Anda di halaman 1dari 15

RANGKUMAN

TEORI ATOM
Pada beberapa abad sebelum masehi, filsuf-filsuf Yunani, di antaranya Leucippus dan
Democritus berpendapat bahwa semua materi terdiri dari partikel-partikel kecil yang tak terbagi.
Democritus menyatakan bahwa jika suatu materi dibagi menjadi bagian yang lebih kecil
kemudian terus dibagi lagi maka akan sampai pada suatu saat di mana didapat bagian yang
sangat kecil yang tidak dapat dihancurkan atau dibagi lagi yang disebut atom (‘atomos’ dalam
bahasa Yunani yang artinya ‘tak terbagi’). Namun, pemikiran filosofis tersebut tidak begitu
diterima pada saat itu hingga pada awal abad ke-18, John Dalton merumuskan teori atom yang
berhasil menjelaskan hukum-hukum dasar kimia – hukum kekekalan massa, hukum
perbandingan tetap, dan hukum kelipatan perbandingan.
Teori Atom Dalton
Teori atom Dalton menyatakan bahwa:
Setiap unsur tersusun dari partikel yang sangat teramat kecil yang disebut atom.
Semua atom dari satu unsur yang sama adalah identik, namun atom unsur satu berbeda dengan
atom unsur-unsur lainnya.
Atom dari satu unsur tidak dapat diubah menjadi atom dari unsur lain melalui reaksi kimia; atom
tidak dapat diciptakan ataupun dimusnahkan dalam reaksi kimia.
Senyawa terbentuk dari kombinasi atom-atom dari unsur-unsur yang berbeda dengan rasio atom
yang spesifik.
Teori atom Dalton ini memberikan gambaran model atom seperti model bola pejal atau model
bola billiard.
Teori Atom J.J. Thomson
Pada tahun 1897, J.J. Thomson melakukan eksperimen dengan sinar katoda. Eksperimen tersebut
menunjukkan bahwa sinar katoda terdefleksi (terbelokkan) oleh medan magnet maupun
medan listrik. Hal ini menunjukkan bahwa sinar katoda merupakan radiasi partikel yang
bermuatan listrik. Pada eksperimen dengan medan listrik, sinar katoda terbelokkan menuju ke
arah kutub bermuatan positif. Hal ini menunjukkan bahwa sinar katoda merupakan radiasi
partikel bermuatan negatif. Selanjutnya, partikel sinar katoda ini disebut sebagai elektron.
Penemuan elektron ini kemudian mengacu pada kesimpulan bahwa di dalam atom terdapat
elektron yang bermuatan negatif. Menurut model atom Thomson, elektron bermuatan negatif
tersebar dalam bola bermuatan positif seperti model roti kismis, di mana kismis-kismis adalah
elektron-elektron, dan roti adalah bola bermuatan positif.
Teori Atom Rutherford
Pada tahun 1911, Ernest Rutherford melakukan eksperimen menembakkan partikel α — partikel
bermuatan positif — pada lempeng emas tipis. Ia menemukan bahwa sebagian besar partikel-
partikel α tersebut menembus melewati lempeng emas, namun ada sebagian yang mengalami
pembelokan bahkan terpantulkan. Hal ini mengacu pada kesimpulan model atom Rutherford:
model inti, di mana dalam atom yang sebagian besar merupakan ruang kosong terdapat inti yang
padat pejal dan masif bermuatan positif yang disebut sebagai inti atom; dan elektron-elektron
bermuatan negatif yang mengitari inti atom.
Teori Atom Bohr
Pada tahun 1913, Niels Bohr mengajukan model atom untuk menjelaskan fenomena penampakan
sinar dari unsur-unsur ketika dikenakan pada nyala api ataupun tegangan listrik tinggi. Model
atom yang ia ajukan secara khusus merupakan model atom hidrogen untuk menjelaskan
fenomena spektrum garis atom hidrogen. Bohr menyatakan bahwa elektron-elektron bermuatan
negatif bergerak mengelilingi inti atom bermuatan positif pada jarak tertentu yang berbeda-beda
seperti orbit planet-planet mengitari matahari. Oleh karena itu, model atom Bohr disebut juga
model tata surya. Setiap lintasan orbit elektron berada tingkat energi yang berbeda; semakin jauh
lintasan orbit dari inti, semakin tinggi tingkat energi. Lintasan orbit elektron ini disebut juga kulit
elektron. Ketika elektron jatuh dari orbit yang lebih luar ke orbit yang lebih dalam, sinar yang
diradiasikan bergantung pada tingkat energi dari kedua lintasan orbit tersebut.

Teori Atom Mekanika Kuantum


Pada tahun 1924, Louis de Broglie menyatakan hipotesis dualisme partikel-gelombang — semua
materi dapat memiliki sifat seperti gelombang. Elektron memiliki sifat seperti partikel dan juga
sifat seperti gelombang. Pada tahun 1926, Erwin Schrödinger merumuskan
persamaan matematis yang kini disebut persamaan gelombang Schrödinger, yang
memperhitungkan sifat seperti partikel dan seperti gelombang dari elektron. Pada tahun 1927,
Werner Heisenberg mengajukan asas ketidakpastian Heisenberg yang menyatakan bahwa posisi
elektron tidak dapat ditentukan secara pasti, namun hanya dapat ditentukan peluang posisinya.
Teori-teori — dualisme partikel gelombang, asas ketidakpastian Heisenberg, dan persamaan
Schrödinger—ini kemudian menjadi dasar dari teori atom mekanika kuantum. Penyelesaian
persamaan Schrödinger menghasilkan fungsi gelombang yang disebut orbital. Orbital biasanya
digambarkan seperti awan elektron, di mana kerapatan awan tersebut menunjukkan peluang
posisi elektron. Semakin rapat awan elektron maka semakin tinggi peluang elektron, begitu pula
sebaliknya. Oleh karena itu, model atom mekanika kuantum disebut juga model awan elektron.
Sebelumnya, pada tahun 1919, Rutherford berhasil menemukan partikel bermuatan positif, yang
disebut proton, dari eksperimen penembakkan partikel α pada atom nitrogen di udara. Lalu, pada
tahun 1932, James Chadwick menemukan partikel netral, yang disebut neutron, dari eksperimen
bombardir partikel α pada berbagai unsur. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dalam
model awan elektron, awan elektron terdiri dari elektron-elektron bermuatan negatif yang
bergerak sangat cepat mengelilingi inti atom yang tersusun dariproton yang bermuatan positif
dan neutron yang tak bermuatan.
STRUKTUR ATOM
Berdasarkan teori atom Dalton, atom merupakan unit dasar terkecil dan tersederhana penyusun
suatu unsur. Di dalam atom terdapat partikel subatomik utama: proton, neutron, dan elektron.
Proton (p+) yang bermuatan positif dan neutron (n0) yang tidak bermuatan terdapat pada inti
atom. Elektron (e−) yang bermuatan negatif bergerak cepat dalam ruang sekeliling inti atom
yang sangat besar sebagaimana adanya gaya tarik dari inti atom. Inti atom sangatlah padat:
99,97% massa atom adalah massa inti atom namun volume yang ditempatinya hanya 1/1015 dari
volume atom. Diameter sebuah atom (∼10−10 m) sekitar 100.000 kali diameter inti atom
(∼10−15 m). Berikut ilustrasi struktur atom (Gambar 1) dan perbandingan karakter dari 3
partikel subatomik utama (Tabel 1).

Nilai massa atom dan partikel-partikel subatomik sangatlah kecil dalam satuan gram
sehingga lebih mudah jika dinyatakan sebagai massa relatif. Basis ukuran massa relatif atom
adalah atom karbon yang terdiri dari 6 proton dan 6 neutron (atom C-12), di mana massa satu
atom C-12 dinyatakan senilai 12 satuan massa atom (sma) atau 12 dalton (Da).
1 sma = 1,660539×10−24 g.
Jadi, secara praktis, massa proton dan massa neutron masing-masing dinyatakan 1 sma.
Isotop, Massa Atom (Massa Atom Rata-rata), dan Massa Atom Relatif
Semua atom dari suatu unsur memiliki nomor atom yang identik, namun memiliki nomor massa
yang berbeda-beda. Isotop adalah atom-atom dengan nomor atom yang identik, namun berbeda
nomor massa. Sebagai contoh, semua atom karbon (Z = 6) memiliki 6 proton dan 6 neutron,
namun di alam 98,89% atom karbon memiliki 6 neutron (A = 12), sisanya 1,11% memiliki 7
neutron (A = 13), dan < 0,01% memiliki 8 neutron (A = 14). Dengan kata lain, di alam terdapat 3
isotop karbon: 12C, 13C, dan 14C. Selain itu, hidrogen juga memiliki 3 isotop – 1H (protium)
yang paling berlimpah, 2H (deuterium), dan 3H (tritium).

Semua unsur yang berada di alam umumnya merupakan campuran dari isotop-isotop. Oleh
karena itu, dalam perhitungan perlu diketahui rata-rata dari massa isotop-isotop unsur di alam
yang diukur berdasarkan kelimpahan masing-masing isotop tersebut di alam yang disebut massa
atom (massa atom rata-rata) unsur. Rumus umum perhitungan massa atom (massa atom rata-
rata):

.
.
di mana   adalah massa atom (massa atom rata-rata) unsur X yang memiliki isotop-isotop
dengan massa m1, m2, m3, … dengan kelimpahan masing-masing isotop di alam a1, a2, a3, …
dalam fraksi desimal.
Contoh Soal Struktur Atom
Perak (Ag; Z = 47) memiliki dua isotop di alam, 107Ag dan 109Ag. Dari data spektrometri
massa yang diperoleh berikut, tentukan massa atom Ag.
Isotop         Massa (sma)      Kelimpahan (%)
107Ag           106,90509                 51,84
109Ag            108,90476                 48,16
Jawab:
massa atom Ag  = (massa isotop 107Ag)(kelimpahan isotop 107Ag) +(massa isotop 109Ag)
(kelimpahan isotop 109Ag)
= (106,90509 sma)(0,5184) + (108,90476 sma)(0,4816)
= 55,42 sma + 52,45 sma
= 107,87 sma
Berdasarkan IUPAC, massa atom relatif (Ar) merupakan perbandingan massa atom terhadap satu
satuan massa atom (sma), di mana satu sma sama dengan 1/12 massa 1 atom C-12. Jadi, massa
atom relatif tidak memiliki satuan.

Isobar dan Isoton


Isobar adalah atom-atom yang memiliki nomor massa yang sama, namun berbeda nomor atom
(unsur berbeda).
Contoh:   dengan   ;   dengan  .
Isoton adalah atom-atom yang memiliki jumlah neutron sama, namun berbeda nomor atom
(unsur berbeda).
Contoh:   dengan  ;   dengan 
BILANGAN KUANTUM
Bilangan kuantum (dalam fungsi gelombang) adalah bilangan yang memiliki makna khusus
dalam menjelaskan keadaan sistem kuantum. Bilangan-bilangan kuantum dapat memberikan
deskripsi keadaan elektron dalam atom. Setelah dikemukakannya teori dualisme
partikel−gelombang, pada tahun 1926 Erwin Schrödinger mengajukan teori mekanika kuantum
yang menjelaskan struktur atom. Model atom mekanika kuantum Schrödinger dinyatakan dalam
persamaan matematis yang disebut persamaan gelombang. Penyelesaian persamaan gelombang
Schrödinger untuk atom hidrogen menghasilkan fungsi gelombang (ψ) atau orbital atom yang
menggambarkan keberadaan elektron dalam atom. Kuadrat dari fungsi gelombang, ψ2, memiliki
arti khusus yaitu besar probabilitas menemukan elektron dalam ruang dengan volum tertentu di
sekitar inti atom. Sebagaimana asas ketidakpastian Heisenberg, posisi elektron dalam atom tidak
dapat dipastikan, namun hanya dapat diketahui tempat di mana elektron paling mungkin
ditemukan.
Orbital dan Bilangan Kuantum
Setiap orbital atom memiliki satu set tiga bilangan kuantum yang unik, antara lain bilangan
kuantum utama (n), azimuth (atau momentum angular) (l), dan magnetik (ml). Ketiga bilangan
kuantum tersebut dapat mendeskripsikan tingkat energi orbital dan juga ukuran, bentuk, dan
orientasi dari distribusi probabilitas radial orbital atom. Lalu, terdapat bilangan yang keempat,
yakni bilangan kuantum spin (ms), yang memberikan informasi spin suatu elektron dalam sebuah
orbital. Setiap elektron dalam sebuah atom memiliki satu set empat bilangan kuantum yang unik,
yakni n, l, ml, dan ms.
Bilangan kuantum utama (n) mendeskripsikan ukuran dan tingkat energi orbital. Semakin besar
nilai n, maka semakin besar ukuran orbital dan semakin tinggi tingkat energinya. Nilai n yang
diperbolehkan adalah bilangan bulat positif (1, 2, 3, dan seterusnya).
Bilangan kuantum azimuth (l) mendeskripsikan bentuk orbital. Nilai l yang diperbolehkan adalah
bilangan bulat dari 0 hingga n − 1.
Bilangan kuantum magnetik (ml) mendeskripsikan orientasi orbital. Nilai ml yang diperbolehkan
adalah bilangan bulat dari −l hingga +l.
Bilangan kuantum spin (ms) mendeskripsikan arah spin elektron dalam orbital. Nilai ms yang
diperbolehkan adalah +½ atau −½.
Kombinasi bilangan kuantum n, l, dan ml yang mungkin pada 4 kulit elektron pertama dapat
dilihat pada tabel berikut:

Bentuk Orbital Atom


Orbital s
Orbital s adalah orbital dengan l = 0 berbentuk bola dengan inti atom pada bagian tengah. Oleh
karena bola hanya memiliki satu orientasi, semua orbital s hanya memiliki satu nilai ml, yaitu
ml = 0. Orbital 1s memiliki densitas (kerapatan) elektron tertinggi pada bagian inti atom dan
kemudian densitas semakin menurun perlahan-lahan setelah menjauh dari inti atom. Orbital 2s
memiliki dua daerah dengan densitas elektron tinggi. Di antara kedua daerah tersebut terdapat
simpul bola, di mana probabilitas menemukan elektron pada daerah tersebut menurun hingga nol
(ψ2 = 0). Pada orbital 3s, terdapat tiga daerah dengan densitas elektron tinggi dan dua simpul.
Pola bertambahnya simpul orbital s ini masih terus berlanjut dengan orbital 4s, 5s, dan
seterusnya.

Orbital p
Orbital p adalah orbital dengan l = 1 berbentuk seperti balon terpilin dengan dua cuping. Kedua
cuping terletak pada dua sisi inti atom yang saling bersebrangan. Inti atom terletak pada bidang
simpul orbital p, yakni di antara dua cuping yang masing-masing memiliki densitas elektron
tinggi. Orbital p memiliki tiga jenis orientasi ruang, px, py, dan pz, sebagaimana terdapat tiga
nilai ml yang mungkin, yaitu −1, 0, atau +1. Ketiga orbital p tersebut terletak saling tegak lurus
pada sumbu x, y, dan z koordinat Kartesius dengan bentuk, ukuran, dan energi yang sama.

Orbital d
Orbital d adalah orbital dengan l = 2. Orbital d memiliki lima jenis orientasi, sebagaimana
terdapat lima nilai ml yang mungkin, yaitu −2, −1, 0, +1, atau +2. Empat dari lima orbital d,
antara lain dxy, dxz dyz, dan dx2−y2, memiliki empat cuping seperti bentuk daun semanggi.
Orbital d kelima, dz2, memiliki dua cuping utama pada sumbu z dan satu bagian berbentuk donat
pada bagian tengah.

Orbital f
Orbital f adalah orbital dengan l = 3. Orbital f memiliki tujuh jenis orientasi, sebagaimana
terdapat tujuh nilai ml yang mungkin (2l + 1 = 7). Ketujuh orbital f memiliki bentuk yang
kompleks dengan beberapa cuping.

Konfigurasi Elektron
Setelah memahami hubungan keberadaan elektron dalam atom dengan orbital pada teori
atom mekanika kuantum, berikut akan dibahas konfigurasi elektron, yaitu penyusunan elektron-
elektron dalam orbital-orbital pada kulit-kulit atom multi elektron. Aturan-aturan dalam
penentuan konfigurasi elektron berdasarkan orbital, antara lain:
Asas Aufbau: Elektron menempati orbital-orbital dimulai dari tingkat energi yang terendah,
dimulai dari 1s, 2s, 2p, dan seterusnya seperti urutan subkulit yang terlihat pada gambar berikut.

Asas larangan Pauli: Tidak ada dua elektron dalam satu atom yang memiliki keempat bilangan
kuantum yang sama. Setiap orbital maksimum diisi oleh 2 elektron yang memiliki spin yang
berlawanan (ms = +½ dan ms = −½).
Kaidah Hund: Jika ada orbital dengan tingkat energi yang sama, konfigurasi elektron dengan
energi terendah adalah dengan jumlah elektron tak berpasangan dengan spin paralel yang paling
banyak.

Diagram orbital dan konfigurasi elektron berdasarkan orbital dari 10 unsur pertama
Berdasarkan eksperimen, terdapat anomali konfigurasi elektron dari aturan-aturan di atas.
Subkulit d memiliki kecenderungan untuk terisi setengah penuh atau terisi penuh. Contohnya,
konfigurasi elektron 24Cr: [Ar] 4s1 3d5 lebih stabil dibanding [Ar] 4s2 3d4; dan 29Cu: [Ar]
4s1 3d10 lebih stabil dibanding [Ar] 4s2 3d9.
Konfigurasi elektron untuk ion monoatomik (seperti Na+, K+, Ca2+, S2-, Br–) dapat ditentukan
dari konfigurasi elektron atom netralnya terlebih dahulu. Pada kation (ion bermuatan positif)
monoatomik Ax+ yang bermuatan x+, sebanyak x elektron dilepas (dikurangi) dari kulit elektron
terluar atom netral A. Pada anion (ion bermuatan negatif) monoatomik By− yang bermuatan y−,
sebanyak y elektron ditangkap (ditambahkan) pada orbital level energi terendah yang masih
belum penuh oleh elektron.
Contoh Soal Bilangan Kuantum
Tentukan konfigurasi elektron dan diagram elektron dari atom unsur dan ion monoatomik
berikut.
a. 27Co
b. 32Ge
c. 20Mg2+
d. 26Fe3+
e. 8O2−
Pembahasan:
a. 27Co: 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d7 atau [Ar] 4s2 3d7
b. 32Ge: 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d10 4p2 atau [Ar] 4s2 3d10 4p2

c. 20Mg: 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 atau [Ar] 4s2


20Mg2+:  1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 atau [Ar] (sebanyak 2 elektron dikurangi dari kulit terluar:
4s2−2)

d. 26Fe: 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d6 atau [Ar] 4s2 3d6


26Fe3+:  1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 3d5 atau [Ar] 3d5 (sebanyak 3 elektron dikurangi dari kulit
terluar: 4s2−2 3d6−1)

e. 8O: 1s2 2s2 2p4 atau [He] 2s2 2p4


8O2−:  1s2 2s2 2p6 atau [He] 2s2 2p6 atau [Ne] (sebanyak 2 elektron ditambahkan: 2s2 2p4+2)

KONFIGURASI ELEKTRON
Konfigurasi elektron adalah susunan penyebaran (pengisian) elektron-elektron dalam. Seperti
yang telah dibahas dalam bab Struktur Atom, di dalam atom terdapat partikel subatomik neutron
dan proton yang terdapat pada inti atom, dan elektron yang bergerak mengelilingi inti atom
tersebut pada kulit-kulit elektron (level-level energi) yang tertentu.
Lintasan peredaran elektron ini disebut juga kulit elektron. Kulit pertama yang terdekat dengan
inti atom disebut kulit K, kemudian kulit kedua disebut kulit L, kulit ketiga disebut kulit M, dan
seterusnya berurut berdasarkan alfabet sebagaimana kulit menjauhi inti atom. Kulit elektron ini
juga dapat dinyatakan dengan bilangan kuantum utama (n), dimulai dari 1 untuk kulit K, 2 untuk
kulit L, dan seterusnya.
Semakin besar nilai n, semakin jauh kulit elektron dari inti atom dan semakin
besar energi elektron yang beredar di kulit terkait. Elektron-elektron akan mengisi kulit-kulit
elektron pada atom dimulai dari kulit K yang merupakan level energi terendah. Setiap kulit
elektron hanya dapat terisi sejumlah tertentu elektron. Jumlah maksimum elektron yang dapat
terisi pada kulit elektron ke-n adalah 2n2. Namun, jumlah maksimum elektron pada kulit terluar
dari suatu atom adalah 8.
Gambar 1. Ilustrasi konfigurasi elektron atom Li, B, O, Ne, Na, dan K berdasarkan kulit elektron
(Sumber: Spencer, James N., Bodner, George M., & Rickard, Lyman H. 2011. Chemistry:
Structure and Dynamics (5th edition). New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.)

Untuk atom unsur golongan transisi, konfigurasi elektron nya tidak dapat ditentukan dengan
metode penentuan berdasarkan kulit elektron untuk atom unsur golongan utama seperti di atas.
Penentuan konfigurasi elektron atom unsur golongan transisi didasarkan pada orbital atom.
Setiap orbital dalam atom akan ditandai dengan satu set nilai bilangan kuantum utama (n),
bilangan kuantum azimuth (l), dan bilangan kuantum magnetik (m) yang khusus. Lalu, setiap
orbital maksimum terisi 2 elektron, yang masing-masing memiliki bilangan kuantum spin (s)
tersendiri. Keempat bilangan kuantum tersebut digunakan untuk men-‘deskripsi’-kan energi
elektron, sebagaimana seperti ‘alamat’ elektron dalam sebuah atom untuk menemukan
keberadaan elektron dalam atom tersebut.
Bilangan kuantum utama (n) mendeskripsikan ukuran dan tingkat energi orbital. Nilai n yang
diperbolehkan adalah bilangan bulat positif.
Bilangan kuantum azimuth (l) mendeskripsikan bentuk orbital. Nilai l yang diperbolehkan adalah
bilangan bulat dari 0 hingga n−1.
Bilangan kuantum magnetik (m) mendeskripsikan orientasi orbital. Nilai m yang diperbolehkan
adalah bilangan bulat dari −l hingga +l.
Bilangan kuantum spin (s) mendeskripsikan arah spin elektron dalam orbital. Nilai s yang
diperbolehkan adalah +½ atau−½.
Aturan penentuan konfigurasi elektron berdasarkan orbital:
1. Asas Aufbau: Elektron menempati orbital-orbital dimulai dari tingkat energi yang terendah,
dimulai dari 1s, 2s, 2p, dan seterusnya
 2. Asas larangan Pauli: Tidak ada dua elektron dalam satu atom yang memiliki keempat
bilangan kuantum yang sama. Setiap orbital maksimum diisi oleh 2 elektron yang memiliki spin
yang berlawanan.
3. Kaidah Hund: Jika ada orbital dengan tingkat energi yang sama, konfigurasi elektron dengan
energi terendah adalah dengan jumlah elektron tak berpasangan dengan spin paralel yang paling
banyak.
Contoh Soal Konfigurasi Elektron
Tentukan konfigurasi elektron dan jumlah elektron dalam setiap kulit elektron atom unsur
berikut.
a. Ni (Z = 28)                                                   b. Sr(Z = 38)
Jawab:
Ni (Z = 28) : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d8 atau [Ar] 4s2 3d8; K = 2 ; L = 8 ; M = 16 ; N = 2
Sr (Z = 38) : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d104p6 5s2atau [Kr] 5s2; K = 2 ; L = 8 ; M = 18 ; N = 8 ;
O=2
Berdasarkan eksperimen, terdapat anomali konfigurasi elektron dari aturan-aturan di atas.
Subkulit d memiliki tendensi untuk terisi setengah penuh atau terisi penuh. Contohnya, Cr (Z =
24) : [Ar] 4s1 3d5 lebih stabil dibanding [Ar] 4s2 3d4 ; dan juga Cu (Z = 29) : [Ar]
4s1 3d10 lebih stabil dibanding [Ar] 4s2 3d9.
Untuk ion monoatomik (seperti Na+, K+, Ca2+, S2-, Br–) dapat ditentukan dari konfigurasi
elektron atom netralnya terlebih dahulu. Pada kation (ion bermuatan positif) monoatomik
Ax+ yang bermuatan x+, sebanyak x elektron dilepas (dikurangi) dari kulit elektron terluar atom
netral A. Pada anion (ion bermuatan negatif) monoatomik By– yang bermuatan y-, sebanyak y
elektron ditangkap (ditambahkan) pada orbital level energi terendah yang masih belum penuh
oleh elektron.
ELEKTRON VALENSI
Elektron valensi adalah elektron dalam atom yang berperan dalam pembentukan ikatan kimia.
Pada unsur-unsur golongan utama (IA, IIA, IIIA, hingga VIIIA), elektron valensi adalah elektron
yang berada pada kulit elektron terluar. Oleh karena itu, kulit elektron terluar sering disebut
sebagai kulit valensi. Namun, perlu diperhatikan bahwa tidak semua elektron valensi hanya
berada pada kulit terluar. Elektron valensi unsur-unsur golongan transisi dapat berada pada kulit
elektron yang lebih dalam dari kulit terluar. Konfigurasi Elektron
Konfigurasi elektron merupakan susunan persebaran (distribusi) elektron-elektron dalam atom.
Elektron hanya dapat berada pada lintasan peredaran elektron tertentu dalam atom, bergantung
pada level energinya. Lintasan peredaran elektron ini disebut juga sebagai kulit elektron. Kulit
elektron pertama yang terdekat dengan inti atom disebut kulit K, kemudian kulit kedua disebut
kulit L, kulit ketiga disebut kulit M, dan seterusnya berurut berdasarkan alfabet.
Setiap kulit elektron hanya dapat terisi sejumlah tertentu elektron. Jumlah maksimum elektron
yang dapat terisi pada kulit elektron ke-n adalah 2n2, di mana n adalah nomor kulit atau bilangan
kuantum utama.
Kulit K (n = 1) maksimum terisi 2 × 12 = 2 elektron.
Kulit L (n = 2) maksimum terisi 2 × 22 = 8 elektron.
Kulit M (n = 3) maksimum terisi 2 × 32 = 18 elektron.
Kulit N (n = 4) maksimum terisi 2 × 42 = 32 elektron.
Kulit O (n = 5) maksimum terisi 2 × 52 = 50 elektron.
Elektron-elektron akan mengisi kulit-kulit elektron pada atom dimulai dari kulit pertama yang
terdekat dengan inti, yakni kulit K yang merupakan level energi yang terendah. Jika kulit K telah
terisi penuh dengan 2 elektron, selanjutnya elektron akan mengisi kulit L. Lalu jika kulit L telah
terisi penuh dengan 8 elektron, selanjutnya elektron akan mengisi kulit M, N, dan seterusnya
secara bertahap. Namun, jumlah maksimum elektron pada kulit terluar (kulit valensi) dari suatu
atom adalah 8.
Untuk atom unsur golongan utama, penentuan konfigurasi elektron berdasarkan nomor atom atau
jumlah elektronnya dapat mengikuti aturan sebagai berikut.
elektron-elektron akan mengisi penuh sebanyak mungkin kulit elektron;
bila masih ada elektron yang tersisa (tidak dapat mengisi kulit elektron hingga batas maksimum
kulit), terdapat ketentuan:
jika jumlah elektron tersisa > 32, kulit selanjutnya akan diisi oleh 32 elektron;
jika jumlah elektron tersisa < 32, kulit selanjutnya akan diisi oleh 18 elektron;
jika jumlah elektron tersisa < 18, kulit selanjutnya akan diisi oleh 8 elektron;
jika jumlah elektron tersisa ≤ 8, kulit selanjutnya akan diisi oleh semua sisa elektron yang ada.

Pada tabel tersebut terlihat konfigurasi elektron atom unsur-unsur transisi seperti Sc, Ti, Cr, Cu,
dan Zn. Bila diperhatikan, konfigurasi elektron untuk unsur Sc, Ti, dan Cr tidak mengikuti aturan
konfigurasi berdasarkan kulit elektron seperti yang telah dijelaskan di atas. Hal ini dikarenakan
penentuan konfigurasi elektron atom unsur golongan transisi hanya dapat didasarkan pada orbital
atom. Jadi, untuk atom unsur golongan transisi, aturan penentuan konfigurasi elektronnya lebih
kompleks.
Penentuan konfigurasi elektron berdasarkan orbital atom akan dibahas dalam bab “Bilangan
Kuantum”. Setiap orbital dalam atom akan ditandai dengan satu set nilai bilangan kuantum
utama (n), bilangan kuantum azimuth (l), dan bilangan kuantum magnetik (ml) yang khusus.
Lalu, setiap orbital maksimum terisi 2 elektron, yang masing-masing memiliki bilangan kuantum
spin (ms) tersendiri. Keempat bilangan kuantum tersebut digunakan untuk mendeskripsikan
energi elektron, sebagaimana seperti “alamat” elektron dalam sebuah atom untuk menemukan
probabilitas keberadaan elektron dalam atom tersebut.
Elektron Valensi dan Sistem Periodik Unsur
Sifat-sifat dari suatu unsur sangat bergantung pada konfigurasi elektronnya, terutama pada
jumlah elektron valensinya. Unsur-unsur dengan jumlah elektron valensi yang sama umumnya
memiliki kemiripan sifat. Oleh karena sistem periodik unsur disusun berdasarkan kenaikan
nomor atom dan kemiripan sifat, terdapat hubungan antara konfigurasi elektron atom unsur dan
letak unsur dalam sistem periodik, di mana:
nomor periode sama dengan jumlah kulit elektron
nomor golongan sama dengan jumlah elektron valensi (kecuali unsur He pada golongan VIIIA
dan unsur-unsur golongan transisi)
Contoh Soal Elektron Valensi dan Pembahasan
Tentukan konfigurasi elektron dari atom dan ion unsur-unsur berikut.
a. Ca (Z = 20)
b. Cs (Z = 55)
Jawab:
a. Ca (Z = 20) menunjukkan bahwa atom Ca memiliki 20 proton dan 20 elektron.
20 elektron atom Ca akan mengisi penuh kulit K (2 e−) dan kulit L (8 e−) sehingga tersisa 20 −
(2 + 8) = 10 elektron.
Karena jumlah elektron tersisa < 18, maka kulit selanjutnya, yakni kulit M, akan diisi oleh 8 e−.
Dengan demikian, tersisa 20 − (2 + 8 + 8) = 2 elektron.
Karena jumlah elektron tersisa ≤ 8, maka kulit selanjutnya, yakni kulit N, akan diisi oleh semua
elektron yang masih tersisa, yaitu sejumlah 2 elektron.
Jadi, konfigurasi elektron atom Ca adalah 20Ca :  2   8   8   2
b. Cs (Z = 55) menunjukkan bahwa atom Cs memiliki 55 proton dan 55 elektron.
55 elektron atom Cs akan mengisi penuh kulit K (2 e−), kulit L (8 e−), dan kulit M (18 e−)
sehingga tersisa 55 − (2 + 8 + 18) = 27 elektron.
Karena jumlah elektron tersisa < 32, maka kulit selanjutnya, yakni kulit N, akan diisi oleh 18 e−.
Dengan demikian, tersisa 20 − (2 + 8 + 18 + 18) = 9 elektron.
Karena jumlah elektron tersisa < 18, maka kulit selanjutnya, yakni kulit O, akan diisi oleh 8 e−.
Dengan demikian, tersisa 20 − (2 + 8 + 18 + 18 + 8) = 1 elektron.
Karena jumlah elektron tersisa ≤ 8, maka kulit selanjutnya, yakni kulit P, akan diisi oleh semua
elektron yang masih tersisa, yaitu sejumlah 1 elektron.
Jadi, konfigurasi elektron atom Cs adalah 55Cs :  2   8   18   18   8   1

Anda mungkin juga menyukai