Anda di halaman 1dari 39

PARTIKEL MATERI Bagian terkecil dari materi disebut partikel. Beberapa pendapat tentang partikel materi : 1.

Menurut Democritus, pembagian materi bersifat diskontinyu ( jika suatu materi dibagi dan terus dibagi maka akhirnya diperoleh partikel terkecil yang sudah tidak dapat dibagi lagi = disebut Atom ) 2. Menurut Plato dan Aristoteles, pembagian materi bersifat kontinyu ( pembagian dapat berlanjut tanpa batas ) Postulat Dasar dari Teori Atom Dalton : 1) Setiap materi terdiri atas partikel yang disebut atom 2) Unsur adalah materi yang terdiri atas sejenis atom 3) Atom suatu unsur adalah identik tetapi berbeda dengan atom unsur lain ( mempunyai massa yang berbeda ) 4) Senyawa adalah materi yang terdiri atas 2 atau lebih jenis atom dengan perbandingan tertentu 5) Atom tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan dan tidak dapat diubah menjadi atom lain melalui reaksi kimia biasa. Reaksi kimia hanyalah penataan ulang ( reorganisasi ) atom-atom yang terlibat dalam reaksi tersebut Kelemahan dari postulat teori Atom Dalton : 1) 2) 3) 4) Atom bukanlah sesuatu yang tak terbagi, melainkan terdiri dari partikel subatom Atom-atom dari unsur yang sama, dapat mempunyai massa yang berbeda ( disebut Isotop ) Atom dari suatu unsur dapat diubah menjadi atom unsur lain melalui Reaksi Nuklir Beberapa unsur tidak terdiri dari atom-atom melainkan molekul-molekul

PERKEMBANGAN TEORI ATOM 1). a) b) Model Atom Dalton Atom digambarkan sebagai bola pejal yang sangat kecil. Atom merupakan partikel terkecil yang tidak dapat dipecah lagi.

c) Atom suatu unsur sama memiliki sifat yang sama, sedangkan atom unsur berbeda, berlainan dalam massa dan sifatnya. d) Senyawa terbentuk jika atom bergabung satu sama lain.

e) Reaksi kimia hanyalah reorganisasi dari atom-atom, sehingga tidak ada atom yang berubah akibat reaksi kimia. Teori atom Dalton ditunjang oleh 2 hukum alam yaitu : 1. Hukum Kekekalan Massa ( hukum Lavoisier ) : massa zat sebelum dan sesudah reaksi adalah sama. 2. Hukum Perbandingan Tetap ( hukum Proust ) : perbandingan massa unsurunsur yang menyusun suatu zat adalah tetap. Kelemahan Model Atom Dalton : 1) Tidak dapat menjelaskan perbedaan antara atom unsur yang satu dengan unsur yang lain 2) 3) Tidak dapat menjelaskan sifat listrik dari materi Tidak dapat menjelaskan cara atom-atom saling berikatan

4) Menurut teori atom Dalton nomor 5, tidak ada atom yang berubah akibat reaksi kimia. Kini ternyata dengan reaksi kimia nuklir, suatu atom dapat berubah menjadi atom lain. 2). Model Atom Thomson Setelah ditemukannya elektron oleh J.J Thomson, disusunlah model atom Thomson yang merupakan penyempurnaan dari model atom Dalton. Menurut Thomson : a) Atom terdiri dari materi bermuatan positif dan di dalamnya tersebar elektron (bagaikan kismis dalam roti kismis) b) Atom bersifat netral, yaitu muatan positif dan muatan negatif jumlahnya sama

3). Model Atom Rutherford a) Rutherford menemukan bukti bahwa dalam atom terdapat inti atom yang bermuatan positif, berukuran lebih kecil daripada ukuran atom tetapi massa atom hampir seluruhnya berasal dari massa intinya. b) Atom terdiri dari inti atom yang bermuatan positif dan berada pada pusat atom serta elektron bergerak melintasi inti (seperti planet dalam tata surya). c) d) Atom bersifat netral. Jari-jari inti atom dan jari-jari atom sudah dapat ditentukan.

Kelemahan Model Atom Rutherford : Ketidakmampuan untuk menjelaskan mengapa elektron tidak jatuh ke inti atom akibat gaya tarik elektrostatis inti terhadap elektron.

Menurut teori Maxwell, jika elektron sebagai partikel bermuatan mengitari inti yang memiliki muatan yang berlawanan maka lintasannya akan berbentuk spiral dan akan kehilangan tenaga/energi dalam bentuk radiasi sehingga akhirnya jatuh ke inti. 4). Model Atom Niels Bohr Model atomnya didasarkan pada teori kuantum untuk menjelaskan spektrum gas hidrogen.

Menurut Bohr, spektrum garis menunjukkan bahwa elektron hanya menempati tingkattingkat energi tertentu dalam atom. Menurutnya : a) Atom terdiri dari inti yang bermuatan positif dan di sekitarnya beredar elektron-elektron yang bermuatan negatif. b) Elektron beredar mengelilingi inti atom pada orbit tertentu yang dikenal sebagai keadaan gerakan yang stasioner (tetap) yang selanjutnya disebut dengan tingkat energi utama (kulit elektron) yang dinyatakan dengan bilangan kuantum utama (n). c) Selama elektron berada dalam lintasan stasioner, energinya akan tetap sehingga tidak ada cahaya yang dipancarkan. d) Elektron hanya dapat berpindah dari lintasan stasioner yang lebih rendah ke lintasan

stasioner yang lebih tinggi jika menyerap energi. Sebaliknya, jika elektron berpindah dari lintasan stasioner yang lebih tinggi ke rendah terjadi pelepasan energi. e) Pada keadaan normal (tanpa pengaruh luar), elektron menempati tingkat energi terendah (disebut tingkat dasar = ground state) Kelemahan Model Atom Niels Bohr : 1. Hanya dapat menerangkan spektrum dari atom atau ion yang mengandung satu elektron dan tidak sesuai dengan spektrum atom atau ion yang berelektron banyak. 2. Tidak mampu menerangkan bahwa atom dapat membentuk molekul melalui ikatan kimia

5). Model Atom Modern Dikembangkan berdasarkan teori mekanika kuantum yang disebut mekanika gelombang; diprakarsai oleh 3 ahli : a) Louis Victor de Broglie Menyatakan bahwa materi mempunyai dualisme sifat yaitu sebagai materi dan sebagaigelombang. b) Werner Heisenberg

Mengemukakan prinsip ketidakpastian untuk materi yang bersifat sebagai partikel dan gelombang. Jarak atau letak elektron-elektron yang mengelilingi inti hanya dapat ditentukan dengan kemungkinan kemungkinan saja. c) Erwin Schrodinger (menyempurnakan model Atom Bohr) Berhasil menyusun persamaan gelombang untuk elektron dengan menggunakan prinsip mekanika gelombang. Elektron-elektron yang mengelilingi inti terdapat di dalam suatu orbitalyaitu daerah 3 dimensi di sekitar inti dimana elektron dengan energi tertentu dapat ditemukan dengan kemungkinan terbesar. Model atom Modern : a) Atom terdiri dari inti atom yang mengandung proton dan neutron sedangkan elektronelektron bergerak mengitari inti atom dan berada pada orbital-orbital tertentu yang membentuk kulit atom. b) Orbital yaitu daerah 3 dimensi di sekitar inti dimana elektron dengan energi tertentu dapat ditemukan dengan kemungkinan terbesar. c) Kedudukan elektron pada orbital-orbitalnya dinyatakan dengan bilangan kuantum.

Orbital digambarkan sebagai awan elektron yaitu : bentuk-bentuk ruang dimana suatu elektron kemungkinan ditemukan. Semakin rapat awan elektron maka semakin besar kemungkinan elektron ditemukan dan sebaliknya. Nukleus Nukleus berada di tengah atom; ia mengandung proton dan neutron. Kumpulan proton dan neutron disebut juga nukleon. Pada hakekatnya, seluruh massa atom berpusat di nukleus, karena massa elektron sangat kecil. Memahami jumlah proton dan neutron Jumlah proton = NOMOR ATOM dari atom Nomor atom sering disebut juga nomor proton. Jumlah proton + Jumlah neutron = NOMOR MASSA dari atom Nomor massa disebut juga nomor nukleon. Nomor atom merupakan jumlah proton (9) dan nomor massa merupakan jumlah proton + neutron (19). Jika atom terdiri dari 9 proton, maka akan ada 10 neutron sehingga total keseluruhannya 19. Nomor atom menandakan posisi dari suatu elemen pada tabel periodik dan karenanya jumlah proton memberitahukan elemen apa yang kita maksudkan. Jadi, jika atom memiliki 8 proton (nomor atom = 8), ini pasti oksigen. Jika atom memiliki 12 proton (nomor atom= 12), ini pasti magnesium. Begitu juga, setiap atom klor (nomor atom = 17) memiiki 17 proton, dan setiap atom uranium (nomor atom = 92) memiliki 92 proton.

Isotop Banyaknya neutron di dalam sebuah atom bisa bervariasi dalam skala kecil. Sebagai contoh, ada tiga variasi atom 12C, 13C, 14C. Mereka seluruhnya memiliki jumlah proton yang sama, tetapi jumlah neutronnya berbeda. proton neutron nomor massa Karbon-12 6 6 12 Karbon-13 6 7 13 Karbon-14 6 8 14 Atom-atom ini disebut isotop, yaitu atom-atom yang memiliki nomor atom yang sama tetapi nomor massa yang berbeda. Mereka memiliki jumlah proton yang sama tetapi jumlah neutron yang berbeda. Variasi jumlah neutron tidak mengubah reaksi kimia dari karbon. Elektron Memahami jumlah elektron Atom bermuatan netral. Ke-positif-an proton diseimbangkan dengan ke-negatif-an elektron. Hal ini menunjukkan bahwa di dalam atom netral : banyaknya elektron = banyaknya proton Jadi, jika sebuah atom oksigen (nomor atom = memiliki 8 proton, ia pasti memiliki 8 elektron; jika atom klor (nomor atom=17) memiliki 17 proton, ia pasti memiliki 17 elektron. Susunan dari elektron-elektron Elektron-elektron berada pada jarak tertentu dari nukleus di dalam suatu rangkaian level yang disebut dengan level energi. Tiap level energi hanya dapat diisi elektron dalam jumlah tertentu. Level energi pertama (terdekat dengan nukleus) terdiri dari 2 elekton, level kedua 8, dan level ketiga juga akan penuh ketika terisi 8 elektron. Level-level ini berada dalam jarak yang cukup jauh dari nukleus. Elektron-elektron akan selalu berada pada level energi serendah mungkin selama level tersebut belum terisi penuh. Memahami susunan dari sebuah atom * Lihatlah nomor atom dari tabel periodik. Yakinkan Anda memilih nomor yang benar di antara dua nomor yang diterakan. Nomor atom selalu lebih kecil dari nomor massa. * Nomor atom merupakan jumlah proton, dan karenanya nomor atom memberitahukan kita juga jumlah elektron. * Susunlah elektron-elektron dalam level-level energi, selalu isi level terdalam sebelum mengisi level luar. contoh. mencari susunan dari atom klor * Tabel periodik memberikan kita nomor atom 17 * Oleh karenanya atom klor terdiri dari 17 proton dan 17 elektron * Susunan dari elektron-elektron tersebut adalah 2,8,7 ( 2 di level pertama, 8 di level kedua, dan 7 di level ketiga )

Susunan dari 20 elemen pertama

Setelah 20 elemen pertama ini kita akan memasuki elemen transisi tabel periodik. Dua hal penting yang perlu diperhatikan Jika kita melihat susunan dalam tabel periodik: * Jumlah elektron pada tingkat terluar (atau kulit terluar) sama dengan nomor golongan. (Kecuali helium yang hanya memiliki 2 elektron. Gas Mulia biasa disebut dengan golongan O bukan golongan 8). Hal ini berlaku di seluruh golongan elemen pada tabel periodik (kecuali elemenelemen transisi). Jadi, jika kita mengetahui bahwa barium terletak pada golongan 2, berarti ia memiliki 2 elektron pada tingkat terluar; yodium merupakan golongan 7 yang berarti ia memiliki 7 elektron pada tingkat terluar. * Gas mulia memiliki elektron penuh pada tingkat terluar. Struktur dan diagram elektron Dalam kimia dasar kita akan menemukan struktur elektronik dari hidrogen dan karbon, seperti gambar di bawah ini :

Lingkaran-lingkaran tersebut menggambarkan tingkat energi yang sama dengan peningkatan jarak dari nukleus. Kita dapat membentangkan lingkaran tersebut dan menggambar struktur elektron tersebut dalam diagram elektron yang lebih sederhana. Sebagai contoh, karbon dapat digambar sebagai berikut ini :

Partikel Dasar Penyusun Atom Massa Muatan Relatif thd Relatif thd Sesungguhnya Sesungguhnya proton proton -24 -19 Proton p 1,67 x 10 g 1 sma 1,6 x 10 C +1 -24 Neutron n 1,67 x 10 g 1 sma 0 0 -28 -19 Elektron e 9,11 x 10 g sma -1,6 x 10 C -1 Catatan : massa partikel dasar dinyatakan dalam satuan massa atom ( sma ). 1 sma = 1,66 x 10-24 gram NOMOR ATOM Menyatakan jumlah proton dalam atom. Untuk atom netral, jumlah proton = jumlah elektron (nomor atom juga menyatakan jumlah elektron). Diberi simbol huruf Z Atom yang melepaskan elektron berubah menjadi ion positif, sebaliknya yang menerima elektron berubah menjadi ion negatif. Contoh : 19K NOMOR MASSA Menunjukkan jumlah proton dan neutron dalam inti atom. Proton dan neutron sebagai partikel penyusun inti atom disebut Nukleon. Jumlah nukleon dalam atom suatu unsur dinyatakan sebagai Nomor Massa (diberi lambang huruf A), sehingga : A = nomor massa = jumlah proton ( p ) + jumlah neutron ( n ) A = p+n=Z+n v Penulisan atom tunggal dilengkapi dengan nomor atom di sebelah kiri bawah dan nomor massa di sebelah kiri atas dari lambang atom tersebut. Notasi semacam ini disebut dengan Nuklida. A ZX Keterangan : X = lambang atom A = nomor massa Z = nomor atom Partikel Notasi

SUSUNAN ION Suatu atom dapat kehilangan/melepaskan elektron atau mendapat/menerima elektron tambahan. Atom yang kehilangan/melepaskan elektron, akan menjadi ion positif (kation).

Atom yang mendapat/menerima elektron, akan menjadi ion negatif (anion). Dalam suatu Ion, yang berubah hanyalah jumlah elektron saja, sedangkan jumlah proton dan neutronnya tetap. Contoh : Spesi Proton Elektron Neutron Atom Na 11 11 12 Ion 11 10 12 Ion 11 12 12 Rumus umum untuk menghitung jumlah proton, neutron dan elektron : 1). Untuk nuklida atom netral : A p = Z ; e = Z ; n = (A-Z) ZX : 2). Untuk nuklida kation : A y+ ZX : p = Z ; e = Z (+y) ; n = (A-Z) 3). Untuk nuklida anion : A yZX : p = Z ; e = Z (-y) ; n = (A-Z) KONFIGURASI ELEKTRON Persebaran elektron dalam kulit-kulit atomnya disebut konfigurasi. Kulit atom yang pertama (yang paling dekat dengan inti) diberi lambang K, kulit ke-2 diberi lambang L dst. Jumlah maksimum elektron pada setiap kulit memenuhi rumus 2n2 (n = nomor kulit). Contoh : Kulit K (n = 1) maksimum 2 x 12 = 2 elektron Kulit L (n = 2) maksimum 2 x 22 = 8 elektron Kulit M (n = 3) maksimum 2 x 32 = 18 elektron Kulit N (n = 4) maksimum 2 x 42 = 32 elektron Kulit O (n = 5) maksimum 2 x 52 = 50 elektron Catatan : Meskipun kulit O, P dan Q dapat menampung lebih dari 32 elektron, namun kenyataannya kulitkulit tersebut belum pernah terisi penuh. Langkah-Langkah Penulisan Konfigurasi Elektron : 1. Kulit-kulit diisi mulai dari kulit K, kemudian L dst. 2. Khusus untuk golongan utama (golongan A) : Jumlah kulit = nomor periode Jumlah elektron valensi = nomor golongan 3. Jumlah maksimum elektron pada kulit terluar (elektron valensi) adalah 8. o Elektron valensi berperan pada pembentukan ikatan antar atom dalam membentuk suatu senyawa. o Sifat kimia suatu unsur ditentukan juga oleh elektron valensinya. Oleh karena itu, unsurunsur yang memiliki elektron valensi sama, akan memiliki sifat kimia yang mirip.

4. Untuk unsur golongan utama ( golongan A ), konfigurasi elektronnya dapat ditentukan sebagai berikut : a) Sebanyak mungkin kulit diisi penuh dengan elektron. b) Tentukan jumlah elektron yang tersisa. Jika jumlah elektron yang tersisa > 32, kulit berikutnya diisi dengan 32 elektron. Jika jumlah elektron yang tersisa < 32, kulit berikutnya diisi dengan 18 elektron. Jika jumlah elektron yang tersisa < 18, kulit berikutnya diisi dengan 8 elektron. Jika jumlah elektron yang tersisa < 8, semua elektron diisikan pada kulit berikutnya. Contoh : Unsur Nomor Atom K L M N O He 2 2 Li 3 2 1 Ar 18 2 8 8 Ca 20 2 8 8 2 Sr 38 2 8 18 8 2 Catatan : Konfigurasi elektron untuk unsur-unsur golongan B (golongan transisi) sedikit berbeda dari golongan A (golongan utama). Elektron tambahan tidak mengisi kulit terluar, tetapi mengisi kulit ke-2 terluar; sedemikian sehingga kulit ke-2 terluar itu berisi 18 elektron. Contoh : Unsur Nomor Atom K L M N Sc 21 2 8 9 2 Ti 22 2 8 10 2 Mn 25 2 8 13 2 Zn 30 2 8 18 2 Konfigurasi Elektron Beberapa Unsur Golongan A ( Utama ) dan Golongan B ( Transisi ) Nomor Atom ( Z Periode K L M N O P Q ) 1 12 12 2 3 10 2 18 3 11 18 2 8 18 4 19 20 2 8 8 12 21 30 *** 2 8 9 18 2 31 36 2 8 18 38 5 37 38 2 8 18 8 12 39 48 *** 2 8 18 9 18 2 49 54 2 8 18 18 38 6 55 56 2 8 18 18 8 12

57 80 *** 81 86 87 88

2 2 2

8 8 8

18 18 18

18 32 9 18 32 18 32 18

2 38 8

12

Keterangan : Tanda ( *** ) = termasuk Golongan B ( Transisi )

Tabel Periodik
Satu prestasi intelektual yang terbesar dalam kimia adalah tabel periodik unsur. Tabel periodik dapat dicetak dalam satu lembar kertas, tetapi apa yang terkandung di dalamnya dan apa yang dapat diberikan kepada kita sangat banyak dan tidak ternilai. Tabel ini adalah hasil jerih payah tak kenal lelah, yang berawal dari zaman Yunani, untuk mengetahui sifat materi sebenarnya. Sem ini dapat dikatakan kitab sucinya kimia. Nilai sistem periodik bukan hanya pada organisasi informasi yang telah diketahui, tetapi juga kemampuannya memprediksi sifat yang belum diketahui. Keampuhan sesungguhnya tabel periodik terletak di sini.

a. Usulan-usulan sebelum Mendeleev


Konsep unsur merupakan konsep yang sangat tua, sejak jaman Yunani, Menurut filsuf Yunani, materi dibentuk atas empat unsur: tanah, air, api dan udara. Pandangan ini perlahan ditinggalkan, dan akhirnya di abad 17 definisi unsur yang diberikan oleh kimiawan Inggris Robert Boyle (16271691) menggantikan definisi lama tadi. Boyle menyatakan bahwa unsur adalah zat yang tidak dapat diuraikan menjadi zat yang lebih sederhana. Lavoisier mengusulkan daftar unsur dalam bukunya Traite Elementire de Chemie. Walaupun ia memasukkan cahaya dan panas dalam daftarnya, anggota lain daftar adalah apa yang kita sebut sebagai unsur sampai saat ini. Selain itu, ia menambahkan pada daftar unsur-unsur yang belum dideteksi tetapi ia yakini keberadaannya. Misalnya, khlorin pada waktu itu belum diisolasi, tetapi ia menambahkannya pada tabel sebagai radikal dari asam muriatik. Demikian juga, natrium dan kalium ada juga dalam tabel. Di awal abad 19, unsur-unsur ini diisolasi dengan elektrolisis, dan daftar unsur perlahan diperluas. Di pertengahan abad 19, analisis spektroskopi, metoda bari mendeteksi unsur dikenalkan dan mempercepat pertambahan daftar ini. Walaupun disambut gembira oleh kimiawan, masalahmasalh baru muncul. Salah satu pertanyaan adalah Apakah jumlah unsur terbatas? dan pertanyaan lain adalah Apakah sifat unsur-unsur diharapkan akan mempunyai keteraturan tertentu? Penemuan unsu-unsur baru mengkatalisi diskusi-diskusi semacam ini. Ketika iodin ditemukan di tahun 1826, kimiawan Jerman Johann Wolfgang Dbereiner (1780-1849) mencatat kemiripan antara unsur ini dengan unsur yang telah dikenal khlorin dan bromin. Ia juga mendeteksi trio unsur mirip lain. Inilah yang dikenal dengan teori triade Dbereiner.

Tabel 5.1 Triade Dbereiner

litium (Li) Natrium (Na) kalium (K)

kalsium (Ca) stronsium (Sr) barium (Ba)

Khlorin (Cl) Bromin (Br) iodin (I)

sulfur (S) selenium (Se) telurium (Te)

mangan (Mn) khromium (Cr) Besi (Fe)

b. Prediksi Mendeleev dan kebenarannya


Banyak ide pengelompokan unsur yang lain yang diajukan tetapi tidak memuaskan masyarakat ilmiah waktu itu. Namun, teori yang diusulkan oleh kimiawan Rusia Dmitrij Ivanovich Mendeleev (1834-1907), dan secara independen oleh kimiawan Jerman Julius Lothar Meyer (1830-1895) berbeda dengan usulan-usulan lain dan lebih persuasif. Keduanya mempunyai pandangan sama sebagai berikut: Pandangan Mendeleev dan Meyer 1. Daftar unsur yang ada waktu itu mungkin belum lengkap. 2. Diharapkan sifat unsur bervariasi secara sistematik. Jadi sifat unsur yang belum diketahui dapat diprediksi. Awalnya teori Mendeleev gagal menarik perhatian. Namun, di tahun 1875, ditunjukkan bahwa unsur baru galium ditemukan oleh kimiawan Perancis Paul Emile Lecoq de Boisbaudran (18381912) ternyata bukan lain adalah eka-aluminum yang keberadaan dan sifatnya telah diprediksikan oleh Mendeleev. Jadi, signifikansi teori Mendeleev dan Meyer secara perlahan diterima. Tabel 5.2 memberikan sifat yang diprediksi oleh Mendeleev untuk unsur yang saat itu belum diketahui ekasilikon dan sifat germanium yang ditemukan oleh kimiawan Jerman Clemens Alexander Winkler (1838-1904). Tabel 5.2 Prediksi sifat unsu eka-silikon oleh Mendeleev dan perbandingannya dengan sifat yang kemudian ditemukan. Sifat Massa atom relatif Rapat massa Volume atom Valensi Kalor jenis Rapat jenis dioksida 72 5,5 13 4 0,073 4,7 eka-silicon 72,32 5,47 13,22 4 0,076 4,703 germanium

86 Titik didih tetrakhlorida <100 (C) Mendeleev mempublikasikan tabel yang dapat dianggap sebagai asal mula tabel periodik modern. Dalam menyiapkan tabelnya, Mendeleev awalnya menyusun unsur berdasarkan urutan

massa atomnya, sebagaimana pendahulunya. Namun, ia menyatakan keperiodikan sifat, dan kadang menyusun ulang unsur-unsur, yang berakibat membalikkan urutan massa atom. Lebih lanjut, situasinya diperumit sebab prosedur menentukan massa atom belum distandarkan, dan kadang kimiawan mungkin menggunakan massa atom yang berbeda untuk unsur yang sama. Dilema ini secara perlahan diatasi setelah International Chemical Congress (Kongres ini diadakan di tahun 1860 di Karlsruhe, Jerman. Tujuan kongres ini untuk mendiskusikan masalah penyatuan massa atom. Dalam kesempatan ini Cannizzaro mengenalkan teori Avogadro.) pertama yang dihadiri oleh Mendeleev, namun kesukaran-kesukaran tetap ada.

c. Tabel Periodik dan konfigurasi elektron


Tabel periodik secara terus menerus bertambah unsurnya setelah tabel periodik diusulkan Mendeleev. Sementara, muncul berbagai masalah. Salah satu masalah penting adalah bagaimana menangani gas mulia, unsur transisi dan unsur tanah jarang. Semua masalah ini dengan baik diselesaikan dan membuat tabel periodik lebih bernilai. Tabel periodik, kitab suci kimia, harus dirujuk secara rutin. Golongan baru gas mulia dengan mudah disisipkan di antara unsur positif yang sangat reaktif, logam alkali (golongan 1) dan unsur negatif yang sangat reaktif, halogen (golongan 7). Unsur logam transisi diakomodasi dalam tabel periodik dengan menyisipkan periode panjang walaupun rasionalnya tidak terlalu jelas. Masalah yang nyata adalah lantanoid. Lantanoid ditangani sebagai unsur ekstra dan ditempatkan secara marjinal di luar bagian utama tabel periodik. Namun, sebenarnya prosedur ini tidak menyelesaikan masalah utama. Pertama, mengapa unsur ekstra ini ada tidak jelas, bahkan lebih menjadi teka-teki adalah pertanyaan: apakah ada batas jumlah unsur dalam tabel periodik? Karena ada unsur-unsur yang sangat mirip, sangat sukar untuk memutuskan berapa banyak unsur dapat ada di alam. Teori Bohr dan percobaan Moseley menghasilkan penyelesaian teoritik masalah-masalah ini. Penjelasan tabel periodik dari periode pertama sampai periode ketiga dapat dijelaskan dengan teori konfigurasi elektron yang dipaparkan di bab 4. Periode pertama (1H dan 2He) berkaitan dengan proses memasuki orbital 1s. Demikian juga periode kedua (dari 3Li sampai 10Ne) berkaitan dengan pengisian orbital 1s, 2s dan 2p, dan periode ke-3 (dari 11Na sampai 18Ar) berkaitan dengan pengisian orbital 1s, 2s, 2p, 3s dan 3p. Periode panjang dimulai periode ke-4. Penjelasan atas hal ini adalah karena bentuk orbital d yang berbeda drastis dari lingkaran, dan jadi energi elektron 3d bahkan lebih tinggi dari 4s. Akibatnya, dalam periode ke-4, elektron akan mengisi orbital 4s (19K dan 20Ca) segera setelah pengisian orbital 3s dan 3p, melompati orbital 3d. Kemudian elektron mulai menempati orbital 3d. Proses ini berkaitan dengan sepuluh unsur dari 21Sc sampai 30Zn. Proses pengisian orbital 4p selanjutnya berkaitan dengan enam unsur dari 31Ga sampai 36Kr. Inilah alasan mengapa periode ke-4 mengandung 18 unsur bukan 8. Energi elektron orbital 4f jauh lebih tinggi dari orbital 4d dan dengan demikian elektron 4f tidak memainkan peran pada unsur periode ke-4. Periode ke-5 mirip dengan periode ke-4. Elektron akan mengisi orbital 5s, 4d dan 5p dalam urutan ini. Akibatnya periode ke-5 akan memiliki 18 unsur. Orbital 4f belum terlibat dan inilah yang merupakan alasan mengapa jumlah unsur di periode 5 adalah 18.

Jumlah unsur yang dimasukkan dalam periode ke-6 berjumlah 32 sebab terlibat 72 = 14 unsur yang berkaitan dengan pengisian orbital 4f. Awalnya elektron mengisi orbital 6s (55Cs dan 56Ba). Walaupun ada bebrapa kekecualian, unsur dari 57La sampai 80Hg berkaitan dengan pengisian orbital 4f dan kemudian 5d. Deret lantanoid (sampai 71Lu) unsur tanah jarang berkaitan dengan pengisian orbital 4f. Setelah proses ini, enam unsur golongan utama (81Tl sampai 86Rn) mengikuti, hal ini berkaitan dengan pengisian orbital 6p. Periode ke-7 mulai dengan pengisian orbital 7s (87Fr dan 88Ra) diikuti dengan pengisian orbital 5f menghasilkan deret aktinoid unsur tanah jarang (dari 89Ac sampai unsur no 103). Dunia unsur akan meluas lebih lanjut, tetapi di antara unsur-unsur yang ada alami, unsur dengan nomor atom terbesar adalah 92U. Unsur setelah 92U adalah unsur-unsur buatan dengan waktu paruh yang sangat pendek. Sukar untuk meramalkan perpanjangan daftar unsur semacam ini, tetapi sangat mungkin unsur baru akan sangat pendek waktu paruhnya. Di Tabel 5.5, dirangkumkan hubungan antara tabel periodik dan konfigurasi elektron. Tabel 5.5 Konfigurasi elektron tiap perioda. period 1 (pendek) 2 (pendek) 3 (pendek) 4 (panjang) 5 (panjang) 6 (panjang) Contoh Soal orbital yang diisi 1s 2s, 2p 3s, 3p 3d, 4s, 4p 4d, 5s, 5p 4f, 5d, 6s, 6p jumlah unsur 2 2+6=8 2+6=8 2 + 6 + 10 = 18 2 + 6 + 10 = 18 2 + 6 + 10 + 14 = 32

5.1 Konfigurasi elektron lawrensium. Konfigurasi elektron 89Ac adalah 86Rn.6d17s2. Tuliskan konfigurasi elektron lawrensium 103Lr. Jawab: Lawrensium memiliki 14 elektron lebih banyak dari aktinium. Karena elektron akan mengisi orbital 5f, konfigurasi elektronnya 103Lr adalah 86Rn. 5f146d17s2.

Sebagaimana dipaparkan sebelumnhya, hukumMoseley menyatakan bahwa ada hubungan antara panjang gelombang sinar-X karakteristik unsur dan muatan listrik intinya Z (yakni, nomor atom): 1/ = c(Z s)2 (2.11) Berkat hukum Moseley, unsur-unsur kini dapat disebut dengan menyebut nomor atomnya. Kini kita dapat dengan tepat mengetahui jumlah unsur di alam.

Teori ikatan kimia sebelum abad 20


a. Afinitas kimia Teori atom adalah premis untuk konsep ikatan kimia. Namun, teori afinitas lebih disukai kimiawan abad 18 mungkin dapat dianggap sebagai asal teori ikatan kimia modern, walaupun afinitas kimia merupakan teori reaksi kimia. Dasar teori afinitas adalah konsep like attract like, sesama manarik sesama. Kimiawan Perancis tienne Franois Geoffroy (1672-1731) membuat tabel dengan enambelas jenis zat didaftarkan dalam urutan afinitasnya pada zat lain (Gambar 3.1). Karya ini memiliki signifikansi historis karena orang dapat memprediksi hasil reaksi dengan bantuan Gambar 3.1.

Sekitar pertengahan abad 19, kimiawan mencari cara untuk mengukur afinitas kimia dengan kuantititatif. Kimiawan Denmark Hans Peter Jargen Julius Thomsen (1826-1909) dan kimiawan Pernacis Pierre Eugene Marcelin Berthelot (1827-1907) menggunakan kalor yang dihasilkan dalam reaksi sebagai ukuran afinitas kimia. Namun, ada beberapa reaksi yang endoterm, walaupun sebagian besar reaksi eksoterm. Kemudian menjadi jelas, tidak ada hubungan yang sederhana antara kalor yang dihasilkan dalam reaksi dan afinitas kimia. b. Dualisme Elektrokimia Dualisme elektrokimia adalah teori ikatan kimia rasional yang pertama, dan teori ini diusulkan oleh Davy, Berzelius dkk di pertengahan pertama abad 19. Dasar teori Berzelius adalah sebagai

berikut: atom berbagai unsur bermuatan positif atau negatif dalam jumlah yang berbeda, dan muatan ini adalah gaya dorong pembentukan zat. Misalnya, tembaga bermuatan listrik positif dan oksigen bermuatan negatif. Tembaga oksida terbentuk dengan kombinasi kedua unsur tersebut masih sedikit positif. Hal ini yang menyebabkan umumnya oksida logam yang agak positif dan air yang agak negatif bereaksi satu sama lain menghasilkan hidroksida. Penemuan bahwa elektrolisis oksida logam alkali menghasilkan logam dan oksigen dengan baik dijelaskan dengan dualisme elektrokimia. Namun, ditemukan beberapa kasus yang tidak cocok dengan teori ini. Menurut aksioma Berzelius, atom hidrogen bermuatan positif dan atom khlorin bersifat negatif. Menurut teori Berzelius, walaupun asam asetat, CH3COOH, bersifat asam, asam trikhloroasetat, CCl3COOH, seharusnya basa. Berzelius percaya b ahwa muatan listrik adalah asal usul keasaman dan kebasaan. Karena penukaran hidrogen dengan khlorin, yang muatannya berlawanan, akan membentuk basa. Faktanya asam trikhloroasetat asam, bahkan lebih asam dari asam asetat Dualisme elektrokimia dengan demikian perlahan ditinggalkan. Teori Valensi Di paruh akhir abad 19, teori yang lebih praktis diusulkan dari bidang kimia organik. Banyak senyawa organik yang telah disintesis sebelum masa itu, dan strukturnya telah ditentukan dengan analisis kimia. Karena dijumpai banyak senyawa yang secara kimia mirip (misalnya, dalam nomenklatur saat ini sifat-sifat deret asam karboksilat), kimiawan mengusulkan beberapa teori untuk mengklasifikasikan dan mengurutkan kemiripan sifat ini. Menurut salah satu teori, satu radikal (misalnya radikal benzoil, C7H5O-) yang terdiri dari beberapa atom dianggap ekuivalen dengan satu atom dalam senyawa anorganik (Tabel 3.1). Teori lain menjelaskan bahwa kemampuan ikatan (afinitas kimia) atom tertentu yang terikat sejumlah tertentu atom lain. Table 3.1 Beberapa contoh senyawa dengan radikal benzoil Rumus saat itu C7H5OH C7H5OOH Rumus modern C6H5CHO C6H5COOH Nama Benzaldehida Asam benzoat

benzoil khlorida C7H5OCl C6H5COCl Kimiawan Jerman Stradouity Friedrich August Kekul (1829-1896) dan kimiawan Inggris Archibald Scott Couper (1831-1892) mengelaborasikan teori kedua menjadi teori valensi. Kekul menganggap bahwa satu atom karbon memiliki empat satuan afinitas (dalam terminologi modern, valensi) dan menggunakan satuan afinitas ini dengan empat atom hidrogen membentuk CH4 atau berkombinasi dengan dua atom oksigen membentuk CO2. Ia juga menyarankan kemungkinan atom karbon dapat berkombinasi dengan atom karbon lain, menggunakan satu dari empat valensinya, dan setiap atom karbon dapat berkombinasi dengan atom lain termasuk atom karbon, dengan menggunakan tiga valensi sisanya. Kekul mengusulkan metoda menggambarkan molekul (yang disebut dengan sosis Kekul) seperti di gambar 3.2. Pada tahap ini, valensi hanya sejenis indeks yang mengindikasikan rasio atom yang menyusun molekul.

Metana CH4 etana CH3CH3 asam asetat CH3COOH Gambar 3.2 Struktur molekul yang diusulkan oleh Kekul. Pada tahap ini konsep ikatan kimia yang menghubungkan atom belum jelas. Couper memformulasikan teorinya dengan cara yang mirip, tetapi ia mendahului Kekul dalam menggunakan istilah ikatan yang digunakan seperti saat ini untuk menyatakan ikatan atom atom. Konsep fundamental dalam kimia organik modern, yakni rantai atom karbon, secara perlahan diformulasikan. Jadi konsep ikatan kimia digunakan oleh Kekul dan Couper didasarkan atas teori valensi dan ikatan kimia pada dasarnya identik dengan konsep modern ikatan kimia. Harus ditekankan bahwa di abad 19 tidak mungkin menjawab pertanyaan mendasar mengapa kombinasi tetentu dua atom membentuk ikatan sementara kombinasi dua atom lain tidak akan membentuk ikatan.

Teori ikatan kimia berdasarkan teori Bohr


a. Ikatan ionik
Untuk mengetahui ikatan kimia dengan lebih dalam, atom harus dikenal dengan lebih dalam. Daro awal abad 20, pemahaman ilmuwan tentang struktur atom bertambah mendalam, dan hal ni mempercepat perkembangan teori ikatan kimia. Kimiawan Jerman Albrecht Kossel (1853-1927) menganggap kestabilan gas mulia disebabkan konfigurasi elektronnya yang penuh (yakni, konfigurasi elektron di kulit terluarnya, kulit valensi, terisi penuh). Ia berusaha memperluas interpretasinya ke atom lain. Atom selain gas mulia cenderung mendapatkan muatan listrik (elektron) dari luar atau memberikan muatan listrik ke luar, bergantung apakah jumlah elektron di kulit terluarnya lebih sedikit atau lebihbanyak dari atom gas mulia yang terdekat dengannya. Bila suatu atom kehilangan elektron, atom tersebut akan menjadi kation yang memiliki jumlah elektron yang sama dengan gas mulia terdekat, sementara bila atom mendapatkan elektron, atom tersebut akan menjadi anion yang memiliki jumlah elektron yang sama dengan atom gas mulia terdekatnya. Ia menyimpulkan bahwa gaya dorong pembentukan ikatan kimia adalah gaya elektrostatik antara kation dan anion. Ikatan kimia yang dibentuk disebut dengan ikatan ionik. Kulit K dan L atom natrium terisi penuh elektron, tetapi hanya ada satu elektron di kulit terluar (M). Jadi natrium dengan mudah kehilangan satu elektron terluar ini menjadi ion natrium Na+ yang memiliki konfigurasi elektron yang sama dengan atom neon Ne (1s22s22p6). Konfigurasi elektron atom khlor (1s22s22p63s23p5). Bila satu atom khlorin menangkap satu elektron untuk melengkapi kulit M-nya agar menjadi terisi penuh, konfigurasi elektronnya menjadi (1s22s22p63s23p6) yang identik dengan konfigurasi elektron argon Ar. Pada waktu itu, sruktur kristal natrium khlorida telah dianalisis dengan analisis kristalografik sinar-X, dan keberadaan ion natrium dan khlorida telah diyakini. Jelas tidak ada pertentangan antara teori Kossel dan fakta sepanjang senyawa ion yang dijelaskan. Namun, teori ini belum lengkap, seperti dalam kasus dualisme elektrokimia, dalam hal teori ini gagal menjelaskan fakta

ekesperimen seperti pembentukan senyawa hidrogen atau tidak diamatinya kation C4+ atau anion C4-.

b. Ikatan kovalen
Sekitar tahun 1916, dua kimiawan Amerika, Gilbert Newton Lewis (1875-1946) dan Irving Langmuir (1881-1957), secara independen menjelaskan apa yang tidak terjelaskan oleh teori teori Kossel dengan memperluasnya untuk molekul non polar. Titik krusial teori mereka adalah penggunaan bersama elektron oleh dua atom sebagai cara untuk mendapatkan kulit terluar yang diisi penuh elektron. Penggunaan bersama pasangan elektron oleh dua atom atau ikatan kovalen adalah konsep baru waktu itu. Teori ini kemudian diperluas menjadi teori oktet. Teori ini menjelaskan, untuk gas mulia (selain He), delapan elektron dalam kulit valensinya disusun seolah mengisi kedelapan pojok kubus (gambar 3.3) sementara untuk atom lain, beberapa sudutnya tidak diisi elektron. Pembentukan ikatan kimia dengan penggunaan bersama pasangan elektron dilakukan dengan penggunaan bersama rusuk atau bidang kubus. Dengan cara ini dimungkinkan untuk memahami ikatan kimia yang membentuk molekul hidrogen. Namun, pertanyaan paling fundamental, mengapa dua atom hidrogen bergabung, masih belum terjelaskan. Sifat sebenarnya ikatan kimia masih belum terjawab.

Lewis mengembangkan simbol untuk ikatan elektronik untuk membentuk molekul (struktur Lewis atau rumus Lewis) dengan cara sebagai berikut. Aturan penulisan rumus Lewis 1) Semua elektron valensi ditunjukkan dengan titik di sekitar atomnya. 2) Satu ikatan (dalam hal ini, ikatan tunggal) antara dua atom dibentuk dengan penggunaan bersama dua elektron (satu elektron dari masing-masing atom) 3) Satu garis sebagai ganti pasangan titik sering digunakan untuk menunjukkan pasangan elektron ikatan. 4) Elektron yang tidak digunakan untuk ikatan tetap sebagai elektron bebas. Titik-titik tetap digunakan untuk menyimbolkan pasangan elektron bebas. 5) Kecuali untuk atom hidrogen (yang akan memiliki dua elektron bila berikatan), atom umumnya akan memiliki delapan elektron untuk memenuhi aturan oktet. Berikut adalah contohcontoh bagaimana cara menuliskan struktur Lewis.

Ikatan koordinat
Dengan menggabungkan teori valensi dengan teori ikatan ion dan kovalen, hampir semua ikatan kimia yang diketahui di awal abad 20 dapat dipahami. Namun, menjelasng akhir abad 19, beberapa senyawa yang telah dilaporkan tidak dapat dijelaskan dengan teori Kekul dan Couper. Bila teori Kekul dan Couper digunakan untuk mengintepretasikan struktur garam luteo, senyawa yang mengandung kation logam dan aminua dengan rumus rasional Co(NH3)6Cl3, maka struktur singular (gambar 3.4(a)) harus diberikan. Struktur semacam ini tidak dapat diterima bagi kimiawan Swiss Alfred Werner (1866-1919). Ia mengusulkan bahwa beberapa unsur termasuk kobal memiliki valensi tambahan, selain valensi yang didefinisikan oleh Kekul dan Couper, yang oleh Werner disebut dengan valensi utama. Menuru Werner, atom kobalt dalam garam luteo berkombinasi dengan tiga anion khlorida dengan valensi utamanya (trivalen) dan enam amonia dengan valensi tambahannya (heksavalen) membentuk suatu oktahedron dengan atom kobaltnya di pusat (gambar 3.4(b)).

Gambar 3.4 Dua struktur yang diusulkan untuk garam luteo. Setelah melalui debat panjang, kebenaran teori Werner diterima umum, dan diteumkan bahwa banyak senyawa lain yang memiliki valensi tambahan. Dalam senyawa-senyawa ini, atomnya (atau ionnya) yang memerankan peranan kobalt disebut dengan atom pusat, dan molekul yang memerankan seperti amonia disebut dengan ligan. Sifat sebenarnya dari valensi tambahan ini diungkapkan oleh kimiawan Inggris Nevil Vincent Sidgewick (1873-1952). Ia mengusulkan sejenis ikatan kovalen dengan pasangan elektron yang hanya disediakan oleh salah satu atom, yakni ikatan koordinat.. Jadi atom yang menerima pasangan elektron harus memiliki orbital kosong yang dapat mengakomodasi pasangan elektron. Kekul telah mengungkapkan amonium khlorida sebagai NH3HCl. Menurut Sidgewick,

asuatu iktan koordiant dibentuk oleh atom nitrogen dari amonia dan proton menghasilkan ion amonium NH4+, yang selanjutnya membentuk ikatan ion dengan ion khlorida menghasilkan amonium khlorida.

Amonia adalah donor elektron karena mendonorkan pasangan elektron, sementara proton adalah akseptor elektron karena menerima pasangan elejtron di dalam orbital kosongnya. Dalam hal garam luteo, ion kobalt memiliki enam orbital kosong yang dapat membentuk ikatan koordinat dengan amonia. Alasan mengapa ion kobalt memiliki enam orbital kosong akan dijelaskan di baba 5. Latihan 3.1 Konfigurasi elektron senyawa boron. Tuliskan rumus Lewis trifluoroboron BF3, dan jelaskan alasan mengapa senyawa ini membentuk adduk (senyawa adisi) BF3NH3. Jawab Boron 5B adalah anggota golongan 13 (lihat Bab 5), dan konfigurasi elektronnya adalah 1s22s23p1, jadi boron memiliki tiga elektron valensi. Setiap elektron valensinya dapat membentuk ikatan kovalen dengan satu elektron valensi fluorin. Kemudian, atom boron hanya memiliki enam elektron valensi, kurang dua dari yang dihubungkan dengan atom stabil. Dengan pembentukan ikatan koordinat dengan pasangan elektron amonia, baik boron maupun nitrogen mendapatkan delapan elektron valensi yang berkaitan dengan atom stabil.

Ikatan Ion
Pencapaian kestabilan satu atom dapat terjadi dengan cara pembentukan ikatan ion. Ikatan ini terjadi karena adanya gaya listrik elektrostatik antara ion yang bermuatan positif (kation) dengan ion yang bermuatan negatif (anion). Peristiwa ikatan ion diawali dengan proses pelepasan elektron dari sebuah atom menjadi ion positif, sebagai contoh kita pergunakan aton Na, bersamaan dengan elektron yang dilepaskan ditangkap oleh atom Cl lainnya sehingga atom tersebut menjadi bermuatan negatif. Dengan kata lain proses pelepasan dan penangkapan elektron melibatkan dua atom atau lebih dan berlangsung secara simultan, perhatikan Gambar 5.2.

Gambar 5.2. Proses pelepasan dan penarikan elektron dari atom Na ke atom Cl, menghasilkan ion-ion bermuatan

Gambar 5.3. Ikatan ion terjadi karena adanya gaya elektrostatika dari ion positif dengan ion negatif Perbedaan muatan listrik dari kedua ion itulah yang menimbulkan gaya tarik elektrostatik dan kedua ion berikatan (lihat Gambar 5.3). Dalam kimia, kita tuliskan persamaan reaksinya

Dalam penulisan e dapat dicoret atau dihapus, karena keberadaannya saling meniadakan disebelah kiri tanda panah dan disebelah kanan tanda panah. Senyawa yang memiliki derajat paling tinggi dalam ikatan ionik adalah yang terbentuk oleh reaksi antara unsur yang memiliki orbital terluar s1 dengan unsur yang memiliki orbital terluar p5. Kedua unsur tersebut memiliki perbedaan elektro-negativitas yang besar. Dalam tabel

periodik, unsur-unsur yang umumnya membentuk ikatan ionik adalah unsur alkali dan alkali tanah (memiliki elektron valensi s1 dan s2) dengan unsur halogen (memiliki elektron valensi p4 dan p5). Beberapa pengecualian terjadi untuk Flor yang memiliki elektronegatifitas tertinggi, dan atom Cesium (Cs) yang memiliki elektronegatifitas terendah mengakibatkan ikatan yang terbentuk dari kedua atom ini tidak sepenuhnya ionik. Penamaan untuk senyawa yang dibangun melalui ikatan ion diberikan dengan menyebutkan nama atom logam (kation) dan menyebutkan nama anion ditambahkan dengan akhiran ida. Pada Tabel 5.1. di bawah ini diberikan lambang dan nama atom logam yang memiliki elektron valensi s1 dan s2 dan p4 dan p5. Senyawa yang terbentuk dari ikatan ionik umumnya berupa kristal padat seperti; Natrium Klorida (NaCl), Cesium Klorida (CsCl), Kalium Bromida (KBr), Natrium Yodida (NaI) dan lainnya. Tabel 5.1. Hubungan electron valensi dengan ikatan ion pada senyawa

Bentuk kristal padat sangat kuat, untuk senyawa NaCl, dibangun oleh ion Na+ dan Cl-, dimana setiap kation Na+ dikelilingi oleh 6 anion Cl- pada jarak yang sama, demikian pula sebaliknya setiap Cl- dikelilingi oleh 6 kation Na+ juga pada jarak yang sama. Sehingga kekuatan yang dibangun sama kuatnya baik untuk kation maupun anion. Perhatikan kristal padat NaCl pada Gambar 5.5.

Gambar 5.5. Bentuk kristal ionik, seperti NaCl, setiap Na+ (merah) dikelilingi 6 anion Cl- dan sebaliknya (hijau) dikelilingi 6 kation Na+ Struktur kristal ionik sangat kuat sehingga umumnya hanya dapat larut dalam air atau dengan pelarut lainnya yang bersifat polar. Kristal ionik berbentuk padatan, lelehan maupun dalam bentuk larutan, bersifat konduktif atau menghantarkan listrik. dipergunakan dan sisanya sebagai

penyusun tulang. Kation natrium menjaga kestabilan proses osmosis extraselular dan intraseluler, di daerah extraseluler kation natrium dibutuhkan sekitar 135-145 mmol, sedangkan di intraselular sekitar 4-10 mmol. Senyawa ionik dibutuhkan dalam tubuh, misalnya kation Na+ dalam bentuk senyawa Natrium Klorida dan Natrium Karbonat (Na2CO3), didalam tubuh terdapat sekitar 3000 mmol atau setara dengan 69 gram, 70% berada dalam keadaan bebas yang dapat

Ikatan Kovalen
Proses pembentukan kestabilan suatu atom tidak hanya melalui pelepasan dan penerimaan elektron, kenyataan kestabilan juga dapat dicapai dengan cara menggunakan elektron secara bersama. Bagaimana satu atom dapat menggunakan elektron terluarnya secara bersama dapat dilihat pada Gambar 5.6.

Gambar 5.6. Pasangan elektron bersama untuk atom F yang membentuk senyawa F2 Atom Flor, memiliki nomor atom 7, sehingga memiliki 7 (tujuh) elektron yang berada pada dua tingkat energi yaitu energi pertama (kulit K) dan tingkat energi kedua yaitu kulit L, elektron terdistribusi pada orbital 1s2, 2s2 dan orbital p5, seperti Gambar 5.6. Pada orbital p, dua elektron dibedakan (biru gelap) berasal dari atom F sebelah kiri dan kanan, kedua atom itu dipergunakan agar konfigurasinya mengikuti gas mulia. Gambar 5.7 A dan B, menunjukkan ikatan kovalen dari senyawa H2, dan adanya gaya tarik kovalen dari setiap inti atom H terhadap pasangan elektron, dan dapat ditarik kesimpulan bahwa gaya tarik-menarik bersih (netto) yang terjadi ketika setiap atom memberikan 1 (satu) elektron tidak berpasangan untuk dipasangkan dengan elektron dari atom yang lain, pada satu ruang kosong, maka pasangan elektron ditarik oleh kedua inti atom tersebut. Ikatan kovalen terjadi karena atom-atom yang berikatan memiliki kelektronegatifan yang setara dan tidak memiliki kelebihan orbital kosong yang berenergi rendah. Kondisi semacam ini tampak pada unsur-unsur non logam, paling tidak terdapat antara 4 (elektron) sampai 8 (delapan) elektron yang berada pada kulit terluar. Beberapa pengecualian perlu diperhatikan khususnya untuk unsur H (hidrogen) elektron valensi 1s1 (satu elektron pada tingkat energi terendah, (Helium) elektron 1s2 (dua elektron pada tingkat energi terendah. Demikianpula untuk B (Boron) memiliki 3 elektron valensi (2s2, 2p1), sehingga unsur non logam cenderung membentuk ikatan kovalen.

Beberapa unsur non logam yang membentuk senyawa kovalen seperti, Hidrogen (H), Karbon (C), Nitrogen(N), Oksigen (O), Posfor (P), Sulfur atau Belerang (S) dan Selenium (Se). Atas dasar kemampuan menarik atau melepas elektron, umumnya muatan dari unsur-unsur non logam adalah +4, -4, -3, -2 dan -1. Panggambaran ikatan kovalen didasari pada kaidah oktet (delapan) atau octet rule, menurut kaidah ini elektron valensi berjumlah delapan (s2 dan p6) sebagai bentuk kestabilan dari konfigurasi gas mulia, sehingga jumlah 8 (delapan) elektron merupakan jumlah yang harus dipenuhi untuk membentuk ikatan kovalen, kecuali untuk hidrogen hanya dua elektron. Lewis memperkenalkan cara penulisan ikatan dan senyawa kovalen, pasangan elektron yang dipergunakan bersama digambarkan sebagai garis lurus. Gambar 5.8, menjelaskan dan menyederhanakan cara penulisan dan penggambaran senyawa kovalen untuk beberapa senyawa kovalen yang dibentuk dari atom yang berbeda.

Gambar 5.8. Ikatan molekul dengan atom penyusun yang berbeda atom H dan O, membentuk senyawa air Ikatan kovalen dapat terbentuk dari beberapa pasangan elektron, seperti tunggal contohnya F2 atau H2, namun dapat pula terjadi rangkap dua seperti pada molekul gas CO2, dan rangkap tiga terjadi gas astilen C2H2. Pada molekul CO2, atom Karbon menyumbangkan 2 (dua) elektron untuk setiap atom oksigen, demikianpula dengan atom oksigen masing-masing memberikan 2 (dua) elektronnya. Untuk molekul C2H2, dua atom Karbon saling memberikan 3 (tiga elektronnya) sehingga terjadi tiga pasangan elektron, dan setiap atom Karbon juga menyumbangkan satu elektronnya ke atom hidrogen, sedangkan kedua atom hidrogen, masing-masing memberikan satu elektronnya kepada karbon dan membentuk 2 (dua) pasangan elektron, perhatikan Gambar 5.9. Secara teliti, jika kita amati ikatan kovalen antara dua atom yang berbeda akan terlihat bahwa salah satu inti atom lebih besar dari atom yang lainnya, misalnya air, yang disusun oleh satu atom oksigen dan dua atom H, seperti pada Gambar 5.10. Inti atom oksigen jauh lebih besar dan

jumlah muatan protonnya juga lebih banyak, sehingga 2 pasang dari pasangan elektron yang dibentuk oleh atom H dan O akan lebih tertarik ke inti atom oksigen. Hal ini menyebabkan, atom oksigen lebih bermuatan negatif dan masing-masing atom hidrogen akan bermuatan sedikit postif, dengan demikian terjadi polarisasi muatan dalam senyawa tersebut, dan terbentuk dua kutub (positif dan negatif) atau dipol. Perbedaan muatan untuk senyawa dipol dinyatakan dalam momen dipol. Perhitungan momen dipol didasari atas perbedaan keelektronegatifan dari atom-atom penyusunnya. Secara kualitatif kita dapat memprediksi terjadinya polarisasi muatan dan resultante momen dipol yang dapat dipergunakan untuk melihat sebaran dari muatan parsial positif dan parsial negatif, seperti yang ditunjukkan oleh molekul air, sulfur dioksida dan karbondioksida pada Gambar 5.10. Dari gambar tampak bahwa untuk molekul air muatan parsial negatif terakumulasi di atom Oksigen, sama halnya dengan molekul sulfurdioksida. Berbeda dengan seyawa CO2 tidak terjadi polarisasi. Ikatan kovalen yang memiliki bentuk lain juga diamati, dimana ikatan terbentuk akibat sebuah senyawa memiliki sepasang elektron yang tidak dipergunakan (pasangan elektron bebas) disumbangkan kepada sebuah ion atau senyawa, ikatan ini disebut juga dengan ikatan kovalen koordinasi. Contoh menarik yang dapat kita temui adalah pembentukan ion amonium dan pembentukan senyawa BF3NH3. Molekul NH3 terpusat pada atom Nitrogen yang memiliki 5 (lima) elektron valensi, 2 elektron pada orbital s (2s2) dan 3 elektron pada orbital p (2p3). Tiga elektron pada orbital p dari Nitrogen membentuk pasangan electron dengan 3 elektron dari atom H masing-masing memiliki satu elektron, elektron valensi orbital s atom Nitrogen belum dipergunakan, dan disebut dengan pasangan elektron bebas. Pasangan elektron bebas hanya dapat disumbangkan kepada ion yang kekurangan elektron, misalnya ion H+ atau molekul Boron triflorida BF3. Kita ketahui bahwa atom memiliki satu buah proton dan satu buah elektron, atom H akan berubah menjadi ion H+, jika melepaskan elektronnya, sehingga orbital 1s-nya tidak berisi elektron, dan orbital s inilah yang akan menerima sumbangan dari pasangan elektron bebas dari senyawa NH3. Dengan diterimanya elektron dari senyawa NH3, maka konfigurasi ion H+ memiliki dua elektron. Bagan reaksi 5.11, menyederhanakan terjadinya ikatan kovalen koordinasi. Bagan 5.11. Bagan reaksi proses pembentukan ikatan kovalen koordinasi, (a) pembentukan ion H+ dari atom H dan (b) NH3 menyumbang elektron bebasnya membentuk ion amonium (NH4)+

Sedangkan untuk molekul NH3BF3, pasangan elektron bebas diberikan kepada atom pusat molekul BF3 yaitu B (Boron). Atom ini memiliki memiliki elektron valensi 2s2 dan 2p1. Pembentukan molekul BF3 cukup unik, pertama-tama elektron pada orbital s berpindah ke orbital p, sehingga konfigurasi yang lebih teliti adalah 2s1, 2px1, 2py1 dan 2pz0 masih tetap kosong. Orbital yang berisi satu elektron ini dipergunakan secara bersama dengan 3 (tiga) atom F, sehingga membentuk ikatan kovalen. Atom B masih memiliki orbital kosongnya yaitu 2pz0 dan orbital inilah yang menerima sumbangan pasangan elektron bebas dari molekul NH3 dan membentuk membentuk ikatan kovalen koordinasi dari molekul NH3BF3. Proses pembentukannya dapat dilihat pada Bagan 5.12. Bagan 5.12. Bagan reaksi proses pembentukan ikatan kovalen BF3 dan ikatan kovalen koordinasi antara molekul NH3 dan molekul BF3

Dalam ikatan kovalen dapat pula membentuk ion, misalnya ion hidroksida (OH)- ion ini terbentuk karena terjadi pasangan elektron antara atom H dan O, namun oksigen memiliki kelebihan elektron sebanyak satu buah, dan menyebabkan terbentuknya ion (OH)-. Contoh lain adalah ion Carbonat (CO3)2-, yang terbentuk dari satu ikatan rangkap dua antara atom C dengan O, dan dua ikatan tunggal antara atom C dengan atom O, namun 2 atom oksigen kelebihan masing-masing satu elektron, sehingga ion ini kebihan 2 muatan negatif. Pembentukan anion untuk senyawa dengan ikatan kovalen ditunjukkan pada Gambar 5.13.

Gambar 5.13. Anion hidroksida (OH)- dan carbonat (CO3) 2-yang dibentuk melalui ikatan kovalen Dari tinjauan energi, pembentukan ikatan kimia melalui ikatan kovalen merupakan reaksi eksoterm, berbeda dengan ikatan ion yang justru membutuhkan energi (endoterm), dan umumnya reaksi eksoterm berlangsung secara spontan, sehingga senyawa yang dibentuk oleh ikatan kovalen lebih banyak dibandingkan dengan senyawa yang dibentuk oleh ikatan ion. Molekul yang membangun sel makhluk hidup berupa protein, lemak, karbohidrat merupakan contoh molekul atau senyawa yang dibentuk oleh ikatan kovalen.

Ikatan Logam
Logam yang ada dialam kita temukan sebagai zat tunggal atau unsur, dan kita ketahui bahwa bagian terkecil dari unsur adalah atom, sehingga pasti logam yang kita temukan tersusun oleh banyak atom logam. Ikatan logam terjadi karena adanya saling meminjamkan elektron, namun proses ini tidak hanya terjadi antara dua atau beberapa atom tetapi dalam jumlah yang tidak terbatas. Setiap atom memberikan elektron valensinya untuk digunakan bersama, sehingga terjadi ikatan atau tarik menarik antara atom-atom yang saling berdekatan. Jarak antar atom dalam ikatan logam tetap sama, jika ada atom yang bergerak menjauh maka gaya tarik menarik akan menariknya kembali ke posisi semula. Demikian pula jika atom mendekat kesalah satu atom maka akan ada gaya tolak antar inti atom Jarak yang sama disebabkan oleh muatan listrik yang sama dari atom logam tersebut, lihat Gambar 5.18.

Gambar 5.18. Ikatan Logam, dalam atom Magnesium Pada ikatan logam, inti-inti atom berjarak tertentu dan beraturan sedangkan elektron yang saling dipinjamkan bergerak sangat mobil seolah-olah membentuk kabut elektron. Hal ini yang meyebabkan munculnya sifat daya hantar listrik pada logam. Keteraturan dari logam karena adanya ikatan antar atom, yang ditunjukan dengan jarak antar atom yang sama, dan atom-atom logam tersusun secara teratur menurut suatu pola tertentu. Susunan yang teratur inilah yang dinamakan dengan Kristal. Struktur Kristal pada logam cukup banyak, dalam bahasan ini kita ambil dua struktur Kristal.Body Centered Cubic (BCC), kubus berpusat badan, merupakan struktur kristal yang banyak dijumpai pada logam Crom (Cr), Besi Alpha, Molebdenum (Mo), Tantalum (Ta) dan lain-lain. Struktur kristal ini memiliki satu atom pusat dan dikelilingi oleh 8 atom lainnya yang berposisi diagonal ruang. Ciri khas dari struktur Kristal ini adalah jumlah atom yang berdekatan sebanyak 2 buah dan sering disebut dengan bilangan koordinasi. Untuk lebih mudahnya perhatikan Gambar 5.19.

Gambar 5.19. Struktur Kristal kubus berpusat badan Face Centered Cubic (FCC), kubus berpusat muka, struktur kristal ini banyak dijumpai pada logam-logam seperti alumunium, besi gamma, Timbal, Nickel, Platina, Ag, dan lai-lain. Atom pusat terletak pada setiap bidang atau sisi, dan terdapat 6 atom. Sebagai ciri khas dari kristal ini, adalah bilangan koordinasinya 4. Struktur kristal kubus berpusat muka disajikan pada Gambar 5.20.

Gambar 5.20. Struktur Kristal kubus berpusat badan Jika kita perhatikan besi yang memiliki dua struktur Kristal yaitu besi alpha (BCC) dan gamma (FCC), kedua kristal ini dapat terjadi pada suhu tinggi, untuk alpha terjadi pada suhu sekitar 700oC sedangkan struktur gamma terjadi pada suhu sekitar 1100oC. Material mempunyai lebih dari satu struktur kristal tetapi dalam keadaan padat yang tergantung dari temperatur, maka inillah yang disebut dengan Allotropy. Struktur Kristal tidak hanya dimiliki oleh logam, unsur bukan logam juga dapat berbentuk Kristal. Di alam unsur karbon terdapat dalam berbagai bentuk Kristal, seperti intan memiliki struktur kristal yang berbeda dengan struktur kristal grafit maupun buckminsterfullerene (buckyball). Jika sebuah material memiliki beberapa bentuk Kristal, material ini sering disebut juga dengan polymorphism. Saat ini para ahli telah menemukan struktur Kristal dari karbon yaitu nanotube. Struktur Kristal ini telah diujicobakan ke berbagai bidang khususnya untuk miniaturisasi peralatan. Beberapa bentuk Kristal karbon disajikan pada Gambar 5.21. Gas mulia yang kita temukan bukan merupakan atom tunggal, namun sejumlah molekul atom dalam gas yang bergabung dan berikatan. Contoh menarik Pembentukan kristal gas mulia seperti (He, Ne, dan Ar). Proses tersebut diawali dari bentuk gas yang berubah menjadi cairan dilanjutkan dengan pembentukan kristal yang memiliki titik leleh rendah. Kristal tersebut umumnya transparan, dan bersifat sebagai isolator.

Gambar 5.21. Beberapa struktur kristal karbon yang telah ditemukan Atom-atom dari gas memiliki orbital dengan elektron valensi yang terisi penuh elektron, sehingga elektron-elektron valensi tidak memungkinkan lagi membentuk ikatan. Pada

kenyataannya atom-atom gas berinteraksi dan dapat membentuk kristal. Proses ikatan terjadi karena atom gas inert mengalami distorsi pada distribusi elektronnya walaupun sangat kecil, menyebabkan dispersi muatan positif atau dispersi muatan negatifnya, sehingga terjadinya dipol yang bersifat temporer dalam setiap atomnya, dan menimbulkan gaya tarik menarik. Gaya ini diamati oleh Fritz London dan Van der Waals, sehingga gaya tarik menarik dikenal dengan gaya Van der Waals atau gaya London. Gaya tarik menarik ini menyebabkan terjadinya ikatan pada atom gas mulia (Gambar 5.22).

Penamaan Senyawa dan Persamaan Reaksi


1. RUMUS KIMIA Rumus kimia merupakan kumpulan lambang atom dengan aturan tertentu. Misalnya, rumus air adalah H2O dan garam dapur (natrium klorida) adalah NaCl. Jumlah tiap atom pada rumus kimia ditulis sebagai angka indeks. Pada rumus kimia air (H2O), angka indeks H adalah 2 dan angka indeks O adalah 1(angka indeks I tidak perlu ditulis). Adapun pada rumus kimia garam dapur (NaCI), angka indeks kedua atom adalah 1 sehingga tidak perlu ditulis. Rumus kimia suatu zat adalah khas. Kekhasan itu ditentukan oleh daya ikat dan bilangan oksidasi yang dimiliki suatu atom. a. Daya Ikat Atom Daya ikat atom adalah kemampuan suatu atom untuk mengikat atom lain sehingga membentuk suatu molekul. Daya ikat atom juga disebut valensi. Tiap atom mempunyai daya ikat tertentu. Untuk memahami daya ikat atom, perhatikan senyawa HCI, H2O, NH3, SO2, SO3, dan CH. Ternyata, Cl mengikat 1 atom H, O mengikat 2 atom H, N mengikat 3 atom H, S mengikat 2 atau 3 atom O, dan C mengikat 4 atom H. Karena mempunyai daya ikat paling kecil, atom H

dijadikan pembanding dan ditetapkan memiliki valensi 1. Oleh karena itu, valensi atom CI adalah 1, valensi atom O adalah 2, valensi atom N adalah 3, valensi atom S adalah 4 atau 6, dan valensi atom C adalah 4. b. Bilangan oksidasi Bilangan oksidasi didefinisikan sebagai jumlah muatan negatif dan positif dalam atom, yang secara tidak langsung menandakan jumlah elektron yang telah diterima atau diserahkan. Jika melepaskan electron, suatu atom memiliki bilangan oksidasi positif. Sebaliknya, jika menangkap electron, suatu electron memiliki bilangan oksidasi negatife. Pengertian bilangan oksidasi seperti itu berlaku untuk molekul ionik. Molekul Kovalen dibedakan atas molekul kovalen polar dan non-polar.

1) Tata Nama Senyawa Biner


Senyawa biner adalah kimia yang hanya terbentuk dari dua unsur. Unsur yang terbentuk tersebut dapat terdiri atas unsur logam dan bukan logam atau keduanya terdiri atas unsur bukan loga Jika senyawa biner terdiri atas unsur logam dan bukan logam, aturan penamaan senyawanya sebagai berikut. Nama unsur logam disebutkan lebih dahulu, kemudian diikuti nama unsur bukan logam yang diakhiri dengan akhiran ida. Contoh : NaCl = Natrium klorida MgBr2=Magnesium bromida Na adalah unsur logam Mg adalah unsur logam Cl adalah unsur non logam Br adalah unsur non logam Senyawa ionik walaupun tersusun atas ion positif dan negatif, tetapi secara keseluruhan bersifat netral, sehingga muatan totalnya adalah nol. Ini berarti satu Na+ akan bergabung dengan satu Cldalam NaCl dan satu Mg2+bergabung dengan dua Br- dalam MgBr2 demikian seterusnya. Berikut ini contoh pemberian nama dan simbol senyawa sederhana : SENYAWA NAMA SENYAWA SENYAWA NAMA SENYAWA Li2O Litium oksida CaO Kalsium oksida NaBr Natrium bromida SrO Stronsium oksida KCl Kalium klorida BaCl2 Barium klorida Rb2O Rubidium oksida Al2O3 Aluminium oksida CsI Cesium iodida ZnO Seng oksida MgCl Magnesium klorida AgCl Perak klorida 2. Jika senyawa biner terdiri atas unsur bukan logam dan bukan logam, aturan penamaan senyawanya sebagai berikut. Nama unsur bukan logam yang kelelektronegatifannya lebih rendah disebutkan lebih dahulu, kemudian diikuti nama unsur bukan logam yang lain dan diakhiri dengan akhiran ida. Senyawa yang terbentuk antara unsur bukan logam dan bukan logam merupakan senyawa yang berikatan kovalen. Jumlah atom yang dimiliki oleh senyawa biner disebutkan dengan cara memberi awalan bahasa Latin sebagai berikut : 1 = mono 6 = heksa 2 = di 7 = hepta 3 = tri 8 = okta 4 = tetra 9 = nona 5 = penta 10 = deka

Awalan bahasa Latin mono tidak diletakkan pada nama unsur non logam yang pertama melainkan pada unsur nonlogam kedua. Awalan bahasa latin dari nama logam pertama disebutkan mulai dari yang berjumlah 2, dst. Contoh : N2O = dinitrogen monoksida NO = nitrogen monoksida N2O3 = dinitrogen trioksida NO2 = nitrogen dioksida N2O5 = dinitrogen pentaoksida CCl4 = karbon tetraklorida CO = karbon monoksida CO2 = karbon dioksida Unsur-unsur logam dengan bilangan oksidasi lebih dari satu jenis, maka bilangan oksidasinya ditulis dengan angka romawi Sebelumnya harus dipahami pengertian dan cara menentukan bilangan oksidasi. Bilangan oksidasi menyatakan jumlah elektron yang terlibat pembentukan ikatan. Jika melepaskan elektron, suatu atom memiIiki bilangan oksidasi positif. Sebaliknya, jika menangkap elektron, suatu atom memiliki bilangan oksidasi negatif. Pengertian bilangan oksidasi seperti itu berlaku untuk molekul ionik. Jika demikian, bagaimana bilangan oksidasi untuk molekul kovalen? Molekul kovalen dibedakan atas molekul kovalen polar dan nonpolar. Untuk molekul kovalen polar, atom yang lebih elektronegatif dianggap bermuatan negatif dan molekul yang lain dianggap bermuatan positif. Adapun untuk molekul kovalen nonpolar, bilangan oksidasinya sama dengan nol. Aturan bilangan oksidasi (biloks) adalah sebagai berikut : Bilangan oksidasi unsur bebas (monoatomik, diatomik, atau poliatomik) sama dengan 0 (nol). Misalnya : bilangan oksidasi Na, Mg, Fe, O, Cl2, H2, P4 dan S8 = 0 Bilangan oksidasi unsur H dalam senyawa = +1, kecuali pada senyawa hidrida = 1 (misalnya : NaH) Bilangan oksidasi unsur O dalam senywa = 2, kecuali pada senyawa peroksida = 1 (misalnya : Na2O2, H2O2, BaO2), dan pada senyawa oksifluorida (OF2) = +2 Bilangan oksidasi unsur logam dalam senyawa selalu positif dan nilainya sama dengan valensi logam tersebut. ( Misalnya : Biloks logam gol.IA= +1, gol.IIA=+2, gol.IIIA=+3) Bilangan oksidasi unsur golongan VIIA dalam senyawa = 1 Bilangan oksidasi unsur dalam bentuk ion tunggal sama dengan muatannya. (Misalnya Biloks Na pada Na+= +1, Cl pada Cl-=1, Mg pada Mg2+=+2) Jumlah bilangan oksidasi unsur-unsur dalam suatu senyawa sama dengan 0 (nol), Misalnya : Biloks S pada H2SO4 ditentukan dengan cara : H2SO4 = 0 ( 2 x biloks H) + S + (4 x biloks O) = 0 ( 2 X 1) + S + (4 X (-2) ) = 0 2+S8 = 0 S = 82 S = +6

2) Tata nama Senyawa Biner Nonlogamnonlogam


Senyawa biner dari nonlogam dan nonlogam umumnya adalah senyawa molekul. Tata nama

senyawa ini adalah sebagai berikut. a. Penamaan senyawa mengikuti urutan sbb: B Si As C P N H S I Br Cl O F Penamaan dimulai dari nama nonlogam pertama diikuti nama nonlogam kedua yang diberi akhiran -ida. Contoh : NO2 = Nitrogen dioksida PCl3 = Fosfor triklorida b. Jika dua jenis nonlogam dapat membentuk Iebih dari satu jenis senyawa, maka digunakan awalan Yunani sesuai angka indeks dalam rumus kimianya(1 = mono, 2 = di, 3 = tri, dan seterusnya). c. Tata nama IUPAC tidak perlu digunakan untuk senyawa yang memiliki nama umum. Misalnya H2O (air) dan NH3 (amonia).

3) Tata nama Senyawa Poliatom


Senyawa poliatom Senyawa poliatom merupakan senyawa yang dibentuk dari ion poliatomik. Pada ion poliatomik, dua atau lebih aom-atom bergabung bersama-sama dengan ikatan kovalen Tata nama senyawa yang mengandung ion poliatom adalah sebagai berikut: a. Untuk senyawa yang terdiri dari kation logam dan anion poliatom, maka penamaan dimulai dari nama kation logam diikuti anion poliatom. Contoh: KNO3 = Kalium nitrat b. Untuk senyawa yang terdiri dari kation poliatom dan anion monoatom/poliatom, penamaan dimulai dari nama kation monoatom/poliatom. Contoh: NH4OH : Amonium hidroksida

Persamaan reaksi
Dalam ilmu kimia, persamaan reaksi atau persamaan kimia adalah penulisan simbolis dari sebuah reaksi kimia. Rumus kimia pereaksi ditulis di sebelah kiri persamaan dan rumus kimia produk dituliskan di sebelah kanan.Koefisien yang ditulis di sebelah kiri rumus kimia sebauh zat adalah koefisien stoikiometri, yang menggambarkan jumlah zat tersebut yang terlibat dalam reaksi relatif terhadap zat yang lain. Persamaan reaksi yang pertama kali dibuat oleh ahli iatrokimia Jean Beguin pada 1615.

Representasi grafis dari persamaan reaksi pembakaran metana Dalam sebuah persamaan reaksi, pereaksi dan produk dihubungkan melalui simbol yang berbeda-beda. Simbol digunakan untuk reaksi searah, untuk reaksi dua arah, dan untuk reaksi kesetimbangan. Misalnya, persamaan reaksi pembakaranmetana (suatu gas pada gas alam) oleh oksigen dituliskan sebagai berikut CH4 + 2 O2 CO2 + 2 H2O Seringkali pada suatu persamaan reaksi, wujud zat yang bereaksi dituliskan dalam singkatan di sebelah kanan rumus kimia zat tersebut. Huruf s melambangkan padatan, l melambangkan cairan, g melambangkan gas, dan aq melambangkan larutandalam air. Misalnya, reaksi padatan kalium (K) dengan air (2H2O) menghasilkan larutan kalium hidroksida (KOH) dan gashidrogen (H2), dituliskan sebagai berikut 2K (s) + 2H2O (l) 2KOH (aq) + H2 (g) Selain itu, di paling kanan dari sebuah persamaan reaksi kadang-kadang juga terdapat suatu besaran atau konstanta, misalnya perubahan entalpi atau konstanta kesetimbangan. Misalnya proses Haber (reaksi sintesis amonia) dengan perubahan entalpi (H) dituliskan sebagai berikut N2(g) + 3H2(g) 2NH3(g) H = -92.4 kJ/mol. Suatu persamaan disebut setara jika jumlah suatu unsur pada sebelah kiri persamaan sama dengan jumlah unsur tersebut di sebelah kanan, dan dalam reaksi ionik, jumlah total muatan harus setara juga.

Bab 4. Definisi Stoikiometri

Stoikiometri
Stoikiometri berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata stoicheion yang berarti unsur dan metron yang berarti mengukur. Stoikiometri membahas tentang hubungan massa antarunsur dalam suatu senyawa (stoikiometri senyawa) dan antarzat dalam suatu reaksi (stoikiometri reaksi). Pengukuran massa dalam reaksi kimia dimulai oleh Antoine Laurent Lavoisier (1743 1794) yang menemukan bahwa pada reaksi kimia tidak terjadi perubahan massa (hukum kekekalan massa). Selanjutnya Joseph Louis Proust (1754 1826) menemukan bahwa unsur-unsur membentuk senyawa dalam perbandingan tertentu (hukum perbandingan tetap). Selanjutnya dalam rangka menyusun teori atomnya, John Dalton menemukan hukum dasar kimia yang ketiga, yang disebut hukum kelipatan perbandingan. Ketiga hukum tersebut merupakan dasar dari teori kimia yang pertama, yaitu teori atom yang dikemukakan oleh John Dalton sekitar tahun 1803. Menurut Dalton, setiap materi terdiri atas atom, unsur terdiri atas atom sejenis, sedangkan senyawa terdiri dari atom-atom yang berbeda dalam perbandingan tertentu. Namun demikian, Dalton belum dapat menentukan perbandingan atom atom dalam senyawa (rumus kimia zat). Penetapan rumus kimia zat dapat dilakukan berkat penemuan Gay Lussac dan Avogadro. Setelah rumus kimia senyawa dapat ditentukan, maka perbandingan massa antaratom (Ar) maupun antarmolekul (Mr) dapat ditentukan. Pengetahuan tentang massa atom relatif dan rumus kimia senyawa merupakan dasar dari perhitungan kimia. Salah satu aspek penting dari reaksi kimia adalah hubungan kuantitatif antara zat-zat yang terlibat dalam reaksi kimia, baik sebagai pereaksi maupun sebagai hasil reaksi. Stoikiometri (stoi-kee-ah-met-tree) merupakan bidang dalam ilmu kimia yang menyangkut hubungan kuantitatif antara zat-zat yang terlibat dalam reaksi kimia, baik sebagai pereaksi maupun sebagai hasil reaksi. Stoikiometri juga menyangkut perbandingan atom antar unsur-unsur dalam suatu rumus kimia, misalnya perbandingan atom H dan atom O dalam molekul H2O. Kata stoikiometri berasal dari bahasa Yunani yaitu stoicheon yang artinya unsur dan metron yang berarti mengukur. Seorang ahli Kimia Perancis, Jeremias Benjamin Richter (1762-1807) adalah orang yang pertama kali meletakkan prinsip-prinsip dasar stoikiometri. Menurutnya stoikiometri adalah ilmu tentang pengukuran perbandingan kuantitatif atau pengukuran perbandingan antar unsur kimia yang satu dengan yang lain. Stoikiometri erat kaitannya dengan perhitungan kimia. Untuk menyelesaikan soal-soal perhitungan kimia digunakan asas-asas stoikiometri yaitu antara lain persamaan kimia dan konsep mol. Pada pembelajaran ini kita akan mempelajari terlebih dahulu mengenai asas-asas stoikiometri, kemudian setelah itu kita akan mempelajari aplikasi stoikiometri pada perhitungan kimia beserta contoh soal dan cara menyelesaikannya. Konsep mol Jika kita ingin membuat suatu zat kita harus mengetahui rumus kimia zat tersebut. Rumus kimia menunjukkan perbandingan atom unsur-unsur yang menyusun suatu zat. Dengan mengetahui rumus kimia zat tersebut, kita dapat mereaksikan pereaksi-pereaksi sedemikian sehingga zat

yang terbentuk memiliki perbandingan atom unsur-unsur penyusunnya yang sesuai dengan rumus kimianya.

Perbandingan atom unsur-unsur dalam suatu rumus kimia ditunjukkan dengan angka yang bulat, dan bukan dengan angka pecahan. Sebagai contoh, karbonmonoksida (CO) mempunyai perbandingan antara atom C dan atom O sama dengan 1 : 1, yang berarti perbandingan atom untuk membuat 1 molekul CO tanpa ada sisa atom C atau atom O kita harus mengambil 1 atom C dan 1 atom O sesuai dengan perbandingan atom-atom dalam rumus kimia senyawanya. Tetapan Avogadro Satu mol unsur atau senyawa memiliki jumlah partikel yang dinyatakan oleh rumus kimianya, yang sama dengan jumlah atom yang terdapat dalam 12 gram C-12. Jumlah atom pada 12 gram karbon-12 disebut tetapan Avogadro, dinyatakan dengan lambang L, harga tetapan Avogadro diketahui sebanyak 6,022x1023. Sesuai dengan definisi 1 mol di atas, maka 1 mol zat mengandung 6,022x1023 partikel zat tersebut. Satu mol H2O memiliki molekul H2O sebanyak tetapan Avogadro. Satu mol karbon memiliki atom karbon sebanyak tetapan Avogadro. Dengan demikian dapat digeneralisasi bahwa jumlah mol suatu zat berarti mengandung jumlah mol yang sama dari satuan rumus zat tersebut. Generalisasi tersebut merupakan inti dari stoikiometri.

Ke atas

Kesetaraan Stoikiometri Unsur- Unsur dalam Satuan Rumus Kesetaraan stoikiometri antara unsur-unsur dalam satuan rumus misalnya molekul, adalah perbandingan atom atau perbandingan mol dalam satuan rumus tersebut. Konsep mol dapat digunakan untuk menggambarkan perbandingan atom dalam senyawa, misalnya molekul air, H2O. Subskrip dalam rumus kimia molekul H2O memberikan informasi bahwa perbandingan atom H dengan atom O dalam air adalah 2 atom H setara dengan 1 atom O atau jika dinyatakan dalam satuan lusin dan mol berturut-turut adalah 2 lusin atom H setara dengan 1 lusin atom O dan 2 mol atom H setara dengan 1 mol atom O.

Kita dapat melihat bahwa dalam semua satuan perbandingan tersebut, perbandingan stoikiometrinya selalu 2 : 1. Kesetaraan stoikiometri antara atom H dan atom O dalam senyawa H2O adalah 2 mol atom H setara dengan 1 mol atom O. Kesetaraan dilambangkan dengan tanda ~. Kesetaraan secara stoikiometri antar unsur-unsur dalam senyawa H2O dapat digambarkan sebagai berikut : 1 mol molekul H2O ~ 2 mol atom H 1 mol molekul H2O ~ 1 mol atom O 1 mol atom O ~ 2 mol atom H Kesetaraan tersebut dapat digunakan sebagai faktor konversi sehingga dapat digunakan untuk menyelesaikan soal-soal dalam perhiotungan stoikiometri. Massa Molar Massa Atom Relatif Massa Molekul Relatif

Massa Molar Berdasarkan definisi SI tentang mol, Tetapan Avogadro dari atom-atom karbon-12 akan diperoleh jika kita menimbang secara tepat 12 g isotop C-12. Karena karbon terdapat di alam

dalam campuran dua isotop C-12 dan C-13 maka masanya merupakan massa rata-rata kedua isotop tersebut, yaitu sebesar 12,011 sma, sehingga sejumlah tetapan Avogadro atom C akan diperoleh jika kita mengambil 12,011 g karbon-12. Jadi, 1 mol karbon memiliki massa 12,011 g. Hal ini berlaku juga untuk unsur lainnya yaitu:

Satu mol unsur mempunyai massa yang besarnya sama dengan massa atom unsur tersebut dalam gram. Massa 1 mol zat disebut dengan massa molar.

Untuk zat yang tersusun dari kumpulan atom (molekul) atau merupakan pasangan ion-ion maka massa 1 mol zat tersebut sama dengan massa molekul relatif atau massa rumus relatif zat tersebut dalam gram. Massa molekul relatif dan massa rumus relatif suatu senyawa dapat diketahui dari penjumlahan massa atom relatif unsur-unsur penyusun senyawanya. Menurutmu, berapakah massa molar dari H2O dan NaCl?

ke atas

Massa Atom Relatif Massa atom unsur sebenarnya belum dapat diukur dengan alat penimbang massa atom, karena atom berukuran sangat kecil. Massa atom unsur ditentukan dengan cara membandingkan massa atom rata-rata unsur tersebut terhadap 1/12 massa rata-rata satu atom karbon 12 sehingga massa atom yang diperoleh adalah massa atom relatif (Ar).

Massa atom relatif unsur-unsur dapat dilihat dalam tabel massa atom relatif unsur.

ke atas

Massa Molekul Relatif Unsur dan senyawa yang partikelnya berupa molekul, massanya dinyatakan dalam massa molekul relatif (Mr). Pada dasarnya massa molekul relatif (Mr) adalah perbandingan massa ratarata satu molekul unsur atau senyawa dengan 1/12 massa rata-rata satu atom karbon-12.

Jenis molekul sangat banyak, sehingga tidak ada tabel massa molekul relatif. Akan tetapi, massa molekul relatif dapat dihitung dengan menjumlahkan massa atom relatif atom-atom pembentuk molekulnya. Mr = Ar Untuk senyawa yang partikelnya bukan berbentuk molekul, melainkan pasangan ion-ion, misalnya NaCl maka Mr senyawa tersebut disebut massa rumus relatif. Massa rumus relatif dihitung dengan cara yang sama dengan seperti perhitungan massa molekul relatif, yaitu dengan menjumlahkan massa atom relatif unsur-unsur dalam rumus senyawa itu.

persamaan kimia Ketika para ahli kimia ingin mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi dalam suatu reaksi kimia, mereka selalu memulainya dengan persamaan kimia. Persamaan kimia dituliskan untuk

menunjukkan perubahan kimia yang terjadi selama reaksi kimia. Persamaan kimia juga menyatakan kesetaraan jumlah zat-zat yang bereaksi dan jumlah zat-zat hasil reaksi dimana penulisan zat-zat tersebut menggunakan lambang unsur atau rumus kimia. Persamaan kimia penting peranannya dalam aplikasi stoikiometri dalam perhitungan kimia. Persamaan mol zat-zat Hubungan kuantitatif antara zat-zat yang terdapat dalam persamaan kimia dapat diketahui dari persamaan kimia. Koefisien dalam persamaan kimia memberikan perbandingan mol zat-zat yang terlibat dalam reaksi. Contohnya: 2H2 + O2 2H2O

Dalam contoh persamaan kimia di atas, koefisien memberikan informasi bahwa untuk membuat 2 mol molekul H2O dari 2 mol molekul H2 kita membutuhkan 1 mol molekul O2, namun koefisien tidak menandakan jumlah dari satuan tertentu. Koefisien juga memberikan kesetaraan stoikiometri antara zat-zat yang ada dalam persamaan kimia. Bagaimana kesetaraan stoikiometri untuk zat-zat pada reaksi diatas? Perhitungan stoikiometri bergantung pada persamaan kimia yang setara. Kesetaraan tersebut dapat digunakan untuk membuat faktor konversi. Faktor konversi dapat digunakan sebagai alat untuk menyelesaikan perhitungan-perhitungan kimia. Ketika kita menuliskan suatu persamaan kimia, persamaan kimia tersebut harus sudah dalam keadaan setara. Dalam hal ini terdapat beberapa aturan penulisan persamaan kimia, yaitu: 1. Menuliskan rumus kimia masing-masing zat dengan benar 2. Menyetarakan koefisien pada rumus kimia zat-zat yang terlibat dalam reaksi sehingga diperoleh jumlah setiap jenis atom yang sama pada kedua sisi tanda panah reaksi. Ketika melakukan langkah kedua, kita tidak boleh mengubah rumus molekul zat-zat yang terlibat dalam reaksi. Jika diubah, maka berarti sifat senyawa kimia yang ditulis dalam persamaan kimia itu juga akan berubah. Contoh penyetaraan persamaan kimia

Tujuan penyetaraan koefisien persamaan kimia adalah supaya jumlah tiap jenis atom pada masing-masing ruas persamaan kimia sama. Hukum yang mendasari penyetaraan persamaan kimia adalah hukum kekekalan massa dan hukum perbandingan tetap. Hukum kekekalan massa mengendalikan kesetaraan jumlah atom pada kedua ruas persamaan kimia, sementara hukum perbandingan tetap mengendalikan penulisan rumus kimia zat pereaksi dan hasil reaksi.

Anda mungkin juga menyukai