Pemikiran tentang atom dikembangkan oleh Leucippus dan Demokritus pada abad ke-5 SM.
Democritus mengusulkan bahwa jika kita terus menerus memotong zat menjadi setengah secara
kontinu, maka akan berakhir dengan partikel yang "tidak dapat dipotong". Partikel tak terbagi ini
disebut atom atau “atomos” yang berarti “tak terpecahkan” dalam bahasa Yunani. Leucippus dan
Demokritus merupakan filsof yunani yang menggunakan penalaran untuk mendukung keyakinan
mereka. Bagi filsuf, penalaran manusia lebih unggul dari eksperimen. Banyak orang yang
percaya akan pemikiran yang dikemukakan oleh Leucippus dan Demokritus, akan tetapi banyak
juga yang menentang pemikiran Leucippus dan Demokritus mengenai teori atom, salah satunya
Aristoteles, menurutnya materi bersifat kontinu (dapat dibelah terus menerus sampai tak
terhingga) dan karena pengaruhnya yang besar terhadap kaum teolog Roma, teori atom
Democritus diabaikan selama berabad-abad.
Studi teori atom kemudian bangkit lagi pada abad ke-18 diikuti dengan penelitian
berdasarkan pada metode empirisme, pengetahuan teori atom didasarkan pada pengalaman yang
bersifat empiris, yang dapat dibuktikan tingkat kebenarannya melalui pengalaman indera
manusia tentang sifat dan perilaku gas. Pada tahun 1803, John Dalton merumuskan teori atom
baru untuk menjelaskan reaksi kimia, didasarkan pada konsep bahwa setiap unsur terdiri dari ciri
yang unik tersendiri dari atom yang tak dapat dibagi. Atom-atom dari satu unsur akan sama,
tetapi akan berbeda dari atom-atom unsur lain. Dalton menetapkan berat atomik atom-atom dari
21 unsur yang ia temukan pada masa itu.
Penelitian yang dilakukan oleh Jhon Dalton dalam mengemukakan teori atom membuat
banyak ilmuan untuk mencoba mengemukakan teori atom berdasarkan eksperimen. Pada tahun
1897, J.J. Thomson melakukan eksperimen dengan sinar katoda. Eksperimen tersebut
menunjukkan bahwa sinar katoda terdefleksi (terbelokkan) oleh medan magnet maupun medan
listrik. Hal ini menunjukkan bahwa sinar katoda merupakan radiasi partikel yang bermuatan
listrik. Pada eksperimen dengan medan listrik, sinar katoda terbelokkan menuju ke arah kutub
bermuatan positif. Hal ini menunjukkan bahwa sinar katoda merupakan radiasi partikel
bermuatan negatif. Selanjutnya, partikel sinar katoda ini disebut sebagai elektron. Penemuan
elektron ini kemudian mengacu pada kesimpulan bahwa di dalam atom terdapat elektron yang
bermuatan negatif. Menurut model atom Thomson, elektron bermuatan negatif tersebar dalam
bola bermuatan positif seperti model roti kismis, di mana kismis-kismis adalah elektron-elektron,
dan roti adalah bola bermuatan positif.
Perkembangan teori atom menunjukkan bagaimana teori dapat berubah ketika bukti baru
ditemukan dan penjelasan ilmiah mungkin saja bersifat sementara tetapi mungkin juga menjadi
lebih meyakinkan ketika prediksi berdasarkan penjelasan ilmiah tersebut dikonfirmasi di
kemudian hari.