hal ini karena Bohr mengganggap elektron sebagai partikel.
KONFIGURASI ELEKTRON DAN ELEKTRON VALENSI
1. Konfigurasi Elektron
merupakan susunan elektron suatu atom berdasarkan kulit-kulit atom tersebut. Setiap kulit atom dapat
terisi elektron maksimum dengan rumus:

∑ 2(n2)
∑ = jumlah maksimum elektron pada suatu kulit

n = nomor kulit

Gambar Jumlah elektron maksimum tiap kulit dalam atom

Tabel jumlah elektron maksimum dalam tiap-tiap kulit atom

Aturan-aturan dalam pengisian konfigurasi elektron:

1. Pengisian dimulai dari tingkat energi paling rendah ketingkat energi paling tinggi dari kulit K,
L,M dan seterusnya
2. Jika jumlah elektron yang tersisa ≤ 8 di tempatkan pada kulit berikutnya
3. Jumlah maksimum elektron pada kulit terluar adalah 8

Contoh soal :
Tulislah konfigurasi elektron dari:

O (Z=8, A=16); Ar (Z=18, A=40); Sr (Z=38, A=27)


Jawab:

 Jumlah elektron = 8
Konfigurasi elektron K= 2 L= 6

 Jumlah elektron = 18
Konfigurasi elektron K= 2 L= 8 M= 8

 Jumlah elektron = 38
Konfigurasi elektron K= 2 L=8 M= 18 N=8 O=2
2. Elektron Valensi
Elektron valensi merupakan jumlah elektron pada kulit terluar suatu atom netral. Cara menentukan
elektron valensi adalah dengan menuliskan konfigurasi elektron.
Contoh soal:

Tulislah konfigurasi elektron dan elektron valensi dari atom-atom berikut:

Ca (Z=20, A=40) ; Br (Z=35, A=80)

Jawab:

 Nomor atom = 20, jumlah elektron=20


Konfigurasi elektron K=2 L=8 M=8 N=2

Elektron valensi =2

 Nomor atom = 35
Konfigurasi elektron K=2 L=8 M=18 N=7

Elektron valensi =7

Anda mungkin juga menyukai