Anda di halaman 1dari 28

A.

Partikel Penyusun Atom


1. Elektron
Joseph John Thomson pada tahun 1897 melakukan percobaan dengan
menggunakan tabung sinar katode. Terdapat dua plat elektroda dimana salah satu
plat logam yang terdapat pada ujung tabung berfungsi sebagai katoda. Kedua plat
ini dimasukkan ke dalam tabung kaca bertekanan rendah kemudian dialirkan
listrik bertegangan tinggi hingga mampu melepas elektron dari katoda ke anoda.
Sinar katoda tidak dapat kita lihat menggunakan mata telanjang namun kita bisa
mengetahui bahwa sinar ini ada dari berpenjarnya lapisan tabung kaca bagian
dalam akibat adanya benturan antara elektron dengan dinding tabung. Atau kita
bisa melihatnya jika sinar katoda kita benturkan ke layar ber-fluoresensi (layar
yang dapat berpendar) setelah terlebih dahulu kita beri lubang pada plat logam
anoda. Seperti gambar di bawah ini

Dari hasil percobaannya ditemukan sifat sinar katode yaitu:

a. Merupakan radiasi partikel karena mampu memutar baling-baling.


b. Radiasi ini bila dibelokkan menggunakan medan magnet, maka
akan menuju ke kutub magnet positif. Itu artinya sinar katode bermuatan
negatif.
c. Partikel katoda merambat tegak lurus dari lempengan katode
menuju anode.
d. Sinar katoda tidak tergantung pada jenis plat logam yang
digunakan.
e. Sinar katoda dapat kita buat dengan listrik tegangan tinggi.
Dari sifat inilah kemudian oleh J.J Thomson menamakan partikel penyusun atom
bermuatan negatif ini sebagai elektron. Setelain ini J.J Thomson juga menemukan
perbandingan muatan elektron terhadap massa yaitu 1,76 × 10 8 C/g yang
kemudian pada tahun 1909, Robert Millikan berhasil menemukan besarnya
muatan sebuah elektron yaitu 1,6 × 10-19 C. Dengan demikian, maka kita peroleh
massa 1 elektron sebesar 9,1095×10-31 Kg.

2. Proton

Jika massa elektron 0 berarti suatu partikel tidak mempunyai massa. Namun pada
kenyataannya partikel materi mempunyai massa yang dapat diukur dan atom
bersifat atom netral. Eugene Goldstein (1886) melakukan eksperimen dari tabung
gas yang memiliki katode, yang diberi lubang-lubang dan diberi muatan listrik.

Hasil eksperimen tersebut membuktikan bahwa pada saat terbentuk elektron yang
menuju anode, terbentuk pula sinar positif yang menuju arah berlawanan melalui
lubang pada katode. Setelah berbagai gas dicoba dalam tabung ini, ternyata gas
hidrogenlah yang menghasilkan sinar muatan positif yang paling kecil baik massa
maupun muatannya, sehingga partikel ini disebut proton. Massa proton terkecil
diperoleh pada atom Hidrogen yaitu Massa 1 proton = 1 sma = 1,66 × 10 -24gram
dengan muatan 1 proton = +1 = 1,6 × 10-19 C.

3. Inti Atom
Setelah penemuan proton dan elektron, Ernest Rutherford melakukan
penelitian penembakan lempang tipis emas. Jika atom terdiri dari partikel yang
bermuatan positif dan negatif maka sinar alfa yang ditembakkan seharusnya tidak
ada yang diteruskan/ menembus lempeng sehingga muncullah istilah inti atom.
Ernest Rutherford dibantu oleh Hans Geiger dan Ernest Marsden (1911)
menemukan konsep inti atom didukung oleh penemuan sinar X oleh WC. Rontgen
(1895) dan penemuan zat radioaktif (1896).
4. Neutron
Setelah ditemukan adanya proton di dalam inti atom, didapati bahwa ternyata
massa inti atom selalu lebih besar daripada proton. Dari sinilah kemudian para
peneliti berpendapat bahwa ada partikel lain di dalam inti (selain proton) yang
muatannya netral.
W. Bothe dan H. Becker pada tahun 1930 melakukan penembakan menggunakan
partikel alpha (α) ke inti atom berilium. Ditemukan adanya radiasi partikel yang
memiliki daya tembus besar. Dua tahun sesudahnya yaitu tahun 1932, James
Chadwick melakukan penelitian lebih lanjut dimana ditemukan bahwa partikel
tersebut bermuatan netral dan memiliki massa hampir sama dengan partikel
proton (bermuatan positif). Partikel ini kemudian dinamakan sebagai neutron

B. Nomor Atom Dan Nomor Massa

Suatu atom memiliki sifat dan massa yang khas satu sama lain. Dengan
penemuan partikel penyusun atom dikenal istilah nomor atom (Z) dan nomor
massa (A).

1. Nomor Atom (Z)

Jumlah proton dalam suatu atom disebut nomor atom yang diberikan lambang
Z. Nomor atom ini merupakan ciri khas suatu unsur, karena atom bersifat netral
maka jumlah proton sama dengan jumlah elektronnya. Sehingga nomor atom juga
menunjukan jumlah elektron. Elektron inilah yang nantinya paling menentukan
sifat suatu unsur. Nomor atom ditulis agak ke bawah sebelum lambang unsur.
Atom oksigen mempunyai 8 proton dan 8 elektron sehingga nomor atomnya 8.

2. Nomor Massa (A)

Seperti diuraikan sebelumnya massa elektron sangat kecil, dianggap nol.


Sehingga massa atom ditentukan oleh inti atom yaitu proton dan neutron. Nomor
massa ditulis agak ke atas sebelum lambang unsur. Atom oksigen mempunyai
nomor atom 8 dan nomor massa 16, sehingga atom oksigen mengandung 8 proton
dan 8 neutron.
Penulisan lambang atom unsur menyertakan nomor atom dan nomor massa.

C. Isotop, Isobar, dan Isoton

Setelah penulisan lambang atom unsur dan penemuan partikel penyusun


atom, ternyata ditemukan adanya unsur-unsur yang memiliki jumlah proton yang
sama tetapi memiliki massa atom yang sama dan ada pula unsur-unsur yang
memiliki jumlah neutron sama atau massa atom yang sama tetapi nomor atom
berbeda. Untuk itu dikenalkanlah istilah isotop, isobar dan isoton.

1. Isotop

Atom yang mempunyai nomor atom yang sama tetapi memiliki nomor massa
yang berbeda disebut dengan isotop. Contoh Isotop :
Setiap isotop satu unsur memiliki sifat kimia yang sama karena jumlah
elektronnya sama. Isotop-isotop unsur ini dapat digunakan untuk menentukan
massa atom relatif (Ar), atom tersebut berdasarkan kelimpahan istop dan massa
atom semua isotop.

2. Isobar

Isobar adalah unsur-unsur yang memiliki nomor massa yang sama. Adanya isotop
yang membuat adanya isobar.

3. Isoton

Isoton adalah atom-atom yang memiliki jumlah netron sama tetapi jumlah
protonnya berbeda. Seperti yang sudah kita pelajari sebelumnya, bahwa neutron
adalah selisih antara nomor massa dengan nomor atom; maka isoton tidak dapat
terjadi untuk unsur yang sama.

D. Perkembangan Model Atom

1. Model Atom Dalton


John Dalton mengemukakan hipotesa tentang atom berdasarkan hukum
kekekalan massa atau yang disebut Lavoisier dan hukum perbandingan tetap atau
yang disebut Proust. Teori yang diusulkan oleh Dalton: 

 Atom merupakan bagian terkecil dari materi yang sudah tidak dapat dibagi
lagi. 
 Atom digambarkan seperti bola pejal yang sangat kecil, suatu unsur
memiliki atom-atom yang identik dan akan berbeda untuk unsur yang
berbeda. 
 Atom-atom bergabung membentuk senyawa dengan perbandingan
bilangan bulat dan sederhana. Misalnya air yang terdiri dari atom-atom
hidrogen dan juga atom-atom oksigen. 
 Reaksi kimia merupakan suatu pemisahan atau penggabungan atau
penyusunan kembali dari atom-atom, sehingga sebuah atom tidak dapat
diciptakan atau dimusnahkan. 

Hipotesa Dalton kemudian digambarkan dengan sebuah model atom sebagai


bola pejal yang mirip seperti peluru pada tolak peluru. Teori atom yang diusulkan
oleh Dalton tidak dapat menerangkan suatu larutan dapat menghantarkan listrik.
Bagaimana mungkin suatu bola pejal dapat menghantarkan arus listrik, padahal
arus listrik adalah elektron yang bergerak. Berarti ada partikel lain yang dapat
menyebabkan terjadinya daya hantar listrik.

Adapun kelebihan dan kelemahan dari teori atom Dalton yaitu sebagai berikut:

Kelebihan

 Meningkatkan rasa minat terhadap penelitian model atom berikutnya.

Kelemahan

 Tidak dapat menjelaskan tentang bagaimana cara atom-atom saling


berikatan. 
 Tidak dapat menjelaskan hubungan antara larutan senyawa dengan daya
hantar arus listrik, karena atom merupakan bagian terkecil dari suatu unsur
yang tidak bisa dibagi lagi.
 Tidak dapat menjelaskan sifat listrik materi. 
 Tidak dapat menjelaskan perbedaan antara atom unsur yang satu dengan
atom unsur yang lain.

2. Teori Atom Thomson 

Teori Atom Thomson muncul setelah teori atom Dalton pada tahun 1803.
Teori ini merupakan penyempurnaan dari teori atom Dalton. J.J. Thomson
memperbaiki kelemahan dari teori atom Dalton dengan penemuannya yaitu
elektron pada tahun 1897. Elektron adalah partikel yang bermuatan negatif.
Penemuan elektron oleh J.J. Thomson diperoleh melalui percobaan tabung sinar
katode. Berdasarkan percobaan tabung sinar katode, J.J. Thomson menyimpulkan
bahwa sinar katode merupakan sebuah partikel, karena dapat memutar baling-
baling yang diletakkan diantara anode dan katode.  Partikel tersebut merupakan
partikel penyususn atom yang bermuatan negatif yang kemudian disebut dengan
elektron. Isi dari teori atom Thomson yaitu atom merupakan bola pejal yang
bermuatan positif dan didalamya tersebar elektron yang bermuatan negatif. Teori
ini disebut juga sebagai teori roti kismis. Mengapa demikian? Karena roti
digambarkan sebagai atom yang bermuatan positif dengan melekatnya kismis
disekeliling roti yang digambarkan sebagai elektron yang bermuatan negatif.

Adapun kelebihan dan kelemahan dari teori atom Thomson yaitu sebagai
berikut:
Kelebihan

 Membuktikan bahwa atom bukan merupakan bagian terkecil dari suatu


unsur. Hal itu karena Thomson  menemukan adanya partikel lain yang
bermuatan negatif dalam atom. 
 Membuktikan bahwa atom bersifat netral yang tersusun dari partikel-
partikel yang bermuatan positif dan negatif.
 Membuktikan bahwa adanya elektron dalam semua unsur.  

Kekurangan

 Tidak dapat menjelaskan tentang susunan muatan positif dan jumlah


elektron dalam bola.
 Tidak dapat menjelaskan tentang inti atom.

3. Teori Atom Rutherford

Teori Atom Rutherford didasarkan pada suatu eksperimen yaitu


penembakan partikel alfa terhadap lempeng emas. Eksperimen tersebut dikenal
dengan eksperimen 'Geiger-Marsden'. Pada saat itu, Rutherford bersama dua
orang muridnya yaitu Hans Geiger dan Erners Masreden melakukan suatu
percobaan penembakan partikel/sinar alfa terhadap lempeng tipis emas. Partikel
alfa merupakan partikel yang bermuatan positif, bergerak lurus, serta memiliki
daya tembus yang besar.

Pada percobaan tersebut sinar alfa yang ditembakkan pada lempeng emas
ada yang dibelokkan, dipantulkan dan diteruskan. Tujuan sebenarnya dilakukan
percobaan tersebut yaitu untuk membuktikan kebenaran teori atom Thomson,
yaitu apakah benar atom merupakan bola pejal yang bermuatan positif yang jika
dikenai partikel alfa akan dipantulkan atau dibelokkan.

Hasil yang diperoleh dari percobaan tersebut kemudian dikembangkan ke dalam


hipotesis teori atom Rutherford, diantaranya yaitu :

 Elektron yang bermuatan negatif bergerak mengelilingi inti atom yang


bermuatan positif dengan kecepatan yang sangat tinggi. 
 Atom mempunyai inti atom (bermuatan positif) yang menjadi pusat massa
atom.
 Penyebaran partikel alfa tidak dipengauhi oleh awan elektron.
 Sebagian besar dari atom merupakan permukaan yang hampa atau
kosong. 
 Sebagian kecil partikel alfa yang lewat akan dibelokkan dan sedikit sekali
dipantulkan. Sebagian besar lainnya tidak mengalami
pembelokkan/hambatan. 

Pada tahun 1911, berdasarkan eksperimen Geiger-Marsden, Rutherford


menyangkal kebenaran teori atom Thomson yang menyatakan bahwa atom
merupakan bola pejal yang bermuatan positif dan didalamya tersebar elektron
yang bermuatan negatif. Rutherford menyatakan bahwa atom memiliki inti yang
merupakan pusat massa yang dinamakan nukleus yang dikelilingi oleh awan
elektron yang bermuatan negatif. Pernyartaan tersebut kemudian dikenal dengan
teori atom Rutherford. 

Adapun kelebihan dan kelemahan dari teori atom Dalton yaitu sebagai berikut:

Kelebihan

 Dapat menggambarkan dan menjelaskan bentuk lintasan elektron yang


mengelilingi inti atom, sehingga mudah dipahami.
 Dapat menyimpulkan bahwa atom tersusun dari inti atom dan elektron
yang mengelilingi inti atom yang dimana satu sama lain terpisah oleh
ruang hampa. 
 Dapat menjelaskan pergerakan elektron disekitar inti atom
Kekurangan

 Tidak mampu menjelaskan mengapa elektron tidak pernah jatuh ke dalam


inti atom sesuai dengan teori fisika klasik.
 Tidak mampu menjelaskan tentang spektrum garis pada atom hidrogen
(H).
 Tidak mampu menjelaskan letak elektron dan cara rotasinya terhadap inti
atom. 
 Elektron yang bergerak akan memancarkan energi, sehingga energi atom
menjadi tidak stabil. 

4. Teori Atom Bohr 


Pada tahun 1913, seorang pakar fisika dari Denmark yang bernaman Neils
Bohr melakukan eksperimen yaitu spektrum atom hidrogen. Eksperimen tersebut
bertujuan untuk menyempurnakan teori atom Rutherford. Eksperimennya ini
berhasil menggambarkan keadaan elektron dalam menempati daerah disekitar inti
atom.

Penjelasan Bohr mengenai atom hidrogen merupakan gabungan antara teori


klasik dari Rutherford dengan teori kuantum dari Planck. Berikut hipotesa
(postulat) dari teori atom Bohr, diantaranya yaitu:

 Elektron dapat berpindah dari orbit satu ke orbit yang lain berdasarkan
tingkatan energi. Elektron akan berpindah ke orbit yang memiliki energi
lebih tinggi jika elektron menyerap energi yang besarnya sama dengan
perbedaan energi antara kedua orbit yang bersangkutan. Sebaliknya,
elektron yang berpindah ke orbit yang memiliki energi lebih rendah akan
memancarkan energi radiasi yang teramati sebagai spektrum garis yang
besarnya sama dengan perbedaan energi antara kedua orbit yang
bersangkutan.
 Selama dalam orbitnya, elektron dalam keadaan stationer dan tidak
memancarkan energi.
 Jika elektron-elektron berpindah dan menempati orbit yang lebih tinggi,
maka atom dalam molekul berada dalam tingkat tereksitasi (excited state).
Jika elektron-elektron berpindah dan menempati orbit yang lebih rendah,
maka atom dalam molekul berada dalam tingkat dasar (ground state). 
 Elektron mengelilingi inti atom dalam orbit-orbit tertentu yang berbentuk
lingkaran yang sering disebut sebagai kulit-kulit elektron. Kulit-kulit
elektron dinyatakan dalam bentuk notasi K, L, M, N, ... dan seterusnya.
 Energi yang dimiliki elektron pada masing-masing orbit dapat
mempengaruhi besar kecilnya lingkaran orbit. Semakin tinggi energi
elektron dalam orbit maka semakin besar pula lingkaran orbitnya dan
sebaliknya.
Teori atom Bohr dapat digambarkan seperti sebuah tata surya mini (seperti
gambar diatas), dimana elektron-elektron yang berada di lintasan beredar
mengelilingi inti atom yang bermuatan positif dan berukuran sangat kecil. Namun
bedanya, pada sistem tata surya setiap planet hanya menempati 1 lintasan (orbit)
saja, sedangkan pada atom setiap elekron bahkan lebih dapat menempati 1
lintasan (kulit atom).

Berdasarkan teori atom Bohr, elektron-elektron yang mengelilingi inti atom


pada lintasan-lintasan tertentu yang disebut kulit elektron atau tingkat energi.
Tingkat energi paling tinggi adalah kulit elektron yang terletak paling luar serta
penomoran kulitnya paling besar, semakin dalam letak kulit elektron maka
semakin kecil nomor kulitnya dan semakin rendah tingkat energinya.
Dalam model atom Bohr terdapat susunan elektron pada masing-masing kulit
atom yang disebut konfigurasi elektron. Nomor atom suatu unsur merupakan data
yang digunakan untuk menuliskan konfigurasi elektron. Nomor atom suatu unsur
menyatakan jumlah elektron dalam atom unsur tersebut. Sedangkan elektron pada
kulit terluar disebut sebagai elektron valensi. Susunan elektron valensi berperan
penting dalam membentuk suatu ikatan dengan atom lain serta menentukan sifat-
sifat kimia suatu atom.

Adapun kelebihan dan kelemahan dari teori atom Bohr yaitu sebagai berikut:
Kelebihan

 Dapat memperbaiki kelemahan dari teori atom Rutherford. 


 Dapat membuktikan adanya lintasan elektron untuk atom hidrogen. 
 Dapat menjelaskan spektrum atom hidrogen secara akurat. 

Kekurangan

 Tidak dapat menjelaskan spektrum warna dari atom-atom yang


mempunyai banyak elektron atau yang lebih kompleks. 
 Tidak dapat menjelaskan adanya garis-garis halus dalam spektrum
hidrogen (efek Zeeman) karena Bohr mengganggap elektron sebagai
partikel. 
 Model atom Bohr memiliki nilai momentum sudut lintasan ground state
yang salah. 
 Tidak bisa mengetahui intensitas relatif garis spektra. 
 Tidak bisa menjelaskan struktur garis spektra yang baik. 
 Tidak dapat menjelaskan atom selain atom hidrogen.

5. Teori Atom Modern

Teori atom modern berkembang setelah teori atom Bohr. Pada tahun 1924,
seorang ahli fisika prancis yang bernama Louis de Broglie menyempurnakan
kelemahan dari teori atom Bohr yang tidak mampu menerangkan model atom
selain atom hidrogen serta gejala atom dalam medan magnet. Menurut Broglie,
elektron tidak hanya bersifat partikel, elektron juga bisa bersifat gelombang.
Sedangkan menurut Neils Bohr, elektron adalah partikel.

Pendapan Louis de Broglie kemudian dikembangkan lagi oleh Edwin


Schrodinger dan Werner Heisenberg dan melahirkan teori atom modern. Teori
atom modern disebut juga sebagai teori mekanika kuantum. Prinsip dasar teori
atom modern adalah gerakan elektron dalam mengelilingi inti bersifat seperti
gelombang.

Teori ini digunakan untuk menjelaskan sifat atom dan molekul. Berdasarkan
teori mekanika kuantum, kedudukan dan momentum suatu benda tidak mungkin
dapat ditentukan secara seksama pada saat bersamaan, yang dapat diketahui hanya
kebolehjadian menemukan elektron pada jarak tertentu dari inti atom. Teori
tersebut dinamakan prinsip ketidakpastian Heinsenberg yang dikemukakan oleh
Werner Heinsenberg, seorang ahli fisika dari Jerman.

Menurut Heisenberg, posisi dan kecepatan elektron yang sedang bergerak


secara bersama-sama tidak bisa diukur secara tepat, karena elektron yang bergerak
menimbulkan perubahan dalam posisi dan momentum setiap saat.
Prinsip ketidakpastian Heisenberg dan persamaan gelombang oleh Louis de
Broglie kemudian dijadikan acuan oleh Erwin Schrodinger untuk merumuskan
persamaan Schrodinger, yaitu sebagai berikut:

E. Konfigurasi Elektron dan Diagram Orbital


Konfigurasi elektron merupakan distribusi elektron-elektron di dalam orbital
orbital suatu atom. Distribusi elektron didasarkan pada tingkat-tingkat energi dari
orbital, sedangkan diagram orbital adalah deskripsi gambaran dari elektron dalam
atom. Konfigurasi elektron harus memenuhi berbagai aturan atau prinsip. Berikut
ini dijelaskan beberapa aturan atau prinsip tentang konfigurasi elektron.

1. Prisip Aufbau
Subkulit atau orbital-orbital elektron mempunyai tingkat energi yang berbeda.
Menurut Aufbau, elektron dalam atom sedapat mungkin memiliki energi yang
terendah maka berdasarkan urutan tingkat energi orbital, pengisian konfigurasi
elektron dimulai dari tingkat energi yang paling rendah ke tingkat energi yang
tertinggi. Cara pengisian elektron pada subkulit dapat digambarkan seperti
berikut:
Gambar I : Tingkat Energi yang Paling Rendah ke Tingkat Energi Tertinggi
Prinsip Aufbau adalah:

Elektron-elektron dalam suatu atom selalu berusaha menempati subkulit yang


tingkat energinya rendah. Jika subkulit yang tingkat energinya rendah sudah
penuh, baru elektron berikutnya akan mengisi subkulit yang tingkat energinya
lebih tinggi.

2. Prinsip Eksklusi atau Prinsip Larangan Pauli


Prinsip eksklusi atau prinsip llarangan Pauli adalah tidak ada dua elektron di
dalam atom memiliki empat bilangan kuantum yang sama.

3. Aturan Hund
Konfigurasi elektron dapat pula ditulis dalam bentuk diagram orbital. Elektron-
elektron di dalam orbital-orbital suatu subkulit cenderung untuk tidak
berpasangan. Elektron-elektron pada subkulit akan berpasangan setelah semua
orbital terisi satu elektron.

Gambar II: Contoh Pengisian Elektron pada Orbital yang Benar

Aturan Hund menyatakan: Pada subkulit yang orbitalnya lebih dari satu, elektron-
elektron akan mengisi dulu semua orbital, sisanya baru berpasangan.

4. Konfigurasi Elektron Ion


Terbentuknya ion pada suatu atom akibat penambahan dan pengurangan
elektronnya.
Gambar III : Contoh Konfigurasi Elektron Ion

F. Bilangan Kuantum dan Bentuk Orbital


1. Bilangan Kuantum
Schrodinger menggunakan tiga bilangan kuantum yaitu bilangan kuantum
utama (n), bilangan kuantum azimut (l), dan bilangan kuantum magnetik (m).
Ketiga bilangan kuantum tersebut menjelaskan tingkat energi, bentuk, dan
orientasi elektron di dalam orbital. Selain ketiga bilangan kuantum tersebut ada
bilangan kuantum spin (s) yang menunjukkan perputaran elektron pada
sumbunya.
a. Bilangan Kuantum Utama
Bilangan kuantum utama memiliki lambang n. Harga n melambangkan
tingkat energi elektron atau kulit elektron. Harga n untuk berbagai kulit
elektron yaitu sebagai berikut:
1) Elektron pada kulit ke-1, memiliki harga n = 1.
2) Elektron pada kulit ke-2, memiliki harga n = 2.
3) Elektron pada kulit ke-3, memiliki harga n = 3.
4) Elektron pada kulit ke-4, memiliki harga n = 4.
b. Bilangan Kuantum Azimut
kuantum azimut memiliki lambang l. Bilangan kuantum azimut
menyatakan tingkat energi elektron pada subkulit. Subkulit elektron
mempunyai lambang s, p, d, f. Huruf-huruf tersebut berasal dari kata
sharp (s), principal (p),diffuse (d) dan fundamental (f) yang diambil dari
nama-nama seri spektrum unsur.
Harga l untuk berbagai subkulit yaitu sebagai berikut:
1) Elektron pada subkulit s memiliki harga l = 0
2) Elektron pada subkulit p memiliki harga l = 1
3) Elektron pada subkulit d memiliki harga l = 2
4) Elektron pada subkulit f memiliki harga l = 3
c. Bilangan Kuantum Magnetik
Bilangan kuantum magnetik memiliki lambang m yang menunjukkan
arah orbital elektron. Bilangan kuantum magnetik menyatakan jumlah
orbital pada subkulit elektron. Bilangan kuantum ini bernilai negatif, nol,
dan positif. Secara matematika harga m dapat ditulis mulai dari -l sampai
dengan +l. Harga m untuk berbagai l atau subkulit
Gambar IV : Harga m untuk Berbagai Subkulit

d. Bilangan Kuantum Spin


Elektron dalam orbital tidak hanya bergerak di sekitar inti tetapi berputar
pada sumbunya.

Gambar V : Perputaran Spin Elektron pada Sumbunya


Berdasarkan harga bilangan kuantum dapat ditentukan berapa jumlah elektron
maksimum yang dapat menempati subkulit dan kulit.

2. Bentuk Orbital
Elektron-elektron bergerak pada setiap orbitalnya. Orbital-orbital mempunyai
bentuk yang berbeda-beda sesuai dengan arah gerakan elektron di dalam atom.
a. Orbital s
Orbital s digambarkan berbentuk bola dengan inti sebagai pusat.
Gambar VI : Orbital 1s dan 2s

b. Orbital P
Orbital p terdiri atas 3 orbital, masing-masing berbentuk balon terpilin
dengan arah dalam ruang sesuai dengan sumbu x, y, dan z.
Gambar VII : Orbital Px, Py dan Pz

c. Orbital d
Bentuk orbital d terdiri atas lima orbital yaitu dx2 –y2 , dxz, dz2 , dxy, dan
dyz
Gambar VIII : Orbital dxy, dyz, dxz, d x . y , d z
2 2 2

G. Hubungan Konfigurasi Elektron dengan Letak Unsur dalam Tabel


Periodik

Setiap unsur memiliki massa dan sifat yang berbeda. Penelitian lebih
lanjut terhadap sifat-sifat unsur menunjukkan bahwa terhadap kemiripan sifat
suatu unsur dengan unsur yang lainnya. Pengelompokkan unsur-unsur kimia
tersebut dikenal dengan nama sistem periodik dan bertujuan untuk memudahkan
penentuan sifat setiap unsur dalam membentuk suatu senywa.

1. Perkembangan sistem periodik


a. Pengelompokkan unsur menurut Lavoiser
Lavoisier (1743-1794) adalah seorang kimiawan asal Prancis yang
pertama kali mengelompokkan unsur. Lavoiser mengelompokkan
33 unsur kimia. Pengelompokkan unsur tersebut berdasarkan sifat
kimianya. Unsur kimia di bagi menjadi empat kelompok, yaitu gas,
tanah, logam dan non logam.
Pengelompokkan unsur menurut Lavoiser

Kelompok Unsur
Gas Cahaya, kalor, oksigen dan nitrogen
Non logam Sulfur, fosfor, karbon, asam klorida, asam fluorida,
dan asam boraks
Logam Antiman, perak, arsenik, bismuth, platina, mangan,
raksa, nikel emas, tungsten, tembaga, kobalt, dan
seng.
Tanah Kapur, magnesium oksida, barium oksida,
aluminium oksida, dan silikon oksida.

b. Hukum Triade Dobereiner


Pada 1829, mengelompokkan unsur berdasarkan unsur-unsur
berdasarkan kemiripan sifat-sifatnya. Pengelompokkan unsur-
unsur yang disusun Dobereiner dapat diperhatikan pada tabel
berikut.
Pengelompokkan unsur-unsur menurut Hukum Triade Dobereiner

Kelompok unsur Massa kelompok Unsur Massa


atom atom
Senyawa Cl 35,5 Senyawa Li 7
pembentuk Br 80 pembentuk Na 23
garam I 127 alkali K 39
Senyawa S 32 Senyawa Ca 40
pembentuk Se 79 pembentuk Sr 88
asam Te 128 alkali tanah Ba 136

Dari pengelompokkan unsur tersebut, terdapat suatu keteraturan.


Setiap tiga unsur yang sifatnya mirip, massa atom unsur yang
kedua (tengah) merupakan massa atom rata-rata dari massa atom
unsur pertama dan ketiga

c. Hukum Oktaf Newlands


J. Newland adalah orang pertama yang mengelompokkan unsur-
unsur berdasarkan kenaikan massa atom reatif. Pada 1863, ia
menyatakan bahwa sifat-sifat unsur berubah secara teratur. Unsur
pertama mirip dengan unsur kedelapan, unsur kedua mirip dengan
unsur kesembilan dan seterusnya.

d. Hukum Mendelev
Diantara para ahli kimia, Dmitri Mendelev dianggap paling
berhasil dalam mengelompokkan unsur-unsur. Dia juga berani
menduga adanya unsur-unsur yang pada saat itu belum ditemukan.
Mendeleev mengelompokkan unsur-unsur berdasarkan kenaikan
massa atom relatifnya.
Alternarif pengelompokkan usnur lebih ditekankan pada sifat-sifat kimia
atom tersebut dari pada kenaikan massa atom relatifnya. Akibatnya ada
tempat kosong dalam tabel periodik tersebut. Tempat kosong inilah yang
diduga mendelev akan diisi unsur –unsur yang ketika itu belum ditemukan.
Ternyata dugaan itu terbukti yaitu dengan ditemukannya unsur-unsur yang
memiliki sifat yang mirip.
e. Sistem periodik Modern
Pada 1913, seorang kimiawan inggris bernama Henry Moseley
melakukan eksperimen pengukuran panjang gelombang unsur
menggunakan sinar X. Berdasarkan hasil eksperimennya tersebut,
diperoleh kesimpulan bahwa sifat dasar atom bukan didasari oleh
massa atom relatif, melainkan berdasarkan kenaikan jumlah proton.
2. Susunan unsur dalam sistem periodik unsur
a. Golongan
Golongan ditempatkan pada lajur vertikal dalam sistem periodik
modern. Penentuan golongan berkaitan dengan sifat-sifat yang
dimiliki unsur tersebut. Unsur-unsur dalam satu golongan memiliki
sifat-sifat yang mirip. Beberapa golongan diberi nama khusus,
yaitu:
1. golongan IA (kecuali H) disebut golongan alkali;
2. golongan IIA disebut golongan alkali tanah
3. golongan VIIA disebut golongan halogen
4. golongan VIIIA disebut golongan gas mulia
5. golongan IIIA, IVA, VA, dan VIA disebut sesuai dengan unsur
yang terdapat dalam golongan tersebut, yaitu:
a) golongan IIIA disebut golongan boron-aluminium;
b) golongan IVA disebut golongan karbon-silikon;
c)golongan VA disebut golongan nitrogen-fosforus;
d) golongan VIA disebut golongan oksigen-belerang

6. golongan IB sampai dengan VIIB disebut golongan transisi.

b. Periode

Periode ditempatkan pada lajur horizontal dalam sistem periodik


modern. Periode suatu unsur menunjukkan nomor kulit yang sudah
terisi elektron (n terbesar) berdasarkan konfigurasi elektron. Dalam
sistem periodik modern terdapat 7 periode, yaitu:

periode ke-1 terdiri atas 2 unsur;

periode ke-2 : terdiri atas 8 unsur;

periode ke-3 : terdiri atas 8 unsur;

periode ke-4 : terdiri atas 18 unsur;

periode ke-5 terdiri atas 18 unsur;

periode ke-6 : terdiri atas 32 unsur, yaitu 18 unsur seperti pada


periode ke 4 : atau ke-5 dan 14 unsur lagi merupakan deret
lantanida; dan

periode ke-7: terdiri atas 32 unsur, yaitu 18 unsur seperti pada


periode ke 4 atau ke-5 dan 14 unsur lagi merupakan deret aktinida.

C. Penentuan Golongan dan Periode


1) Cara Tradisional
Anda telah mempelajari golongan, periode, konfigurasi elektron,
dan elektron valensi. Adakah hubungan antara keempat hal
tersebut? Untuk golongan A, golongan suatu unsur menunjukkan
jumlah elektron valensi. Adapun periode suatu unsur menunjukkan
jumlah kulit yang telah terisi elektron. Elektron valensi dan jumlah
kulit yang telah terisi elektron dapat diketahui dari konfigurasi
elektron. Jadi, dari konfigurasi elektron dapat diketahui nomor
golongan dan periode suatu unsur.
2) Cara IUPAC
Dalam cara penggolongan ini, unsur-unsur dalam sistem periodik
dibagi menjadi 18 golongan. Tidak ada pemisahan antara golongan
A dan golongan B Penentuan penggolongan unsur dengan cara
baru ini agak sulit, terutama untuk unsur-unsur yang memiliki
nomor atom kecil (kurang dari 18).
Penggolongan unsur-unsur kimia dengan cara IUPAC mengikuti
aturan berikut.
Golongan alkali (IA)= golongan 1
Golongan alkali tanah (IIA)= golongan 2
Golongan transisi (IB-VIIIB )= golongan 3-golongan 12
Golongan boron-aluminium (IIA)= golongan 13
Golongan karbon-silikon (IVA) = golongan 14
Golongan nitrogen-fosforus (VA) = golongan 15
Golongan oksigen-belerang (VIA) = golongan 16
Golongan halogen (VIIA) = golongan 17
Golongan gas mulia (VIIIA) = golongan 18

3. Hubungan konfigurasi elektron dan sistem periodik


Dalam sistem periodik berdasarkan konfigurasi elektron cara s,p, d,
dan f. a. Golongan Unsur-Unsur Nomor golongan suatu unsur
menunjukkan jumlah elektron valensi unsur pada subkulit tertentu.
Golongan juga menunjukkan kelompok unsur-unsur yang memiliki
kemiripan sifat. Terdapat 16 golongan (terdiri atas golongan IA- VIIIA
dan golongan IB-VIIIB) yang digambarkan dalam 18 lajur vertikal.
Satu golongan, yaitu golongan VIIIB menempati tiga lajur vertikal
Golongan suatu unsur dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu
golongan A (golongan utama) dan golongan B (golongan transisi).
1. Golongan A
Golongan A menempati blok s (elektron valensi pada subkulit s)
dan blok p (elektron valensi pada subkulit s dan p).
a) Bloks
Unsur-unsur blok s dibagi menjadi dua golongan, yaitu:
a) golongan IA memiliki konfigurasi elektron valensi ns', dan
b) golongan IIA memiliki konfigurasi elektron valensi ns.
b) Blok p
Unsur-unsur blok p dibagi menjadi enam golongan, yaitu:
(1) golongan IIIA memiliki konfigurasi elektron valensi ns2 np1,
(2) golongan IVA memiliki konfigurasi elektron valensi ns2 np2,
(3) golongan VA memiliki konfigurasi elektron valensi ns2 np3,
(4) golongan VIA memiliki konfigurasi elektron valensi ns2 np4,
(5) golongan VIIA memiliki konfigurasi elektron valensi ns2 np5,
dan
(6) golongan VIIIA memiliki konfigurasi elektron valensi ns2 np6
Tata cara penentuan nomor golongan untuk unsur yang termasuk
golongan berdasarkan konfigurasi elektronnya sebagai berikut.
a. Tuliskan konfigurasi elektronnya.
b. Nomor golongan jumlah elektron valensi.
2. Golongan B
Unsur-unsur blok d dibagi menjadi delapan golongan, yaitu:
(1) golongan IB memiliki konfigurasi elektron valensi (n-1)d10 ns',
(2) golongan IIB memiliki konfigurasi elektron valensi (n-1)d10 ns2
(3) golongan IIB memiliki konfigurasi elektron valensi (n-1)d1 ns2
(4) golongan IVB memiliki konfigurasi elektron valensi (n-1)d1 ns2
(5) golongan VB memiliki konfigurasi elektron valensi (n-1)d2 ns 2
(6) golongan VIB memiliki konfigurasi elektron valensi (n-1) d3 ns2
(7) golongan VIIB memiliki konfigurasi elektron valensi (n-1)d5
ns2, dan
(8) golongan VIIIB memiliki konfigurasi elektron valensi (n-1)d6
ns2, (n-1)d7 ns2, dan (n-1)d8 ns2
Tata cara penentuan nomor golongan untuk unsur golongan B blok
d berdasarkan konfigurasi elektronnya sebagai berikut.
(1) Tuliskan konfigurasi elektronnya.
(2) Susun ulang konfigurasi elektron berdasarkan urutan nomor
kulit.
(3) Nomor golongan = jumlah elektron valensi. Unsur yang
elektron valensinya berjumlah delapan, sembilan, dan sepuluh
termasuk golongan VIIIB. Atom yang jumlah elektron valensinya
11 termasuk golongan IB dan atom yang jumlah elektron
valensinya 12 termasuk golongan IIB.
b) Blokf
Unsur-unsur blok fdisebut juga golongan transisi dalam. Unsur-
unsur blok f dibagi menjadi dua golongan (tanpa diberi nomor),
yaitu sebagai berikut.
(1) Golongan lantanida memiliki elektron valensi dari orbital 4f1
6s2 hingga dengan orbital 4f14 6s2
(2) Golongan aktinida memiliki elektron valensi dari orbital 5f1 7s2
hingga dengan orbital 5f14 7s2
Tata cara penentuan nomor golongan unsur-unsur blok fsebagai
berikut.
(1) Tuliskan konfigurasi elektron unsur.
(2) Jika elektron terakhir terletak pada orbital 4f, unsur tersebut
termasuk golongan lantanida. Jika elektron terakhir terletak pada
orbital 5f, unsur tersebit termasuk golongan aktinida.
b. Periode Unsur-Unsur
Peiode menunjukkan kulit terluar yang terisi elektron. Sistem
periodik terdapat pecinde dona8 golongan. Penentuan nomor
periode dilakukan dengan cara nenautakun dai n terbesar. Nomor
periode suatu unsur dapat ditentukan estukan konfigurasi elektron
unsur tersebut. Sust ng konfigurasi elektron berdasarkan urutan
kulit atom. mar perude nomor kulit terbesar. Nouner parede juga
dapat ditentukan dari nilai bilangan kuantum utama glau tmnhi
pada atom tersebut. Nomor periode nilai n.

H. Sifat-sifat periodik

unsur adalah sifat-sifat yang ada hubunganya dengan letak unsur pada
sistem periodik. Sifat-sifat tersebut berubah dan berulang secara periodik sesuai
dengan perubahan nomor atom dan konfigurasi elektron.

1. Jari-jari atom

Dalam segolongan, jari-jari atom


akan semakin besar dari atas ke bawah. Hal ini terjadi karena dari atas ke bawah
jumlah kulit bertambah sehingga jari-jari atom juga bertambah.

Dalam seperiode, (dari kiri ke kanan) berjumlah kulit sama tetapi jumlah proton
bertambah sehingga jari-jari atom juga berubah. Karena jumlah proton bertambah
maka muatan inti juga bertambah yang mengakibatkan gaya tarik menarik antara
inti dengan elektron pada kulit terluar semakin kuat. Kekuatan gaya tarik yang
semakin meningkat menyebabkan jari-jari atom semakin kecil. Sehingga untuk
unsur dalam satu periode, jari-jari atom semakin kecil dari kiri ke kanan.

2. Energi ionisasi

Energi minimum yang dibutuhkan


untuk melepas elektron atom netral dalam wujud gas pada kulit terluar dan terikat
paling lemah disebut energi ionisasi. Nomor atom dan jari-jari atom
mempengaruhi besarnya energi ionisasi. Semakin besar jari-jari atom maka gaya
tarik antara inti dengan elektron pada kulit terluar semakin lemah. Hal ini berarti
elektron pada kulit terluar semakin mudah lepas dan energi yang dibutuhkan
untuk melepaskan elektron tersebut semakin kecil. Akibatnya, dalam satu
golongan, energi ionisasi semakin kecil dari atas ke bawah. Sedagkan dalam satu
periode, energi ionisasi semakin besar dari kiri ke kanan. Hal ini disebabkan dari
kiri ke kanan muatan iti semakin besar yang mengakibatkan gaya tarik antara inti
dengan elektron terluar semakin besar sehingga dibutuhkan energi yang besar pula
untuk melepaskan elektron pada kulit terluar.

Hubungan energi ionisasi dengan nomor atom

Kurva tersebut menunjukkan unsur golongan 8A berada di puncak grafik yang


mengindikasikan bahwa energi ionisasinya besar. Hal sebaliknya terjadi untuk
unsur golongan 1A yang berada di dasar kurva yang menunjukkan bahwa energi
ionisasinya kecil. Atom suatu unsur dapat melepaskan elektronnya lebih dari satu
buah. Energi yang dibutuhkan untuk melepaskan elektron keua disebut energi
ionisasi kedua dan tentu saja diperlukan energi yang lebih besar. Energi ionisasi
semakin besar apabila makin banyak elektron yang dilepaskan oleh suatu atom.

3. Keelektronegatifan

Kelektronegatifan adalah kemampuan suatu atom untuk menarik elektron dari


atom lain. Faktor yang mempengaruhi keelektronegatifan adalah gaya tarik dari
inti terhadap elektron dan jari-jari atom.

Unsur-unsur yang segolongan : keelektronegatifan makin ke bawah makin kecil,


karena gaya taik-menarik inti makin lemah. Unsur-unsur bagian bawah dalam
sistem periodik cenderung melepaskan elektron.

Unsur-unsur yang seperiode : keelektronegatifan makin kekanan makin


besar.keelektronegatifan terbesar pada setiap periode dimiliki oleh golongan VII
A (unsur-unsur halogen). Harga kelektronegatifan terbesar terdapat pada flour (F)
yakni 4,0, dan harga terkecil terdapat pada fransium (Fr) yakni 0,7.

Harga keelektronegatifan penting untuk menentukan bilangan oksidasi ( biloks )


unsur dalam sutu senyawa. Jika harga kelektronegatifan besar, berati unsur yang
bersangkutan cenderung menerim elektron dan membentuk bilangan oksidasi
negatif. Jika harga keelektronegatifan kecil, unsur cenderung melepaskan elektron
dan membentuk bilangan oksidasi positif. Jumlah atom yang diikat bergantung
pada elektron valensinya.

4. Sifat Logam

Sifat-sifat unsur logam yang spesifik, antara lain : mengkilap, menghantarkan


panas dan listrik, dapat ditempa menjadi lempengan tipis, serta dapat ditentangkan
menjadi kawat / kabel panjang. Sifat-sifat logam tersebut diatas yang
membedakan dengan unsur-unsur bukan logam. Sifat-sifat logam, dalam sistem
periodik makin kebawah makin bertambah, dan makin ke kanan makin berkurang.

Batas unsur-unsur logam yang terletak di sebelah kiri dengan batas unsur-unsur
bukan logam di sebelah kanan pada system periodic sering digambarkan dengan
tangga diagonal bergaris tebal.

Unsur-unsur yang berada pada batas antara logam dengan bukan logam
menunjukkan sifat ganda.

5. Kereaktifan

Reaktif artinya mudah bereaksi. Unsur-unsur logam pada system periodik, makin
ke bawah makin reaktif, karena makin mudah melepaskan elektron. Unsur-unsur
bukan logam pada sistem periodik, makin ke bawah makin kurang reakatif, karena
makin sukar menangkap electron.

Kereaktifan suatu unsur bergantung pada kecenderungannya melepas atau


menarik elektron. Jadi, unsur logam yang paling reatif adalah golongan VIIA
(halogen). Dari kiri ke kanan dalam satu periode, mula-mula kereaktifan menurun
kemudian bertambah hingga golongan VIIA. Golongan VIIA tidak rekatif.
Kecenderungan berbagai sifat periodik unsur-unsur periode ketiga diberikan pada
gambar di bawah ini

6. Afinitas Elektron
Afinitas elektron ialah energi yang dibebaskan atau yang diserap apabila suatu
atom menerima elektron.

Jika ion negatif yeng terbentuk bersifat stabil, maka proses penyerapan elektron
itu disertai pelepasan energi dan afinitas elektronnya dinyatakan dengan tanda
negative. Akan tetapi jika ion negative yang terbentuk tidak stabil, maka proses
penyerapan elektron akan membutuhkan energi dan afinitas elektronnya
dinyatakan dengan tanda positif. Jadi, unsur yang mempunyai afinitas elektron
bertanda negatif mempunyai kecenderungan lebih besar menyerap elektron
daripada unsur yang afinitas elektronnya bertanda positif. Makin negative nilai
afinitas elektron berarti makin besar kecenderungan menyerap elktron.

Dalam satu periode dari kiri ke kanan, jari-jari semkain kecil dan gaya tarik inti
terhadap elektron semakin besar, maka atom semakin mudah menarik elektron
dari luar sehingga afinitas elektron semakin besar.

Pada satu golongan dari atas ke bawah, jari-jari atom makin besar, sehingga gaya
tarik inti terhadap elektron makin kecil, maka atom semakin sulit menarik
elektron dari luar, sehingga afinitas elektron semakin kecil.

Anda mungkin juga menyukai