Semua materi pada dasarnya tersusun dari partikel dasar yang sama, yaitu atom. Teori atom
pertama diajukan oleh Jhon Dalton. Salah satu isi teorinya adalah materi tersusun dari partikel-
partikel terkecil yang tidak dapat dibagi lagi, yakni atom. Akan tetapi, penemuan partikel-partikel
subatomik (elektron, proton dan neutron) yang diikuti dengan penemuan keradioaktifan
menyebabkan timbulnya teori/model atom baru, yang dikemukakan oleh J.J. Thomson yang
diikuti Ernest Rutherford.
Akan tetapi, kelemahan model atom Rutherford mendorong Niels Bohr untuk
menggabungkan model atom Rutherford dengan teori kuantum planck dan ilmu fisika dan
merumuskan model atom Bohr. Selanjutnya model atom Bohr diganti dengan teori atom mekanika
kuantum.
Seorang ahli filsafat Yunani Leucippus berpendapat bahwa materi tersusun dari butiran-butiran
kecil. Pendapat ini dikembangkan oleh Democritus, muridnya. Democritus (460 BC – 370
BC) berpendapat bahwa:
1. Semua materi terdiri dari atom yang kecil, keras, tidak dapat dibagi, tidak dapat dihancurkan,
berbentuk dan berukuran berbeda
2. Terdapat ruang kosong diantara atom-atom
3. Atom berwujud padat
4. Atom bersifat homogen dan tidak punya struktur internal
5. Atom memiliki bentuk, ukuran da berat yang berbeda
6. Berdasarkan Observasi pada pasir yang terdapat di pantai
Sejak pertengahan abad ke-19, para ilmuwan banyak meneliti daya hantar listrik dari gas-gas
pada tekanan rendah. Tabung lampu gas pertama kali dirancang oleh Heinrich Geissler (1829-1879)
dari Jerman pada tahun 1854. Rekannya, Julius Plucker (1801-1868), membuat eksperimen sebagai
berikut. Dua pelat logam ditempatkan pada masing-masing tabung Geissler yang divakumkan, lalu
tabung gelas itu diisi dengan gas pada tekanan rendah. Salah satu pelat logam (disebut anode)
membawa muatan positif, dan pelat yang satu lagi (disebut katode) membawa muatan negatif. Ketika
muatan listrik bertegangan tinggi dialirkan melalui gas dalam tabung, muncullah nyala berupa sinar
dari katode ke anode. Sinar yang dihasilkan ini disebut sinar katode.
1. Partikel sinar katode bermuatan negatif sebab tertarik oleh pelat yang bermuatan positif.
2. Partikel sinar katode mempunyai massa sebab mampu memutar baling-baling dalam tabung.
3. Partikel sinar katode dimiliki oleh semua materi sebab semua bahan yang digunakan (padat, cair,
dan gas) menghasilkan sinar katode yang sama. Partikel sinar katode itu dinamai “elektron” oleh
George Johnstone Stoney (1817 – 1895) pada tahun 1891.
Pada masa itu para ilmuwan masih diliputi kebingungan dan ketidaktahuan serta
ketidakpercayaan bahwa setiap materi memiliki elektron karena mereka masih percaya bahwa atom
adalah partikel terkecil penyusun suatu materi. Kalau atom merupakan partikel terkecil, maka di
manakah keberadaan elektron dalam materi tersebut?
Pada tahun 1897, Joseph John Thomson (1856 – 1940) dari Inggris melalui serangkaian
eksperimennya berhasil mendeteksi atau menemukan elektron yang dimaksud Stoney. Thomson
membuktikan bahwa elektron merupakan partikel penyusun atom, bahkan Thomson mampu
menghitung perbandingan muatan terhadap massa elektron (e/m), yaitu 1,759 x 108 coulomb/gram.
Kemudian pada tahun 1908, Robert Andrew Millikan (1868-1953) dari Universitas Chicago
menemukan harga muatan elektron, yaitu 1,602 x 10-19 coulomb. Dengan demikian massa sebuah
elektron dapat dihitung.
Massa satu elektron = e/(e/m) = (1,602 x 10-19) / (1,759 x 108) = 9,11 × 10–28 gram
Pernahkah Anda memperhatikan tabung televisi? Tabung televisi merupakan tabung sinar
katode. Percobaan tabung sinar katode pertama kali dilakukan oleh William Crookes (1875). Hasil
eksperimennya yaitu ditemukannya seberkas sinar yang muncul dari arah katode menuju ke anode
yang disebut sinar katode.
George Johnstone Stoney (1891) yang mengusulkan nama sinar katode disebut “elektron”.
Kelemahan dari Stoney tidak dapat menjelaskan pengaruh elektron terhadap perbedaan sifat antara
atom suatu unsur dengan atom dalam unsur lainnya. Antoine Henri Becquerel (1896) menentukan
sinar yang dipancarkan dari unsur-unsur radioaktif yang sifatnya mirip dengan elektron.
Joseph John Thomson (1897) melanjutkan eksperimen William Crookes yaitu pengaruh medan listrik
dan medan magnet dalam tabung sinar katode.
q.E = m.g ®
Dengan melakukan percobaan berulang-ulang, maka nilai muatan listrik pada tetes minyak
tunggal adalah 1.5294 x 10-19 C. Harga muatan itu sekarang dikoreksi menjadi 1.602 x 10–19
Dengan melakukan percobaan berulang-ulang, maka nilai muatan listrik pada tetes minyak tunggal
adalah 1.5294 x 10-19 C. Harga muatan itu sekarang dikoreksi menjadi 1.602 x 10–19
Dengan menggunakan hasil pengukuran Thomso e/m = -1.76 x 108, dapat dihitung massa electron
sebagai, m = 9.109 x 10–31 kg
Keberadaan partikel bermuatan positif yang dikandung oleh atom diisyaratkan oleh Eugen
Goldstein (1850-1930) pada tahun 1886. Dengan ditemukannya elektron, para ilmuwan semakin
yakin bahwa dalam atom pasti ada partikel bermuatan positif untuk mengimbangi muatan negatif dari
elektron. Selain itu, jika seandainya partikel penyusun atom hanya elektron-elektron, maka jumlah
massa elektron terlalu kecil dibandingkan terhadap massa sebutir atom.
Eugene Goldstein (1886) melakukan eksperimen dari tabung gas yang memiliki katode, yang
diberi lubang-lubang dan diberi muatan listrik.
Selanjutnya, dan gas yang berada di belakang lempeng katode menjadi berpijar. Peristiwa tersebut
menunjukkan adanya radiasi yang berasal dari anode yang menerobos lubang pada lempeng katode.
Sinar ini disebut sinar anode atau sinar positif. Sifat sinar anode, antara lain :
1. Atom bukan merupakan bola pejal, karena hampir semua partikel alfa (α) diteruskan. Berarti,
sebagian besar volume atom merupakan ruang kosong.
2. Partikel yang mengalami pembelokan ialah partikel α yang mendekati inti atom. Hal tersebut
disebabkan keduanya bermuatan positif.
3. Partikel yang dipantulkan ialah partikel α yang tepat menabrak inti atom.
Berdasarkan fakta-fakta yang didapatkan dari percobaan tersebut, Rutherford mengusulkan
model atomnya yang menyatakan bahwa atom terdiri atas inti atom yang sangat kecil dan bermuatan
positif yang dikelilingi oleh elektron yang bermuatan negatif. Jumlah proton dalam inti sama dengan
jumlah elektron ynag mengelilingi inti, sehingga atom bersifat netral. Rutherford juga menduga
bahwa di dalam inti atom terdapat partikel netral yang berfungsi untuk mengikat partikel-partikel
positif agar tidak saling menolak. Dari percobaan tersebut, Rutherford dapat memperkirakan jari-jari
atom kira-kira 10–8 cm dan jari-jari inti kira-kira 10–13 cm.
Setelah penemuan proton dan elektron, Ernest Rutherford melakukan penelitian penembakan
lempeng tipis emas. Jika atom terdiri dari partikel yang bermuatan positif dan negatif maka sinar alfa
yang ditembakkan seharusnya tidak ada yang diteruskan/menembus lempeng sehingga muncullah
istilah inti atom. Ernest Rutherford dibantu oleh Hans Geiger dan Ernest Marsden (1911) menemukan
konsep inti atom didukung oleh penemuan sinar X oleh WC. Rontgen (1895) dan penemuan zat
radioaktif (1896). Percobaan Rutherford dapat digambarkan sebagai berikut.
Gambar Percobaan Rutherford, hamburan sinar alfa oleh lempeng emas
Hasil percobaan ini membuat Rutherford menyatakan hipotesisnya bahwa atom tersusun dari inti
atom yang bermuatan positif dan dikelilingi elektron yang bermuatan negatif, seperti halnya planet-
planet mengelilingi matahari, sehingga atom bersifat netral. Massa inti atom tidak seimbang dengan
massa proton yang ada dalam inti atom, sehingga dapat diprediksi bahwa ada partikel lain dalam inti
atom.
Prediksi dari Rutherford memacu W. Bothe dan H. Becker (1930) melakukan eksperimen
penembakan partikel alfa pada inti atom berilium (Be) dan dihasilkan radiasi partikel berdaya tembus
tinggi. Eksperimen ini dilanjutkan oleh James Chadwick (1932). Ternyata partikel yang
menimbulkan radiasi berdaya tembus tinggi itu bersifat netral atau tidak bermuatan dan massanya
hampir sama dengan proton. Massa sebutir neutron adalah 1,675 × 10–24 gram. Partikel ini disebut
neutron dan dilambangkan dengan 10n .
Jika atom bersifat netral, maka jumlah muatan positif (proton) dalam atom harus sama dengan jumlah
muatan negatif (elektron). Jadi, nomor dari atom = jumlah proton = jumlah elektron.
Z = ne = np
n = jumlah
Nomor Massa
Berdasarkan percobaan tetes minyak Millikan ditemukan bahwa massa elektron = 9,109 x 10–28 gram.
Jika 1 satuan massa atom atau satu sma = massa 1 atom hidrogen = 1,6603 x 10–24 gram, maka:
Tabel Massa dan muatan partikel proton, neutron, dan elektron.
Atom terdiri atas proton, neutron, dan elektron. Jadi, hubungan ketiganya dapat dilihat pada gambar
berikut ini.
ISOTOP, ISOBAR DAN ISOTON
Isotop, Isobar, Isoton
1. Isotop
Salah satu teori Dalton menyatakan bahwa atom-atom dari unsur yang sama memiliki massa yang
sama. Pendapat Dalton ini tidak sepenuhnya benar. Kini diketahui bahwa atom-atom dari unsur yang
sama dapat memiliki massa yang berbeda. Fenomena semacam ini disebut isotop. Isotop adalah
unsur-unsur sejenis yang memiliki nomor atom sama, tetapi memiliki massa atom berbeda atau unsur-
unsur sejenis yang memiliki jumlah proton sama, tetapi jumlah neutron berbeda. Sebagai contoh pada
tabel dibawah ini:
2. Isobar
Isobar adalah atom dari unsur yang berbeda (mempunyai nomor atom berbeda), tetapi mempunyai
nomor massa yang sama. Sebagai contoh pada tabel dibawah ini:
3. Isoton
Isoton adalah atom dari unsur yang berbeda (mempunyai nomor atom berbeda), tetapi mempunyai
jumlah neutron sama. Sebagai contoh pada tabel dibawah ini:
Menurut model atom bohr, elektron-elektron mengelilingi inti pada lintasan-lintasan tertentu
yang disebut kulit elektron atau tingkat energi. Tingkat energi paling rendah adalah kulit elektron
yang terletak paling dalam, semakin keluar semakin besar nomor kulitnya dan semakin tinggi tingkat
energinya.
PERCOBAAN BOHR
1. Model atom Bohr hanya dapat menjelaskan spektrum atom hidrogen secara akurat, tetapi gagal
menjelaskan spektrum atom yang lebih kompleks.
2. Asumsi bahwa elektron mengelilingi inti dalam orbit melingkar tidak sepenuhnya benar karena
orbit yang berbentuk elips dimungkinkan.
3. Model atom Bohr tidak dapat menjelaskan adanya garis-garis halus dalam spektrum hidrogen
(efek Zeeman). Hal ini karena Bohr mengganggap elektron sebagai partikel.
KONFIGURASI ELEKTRON DAN ELEKTRON VALENSI
1. Konfigurasi Elektron
merupakan susunan elektron suatu atom berdasarkan kulit-kulit atom tersebut. Setiap kulit atom dapat
terisi elektron maksimum dengan rumus:
∑ 2(n2)
∑ = jumlah maksimum elektron pada suatu kulit
n = nomor kulit
1. Pengisian dimulai dari tingkat energi paling rendah ketingkat energi paling tinggi dari kulit K,
L,M dan seterusnya
2. Jika jumlah elektron yang tersisa ≤ 8 di tempatkan pada kulit berikutnya
3. Jumlah maksimum elektron pada kulit terluar adalah 8
Contoh soal :
Tulislah konfigurasi elektron dari:
Jumlah elektron = 8
Konfigurasi elektron K= 2 L= 6
Jumlah elektron = 18
Konfigurasi elektron K= 2 L= 8 M= 8
Jumlah elektron = 38
Konfigurasi elektron K= 2 L=8 M= 18 N=8 O=2
2. Elektron Valensi
Elektron valensi merupakan jumlah elektron pada kulit terluar suatu atom netral. Cara menentukan
elektron valensi adalah dengan menuliskan konfigurasi elektron.
Contoh soal:
Jawab:
Elektron valensi =2
Nomor atom = 35
Konfigurasi elektron K=2 L=8 M=18 N=7
Elektron valensi =7