Anda di halaman 1dari 55

Bab 2

Struktur Atom Dan


Sistem Periodik Unsur

A. Teori Atom dan Perkembangannya

Atom merupakan partikel terkecil dari


suatu unsur. Pada setiap partikel atom terdapat
partikel penyusun atom yang terdiri dari
elektron, proton, dan neutron. Gambaran posisi
dan susunan partikel penyusun atom dalam
suatu atom berkembang dari temuan-temuan
yang paling sederhana sampai yang rumit tetapi
dapat menggambarkan model atom yang
sebenarnya. Gambaran ini disebut juga teori
atom.
Teori atom sudah diungkapkan para ahli mulai dari beberapa abad yang lalu. Menurut
para ahli fisika, jari-jari suatu atom sekitar 3 – 15 nm (1 nm = 10-9 meter). Sampai sekarang
belum ada alat yang dapat memperbesar atom sehingga dapat diamati secara jelas. Walaupun
atom tidak dapat dilihat dengan jelas, para ahli dapat membuat perkiraan gambaran mengenai
atom berdasarkan data eksperimen dan kajian teoretis yang dilakukannya. Perkiraan tentang
gambaran atom tersebut dinamakan model atom. Itulah sebabnya mengapa model atom telah
beberapa kali mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan.

Perkembangan teori atom dari tahun ke tahun dapat digambarkan dengan model atom
seperti pada Gambar
Perkembangan teori atom dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Teori Atom Dalton


John Dalton pada tahun 1808 mengungkapkan sebagai berikut.
a. Semua materi mempunyai bagian terkecil yang disebut atom.
b. Atom tidak dapat dibagi-bagi lagi menjadi bagian yang lebih kecil.
c. Atom-atom suatu unsur sama dalam segala hal, tetapi berbeda dengan atom-atom unsur
lain.
d. Pada pembentukan senyawa terjadi ikatan antara penyusun senyawa tersebut.
e. Atom-atom bergabung dengan perbandingan yang sederhana.

2. Teori Atom Thomson


Sir J.J. Thomson tahun 1897 memperlihatkan elektron dengan teorinya sebagai berikut.
a. Atom merupakan bola yang bermuatan positif, pada tempat-tempat tertentu ada elektron
yang bermuatan negatif.
b. Jumlah muatan positif sama dengan muatan negatif.
Teori atom Thomson ini dikenal dengan nama teori atom Roti Kismis.

3. Teori Atom Rutherford


Ernest Rutherford tahun 1911 mengungkapkan model inti untuk suatu atom. Pada model inti
digambarkan atom sebagai ruangan kosong dengan inti yang padat mengandung muatan positif
terletak di pusat dan elektron beredar mengelilingi inti. Teori atom Rutherford menerangkan
sebagai berikut.
a. Massa atom terpusat pada inti atom
b. Elektron beredar mengelilingi inti pada orbitnya atau kulitnya.
c. Ukuran atom sekitar 10–8 cm dan inti atom 10–13 cm.

Model atom Rutherford ada kekurangannya yaitu, jika elektron-elektron terus


mengelilingi inti akhirnya akan kehilangan energi dan kemungkinan dapat
menumbuk inti.

4. Teori Atom Bohr


Niels Bohr tahun 1913 bekerja dengan Rutherford memodifikasi model atom dengan
menambahkan bahwa elektron mengelilingi inti pada tingkat-tingkat energi yang berbeda.
Bohr mengungkapkan sebagai berikut.
a. Elektron mengelilingi inti atom pada tingkat-tingkat energi tertentu yang disebut kulit
elektron.
b. Elektron dapat pindah dari tingkat energi yang satu ke yang lain dengan melepaskan atau
menyerap energi.

Walaupun model atom Bohr menjelaskan bagaimana elektron tidak akan


menumbuk inti, model Bohr tidak berlaku untuk atom berelektron banyak!

5. Teori Atom Modern (Mekanika Kuantum)


Teori atom modern berdasarkan mekanika quantum (tahun 1927) merupakan kelanjutan hasil
kerja Rutherford dan Bohr. Teori atom modern menyatakan sebagai berikut.

Elektron bergerak mengelilingi inti pada orbital. Orbital menggambarkan daerah kebolehjadian
ditemukannya elektron.
B. Struktur Atom dan Partikel Penyusun Atom
Apabila penggaris plastik digosok-gosokkan pada rambut kering, penggaris tersebut
dapat menarik potongan kecil kertas. Peristiwa tersebut membuktikan bahwa penggaris memiliki
sifat listrik, karena penggaris merupakan materi yang tersusun atas atom-atom. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa atom memiliki sifat listrik. Penyelidikan tentang sifat kelistrikan suatu
atom dilakukan selama bertahun-tahun oleh beberapa ahli di antaranya J.J. Thompson, Eugen
Goldstein, Rutherford, dan Bathe & Becker.

1. Elektron
Elektron ditemukan oleh Joseph John Thomson pada tahun 1897. Penemuan elektron diawali
dengan ditemukannya tabung katode oleh William Crookes. Kemudian J.J. Thomson meneliti
lebih lanjut tentang sinar katode ini dan dapat dipastikan bahwa sinar katode ini merupakan
partikel, sebab dapat memutar baling-baling yang diletakkan di antara katode dan anode Sifat
sinar katode, antara lain:
1. merambat tegak lurus dari
permukaan katode menuju anode;
2. merupakan radiasi partikel sehingga
terbukti dapat memutar baling-
baling;
3. bermuatan listrik negatif sehingga
dibelokkan ke kutub listrik positif;
4. dapat memendarkan berbagai jenis
zat, termasuk gelas.

Percobaan Thomson untuk menentukan harga e/m


Dari hasil percobaan tersebut, J.J. Thomson menyatakan bahwa sinar katode merupakan partikel
penyusun atom yang bermuatan negatif dan selanjutnya disebut elektron. J.J. Thomson berhasil
menentukan perbandingan antara muatan dengan massa elektron (e/m) sebesar 1,76 × 108
C/g.Kemudian pada tahun 1909, Robert Millikan dari Universitas Chicago, berhasil menentukan
besarnya muatan 1 elektron sebesar 1,6 × 10-9 C. Dengan demikian, maka harga massa 1 elektron
dapat ditentukan dari harga perbandingan muatan dengan massa elektron (e/m).

Nilai e/m = 1,76 x 108 C/g, maka


Muatan
Massa 1 elektron =
Muatan/gram
= -1.6022 x 10-9 coulomb
-1,76 x 108 coulomb/gram
= 9,10 X 10-28 gram
partikel yang bersifat netral. Karena elektron
bermuatan negatif maka harus ada partikel
lain yang dapat menetralkan muatan negatif
tersebut yaitu partikel yang bermuatan
positif. Dari penemuannya tersebut, J.J.
Thomson mengemukakan teori atomnya
yang dikenal dengan teori atom Thomson,
yaitu:
Atom merupakan bola pejal yang
Model Atom Thomson bermuatan positif dan di dalamnya tersebar
Setelah penemuan elektron, maka elektron yang bermuatan negatif.
model atom Dalton tidak dapat diterima lagi.
Menurut J.J. Thomson, atom merupakan

Karena tersebarnya elektron-elektron di dalam atom bagaikan kismis, sehingga disebut


juga model atom roti kismis.

2. Inti atom
a. Proton
Dengan ditemukannya elektron oleh Thomson, para ahli semakin yakin bahwa atom
tersusun oleh partikel-partikel yang lebih kecil. Pada tahun 1886, Eugen Goldstein memodifikasi
tabung sinar katode dengan melubangi lempeng katodenya dan gas yang berada di belakang
lempeng katode menjadi berpijar. Peristiwa tersebut menunjukkan adanya radiasi yang berasal
dari anode yang menerobos lubang pada lempeng katode. Sinar ini disebut sinar anode atau sinar
positif.
Sifat sinar anode, antara lain:
1. merupakan radiasi partikel sehingga dapat memutar baling-baling;
2. dalam medan listrik/magnet, dibelokkan ke kutub negatif, jadi merupakan radiasi bermuatan
positif;
3. partikel sinar anode bergantung pada jenis gas dalam tabung.
Partikel terkecil diperoleh dari gas hidrogen. Partikel ini kemudian disebut proton.
Massa 1 proton = 1 sma = 1,66 × 10-24 gram
Muatan 1 proton = +1 = 1,6 × 10-19 C

Pada tahun 1910, Ernest Rutherford bersama dua orang asistennya, yaitu Hans Geiger
dan Ernest Marsden, melakukan serangkaian percobaan untuk mengetahui kedudukan partikel-
partikel di dalam atom. Percobaan mereka dikenal dengan hamburan sinar alfa terhadap lempeng
tipis emas. Dari pengamatan mereka, didapatkan fakta bahwa partikel yang ditembakkan pada
lempeng logam emas yang tipis, sebagian besar diteruskan, dan ada sebagian kecil yang
dibelokan bahkan ada juga beberapa di antaranya yang dipantulkan. Hal tersebut sangat
mengejutkan bagi Rutherford. Penemuan ini menyebabkan gugurnya teori atom Thomson.
Partikel yang terpantul tersebut diperkirakan telah menabrak sesuatu yang padat di dalam atom.
Dengan demikian atom tersebut tidak bersifat homogen seperti digambarkan oleh Thomson.
Bahkan menurut pengamatan Marsden, diperoleh fakta bahwa satu di antara 20.000 partikel akan
membelok dengan sudut 90o bahkan lebih.

Percobaan Rutherford. Penembakan lempeng logam tipis Emas dengan sinar

Sumber: Brown & LeMay, 1977

Berdasarkan gejala-gejala tersebut, diperoleh beberapa kesimpulan antara lain:


1. Atom bukan merupakan bola pejal, karena hampir semua partikel diteruskan. Berarti,
sebagian besar volume atom merupakan ruang kosong.
2. Partikel yang mengalami pembelokan ialah partikel yang mendekati inti atom. Hal
tersebut disebabkan keduanya bermuatan positif.
3. Partikel yang dipantulkan ialah partikel yang tepat menabrak inti atom.

Berdasarkan fakta-fakta yang didapatkan dari percobaan tersebut, Rutherford mengusulkan


model atomnya yang menyatakan bahwa atom terdiri atas inti atom yang sangat kecil dan
bermuatan positif yang dikelilingi oleh elektron yang bermuatan negatif. Jumlah proton dalam
inti sama dengan jumlah elektron ynag mengelilingi inti, sehingga atom bersifat netral.
Rutherford juga menduga bahwa di dalam inti atom terdapat partikel netral yang berfungsi untuk
mengikat partikel-partikel positif agar tidak saling menolak.
Dari percobaan tersebut, Rutherford dapat memperkirakan jari-jari atom kira-kira 10–8 cm
dan jari-jari inti kira-kira 10–13 cm.

b. Neutron
Pada tahun 1930, W. Bothe dan H. Becker melakukan percobaan yang lain, yaitu menembaki inti
atom berilium dengan partikel dan mereka menemukan suatu radiasi partikel yang mempunyai
daya tembus yang besar. Kemudian pada tahun 1932, James Chadwick membuktikan bahwa
radiasi tersebut terdiri atas partikel netral yang massanya hampir sama dengan massa proton.
Karena partikel tersebut bersifat netral, maka dinamai neutron. Percobaan-percobaan selanjutnya
membuktikan bahwa neutron juga merupakan partikel penyusun inti.

Partikel Dasar Penyusun Atom


C. Tanda Atom
Semua inti atom terdiri atas proton dan neutron. Kedua partikel penyusun inti ini disebut
nukleon. Atom-atom suatu unsur mempunyai jumlah proton yang berbeda dengan atom unsur
lain. Jumlah proton ini disebut nomor atom. Karena hanya proton yang merupakan partikel
bermuatan di dalam inti, maka jumlah proton juga menyatakan muatan inti. Susunan suatu inti
dinyatakan dengan notasi sebagai berikut:

Dengan:
X = tanda atom unsur
Z = nomor atom = jumlah proton (p) dalam inti
atom
A = nomor massa = jumlah proton (p) + jumlah
neutron (n)

Sebagaimana kita ketahui, suatu atom dikatakan netral jika jumlah elektron sama dengan jumlah
proton. Perlu kita ketahui juga bahwa suatu atom dapat menerima (menyerap) atau melepaskan
elektron. Jika atom menerima 1 elektron, maka atom tersebut kelebihan muatan negatif sebanyak
1 atom dan disebut bermuatan –1. Sebaliknya jika atom tersebut melepaskan 1 elektron, maka
akan kekurangan muatan negatif sebanyak 1 atom atau kelebihan muatan positif sebanyak 1
atom dan disebut bermuatan +1, dan seterusnya.

Atom-atom suatu unsur dapat memiliki nomor massa atom yang berbeda, karena jumlah
neutron dalam atom tersebut berbeda. Selain itu juga atom-atom yang berbeda dapat memiliki
nomor massa dan jumlah neutron yang sama.
Atom-atom yang mempunyai nomor atom Contoh Isotop :
yang sama, tetapi massa atomnya berbeda
disebut Isotop. Nomor atom merupakan
identitas dari atom, sehingga setiap atom
yang mempunyai nomor atom yang sama
maka unsurnya pun sama.

Atom-atom yang mempunyai nomor atom Contoh Isobar :


yang berbeda tetapi massa
atomnya sama adalah Isobar.

Untuk Atom-atom yang mempunyai jumlah neutron yang sama dari unsur
unsur yang berbeda disebut Isoton.

D. Model Atom Niels Bohr dan Konfigurasi Elektron


Secara umum, atom tersusun dari inti atom yang berisi proton dan neutron, sedangkan
electron berada di luar inti atom pada jarak yang relative jauh dari inti. Niels Bohr, melaluui
percobaannya tentang spectrum atom hidrogen berhasil memberikan penjelasan bagaimana
elektorn-elektron berada di daerah sekitar inti atom. Penjelasan Niels Bohr didasarkan pada dua
anggapan (postulat) untuk menjawab kelemahan teori atom yang dikemukakan oleh Rutherford
yaitu sebagai berikut :
- Elektron mengelilingi inti atom pada lintasan tertentu yang stasioner yang disebut orbit
atau kulit. Walaupun electron bergerak cepat, tetapi electron tidak memancarkan atau
menyerap energi sehingga energi elektron konstan. Hal ini menunjukkan bahwa electron
yang berputar mengelilingi inti atom mempunyai lintasan tetap sehingga elektron tidak
jatuh ke inti.
- Elektron dapat berpindah dari kulit yang satu ke kulit yang lain dengan memancarkan
atau menyerap energi.

Menurut model atom Niels Bohr, electron-elektron mengelilingi inti pada lintasan-lintasan
tertentu yang disebut dengan kulit elektron atau tingkat energi. Lintasan electron yang terletak
paling dekat dengan inti mempunyai energy paling rendah. Semakin jauh lintasan electron,
semakin tinggi tingkat energinya. Lintasan elektron itu disebut juga sebagai kulit elektron di
mana kulit yang paling dekat dengan inti diberi lambang K, kulit kedua diberi lambang L, kulit
ketiga M, dan seterusnya. Tiap-tiap kulit elektron hanya dapat ditempati oleh maksimum 2n 2
elektron, dimana n adalah nomor kulit.

Elektron-elektorn akan mulai menempati kulit K sampai penuh (maksimum), kemudian baru
mengisi kulit L, dan demikian seterusnya. Penempatan elektron sampai penuh akan terjadi pada
kulit K, L, dan M. Sedangkan untuk kulit-kulit keempat (kulit N) sudah akan terisi bila kulit M
sudah terisi 8 elektron.

E. Teori Atom Mekanika Kuantum


1. Mekanika Kuantum

Penjelasan terhadap sifat-sifat atom yang khas baru dapat dilakukan setelah Max Planck
menemukan teorinya yang dikenal dengan teori kuantum atau mekanika kuantum. Sebelum
memahami teori kuantum, maka harus dipahami dahulu tentang gelombang. Gelombang
merupakan getaran yang merambat, dimana dengan bergetar tersebut energy diteruskan.
Kecepatan gelombang merambat tergantung pada jenis dan sifat medium (udara, air, atau ruang
hampa) tempat gelombang tersebut merambat. Beberapa sifat gelombang yang memengaruhi
kecepatan atau energy gelombang tersebut di antaranya panjang gelombang (λ), frekuensi (f),
dan amplitude (A).
Panjang gelombang (λ) merupakan jarak antara dua titik yang identik, misalnya titik
puncak dari gelombang yang berurutan. Frekuensi (f) adalah jumlah gelombang yang lewat
dalam satu titik untuk setiap detiknya, sedangkan amplitudo (A) adalah jarak vertikal dari garis
tengah gelombang ke puncak atau lembah gelombang.
Salah satu sifat penting dari gelombang adalah adanya hubungan antara kecepatan
gelombang (v) dengan panjang gelombang (λ) dan frekuensi (f), dimana kecepatan gelombang
merupakan hasil kali dari panjang gelombang dengan frekuensi.
v=λf
2. Radiasi Elektromagnetik

Semua jenis radiasi elektromagnetik bergerak melalui ruang hampa dengan kecepatan
cahaya, yaitu sebesar 3,00 x 108 m/s atau 300.000 kilometer per detik. Kecepatannya dapat
berubah bila melalui medium tertentu seperti udara, air, atau zat padat. Gelombang yang
berkaitan dengan radiasi elektromagnetik, seperti sinar matahari, sinar-X, gelombang radio, dan
lainnya disebut dengan gelombang elektromagnetik.
Gelombang radio merupakan gelombang elektromagnetik dengan ukuran panjang gelombang
(λ) yang besar, dan dapat dipancarkan dari antena radio. Sementara itu, gelombang yang lebih
pendek misalnya gelombang cahaya dapat dipancarkan dari atom atau molekul, sedangkan
gelombang yang sangat pendek atau mempunyai frekuensi sangat tinggi seperti sinar gama
berasal dari zat radioaktif (nuklir).
Apabila unsur dipanaskan, akan membara dan selanjutnya memancarkan cahaya dengan
warna tertentu. Uap natrium dan uap raksa (merkuri) yang dipanaskan akan menghasilkan warna
kuning dan dimanfaatkan untuk lampu penerangan jalan yang berwarna kuning (lampu merkuri).
Percobaan yang dilakukan dengan cara membakar Kristal garam klorida dari unsur alkali (LiCl,
KCl), alkali tanah (CaCl2), dan Kristal garam yang lain menunjukkan bahwa setiap unsur akan
memancarkan cahaya dengan warna tertentu. Hal itu berarti setiap unsur hanya akan
menghasilkan gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang tertentu. Hal ini berbeda
dengan cahaya yang dihasilkan oleh sinar matahari yang akan menghasilkan spectrum yang
lengkap. Spectrum lengkap yang dihasilkan oleh cahaya matahari dikenal sebagai spektrum
kontinu. Sementara itu, spektrum yang dihasilkan oleh unsur hanya mengandung beberapa garis
warna yang terpisah satu sama lain, sehingga dikenal sebagai spektrum garis.
Spektrum warna pada pemanasan unsur-unsur tersebut terjadi karena atom-atomnya dapat
memancarkan radiasi gelombang elektromagnetik berupa cahaya. Besarnya energy yang
dipancarkan dari radiasi tersebut tergantung pada panjang gelombangnya. Menurut Max Planck,
terdapat hubungan antara panjang gelombang dengan energy dari suatu gelombang
elektromagnetik, tetapi penjelasannya tidak berdasarkan teori fisika klasik. Menurut teori fisika
klasik, atom-atom dalam zat padat dapat menyerap atau memancarkan energy berapapun
besarnya. Akan tetapi, menurut Planck, atom-atom dalam suatu zat hanya dapat menyerap atau
memancarkan energy pada paket-paket gelombang tertentu yang disebut “kuanta”. Max Planck
memberi nama paket gelombang terkecil yang dapat diterima oleh suatu atom dengan
“kuantum”. Oleh karena itu, teori dari Max Planck ini disebut dengan teori mekanika kuantum.
Besarnya energi kuantum ini oleh Planck dinyatakan sebagai berikut.
E=hf
Dengan E adalah energi dan h adalah tetapan Planck yang besarnya 6,63 x 10 -34 Js. Menurut
Planck, energi yang dipancarkan oleh suatu atom merupakan kelipatan dari hf, misalnya hf; 2 hf;
1 3
3 hf; dan seterusnya, tetapi tidak bisa hf , hf , dan angka pecahan lainnya.
2 7
Teori atom Niels Bohr sementara dapat digunakan untuk menjelaskan terjadinya
spektrum pada atom hidrogen. Menurut Niels Bohr, terjadinya warna (spektrum) spektrum pada
atom hidrogen tersebut karena eksitasi atau perpindahan elektron dari kulit dalam (energy
rendah) ke kulit yang lebih luar (energi tinggi) karena adanya penyerapan energi oleh elektron
pada saat atom dipanaskan. Elektron yang tereksitasi ini tidak stabil dan segera kembali ke kulit
sebelumnya (kondisi energi sebelumnya) sambil memancarkan energi tertentu (kelipatan dari hf)
yang tampak sebagai garis-garis warna.
Besarnya energi yang dipancarkan dalam bentuk garis-garis warna tersebut ternyata
merupakan selisih energi dari tingkat elektron lintasan semula dengan lintasan yang baru. Selisih
energi tersebut dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
1
En = - RH ( )
n2
Dengan RH merupakan tetapan Rydberg dengan nilai 2,18 x 10-18 J, dan n = 1, 2, 3 . . .
Jika selisih energi tersebut adalah ΔE = E2 – E1, maka :
1 1
ΔE = ¿) - ¿) atau ΔE = RH ( 2
− 2)
n1 n 2

3. Model Atom Mekanika Gelombang

Apabila spektrum garis pada atom hidrogen dilewatkan pada medan magnet, ternyata dapat
terlihat bahwa setiap garis tersebut terdiri dari beberapa garis spektrum dengan perbedaan
frekuensi yang sangat kecil antara satu dengan yang lainnya. Hal tersebut tidak dapat dijelaskan
secara memuaskan oleh Niels Bohr. Kegagalan Niels Bohr untuk menjelaskan spektrum atom
yang berelektron banyak serta adanya beberapa spektrum dari setiap garis spektrum atom
hidrogen merupakan salah satu kelemahan dari teori atom Niels Bohr.
Penjelasan yang lebih memuaskan diperoleh Louis de Broglie yang mengemukakan
hipotesisnya tentang sifat dualism materi, yaitu materi dapat bersifat sebagai partikel dan
sekaligus dapat mempunyai sifat sebagai gelombang. Bukti eksperimen pola difraksi dari
elektron membenarkan adanya anggapan dualism partikel-gelombang karena gejala difraksi
hanya dapat dijelaskan dengan menganggap elektron sebagai gelombang. Akibat dualism sifat
tersebut maka letak dan kecepatan elektron tidak dapat dipastikan secara serentak. Apabila
letaknya dapat dipastikan, maka kecepatannya tidak dapat ditentukan, demikian pula sebaliknya.
Dengan demikian, ada ketidakpastian tentang letak dan kecepatan elektron tersebut. Keadaan ini
dikenal dengan prinsip ketidakpastian Heisenberg.
Louis Victor de Broglie kemudian menurunkan suatu persamaan untuk menentukan panjang
gelombang partikel yang bergerak sebagai gelombang. Dengan menggunakan mekanika kuantum
dari Max Planck, diketahui bahwa lintasan elektron mengikuti pola gelombang diam. Keliling
orbit elektron yang digambarkan Niels Bohr merupakan perkalian dari bilangan bulat dengan
panjang gelombang.
Erwin Schrödinger, seorang fisikawan Austria, menggunakan perhitungan matematika untuk
menjelaskan pola gelombang partikel yang bergerak, yang dikenal dengan persamaan
gelombang Schrödinger, yang melibatkan perilaku partikel yang berupa massa (m) dan perilaku
gelombang dari elektron sebagai fungsi gelombang (ψ : psi).
Fungsi gelombang (ψ) ini mendeskripsikan bentuk ruang dan energy yang dimungkinkan dari
gerakan elektron dalam atom. Bentuk ruang dan energy dari gerakan elektron ini disebut orbital.
Istilah orbital di sini berbeda dengan istilah orbit dari Niels Bohr. Orbital mengandung arti suatu
ruangan tiga dimensi sedangkan orbit mengarah pada ruang dua dimensi.
Orbital merupakan tingkat energy dari suatu ruang yang mempunyai peluang terbesar
(kebolehjadian terbesar) untuk menemukan elektron di sekitar inti atom. Dalam perkembangan
selanjutnya, orbital atau kumpulan beberapa orbital dari elektron ini dikenal sebagai subkulit dan
satu atau gabungan beberapa subkulit ini dikenal sebagai kulit elektron pada teori atom Niels
Bohr.
Penyelesaian persamaan gelombang Schrödinger menghasilkan tiga bilangan yang
mencirikan orbital elektron atau lebih mudahnya disederhanakan sebagai alamat elektron. Tiga
bilangan ini disebut dengan bilangan kuantum, yang terdiri dari bilangan kuantum utama,
bilangan kuantum azmimut, dan bilangan kuantum magnetik.

Bilangan Kuantum Utama


Bilangan kuantum utama menentukan besarnya tingkat energi suatu elektron yang mencirikan
ukuran orbital. Berdasarkan penyelesaian persamaan gelombang Schrödinger, didapat bahwa
nilai bilangan kuantum utama merupakan bilangan bulat dari 1 sampai tak terhingga (n = 1, 2, 3,
…, ∞). Dalam perkembangannya, nilai n sesuai dengan besarnya energy pada orbit (kulit
elektron) yang terdapat pada spektrum atom hidrogen. Dengan demikian, semakin besar nilai n
semakin jauh letak elektron dari inti atom.
Bilangan Kuantum Azimut atau Momentum Sudut (l)
Bilangan kuantum azimuth atau momentum sudut (l) memberikan informasi tentang bentuk
orbital. Nilai l tergantung pada nilai bilangan kuantum utama (n). Nilai l ini dapat digunakan
untuk menjelaskan terjadinya beberapa garis-garis spektrum bila sebuah garis pada spektrum
atom hidrogen dilewatkan pada medan magnet. Berdasarkan hal tersebut, kemudian dianggap
bahwa setiap kulit elektron (tingkat energi) pada model atom Bohr mempunyai satu atau
beberapa sub kulit (sub tingkat energy) dan nilai bilangan kuantum azimuth ini sebagai penanda
terhadap jenis sub kulit tersebut, dimana untuk nilai l = 0 melambangkan subkulit s; nilai l = 1
melambangkan sub kulit p; nilai l = 2 melambangkan sub kulit d; dan nilai l = 3 melambangkan
sub kulit f. Lambang s, p, d, dan f ini diambil dari nama spektrum yang dihasilkan oleh logam
alkali dari Li sampai dengan Cs yang terdiri dari empat deret, yaitu tajam (sharp), utama
(principal), kabur (diffuse), dan dasar (fundamental). Untuk nilai l selanjutnya (jika mungkin),
digunakan lambang huruf berikutnya yaitu g, h, i, dan seterusnya.

Bilangan Kuantum Magnetik (ml atau m)


Jika spektrum garis suatu atom diletakkan dalam medan magnet maka akan didapatkan garis
spektrum tambahan yang keberadaannya hanya dapat dijelaskan dengan adanya sebuah bilangan
kuantum baru yang selanjutnya disebut sebagai bilangan kuantum magnetic. Bilangan kuantum
magnetic menentukan arah orientasi dari orbital di dalam ruang relatif terhadap orbital yang lain.
Dengan demikian, untuk setiap satu subkulit terdapat beberapa orbital yang dicirikan oleh nilai
m1. Setiap subkulit (setiap nilai l) akan terdiri dari beberapa orbital dengan nilai m1 antara –l
sampai dengan +l. Jadi untuk subkulit s dengan nilai l = 0 hanya ada sebuah nilai m1 = 0, subkulit
p dengan nilai l = 1 mempunyai tiga nilai m1, yaitu m1 = -1, m1 = 0, dan m1 = +1, dan untuk nilai l
= 2 mempunyai lima nilai m1, yaitu = -2, -1, 0, +1, +2.

Bilangan Kuantum Spin (s atau ms)


Bilangan kuantum spin merupakan bilangan kuantum yang terlepas dari pengaruh momentum
sudut. Hal ini berarti bilangan kuantum spin tidak berhubungan secara langsung dengan tiga
bilangan kuantum yang lain. Bilangan kuantum spin digunakan untuk menandai arah putaran
(spin) elektron pada sumbunya. Setiap elektron dapat berputar pada sumbunya sesuai dengan
arah jarum jam atau berlawanan arah dengan jarum jam sehingga probabilitas elektron berputar
1 1
searah jarum jam adalah , dan probabilitas berputar berlawanan dengan jarum jam juga .
2 2
Untuk membedakan arah putarnya, maka diberi tanda negatif atau positif.

4. Orbital
Orbital adalah daerah atau ruang di sekitar inti di mana peluang (kebolehjadian) terbesar
elektron ditemukan. Setiap orbital mempunyai ukuran, bentuk, dan arah oriental ruang yang
ditentukan oleh bilangan kuantum n, l, dan m1. Orbital-orbital tersebut bergabung membentuk
suatu subkulit, dan subkulit bergabung membentuk kulit atau tingkat energi.
Subkulit s tersusun dari sebuah orbital dengan bilangan kuantum l = 0 dan mempunyai
ukuran yang berbeda tergantung nilai bilangan kuantum n (bagian dari kulit yang mana).
Subkulit p tersusun dari tiga orbital dengan bilangan kuantum l = 1. Tiga orbital p tersebut
adalah orbital px, py, dan pz. Bentuk ruang orbital p digambarkan seperti dumbbell dengan
probabilitas untuk menemukan elektron semakin kecil bila mendekati inti. Subkulit d tersusun
dari lima orbital yang mempunyai bilangan kuantum l = 2. Arah orientasi dari orbital d dapat
dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu yang berada di antara sumbu terdiri dari 3 orbital (dxy,
dxz, dyz) dan yang berada pada sumbu terdiri dari 2 orbital (d x − y , dan d z ).
2 2 2

5. Konfigurasi Elektron
Konfigurasi elektron menggambarkan penataan elektron-elektron dalam suatu atom.
Konfigurasi elektron adalah khas suatu atom.

Aturan Aufbau
Aufbau berarti membangun. Menurut prinsip aufbau ini, elektron di dalam suatu atom akan
berada dalam kondisi yang stabil bila mempunyai energy yang rendah, sedangkan elektron-
elektron akan berada pada orbital-orbital yang bergabung membentuk subkulit. Jadi, elektron
mempunyai kecenderungan untuk menempati subkulit yang tingkat energinya rendah. Besarnya
tingkat energy dari suatu subkulit dapat diketahui dan nilai bilangan kuantum utama (n) dan
bilangan kuantum azimuth (l) dari orbital tersebut.
Salah satu cara mengetahui urutan tingkat energy

Larangan Pauli
Larangan Pauli atau eksekusi Pauli menyatakan bahwa di dalam satu atom tidak boleh terdapat
dua elektron dengan empat bilangan kuantum yang sama. Dengan adanya larangan Pauli ini,
maka elektron yang dapat menempati suatu subkulit terbatas hanya dua kali dari jumlah
orbitalnya. Dengan demikian, jumlah maksimum elektron adalah sebagai berikut :
- Subkulit s terdiri dari 1 orbital, dapat ditempati oleh maksimum 2 elektron
- Subkulit p terdiri dari 3 orbital, dapat ditempati oleh maksimum 6 elektron
- Subkulit d terdiri dari 5 orbital, dapat ditempati oleh maksimum 10 elektron
Misalnya :
21 Sc : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d1 Jika disingkat menjadi [Ar] 4s2 3d1

Aturan Hund
Setiap subkulit tersusun atas beberapa orbital dengan energy setingkat. Dengan demikian,
elektron dimungkinkan menempati orbital mana saja. Sebagai contoh :
5B : [He] 2s2 2p1
Untuk elektron-elektron yang menempati subkulit dengan jumlah orbital lebih dari satu
(misalnya subkulit p atau d), maka kemungkinannya akan lebih banyak lagi. Sebagai contoh,
atom karbon akan mempunyai 15 kemungkinan penyebaran elektron pada orbital baik yang
berisi 2 atau 1 elektron. Berdasarkan pengamatan spektrum, diketahui bahwa keadaan yang
paling rendah energinya (paling stabil) adalah bila elektron-elektron tersebut tersebar ke semua
orbital dengan spin yang sejajar (spin sama). Aturan ini dikenal dengan Aturan Hund.

Beberapa Penyimpangan dari Aturan Umum


Seperti sudah dijelaskan sebelumnya bahwa konfigurasi elektron suatu atom adalah khas
sehingga terdapat beberapa atom yang konfigurasi menyimpang dari aturan-aturan umum
tersebut, misalnya :
24Cr : [Ar] 4s2 3d4 kurang stabil, maka berubah menjadi [Ar] 4s1 3d5
29Cu : [Ar] 4s23d9 kurang stabil, maka berubah menjadi [Ar] 4s1 3d10
Penyimpangan tersebut diketahui dari gambaran spektrumnya yang lebih cocok bila konfigurasi
elektronnya digambarkan seperti yang menyimpang tersebut. Penyimpangan tersebut
diperkirakan terjadi karena adanya perbedaan tingkat energi yang sangat kecil antara subkulit 3d
dan 4s, serta antara 4d dan 5s, pada masing-masing atom tersebut.

Konfigurasi Ion
Elektron dapat terlepas dari suatu atom netral karena adanya pengaruh energy dari luar sehingga
atom tersebut akan berubah menjadi ion. Elektron yang terlepas umumnya merupakan elektron
yang terikat paling lemah atau terdapat pada kulit (subkulit) terluar.
Tabel Konfirgurasi Ion Positif

Tabel Konfigurasi Ion Negatif

F. Sistem Periodik Unsur


1. Perkembangan Sistem Periodik Unsur
Upaya untuk mengelompokkan unsur-unsur ke dalam kelompok-kelompok tertentu
sebenarnya sudah dilakukan para ahli sejak dulu, tetapi pengelompokan masa itu masih
sederhana. Pengelompokan yang paling sederhana ialah membagi unsur ke dalam kelompok
logam dan nonlogam. Seiring perkembangan ilmu kimia, usaha pengelompokan unsur-unsur
yang semakin banyak tersebut dilakukan oleh para ahli dengan berbagai dasar pengelompokan
yang berbeda beda, tetapi tujuan akhirnya sama, yaitu mempermudah dalam mempelajari sifat-
sifat unsur. Dimulai pada tahun 1829, Johan Wolfgang Dobereiner mengelompokkan unsur-
unsur yang sangat mirip sifatnya. Ternyata tiap kelompok terdiri dari tiga unsur, sehingga
kelompok itu disebut triad. Apabila unsur-unsur dalam satu triad disusun menurut kenaikan
massa atom relatifnya, ternyata massa atom maupun sifat-sifat unsur yang kedua merupakan
rata-rata dari massa atom relatif maupun sifat-sifat unsur pertama dan ketiga.
Sistem triad ini ternyata ada kelemahannya. Sistem ini kurang efisien karena ternyata ada
beberapa unsur lain yang tidak termasuk dalam satu triad, tetapi mempunyai sifat-sifat mirip
dengan triad tersebut. Usaha selanjutnya dilakukan oleh seorang ahli kimia asal Inggris bernama
A. R. Newlands, yang pada tahun 1864 mengumumkan penemuannya yang disebut hukum oktaf.
Newlands menyusun unsur berdasarkan kenaikan massa atom relatifnya. Ternyata unsur yang
berselisih 1 oktaf (unsur ke-1 dan ke-8, unsur ke-2 dan unsur ke-9), menunjukkan kemiripan
sifat. Hukum oktaf ini juga mempunyai kelemahan karena hanya berlaku untuk unsur-unsur
ringan. Jika diteruskan, ternyata kemiripan sifat terlalu dipaksakan. Misalnya, Zn mempunyai
sifat yang cukup berbeda dengan Be, Mg, dan Ca.

Kemudian pada tahun 1869, seorang sarjana asal Rusia bernama Dmitri Ivanovich
Mendeleev, berdasarkan pengamatannya terhadap 63 unsur yang sudah dikenal ketika itu,
menyimpulkan bahwa sifat-sifat unsur adalah fungsi periodik dari massa atom relatifnya dan
persamaan sifat. Artinya, jika unsur-unsur disusun menurut kenaikan massa atom relatifnya,
maka sifat tertentu akan berulang secara periodik. Mendeleev menempatkan unsur-unsur yang
mempunyai kemiripan sifat dalam satu lajur vertikal, yang disebut golongan. Lajur-lajur
horizontal, yaitu lajur unsur-unsur berdasarkan kenaikan massa atom relatifnya, disebut periode.
Sistem periodik Mendeleev ini mempunyai kelemahan dan juga keunggulan. Kelemahan sistem
ini adalah penempatan beberapa unsur tidak sesuai dengan kenaikan massa atom relatifnya.
Selain itu masih banyak unsur yang belum dikenal. Sedangkan keunggulan sistem periodik
Mendeleev adalah bahwa Mendeleev berani mengosongkan beberapa tempat dengan keyakinan
bahwa masih ada unsur yang belum dikenal (James E. Brady, 1990).
Kurang lebih 45 tahun berikutnya, tepatnya pada tahun 1914, Henry G. Moseley (1887 –
1915) menemukan bahwa urutan unsur dalam sistem periodik sesuai dengan kenaikan nomor
atom unsur. Penempatan telurium (Ar = 128) dan iodin (Ar = 127) yang tidak sesuai dengan
kenaikan massa atom relatif, ternyata sesuai dengan kenaikan nomor atomnya (nomor atom Te =
52; I = 53). Jadi, sifat periodik lebih tepat dikatakan sebagai fungsi nomor atom. Sistem periodik
unsur modern disusun berdasarkan kenaikan nomor atom dan kemiripan sifat. Sistem periodik
unsur modern merupakan penyempurnaan dari sistem periodik Mendeleev.

2. Dasar Penyusunan Sistem Periodik Unsur Modern


Sistem periodik unsur modern disusun berdasarkan kenaikan nomor atom dan kemiripan
sifat. Lajur horizontal, yang selanjutnya disebut periode, disusun menurut kenaikan nomor atom,
sedangkan lajur vertikal, yang selanjutnya disebut golongan, disusun menurut kemiripan sifat.
Unsur segolongan bukannya mempunyai sifat yang sama, melainkan mempunyai kemiripan sifat.
Setiap unsur memiliki sifat khas yang membedakannya dari unsur lainnya. Unsur-unsur dalam
sistem periodik dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu unsur-unsur yang menempati golongan A
yang disebut unsur golongan utama, dan unsur-unsur yang menempati golongan B yang disebut
unsur transisi (James E. Brady, 1990).

3. Susunan Sistem Periodik Modern


Sistem periodik unsur modern yang disebut juga sistem periodik bentuk panjang, terdiri atas
7 periode dan 8 golongan. Periode 1, 2, dan 3 disebut periode pendek karena berisi sedikit unsur,
sedangkan periode lainnya disebut periode panjang. Golongan terbagi atas golongan A dan
golongan B. Unsur-unsur golongan A disebut golongan utama, sedangkan golongan B disebut
golongan transisi. Golongan-golongan B terletak antara golongan IIA dan IIIA. Golongan B
mulai terdapat pada periode 4. Dalam sistem periodik unsur yang terbaru, golongan ditandai
dengan golongan 1 sampai dengan golongan 18 secara berurutan dari kiri ke kanan. Dengan cara
ini, maka unsur transisi terletak pada golongan 3 sampai dengan golongan 12.
Hidrogen ditempatkan dalam golongan IA, terutama karena mempunyai 1 elektron valensi.
Akan tetapi, terdapat perbedaan sifat yang cukup nyata antara hidrogen dengan unsur golongan
IA lainnya. Hidrogen tergolong nonlogam, sedangkan yang lainnya merupakan logam aktif.
Dengan alasan tersebut, hidrogen kadang-kadang ditempatkan terpisah di bagian atas sistem
periodik unsur.

a. Periode
Sistem periodik unsur modern mempunyai 7 periode. Unsur-unsur yang mempunyai jumlah
kulit yang sama pada konfigurasi elektronnya, terletak pada periode yang sama.

b. Golongan
Sistem periodik unsur modern mempunyai 8 golongan utama (A). Unsur-unsur pada sistem
periodik modern yang mempunyai elektron valensi (elektron kulit terluar) sama pada
konfigurasi elektronnya, maka unsur-unsur tersebut terletak pada golongan yang sama
(golongan utama/A).
Tabel Nama-nama Golongan dalam Sistem Periodik Unsur

Golongan Utama (A) Nama Golongan Jumlah Elektron Valensi

IA Alkali 1
IIA Alkali tanah 2
IIIA Boron 3
IVA Karbon 4
VA Nitrogen 5
VIA Oksigen 6
VIIA Halogen 7
VIIIA Gas mulia 8

4. Sifat-Sifat Keperiodikan Unsur


Hampir semua unsur di alam ditemukan dalam bentuk senyawanya. Hal ini disebabkan unsur
itu belum stabil sehingga mudah bereaksi dengan unsur lainnya. Kereaktifan suatu unsur
bergantung pada harga jari-jari atom, energi ionisasi, afinitas elektronnya, dan
keelektronegatifan. Keteraturan harga-harga tersebut dalam tabel periodik merupakan sifat
keperiodikan unsur.

Jari-jari atom
Ukuran jari-jari atom dari suatu unsur ditentukan dengan sinar X, dengan mengukur jarak inti
atom terhadap pasangan elektron bersama dalam ikatannya. Untuk unsur logam, jari-jari
didefinisikan sebagai setengah jarak terpendek antara dua inti dalam bentuk padat, sedangkan
untuk unsur nonlogam didefinisikan sebagai setengah panjang ikatan kovalen tunggal antara dua
inti atom yang sejenis.
Sifat jari-jari atom dalam tabel periodik dapat disimpulkan sebagai berikut :
a. Dalam satu periode dengan bertambahnya nomor atom, jari-jari makin kecil.
b. Dalam satu golongan dengan bertambahnya nomor atom, jari-jari makin besar.

Energi Ionisasi
Untuk mengetahui sukar mudahnya suatu atom melepaskan elektron dapat ditentukan dari
harga energi ionisasinya. Energi ionisasi adalah energi yang diperlukan untuk melepaskan
elektron terluar suatu atom dalam keadaan gas.
Li (g) + energi ionisasi  Li+ (g) + e–
Energi ionisasi dinyatakan dalam kJ mol–1. Jika energi ionisasi kecil maka atom mudah
melepaskan elektron. Sebaliknya jika energi ionisasi besar maka atom sukar melepaskan
elektron. Dalam satu periode, dengan naiknya nomor atom, jari-jari atom makin kecil sehingga
gaya tarik inti terhadap elektron terluar semakin kuat, sehingga untuk melepaskan elektron dalam
atomnya dibutuhkan energi yang cukup besar. Dalam satu golongan, dengan bertambahnya
nomor atom, jari-jari atom makin besar sehingga gaya tarik inti terhadap elektron terluar semakin
lemah. Untuk melepaskan elektron dalam atomnya dibutuhkan energi yang kecil. Dengan
demikian, dapat disimpulkan sebagai berikut :
a. Dalam satu periode, dengan bertambahnya nomor atom harga energi ionisasi cenderung
makin besar.
b. Dalam satu golongan dengan bertambahnya nomor atom harga energi ionisasi cenderung
makin kecil.

Afinitas Elektron
Selain melepaskan elektron, atom dapat juga menerima elektron. Dengan menerima elektron
atom menjadi bermuatan negatif, pada saat atom menerima elektron, sejumlah energi akan
dilepaskan. Energi yang dilepaskan pada saat suatu atom dalam keadaan gas menerima elektron
disebut afinitas elektron .
F (g) + e–  F– (g) + energi
Cl (g) + e–€€  Cl– (g) + energy
Harga afinitas elektron biasanya dinyatakan dengan tanda negatif karena pada proses
tersebut dilepaskan energi. Jika harga afinitas elektron makin negatif, berarti afinitas elektron
semakin besar. Perhatikan tabel afinitas elektron berikut ini.

Berdasarkan tabel berikut, dapat diperoleh


gambaran bahwa unsur-unsur yang terdapat pada
golongan VIIA mempunyai afinitas elektron yang
paling besar, sebab dibandingkan dengan unsur
seperiodenya unsur F, Cl, Br, dan I paling mudah
menangkap elektron, karena jari-jarinya paling
kecil. Pada tabel tidak terdapat harga afinitas
elektron untuk golongan IIA dan VIIIA. Hal ini
disebabkan unsur golongan IIA subkulit
terluarnya telah penuh terisi elektron, sedangkan golongan VIIIA kulit terluarnya sudah penuh
sehingga tidak dapat lagi menerima elektron.
Dengan demikian dapat disimpulkan, dalam satu periode dengan bertambahnya nomor
atom, harga afinitas elektron cenderung bertambah besar. Dalam satu golongan dengan
bertambah nya nomor atom, harga afinitas elektron atom cenderung semakin kecil.

Keelektronegatifan
Pada tahun 1932, Linus Pauling ahli kimia dari Amerika membuat besaran lain yang dikenal
dengan skala keelektronegatifan. Keelektronegatifan adalah kemampuan atau kecenderungan
suatu atom untuk menangkap elektron dari atom lain dalam senyawanya. Dalam satu periode
dengan bertambahnya nomor atom, keelektronegatifan cenderung makin besar. Dalam satu
golongan dengan bertambahnya nomor atom, keelektronegatifan cenderung makin kecil.
Soal-Soal
A. Pilihan Ganda (X)
1. Atom merupakan bagian terkecil dari suatu benda yang tidak dapat dibagi lagi. Teori
tersebut berasal dari...
a. Aristoteles d. Niels Bohr
b. John Dalton e. Ernest Rutherford
c. Joseph John Thomson
2. Atom Fosfor mempunyai nomor atom 15 dan nomor massa 31 berapakah jumlah proton,
neutron dan elektron berturut-turut dari atom tersebut...
a. 31, 16 dan 15 d. 15, 15 dan 31
b. 31, 15 dan 16 e. 15, 16 dan 15
c. 31, 15 dan 15
3. Isotop dari suatu unsur memiliki kesamaan pada jumlah...
a. elektron, proton, dan neutron
b. elektron tetapi berbeda jumlah protonnya
c. neutron tetapi berbeda jumlah protonnya
d. proton tetapi berbeda jumlah neutronnya
e. proton dan neutron tetapi berbeda jumlah elektronnya
4. Konfigurasi elektron suatu unsur adalah : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 3d3 4s2. Bila atom tersebut
membentuk ion dengan muatan 3+, konfigurasi elektronnya menjadi…
a. [Ar] 4s2 d. [Ar] 3d5 4s2
b. [Kr] 3d5 4s2 e. [Ar] 3d2
c. [Kr] 3d2
24 40
5. Perhatikan notasi unsur 12 Mg dan 20 Ca. Pernyataan yang tepat tentang kedua unsur
tersebut adalah…
a. Jari-jari atom Mg lebih besar dari Ca
b. Jari-jari atom Mg lebih kecil dari Ca
c. Energi ionisasi atom Mg lebih kecil dari Ca
d. Keelektronegatifan atom Mg lebih kecil dari Ca
e. Atom Mg dan Ca terletak dalam satu periode
B. Essay
1. Berdasarkan partikel penyusun atom terdapat tiga jenis partikel utama penyusun suatu atom,
jelaskan pertikel penyusun atom tersebut!
 Partikel-perkel penyusun atom terdiri dari elektron, proton dan neutron.
Elektron merupakan partikel penyusun atom dengan muatan negatif. Proton merupakan
partikel penyusun atom dengan muatan positif, dan Neutron merupakan partikel netral
yang mempunyai masa sedikit lebih besar dari pada proton. Letak proton dan neuton
berada di inti atom sedangkan elektron bergerak/beredar mengelilingi inti atom.
2. Jelaskan sifat-sifat keperiodikan unsur dalam satu golongan dan satu periode!
 Jari-jari atom : Dalam satu periode dengan bertambahnya nomor atom, jari-jari makin
kecil. Dalam satu golongan dengan bertambahnya nomor atom, jari-jari makin besar.
 Energi ionisasi : Dalam satu periode, dengan bertambahnya nomor atom harga energi
ionisasi cenderung makin besar. Dalam satu golongan dengan bertambahnya nomor atom
harga energi ionisasi cenderung makin kecil.
 Keelektronegatifan : Dalam satu periode dengan bertambahnya nomor atom,
keelektronegatifan cenderung makin besar. Dalam satu golongan dengan bertambahnya
nomor atom, keelektronegatifan cenderung makin kecil.
 Afinitas Elektron : dalam satu periode dengan bertambahnya nomor atom, harga afinitas
elektron cenderung bertambah besar. Dalam satu golongan dengan bertambah nya nomor
atom, harga afinitas elektron atom cenderung semakin kecil.

Referensi :
 Unggul Sudarmo. 2013. Kimia untuk SMA/MA Kelas X. Penerbit Erlangga :
Jakarta.
 Ivan Permana. 2009. Memahami Kimia untuk SMA/MA Kelas X. Pusat Perbukuan
Dapartemen Pendidikan Nasional : Jakarta.
 Poppy K. Devi. Siti Kalsum. Masmiani. Hasmiati Syahrul. 2009. Kimia 1 : Kelas
X SMA/MA. Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional : Jakarta.
 Budi Utami. Agung Nugroho CS. Lina Mahardiani. Sri Yamtinah. Bakti Mulyani.
2009. Kimia Untuk SMA/MA Kelas X. Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan
Nasional : Jakarta.
Bab 3
IKATAN KIMIA

A. Kestabilan Unsur
Sebagian besar unsur di alam ingin mencapai suatu kestabilan. Kestabilan
diperoleh dengan cara bergabung dengan unsur lain, lalu membentuk suatu molekul atau
senyawa yang stabil. Kemampuan bergabung tersebut terjadi karena gaya tarik-menarik
antar unsur (atom). Dengan demikian, setiap atom atau unsur dapat membentuk senyawa
yang khas dan berbeda, karena kekuatan daya tarik-menarik antar atom memengaruhi
sifat senyawa yang terbentuk. Daya tarik-menarik antar atom yang menyebabkan suatu
senyawa kimia dapat bersatu disebut ikatan kimia. Ikatan kimia ditemukan pertama kali
oleh ilmuwan asal Amerika Serikat bernama Gilbert Newton Lewis pada tahun 1916.
Konsep ikatan kimia yang dikemukakan oleh keduanya sebagai berikut.
1. Gas mulia (He, Ne, Ar, Xe, dan Rn) sukar membentuk senyawa karena gas mulia
memiliki susunan elektron yang stabil (tidak melepas dan menerima elektron di kulit
terluarnya), sehingga disebut inert.
2. Setiap atom ingin memiliki susunan elektron yang stabil dengan cara melepaskan atau
menangkap elektron.
3. Susunan elektron yang stabil dicapai dengan cara berikatan antar atom lain. Kestabilan
atom terbentuk jika atom memiliki 2 atau 8 elektron di kulit terluarnya. Unsur gas mulia
termasuk golongan yang paling stabil dalam sistem periodik unsur. Agar kalian lebih
memahami kestabilan atom, perhatikan susunan konfigurasi elektron unsur-unsur gas
mulia berikut.

Jika diamati di antara atom-atom di alam, hanya atom gas mulia yang stabil sedangkan
atom yang lain tidak stabil. Atom-atom yang tidak stabil tersebut cenderung bergabung dengan
atom lain untuk mendapatkan kestabilan. Mengapa atom gas mulia stabil sedangkan atom yang
lain tidak stabil? Kossel dan Lewis berpendapat bahwa pada dasarnya, sifat unsur ditentukan
oleh bagaimana elektron-elektron dalam atom tersebut tersusun. Oleh karena itu, maka dicarilah
hubungan antara konfigurasi elektron dengan kestabilan atom. Untuk lebih jelasnya, simak
konfigurasi elektron gas mulia yang merupakan atom-atom stabil berikut.
2He ( Helium) : 2
10 Ne (Neon) :28
18 Ar (Argon) : 2 8 8
36 Kr (Kripton) : 2 8 18 8
54 Xe (Xenon) : 2 8 18 18 8
86 Rn (Radon) : 2 8 18 18 18 8
Dari konfigurasi elektron tersebut, Kossel dan Lewis membuat kesimpilan bahwa
konfigurasi elektron atom-atom akan stabil bila jumlah elektron terluarnya 2 (duplet) atau 8
(oktet). Untuk mencapai keadaan stabil seperti gas mulia, maka atom-atom membentuk
konfigurasi elektron seperti gas mulia. Untuk membentuk konfigurasi elektron seperti gas mulia,
dapat dilakukan dengan cara membentuk ion atau membentuk pasangan elektron bersama.
Pembentukan Ion, Dalam membentuk ion, suatu atom akan melepas atau mengikat elektron.
Atom-atom yang mempunyai energi ionisasi rendah, misalnya atom-atom dari unsur golongan
IA dan IIA dalam sistem periodik unsur, akan mempunyai kecenderungan untuk melepaskan
elektronnya, sedangkan atom-atom yang mempunyai afinitas elektron yang besar, misalnya
atom-atom unsur golongan VIA dan VIIA dalam sistem periodik unsur akan cenderung mengikat
elektron.
Aturan duplet : konfigurasi elektron stabil dengan dua elektron pada kulit terluar.
Aturan oktet : konfigurasi elektron stabil dengan delapan elektron pada kulit terluar.

B. Struktur Lewis
Antar unsur saling berinteraksi dengan menerima dan melepaskan elektron di kulit
terluarnya. Gambaran terjadinya interaksi antar unsur diperkenalkan oleh Gilbert N. Lewis
dengan nama Struktur Lewis.
Struktur Lewis dilambangkan dengan memberikan sejumlah titik yang mengelilingi
atomnya (biasanya dilambangkan dengan atau (•). Setiap titik mewakili satu elektron yang ada
pada kulit terluar atom tersebut. Perhatikan Tabel 3.1 tentang Struktur Lewis berdasarkan
susunan elektron valensi dari unsur gas mulia (golongan VIIIA) yang memenuhi aturan oktet
atau duplet berikut.
Pada saat atom-atom membentuk ikatan, hanya elektron-elektron pada kulit terluar yang
berperan yaitu elektron valensi. Elektron valensi dapat digambarkan dengan struktur Lewis atau
gambar titik elektron. Contohnya nitrogen memiliki konfigurasi elektron 2.5. Elektron valensi
nitrogen adalah 5. Struktur Lewisnya digambarkan:

Struktur Lewis, pasangan elektron, dan elektron ikatan untuk beberapa atom dapat dilihat
pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Struktur Lewis, pasangan elektron, dan elektron ikatan beberapa atom

11Na: 2 8 1 (konfigurasi elektron tidak stabil) Agar stabil, atom Na melepas sebuah elektronnya
sehingga konfigurasi elektronnya sama dengan atom Ne (konfigurasi elektron 10Ne: 2 8).
11Na → Na+ + e-
(281)(28)
Proses pembentukan ion positif (ionisasi) tersebut mudah terjadi karena atom Na
mempunyai energi ionisasi yang rendah. Atom 17Cl: 2 8 7 (konfigurasi elektron tidak stabil) Agar
stabil, cara yang memungkinkan adalah menjadikan konfigurasi elektron seperti Ar: 2 8 8
18

dengan mengikat sebuah elektron. Sehingga atom Cl menjadi ion Cl-.


17Cl + e- → Cl-
( 2 8 7) (2 8 8)
Senyawa ion membentuk kristal yang besar dari beberapa ion positif dan beberapa ion
negative dengan struktur tertentu.
Contoh Struktur Lewis pada molekul:
1. Struktur Lewis pada H2
H2 terbentuk dari 2 atom H. Atom H mempunyai elektron valensi = 1. Struktur Lewis atom H
adalah Hx. Untuk mencapai kestabilan aturan duplet, atom H memerlukan 1 elektron lagi dari
atom H yang lain. Struktur Lewis H2 ditulis:
H x + x H → H ˟˟ H

C. Ikatan Ion
Tiap unsur memiliki kecenderungan untuk melepaskan elektron dan membentuk ion
positif (kation). Selain itu, unsur juga memiliki kecenderungan untuk menyerap elektron dan
membentuk ion negatif (anion). Agar lebih mudah memahami maksud uraian di atas, perhatikan
ikatan yang terjadi antara unsur logam dan non-logam. Sifat elektropositif pada unsur logam dan
sifat elektronegatif pada unsur non-logam menimbulkan perbedaan keelektronegatifan antara
keduanya. Perbedaan keelektronegatifan inilah yang menyebabkan terjadinya serah terima
elektron. Unsur non-logam dengan sifatnya yang elektronegatif mampu menarik elektron dari
unsur logam. Antar ion yang berlawanan tersebut terjadi gaya tarik-menarik (gaya elektrostatik)
dan membentuk ikatan yang disebut ikatan ion. Kecenderungan unsur menerima atau
melepaskan elektron valensinya bergantung pada besarnya energi yang dilepaskan atau
diperlukan.
Unsur yang memiliki energi ionisasi kecil akan melepaskan elektron, sedangkan unsur
yang memiliki energi ionisasi besar akan menerima elektron. Berdasarkan harga energi ionisasi
dari kiri ke kanan pada sistem periodik, maka unsur yang memiliki energi ionisasi kecil adalah
bagian kiri dan bawah. Akibatnya, unsur golongan IA dan IIA cenderung melepaskan elektron,
sedangkan golongan VIA dan VIIA cenderung menerima electron untuk mencapai kestabilan
unsur gas mulia. Sementara itu, unsur golongan IIIA, IVA, dan VA sebagian bersifat melepas
dan sebagian menerima elektron.
Agar lebih jelas, perhatikan gambar dan keterangan berikut.

 Unsur golongan IA cenderung melepaskan 1 elektron menjadi ion positif, kecuali H yang
cenderung menerima 1 elektron. Sedangkan unsur Mg melepaskan 2 elektron terluarnya
dan membentuk Mg2+.

Sementara itu, unsur golongan VIIA cenderung menerima 1 elektron, golongan


VIA menerima 2 elektron, dan golongan VA menerima 3 elektron untuk mencapai
kestabilan. Pahamilah gambar berikut.

 Kecenderungan unsur F, O, dan N adalah menerima 1, 2, dan 3 elektron.


 Sebagai suatu contoh terbentuknya ikatan ion, perhatikan ikatan ion pada senyawa
NaCl berikut.
11Na = 2 8 1
17Cl = 2 8 7
Secara ringkas, konfigurasi elektron di atas dapat dituliskan dengan:
Na → Na+ + e-
(Cl2 + 2e- → 2Cl–) ½
2 –––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––
Na + Cl → Na+ + Cl- atau NaCl (senyawa ion)

 Pembentukan Ikatan Ion pada Senyawa NaCl


Pada ikatan ion, untuk mencapai kestabilannya terjadi pelepasan dan penerimaan
elektron. Ikatan ion pada umumnya mudah terjadi pada senyawa yang terbentuk dari unsur-unsur
golongan logam alkali (IA) dan logam alkali tanah (IIA) dengan golongan halogen (VIIA) dan
golongan VIA. Beberapa contoh senyawa ion berdasarkan unsur pembentuknya dapat dilihat
pada Tabel 2.6.

Tabel 2.6 Contoh senyawa ion berdasarkan unsur pembentuknya


Coba kamu perhatikan contoh senyawa ion pada Tabel 2.6. Pada umumnya ikatan
ion
terbentuk dari unsur logam dan bukan logam.

 Sifat Senyawa Ion

Beberapa sifat senyawa ion antara lain:


a) Kristalnya keras tetapi rapuh
Ketika senyawa ion dipukul, maka terjadi pergeseran posisi ion positif dan
negatif, dari yang semula berselang-seling menjadi berhadapan langsung. Hal ini
menyebabkan ion positif bertemu muka dengan ion positif dan terjadi gaya tolakmenolak.
Inilah yang menyebabkan kristal senyawa ion bersifat rapuh.

b) Mempunyai titik lebur dan titik didih yang tinggi


Hal ini disebabkan karena kuatnya gaya elektrostatis yang ditimbulkan antara ion
positif dan ion negatif.

c) Mudah larut di dalam air


Ketika senya ion dimasukkan ke dalam air, maka molekul-molekul air akan menyusup di
antara ion positif dan ion negatif sehingga gaya tarik-menarik elektrostatis dari ion positif
dan ion negatif akan melemah, dan akhirnya terpecah.

d) Dapat menghantarkan arus listrik


Ion positif dan ion negatif apabila bergerak dapat membawa muatan listrik.
Apabila senyawa ion terpecah menjadi ion positif dan ion negatif serta dapat bergerak
secara leluasa, maka senyawa ion dalam keadaan cair dan larutan dapat menghantarkan
listrik karena ion-ionnya dapat bergerak secara bebas. Akan tetapi dalam keadaan padat,
senyawa ion tidak dapat menghantarkan listrik karena ion-ionnya tidak dapat bergerak.
D. Ikatan Kovalen
Kalian telah mengetahui bahwa unsur yang cenderung menerima elektron disebut unsur
elektronegatif. Kecenderungan menerima electron disebabkan oleh adanya dorongan untuk
mencapai kestabilan, agar electron valensinya seperti gas mulia. Lalu, bagaimana cara unsur
elektronegatif memperoleh elektron kalau tidak ada yang memberi? Dari penyelidikan diketahui
bahwa dua unsur dapat memakai elektron secara bersama dengan bergabungnya orbital terluar.
Orbital gabungan dan elektron yang ada di dalamnya menjadi milik kedua unsur, sehingga unsur
yang satu terikat dengan yang lain. Penggabungan orbital berarti menambah jumlah elektron
valensi tiap-tiap unsur, sehingga keduanya stabil. Misalnya, ikatan antara unsur H dengan H, F
dengan F, dan H dengan Cl. Ikatan antar unsur H merupakan ikatan antar unsur non-logam.
Antar unsur H yang berikatan tidak terdapat perbedaan keelektronegatifan, sehingga tidak
mungkin terjadi serah terima elektron. Perhatikan terbentuknya ikatan pada senyawa H2 berikut.
Pembentukan Ikatan pada Senyawa H2

Atom H yang memiliki 1 elektron berikatan dengan atom H lain untuk melengkapi
konfigurasi elektron gas mulia (rumus oktet). Ikatan ini terjadi karena penggunaan bersama
pasangan elektron pada kulit terluar oleh dua unsur yang berikatan. Kekuatan ikatan pada kedua
unsur tersebut merupakan hasil tarik-menarik antara elektron yang bersekutu dengan inti positif
dari unsur yang membentuk ikatan. Elektron dari unsur H yang satu tertarik ke inti positif unsur
H lain, begitu juga sebaliknya. Jarak ikatan tertentu diperlukan sehingga gaya tolak antarinti
positif menjadi minimum dan ikatan antar unsur non-logam dapat terjadi. Dengan demikian,
antar unsur H saling menyempurnakan jumlah elektron valensinya dengan cara mendapatkan
elektron dari unsur yang lain, lalu membentuk pasangan elektron. Ikatan yang terjadi disebut
ikatan kovalen.
Selain pada senyawa H2, ikatan kovelen juga terjadi pada senyawa F 2 dan HCl.
Pembentukan ikatan pada senyawa tersebut yaitu:

Pembentukan ikatan kovalen pada senyawa F2 dan HCl

Walaupun semua ikatan kovalen mematuhi aturan oktet, ternyata masih ada beberapa
senyawa yang menyimpang dari aturan oktet, misalnya senyawa PCl 5, BH3, NO2, BCl3, dan SF6.
Hal ini disebut penyimpangan atau pengecualian aturan oktet, yaitu:
a) Oktet yang tidak sempurna. Maksudnya, senyawa yang mempunyai unsur dengan
electron valensi kurang dari 8. Misalnya, Be dalam BeCl2 dan B dalam BCl3.
b) Oktet yang diperluas. Maksudnya, senyawa yang mempunyai unsur dengan elektron
valensi lebih dari 8. Misalnya, P dalam PCl5 dan S dalam SF6.

c) Elektron tidak berpasangan. Maksudnya, senyawa yang mempunyai unsur dengan


elektron valensi ganjil (tidak berpasangan). Misalnya NO2.

Ikatan kovalen yang telah kalian pelajari di atas merupakan ikatan kovalen
tunggal. Selain ikatan kovalen tunggal, masih ada ikatan kovalen rangkap dua dan tiga.
Ikatan kovalen rangkap dua adalah:
Ikatan kovalen dengan penggunaan bersama dua pasang elektron. Pembentukan
senyawa O2 dan SO merupakan contoh ikatan kovalen rangkap dua. Pembentukan
senyawa O2 digambarkan sebagai berikut.

Pembentukan Ikatan Kovalen Rangkap Dua pada Senyawa O2


Sementara itu, ikatan kovalen rangkap tiga adalah ikatan kovalen dengan
penggunaan bersama tiga pasang elektron. Ikatan pada senyawa N2 dan CO merupakan
contoh ikatan kovalen rangkap tiga. Sebagai contoh, perhatikan pembentukan senyawa
N2 berikut.
Pembentukan Ikatan Kovalen Rangkap Tiga pada Senyawa N2

E. Ikatan Kovalen Koordinasi


Ikatan kovalen koordinasi terjadi jika pada pembentukan ikatan terdapat pasangan
electron yang hanya berasal dari salah satu atom yang berikatan. Ikatan kovalen koordinasi
umumnya terjadi pada molekul yang juga mempunyai ikatan kovalen
 Pembentukan Ion Hidronium

Ion hidronium, H3O+ dibentuk dari molekul air yang mengikat ion hydrogen
melalui reaksi: H2O + H+ → H3O+. Struktur Lewisnya ditulis sebagai berikut.

Pada molekul H2O, atom oksigen mempunyai dua pasang elektron bebas. H + tidak
mempunyai elektron. Untuk membentuk ikatan digunakan salah satu pasangan elektron bebas
dari oksigen sehingga terbentuk ikatan kovalen koordinat. Ikatan ini bisa dituliskan sebagai
berikut.
Tanda panah (→) menunjukkan pasangan electron ikatan kovalen koordinat berasal dari
atom oksigen.
b. Pembentukan Ion Amonium, NH4+
NH4+ dibentuk dari NH3 dan ion H+ melalui reaksi: NH3 + H+ → NH4+

Struktur Lewisnya ditulis sebagai berikut.

Pada molekul NH3, atom N mempunyai 1 pasang elektron bebas. Pasangan elektron
tersebut digunakan untuk mengikat ion H+ sehingga terbentuk ikatan kovalen koordinat. Ikatan
ini bisa digambarkan sebagai berikut.

Tanda panah (↓) menunjukkan pasangan electron ikatan kovalen koordinat berasal dari
atom nitrogen.
Berdasarkan contoh di atas dapat disimpulkan.
 Ikatan kovalen koordinat terbentuk jika pasangan elektron yang digunakan bersama
berasal dari salah satu atom.

F. Sifat Fisis Senyawa Ion dan Kovalen


Sifat fisis senyawa ion umumnya berbeda dengan senyawa kovalen. Hal ini disebabkan
oleh cara pembentukan ikatan yang berbeda. Misalnya titik leleh garam dapur NaCl jauh berbeda
dengan titik leleh gula C12H22O11 karena garam dapur termasuk senyawa ion sedangkan gula
termasuk senyawa kovalen. Perhatikan Gambar 2.3, titik leleh senyawa ion jauh lebih tinggi dari
titik leleh senyawa kovalen.
1. Sifat Fisis Senyawa Ion

Senyawa ion umumnya mempunyai titik didih dan titik leleh relatif tinggi, karena
energy yang diperlukan untuk memutuskan gaya Coulomb antara ion-ion relative tinggi.
Titik leleh beberapa senyawa ion dapat dilihat pada Tabel 2.6. Tabel 2.6 Titik leleh dari
beberapa senyawa ion

Senyawa ion merupakan penghantar listrik yang baik dalam larutan maupun
lelehan atau leburannya. Sifat penghantar listrik yang baik tersebut disebabkan adanya
gerakan ion-ion dalam leburan senyawa atau larutannya. Senyawa ion juga umumnya
mudah larut dalam air. Senyawa ion membentuk struktur raksasa dengan struktur kristal
yang teratur, misalnya struktur NaCl yang berbentuk kubus seperti Gambar 2.4.
2. Sifat Fisis Senyawa Kovalen

Senyawa kovalen ada yang membentuk struktur molekul sederhana misalnya CH 4


dan H2O, ada juga yang membentuk struktur molekul raksasa seperti SiO 2. Selain itu ada
atom-atom yang membentuk struktur kovalen raksasa contohnya karbon dalam intan.
Titik didih senyawa kovalen bervariasi, ada yang rendah dan sangat tinggi. Perhatikan
Tabel 2.7.

Tabel 2.7 Titik didih beberapa senyawa kovalen

Metana memiliki fase gas, pada setiap molekulnya terdapat ikatan kovalen yang
relatif kuat. Di antara molekul-molekul CH4 terdapat gaya antarmolekul yang lemah.
Pada saat dipanaskan, masing-masing molekul CH4 mudah berpisah, sehingga titik didih
metana rendah. Pada intan, atom C dengan C lainnya berikatan kovalen sangat kuat
membentuk struktur raksasa sehingga titik didihnya tinggi.

Senyawa dengan struktur molekul raksasa tidak larut dalam air dan tidak
menghantarkan listrik kecuali grafit yaitu karbon pada batu baterai dan isi pensil.
G. Ikatan Logam
Sebagian besar unsur dalam sistem periodik adalah logam. Atom logam dapat berikatan
ke segala arah sehingga menjadi molekul yang besar sekali. Satu atom akan berikatan dengan
beberapa atom lain di sekitarnya. Akibatnya, atom tersebut terikat kuat dan menjadikan logam
ber wujud padat (kecuali Hg cair), serta pada umumnya keras.
Logam dalam keadaan padat mempunyai bilangan koordinasi yang cukup besar. Artinya,
satu atom berikatan dengan banyak atom lainnya. Jika diberi tekanan, kedudukan atom dapat
bergeser. Kemudian, berikatan lagi dengan atom yang berada di sampingnya. Oleh karena itu,
logam dapat ditempa, dibengkokkan, atau dibentuk sesuai dengan keinginan.
Karena unsur logam mempunyai energi ionisasi yang rendah dan elektron valensi yang
kecil, maka unsur logam mempunyai kecenderungan menjadi ion positif. Elektron valensi dari
atom-atom logam yang berdekatan akan terdelokalisasi membentuk lautan elektron di sekitar
ionion positif. Selanjutnya, lautan elektron bergerak dari satu atom ke atom lainnya dan saling
berikatan membentuk ikatan logam. Keadaan ini dapat digunakan untuk menjelaskan sifat logam
sebagai penghantar panas dan listrik yang baik.

Kawat tembaga digunakan sebagai penghantar listrik dalam kabel, besi digunakan untuk
setrika sebagai penghantar panas, dan emas atau perak digunakan untuk perhiasan dalam bentuk
yang indah. Apa penyebab logam memiliki sifat tersebut? Hal ini disebabkan atom-atom pada
logam tersebut tidak berdiri sendiri-sendiri tetapi bergabung melalui ikatan logam.
Atom logam mempunyai keelektronegatifan rendah, artinya mereka cenderung mudah
melepaskan elektron terluarnya. Jika atom logam melepaskan elektron maka terbentuk kation
atau ion positif. Berdasarkan sinar X, logam-logam membentuk kisi kristal. Struktur kisi logam
tersusun dalam kation-kation. Perhatikan Gambar 2.6.

Elektron-elektron dari atom logam ditemukan di dalam kisi-kisi logam dan bebas
bergerak di antara semua kation, membentuk lautan elektron. Gaya elektrostatik antar
muatan (+) logam dan muatan (–) dari elektron akan menggabungkan kisi-kisi logam
tersebut.
Tarik-menarik dari kation di dalam lautan elektron yang bertindak sebagai perekat dan
menggabungkan kation-kation disebut ikatan logam. Elektron yang bebas bergerak pada lautan
elektron menyebabkan logam dapat menghantarkan listrik, sehingga logam banyak digunakan
sebagai penghantar listrik dalam kabel.

Atom logam dengan atom logam tersusun rapat membentuk struktur raksasa sehingga
logam mempunyai titik leleh dan kekerasan yang tinggi. Dengan demikian logam banyak
digunakan sebagai penghantar panas. Logam dapat ditempa, struktur logam jika ditempa dapat
dilihat pada Gambar 2.8.

Gambar 2.8 Struktur logam jika ditempa


Oleh karena logam mudah dibentuk dengan ditempa maka logam banyak digunakan
untuk perhiasan atau pajangan dengan bentuk yang indah. Apa perbedaan ikatan ion, kovalen,
dan logam? Perbedaan ikatan ion, kovalen, dan logam dapat digambarkan sebagai berikut.

H. Sifat fisis logam


Beberapa sifat fisis logam antara lain:
a. Berupa padatan pada suhu ruang menyampaikan arus listrik. Gerakan elektron valensi ini
jugalah yang dapat memindahkan panas dalam logam.
b. Bersifat keras tetapi lentur/tidak mudah patah jika ditempa Adanya elektron-elektron
bebas menyebabkan logam bersifat lentur. Hal ini dikarenakan elektron-elektron bebas
akan berpindah mengikuti ion-ion positif yang bergeser sewaktu dikenakan gaya luar.
c. Mempunyai titik leleh dan titik didih yang tinggi Diperlukan energi dalam jumlah besar
untuk memutuskan ikatan logam yang sangat kuat pada atom-atom logam.
d. Penghantar listrik yang baik
Hal ini disebabkan terdapat elektron-elektron bebas yang dapat membawa muatan listrik
jika diberi suatu beda potensial.
e. Mempunyai permukaan yang mengkilap
f. Memberi efek foto listrik dan efek termionik. Apabila elektron bebas pada ikatan logam
memperoleh energi yang cukup dari luar, maka akan dapat menyebabkan terlepasnya
elektron pada permukaan logam tersebut. Jika energi yang datang berasal dari berkas
cahaya maka disebut efek foto listrik, tetapi jika dari pemanasan maka disebut efek
termionik.

I.Teori Domain Elektron


Teori domain elektron adalah teori yang menyatakan bahwa pasangan elektron
ikatan (PEI) dan pasangan elektron bebas (PEB) saling tolak-menolak. Tolakan juga
disebabkan oleh pasangan elektron yang sejenis, sehingga tiap-tiap pasangan elektron
cenderung berjauhan satu sama lain untuk meminimalkan gaya tolakan tersebut. Urutan
tolakannya adalah sebagai berikut:
Tolakan PEB - PEB > PEB - PEI > PEI - PEI.
Teori domain elektron juga dikenal dengan teori VSEPR (Valence Shell Electron
Pair Repulsion) atau teori tolakan pasangan elektron valensi. Teori ini dapat kita gunakan
untuk memprediksi bentuk molekul. Hal yang harus kamu ingat baik-baik adalah bentuk
molekul berdasarkan teori domain elektron ditentukan berdasarkan jumlah PEI dan PEB-
nya, di mana keduanya dapat dilihat dari struktur lewisnya.
Nah, untuk menentukan bentuk molekul menggunakan teori domain elektron,
kamu bisa mengacu pada rumus berikut:
AXnEm
Keterangan:
A: atom pusat
X: pasangan elektron ikatan (PEI)
n: jumlah PEI dalam molekul
E: pasangan elektron bebas (PEB)
m: jumlah PEB dalam molekul
J.Teori Hibridisasi
Teori selanjutnya yang dapat digunakan untuk memprediksi bentuk molekul yaitu
teori hibridisasi. Teori hibridisasi adalah teori yang mengacu pada proses hibridisasi yaitu
proses penggabungan orbital-orbital asli dengan tingkat energi berbeda menjadi orbital-
orbital baru dengan tingkat energi sama.
Ada 5 bentuk molekul berdasarkan teori hibridisasi yaitu linear, trigonal planar,
tetrahedral, segitiga bipiramida, dan oktahedral.
SOAL-SOAL
Pilihan Ganda.
1.Berikut ini data eksperimen titik didih beberapa senyawa hidrida.
HI = -35oC
HF = 19,4oC
HBr = -67oC
HCl = -84oC
HCN = -26oC
Di antara senyawa-senyawa pada data tersebut yang memiliki ikatan hidrogen
paling kuat adalah …
A. HCN
B. HI
C. HF
D. HBr
E. HCl
Jawaban : C
Pembahasan:
Berdasarkan data titik didih terlihat bahwa senyawa yang memiliki titik didih
terbesar adalah HF. Pada molekul HF ujung molekul pada atom H lebih bermuatan positif
dan ujung molekul pada atom F lebih bermuatan negatif. Jadi, antara atom H pada
molekul pertama dengan atom F pada molekul berikutnya terjadi gaya tarik-menarik yang
cukup kuat, yang disebut dengan ikatan Hidrogen (KIMIA SMA KELAS XI, Sri Rahayu
Ningsih dkk, Bumi Aksara, 2007, Hal: 37)

2.Suatu senyawa mempunyai sifat sebagai berikut:


1. Mudah larut dalam air,
2. Dapat menghantarkan listrik dalam fase larutan, dan
3. Titik didih dan titik leleh tinggi.
Jenis ikatan yang terdapat dalam senyawa tersebut adalah …
A. Kovalen non polar
B. Logam
C. Hidrogen
D. Kovalen polar
E. Ion
Jawaban: E
Pembahasan:

3. Ikatan kovalen tunggal dan kovalen koordinasi secera beturut turut ditunjukkan oleh
nomor . . . .(Nomor atom H = 1, N = 7 dan O = 8)

A. 1 dan 2
B. 1 dan 3
C. 2 dan 4
D. 3 dan 5
E. 4 dan 5
Jawaban : B
Pembahasan :
Ikatan kovalen tunggal = pemakaaian bersama sepasang elektron
Ikatan kovalen rangkap 2 = pemakaian bersama dua pasang elektron
Ikatan kovalen rangkap 3 = pemakaian bersama tiga pasang elektron
Ikatan kovalen koordinasi = pemakaian bersama pasangan elektron, dimana eletron yang dipakai
bersama hanya berasal dari salah satu atom. Biasanya ditandari dengan labang elektron yang
sama.
Pasangan elektron bebas = pasangan elektron yang tidak dipakai berikatan.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat kita simpulkan :
1 = Ikatan kovalen tunggal
2 = Ikatan kovalen rangkap 2
3 = Ikatan kovalen koordinasi
4 dan 5 = Pasangan elektron bebas

4.Berikut ini data sifat fisik dua buah zat:


No Zat Q Zat R
1 Titik didih tinggi Titik leleh rendah
2 Daya Hantar Listrik Besar Tidak dapat menghantarkan Listrik
3 Massa Jenis Bessar Massa Jenis Kecil

Maka jenis ikatan yang terdapat dalam kedua senyawa tersebut adalah…
A.Kovalen dan ion
B. Kovalen koordinat dan kovalen
C.Ion dan kovalen nonpolar
D. Hidrogen dan kovalen
E.Hidrogen dan ion
Jawaban: C
Pembahasan:
Zat Q menunjukkan ciri-ciri senyawa ion karena ikatan ion pada senyawa ion sangat kuat
seehingga untuk memutuskan ikatan tersebut diperlukan suhu yang tinggi (titik didih tinggi).
Senyawa ion dalam larutan/ lelehannya dapat menghantarkan listrik karena terdapat ion-ion yang
bergerak bebas.
Sedangkan zat R merupakan senyawa kovalen nonpolar karena memiliki titik leleh
rendah dan tidak dapat menghantarkan listrik karena pengkutuban.
5.Berdasarkan sifat periodic unsur-unsur halogen, HF diharapkan mempunya titik didih paling
rendah dibandingkan dengan HI, HCl dan HBr. Namun, pada kenyataannyaHF mempunyai titik
didih paling tinggi. Hal ini disebabkan HF mempunyai ikatan…
A.ion
B.hidrogen
C.kovalen
D.van der waals
E.kovalen-ion
Jawaban: B
Pembahasan:
Senyawa Hf mempunyai titik didih paling tinggi karena mempunyai ikatan hidrogen,
yaitu molekul yang mengandung atom H terikat pada atm yang memiliki keeektronegatifan
sangat tinggi (N,O,F)

Essai
1.Diketahui beberapa ion berikut.
Na+, Mg2+, Al3+, CN-, NO3-, PO43-
Berdasarkan rumus ion ion tersebut, rumus dan nama senyawa yang benar adalah . . . .
Jawaban:
Pembahasan :
Na+ dan NO3- = Muatan Na = +1 dan NO = -1 = NaNO3
Na+ dan CN- = Muatan Na = +1 dan CN = -1 = NaCN
Al3+ dan PO3- = Muatan Al = +3 dan PO3 = -1 = Al(PO4)3
Mg2+ dan PO43- = Muatan Mg = +2 dan PO4 = -1 = Mg(PO4)2
Mg2+ dan CN- = Muatan Mg = +2 dan CN = -1 = Mg(CN)2
Untuk nama senyawa ion dapat digunakan rumus sebagai berikut :
Nama atom logam + Nama atom non logam +"ida" Atau Nama atom logam + Nama ion
poliatomik
 NO3- = nitrat, CN- = cianida, PO43- = Fosfat, NaNO3 = natrium nitrat, NaCN = natrium
cianida, Al(PO4)3 = aluminium fosat, Mg(PO4)3 = magneisum fosfat, Mg(CN)2 =
magnesium sianida

Dari penjelasan ini, maka rumus dan nama molekul yang benar adalah Mg(CN)2.

2. Senyawa X mempunyai sifat sebagai berikut:


 mudah larut dalama air
 dapat menghantarkan listrik dalam fase cair
 titik didih dan titik lelehnya tinggi

Jenis ikatan dalam senaywa X tersebut adalah…


Pembahasan:
Jenis ikatan dalam senaywa X tersebut adalah ion karena ikatan ion bersifat mudah larut
dalam air, dapat menghantarkan listrik, serta titik didih dan titik lelehnya tinggi.

Referensi

 https://www.ruangguru.com/blog/bentuk-molekul-dan-definisinya
 Irvan Permana. Memahami Kimia 1 SMA/MA Kelas X. Pusat Pembukuan Departemen
Pendidikan Nasional
 Khamidinal. Tri Wahyuningsih. Shidiq Premono Kimia SMA/MA. Pusat Pembukuan
Departemen Pendidikan Nasional
 Poppy K. Devi. Siti Kalsum. Masmiani. Hasmiati Syuhrul Kimia 1 SMA/MA Kelas X.
Pusat Pembukuan Departemen Pendidikan Nasional

Anda mungkin juga menyukai