Perkembangan teori atom dari tahun ke tahun dapat digambarkan dengan model atom
seperti pada Gambar
Perkembangan teori atom dapat dijelaskan sebagai berikut.
Elektron bergerak mengelilingi inti pada orbital. Orbital menggambarkan daerah kebolehjadian
ditemukannya elektron.
B. Struktur Atom dan Partikel Penyusun Atom
Apabila penggaris plastik digosok-gosokkan pada rambut kering, penggaris tersebut
dapat menarik potongan kecil kertas. Peristiwa tersebut membuktikan bahwa penggaris memiliki
sifat listrik, karena penggaris merupakan materi yang tersusun atas atom-atom. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa atom memiliki sifat listrik. Penyelidikan tentang sifat kelistrikan suatu
atom dilakukan selama bertahun-tahun oleh beberapa ahli di antaranya J.J. Thompson, Eugen
Goldstein, Rutherford, dan Bathe & Becker.
1. Elektron
Elektron ditemukan oleh Joseph John Thomson pada tahun 1897. Penemuan elektron diawali
dengan ditemukannya tabung katode oleh William Crookes. Kemudian J.J. Thomson meneliti
lebih lanjut tentang sinar katode ini dan dapat dipastikan bahwa sinar katode ini merupakan
partikel, sebab dapat memutar baling-baling yang diletakkan di antara katode dan anode Sifat
sinar katode, antara lain:
1. merambat tegak lurus dari
permukaan katode menuju anode;
2. merupakan radiasi partikel sehingga
terbukti dapat memutar baling-
baling;
3. bermuatan listrik negatif sehingga
dibelokkan ke kutub listrik positif;
4. dapat memendarkan berbagai jenis
zat, termasuk gelas.
2. Inti atom
a. Proton
Dengan ditemukannya elektron oleh Thomson, para ahli semakin yakin bahwa atom
tersusun oleh partikel-partikel yang lebih kecil. Pada tahun 1886, Eugen Goldstein memodifikasi
tabung sinar katode dengan melubangi lempeng katodenya dan gas yang berada di belakang
lempeng katode menjadi berpijar. Peristiwa tersebut menunjukkan adanya radiasi yang berasal
dari anode yang menerobos lubang pada lempeng katode. Sinar ini disebut sinar anode atau sinar
positif.
Sifat sinar anode, antara lain:
1. merupakan radiasi partikel sehingga dapat memutar baling-baling;
2. dalam medan listrik/magnet, dibelokkan ke kutub negatif, jadi merupakan radiasi bermuatan
positif;
3. partikel sinar anode bergantung pada jenis gas dalam tabung.
Partikel terkecil diperoleh dari gas hidrogen. Partikel ini kemudian disebut proton.
Massa 1 proton = 1 sma = 1,66 × 10-24 gram
Muatan 1 proton = +1 = 1,6 × 10-19 C
Pada tahun 1910, Ernest Rutherford bersama dua orang asistennya, yaitu Hans Geiger
dan Ernest Marsden, melakukan serangkaian percobaan untuk mengetahui kedudukan partikel-
partikel di dalam atom. Percobaan mereka dikenal dengan hamburan sinar alfa terhadap lempeng
tipis emas. Dari pengamatan mereka, didapatkan fakta bahwa partikel yang ditembakkan pada
lempeng logam emas yang tipis, sebagian besar diteruskan, dan ada sebagian kecil yang
dibelokan bahkan ada juga beberapa di antaranya yang dipantulkan. Hal tersebut sangat
mengejutkan bagi Rutherford. Penemuan ini menyebabkan gugurnya teori atom Thomson.
Partikel yang terpantul tersebut diperkirakan telah menabrak sesuatu yang padat di dalam atom.
Dengan demikian atom tersebut tidak bersifat homogen seperti digambarkan oleh Thomson.
Bahkan menurut pengamatan Marsden, diperoleh fakta bahwa satu di antara 20.000 partikel akan
membelok dengan sudut 90o bahkan lebih.
b. Neutron
Pada tahun 1930, W. Bothe dan H. Becker melakukan percobaan yang lain, yaitu menembaki inti
atom berilium dengan partikel dan mereka menemukan suatu radiasi partikel yang mempunyai
daya tembus yang besar. Kemudian pada tahun 1932, James Chadwick membuktikan bahwa
radiasi tersebut terdiri atas partikel netral yang massanya hampir sama dengan massa proton.
Karena partikel tersebut bersifat netral, maka dinamai neutron. Percobaan-percobaan selanjutnya
membuktikan bahwa neutron juga merupakan partikel penyusun inti.
Dengan:
X = tanda atom unsur
Z = nomor atom = jumlah proton (p) dalam inti
atom
A = nomor massa = jumlah proton (p) + jumlah
neutron (n)
Sebagaimana kita ketahui, suatu atom dikatakan netral jika jumlah elektron sama dengan jumlah
proton. Perlu kita ketahui juga bahwa suatu atom dapat menerima (menyerap) atau melepaskan
elektron. Jika atom menerima 1 elektron, maka atom tersebut kelebihan muatan negatif sebanyak
1 atom dan disebut bermuatan –1. Sebaliknya jika atom tersebut melepaskan 1 elektron, maka
akan kekurangan muatan negatif sebanyak 1 atom atau kelebihan muatan positif sebanyak 1
atom dan disebut bermuatan +1, dan seterusnya.
Atom-atom suatu unsur dapat memiliki nomor massa atom yang berbeda, karena jumlah
neutron dalam atom tersebut berbeda. Selain itu juga atom-atom yang berbeda dapat memiliki
nomor massa dan jumlah neutron yang sama.
Atom-atom yang mempunyai nomor atom Contoh Isotop :
yang sama, tetapi massa atomnya berbeda
disebut Isotop. Nomor atom merupakan
identitas dari atom, sehingga setiap atom
yang mempunyai nomor atom yang sama
maka unsurnya pun sama.
Untuk Atom-atom yang mempunyai jumlah neutron yang sama dari unsur
unsur yang berbeda disebut Isoton.
Menurut model atom Niels Bohr, electron-elektron mengelilingi inti pada lintasan-lintasan
tertentu yang disebut dengan kulit elektron atau tingkat energi. Lintasan electron yang terletak
paling dekat dengan inti mempunyai energy paling rendah. Semakin jauh lintasan electron,
semakin tinggi tingkat energinya. Lintasan elektron itu disebut juga sebagai kulit elektron di
mana kulit yang paling dekat dengan inti diberi lambang K, kulit kedua diberi lambang L, kulit
ketiga M, dan seterusnya. Tiap-tiap kulit elektron hanya dapat ditempati oleh maksimum 2n 2
elektron, dimana n adalah nomor kulit.
Elektron-elektorn akan mulai menempati kulit K sampai penuh (maksimum), kemudian baru
mengisi kulit L, dan demikian seterusnya. Penempatan elektron sampai penuh akan terjadi pada
kulit K, L, dan M. Sedangkan untuk kulit-kulit keempat (kulit N) sudah akan terisi bila kulit M
sudah terisi 8 elektron.
Penjelasan terhadap sifat-sifat atom yang khas baru dapat dilakukan setelah Max Planck
menemukan teorinya yang dikenal dengan teori kuantum atau mekanika kuantum. Sebelum
memahami teori kuantum, maka harus dipahami dahulu tentang gelombang. Gelombang
merupakan getaran yang merambat, dimana dengan bergetar tersebut energy diteruskan.
Kecepatan gelombang merambat tergantung pada jenis dan sifat medium (udara, air, atau ruang
hampa) tempat gelombang tersebut merambat. Beberapa sifat gelombang yang memengaruhi
kecepatan atau energy gelombang tersebut di antaranya panjang gelombang (λ), frekuensi (f),
dan amplitude (A).
Panjang gelombang (λ) merupakan jarak antara dua titik yang identik, misalnya titik
puncak dari gelombang yang berurutan. Frekuensi (f) adalah jumlah gelombang yang lewat
dalam satu titik untuk setiap detiknya, sedangkan amplitudo (A) adalah jarak vertikal dari garis
tengah gelombang ke puncak atau lembah gelombang.
Salah satu sifat penting dari gelombang adalah adanya hubungan antara kecepatan
gelombang (v) dengan panjang gelombang (λ) dan frekuensi (f), dimana kecepatan gelombang
merupakan hasil kali dari panjang gelombang dengan frekuensi.
v=λf
2. Radiasi Elektromagnetik
Semua jenis radiasi elektromagnetik bergerak melalui ruang hampa dengan kecepatan
cahaya, yaitu sebesar 3,00 x 108 m/s atau 300.000 kilometer per detik. Kecepatannya dapat
berubah bila melalui medium tertentu seperti udara, air, atau zat padat. Gelombang yang
berkaitan dengan radiasi elektromagnetik, seperti sinar matahari, sinar-X, gelombang radio, dan
lainnya disebut dengan gelombang elektromagnetik.
Gelombang radio merupakan gelombang elektromagnetik dengan ukuran panjang gelombang
(λ) yang besar, dan dapat dipancarkan dari antena radio. Sementara itu, gelombang yang lebih
pendek misalnya gelombang cahaya dapat dipancarkan dari atom atau molekul, sedangkan
gelombang yang sangat pendek atau mempunyai frekuensi sangat tinggi seperti sinar gama
berasal dari zat radioaktif (nuklir).
Apabila unsur dipanaskan, akan membara dan selanjutnya memancarkan cahaya dengan
warna tertentu. Uap natrium dan uap raksa (merkuri) yang dipanaskan akan menghasilkan warna
kuning dan dimanfaatkan untuk lampu penerangan jalan yang berwarna kuning (lampu merkuri).
Percobaan yang dilakukan dengan cara membakar Kristal garam klorida dari unsur alkali (LiCl,
KCl), alkali tanah (CaCl2), dan Kristal garam yang lain menunjukkan bahwa setiap unsur akan
memancarkan cahaya dengan warna tertentu. Hal itu berarti setiap unsur hanya akan
menghasilkan gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang tertentu. Hal ini berbeda
dengan cahaya yang dihasilkan oleh sinar matahari yang akan menghasilkan spectrum yang
lengkap. Spectrum lengkap yang dihasilkan oleh cahaya matahari dikenal sebagai spektrum
kontinu. Sementara itu, spektrum yang dihasilkan oleh unsur hanya mengandung beberapa garis
warna yang terpisah satu sama lain, sehingga dikenal sebagai spektrum garis.
Spektrum warna pada pemanasan unsur-unsur tersebut terjadi karena atom-atomnya dapat
memancarkan radiasi gelombang elektromagnetik berupa cahaya. Besarnya energy yang
dipancarkan dari radiasi tersebut tergantung pada panjang gelombangnya. Menurut Max Planck,
terdapat hubungan antara panjang gelombang dengan energy dari suatu gelombang
elektromagnetik, tetapi penjelasannya tidak berdasarkan teori fisika klasik. Menurut teori fisika
klasik, atom-atom dalam zat padat dapat menyerap atau memancarkan energy berapapun
besarnya. Akan tetapi, menurut Planck, atom-atom dalam suatu zat hanya dapat menyerap atau
memancarkan energy pada paket-paket gelombang tertentu yang disebut “kuanta”. Max Planck
memberi nama paket gelombang terkecil yang dapat diterima oleh suatu atom dengan
“kuantum”. Oleh karena itu, teori dari Max Planck ini disebut dengan teori mekanika kuantum.
Besarnya energi kuantum ini oleh Planck dinyatakan sebagai berikut.
E=hf
Dengan E adalah energi dan h adalah tetapan Planck yang besarnya 6,63 x 10 -34 Js. Menurut
Planck, energi yang dipancarkan oleh suatu atom merupakan kelipatan dari hf, misalnya hf; 2 hf;
1 3
3 hf; dan seterusnya, tetapi tidak bisa hf , hf , dan angka pecahan lainnya.
2 7
Teori atom Niels Bohr sementara dapat digunakan untuk menjelaskan terjadinya
spektrum pada atom hidrogen. Menurut Niels Bohr, terjadinya warna (spektrum) spektrum pada
atom hidrogen tersebut karena eksitasi atau perpindahan elektron dari kulit dalam (energy
rendah) ke kulit yang lebih luar (energi tinggi) karena adanya penyerapan energi oleh elektron
pada saat atom dipanaskan. Elektron yang tereksitasi ini tidak stabil dan segera kembali ke kulit
sebelumnya (kondisi energi sebelumnya) sambil memancarkan energi tertentu (kelipatan dari hf)
yang tampak sebagai garis-garis warna.
Besarnya energi yang dipancarkan dalam bentuk garis-garis warna tersebut ternyata
merupakan selisih energi dari tingkat elektron lintasan semula dengan lintasan yang baru. Selisih
energi tersebut dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
1
En = - RH ( )
n2
Dengan RH merupakan tetapan Rydberg dengan nilai 2,18 x 10-18 J, dan n = 1, 2, 3 . . .
Jika selisih energi tersebut adalah ΔE = E2 – E1, maka :
1 1
ΔE = ¿) - ¿) atau ΔE = RH ( 2
− 2)
n1 n 2
Apabila spektrum garis pada atom hidrogen dilewatkan pada medan magnet, ternyata dapat
terlihat bahwa setiap garis tersebut terdiri dari beberapa garis spektrum dengan perbedaan
frekuensi yang sangat kecil antara satu dengan yang lainnya. Hal tersebut tidak dapat dijelaskan
secara memuaskan oleh Niels Bohr. Kegagalan Niels Bohr untuk menjelaskan spektrum atom
yang berelektron banyak serta adanya beberapa spektrum dari setiap garis spektrum atom
hidrogen merupakan salah satu kelemahan dari teori atom Niels Bohr.
Penjelasan yang lebih memuaskan diperoleh Louis de Broglie yang mengemukakan
hipotesisnya tentang sifat dualism materi, yaitu materi dapat bersifat sebagai partikel dan
sekaligus dapat mempunyai sifat sebagai gelombang. Bukti eksperimen pola difraksi dari
elektron membenarkan adanya anggapan dualism partikel-gelombang karena gejala difraksi
hanya dapat dijelaskan dengan menganggap elektron sebagai gelombang. Akibat dualism sifat
tersebut maka letak dan kecepatan elektron tidak dapat dipastikan secara serentak. Apabila
letaknya dapat dipastikan, maka kecepatannya tidak dapat ditentukan, demikian pula sebaliknya.
Dengan demikian, ada ketidakpastian tentang letak dan kecepatan elektron tersebut. Keadaan ini
dikenal dengan prinsip ketidakpastian Heisenberg.
Louis Victor de Broglie kemudian menurunkan suatu persamaan untuk menentukan panjang
gelombang partikel yang bergerak sebagai gelombang. Dengan menggunakan mekanika kuantum
dari Max Planck, diketahui bahwa lintasan elektron mengikuti pola gelombang diam. Keliling
orbit elektron yang digambarkan Niels Bohr merupakan perkalian dari bilangan bulat dengan
panjang gelombang.
Erwin Schrödinger, seorang fisikawan Austria, menggunakan perhitungan matematika untuk
menjelaskan pola gelombang partikel yang bergerak, yang dikenal dengan persamaan
gelombang Schrödinger, yang melibatkan perilaku partikel yang berupa massa (m) dan perilaku
gelombang dari elektron sebagai fungsi gelombang (ψ : psi).
Fungsi gelombang (ψ) ini mendeskripsikan bentuk ruang dan energy yang dimungkinkan dari
gerakan elektron dalam atom. Bentuk ruang dan energy dari gerakan elektron ini disebut orbital.
Istilah orbital di sini berbeda dengan istilah orbit dari Niels Bohr. Orbital mengandung arti suatu
ruangan tiga dimensi sedangkan orbit mengarah pada ruang dua dimensi.
Orbital merupakan tingkat energy dari suatu ruang yang mempunyai peluang terbesar
(kebolehjadian terbesar) untuk menemukan elektron di sekitar inti atom. Dalam perkembangan
selanjutnya, orbital atau kumpulan beberapa orbital dari elektron ini dikenal sebagai subkulit dan
satu atau gabungan beberapa subkulit ini dikenal sebagai kulit elektron pada teori atom Niels
Bohr.
Penyelesaian persamaan gelombang Schrödinger menghasilkan tiga bilangan yang
mencirikan orbital elektron atau lebih mudahnya disederhanakan sebagai alamat elektron. Tiga
bilangan ini disebut dengan bilangan kuantum, yang terdiri dari bilangan kuantum utama,
bilangan kuantum azmimut, dan bilangan kuantum magnetik.
4. Orbital
Orbital adalah daerah atau ruang di sekitar inti di mana peluang (kebolehjadian) terbesar
elektron ditemukan. Setiap orbital mempunyai ukuran, bentuk, dan arah oriental ruang yang
ditentukan oleh bilangan kuantum n, l, dan m1. Orbital-orbital tersebut bergabung membentuk
suatu subkulit, dan subkulit bergabung membentuk kulit atau tingkat energi.
Subkulit s tersusun dari sebuah orbital dengan bilangan kuantum l = 0 dan mempunyai
ukuran yang berbeda tergantung nilai bilangan kuantum n (bagian dari kulit yang mana).
Subkulit p tersusun dari tiga orbital dengan bilangan kuantum l = 1. Tiga orbital p tersebut
adalah orbital px, py, dan pz. Bentuk ruang orbital p digambarkan seperti dumbbell dengan
probabilitas untuk menemukan elektron semakin kecil bila mendekati inti. Subkulit d tersusun
dari lima orbital yang mempunyai bilangan kuantum l = 2. Arah orientasi dari orbital d dapat
dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu yang berada di antara sumbu terdiri dari 3 orbital (dxy,
dxz, dyz) dan yang berada pada sumbu terdiri dari 2 orbital (d x − y , dan d z ).
2 2 2
5. Konfigurasi Elektron
Konfigurasi elektron menggambarkan penataan elektron-elektron dalam suatu atom.
Konfigurasi elektron adalah khas suatu atom.
Aturan Aufbau
Aufbau berarti membangun. Menurut prinsip aufbau ini, elektron di dalam suatu atom akan
berada dalam kondisi yang stabil bila mempunyai energy yang rendah, sedangkan elektron-
elektron akan berada pada orbital-orbital yang bergabung membentuk subkulit. Jadi, elektron
mempunyai kecenderungan untuk menempati subkulit yang tingkat energinya rendah. Besarnya
tingkat energy dari suatu subkulit dapat diketahui dan nilai bilangan kuantum utama (n) dan
bilangan kuantum azimuth (l) dari orbital tersebut.
Salah satu cara mengetahui urutan tingkat energy
Larangan Pauli
Larangan Pauli atau eksekusi Pauli menyatakan bahwa di dalam satu atom tidak boleh terdapat
dua elektron dengan empat bilangan kuantum yang sama. Dengan adanya larangan Pauli ini,
maka elektron yang dapat menempati suatu subkulit terbatas hanya dua kali dari jumlah
orbitalnya. Dengan demikian, jumlah maksimum elektron adalah sebagai berikut :
- Subkulit s terdiri dari 1 orbital, dapat ditempati oleh maksimum 2 elektron
- Subkulit p terdiri dari 3 orbital, dapat ditempati oleh maksimum 6 elektron
- Subkulit d terdiri dari 5 orbital, dapat ditempati oleh maksimum 10 elektron
Misalnya :
21 Sc : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d1 Jika disingkat menjadi [Ar] 4s2 3d1
Aturan Hund
Setiap subkulit tersusun atas beberapa orbital dengan energy setingkat. Dengan demikian,
elektron dimungkinkan menempati orbital mana saja. Sebagai contoh :
5B : [He] 2s2 2p1
Untuk elektron-elektron yang menempati subkulit dengan jumlah orbital lebih dari satu
(misalnya subkulit p atau d), maka kemungkinannya akan lebih banyak lagi. Sebagai contoh,
atom karbon akan mempunyai 15 kemungkinan penyebaran elektron pada orbital baik yang
berisi 2 atau 1 elektron. Berdasarkan pengamatan spektrum, diketahui bahwa keadaan yang
paling rendah energinya (paling stabil) adalah bila elektron-elektron tersebut tersebar ke semua
orbital dengan spin yang sejajar (spin sama). Aturan ini dikenal dengan Aturan Hund.
Konfigurasi Ion
Elektron dapat terlepas dari suatu atom netral karena adanya pengaruh energy dari luar sehingga
atom tersebut akan berubah menjadi ion. Elektron yang terlepas umumnya merupakan elektron
yang terikat paling lemah atau terdapat pada kulit (subkulit) terluar.
Tabel Konfirgurasi Ion Positif
Kemudian pada tahun 1869, seorang sarjana asal Rusia bernama Dmitri Ivanovich
Mendeleev, berdasarkan pengamatannya terhadap 63 unsur yang sudah dikenal ketika itu,
menyimpulkan bahwa sifat-sifat unsur adalah fungsi periodik dari massa atom relatifnya dan
persamaan sifat. Artinya, jika unsur-unsur disusun menurut kenaikan massa atom relatifnya,
maka sifat tertentu akan berulang secara periodik. Mendeleev menempatkan unsur-unsur yang
mempunyai kemiripan sifat dalam satu lajur vertikal, yang disebut golongan. Lajur-lajur
horizontal, yaitu lajur unsur-unsur berdasarkan kenaikan massa atom relatifnya, disebut periode.
Sistem periodik Mendeleev ini mempunyai kelemahan dan juga keunggulan. Kelemahan sistem
ini adalah penempatan beberapa unsur tidak sesuai dengan kenaikan massa atom relatifnya.
Selain itu masih banyak unsur yang belum dikenal. Sedangkan keunggulan sistem periodik
Mendeleev adalah bahwa Mendeleev berani mengosongkan beberapa tempat dengan keyakinan
bahwa masih ada unsur yang belum dikenal (James E. Brady, 1990).
Kurang lebih 45 tahun berikutnya, tepatnya pada tahun 1914, Henry G. Moseley (1887 –
1915) menemukan bahwa urutan unsur dalam sistem periodik sesuai dengan kenaikan nomor
atom unsur. Penempatan telurium (Ar = 128) dan iodin (Ar = 127) yang tidak sesuai dengan
kenaikan massa atom relatif, ternyata sesuai dengan kenaikan nomor atomnya (nomor atom Te =
52; I = 53). Jadi, sifat periodik lebih tepat dikatakan sebagai fungsi nomor atom. Sistem periodik
unsur modern disusun berdasarkan kenaikan nomor atom dan kemiripan sifat. Sistem periodik
unsur modern merupakan penyempurnaan dari sistem periodik Mendeleev.
a. Periode
Sistem periodik unsur modern mempunyai 7 periode. Unsur-unsur yang mempunyai jumlah
kulit yang sama pada konfigurasi elektronnya, terletak pada periode yang sama.
b. Golongan
Sistem periodik unsur modern mempunyai 8 golongan utama (A). Unsur-unsur pada sistem
periodik modern yang mempunyai elektron valensi (elektron kulit terluar) sama pada
konfigurasi elektronnya, maka unsur-unsur tersebut terletak pada golongan yang sama
(golongan utama/A).
Tabel Nama-nama Golongan dalam Sistem Periodik Unsur
IA Alkali 1
IIA Alkali tanah 2
IIIA Boron 3
IVA Karbon 4
VA Nitrogen 5
VIA Oksigen 6
VIIA Halogen 7
VIIIA Gas mulia 8
Jari-jari atom
Ukuran jari-jari atom dari suatu unsur ditentukan dengan sinar X, dengan mengukur jarak inti
atom terhadap pasangan elektron bersama dalam ikatannya. Untuk unsur logam, jari-jari
didefinisikan sebagai setengah jarak terpendek antara dua inti dalam bentuk padat, sedangkan
untuk unsur nonlogam didefinisikan sebagai setengah panjang ikatan kovalen tunggal antara dua
inti atom yang sejenis.
Sifat jari-jari atom dalam tabel periodik dapat disimpulkan sebagai berikut :
a. Dalam satu periode dengan bertambahnya nomor atom, jari-jari makin kecil.
b. Dalam satu golongan dengan bertambahnya nomor atom, jari-jari makin besar.
Energi Ionisasi
Untuk mengetahui sukar mudahnya suatu atom melepaskan elektron dapat ditentukan dari
harga energi ionisasinya. Energi ionisasi adalah energi yang diperlukan untuk melepaskan
elektron terluar suatu atom dalam keadaan gas.
Li (g) + energi ionisasi Li+ (g) + e–
Energi ionisasi dinyatakan dalam kJ mol–1. Jika energi ionisasi kecil maka atom mudah
melepaskan elektron. Sebaliknya jika energi ionisasi besar maka atom sukar melepaskan
elektron. Dalam satu periode, dengan naiknya nomor atom, jari-jari atom makin kecil sehingga
gaya tarik inti terhadap elektron terluar semakin kuat, sehingga untuk melepaskan elektron dalam
atomnya dibutuhkan energi yang cukup besar. Dalam satu golongan, dengan bertambahnya
nomor atom, jari-jari atom makin besar sehingga gaya tarik inti terhadap elektron terluar semakin
lemah. Untuk melepaskan elektron dalam atomnya dibutuhkan energi yang kecil. Dengan
demikian, dapat disimpulkan sebagai berikut :
a. Dalam satu periode, dengan bertambahnya nomor atom harga energi ionisasi cenderung
makin besar.
b. Dalam satu golongan dengan bertambahnya nomor atom harga energi ionisasi cenderung
makin kecil.
Afinitas Elektron
Selain melepaskan elektron, atom dapat juga menerima elektron. Dengan menerima elektron
atom menjadi bermuatan negatif, pada saat atom menerima elektron, sejumlah energi akan
dilepaskan. Energi yang dilepaskan pada saat suatu atom dalam keadaan gas menerima elektron
disebut afinitas elektron .
F (g) + e– F– (g) + energi
Cl (g) + e– Cl– (g) + energy
Harga afinitas elektron biasanya dinyatakan dengan tanda negatif karena pada proses
tersebut dilepaskan energi. Jika harga afinitas elektron makin negatif, berarti afinitas elektron
semakin besar. Perhatikan tabel afinitas elektron berikut ini.
Keelektronegatifan
Pada tahun 1932, Linus Pauling ahli kimia dari Amerika membuat besaran lain yang dikenal
dengan skala keelektronegatifan. Keelektronegatifan adalah kemampuan atau kecenderungan
suatu atom untuk menangkap elektron dari atom lain dalam senyawanya. Dalam satu periode
dengan bertambahnya nomor atom, keelektronegatifan cenderung makin besar. Dalam satu
golongan dengan bertambahnya nomor atom, keelektronegatifan cenderung makin kecil.
Soal-Soal
A. Pilihan Ganda (X)
1. Atom merupakan bagian terkecil dari suatu benda yang tidak dapat dibagi lagi. Teori
tersebut berasal dari...
a. Aristoteles d. Niels Bohr
b. John Dalton e. Ernest Rutherford
c. Joseph John Thomson
2. Atom Fosfor mempunyai nomor atom 15 dan nomor massa 31 berapakah jumlah proton,
neutron dan elektron berturut-turut dari atom tersebut...
a. 31, 16 dan 15 d. 15, 15 dan 31
b. 31, 15 dan 16 e. 15, 16 dan 15
c. 31, 15 dan 15
3. Isotop dari suatu unsur memiliki kesamaan pada jumlah...
a. elektron, proton, dan neutron
b. elektron tetapi berbeda jumlah protonnya
c. neutron tetapi berbeda jumlah protonnya
d. proton tetapi berbeda jumlah neutronnya
e. proton dan neutron tetapi berbeda jumlah elektronnya
4. Konfigurasi elektron suatu unsur adalah : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 3d3 4s2. Bila atom tersebut
membentuk ion dengan muatan 3+, konfigurasi elektronnya menjadi…
a. [Ar] 4s2 d. [Ar] 3d5 4s2
b. [Kr] 3d5 4s2 e. [Ar] 3d2
c. [Kr] 3d2
24 40
5. Perhatikan notasi unsur 12 Mg dan 20 Ca. Pernyataan yang tepat tentang kedua unsur
tersebut adalah…
a. Jari-jari atom Mg lebih besar dari Ca
b. Jari-jari atom Mg lebih kecil dari Ca
c. Energi ionisasi atom Mg lebih kecil dari Ca
d. Keelektronegatifan atom Mg lebih kecil dari Ca
e. Atom Mg dan Ca terletak dalam satu periode
B. Essay
1. Berdasarkan partikel penyusun atom terdapat tiga jenis partikel utama penyusun suatu atom,
jelaskan pertikel penyusun atom tersebut!
Partikel-perkel penyusun atom terdiri dari elektron, proton dan neutron.
Elektron merupakan partikel penyusun atom dengan muatan negatif. Proton merupakan
partikel penyusun atom dengan muatan positif, dan Neutron merupakan partikel netral
yang mempunyai masa sedikit lebih besar dari pada proton. Letak proton dan neuton
berada di inti atom sedangkan elektron bergerak/beredar mengelilingi inti atom.
2. Jelaskan sifat-sifat keperiodikan unsur dalam satu golongan dan satu periode!
Jari-jari atom : Dalam satu periode dengan bertambahnya nomor atom, jari-jari makin
kecil. Dalam satu golongan dengan bertambahnya nomor atom, jari-jari makin besar.
Energi ionisasi : Dalam satu periode, dengan bertambahnya nomor atom harga energi
ionisasi cenderung makin besar. Dalam satu golongan dengan bertambahnya nomor atom
harga energi ionisasi cenderung makin kecil.
Keelektronegatifan : Dalam satu periode dengan bertambahnya nomor atom,
keelektronegatifan cenderung makin besar. Dalam satu golongan dengan bertambahnya
nomor atom, keelektronegatifan cenderung makin kecil.
Afinitas Elektron : dalam satu periode dengan bertambahnya nomor atom, harga afinitas
elektron cenderung bertambah besar. Dalam satu golongan dengan bertambah nya nomor
atom, harga afinitas elektron atom cenderung semakin kecil.
Referensi :
Unggul Sudarmo. 2013. Kimia untuk SMA/MA Kelas X. Penerbit Erlangga :
Jakarta.
Ivan Permana. 2009. Memahami Kimia untuk SMA/MA Kelas X. Pusat Perbukuan
Dapartemen Pendidikan Nasional : Jakarta.
Poppy K. Devi. Siti Kalsum. Masmiani. Hasmiati Syahrul. 2009. Kimia 1 : Kelas
X SMA/MA. Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional : Jakarta.
Budi Utami. Agung Nugroho CS. Lina Mahardiani. Sri Yamtinah. Bakti Mulyani.
2009. Kimia Untuk SMA/MA Kelas X. Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan
Nasional : Jakarta.
Bab 3
IKATAN KIMIA
A. Kestabilan Unsur
Sebagian besar unsur di alam ingin mencapai suatu kestabilan. Kestabilan
diperoleh dengan cara bergabung dengan unsur lain, lalu membentuk suatu molekul atau
senyawa yang stabil. Kemampuan bergabung tersebut terjadi karena gaya tarik-menarik
antar unsur (atom). Dengan demikian, setiap atom atau unsur dapat membentuk senyawa
yang khas dan berbeda, karena kekuatan daya tarik-menarik antar atom memengaruhi
sifat senyawa yang terbentuk. Daya tarik-menarik antar atom yang menyebabkan suatu
senyawa kimia dapat bersatu disebut ikatan kimia. Ikatan kimia ditemukan pertama kali
oleh ilmuwan asal Amerika Serikat bernama Gilbert Newton Lewis pada tahun 1916.
Konsep ikatan kimia yang dikemukakan oleh keduanya sebagai berikut.
1. Gas mulia (He, Ne, Ar, Xe, dan Rn) sukar membentuk senyawa karena gas mulia
memiliki susunan elektron yang stabil (tidak melepas dan menerima elektron di kulit
terluarnya), sehingga disebut inert.
2. Setiap atom ingin memiliki susunan elektron yang stabil dengan cara melepaskan atau
menangkap elektron.
3. Susunan elektron yang stabil dicapai dengan cara berikatan antar atom lain. Kestabilan
atom terbentuk jika atom memiliki 2 atau 8 elektron di kulit terluarnya. Unsur gas mulia
termasuk golongan yang paling stabil dalam sistem periodik unsur. Agar kalian lebih
memahami kestabilan atom, perhatikan susunan konfigurasi elektron unsur-unsur gas
mulia berikut.
Jika diamati di antara atom-atom di alam, hanya atom gas mulia yang stabil sedangkan
atom yang lain tidak stabil. Atom-atom yang tidak stabil tersebut cenderung bergabung dengan
atom lain untuk mendapatkan kestabilan. Mengapa atom gas mulia stabil sedangkan atom yang
lain tidak stabil? Kossel dan Lewis berpendapat bahwa pada dasarnya, sifat unsur ditentukan
oleh bagaimana elektron-elektron dalam atom tersebut tersusun. Oleh karena itu, maka dicarilah
hubungan antara konfigurasi elektron dengan kestabilan atom. Untuk lebih jelasnya, simak
konfigurasi elektron gas mulia yang merupakan atom-atom stabil berikut.
2He ( Helium) : 2
10 Ne (Neon) :28
18 Ar (Argon) : 2 8 8
36 Kr (Kripton) : 2 8 18 8
54 Xe (Xenon) : 2 8 18 18 8
86 Rn (Radon) : 2 8 18 18 18 8
Dari konfigurasi elektron tersebut, Kossel dan Lewis membuat kesimpilan bahwa
konfigurasi elektron atom-atom akan stabil bila jumlah elektron terluarnya 2 (duplet) atau 8
(oktet). Untuk mencapai keadaan stabil seperti gas mulia, maka atom-atom membentuk
konfigurasi elektron seperti gas mulia. Untuk membentuk konfigurasi elektron seperti gas mulia,
dapat dilakukan dengan cara membentuk ion atau membentuk pasangan elektron bersama.
Pembentukan Ion, Dalam membentuk ion, suatu atom akan melepas atau mengikat elektron.
Atom-atom yang mempunyai energi ionisasi rendah, misalnya atom-atom dari unsur golongan
IA dan IIA dalam sistem periodik unsur, akan mempunyai kecenderungan untuk melepaskan
elektronnya, sedangkan atom-atom yang mempunyai afinitas elektron yang besar, misalnya
atom-atom unsur golongan VIA dan VIIA dalam sistem periodik unsur akan cenderung mengikat
elektron.
Aturan duplet : konfigurasi elektron stabil dengan dua elektron pada kulit terluar.
Aturan oktet : konfigurasi elektron stabil dengan delapan elektron pada kulit terluar.
B. Struktur Lewis
Antar unsur saling berinteraksi dengan menerima dan melepaskan elektron di kulit
terluarnya. Gambaran terjadinya interaksi antar unsur diperkenalkan oleh Gilbert N. Lewis
dengan nama Struktur Lewis.
Struktur Lewis dilambangkan dengan memberikan sejumlah titik yang mengelilingi
atomnya (biasanya dilambangkan dengan atau (•). Setiap titik mewakili satu elektron yang ada
pada kulit terluar atom tersebut. Perhatikan Tabel 3.1 tentang Struktur Lewis berdasarkan
susunan elektron valensi dari unsur gas mulia (golongan VIIIA) yang memenuhi aturan oktet
atau duplet berikut.
Pada saat atom-atom membentuk ikatan, hanya elektron-elektron pada kulit terluar yang
berperan yaitu elektron valensi. Elektron valensi dapat digambarkan dengan struktur Lewis atau
gambar titik elektron. Contohnya nitrogen memiliki konfigurasi elektron 2.5. Elektron valensi
nitrogen adalah 5. Struktur Lewisnya digambarkan:
Struktur Lewis, pasangan elektron, dan elektron ikatan untuk beberapa atom dapat dilihat
pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Struktur Lewis, pasangan elektron, dan elektron ikatan beberapa atom
11Na: 2 8 1 (konfigurasi elektron tidak stabil) Agar stabil, atom Na melepas sebuah elektronnya
sehingga konfigurasi elektronnya sama dengan atom Ne (konfigurasi elektron 10Ne: 2 8).
11Na → Na+ + e-
(281)(28)
Proses pembentukan ion positif (ionisasi) tersebut mudah terjadi karena atom Na
mempunyai energi ionisasi yang rendah. Atom 17Cl: 2 8 7 (konfigurasi elektron tidak stabil) Agar
stabil, cara yang memungkinkan adalah menjadikan konfigurasi elektron seperti Ar: 2 8 8
18
C. Ikatan Ion
Tiap unsur memiliki kecenderungan untuk melepaskan elektron dan membentuk ion
positif (kation). Selain itu, unsur juga memiliki kecenderungan untuk menyerap elektron dan
membentuk ion negatif (anion). Agar lebih mudah memahami maksud uraian di atas, perhatikan
ikatan yang terjadi antara unsur logam dan non-logam. Sifat elektropositif pada unsur logam dan
sifat elektronegatif pada unsur non-logam menimbulkan perbedaan keelektronegatifan antara
keduanya. Perbedaan keelektronegatifan inilah yang menyebabkan terjadinya serah terima
elektron. Unsur non-logam dengan sifatnya yang elektronegatif mampu menarik elektron dari
unsur logam. Antar ion yang berlawanan tersebut terjadi gaya tarik-menarik (gaya elektrostatik)
dan membentuk ikatan yang disebut ikatan ion. Kecenderungan unsur menerima atau
melepaskan elektron valensinya bergantung pada besarnya energi yang dilepaskan atau
diperlukan.
Unsur yang memiliki energi ionisasi kecil akan melepaskan elektron, sedangkan unsur
yang memiliki energi ionisasi besar akan menerima elektron. Berdasarkan harga energi ionisasi
dari kiri ke kanan pada sistem periodik, maka unsur yang memiliki energi ionisasi kecil adalah
bagian kiri dan bawah. Akibatnya, unsur golongan IA dan IIA cenderung melepaskan elektron,
sedangkan golongan VIA dan VIIA cenderung menerima electron untuk mencapai kestabilan
unsur gas mulia. Sementara itu, unsur golongan IIIA, IVA, dan VA sebagian bersifat melepas
dan sebagian menerima elektron.
Agar lebih jelas, perhatikan gambar dan keterangan berikut.
Unsur golongan IA cenderung melepaskan 1 elektron menjadi ion positif, kecuali H yang
cenderung menerima 1 elektron. Sedangkan unsur Mg melepaskan 2 elektron terluarnya
dan membentuk Mg2+.
Atom H yang memiliki 1 elektron berikatan dengan atom H lain untuk melengkapi
konfigurasi elektron gas mulia (rumus oktet). Ikatan ini terjadi karena penggunaan bersama
pasangan elektron pada kulit terluar oleh dua unsur yang berikatan. Kekuatan ikatan pada kedua
unsur tersebut merupakan hasil tarik-menarik antara elektron yang bersekutu dengan inti positif
dari unsur yang membentuk ikatan. Elektron dari unsur H yang satu tertarik ke inti positif unsur
H lain, begitu juga sebaliknya. Jarak ikatan tertentu diperlukan sehingga gaya tolak antarinti
positif menjadi minimum dan ikatan antar unsur non-logam dapat terjadi. Dengan demikian,
antar unsur H saling menyempurnakan jumlah elektron valensinya dengan cara mendapatkan
elektron dari unsur yang lain, lalu membentuk pasangan elektron. Ikatan yang terjadi disebut
ikatan kovalen.
Selain pada senyawa H2, ikatan kovelen juga terjadi pada senyawa F 2 dan HCl.
Pembentukan ikatan pada senyawa tersebut yaitu:
Walaupun semua ikatan kovalen mematuhi aturan oktet, ternyata masih ada beberapa
senyawa yang menyimpang dari aturan oktet, misalnya senyawa PCl 5, BH3, NO2, BCl3, dan SF6.
Hal ini disebut penyimpangan atau pengecualian aturan oktet, yaitu:
a) Oktet yang tidak sempurna. Maksudnya, senyawa yang mempunyai unsur dengan
electron valensi kurang dari 8. Misalnya, Be dalam BeCl2 dan B dalam BCl3.
b) Oktet yang diperluas. Maksudnya, senyawa yang mempunyai unsur dengan elektron
valensi lebih dari 8. Misalnya, P dalam PCl5 dan S dalam SF6.
Ikatan kovalen yang telah kalian pelajari di atas merupakan ikatan kovalen
tunggal. Selain ikatan kovalen tunggal, masih ada ikatan kovalen rangkap dua dan tiga.
Ikatan kovalen rangkap dua adalah:
Ikatan kovalen dengan penggunaan bersama dua pasang elektron. Pembentukan
senyawa O2 dan SO merupakan contoh ikatan kovalen rangkap dua. Pembentukan
senyawa O2 digambarkan sebagai berikut.
Ion hidronium, H3O+ dibentuk dari molekul air yang mengikat ion hydrogen
melalui reaksi: H2O + H+ → H3O+. Struktur Lewisnya ditulis sebagai berikut.
Pada molekul H2O, atom oksigen mempunyai dua pasang elektron bebas. H + tidak
mempunyai elektron. Untuk membentuk ikatan digunakan salah satu pasangan elektron bebas
dari oksigen sehingga terbentuk ikatan kovalen koordinat. Ikatan ini bisa dituliskan sebagai
berikut.
Tanda panah (→) menunjukkan pasangan electron ikatan kovalen koordinat berasal dari
atom oksigen.
b. Pembentukan Ion Amonium, NH4+
NH4+ dibentuk dari NH3 dan ion H+ melalui reaksi: NH3 + H+ → NH4+
Pada molekul NH3, atom N mempunyai 1 pasang elektron bebas. Pasangan elektron
tersebut digunakan untuk mengikat ion H+ sehingga terbentuk ikatan kovalen koordinat. Ikatan
ini bisa digambarkan sebagai berikut.
Tanda panah (↓) menunjukkan pasangan electron ikatan kovalen koordinat berasal dari
atom nitrogen.
Berdasarkan contoh di atas dapat disimpulkan.
Ikatan kovalen koordinat terbentuk jika pasangan elektron yang digunakan bersama
berasal dari salah satu atom.
Senyawa ion umumnya mempunyai titik didih dan titik leleh relatif tinggi, karena
energy yang diperlukan untuk memutuskan gaya Coulomb antara ion-ion relative tinggi.
Titik leleh beberapa senyawa ion dapat dilihat pada Tabel 2.6. Tabel 2.6 Titik leleh dari
beberapa senyawa ion
Senyawa ion merupakan penghantar listrik yang baik dalam larutan maupun
lelehan atau leburannya. Sifat penghantar listrik yang baik tersebut disebabkan adanya
gerakan ion-ion dalam leburan senyawa atau larutannya. Senyawa ion juga umumnya
mudah larut dalam air. Senyawa ion membentuk struktur raksasa dengan struktur kristal
yang teratur, misalnya struktur NaCl yang berbentuk kubus seperti Gambar 2.4.
2. Sifat Fisis Senyawa Kovalen
Metana memiliki fase gas, pada setiap molekulnya terdapat ikatan kovalen yang
relatif kuat. Di antara molekul-molekul CH4 terdapat gaya antarmolekul yang lemah.
Pada saat dipanaskan, masing-masing molekul CH4 mudah berpisah, sehingga titik didih
metana rendah. Pada intan, atom C dengan C lainnya berikatan kovalen sangat kuat
membentuk struktur raksasa sehingga titik didihnya tinggi.
Senyawa dengan struktur molekul raksasa tidak larut dalam air dan tidak
menghantarkan listrik kecuali grafit yaitu karbon pada batu baterai dan isi pensil.
G. Ikatan Logam
Sebagian besar unsur dalam sistem periodik adalah logam. Atom logam dapat berikatan
ke segala arah sehingga menjadi molekul yang besar sekali. Satu atom akan berikatan dengan
beberapa atom lain di sekitarnya. Akibatnya, atom tersebut terikat kuat dan menjadikan logam
ber wujud padat (kecuali Hg cair), serta pada umumnya keras.
Logam dalam keadaan padat mempunyai bilangan koordinasi yang cukup besar. Artinya,
satu atom berikatan dengan banyak atom lainnya. Jika diberi tekanan, kedudukan atom dapat
bergeser. Kemudian, berikatan lagi dengan atom yang berada di sampingnya. Oleh karena itu,
logam dapat ditempa, dibengkokkan, atau dibentuk sesuai dengan keinginan.
Karena unsur logam mempunyai energi ionisasi yang rendah dan elektron valensi yang
kecil, maka unsur logam mempunyai kecenderungan menjadi ion positif. Elektron valensi dari
atom-atom logam yang berdekatan akan terdelokalisasi membentuk lautan elektron di sekitar
ionion positif. Selanjutnya, lautan elektron bergerak dari satu atom ke atom lainnya dan saling
berikatan membentuk ikatan logam. Keadaan ini dapat digunakan untuk menjelaskan sifat logam
sebagai penghantar panas dan listrik yang baik.
Kawat tembaga digunakan sebagai penghantar listrik dalam kabel, besi digunakan untuk
setrika sebagai penghantar panas, dan emas atau perak digunakan untuk perhiasan dalam bentuk
yang indah. Apa penyebab logam memiliki sifat tersebut? Hal ini disebabkan atom-atom pada
logam tersebut tidak berdiri sendiri-sendiri tetapi bergabung melalui ikatan logam.
Atom logam mempunyai keelektronegatifan rendah, artinya mereka cenderung mudah
melepaskan elektron terluarnya. Jika atom logam melepaskan elektron maka terbentuk kation
atau ion positif. Berdasarkan sinar X, logam-logam membentuk kisi kristal. Struktur kisi logam
tersusun dalam kation-kation. Perhatikan Gambar 2.6.
Elektron-elektron dari atom logam ditemukan di dalam kisi-kisi logam dan bebas
bergerak di antara semua kation, membentuk lautan elektron. Gaya elektrostatik antar
muatan (+) logam dan muatan (–) dari elektron akan menggabungkan kisi-kisi logam
tersebut.
Tarik-menarik dari kation di dalam lautan elektron yang bertindak sebagai perekat dan
menggabungkan kation-kation disebut ikatan logam. Elektron yang bebas bergerak pada lautan
elektron menyebabkan logam dapat menghantarkan listrik, sehingga logam banyak digunakan
sebagai penghantar listrik dalam kabel.
Atom logam dengan atom logam tersusun rapat membentuk struktur raksasa sehingga
logam mempunyai titik leleh dan kekerasan yang tinggi. Dengan demikian logam banyak
digunakan sebagai penghantar panas. Logam dapat ditempa, struktur logam jika ditempa dapat
dilihat pada Gambar 2.8.
3. Ikatan kovalen tunggal dan kovalen koordinasi secera beturut turut ditunjukkan oleh
nomor . . . .(Nomor atom H = 1, N = 7 dan O = 8)
A. 1 dan 2
B. 1 dan 3
C. 2 dan 4
D. 3 dan 5
E. 4 dan 5
Jawaban : B
Pembahasan :
Ikatan kovalen tunggal = pemakaaian bersama sepasang elektron
Ikatan kovalen rangkap 2 = pemakaian bersama dua pasang elektron
Ikatan kovalen rangkap 3 = pemakaian bersama tiga pasang elektron
Ikatan kovalen koordinasi = pemakaian bersama pasangan elektron, dimana eletron yang dipakai
bersama hanya berasal dari salah satu atom. Biasanya ditandari dengan labang elektron yang
sama.
Pasangan elektron bebas = pasangan elektron yang tidak dipakai berikatan.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat kita simpulkan :
1 = Ikatan kovalen tunggal
2 = Ikatan kovalen rangkap 2
3 = Ikatan kovalen koordinasi
4 dan 5 = Pasangan elektron bebas
Maka jenis ikatan yang terdapat dalam kedua senyawa tersebut adalah…
A.Kovalen dan ion
B. Kovalen koordinat dan kovalen
C.Ion dan kovalen nonpolar
D. Hidrogen dan kovalen
E.Hidrogen dan ion
Jawaban: C
Pembahasan:
Zat Q menunjukkan ciri-ciri senyawa ion karena ikatan ion pada senyawa ion sangat kuat
seehingga untuk memutuskan ikatan tersebut diperlukan suhu yang tinggi (titik didih tinggi).
Senyawa ion dalam larutan/ lelehannya dapat menghantarkan listrik karena terdapat ion-ion yang
bergerak bebas.
Sedangkan zat R merupakan senyawa kovalen nonpolar karena memiliki titik leleh
rendah dan tidak dapat menghantarkan listrik karena pengkutuban.
5.Berdasarkan sifat periodic unsur-unsur halogen, HF diharapkan mempunya titik didih paling
rendah dibandingkan dengan HI, HCl dan HBr. Namun, pada kenyataannyaHF mempunyai titik
didih paling tinggi. Hal ini disebabkan HF mempunyai ikatan…
A.ion
B.hidrogen
C.kovalen
D.van der waals
E.kovalen-ion
Jawaban: B
Pembahasan:
Senyawa Hf mempunyai titik didih paling tinggi karena mempunyai ikatan hidrogen,
yaitu molekul yang mengandung atom H terikat pada atm yang memiliki keeektronegatifan
sangat tinggi (N,O,F)
Essai
1.Diketahui beberapa ion berikut.
Na+, Mg2+, Al3+, CN-, NO3-, PO43-
Berdasarkan rumus ion ion tersebut, rumus dan nama senyawa yang benar adalah . . . .
Jawaban:
Pembahasan :
Na+ dan NO3- = Muatan Na = +1 dan NO = -1 = NaNO3
Na+ dan CN- = Muatan Na = +1 dan CN = -1 = NaCN
Al3+ dan PO3- = Muatan Al = +3 dan PO3 = -1 = Al(PO4)3
Mg2+ dan PO43- = Muatan Mg = +2 dan PO4 = -1 = Mg(PO4)2
Mg2+ dan CN- = Muatan Mg = +2 dan CN = -1 = Mg(CN)2
Untuk nama senyawa ion dapat digunakan rumus sebagai berikut :
Nama atom logam + Nama atom non logam +"ida" Atau Nama atom logam + Nama ion
poliatomik
NO3- = nitrat, CN- = cianida, PO43- = Fosfat, NaNO3 = natrium nitrat, NaCN = natrium
cianida, Al(PO4)3 = aluminium fosat, Mg(PO4)3 = magneisum fosfat, Mg(CN)2 =
magnesium sianida
Dari penjelasan ini, maka rumus dan nama molekul yang benar adalah Mg(CN)2.
Referensi
https://www.ruangguru.com/blog/bentuk-molekul-dan-definisinya
Irvan Permana. Memahami Kimia 1 SMA/MA Kelas X. Pusat Pembukuan Departemen
Pendidikan Nasional
Khamidinal. Tri Wahyuningsih. Shidiq Premono Kimia SMA/MA. Pusat Pembukuan
Departemen Pendidikan Nasional
Poppy K. Devi. Siti Kalsum. Masmiani. Hasmiati Syuhrul Kimia 1 SMA/MA Kelas X.
Pusat Pembukuan Departemen Pendidikan Nasional