Pada beberapa abad sebelum masehi, filsuf-filsuf Yunani, di antaranya Leucippus dan
Democritus berpendapat bahwa semua materi terdiri dari partikel-partikel kecil yang tak
terbagi. Democritus menyatakan bahwa jika suatu materi dibagi menjadi bagian yang
lebih kecil kemudian terus dibagi lagi maka akan sampai pada suatu saat di mana
didapat bagian yang sangat kecil yang tidak dapat dihancurkan atau dibagi lagi yang
disebut atom (‘atomos’ dalam bahasa Yunani yang artinya ‘tak terbagi’).
Namun, pemikiran filosofis tersebut tidak begitu diterima pada saat itu hingga pada awal
abad ke-18, John Dalton merumuskan teori atom yang berhasil menjelaskan hukum-
hukum dasar kimia – hukum kekekalan massa, hukum perbandingan tetap, dan hukum
kelipatan perbandingan.
1. Setiap unsur tersusun dari partikel yang sangat teramat kecil yang disebut
atom.
2. Semua atom dari satu unsur yang sama adalah identik, namun atom unsur
satu berbeda dengan atom unsur-unsur lainnya.
3. Atom dari satu unsur tidak dapat diubah menjadi atom dari unsur lain melalui
reaksi kimia; atom tidak dapat diciptakan ataupun dimusnahkan dalam reaksi
kimia.
4. Senyawa terbentuk dari kombinasi atom-atom dari unsur-unsur yang
berbeda dengan rasio atom yang spesifik.
Teori atom Dalton ini memberikan gambaran model atom seperti model bola pejal atau
model bola billiard.
Referensi
– Brown, Theodore L. et al. 2015. Chemistry: The Central Science (13th edition). New
Jersey: Pearson Education, Inc.
– Jenkins, et al. 2003. Nelson Chemistry 12. Toronto: Thomson Nelson.
– Petrucci, Ralph H. et al. 2011. General Chemistry: Principles and Modern Applications
(10th edition). Toronto: Pearson Canada Inc.
– Purba, Michael. 2006. Kimia 1A untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga.
– Silberberg, Martin S. 2009. Chemistry: The Molecular Nature of Matter and Change
(5th edition). New York: McGraw Hill
– Stacy, Angelica M. 2015. Living by Chemistry (2nd edition). New York: W.H. Freeman
and Company
– Tro, Nivaldo J. 2011. Introductory Chemistry (4th edition). Illinois: Pearson Prentice
Hall.
Struktur Atom
Struktur Atom – Pengantar
Berdasarkan teori atom Dalton, atom merupakan unit dasar terkecil dan tersederhana
penyusun suatu unsur. Di dalam atom terdapat partikel subatomik utama: proton,
neutron, dan elektron. Proton (p+) yang bermuatan positif dan neutron (n0) yang tidak
bermuatan terdapat pada inti atom. Elektron (e−) yang bermuatan negatif bergerak cepat
dalam ruang sekeliling inti atom yang sangat besar sebagaimana adanya gaya tarik dari
inti atom.
Inti atom sangatlah padat: 99,97% massa atom adalah massa inti atom namun volume
yang ditempatinya hanya 1/1015 dari volume atom. Diameter sebuah atom (∼10−10 m)
sekitar 100.000 kali diameter inti atom (∼10−15 m). Berikut ilustrasi struktur atom
(Gambar 1) dan perbandingan karakter dari 3 partikel subatomik utama (Tabel 1).
Nilai massa atom dan partikel-partikel subatomik sangatlah kecil dalam satuan gram
sehingga lebih mudah jika dinyatakan sebagai massa relatif. Basis ukuran massa relatif
atom adalah atom karbon yang terdiri dari 6 proton dan 6 neutron (atom C-12), di mana
massa satu atom C-12 dinyatakan senilai 12 satuan massa atom (sma) atau 12 dalton
(Da).
1 sma = 1,660539×10−24 g.
Jadi, secara praktis, massa proton dan massa neutron masing-masing dinyatakan 1
sma.
Gambar 2. Ilustrasi atom dan simbol atom dari beberapa unsur
(Sumber: Silberberg, Martin S. 2009. Chemistry: The Molecular Nature of Matter and
Change (5th edition). New York: McGraw Hill)
Gambar 3. Ilustrasi susunan / struktur atom dari ketiga isotop hidrogen: 1H, 2H, dan 3H
(Sumber: McMurry, John. et al. 2013. Fundamentals of General, Organic, and Biological
Chemistry (7th edition). Illinois: Pearson Education, Inc.)
Semua unsur yang berada di alam umumnya merupakan campuran dari isotop-isotop.
Oleh karena itu, dalam perhitungan perlu diketahui rata-rata dari massa isotop-isotop
unsur di alam yang diukur berdasarkan kelimpahan masing-masing isotop tersebut di
alam yang disebut massa atom (massa atom rata-rata) unsur. Rumus umum
perhitungan massa atom (massa atom rata-rata):
.
.
di mana adalah massa atom (massa atom rata-rata) unsur X yang memiliki isotop-
isotop dengan massa m1, m2, m3, … dengan kelimpahan masing-masing isotop di alam
a1, a2, a3, … dalam fraksi desimal.
107
Ag 106,90509 51,84
109
Ag 108,90476 48,16
Jawab:
massa atom Ag = (massa isotop 107Ag)(kelimpahan isotop 107Ag) +(massa isotop 109Ag)
(kelimpahan isotop 109Ag)
= (106,90509 sma)(0,5184) + (108,90476 sma)(0,4816)
= 107,87 sma
Berdasarkan IUPAC, massa atom relatif (Ar) merupakan perbandingan massa atom
terhadap satu satuan massa atom (sma), di mana satu sma sama dengan 1/12 massa 1
atom C-12. Jadi, massa atom relatif tidak memiliki satuan.
.
Isoton adalah atom-atom yang memiliki jumlah neutron sama, namun berbeda nomor
atom (unsur berbeda).
Contoh: dengan ; dengan
Referensi
– Brown, Theodore L. et al. 2015. Chemistry: The Central Science (13th edition). New
Jersey: Pearson Education, Inc.
– Cracolice, Mark S. & Peters, Edward I. 2011. Introductory Chemistry: An Active
Learning Approach (4th edition). California: Brooks/Cole, Cengage Learning.
– Earl, Bryan & Wilford, Doug. 2014. Cambridge IGCSE® Chemistry (3rd edition).
London: Hodder Education.
– Gilbert, Thomas N. et al. 2012. Chemistry: The Science in Context (3rd edition). New
York: W. W. Norton & Company, Inc.
– McMurry, John. et al. 2013. Fundamentals of General, Organic, and Biological
Chemistry (7th edition). Illinois: Pearson Education, Inc.
– Petrucci, Ralph H. et al. 2011. General Chemistry: Principles and Modern Applications
(10th edition). Toronto: Pearson Canada Inc.
– Purba, Michael. 2006. Kimia 1A untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga.
– Silberberg, Martin S. 2009. Chemistry: The Molecular Nature of Matter and Change
(5th edition). New York: McGraw Hill
Bilangan Kuantum
Bilangan kuantum (dalam fungsi gelombang) adalah bilangan yang memiliki makna
khusus dalam menjelaskan keadaan sistem kuantum. Bilangan-bilangan kuantum dapat
memberikan deskripsi keadaan elektron dalam atom.
Setelah dikemukakannya teori dualisme partikel−gelombang, pada tahun 1926 Erwin
Schrödinger mengajukan teori mekanika kuantum yang menjelaskan struktur atom.
Model atom mekanika kuantum Schrödinger dinyatakan dalam
persamaan matematis yang disebut persamaan gelombang. Penyelesaian persamaan
gelombang Schrödinger untuk atom hidrogen menghasilkan fungsi gelombang (ψ) atau
orbital atom yang menggambarkan keberadaan elektron dalam atom. Kuadrat dari
fungsi gelombang, ψ2, memiliki arti khusus yaitu besar probabilitas menemukan elektron
dalam ruang dengan volum tertentu di sekitar inti atom. Sebagaimana asas
ketidakpastian Heisenberg, posisi elektron dalam atom tidak dapat dipastikan, namun
hanya dapat diketahui tempat di mana elektron paling mungkin ditemukan.
Lihat juga materi StudioBelajar.com lainnya:
Sel Volta
Tata Nama Senyawa
Orbital p
Orbital p adalah orbital dengan l = 1 berbentuk seperti balon terpilin dengan dua cuping.
Kedua cuping terletak pada dua sisi inti atom yang saling bersebrangan. Inti atom
terletak pada bidang simpul orbital p, yakni di antara dua cuping yang masing-masing
memiliki densitas elektron tinggi. Orbital p memiliki tiga jenis orientasi ruang, px, py, dan
pz, sebagaimana terdapat tiga nilai ml yang mungkin, yaitu −1, 0, atau +1. Ketiga orbital
p tersebut terletak saling tegak lurus pada sumbu x, y, dan z koordinat Kartesius dengan
bentuk, ukuran, dan energi yang sama.
Representasi orbital 2p: px, py, dan pz
(Sumber: McMurry, John E., Fay, Robert C., & Robinson, Jill K. 2016. Chemistry (7th
edition). New Jersey: Pearson Education, Inc.)
Orbital d
Orbital d adalah orbital dengan l = 2. Orbital d memiliki lima jenis orientasi, sebagaimana
terdapat lima nilai ml yang mungkin, yaitu −2, −1, 0, +1, atau +2. Empat dari lima orbital
d, antara lain dxy, dxz dyz, dan dx2−y2, memiliki empat cuping seperti bentuk daun
semanggi. Orbital d kelima, dz2, memiliki dua cuping utama pada sumbu z dan satu
bagian berbentuk donat pada bagian tengah.
Orbital f
Orbital f adalah orbital dengan l = 3. Orbital f memiliki tujuh jenis orientasi, sebagaimana
terdapat tujuh nilai ml yang mungkin (2l + 1 = 7). Ketujuh orbital f memiliki bentuk yang
kompleks dengan beberapa cuping.
Representasi ketujuh orbital 4f
(Sumber: Atkins, Peter & Jones, Loretta. 2010. Chemical Principles: The Quest for
Insight (5th edition). New York: W.H. Freeman & Company)
Konfigurasi Elektron
Setelah memahami hubungan keberadaan elektron dalam atom dengan orbital
pada teori atom mekanika kuantum, berikut akan dibahas konfigurasi elektron, yaitu
penyusunan elektron-elektron dalam orbital-orbital pada kulit-kulit atom multi elektron.
Aturan-aturan dalam penentuan konfigurasi elektron berdasarkan orbital, antara lain:
1. Asas Aufbau: Elektron menempati orbital-orbital dimulai dari tingkat energi
yang terendah, dimulai dari 1s, 2s, 2p, dan seterusnya seperti urutan subkulit
yang terlihat pada gambar berikut.
2. Asas larangan Pauli: Tidak ada dua elektron dalam satu atom yang memiliki
keempat bilangan kuantum yang sama. Setiap orbital maksimum diisi oleh 2
elektron yang memiliki spin yang berlawanan (ms = +½ dan ms = −½).
3. Kaidah Hund: Jika ada orbital dengan tingkat energi yang sama, konfigurasi
elektron dengan energi terendah adalah dengan jumlah elektron tak
berpasangan dengan spin paralel yang paling banyak.
Diagram orbital dan konfigurasi elektron berdasarkan orbital dari 10 unsur pertama
(Sumber: Gilbert, Thomas N. et al. 2012. Chemistry: The Science in Context (3rd
edition). New York: W. W. Norton & Company, Inc.)
a. 27Co
b. 32Ge
c. 20Mg2+
d. 26Fe3+
e. 8O2−
Pembahasan:
a. 27Co: 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d7 atau [Ar] 4s2 3d7
b. 32Ge: 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d10 4p2 atau [Ar] 4s2 3d10 4p2
c. 20Mg: 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 atau [Ar] 4s2
2+ 2 2 6 2 6
20Mg : 1s 2s 2p 3s 3p atau [Ar] (sebanyak 2 elektron dikurangi dari kulit terluar:
4s2−2)
d. 26Fe: 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d6 atau [Ar] 4s2 3d6
3+ 2 2 6 2 6 5 5
26Fe : 1s 2s 2p 3s 3p 3d atau [Ar] 3d (sebanyak 3 elektron dikurangi dari kulit
terluar: 4s2−2 3d6−1)
Atkins, Peter & Jones, Loretta. 2010. Chemical Principles: The Quest for Insight
(5th edition). New York: W.H. Freeman & Company
Brown, Theodore L. et al. 2015. Chemistry: The Central Science (13th edition). New
Jersey: Pearson Education, Inc.
Chang, Raymond & Goldsby, Kenneth A. 2016. Chemistry (12th edition). New York:
McGraw-Hill Education
Housecroft, Catherine E. & Constable, Edwin C. 2010. Chemistry (4th edition). Harlow:
Pearson Education Limited
Johari, J.M.C. & Rachmawati, M. 2009. Kimia SMA dan MA untuk Kelas XI Jilid 2.
Jakarta: Esis
McMurry, John E., Fay, Robert C., & Robinson, Jill K. 2016. Chemistry (7th edition). New
Jersey: Pearson Education, Inc.
Petrucci, Ralph H. et al. 2017. General Chemistry: Principles and Modern Applications
(11th edition). Toronto: Pearson Canada Inc.
Purba, Michael. 2006. Kimia 2A untuk SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga
Silberberg, Martin S. & Amateis, Patricia. 2015. Chemistry: The Molecular Nature of
Matter and Change (7th edition). New York: McGraw-Hill Education
Konfigurasi Elektron
Konfigurasi elektron adalah susunan penyebaran (pengisian) elektron-elektron dalam.
Seperti yang telah dibahas dalam bab Struktur Atom, di dalam atom terdapat partikel
subatomik neutron dan proton yang terdapat pada inti atom, dan elektron yang bergerak
mengelilingi inti atom tersebut pada kulit-kulit elektron (level-level energi) yang tertentu.
Lihat juga materi StudioBelajar.com lainnya terkait konfigurasi elektron:
Teori Atom
Sistem Periodik Unsur
Lintasan peredaran elektron ini disebut juga kulit elektron. Kulit pertama yang terdekat
dengan inti atom disebut kulit K, kemudian kulit kedua disebut kulit L, kulit ketiga disebut
kulit M, dan seterusnya berurut berdasarkan alfabet sebagaimana kulit menjauhi inti
atom. Kulit elektron ini juga dapat dinyatakan dengan bilangan kuantum utama (n),
dimulai dari 1 untuk kulit K, 2 untuk kulit L, dan seterusnya.
Semakin besar nilai n, semakin jauh kulit elektron dari inti atom dan semakin
besar energi elektron yang beredar di kulit terkait. Elektron-elektron akan mengisi kulit-
kulit elektron pada atom dimulai dari kulit K yang merupakan level energi terendah.
Setiap kulit elektron hanya dapat terisi sejumlah tertentu elektron. Jumlah maksimum
elektron yang dapat terisi pada kulit elektron ke-n adalah 2n2. Namun, jumlah maksimum
elektron pada kulit terluar dari suatu atom adalah 8.
Lebih jelasnya, perhatikan ilustrasi pada Gambar 1 dan Tabel 1.
Gambar 1. Ilustrasi konfigurasi elektron atom Li, B, O, Ne, Na, dan K berdasarkan kulit
elektron
(Sumber: Spencer, James N., Bodner, George M., & Rickard, Lyman H. 2011.
Chemistry: Structure and Dynamics (5th edition). New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.)
Untuk atom unsur golongan transisi, konfigurasi elektron nya tidak dapat ditentukan
dengan metode penentuan berdasarkan kulit elektron untuk atom unsur golongan utama
seperti di atas. Penentuan konfigurasi elektron atom unsur golongan transisi didasarkan
pada orbital atom. Setiap orbital dalam atom akan ditandai dengan satu set nilai
bilangan kuantum utama (n), bilangan kuantum azimuth (l), dan bilangan kuantum
magnetik (m) yang khusus. Lalu, setiap orbital maksimum terisi 2 elektron, yang masing-
masing memiliki bilangan kuantum spin (s) tersendiri. Keempat bilangan kuantum
tersebut digunakan untuk men-‘deskripsi’-kan energi elektron, sebagaimana seperti
‘alamat’ elektron dalam sebuah atom untuk menemukan keberadaan elektron dalam
atom tersebut.
Bilangan kuantum utama (n) mendeskripsikan ukuran dan tingkat energi orbital. Nilai n
yang diperbolehkan adalah bilangan bulat positif.
Bilangan kuantum azimuth (l) mendeskripsikan bentuk orbital. Nilai l yang diperbolehkan
adalah bilangan bulat dari 0 hingga n−1.
Bilangan kuantum magnetik (m) mendeskripsikan orientasi orbital. Nilai m yang
diperbolehkan adalah bilangan bulat dari −l hingga +l.
Bilangan kuantum spin (s) mendeskripsikan arah spin elektron dalam orbital. Nilai s
yang diperbolehkan adalah +½ atau−½.
Aturan penentuan konfigurasi elektron berdasarkan
orbital:
1. Asas Aufbau: Elektron menempati orbital-orbital dimulai dari tingkat energi yang
terendah, dimulai dari 1s, 2s, 2p, dan seterusnya seperti urutan subkulit yang terlihat
pada Gambar 2.
3. Kaidah Hund: Jika ada orbital dengan tingkat energi yang sama, konfigurasi elektron
dengan energi terendah adalah dengan jumlah elektron tak berpasangan dengan spin
paralel yang paling banyak.
Gambar 3. Diagram orbital dan konfigurasi elektron berdasarkan orbital dari 10 unsur
pertama
(Sumber: Gilbert, Thomas N.et al. 2012. Chemistry: The Science in Context (3rd edition).
New York: W. W. Norton & Company, Inc.)
Contoh Soal Konfigurasi Elektron
Tentukan konfigurasi elektron dan jumlah elektron dalam setiap kulit elektron atom unsur
berikut.
Jawab:
1. Ni (Z = 28) : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d8 atau [Ar] 4s2 3d8; K = 2 ; L = 8 ; M =
16 ; N = 2
2. Sr (Z = 38) : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d104p6 5s2atau [Kr] 5s2; K = 2 ; L = 8 ; M
= 18 ; N = 8 ; O = 2
Berdasarkan eksperimen, terdapat anomali konfigurasi elektron dari aturan-aturan di
atas. Subkulit d memiliki tendensi untuk terisi setengah penuh atau terisi penuh.
Contohnya, Cr (Z = 24) : [Ar] 4s1 3d5 lebih stabil dibanding [Ar] 4s2 3d4 ; dan juga Cu (Z =
29) : [Ar] 4s1 3d10 lebih stabil dibanding [Ar] 4s2 3d9.
Untuk ion monoatomik (seperti Na+, K+, Ca2+, S2-, Br–) dapat ditentukan dari konfigurasi
elektron atom netralnya terlebih dahulu. Pada kation (ion bermuatan positif) monoatomik
Ax+ yang bermuatan x+, sebanyak x elektron dilepas (dikurangi) dari kulit elektron terluar
atom netral A. Pada anion (ion bermuatan negatif) monoatomik By– yang bermuatan y-,
sebanyak y elektron ditangkap (ditambahkan) pada orbital level energi terendah yang
masih belum penuh oleh elektron.
Referensi Konfigurasi Elektron
Konfigurasi Elektron
Konfigurasi elektron merupakan susunan persebaran (distribusi) elektron-elektron dalam
atom. Elektron hanya dapat berada pada lintasan peredaran elektron tertentu dalam
atom, bergantung pada level energinya. Lintasan peredaran elektron ini disebut juga
sebagai kulit elektron. Kulit elektron pertama yang terdekat dengan inti atom disebut kulit
K, kemudian kulit kedua disebut kulit L, kulit ketiga disebut kulit M, dan seterusnya
berurut berdasarkan alfabet.
Setiap kulit elektron hanya dapat terisi sejumlah tertentu elektron. Jumlah maksimum
elektron yang dapat terisi pada kulit elektron ke-n adalah 2n2, di mana n adalah nomor
kulit atau bilangan kuantum utama.
Kulit K (n = 1) maksimum terisi 2 × 12 = 2 elektron.
Kulit L (n = 2) maksimum terisi 2 × 22 = 8 elektron.
Kulit M (n = 3) maksimum terisi 2 × 32 = 18 elektron.
Kulit N (n = 4) maksimum terisi 2 × 42 = 32 elektron.
Kulit O (n = 5) maksimum terisi 2 × 52 = 50 elektron.
Elektron-elektron akan mengisi kulit-kulit elektron pada atom dimulai dari kulit pertama
yang terdekat dengan inti, yakni kulit K yang merupakan level energi yang terendah. Jika
kulit K telah terisi penuh dengan 2 elektron, selanjutnya elektron akan mengisi kulit L.
Lalu jika kulit L telah terisi penuh dengan 8 elektron, selanjutnya elektron akan mengisi
kulit M, N, dan seterusnya secara bertahap. Namun, jumlah maksimum elektron pada
kulit terluar (kulit valensi) dari suatu atom adalah 8.
Ilustrasi konfigurasi elektron atom Li, B, O, Ne, Na, dan K berdasarkan kulit elektron
(Sumber: Spencer, James N., Bodner, George M., & Rickard, Lyman H. 2011.
Chemistry: Structure and Dynamics (5th edition). New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.)
Untuk atom unsur golongan utama, penentuan konfigurasi elektron berdasarkan nomor
atom atau jumlah elektronnya dapat mengikuti aturan sebagai berikut.
Pada tabel tersebut terlihat konfigurasi elektron atom unsur-unsur transisi seperti Sc, Ti,
Cr, Cu, dan Zn. Bila diperhatikan, konfigurasi elektron untuk unsur Sc, Ti, dan Cr tidak
mengikuti aturan konfigurasi berdasarkan kulit elektron seperti yang telah dijelaskan di
atas. Hal ini dikarenakan penentuan konfigurasi elektron atom unsur golongan transisi
hanya dapat didasarkan pada orbital atom. Jadi, untuk atom unsur golongan transisi,
aturan penentuan konfigurasi elektronnya lebih kompleks.
Penentuan konfigurasi elektron berdasarkan orbital atom akan dibahas dalam bab
“Bilangan Kuantum”. Setiap orbital dalam atom akan ditandai dengan satu set nilai
bilangan kuantum utama (n), bilangan kuantum azimuth (l), dan bilangan kuantum
magnetik (ml) yang khusus. Lalu, setiap orbital maksimum terisi 2 elektron, yang
masing-masing memiliki bilangan kuantum spin (ms) tersendiri. Keempat bilangan
kuantum tersebut digunakan untuk mendeskripsikan energi elektron, sebagaimana
seperti “alamat” elektron dalam sebuah atom untuk menemukan probabilitas
keberadaan elektron dalam atom tersebut.
Elektron Valensi dan Sistem Periodik Unsur
Sifat-sifat dari suatu unsur sangat bergantung pada konfigurasi elektronnya, terutama
pada jumlah elektron valensinya. Unsur-unsur dengan jumlah elektron valensi yang
sama umumnya memiliki kemiripan sifat. Oleh karena sistem periodik unsur disusun
berdasarkan kenaikan nomor atom dan kemiripan sifat, terdapat hubungan antara
konfigurasi elektron atom unsur dan letak unsur dalam sistem periodik, di mana:
nomor periode sama dengan jumlah kulit elektron
nomor golongan sama dengan jumlah elektron valensi (kecuali unsur He
pada golongan VIIIA dan unsur-unsur golongan transisi)
Contoh Soal Elektron Valensi dan Pembahasan
Tentukan konfigurasi elektron dari atom dan ion unsur-unsur berikut.
a. Ca (Z = 20)
b. Cs (Z = 55)
Jawab:
20 elektron atom Ca akan mengisi penuh kulit K (2 e−) dan kulit L (8 e−) sehingga tersisa
20 − (2 + 8) = 10 elektron.
Karena jumlah elektron tersisa < 18, maka kulit selanjutnya, yakni kulit M, akan diisi oleh
8 e−. Dengan demikian, tersisa 20 − (2 + 8 + 8) = 2 elektron.
Karena jumlah elektron tersisa ≤ 8, maka kulit selanjutnya, yakni kulit N, akan diisi oleh
semua elektron yang masih tersisa, yaitu sejumlah 2 elektron.
55 elektron atom Cs akan mengisi penuh kulit K (2 e−), kulit L (8 e−), dan kulit M (18 e−)
sehingga tersisa 55 − (2 + 8 + 18) = 27 elektron.
Karena jumlah elektron tersisa < 32, maka kulit selanjutnya, yakni kulit N, akan diisi oleh
18 e−. Dengan demikian, tersisa 20 − (2 + 8 + 18 + 18) = 9 elektron.
Karena jumlah elektron tersisa < 18, maka kulit selanjutnya, yakni kulit O, akan diisi oleh
8 e−. Dengan demikian, tersisa 20 − (2 + 8 + 18 + 18 + 8) = 1 elektron.
Karena jumlah elektron tersisa ≤ 8, maka kulit selanjutnya, yakni kulit P, akan diisi oleh
semua elektron yang masih tersisa, yaitu sejumlah 1 elektron.
Earl, Bryan & Wilford, Doug. 2014. Cambridge IGCSE® Chemistry (3rd edition). London:
Hodder Education
Purba, Michael. 2006. Kimia 1A untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga
Spencer, James N., Bodner, George M., & Rickard, Lyman H. 2011. Chemistry:
Structure and Dynamics (5th edition). New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.
Stacy, Angelica M. 2015. Living by Chemistry (2nd edition). New York: W.H. Freeman
and Company
Sistem Periodik Unsur
Sistem periodik unsur adalah susunan unsur-unsur berdasarkan urutan nomor atom dan
kemiripan sifat unsur-unsur tersebut. Disebut “periodik”, sebagaimana terdapat pola
kemiripan sifat unsur dalam susunan tersebut. Sistem periodik unsur (tabel periodik)
modern yang saat ini digunakan didasarkan pada tabel yang dipublikasikan oleh Dmitri
Mendeleev pada tahun 1869.
Tab
el periodik unsur modern
(Sumber: Silberberg, Martin S. 2009. Chemistry: The Molecular Nature of Matter and
Change (5th edition). New York: McGraw Hill)
Format tabel periodik:
1. Masing-masing unsur terdapat dalam satu kotak yang berisi nomor atom,
lambang unsur, dan nomor massa. Kotak-kotak tersebut berurut dari kiri ke
kanan berdasarkan kenaikan nomor atom.
2. Kotak-kotak tersebut tersusun membentuk barisan horizontal (periode) dan
barisan vertikal (golongan). Setiap periode diberi nomor dari 1 hingga 7.
Setiap golongan diberi nomor dari 1 hingga 8 dengan huruf A atau B. Pada
sistem IUPAC baru, setiap golongan diberi nomor dari 1 hingga 18 tanpa
huruf A atau B. Unsur-unsur dalam satu golongan yang sama pada tabel
periodik akan memiliki kemiripan sifat.
3. Unsur-unsur golongan 1A − 8A (golongan 1−2, 13−18) merupakan unsur
golongan utama. Unsur-unsur golongan 1B−8B (golongan 3−12) merupakan
unsur logam transisi. Dua deret unsur di bagian bawah, yakni lanthanida dan
aktinida, disebut unsur logam transisi dalam.
Sifat-sifat pada sistem periodik unsur:
Sifat logam
Berdasarkan sifat, unsur-unsur dapat dikelompokkan menjadi logam, nonlogam, dan
metalloid. Unsur-unsur logam memiliki sifat-sifat: konduktor panas dan listrik yang baik,
dapat ditempa dan ductile, titik leleh relatif tinggi, cenderung
melepaskan elektron kepada unsur nonlogam. Unsur-unsur nonlogam memiliki sifat-
sifat: nonkonduktor panas dan listrik, tidak dapat ditempa dan rapuh/getas, kebanyakan
berwujud gas pada temperatur kamar, cenderung menerima elektron dari unsur logam.
Unsur-unsur metalloid memiliki sifat-sifat seperti logam dan juga nonlogam. Sifat logam
semakin berkurang dari kiri ke kanan dan dari bawah ke atas sistem periodik unsur,
kecuali hidrogen. Unsur-unsur metalloid berada pada “tangga” yang membatasi unsur-
unsur logam dan nonlogam.
Jari-jari atom
Jari-jari atom adalah setengah dari jarak antara dua inti dari dua atom logam yang
sejajar atau dalam sebuah molekul diatomik. Dalam satu golongan, dari atas ke bawah,
jari-jari atom cenderung semakin besar, sebagaimana pertambahan kulit elektron.
Dalam satu periode, dari kiri ke kanan, jari-jari atom cenderung semakin kecil,
sebagaimana pertambahan muatan inti efektif.
Energi ionisasi
Energi ionisasi adalah energi yang dibutuhkan oleh sebuah atom atau ion dalam fase
gas untuk melepaskan sebuah elektronnya. Dalam satu golongan, dari atas ke bawah,
energi ionisasi pertama cenderung semakin kecil, sebagaimana jarak dari inti ke
elektron terluar bertambah sehingga tarikan elektron terluar oleh inti berkurang. Dalam
satu periode, dari kiri ke kanan, energi ionisasi pertama cenderung semakin besar,
sebagaimana pertambahan muatan inti efektif sehingga tarikan oleh inti bertambah.
Elektronegativitas
dari unsur-unsur dalam skala Linus Pauling
(Sumber: Petrucci, Ralph H. et al. 2011. General Chemistry: Principles and Modern
Applications (10th edition). Toronto: Pearson Canada Inc.)
Sistem Periodik Unsur – Referensi
Brown, Theodore L. et al. 2015. Chemistry: The Central Science (13th edition). New
Jersey: Pearson Education, Inc.
– Chang, Raymond. 2010. Chemistry (10th edition). New York: McGraw Hill
– Gilbert, Thomas N. et al. 2012. Chemistry: The Science in Context (3rd edition). New
York: W. W. Norton & Company, Inc.
– Petrucci, Ralph H. et al. 2011. General Chemistry: Principles and Modern Applications
(10th edition). Toronto: Pearson Canada Inc.
– Purba, Michael. 2006. Kimia 1A untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga.
– Silberberg, Martin S. 2009. Chemistry: The Molecular Nature of Matter and Change
(5th edition). New York: McGraw Hill
– Stacy, Angelica M. 2015. Living by Chemistry (2nd edition). New York: W.H. Freeman
and Company
– Tro, Nivaldo J. 2011. Introductory Chemistry (4th edition). Illinois: Pearson Prentice
Hall.