Anda di halaman 1dari 10

Makalah Ikatan Kimia

TEORI ATOM DAN GELOMBANG


DE BROGLIE
OLEH :
Filda Hanif

(140208075)

Muzammil

(140208074)

Siti Rahmadayani

(140208050)

Sri Wahyuni

(140208055)

Dosen Pembimbing:
Muammar Yulian, M.Si

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGRUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY
DARUSSALAM-BANDA ACEH
2015
PEMBAHASAN

Pada abad ke-5 SM, filsuf Yunani Democritus mengungkapkan keyakinannya bahwa
suatu materi terdiri atas partikel yang sangat kecil dan tidak dapat di bagi lagi, yang
dinamakan atomos (berarti tidak dapat dibelah atau dibagi). Pada tahun 1808, seorang ilmuan
Inggris yang juga seprang guru sekolah, Jhon Dalton, merumuskan definisi yang presisi
tentang blok penyusun materi yang tidak dapat dibagi lagi yang kita sebut atom.
Hasil karya Dalton menandai awal era modern dalam bidang kimia. Hipotesis tentang
sifat materi yang merupakan landasan teori atom Dalton dapat dirangkumkan sebagai berikut:
1. Unsur tersusun atas partikel yang sangat kecil, yang disebut atom. Semua atom unsur
tertentu adalah identik, yaitu mempunyai ukuran, massa, dan sifat kimia yang sama.
Atom suatu unsur tertentu berbeda dari atom semua unsur yang lain.
2. Senyawa tersususun atas atom-atom dari dua unsur atau lebih. Dalam setiap senyawa,
perbandingan antara jumlah atm dari setiap dua unsur yang ada bisa merupakan bilangan
bulat atau pecahan sederhana.
3. Yang terjadi dalam reaksi kimia hanyalah pemisahan, penggabungan, atau penyusunan
ulang atom-atom; reaksi kimia tidak mengakibatkan penciptaan atau pemusnahan atomatom.
Konsep atom Dalton jauh lebih rinci dan spesifik dibandingkan konsep Democritus.
Hipotesis pertama menyatakan bahwa atom dri unsur yang satu berbeda dari atom yang
semua unsur yang lain. Dalton tidak mencoba untuk menggambarkanstruktur atau susunan
atom-atom, dia tidak mempunyai gambaran seperti apa sebenarnya atom itu. Tetapi dia
menyadari bahwa perbedaan sifat yang ditunjukkan oleh unsur-unsur seperti hidrogen dan
oksigen dapat dijelaskan dengan mengansumsikan bahwa atom-atom hidrogen tidak sama
dengan atom-atom oksigen.
Hipotesis kedua menyatakan bahwa untuk membentuk suatu senyawa, kita tidak
hanya membutuhkan atom dari unsur-unsur yang sesuai, tetapi juga jumlah yang spesifik dari
atom-atom ini. Gagasan ini menyatakan bahwa perluasan dari suatu hukum yang
dipublikasikan pada tahun 1799 oleh seorang kimiawan perancis Joseph Proust yaitu tentang
Hukum Perbandingan Tetap sampel-sampel yang berbeda dari senyawa yang sama selalu
mengandung unsur-unsur penyusunnya dengan perbandingan massa yang sama. Kemudian
hipotesis kedua dalton juga mendukung satu huku penting lainnya yaitu hukum Perbandingan
berganda Jika dua unsur dapat bergabung membentuk lebih dari senyawa, maka massamassa dari unsur yang pertama dengan suatu massa tetap dari unsur yang kedua akan
berbanding sebagai bilangan bulat yang kecil. Teori dalton menjelaskan tentang Hukum
perbandingan berganda secara sederhana : senyawa mempunyai perbedaan dalam hal jumlah
1

atom-atom yang bergabung. Misalnya, karbon membentuk dua senyawa stabil dengan
oksigen, yaitu karbon monoksida dan karbon dioksida. Teknik pengukuran modern
menunjukkan bahwa satu atom karbon bergabung dengan satu atom oksigen dalam karbon
monoksida dan satu atom karbon bergabung dengan dua atom oksigen dalam karbon
dioksida.
Hipotesis ketiga Dalton ialah cara lain untuk menyatakan hukum kekekalan massa
yaitu Materi tidak dapat diciptakan ataupun dimusnahkan. Karena materi tersusun atas
atom-atom yang tidak berubah dalam suatu reaksi kimia dasar, maka massa juga harus kekal.
Pandangan Dalton yang cemerlang tentang sifat materi merupakan faktor pendorong utama
pesatnya perkembangan kimia selama abad ksesembilan belas.
Pada perkembangannya, tidak semua isi teori atom Dalton adalah benar. Atom
ternyata masih dapat dibagi lagi menjadi partikel-partikel subatomik, yakni elektron, proton
dan neutron.
partikel
elektron
Proton
Neutron

lambang
e
p
n

Massa (kg)
-31

9,109 x 10
1,673 x 10 -27
1,675 x 10 -27

Muatan
satuan
-1
+1
0

Coulomb
1,6 x 10 -19
1,6 x 10 -19
0

Penemuan elektron membaw pada perumusan model atom Thomson di tahun 1898,
yaitu atom berbentuk bulat dimana muatan listrik positif yang tersebar merata dalam atom
dinetralkan oleh elektron-elektron yang berada di antara muatan positif. Elektron-elektron
dalam atom diumpamakan seperti butiran kismis dalam roti.
Penemuan partikel bermuatan listrik (proton) membawa pada perumusan model atom
Rutherford di tahun 1911, yaitu atom tersusun dari inti yang bermuatan positif dikelilingi
oleh elektron-elektron yang bermuatan negatif, seperti halnya planet-planet yang mengelilingi
matahari. Massa atom berpusat pada inti dan sebahagian besar volume atom merupakan
ruang hampa. Karena atom bersifat netral, maka jumlah muatan positif dalam inti (jumlah
proton) harus sama dengan jumlah elektron
Penemuan elektron melengkapi gambaran struktur atom Rutherford. Atom tersususn
dari inti atom yang di kelilingi oleh elektron yang bermuatan negatif. Inti atom terdiri dari
proton yang bermuatan positif dan neutron yang tidak bermuatan. Kedua partikel penyusun
inti atom ini disebut jga nukleon. Oleh karena atom bersifat netral, maka jumlah proton yang
bermuatan positif harus sama dengan jumlah elektron yang bermuatan negatif.

Di tahun 1913, Niels Bohr berhasil memperbaiki kelemahan model atom Rutherford
dan mengemukakan model atom bohr berdasarkan postulat berikut :
1. Setiap elektron dalam atom mengelilingi inti dalam lintasan tertentu yang stasioner yang
disebut orbit atau kulit. Meski elektron mengalami percepatan, namun pada orbitnya
elektron tidak memancarkan atau menyerap energi sehingga energinya konstan.
2. Elektron dapat berpindah dari orbit yang satu ke orbit lainnya dengan memancarkan atau

menyerap energi. Energi yang di pancarkan atau di serap adaalh E = hf =

hc

Model atom Bohr dapat menjelaskan kestabilan atom dan spektrum atom hidrogen.
Akan tetapi model ini mempunyai kelemahan, antara lain :
1. Model atom Bohr hanya dapat menjelaskan spektrum hidrogen secara akurattetapi gagal
menjelaskan spektrum atom yang lebih kompleks.
2. Asumsi bahwa elektron mengelilingi inti dalam orbit melingkar tidak sepenuhnya karena
orbit yang berbentuk elips dimungkinkan
3. Model atom Bohr tidak dapat menjelaskan adanya garis-garis halus pada spektrum atom
hidrogen. Hal ini dikarenakan Bohr menganggap elektron hanya sebagai partikel.
Teori atom selanjutnya menggunakan sifat dualisme elektron, sebagai partikel dan
gelombang. Sifat ini menyebabkan posisielektron dalam atom tidak dapat ditentukan, akan
tetapi merupakan kebolehjadian.
Model atom Bohr telah memperkenalkan konsep bilangan kunatum n yang
menyatakan orbit atau kulit atom, yakni n=1,2,3... yang disebut juga kulit K,L,M.... susunan
elektron dalam kulit-kulit atom disebut konfigurasi elektron. Aturan konfigurasi elektron
untuk atom-atom Z 20

adalah :

1. Pengisian elektron dimulai dari tingkat energi yang paling rendah, dalam hal ini kulit K
2. Jumlah maksimum elektron dalam kulit-kulit atom ini adalah 8, kecuali kulit K yang
hanya dapat memuat maksimum 2 elektron
3. Untuk atom unsur Z = 19 dan Z = 20, pengisian elektron sampai ke kulit N.

Gelombang De Broglie
Teori Bohr memberikan perumusan untuk memperoleh tingkat energi d menjelaskan
diskret untuk atom atau ion-ion tingkat satu. Tetapi tidak dapat menjelaskan asal mula
kuantitasi energi. Penjelasan mendasar dikembangkan pada tahun 926 oleh Scrodinger
melalui suatu analogi dengan teori vibrasi (getaran) yang berbentuk kunatitasinya sudah
dikenal baik. Satu langkah kunci ialah pengakuan oleh De Broglie bahwa dualisme

gelombang partikel, yang diperkenalkan oleh Einsten untuk mendeskripsikan foton, sama
dengan sifat partikel material seperti elektron.
De Broglie menyadari bahwa tegak ini merupakan contoh kuantisasi: hanya tingkat
vibrasi discrab tertentu, yang dicirikan dengan bilangan kuantum n yang diizinkan untuk
senar yang bergetar tersebut. ia menyarankan bahwa kuantisasi atom berelektron 1 mungkin
memiliki asal yang sama dan bahwa elektron mungkin berasosiasi dengan satu gelombang
tegak, dalam hal ini gelombang tegak melingkar diseputar nukleus atom. Agar amplitude
gelombang dapat didefenisikan dengan baik (bernilai tunggal dan halus) satu bilangan bulat
panjang gelombang harus cocok dengan keliling lingkaran 2

r . Syarat untuk panjang

gelombang terizinkan untuk gelombang melingkar tegak ialah


n =2 r

n=1,2,3,..

Perbandingan persamaan de Broglie dengan bohr menunjukkan bahwa panjang


gelombang untuk gelombang tegak berkaitan dengan momentum linier p dari elektron
tersebut melalui rumus sederhana
=

h
h
=
me v p

De Broglie menunjukkan dengan teori relevitas bahwa hubungan yang tepat sangat
terdapat diantara panjang gelombang dan momentum suatu foton. Dengan demikian, de
Broglie mengajukan suatu generalisasi dimana setiap partikel yang bergerak dengan
momentum linier p memiliki sifat seperti gelombang dan panjang gelombang = h/p yang
terasosiasi dengan partikel tersebut.
Bila gelombang dari dua sumber melewati daerah ruang yang sama, kedua saling
berinterferensi. Bila sinar X disorotkan pada sebuah Kristal, sinar dihamburkan oleh atomatom didalam Kristal. Sinar X yang dihamburkan oleh atom-atom didalam Kristal
terinterferensi satu sama lain menghasilkan pola difraksi (diffraction pattern) sinar X yang
khas. Dari generalisasi de Broglie, diffraksi seperti ini mestinya juga teramati bila seberkas
elektron dengan momentum yang sesuai (jadi panjang gelombangnya juga sesuai).
Ditembakkan kedalam Kristal. Pada tahun 1927, C. Davisson dan L.H. Germer
memperlihatkan bahwa elektron pada kenyataannya terdiffraksi oleh Kristal dan bahwa
persamaan de Broglie dengan benar memprediksi panjang gelombangnya. Ekperimen ini
memberikan konfirmasi luar biasa pada hipotesis de Broglie tentang sifat seperti gelombang

suatu materi gelombang dan partikel merupakan batas yang teridealkan, dan proton,
elektron, dan foton, semuanya memiliki aspek-aspek gelombang maupun partikel.
Verifikasi ekperimen untuk hipetesis de broglie
Pada tahun 1912, Max von laue menyatakan bahwa, lantaran susunan angular atomatomnya yang sedemikian rupa, Kristal-kristal dapat digunakan sebagai kisi-kisi diffraksi
untuk sinar X. sinar X merupakan radiasi elektromagnetik yang memiliki panjang gelombang
sekitar 1 , yaitu suatu ukuran yang sama dengan jarak interatomik dalam Kristal tertentu.
Teori diffraksi sinar X dikembangkan oleh Sir William H. Bragg pada tahun 1913.
Bragg menunjukkan bahwa sebuah bidang yang berisi atom-atom didalam Kristal, yang
disebut bidang Bragg, akan memantulkan dengan radiasi dengan cara yang sama persis
dengan pristiwa pemantulan cahaya dibidang cermin.
Jika kita tinjau radiasi yang dipantulkan oleh bidang bragg yang tersusun secara
parallel dan berjarak d satu sama lain, bahwa ada kemungkinan sinar-sinar datang akan
dipantulkan oleh setiap bidang dan saling berinteferensi konstruktif tersebut menggambarkan
bahwa perbedaan lintasan antara kedua sinar, AB=2d sin

, akan sama dengan sejumlah

panjang gelombang. Oleh karena itu, hokum bragg menyatakan bahwa jika n dan d
diketahui, panjang gelombang sinar dating dapat ditentukan dengan mengukur sudut
hamburan 2 antara sinar-sinar transisi dan diffraksi.
Ekperimen-ekperimen yang pertama dilakukan untuk mengamati diffraksi elektron,
berdasarkan prediksi hipotesis de Broglie, dilakukan oleh C.J. Davisson dan L.H. Germer di
bell telephon laboratories. Mereka mengarahkan seberkas sinar yang muatan elektronelektron berenergi 54 eV kesebuah nikel berkristal tunggal, yang diketahui jarak inter
atomiknya sebesar 2,15 menurut pengukuran sinar X, dan mengukur intensitas elektronelektron yang terhambur sebagai fungsi sudut hamburan. Jika tidak terdapat efek diffraksi,
kita dapat memperhitungkan bahwa intensitas elektron-elektron yang terhambur akan
mengalami penurunan secara monoton terhadap sudut hamburan tanpa elektron-elektron
fraksi besar disetiap sudut tunggal.
Tidak lama setelah ekperimen-ekperimen davisson dan germer, pada tahun 1927, G.P
Thomson memplajari transmisi elektron dalam logam timah tipis. Jika elektron-elektron
berprilaku sebagai partikel, citra yang samar-samar akan dihasilkan oleh sinar transmisi. Alihalih, Thomson menemukan pola diffraksi membundar yang hanya dapat dijelaskan dalam
5

bentuk gelombang. Hal ini selanjutnya memperkuat hipotesis de Broglie. Setelah itu
ekperimen-ekperimen diffraksi newtron termal (berenergi rendan) juga dilakukan untuk
mendukung hipotesis de Broglie.
Probabilitas Interpretasi Gelombang de Broglie
Tinjaulah pola interferensi-interferensi yang dihasilkan dari ekperimen celah ganda
menggunakan cahaya. Menilik dari bentuk gelombangnya dilayar, intensitas I (energy per
satuan luas per satuan waktu) disebuah titik dinyatakan dengan
I=

0 c

Dengan merupakan nilai medan listrik dititik tertentu,

adalah permitifitas ruang

hampa, dan c adalah kecepatan cahaya.


Disisi lain, dlam bentuk foton, intensitas dititik tertentu dinyatakan dengan
I = hvN
Dengan hv adalah energy per foton dan N adalah fluks foton (jumlah foton per satuan luas per
satuan waktu) yang menempa satu titik tertentu dilayar.
Tdak ada cara untuk memprediksi lebih lanjutdi titik mana kah sebuah foton akan
menerpa layar dan menghasilkan sinar tunggal. Namun, karena pola akhirya memuat
pergiliran pita terang dan gelap tampil berselang seling, maka setiap foton tunggal memiliki
probabilitas yang sangat besar untuk datang pada pita terang dan memiliki probabilitas nol
untuk datang pada pita gelap. Fluks foton N di sebuah titikdi layar adalah pengukuran
probabilitas menemukan foton di sekitar titik itu.
Karena I =

0 c

= hvN, tampak bahwa N sebanding dengan

. oleh karena

itu dalam interpretasi kuantum untuk radiasi elektromagnetik, besaran yang terjadi dalam
proses osilasi yaitu medan listrik

, adalah fungsi yang kuadratnya memberikan

probabilita menemukan foton di suatu tempat tertentu.


Pola interferensi untuk cahaya yang di jelaskan di sini dapat daapt dihasilkan dari
gelonbang materi, alih-alih gelombang cahaya. Probabilits interpretasi yang di dasarkan pada
dualisme gelombang partikel cahaya dapat dgunakan secara langsung untuk menjelaskan
dualisme gelombang partikel materi. Dengan demikian, melalui gelombang elektron, besaran
yang berasosiasi dengan panjang gelombang de broglie = h/mv merupakan fungsi
gelombang yang kuadratnya memberikan probabilitas menemukan elektron di suatu tempat
6

tertentu. Untuk mengakurkan bentuk gelombang dan partikeldari suatu materi, kita harus
menentukan lokasi partikel material tunggalnya dengan tepat. Alih-alih, kita daapt
membicarakan hanya probabilitas menemukan partikel di suatu lokasi tertentu pada suatu
waktu tertentu.
Fungsi gelombang umumnya di notasikan dengan . Untuk foton, gelombang de
broglie yang di representasikan dengan adalah gelombang elektromagnetik, sedangkan
untuk ekeltron dan material lainnya, adalah gelombang de broglie nonelektromagnetik.
Prinsip Ketidakpastian Heinsenberg
Dalam fisika klasik, partikel memiliki posisi dan momenta yang jelas dan mengikuti
lintasan yang pasti. Akan tetapi pada skala atomic posisi dan momenta tidak dapat ditentukan
dengan presisi disebabkan prinsip ketidakpastian yang dinyatakan oleh Werner heinsenberg
pada tahun 1927.
Prinsip ketidakpastian berkaitan langsung dengan proses pengukuran. Untuk
mengamati sebuah objek, kita harus menghamburkan sesuatu ,misalnya foton dari objek
tersebut. Penghamburan foton pada dari sebuah elektron dapat mempengaruhi lintasannya.
Untuk mengetahui posisi objek secara akurat, kita harus menggunakan cahaya dengan
panjang gelombang yang sebanding dengan atau lebih pendek daripada daripada ukuran
objek. Akan tetapi dengan persamaan De Broglie, semakin pendek panjang gelombang,
semakin besar semakin besar momentum foton. Kita tidak dapat mengukur momentum objek
dengan akurat sebab momentumnya akan terlempar dari lintasan asalnya oleh foton jadi kita
tidak dapat mengukur sampai akurasi sebatang baik posisi maupun momentum suatu objek.
Prinsip ketidak pastian memberikan suatu limit mendasar untuk akurasi dimana posisi
dan momentum partikel dapat diketahui secara simultan. Prinsip ini mengungkapkan
kelemahan mendasar pada model bohr, yang menggambarkan posisi dan momentum secara
tepat untuk elektron yang berada pada orbit melingkarnya diseputar nukleus.
Persamaan Schrodinger
Kajian de Broglie memberikan sifat seperti gelombang untuk elektron-elektron
didalam atom, dan prinsip ketidak pastian memperlihatkan bahwa lintasan elektron secara
terperinci tidak dapat ditentukan. Dengan demikian, kita harus menanganinya dari segi
probabilitas elektron yang memiliki posisi dan momenta tertentu. Gagasan ini digabungkan
dalam persamaan dasar mekanika kuantum, yaitu persamaan schrodinger, yang ditemukan
oleh fisikawan Austria Erwin schrodinger pada tahun 1925.
7

Schrodinger, seorang pakar yang dihormati dalam hal teori vibrasi dan kuantisasi
gelombang tegak yang berkaitan, memberi alas an bahwa suatu elektron (atau partikel lain)
yang memiliki sifat seperti gelombang, harus didescribsikan dengan fungsi gelombang yang
memiliki satu nilai pada setiap posisi didalam ruang (nilai fungsi gelombang pada setiap
posisi mendeskripsikan, misalnya, tinggi gelombang air atau amplitude gelombang elektro
magnetic klasik). Fungsi gelombang ini dilambangkan dengan huruf yunani (psi), dan
(y,x,z) ialah tinggi gelombang itu pada titik dalam ruang yang didefenisikan oleh satu set
koordinat celcius.
Suatu fungsi gelombang, seperti hanya gelombang elektromagnetik, dapat bernilai
positif didaerah ruang tertentu (disebut memiliki fasa positif didaerah tersebut) dan nilai
negative didaerah lain (disebut fase negative) titik-titik pada saat fungsi gelombang melewati
posisi nol dan berubah tanda disebut simpul, sama halnya seperti model senar gitar untuk
gelombang tegak.
Posisi untuk persamaan schrodinger memungkinkan untuk lebih dari satu nilai energy.
Solusi yang berkaitan dengan energy terendah disebut keadaan standart (sama seperti pada
model bohr) dan solusi untuk energy yang lebih tinggi dinamakan keadaan tereksitasi. Kita
tidk mempunyai cara untuk mengukur secara langsung, sama seperti dalam optikal
gelombang klasik yang tidak mempunyai cara langsung untuk mengukur amplitude medan
listrik dan magnetic yang merupakan komponen gelombang cahaya.
Dengan memakai analogi, dapat dikatakan bahwa kuadrat dari fungsi gelombang 2
untuk suatu partikel ialah kerapatan probabilitas untuk partikel tersebut. Dengan kata lain 2
(x,y,z) x, y, z ialah probabilitas dimana partikel dapat ditemukan dalam suatu volume
kecil x, y, z disekitar titik (x,y,z). penafsiran probabilistic dari fungsi gelombang, yang
diusulkan oleh fisikawan jerman Max born, sekarang secara umum telah diterima sebab
usulan ini memberikan gambaran yang konsisten dari gerak partikel pada skala mikroskopik.
Melalui persamaan schrodinger, mekanika kuantum mendeskripsikan secara cermat
prilaku sistem mikroskopik, yang tidak dapat dijelaskan oleh mekanika Newtonian. Mekanika
kuantum merupakan teori yang lebih umum dan mengandung mekanika Newtonian sebagai
kasus pembatas, yang berlaku untuk sisitem makroskopik untuk menerapkan mekanika
kuantum pada sistem tertentu, kita dapat menstuptitusikan energy potensial interaksi untuk
sistem tersebut kedalam persamaan schrodinger dan memecahkan persamaan tersebut untuk
memproleh dua hasil utama: nilai energy yang terizinkan dan fungsi gelombang.

DAFTAR PUSTAKA
Chang,raymond. 2004. Kimia Dasar edisi 3 jilid 1. Jakarta : Erlangga
Gautreau,Ronald dan Savin, William.2006.Fisika Modern. Jakarta : Erlangga
Johari.,J.M.C dan Rachmawati. 2007. Kimia 1 untuk SMA. Jakarta : Erlangga
Oxtoby.2003. Prinsip-Prinsip Kimia Modern. Jakarta : Erlangga

Anda mungkin juga menyukai