Anda di halaman 1dari 26

Teori Atom

Pada beberapa abad sebelum masehi, filsuf-filsuf Yunani, di antaranya Leucippus dan
Democritus berpendapat bahwa semua materi terdiri dari partikel-partikel kecil yang tak
terbagi. Democritus menyatakan bahwa jika suatu materi dibagi menjadi bagian yang
lebih kecil kemudian terus dibagi lagi maka akan sampai pada suatu saat di mana
didapat bagian yang sangat kecil yang tidak dapat dihancurkan atau dibagi lagi yang
disebut atom (‘atomos’ dalam bahasa Yunani yang artinya ‘tak terbagi’).

Namun, pemikiran filosofis tersebut tidak begitu diterima pada saat itu hingga pada awal
abad ke-18, John Dalton merumuskan teori atom yang berhasil menjelaskan hukum-
hukum dasar kimia – hukum kekekalan massa, hukum perbandingan tetap, dan hukum
kelipatan perbandingan.

Perkembangan model atom dari waktu ke waktu


(Sumber: Stacy, Angelica M. 2015. Living by Chemistry (2nd edition). New York: W.H.
Freeman and Company)
Teori Atom Dalton
Teori atom Dalton menyatakan bahwa:

1. Setiap unsur tersusun dari partikel yang sangat teramat kecil yang disebut
atom.
2. Semua atom dari satu unsur yang sama adalah identik, namun atom unsur
satu berbeda dengan atom unsur-unsur lainnya.
3. Atom dari satu unsur tidak dapat diubah menjadi atom dari unsur lain melalui
reaksi kimia; atom tidak dapat diciptakan ataupun dimusnahkan dalam reaksi
kimia.
4. Senyawa terbentuk dari kombinasi atom-atom dari unsur-unsur yang
berbeda dengan rasio atom yang spesifik.
Teori atom Dalton ini memberikan gambaran model atom seperti model bola pejal atau
model bola billiard.

Teori Atom J.J. Thomson


Pada tahun 1897, J.J. Thomson melakukan eksperimen dengan sinar katoda.
Eksperimen tersebut menunjukkan bahwa sinar katoda terdefleksi (terbelokkan)
oleh medan magnet maupun medan listrik. Hal ini menunjukkan bahwa sinar katoda
merupakan radiasi partikel yang bermuatan listrik. Pada eksperimen dengan medan
listrik, sinar katoda terbelokkan menuju ke arah kutub bermuatan positif. Hal ini
menunjukkan bahwa sinar katoda merupakan radiasi partikel bermuatan negatif.
Selanjutnya, partikel sinar katoda ini disebut sebagai elektron. Penemuan elektron ini
kemudian mengacu pada kesimpulan bahwa di dalam atom terdapat elektron yang
bermuatan negatif. Menurut model atom Thomson, elektron bermuatan negatif tersebar
dalam bola bermuatan positif seperti model roti kismis, di mana kismis-kismis adalah
elektron-elektron, dan roti adalah bola bermuatan positif.
Teori Atom Rutherford
Pada tahun 1911, Ernest Rutherford melakukan eksperimen menembakkan partikel α —
partikel bermuatan positif — pada lempeng emas tipis. Ia menemukan bahwa sebagian
besar partikel-partikel α tersebut menembus melewati lempeng emas, namun ada
sebagian yang mengalami pembelokan bahkan terpantulkan. Hal ini mengacu pada
kesimpulan model atom Rutherford: model inti, di mana dalam atom yang sebagian
besar merupakan ruang kosong terdapat inti yang padat pejal dan masif bermuatan
positif yang disebut sebagai inti atom; dan elektron-elektron bermuatan negatif yang
mengitari inti atom.

Teori Atom Bohr


Pada tahun 1913, Niels Bohr mengajukan model atom untuk menjelaskan fenomena
penampakan sinar dari unsur-unsur ketika dikenakan pada nyala api ataupun tegangan
listrik tinggi. Model atom yang ia ajukan secara khusus merupakan model atom hidrogen
untuk menjelaskan fenomena spektrum garis atom hidrogen. Bohr menyatakan bahwa
elektron-elektron bermuatan negatif bergerak mengelilingi inti atom bermuatan positif
pada jarak tertentu yang berbeda-beda seperti orbit planet-planet mengitari matahari.
Oleh karena itu, model atom Bohr disebut juga model tata surya. Setiap lintasan orbit
elektron berada tingkat energi yang berbeda; semakin jauh lintasan orbit dari inti,
semakin tinggi tingkat energi. Lintasan orbit elektron ini disebut juga kulit elektron. Ketika
elektron jatuh dari orbit yang lebih luar ke orbit yang lebih dalam, sinar yang diradiasikan
bergantung pada tingkat energi dari kedua lintasan orbit tersebut.

Teori Atom Mekanika Kuantum


Pada tahun 1924, Louis de Broglie menyatakan hipotesis dualisme partikel-gelombang
— semua materi dapat memiliki sifat seperti gelombang. Elektron memiliki sifat seperti
partikel dan juga sifat seperti gelombang. Pada tahun 1926, Erwin Schrödinger
merumuskan persamaan matematis yang kini disebut persamaan gelombang
Schrödinger, yang memperhitungkan sifat seperti partikel dan seperti gelombang dari
elektron. Pada tahun 1927, Werner Heisenberg mengajukan asas ketidakpastian
Heisenberg yang menyatakan bahwa posisi elektron tidak dapat ditentukan secara pasti,
namun hanya dapat ditentukan peluang posisinya. Teori-teori — dualisme partikel
gelombang, asas ketidakpastian Heisenberg, dan persamaan Schrödinger—ini
kemudian menjadi dasar dari teori atom mekanika kuantum. Penyelesaian persamaan
Schrödinger menghasilkan fungsi gelombang yang disebut orbital. Orbital biasanya
digambarkan seperti awan elektron, di mana kerapatan awan tersebut menunjukkan
peluang posisi elektron. Semakin rapat awan elektron maka semakin tinggi peluang
elektron, begitu pula sebaliknya. Oleh karena itu, model atom mekanika kuantum
disebut juga model awan elektron.
Sebelumnya, pada tahun 1919, Rutherford berhasil menemukan partikel bermuatan
positif, yang disebut proton, dari eksperimen penembakkan partikel α pada atom
nitrogen di udara. Lalu, pada tahun 1932, James Chadwick menemukan partikel netral,
yang disebut neutron, dari eksperimen bombardir partikel α pada berbagai unsur.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dalam model awan elektron, awan elektron
terdiri dari elektron-elektron bermuatan negatif yang bergerak sangat cepat mengelilingi
inti atom yang tersusun dariproton yang bermuatan positif dan neutron yang tak
bermuatan.

Referensi
– Brown, Theodore L. et al. 2015. Chemistry: The Central Science (13th edition). New
Jersey: Pearson Education, Inc.
– Jenkins, et al. 2003. Nelson Chemistry 12. Toronto: Thomson Nelson.
– Petrucci, Ralph H. et al. 2011. General Chemistry: Principles and Modern Applications
(10th edition). Toronto: Pearson Canada Inc.
– Purba, Michael. 2006. Kimia 1A untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga.
– Silberberg, Martin S. 2009. Chemistry: The Molecular Nature of Matter and Change
(5th edition). New York: McGraw Hill
– Stacy, Angelica M. 2015. Living by Chemistry (2nd edition). New York: W.H. Freeman
and Company
– Tro, Nivaldo J. 2011. Introductory Chemistry (4th edition). Illinois: Pearson Prentice
Hall.
Struktur Atom
Struktur Atom – Pengantar
Berdasarkan teori atom Dalton, atom merupakan unit dasar terkecil dan tersederhana
penyusun suatu unsur. Di dalam atom terdapat partikel subatomik utama: proton,
neutron, dan elektron. Proton (p+) yang bermuatan positif dan neutron (n0) yang tidak
bermuatan terdapat pada inti atom. Elektron (e−) yang bermuatan negatif bergerak cepat
dalam ruang sekeliling inti atom yang sangat besar sebagaimana adanya gaya tarik dari
inti atom.
Inti atom sangatlah padat: 99,97% massa atom adalah massa inti atom namun volume
yang ditempatinya hanya 1/1015 dari volume atom. Diameter sebuah atom (∼10−10 m)
sekitar 100.000 kali diameter inti atom (∼10−15 m). Berikut ilustrasi struktur atom
(Gambar 1) dan perbandingan karakter dari 3 partikel subatomik utama (Tabel 1).

Gambar 1. Ilustrasi struktur atom


(Sumber: McMurry, John. et al. 2013. Fundamentals of General, Organic, and Biological
Chemistry (7th edition). Illinois: Pearson Education, Inc.)

Nilai massa atom dan partikel-partikel subatomik sangatlah kecil dalam satuan gram
sehingga lebih mudah jika dinyatakan sebagai massa relatif. Basis ukuran massa relatif
atom adalah atom karbon yang terdiri dari 6 proton dan 6 neutron (atom C-12), di mana
massa satu atom C-12 dinyatakan senilai 12 satuan massa atom (sma) atau 12 dalton
(Da).
1 sma = 1,660539×10−24 g.
Jadi, secara praktis, massa proton dan massa neutron masing-masing dinyatakan 1
sma.
Gambar 2. Ilustrasi atom dan simbol atom dari beberapa unsur
(Sumber: Silberberg, Martin S. 2009. Chemistry: The Molecular Nature of Matter and
Change (5th edition). New York: McGraw Hill)

Isotop, Massa Atom (Massa Atom Rata-rata), dan


Massa Atom Relatif
Semua atom dari suatu unsur memiliki nomor atom yang identik, namun memiliki nomor
massa yang berbeda-beda. Isotop adalah atom-atom dengan nomor atom yang identik,
namun berbeda nomor massa. Sebagai contoh, semua atom karbon (Z = 6) memiliki 6
proton dan 6 neutron, namun di alam 98,89% atom karbon memiliki 6 neutron (A = 12),
sisanya 1,11% memiliki 7 neutron (A = 13), dan < 0,01% memiliki 8 neutron (A = 14).
Dengan kata lain, di alam terdapat 3 isotop karbon: 12C, 13C, dan 14C. Selain
itu, hidrogen juga memiliki 3 isotop – 1H (protium) yang paling berlimpah, 2H (deuterium),
dan 3H (tritium).

Gambar 3. Ilustrasi susunan / struktur atom dari ketiga isotop hidrogen: 1H, 2H, dan 3H
(Sumber: McMurry, John. et al. 2013. Fundamentals of General, Organic, and Biological
Chemistry (7th edition). Illinois: Pearson Education, Inc.)
Semua unsur yang berada di alam umumnya merupakan campuran dari isotop-isotop.
Oleh karena itu, dalam perhitungan perlu diketahui rata-rata dari massa isotop-isotop
unsur di alam yang diukur berdasarkan kelimpahan masing-masing isotop tersebut di
alam yang disebut massa atom (massa atom rata-rata) unsur. Rumus umum
perhitungan massa atom (massa atom rata-rata):

.
.

di mana adalah massa atom (massa atom rata-rata) unsur X yang memiliki isotop-
isotop dengan massa m1, m2, m3, … dengan kelimpahan masing-masing isotop di alam
a1, a2, a3, … dalam fraksi desimal.

Contoh Soal Struktur Atom


Perak (Ag; Z = 47) memiliki dua isotop di alam, 107Ag dan 109Ag. Dari data spektrometri
massa yang diperoleh berikut, tentukan massa atom Ag.
Isotop Massa (sma) Kelimpahan (%)

107
Ag 106,90509 51,84
109
Ag 108,90476 48,16
Jawab:

massa atom Ag = (massa isotop 107Ag)(kelimpahan isotop 107Ag) +(massa isotop 109Ag)
(kelimpahan isotop 109Ag)
= (106,90509 sma)(0,5184) + (108,90476 sma)(0,4816)

= 55,42 sma + 52,45 sma

= 107,87 sma

Berdasarkan IUPAC, massa atom relatif (Ar) merupakan perbandingan massa atom
terhadap satu satuan massa atom (sma), di mana satu sma sama dengan 1/12 massa 1
atom C-12. Jadi, massa atom relatif tidak memiliki satuan.
.

Isobar dan Isoton


Isobar adalah atom-atom yang memiliki nomor massa yang sama, namun berbeda
nomor atom (unsur berbeda).
Contoh: dengan ; dengan .

Isoton adalah atom-atom yang memiliki jumlah neutron sama, namun berbeda nomor
atom (unsur berbeda).
Contoh: dengan ; dengan

Referensi

– Brown, Theodore L. et al. 2015. Chemistry: The Central Science (13th edition). New
Jersey: Pearson Education, Inc.
– Cracolice, Mark S. & Peters, Edward I. 2011. Introductory Chemistry: An Active
Learning Approach (4th edition). California: Brooks/Cole, Cengage Learning.
– Earl, Bryan & Wilford, Doug. 2014. Cambridge IGCSE® Chemistry (3rd edition).
London: Hodder Education.
– Gilbert, Thomas N. et al. 2012. Chemistry: The Science in Context (3rd edition). New
York: W. W. Norton & Company, Inc.
– McMurry, John. et al. 2013. Fundamentals of General, Organic, and Biological
Chemistry (7th edition). Illinois: Pearson Education, Inc.
– Petrucci, Ralph H. et al. 2011. General Chemistry: Principles and Modern Applications
(10th edition). Toronto: Pearson Canada Inc.
– Purba, Michael. 2006. Kimia 1A untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga.
– Silberberg, Martin S. 2009. Chemistry: The Molecular Nature of Matter and Change
(5th edition). New York: McGraw Hill
Bilangan Kuantum
Bilangan kuantum (dalam fungsi gelombang) adalah bilangan yang memiliki makna
khusus dalam menjelaskan keadaan sistem kuantum. Bilangan-bilangan kuantum dapat
memberikan deskripsi keadaan elektron dalam atom.
Setelah dikemukakannya teori dualisme partikel−gelombang, pada tahun 1926 Erwin
Schrödinger mengajukan teori mekanika kuantum yang menjelaskan struktur atom.
Model atom mekanika kuantum Schrödinger dinyatakan dalam
persamaan matematis yang disebut persamaan gelombang. Penyelesaian persamaan
gelombang Schrödinger untuk atom hidrogen menghasilkan fungsi gelombang (ψ) atau
orbital atom yang menggambarkan keberadaan elektron dalam atom. Kuadrat dari
fungsi gelombang, ψ2, memiliki arti khusus yaitu besar probabilitas menemukan elektron
dalam ruang dengan volum tertentu di sekitar inti atom. Sebagaimana asas
ketidakpastian Heisenberg, posisi elektron dalam atom tidak dapat dipastikan, namun
hanya dapat diketahui tempat di mana elektron paling mungkin ditemukan.
Lihat juga materi StudioBelajar.com lainnya:
Sel Volta
Tata Nama Senyawa

Orbital dan Bilangan Kuantum


Setiap orbital atom memiliki satu set tiga bilangan kuantum yang unik, antara lain
bilangan kuantum utama (n), azimuth (atau momentum angular) (l), dan magnetik (ml).
Ketiga bilangan kuantum tersebut dapat mendeskripsikan tingkat energi orbital dan juga
ukuran, bentuk, dan orientasi dari distribusi probabilitas radial orbital atom. Lalu,
terdapat bilangan yang keempat, yakni bilangan kuantum spin (ms), yang memberikan
informasi spin suatu elektron dalam sebuah orbital. Setiap elektron dalam sebuah atom
memiliki satu set empat bilangan kuantum yang unik, yakni n, l, ml, dan ms.
 Bilangan kuantum utama (n) mendeskripsikan ukuran dan tingkat energi
orbital. Semakin besar nilai n, maka semakin besar ukuran orbital dan
semakin tinggi tingkat energinya. Nilai n yang diperbolehkan adalah bilangan
bulat positif (1, 2, 3, dan seterusnya).
 Bilangan kuantum azimuth (l) mendeskripsikan bentuk orbital. Nilai l yang
diperbolehkan adalah bilangan bulat dari 0 hingga n − 1.
 Bilangan kuantum magnetik (ml) mendeskripsikan orientasi orbital. Nilai
ml yang diperbolehkan adalah bilangan bulat dari −l hingga +l.
 Bilangan kuantum spin (ms) mendeskripsikan arah spin elektron dalam
orbital. Nilai ms yang diperbolehkan adalah +½ atau −½.
Kombinasi bilangan kuantum n, l, dan ml yang mungkin pada 4 kulit elektron pertama
dapat dilihat pada tabel berikut:
Bentuk Orbital Atom
Orbital s
Orbital s adalah orbital dengan l = 0 berbentuk bola dengan inti atom pada bagian
tengah. Oleh karena bola hanya memiliki satu orientasi, semua orbital s hanya memiliki
satu nilai ml, yaitu ml = 0. Orbital 1s memiliki densitas (kerapatan) elektron tertinggi pada
bagian inti atom dan kemudian densitas semakin menurun perlahan-lahan setelah
menjauh dari inti atom. Orbital 2s memiliki dua daerah dengan densitas elektron tinggi.
Di antara kedua daerah tersebut terdapat simpul bola, di mana probabilitas menemukan
elektron pada daerah tersebut menurun hingga nol (ψ2 = 0). Pada orbital 3s, terdapat
tiga daerah dengan densitas elektron tinggi dan dua simpul. Pola bertambahnya simpul
orbital s ini masih terus berlanjut dengan orbital 4s, 5s, dan seterusnya.

Representasi orbital 1s, 2s, dan 3s


(Sumber: McMurry, John E., Fay, Robert C., & Robinson, Jill K. 2016. Chemistry (7th
edition). New Jersey: Pearson Education, Inc.)

Orbital p
Orbital p adalah orbital dengan l = 1 berbentuk seperti balon terpilin dengan dua cuping.
Kedua cuping terletak pada dua sisi inti atom yang saling bersebrangan. Inti atom
terletak pada bidang simpul orbital p, yakni di antara dua cuping yang masing-masing
memiliki densitas elektron tinggi. Orbital p memiliki tiga jenis orientasi ruang, px, py, dan
pz, sebagaimana terdapat tiga nilai ml yang mungkin, yaitu −1, 0, atau +1. Ketiga orbital
p tersebut terletak saling tegak lurus pada sumbu x, y, dan z koordinat Kartesius dengan
bentuk, ukuran, dan energi yang sama.
Representasi orbital 2p: px, py, dan pz
(Sumber: McMurry, John E., Fay, Robert C., & Robinson, Jill K. 2016. Chemistry (7th
edition). New Jersey: Pearson Education, Inc.)

Orbital d
Orbital d adalah orbital dengan l = 2. Orbital d memiliki lima jenis orientasi, sebagaimana
terdapat lima nilai ml yang mungkin, yaitu −2, −1, 0, +1, atau +2. Empat dari lima orbital
d, antara lain dxy, dxz dyz, dan dx2−y2, memiliki empat cuping seperti bentuk daun
semanggi. Orbital d kelima, dz2, memiliki dua cuping utama pada sumbu z dan satu
bagian berbentuk donat pada bagian tengah.

Representasi orbital 3d: dz2, dx2−y2, dxy, dxz, dan dyz


(Sumber: Chang, Raymond & Goldsby, Kenneth A. 2016. Chemistry (12th edition). New
York: McGraw-Hill Education)

Orbital f
Orbital f adalah orbital dengan l = 3. Orbital f memiliki tujuh jenis orientasi, sebagaimana
terdapat tujuh nilai ml yang mungkin (2l + 1 = 7). Ketujuh orbital f memiliki bentuk yang
kompleks dengan beberapa cuping.
Representasi ketujuh orbital 4f
(Sumber: Atkins, Peter & Jones, Loretta. 2010. Chemical Principles: The Quest for
Insight (5th edition). New York: W.H. Freeman & Company)

Konfigurasi Elektron
Setelah memahami hubungan keberadaan elektron dalam atom dengan orbital
pada teori atom mekanika kuantum, berikut akan dibahas konfigurasi elektron, yaitu
penyusunan elektron-elektron dalam orbital-orbital pada kulit-kulit atom multi elektron.
Aturan-aturan dalam penentuan konfigurasi elektron berdasarkan orbital, antara lain:
1. Asas Aufbau: Elektron menempati orbital-orbital dimulai dari tingkat energi
yang terendah, dimulai dari 1s, 2s, 2p, dan seterusnya seperti urutan subkulit
yang terlihat pada gambar berikut.

Urutan tingkat energi subkulit


(Sumber: Spencer, James N., Bodner, George M., & Rickard, Lyman H. 2011.
Chemistry: Structure and Dynamics (5th edition). New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.)

2. Asas larangan Pauli: Tidak ada dua elektron dalam satu atom yang memiliki
keempat bilangan kuantum yang sama. Setiap orbital maksimum diisi oleh 2
elektron yang memiliki spin yang berlawanan (ms = +½ dan ms = −½).
3. Kaidah Hund: Jika ada orbital dengan tingkat energi yang sama, konfigurasi
elektron dengan energi terendah adalah dengan jumlah elektron tak
berpasangan dengan spin paralel yang paling banyak.
Diagram orbital dan konfigurasi elektron berdasarkan orbital dari 10 unsur pertama
(Sumber: Gilbert, Thomas N. et al. 2012. Chemistry: The Science in Context (3rd
edition). New York: W. W. Norton & Company, Inc.)

Berdasarkan eksperimen, terdapat anomali konfigurasi elektron dari aturan-aturan di


atas. Subkulit d memiliki kecenderungan untuk terisi setengah penuh atau terisi penuh.
Contohnya, konfigurasi elektron 24Cr: [Ar] 4s1 3d5 lebih stabil dibanding [Ar] 4s2 3d4;
dan 29Cu: [Ar] 4s1 3d10 lebih stabil dibanding [Ar] 4s2 3d9.
Konfigurasi elektron untuk ion monoatomik (seperti Na+, K+, Ca2+, S2-, Br–) dapat
ditentukan dari konfigurasi elektron atom netralnya terlebih dahulu. Pada kation (ion
bermuatan positif) monoatomik Ax+ yang bermuatan x+, sebanyak x elektron dilepas
(dikurangi) dari kulit elektron terluar atom netral A. Pada anion (ion bermuatan negatif)
monoatomik By− yang bermuatan y−, sebanyak y elektron ditangkap (ditambahkan) pada
orbital level energi terendah yang masih belum penuh oleh elektron.

Contoh Soal Bilangan Kuantum


Tentukan konfigurasi elektron dan diagram elektron dari atom unsur dan ion
monoatomik berikut.

a. 27Co
b. 32Ge
c. 20Mg2+
d. 26Fe3+
e. 8O2−
Pembahasan:
a. 27Co: 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d7 atau [Ar] 4s2 3d7

b. 32Ge: 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d10 4p2 atau [Ar] 4s2 3d10 4p2
c. 20Mg: 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 atau [Ar] 4s2
2+ 2 2 6 2 6
20Mg : 1s 2s 2p 3s 3p atau [Ar] (sebanyak 2 elektron dikurangi dari kulit terluar:
4s2−2)

d. 26Fe: 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d6 atau [Ar] 4s2 3d6
3+ 2 2 6 2 6 5 5
26Fe : 1s 2s 2p 3s 3p 3d atau [Ar] 3d (sebanyak 3 elektron dikurangi dari kulit
terluar: 4s2−2 3d6−1)

e. 8O: 1s2 2s2 2p4 atau [He] 2s2 2p4


2− 2 2 6 2 6
8O : 1s 2s 2p atau [He] 2s 2p atau [Ne] (sebanyak 2 elektron ditambahkan:
2 4+2
2s 2p )

Bilangan Kuantum – Referensi

Atkins, Peter & Jones, Loretta. 2010. Chemical Principles: The Quest for Insight
(5th edition). New York: W.H. Freeman & Company
Brown, Theodore L. et al. 2015. Chemistry: The Central Science (13th edition). New
Jersey: Pearson Education, Inc.
Chang, Raymond & Goldsby, Kenneth A. 2016. Chemistry (12th edition). New York:
McGraw-Hill Education
Housecroft, Catherine E. & Constable, Edwin C. 2010. Chemistry (4th edition). Harlow:
Pearson Education Limited
Johari, J.M.C. & Rachmawati, M. 2009. Kimia SMA dan MA untuk Kelas XI Jilid 2.
Jakarta: Esis
McMurry, John E., Fay, Robert C., & Robinson, Jill K. 2016. Chemistry (7th edition). New
Jersey: Pearson Education, Inc.
Petrucci, Ralph H. et al. 2017. General Chemistry: Principles and Modern Applications
(11th edition). Toronto: Pearson Canada Inc.
Purba, Michael. 2006. Kimia 2A untuk SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga
Silberberg, Martin S. & Amateis, Patricia. 2015. Chemistry: The Molecular Nature of
Matter and Change (7th edition). New York: McGraw-Hill Education
Konfigurasi Elektron
Konfigurasi elektron adalah susunan penyebaran (pengisian) elektron-elektron dalam.
Seperti yang telah dibahas dalam bab Struktur Atom, di dalam atom terdapat partikel
subatomik neutron dan proton yang terdapat pada inti atom, dan elektron yang bergerak
mengelilingi inti atom tersebut pada kulit-kulit elektron (level-level energi) yang tertentu.
Lihat juga materi StudioBelajar.com lainnya terkait konfigurasi elektron:
Teori Atom
Sistem Periodik Unsur
Lintasan peredaran elektron ini disebut juga kulit elektron. Kulit pertama yang terdekat
dengan inti atom disebut kulit K, kemudian kulit kedua disebut kulit L, kulit ketiga disebut
kulit M, dan seterusnya berurut berdasarkan alfabet sebagaimana kulit menjauhi inti
atom. Kulit elektron ini juga dapat dinyatakan dengan bilangan kuantum utama (n),
dimulai dari 1 untuk kulit K, 2 untuk kulit L, dan seterusnya.
Semakin besar nilai n, semakin jauh kulit elektron dari inti atom dan semakin
besar energi elektron yang beredar di kulit terkait. Elektron-elektron akan mengisi kulit-
kulit elektron pada atom dimulai dari kulit K yang merupakan level energi terendah.
Setiap kulit elektron hanya dapat terisi sejumlah tertentu elektron. Jumlah maksimum
elektron yang dapat terisi pada kulit elektron ke-n adalah 2n2. Namun, jumlah maksimum
elektron pada kulit terluar dari suatu atom adalah 8.
Lebih jelasnya, perhatikan ilustrasi pada Gambar 1 dan Tabel 1.

Gambar 1. Ilustrasi konfigurasi elektron atom Li, B, O, Ne, Na, dan K berdasarkan kulit
elektron
(Sumber: Spencer, James N., Bodner, George M., & Rickard, Lyman H. 2011.
Chemistry: Structure and Dynamics (5th edition). New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.)
Untuk atom unsur golongan transisi, konfigurasi elektron nya tidak dapat ditentukan
dengan metode penentuan berdasarkan kulit elektron untuk atom unsur golongan utama
seperti di atas. Penentuan konfigurasi elektron atom unsur golongan transisi didasarkan
pada orbital atom. Setiap orbital dalam atom akan ditandai dengan satu set nilai
bilangan kuantum utama (n), bilangan kuantum azimuth (l), dan bilangan kuantum
magnetik (m) yang khusus. Lalu, setiap orbital maksimum terisi 2 elektron, yang masing-
masing memiliki bilangan kuantum spin (s) tersendiri. Keempat bilangan kuantum
tersebut digunakan untuk men-‘deskripsi’-kan energi elektron, sebagaimana seperti
‘alamat’ elektron dalam sebuah atom untuk menemukan keberadaan elektron dalam
atom tersebut.

Bilangan kuantum utama (n) mendeskripsikan ukuran dan tingkat energi orbital. Nilai n
yang diperbolehkan adalah bilangan bulat positif.
Bilangan kuantum azimuth (l) mendeskripsikan bentuk orbital. Nilai l yang diperbolehkan
adalah bilangan bulat dari 0 hingga n−1.
Bilangan kuantum magnetik (m) mendeskripsikan orientasi orbital. Nilai m yang
diperbolehkan adalah bilangan bulat dari −l hingga +l.
Bilangan kuantum spin (s) mendeskripsikan arah spin elektron dalam orbital. Nilai s
yang diperbolehkan adalah +½ atau−½.
Aturan penentuan konfigurasi elektron berdasarkan
orbital:
1. Asas Aufbau: Elektron menempati orbital-orbital dimulai dari tingkat energi yang
terendah, dimulai dari 1s, 2s, 2p, dan seterusnya seperti urutan subkulit yang terlihat
pada Gambar 2.

Gambar 2. Urutan tingkat energi subkulit


(Sumber: Spencer, James N., Bodner, George M., & Rickard, Lyman H. 2011.
Chemistry: Structure and Dynamics (5th edition). New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.)
2. Asas larangan Pauli: Tidak ada dua elektron dalam satu atom yang memiliki keempat
bilangan kuantum yang sama. Setiap orbital maksimum diisi oleh 2 elektron yang
memiliki spin yang berlawanan.

3. Kaidah Hund: Jika ada orbital dengan tingkat energi yang sama, konfigurasi elektron
dengan energi terendah adalah dengan jumlah elektron tak berpasangan dengan spin
paralel yang paling banyak.
Gambar 3. Diagram orbital dan konfigurasi elektron berdasarkan orbital dari 10 unsur
pertama
(Sumber: Gilbert, Thomas N.et al. 2012. Chemistry: The Science in Context (3rd edition).
New York: W. W. Norton & Company, Inc.)
Contoh Soal Konfigurasi Elektron
Tentukan konfigurasi elektron dan jumlah elektron dalam setiap kulit elektron atom unsur
berikut.

a. Ni (Z = 28) b. Sr(Z = 38)

Jawab:

1. Ni (Z = 28) : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d8 atau [Ar] 4s2 3d8; K = 2 ; L = 8 ; M =
16 ; N = 2
2. Sr (Z = 38) : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d104p6 5s2atau [Kr] 5s2; K = 2 ; L = 8 ; M
= 18 ; N = 8 ; O = 2
Berdasarkan eksperimen, terdapat anomali konfigurasi elektron dari aturan-aturan di
atas. Subkulit d memiliki tendensi untuk terisi setengah penuh atau terisi penuh.
Contohnya, Cr (Z = 24) : [Ar] 4s1 3d5 lebih stabil dibanding [Ar] 4s2 3d4 ; dan juga Cu (Z =
29) : [Ar] 4s1 3d10 lebih stabil dibanding [Ar] 4s2 3d9.
Untuk ion monoatomik (seperti Na+, K+, Ca2+, S2-, Br–) dapat ditentukan dari konfigurasi
elektron atom netralnya terlebih dahulu. Pada kation (ion bermuatan positif) monoatomik
Ax+ yang bermuatan x+, sebanyak x elektron dilepas (dikurangi) dari kulit elektron terluar
atom netral A. Pada anion (ion bermuatan negatif) monoatomik By– yang bermuatan y-,
sebanyak y elektron ditangkap (ditambahkan) pada orbital level energi terendah yang
masih belum penuh oleh elektron.
Referensi Konfigurasi Elektron

– Cracolice, Mark S. & Peters, Edward I. 2011. Introductory Chemistry: An Active


Learning Approach (4th edition). California: Brooks/Cole, Cengage Learning.
– Earl, Bryan & Wilford, Doug. 2014. Cambridge IGCSE® Chemistry (3rd edition).
London: Hodder Education.
– Gilbert, Thomas N. et al. 2012. Chemistry: The Science in Context (3rd edition). New
York: W. W. Norton & Company, Inc.
– McMurry, John. et al. 2013.Fundamentals of General, Organic, and Biological
Chemistry (7th edition). Illinois: Pearson Education, Inc.
– Petrucci, Ralph H. et al. 2011. General Chemistry: Principles and Modern Applications
(10th edition). Toronto: Pearson Canada Inc.
– Purba, Michael. 2006. Kimia 1A untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga.
– Purba, Michael. 2006. Kimia 2A untuk SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga.
– Silberberg, Martin S. 2009. Chemistry: The Molecular Nature of Matter and
Change(5th edition). New York: McGraw Hill
– Spencer, James N., Bodner, George M., & Rickard, Lyman H. 2011. Chemistry:
Structure and Dynamics (5th edition). New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.
Elektron Valensi
Elektron valensi adalah elektron dalam atom yang berperan dalam pembentukan ikatan
kimia. Pada unsur-unsur golongan utama (IA, IIA, IIIA, hingga VIIIA), elektron valensi
adalah elektron yang berada pada kulit elektron terluar.
Oleh karena itu, kulit elektron terluar sering disebut sebagai kulit valensi. Namun, perlu
diperhatikan bahwa tidak semua elektron valensi hanya berada pada kulit terluar.
Elektron valensi unsur-unsur golongan transisi dapat berada pada kulit elektron yang
lebih dalam dari kulit terluar.

Konfigurasi Elektron
Konfigurasi elektron merupakan susunan persebaran (distribusi) elektron-elektron dalam
atom. Elektron hanya dapat berada pada lintasan peredaran elektron tertentu dalam
atom, bergantung pada level energinya. Lintasan peredaran elektron ini disebut juga
sebagai kulit elektron. Kulit elektron pertama yang terdekat dengan inti atom disebut kulit
K, kemudian kulit kedua disebut kulit L, kulit ketiga disebut kulit M, dan seterusnya
berurut berdasarkan alfabet.
Setiap kulit elektron hanya dapat terisi sejumlah tertentu elektron. Jumlah maksimum
elektron yang dapat terisi pada kulit elektron ke-n adalah 2n2, di mana n adalah nomor
kulit atau bilangan kuantum utama.
 Kulit K (n = 1) maksimum terisi 2 × 12 = 2 elektron.
 Kulit L (n = 2) maksimum terisi 2 × 22 = 8 elektron.
 Kulit M (n = 3) maksimum terisi 2 × 32 = 18 elektron.
 Kulit N (n = 4) maksimum terisi 2 × 42 = 32 elektron.
 Kulit O (n = 5) maksimum terisi 2 × 52 = 50 elektron.
Elektron-elektron akan mengisi kulit-kulit elektron pada atom dimulai dari kulit pertama
yang terdekat dengan inti, yakni kulit K yang merupakan level energi yang terendah. Jika
kulit K telah terisi penuh dengan 2 elektron, selanjutnya elektron akan mengisi kulit L.
Lalu jika kulit L telah terisi penuh dengan 8 elektron, selanjutnya elektron akan mengisi
kulit M, N, dan seterusnya secara bertahap. Namun, jumlah maksimum elektron pada
kulit terluar (kulit valensi) dari suatu atom adalah 8.
Ilustrasi konfigurasi elektron atom Li, B, O, Ne, Na, dan K berdasarkan kulit elektron
(Sumber: Spencer, James N., Bodner, George M., & Rickard, Lyman H. 2011.
Chemistry: Structure and Dynamics (5th edition). New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.)

Untuk atom unsur golongan utama, penentuan konfigurasi elektron berdasarkan nomor
atom atau jumlah elektronnya dapat mengikuti aturan sebagai berikut.

 elektron-elektron akan mengisi penuh sebanyak mungkin kulit elektron;


 bila masih ada elektron yang tersisa (tidak dapat mengisi kulit elektron
hingga batas maksimum kulit), terdapat ketentuan:
 jika jumlah elektron tersisa > 32, kulit selanjutnya akan diisi oleh 32 elektron;
 jika jumlah elektron tersisa < 32, kulit selanjutnya akan diisi oleh 18 elektron;
 jika jumlah elektron tersisa < 18, kulit selanjutnya akan diisi oleh 8 elektron;
 jika jumlah elektron tersisa ≤ 8, kulit selanjutnya akan diisi oleh semua sisa
elektron yang ada.
Berikut tabel yang menunjukkan konfigurasi elektron dari beberapa unsur berdasarkan
kulit elektron.

Pada tabel tersebut terlihat konfigurasi elektron atom unsur-unsur transisi seperti Sc, Ti,
Cr, Cu, dan Zn. Bila diperhatikan, konfigurasi elektron untuk unsur Sc, Ti, dan Cr tidak
mengikuti aturan konfigurasi berdasarkan kulit elektron seperti yang telah dijelaskan di
atas. Hal ini dikarenakan penentuan konfigurasi elektron atom unsur golongan transisi
hanya dapat didasarkan pada orbital atom. Jadi, untuk atom unsur golongan transisi,
aturan penentuan konfigurasi elektronnya lebih kompleks.

Penentuan konfigurasi elektron berdasarkan orbital atom akan dibahas dalam bab
“Bilangan Kuantum”. Setiap orbital dalam atom akan ditandai dengan satu set nilai
bilangan kuantum utama (n), bilangan kuantum azimuth (l), dan bilangan kuantum
magnetik (ml) yang khusus. Lalu, setiap orbital maksimum terisi 2 elektron, yang
masing-masing memiliki bilangan kuantum spin (ms) tersendiri. Keempat bilangan
kuantum tersebut digunakan untuk mendeskripsikan energi elektron, sebagaimana
seperti “alamat” elektron dalam sebuah atom untuk menemukan probabilitas
keberadaan elektron dalam atom tersebut.
Elektron Valensi dan Sistem Periodik Unsur
Sifat-sifat dari suatu unsur sangat bergantung pada konfigurasi elektronnya, terutama
pada jumlah elektron valensinya. Unsur-unsur dengan jumlah elektron valensi yang
sama umumnya memiliki kemiripan sifat. Oleh karena sistem periodik unsur disusun
berdasarkan kenaikan nomor atom dan kemiripan sifat, terdapat hubungan antara
konfigurasi elektron atom unsur dan letak unsur dalam sistem periodik, di mana:
 nomor periode sama dengan jumlah kulit elektron
 nomor golongan sama dengan jumlah elektron valensi (kecuali unsur He
pada golongan VIIIA dan unsur-unsur golongan transisi)
Contoh Soal Elektron Valensi dan Pembahasan
Tentukan konfigurasi elektron dari atom dan ion unsur-unsur berikut.

a. Ca (Z = 20)
b. Cs (Z = 55)

Jawab:

a. Ca (Z = 20) menunjukkan bahwa atom Ca memiliki 20 proton dan 20 elektron.

20 elektron atom Ca akan mengisi penuh kulit K (2 e−) dan kulit L (8 e−) sehingga tersisa
20 − (2 + 8) = 10 elektron.
Karena jumlah elektron tersisa < 18, maka kulit selanjutnya, yakni kulit M, akan diisi oleh
8 e−. Dengan demikian, tersisa 20 − (2 + 8 + 8) = 2 elektron.
Karena jumlah elektron tersisa ≤ 8, maka kulit selanjutnya, yakni kulit N, akan diisi oleh
semua elektron yang masih tersisa, yaitu sejumlah 2 elektron.

Jadi, konfigurasi elektron atom Ca adalah 20Ca : 2 8 8 2


b. Cs (Z = 55) menunjukkan bahwa atom Cs memiliki 55 proton dan 55 elektron.

55 elektron atom Cs akan mengisi penuh kulit K (2 e−), kulit L (8 e−), dan kulit M (18 e−)
sehingga tersisa 55 − (2 + 8 + 18) = 27 elektron.
Karena jumlah elektron tersisa < 32, maka kulit selanjutnya, yakni kulit N, akan diisi oleh
18 e−. Dengan demikian, tersisa 20 − (2 + 8 + 18 + 18) = 9 elektron.
Karena jumlah elektron tersisa < 18, maka kulit selanjutnya, yakni kulit O, akan diisi oleh
8 e−. Dengan demikian, tersisa 20 − (2 + 8 + 18 + 18 + 8) = 1 elektron.
Karena jumlah elektron tersisa ≤ 8, maka kulit selanjutnya, yakni kulit P, akan diisi oleh
semua elektron yang masih tersisa, yaitu sejumlah 1 elektron.

Jadi, konfigurasi elektron atom Cs adalah 55Cs : 2 8 18 18 8 1

Elektron Valensi – Referensi

Earl, Bryan & Wilford, Doug. 2014. Cambridge IGCSE® Chemistry (3rd edition). London:
Hodder Education
Purba, Michael. 2006. Kimia 1A untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga
Spencer, James N., Bodner, George M., & Rickard, Lyman H. 2011. Chemistry:
Structure and Dynamics (5th edition). New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.
Stacy, Angelica M. 2015. Living by Chemistry (2nd edition). New York: W.H. Freeman
and Company
Sistem Periodik Unsur
Sistem periodik unsur adalah susunan unsur-unsur berdasarkan urutan nomor atom dan
kemiripan sifat unsur-unsur tersebut. Disebut “periodik”, sebagaimana terdapat pola
kemiripan sifat unsur dalam susunan tersebut. Sistem periodik unsur (tabel periodik)
modern yang saat ini digunakan didasarkan pada tabel yang dipublikasikan oleh Dmitri
Mendeleev pada tahun 1869.

Tabel Sistem Periodik Unsur

Tab
el periodik unsur modern
(Sumber: Silberberg, Martin S. 2009. Chemistry: The Molecular Nature of Matter and
Change (5th edition). New York: McGraw Hill)
Format tabel periodik:

1. Masing-masing unsur terdapat dalam satu kotak yang berisi nomor atom,
lambang unsur, dan nomor massa. Kotak-kotak tersebut berurut dari kiri ke
kanan berdasarkan kenaikan nomor atom.
2. Kotak-kotak tersebut tersusun membentuk barisan horizontal (periode) dan
barisan vertikal (golongan). Setiap periode diberi nomor dari 1 hingga 7.
Setiap golongan diberi nomor dari 1 hingga 8 dengan huruf A atau B. Pada
sistem IUPAC baru, setiap golongan diberi nomor dari 1 hingga 18 tanpa
huruf A atau B. Unsur-unsur dalam satu golongan yang sama pada tabel
periodik akan memiliki kemiripan sifat.
3. Unsur-unsur golongan 1A − 8A (golongan 1−2, 13−18) merupakan unsur
golongan utama. Unsur-unsur golongan 1B−8B (golongan 3−12) merupakan
unsur logam transisi. Dua deret unsur di bagian bawah, yakni lanthanida dan
aktinida, disebut unsur logam transisi dalam.
Sifat-sifat pada sistem periodik unsur:
Sifat logam
Berdasarkan sifat, unsur-unsur dapat dikelompokkan menjadi logam, nonlogam, dan
metalloid. Unsur-unsur logam memiliki sifat-sifat: konduktor panas dan listrik yang baik,
dapat ditempa dan ductile, titik leleh relatif tinggi, cenderung
melepaskan elektron kepada unsur nonlogam. Unsur-unsur nonlogam memiliki sifat-
sifat: nonkonduktor panas dan listrik, tidak dapat ditempa dan rapuh/getas, kebanyakan
berwujud gas pada temperatur kamar, cenderung menerima elektron dari unsur logam.
Unsur-unsur metalloid memiliki sifat-sifat seperti logam dan juga nonlogam. Sifat logam
semakin berkurang dari kiri ke kanan dan dari bawah ke atas sistem periodik unsur,
kecuali hidrogen. Unsur-unsur metalloid berada pada “tangga” yang membatasi unsur-
unsur logam dan nonlogam.
Jari-jari atom
Jari-jari atom adalah setengah dari jarak antara dua inti dari dua atom logam yang
sejajar atau dalam sebuah molekul diatomik. Dalam satu golongan, dari atas ke bawah,
jari-jari atom cenderung semakin besar, sebagaimana pertambahan kulit elektron.
Dalam satu periode, dari kiri ke kanan, jari-jari atom cenderung semakin kecil,
sebagaimana pertambahan muatan inti efektif.

Energi ionisasi
Energi ionisasi adalah energi yang dibutuhkan oleh sebuah atom atau ion dalam fase
gas untuk melepaskan sebuah elektronnya. Dalam satu golongan, dari atas ke bawah,
energi ionisasi pertama cenderung semakin kecil, sebagaimana jarak dari inti ke
elektron terluar bertambah sehingga tarikan elektron terluar oleh inti berkurang. Dalam
satu periode, dari kiri ke kanan, energi ionisasi pertama cenderung semakin besar,
sebagaimana pertambahan muatan inti efektif sehingga tarikan oleh inti bertambah.

Ringkasan sifat-sifat sistem periodik


unsur: jari-jari atom, energi ionisasi, dan sifat logam
(Sumber: Petrucci, Ralph H. et al. 2011. General Chemistry: Principles and Modern
Applications (10th edition). Toronto: Pearson Canada Inc.)
Jari-jari ion
Jari-jari ion adalah jari-jari dari kation atau anion yang dihitung berdasarkan jarak antara
dua inti kation dan anion dalam kristal ionik. Kation (ion bermuatan positif) terbentuk dari
pelepasan elektron dari kulit terluar atom netral sehingga tolakan antar elektron
berkurang, tarikan elektron oleh inti lebih kuat, dan jari-jari dari kation lebih kecil dari
atom netralnya. Anion (ion bermuatan negatif) terbentuk dari penangkapan elektron
pada atom netral sehingga tolakan antar elektron bertambah dan jari-jari dari anion lebih
besar dari atom netralnya. Dalam satu golongan pada sistem periodik unsur, dari atas
ke bawah, jari-jari ion bermuatan sama cenderung semakin besar, sebagaimana
pertambahan kulit elektron. Dalam periode, pada deretan ion isoelektronik (spesi-spesi
dengan jumlah elektron sama dan konfigurasi elektron sama, seperti O2-, F–, Na+, Mg2+,
dan Al3+ dengan 10 elektron), semakin besar muatan kation maka semakin kecil jari-jari
ion, namun semakin besar muatan anion maka semakin besar jari-jari ion.

Jari-jari atom dan ion beberapa unsur


dalam satuan pm
(Sumber: Silberberg, Martin S. 2009. Chemistry: The Molecular Nature of Matter and
Change (5th edition). New York: McGraw Hill)
Afinitas elektron
Afinitas elektron adalah kuantitas perubahan energi ketika sebuah atom atau ion dalam
fase gas menerima sebuah elektron. Jika kuantitas perubahan energi bertanda positif,
terjadi penyerapan energi, sedangkan jika bertanda negatif, terjadi pelepasan energi.
Semakin negatif nilai afinitas elektron, semakin besar kecenderungan atom atau ion
menerima elektron (afinitas terhadap elektron semakin besar). Dalam satu golongan
pada tabel periodik unsur, dari atas ke bawah, afinitas elektron cenderung semakin
kecil, dengan banyak pengecualian. Dalam satu periode, dari kiri ke kanan, sampai
golongan 7A, afinitas elektron cenderung semakin besar, dengan banyak pengecualian.
Nilai afinitas elektron unsur-unsur golongan utama
dalam satuan kJ/mol
(Sumber: Gilbert, Thomas N. et al. 2012. Chemistry: The Science in Context (3rd edition).
New York: W. W. Norton & Company, Inc.)
Elektronegativitas
Elektronegativitas adalah ukuran kemampuan suatu atom dalam sebuah molekul
(keadaan berikatan) untuk menarik elektron kepadanya. Semakin besar
elektronegativitas, semakin mudah atom tersebut menarik elektron kepadanya sendiri.
Dalam satu golongan, dari atas ke bawah, elektronegativitas cenderung semakin kecil.
Dalam satu periode, dari kiri ke kanan, elektronegativitas cenderung semakin besar.

Elektronegativitas
dari unsur-unsur dalam skala Linus Pauling
(Sumber: Petrucci, Ralph H. et al. 2011. General Chemistry: Principles and Modern
Applications (10th edition). Toronto: Pearson Canada Inc.)
Sistem Periodik Unsur – Referensi
Brown, Theodore L. et al. 2015. Chemistry: The Central Science (13th edition). New
Jersey: Pearson Education, Inc.
– Chang, Raymond. 2010. Chemistry (10th edition). New York: McGraw Hill
– Gilbert, Thomas N. et al. 2012. Chemistry: The Science in Context (3rd edition). New
York: W. W. Norton & Company, Inc.
– Petrucci, Ralph H. et al. 2011. General Chemistry: Principles and Modern Applications
(10th edition). Toronto: Pearson Canada Inc.
– Purba, Michael. 2006. Kimia 1A untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga.
– Silberberg, Martin S. 2009. Chemistry: The Molecular Nature of Matter and Change
(5th edition). New York: McGraw Hill
– Stacy, Angelica M. 2015. Living by Chemistry (2nd edition). New York: W.H. Freeman
and Company
– Tro, Nivaldo J. 2011. Introductory Chemistry (4th edition). Illinois: Pearson Prentice
Hall.

Anda mungkin juga menyukai