PENGERTIAN ATOM
Kata atom berasal dari bahasa Yunani “Atomos” yang berarti tidak dapat dibagi-bagi. Semua
material di dunia ini memiliki bagian yang kecil-kecil, sehingga jika bagian tersebut dibagi lagi,
maka terdapatlah bagian paling kecil yang tidak dapat dibagi lagi, hal itulah yang disebtu dengan
atom. Atom adalah penyusun materi terkecil dari segala materi yang ada.
Atom terdiri dari nucleus (inti atom), dan dikelilingi oleh elektron yang memiliki muatan
negative. Pada inti atom, terdapat proton yang berumatan positif dan neutron yang tidak
memiliki muatan (netral). Atom memiliki diameter sekitar 6-30 nm. Partikel-partikel seperti
proton, neutron dan electron terikat dengan atom oleh karena adanya suatu gaya elektormagnetik.
Karena gaya elektromagnetik pula, atom dapat bergabung bersama dengan atom-atom yang lain
sehingga membentuk sebuah molekul. Sampai dengan saat ini, belum ada satupun alat atau
1. Leucipus dan Democritus mengatakan bahwa atom adalah bagain terkecil dari suatu
materi yang tidak dapat dibagi lagi menjadi bagian-bagian tertentu. atom merupakan
penyusun segala materi yang ada di dunia ini.
2. John Dalton, mengatakan bahwa atom ialah partikel terkecil daripada suatu zat yang
tidak dapat diuraikan lagi menjadi partikel yang lebih kecil melalui reaksi kimia biasa.
3. Joseph John Thompson berpendapat bahwa atom merupakan sebuah bola yang
bermuatan positif dan dikelilingi oleh electron seperti roti kismis
4. Ernest Rutherford berpendapat bahwasanya atom ialah atom merupakan partikel yang
terdiri dari neutron dan proton serta dikelilingi oleh electron.
Terdapat penekanan yang harus dimengerti oleh setiap orang bahwasanya atom yang tidak dapat
dibagi lagi memiliki artian bahwa atom yang masih dapat dibagi seperti halnya atom oksigen
yang dipisah dari partikel dasar proton, neutron dan elektron bukan merupakan sebuah atom lagi,
melainkan sudah menjadi ion. Artinya, jika atom tersebut dipisahkan dengan zat atau partikel
dasarnya, maka zat tersebut tidak dapat dikatakan atom lagi, sudah menjadi ion.
B. SEJARAH PENEMUAN ATOM
Sejarah tentang penemuan atom dimulai ketika John Dalton mengggas sebuah teori tentang atom
pad atahun 1803. Kemudian, terdapat beberapa penelitian yang mendukung teori atom yang
dikemukakan oleh John Dalton, speerti Michael Faraday yang menemukan teori pemecahan
molekul menggunakan elektrolisis pada tahun 1832, dan J.Plucker yang menemukan tabung
Kemudian diikuti penemuan Dmitri Mendelev tentang hukum periodic pada tahun 1869, lalu
John C.Maxwell pada tahun 1873 yang melakukan penelitian tentang listrik dan medan listrik.
Setelah itu terdapat Sir Willian Crookes yang pada tahun 1870 melalui penelitian eksperimental
menemukan bahwa suatu electron memiliki massa tertentu melalui percobaan penembakan sinar
katoda.
Lalu ada penelitian dari E.Goldstein yang menemukan proton bermuatan positif. Kemudian G.J
Stoney yang berhasil menemukan partikel penyusun atom yang bermuatan negative yaitu
electron. Dan kemudian penelitian oleh Wilhelm Roentgen yang menemukan X-Ray.
terdapat suatu inti atom selain proton yang menjaga keseimbangan atom. Hipotesis Rutherford
ini kemudian dibuktikan oleh James Chadwik pada tahun 1932 dengan menemukan partikel atom
dengan penemuan-penemuan baru yang ditemukan oleh para ahli. Teori tentang atom telah
dimulai sejak abad sebelum masehi. Seorang ahli filsafat Yunani yang bernama Demokritus
berpendapat bahwa sebuah materi bersifat diskontinu, jika materi tersebut dibelah secara terus-
menerus, maka akan didapatkan bagian yang tidak dapat dibelah lagi. Bagian tersebut dinamakan
dengan atom.
Teori ini disapampaikan oleh John Dalton pad atahun 1803 M. ia berpendapat berdasarkan dua
hukum yang diambil, yaitu hukum kekekalan massa (Lavoisier) dan hukum susunan tetap
(hukum Prouts). Dalam hukum kekekalan massa, lavosier mengatakan bahwa “massa total zat-
zat sebelum reaksi sama dengan massa total zat-zat hasil reaksi”. Begitu juga dengan hukum
susunan tetap, Prouts berpendapat “perbandingan massa unsur-unsur dalam suatu senyawa selalu
tetap”. Dari kedua hukum itu, maka Dalton menarik kesimpulannya yaitu :
Atom merupakan bagian terkecil materi yang tidak dapat dibagi lagi
Atom berbentuk mirip seperti bola pejal yang snagat kecil, suatu atom memiliki unsur-
unsur memiliki atom-atom yang identikdan berbeda dengan unsur yang berbeda
Atom-atom jika bergabung maka akan membentuk suatu senyawa dengan perbandingan
suatu materi dapat menghantarkan listrik. Bagaimana mungkin sebuah bola pejal menghantarkan
Teori ini dikemukakan oleh Joseph John Thomson. Berawal dari penemuan tabung katode oleh
William Crooker, maka Thompson kemudian meneliti lebih lanjut tentang sinar katode. Ia
menemukan bahwasanya sinar katode merupakan sebuah partikel, karena sinar ini dapat
memutar baling-baling yang diletakkan antara katode dan anode. Dari hasil inilah ia menyusun
kesimpulan bahwa sinar katode merupakan partikel penyusun atom yang bermuatan negative dan
electron bermuatan negative, maka harus ada suatu partikel lain yang mampu untuk menteralkan
Teori atom Thomson berbunyi “Atom merupakan partikel yang berbentuk seperti bola pejal
dengan muatan positif, dan dialamnya tersebar muatan negatif”. Bola atom ini dapat diumpakan
seperti jambu biji yang terkelupas kulitnya. Electron di dalam atom persis seperti biji jambu yang
tersebar merata di dalam jambu. Teori Thompson memperbaiki kelemahan dari teori atom
Dalton.
Rutherford dibantu oleh dua orang muridnya yaitu Hans Geigerden dan Erners Masreden
melakukan percobaan yang dikenal dengan hamburan sinar alfa di suatu lempeng emas tipis.
Sebelum dilakukan percobaan ini, terlebih dahulu sudah ditemukan partikel alfa yang bersifat
positif dan bergerak lurus, serta berdaya tembus besar, sehingga dapat menembus lembaran tipis
emas.
Dari hasil penelitian ini, mereka menemukan bahwasanya ketika ditembakkan sinar alfa ke
lempengan tipis emas, maka sebagian partikel alfa akan diteruskan (walaupun terdapat
penyimpangan sudut kurang dari 1`), tetapi dari pengamatan Marsden ditemukan bahwa satu dari
20.000 partikel alfa akan membelok dengan sudut 90` atau bahkan lebih.
Atom bukan berbentuk bola pejal, karena hampir semua partikel alfa diteruskan
Jika lempeng emas itu dianggap sebagai lapisan atom-atom emas, maka di dalam atom
emas didapat partikel yang sangat kecil bermuatan positif
Partikel positif itu merupakan partikel penyusun inti atom, dan ukuran inti atom lebih
kecil 10.000 kali dari ukuran atom
TEORI ATOM RUTHERFORD
Pada tahun 1913, seorang pakar fisika bernama Neils Bohr berusaha untuk memperbaiki teori
yang dikemukakan oleh Rutherford. Ia melakukan sebuah percobaan yang dikenal dengan
spectrum atom hydrogen. Dalam percobaan ini, ia berhasil menemukan gambaran mengenai
bagaimana keadaan electron yang menempati daerah inti atom. Teori Bohr menggabungkan
antara teori mekanika kuantum yang ditemukan oleh Planck dengan teori Rutherford yang
Hanya ada seperangkat orbit tertentu yang boleh bagi satu electron dalam satu atom
hydrogen. Orbit ini dikenal dengan orbit stationer (menetap) electron dan merupkaan
lintasan melingkar di sekeliling inti
Selama electron berada di lintasan stationer, energy elektorn akan tetap sehingga tidak
ada energy dalam bentuk radiasi yang dipancarkan atau diserap
Elektron dapat berpindah dari satu lintasan stationer ke lintasan stationer yang lain.
Perpindahan ini juga akan memakan energy sesuai dengan persamaan Plank E2-E1 =hf
Lintasan stationer yang dibolehkan memiliki besaran dengan sifat-sifat tertentu, terutama
sifat yang disebut momentum sudut.
tertentuyang disebut kulit electron atau kulit energy. Tingkat energy yang paling rendah adalah
kulit electron yang paling dalam, dan semakin besar nomor kulitnya, maka semakin besar tingkat
energinya.
Seperti yang telah disebutkan di atas, atom sebenarnya dikelilingi oleh proton yang ebrmuatan
positif, neutron yang bermuatan netral, dan electron yang bermuatan negative. Adanya partikel
dasar ini tidak terlepas dari pengaruh gaya elektromagnetik yang mengikat partikel-pertikel ini.
1. Proton
Proton merupakan partikel dasar yang memiliki muatan positif (+1) dan memiliki diameter hanya
1/3 diameter electron. Akan tetapi, proton memiliki massa sekitar 1840 kali electron
2. Neutron
Neutron merupakan partikel dasar yang tidak memiliki muatan (netral), dan memiliki massa
yang sama dengan gabungan antara massa proton dan massa electron
3. Elektron
Merupakan partikel dasar yang memiliki muatan negative (-1) dan memiliki massa paling ringan
diantara partikel lainnya yang hanya 1/1840 kali massa proton atau neutron.
PARTIKEL DASAR ATOM
E. Partikel-Partikel Atom
1. Partikel Subatom
Walaupun definisi atom menyebutkan bahwa atom ialah bagian terkecil dari material yang tidak
dapat dibagi lagi, dalam ilmu modern, atom sendiri tersusun atas beberapa partikel subatom.
2. Inti Atom
Inti atom terdiri dari proton dan neutron yang terikat di inti atom oleh suatu gaya
elektromagnetik. Proton dan nutron itu disebut dengan nucleon (penyusun inti). Inti atom
memiliki diameter berkisar 10-15 nm. Atom dari unsur kimia yang sama memiliki jumlah proton
yang sama pula. Suatu unsur dapat memiliki variasi jumlah neutron yang disebut dengan isotop.
3. Awan Elektron
Awan partikel merupakan suatu daerah dalam sumur potensi dimana tiap-tiap electron
F. Sifat-Sifat Atom
1. Sifat Nuklir
Sifat nuklir (radioaktif) hanya dimiliki oleh unsur-unsur atom yang memiliki nomor atom lebih
dari 82. Dari sekitar 339 nuklida yang sudah ditemukan secar alami di bumi, sebanyak 269
diantaranya belum terpantau secara menyeluruh. Pada unsur kima, 80 dari unsur yang diketahui
memiliki satu atau lebih isotope stabil. Unsur 43, 63, dan semu aunsur yang memiliki nomor
atom lebih dari 82 tidak memiliki isotope stabil. Hal inilah yang menyebabkan unsur tersebut
2. Massa Atom
Jumlah keseluruhan dari partikel dasar dalam suatu atom disebut dengan nomor massa. Massa
atom dalam keadaan diam dinilai dengan menggunakan satuan Dalton. Massa atom dalam unsur
yang berbeda memiliki massa yang bervariasi. Massa tersebut tergantung dari jumlah proton dan
neutron dalam intinya. Semakin besar massa atom, maka semakin kecillah atom tersebut.
3. Nomor Atom
Atom-atom dalam zat yang berbeda memiliki jumlah proton yang tidak sama dalam intinya.
Gaya elektromagnetik menjaga elektron yang bermuatan negatif agar tetap berada orbit
sekeliling inti muatan positif. Terdapat gaya tarik inti yang merupakan gaya paling kuat yang
menjaga proton dan neutron tetap berada dalam inti atom. Gaya inti seratus kali lebih kuat
Batuan adalah kumpulan satu atau lebih mineral, yang dimaksud dengan Mineral sendiri adalah
bahan anorganik, terbentuk secara alamiah, seragam dengan komposisi kimia yang tetap pada
batas volumenya dan mempunyai kristal kerakteristik yang tercermin dalam bentuk fisiknya.
Jadi, untuk mengamati proses Geologi dan sebagai unit terkecil dalam Geologi adalah dengan
mempelajari kristal.
Kristalografi adalah suatu ilmu pengetahuan kristal yang dikembangkan untuk mempelajari
perkembangan dan pertumbuhan kristal, termasuk bentuk, struktur dalam dan sifat-sifat fisiknya.
Dahulu, Kristalografi merupakan bagian dari Mineralogi. Tetapi karena bentuk-bentuk kristal
cukup rumit dan bentuk tersebut merefleksikan susunan unsur-unsur penyusunnya dan bersifat
tetap untuk tiap mineral yang dibentuknya., maka pada akhir abad XIX, Kristalografi
dikembangkan menjadi ilmu pengetahuan tersendiri.
Pengertian Kristal
Kata “kristal” berasal dari bahasa Yunani crystallon yang berarti tetesan yang dingin atau beku.
Menurut pengertian kompilasi yang diambil untuk menyeragamkan pendapat para ahli, maka
kristal adalah bahan padat homogen, biasanya anisotrop dan tembus cahaya serta mengikuti
hukum-hukum ilmu pasti sehingga susunan bidang-bidangnya memenuhi hukum geometri;
Jumlah dan kedudukan bidang kristalnya selalu tertentu dan teratur. Kristal-kristal tersebut selalu
dibatasi oleh beberapa bidang datar yang jumlah dan kedudukannya tertentu. Keteraturannya
tercermin dalam permukaan kristal yang berupa bidang-bidang datar dan rata yang mengikuti
pola-pola tertentu. Bidang-bidang ini disebut sebagai bidang muka kristal. Sudut antara bidang-
bidang muka kristal yang saling berpotongan besarnya selalu tetap pada suatu kristal. Bidang
muka itu baik letak maupun arahnya ditentukan oleh perpotongannya dengan sumbu-sumbu
kristal. Dalam sebuah kristal, sumbu kristal berupa garis bayangan yang lurus yang menembus
kristal melalui pusat kristal. Sumbu kristal tersebut mempunyai satuan panjang yang disebut
sebagai parameter.
Bila ditinjau dan telaah lebih dalam mengenai pengertian kristal, mengandung pengertian sebagai
berikut :
1. Bahan padat homogen, biasanya anisotrop dan tembus cahaya :
Apabila unsur penyusunnya tersusun secara tidak teratur dan tidak mengikuti hukum-hukum
diatas, atau susunan kimianya teratur tetapi tidak dibentuk oleh proses alam (dibentuk secara
laboratorium), maka zat atau bahan tersebut bukan disebut sebagai kristal.
Proses Pembentukan Kristal
Pada kristal ada beberapa proses atau tahapan dalam pembentukan kristal. Proses yang di alami
oleh suatu kristal akan mempengaruhi sifat-sifat dari kristal tersebut. Proses ini juga bergantung
pada bahan dasar serta kondisi lingkungan tempat dimana kristal tersebut terbentuk.
Berikut ini adalah fase-fase pembentukan kristal yang umumnya terjadi pada pembentukan
kristal :
Fase cair ke padat : kristalisasi suatu lelehan atau cairan sering terjadi pada skala luas
dibawah kondisi alam maupun industri. Pada fase ini cairan atau lelehan dasar pembentuk
kristal akan membeku atau memadat dan membentuk kristal. Biasanya dipengaruhi oleh
perubahan suhu lingkungan.
Fase gas ke padat (sublimasi) : kristal dibentuk langsung dari uap tanpa melalui fase cair.
Bentuk kristal biasanya berukuran kecil dan kadang-kadang berbentuk rangka (skeletal
form). Pada fase ini, kristal yang terbentuk adalah hasil sublimasi gas-gas yang memadat
karena perubahan lingkungan. Umumnya gas-gas tersebut adalah hasil dari aktifitas
vulkanis atau dari gunung api dan membeku karena perubahan temperature.
Fase padat ke padat : proses ini dapat terjadi pada agregat kristal dibawah pengaruh
tekanan dan temperatur (deformasi). Yang berubah adalah struktur kristalnya, sedangkan
susunan unsur kimia tetap (rekristalisasi). Fase ini hanya mengubah kristal yang sudah
terbentuk sebelumnya karena terkena tekanan dan temperatur yang berubah secara
signifikan. Sehingga kristal tersebut akan berubah bentuk dan unsur-unsur fisiknya.
Namun, komposisi dan unsur kimianya tidak berubah karena tidak adanya faktor lain
yang terlibat kecuali tekanan dan temperatur.
Sistem Kristalografi
Dalam mempelajari dan mengenal bentuk kristal secara mendetail, perlu diadakan
pengelompokkan yang sistematis. Pengelompokkan itu didasarkan pada perbangdingan panjang,
letak (posisi) dan jumlah serta nilai sumbu tegaknya.
Bentuk kristal dibedakan berdasarkan sifat-sifat simetrinya (bidang simetri dan sumbu simetri)
dibagi menjadi tujuh sistem, yaitu : Isometrik, Tetragonal, Hexagonal, Trigonal, Orthorhombik,
Monoklin dan Triklin.
Dari tujuh sistem kristal dapat dikelompokkan menjadi 32 kelas kristal. Pengelompokkan ini
berdasarkan pada jumlah unsur simetri yang dimiliki oleh kristal tersebut. Sistem Isometrik
terdiri dari lima kelas, sistem Tetragonal mempunyai tujuh kelas, sistem Orthorhombik memiliki
tiga kelas, Hexagonal tujuh kelas dan Trigonal lima kelas. Selanjutnya Monoklin mempunyai
tiga kelas dan Triklin dua kelas.
Sumbu, Sudut dan Bidang Simetri
Sumbu simetri adalah garis bayangan yang dibuat menembus pusat kristal, dan bila kristal
diputar dengan poros sumbu tersebut sejauh satu putaran penuh akan didapatkan beberapa kali
kenampakan yang sama. Sumbu simetri dibedakan menjadi tiga, yaitu : gire, giroide, dan sumbu
inversi putar.
Sudut simetri adalah sudut antar sumbu-sumbu yang berada dalam sebuah kristal. Sudut-sudut
ini berpangkal (dimulai) pada titik persilangan sumbu-sumbu utama pada kristal yang akan
sangat berpengaruh pada bentuk dari kristal itu sendiri.
Bidang simetri adalah bidang bayangan yang dapat membelah kristal menjadi dua bagian yang
sama, dimana bagian yang satu merupakan pencerminan (refleksi) dari bagian yang lainnya.
Bidang simetri ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu bidang simetri aksial dan bidang simetri
menengah. Bidang simetri aksial bila bidang tersebut membagi kristal melalui dua sumbu utama
(sumbu kristal).
Proyeksi Orthogonal
Proyeksi orthogonal adalah salah satu metode proyeksi yang digunakan untuk mempermudah
penggambaran. Proyeksi orthogonal ini dapat diaplikasikan hamper pada semua penggambaran
yang berdasarkan hukum-hukum geometri. Contohnya pada bidang penggambaran teknik,
arsitektur, dan juga kristalografi. Pada proyeksi orthogonal, cara penggambaran adalah dengan
menggambarkan atau membuat persilangan sumbu. Yaitu dengan menggambar sumbu a,b,c dan
seterusnya dengan menggunakan sudut-sudut persilangan atau perpotongan tertentu. Dan pada
akhirnya akan membentuk gambar tiga dimensi dari garis-garis sumbu tersebut dan membentuk
bidang-bidang muka kristal.
Aplikasi Kristalografi Pada Bidang Geologi
Pada bidang Geologi, mempelajari kristalografi sangatlah penting. Karena untuk mempelajari
ilmu Geologi, kite tentunya juga harus mengetahui komposisi dasar dari Bumi ini, yaitu batuan.
Dan batuan sendiri terbentuk dari susunan mineral-mineral yang tebentuk oleh proses alam. Dan
pada bagian sebelumnya telah dijelaskan tentang pengertian mineral yang dibentuk kristal-
kristal.
Dengan mempelajari kristalografi, kita juga dapat mengetahui berbagai macam bahan-bahan
dasar pembentuk Bumi ini, dari yang ada disekitar kita hingga jauh didasar Bumi. Ilmu
kristalografi juga dapat digunakan untuk mempelajari sifat-sifat berbagai macam mineral yang
paling dicari oleh manusia. Dengan alasan untuk digunakan sebagai perhiasan karena nilai
estetikanya maupun nilai guna dari mineral itu sendiri. Jadi, pada dasarnya, kristalografi
digunakan sebagai dasar untuk mempelajari ilmu Geologi itu sendiri. Dengan alasan utama
kristal adalah sebagai pembentuk Bumi yang akan dipelajari.
1. Sistem Isometrik
Sistem ini juga disebut sistem kristal regular, atau dikenal pula dengan sistem kristal kubus atau
kubik. Jumlah sumbu kristalnya ada 3 dan saling tegak lurus satu dengan yang lainnya. Dengan
perbandingan panjang yang sama untuk masing-masing sumbunya.
Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Isometrik memiliki axial ratio (perbandingan sumbu a =
b = c, yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b dan sama dengan sumbu c. Dan juga
memiliki sudut kristalografi α = β = γ = 90˚. Hal ini berarti, pada sistem ini, semua sudut
kristalnya ( α , β dan γ ) tegak lurus satu sama lain (90˚).
Tetaoidal
Gyroida
Diploida
Hextetrahedral
Hexoctahedral
Beberapa contoh mineral dengan system kristal Isometrik ini adalah gold, pyrite, galena, halite,
Fluorite (Pellant, chris: 1992)
2. Sistem Tetragonal
Sama dengan system Isometrik, sistem kristal ini mempunyai 3 sumbu kristal yang masing-
masing saling tegak lurus. Sumbu a dan b mempunyai satuan panjang sama. Sedangkan sumbu c
berlainan, dapat lebih panjang atau lebih pendek. Tapi pada umumnya lebih panjang.
Pada kondisi sebenarnya, Tetragonal memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a = b ≠ c , yang
artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b tapi tidak sama dengan sumbu c. Dan juga
memiliki sudut kristalografi α = β = γ = 90˚. Hal ini berarti, pada sistem ini, semua sudut
kristalografinya ( α , β dan γ ) tegak lurus satu sama lain (90˚).
Piramid
Bipiramid
Bisfenoid
Trapezohedral
Ditetragonal Piramid
Skalenohedral
Ditetragonal Bipiramid
Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal Tetragonal ini adalah rutil, autunite, pyrolusite,
Leucite, scapolite (Pellant, Chris: 1992)
3. Sistem Hexagonal
Sistem ini mempunyai 4 sumbu kristal, dimana sumbu c tegak lurus terhadap ketiga sumbu
lainnya. Sumbu a, b, dan d masing-masing membentuk sudut 120˚ terhadap satu sama lain.
Sambu a, b, dan d memiliki panjang sama. Sedangkan panjang c berbeda, dapat lebih panjang
atau lebih pendek (umumnya lebih panjang).
Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Hexagonal memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a
= b = d ≠ c , yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b dan sama dengan sumbu d,
tapi tidak sama dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = 90˚ ; γ = 120˚.
Hal ini berarti, pada sistem ini, sudut α dan β saling tegak lurus dan membentuk sudut 120˚
terhadap sumbu γ.
Gambar 3 Sistem Hexagonal
Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem Hexagonal memiliki
perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6. Artinya, pada sumbu a ditarik garis dengan nilai 1, pada
sumbu b ditarik garis dengan nilai 3, dan sumbu c ditarik garis dengan nilai 6 (nilai bukan
patokan, hanya perbandingan). Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ = 20˚ ; dˉ^b+= 40˚. Hal ini
menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 20˚ terhadap sumbu bˉ dan sumbu dˉ
membentuk sudut 40˚ terhadap sumbu b+.
Sistem ini dibagi menjadi 7:
Hexagonal Piramid
Hexagonal Bipramid
Dihexagonal Piramid
Dihexagonal Bipiramid
Trigonal Bipiramid
Ditrigonal Bipiramid
Hexagonal Trapezohedral
Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal Hexagonal ini adalah quartz, corundum,
hematite, calcite, dolomite, apatite. (Mondadori, Arlondo. 1977)
4. Sistem Trigonal
Jika kita membaca beberapa referensi luar, sistem ini mempunyai nama lain yaitu
Rhombohedral, selain itu beberapa ahli memasukkan sistem ini kedalam sistem kristal
Hexagonal. Demikian pula cara penggambarannya juga sama. Perbedaannya, bila pada sistem
Trigonal setelah terbentuk bidang dasar, yang terbentuk segienam, kemudian dibentuk segitiga
dengan menghubungkan dua titik sudut yang melewati satu titik sudutnya.
Pada kondisi sebenarnya, Trigonal memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a = b = d ≠ c ,
yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b dan sama dengan sumbu d, tapi tidak sama
dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = 90˚ ; γ = 120˚. Hal ini berarti,
pada sistem ini, sudut α dan β saling tegak lurus dan membentuk sudut 120˚ terhadap sumbu γ.
Trigonal piramid
Trigonal Trapezohedral
Ditrigonal Piramid
Ditrigonal Skalenohedral
Rombohedral
Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal Trigonal ini adalah tourmaline dan cinabar
(Mondadori, Arlondo. 1977)
5. Sistem Orthorhombik
Sistem ini disebut juga sistem Rhombis dan mempunyai 3 sumbu simetri kristal yang saling
tegak lurus satu dengan yang lainnya. Ketiga sumbu tersebut mempunyai panjang yang berbeda.
Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Orthorhombik memiliki axial ratio (perbandingan
sumbu) a ≠ b ≠ c , yang artinya panjang sumbu-sumbunya tidak ada yang sama panjang atau
berbeda satu sama lain. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = γ = 90˚. Hal ini berarti,
pada sistem ini, ketiga sudutnya saling tegak lurus (90˚).
Bisfenoid
Piramid
Bipiramid
Beberapa contoh mineral denga sistem kristal Orthorhombik ini adalah stibnite, chrysoberyl,
aragonite dan witherite (Pellant, chris. 1992)
6. Sistem Monoklin
Monoklin artinya hanya mempunyai satu sumbu yang miring dari tiga sumbu yang dimilikinya.
Sumbu a tegak lurus terhadap sumbu n; n tegak lurus terhadap sumbu c, tetapi sumbu c tidak
tegak lurus terhadap sumbu a. Ketiga sumbu tersebut mempunyai panjang yang tidak sama,
umumnya sumbu c yang paling panjang dan sumbu b paling pendek.
Pada kondisi sebenarnya, sistem Monoklin memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a ≠ b ≠ c ,
yang artinya panjang sumbu-sumbunya tidak ada yang sama panjang atau berbeda satu sama
lain. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = 90˚ ≠ γ. Hal ini berarti, pada ancer ini, sudut α
dan β saling tegak lurus (90˚), sedangkan γ tidak tegak lurus (miring).
Sfenoid
Doma
Prisma
Beberapa contoh mineral dengan ancer kristal Monoklin ini adalah azurite, malachite,
colemanite, gypsum, dan epidot (Pellant, chris. 1992)
7. Sistem Triklin
Sistem ini mempunyai 3 sumbu simetri yang satu dengan yang lainnya tidak saling tegak lurus.
Demikian juga panjang masing-masing sumbu tidak sama.
Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Triklin memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a ≠ b
≠ c , yang artinya panjang sumbu-sumbunya tidak ada yang sama panjang atau berbeda satu
sama lain. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β ≠ γ ≠ 90˚. Hal ini berarti, pada system ini,
sudut α, β dan γ tidak saling tegak lurus satu dengan yang lainnya.
Beberapa contoh mineral dengan ancer kristal Triklin ini adalah albite, anorthite, labradorite,
kaolinite, microcline dan anortoclase (Pellant, chris. 1992)
source:
Mondadori, Arlondo. 1977. Simons & Schuster’s Guide to Rocks and
Minerals. Milan : Simons & Schuster’s Inc.
Pellant, Chris. 1992. Rocks and Minerals. London: Dorling Kindersley
Wijayanto, Andika. 2009. Kristalografi.
anakgeotoba.blogspot.com/
PENGERTIAN & KAITAN dengan ILMU LAIN
Kristalografi adalah ilmu yang mempelajari kristal. Dalam perkembangannya, tentu saja
Kristalografi tidak dapat berdiri sendiri tanpa dukungan ilmu lain. Selain didukung ilmu lain,
Kristalografi juga mendukung ilmu lain.
Secara ringkas kristalografi mendukung mineralogi deskriptif, Kimia kristal, dan taksonomi
mineralogi. Dimana ketiganya itu merupakan pendukung mineralogi. Mineralogi selanjutnya
menjadi pendukung utama petrologi. Mineralogi sendiri didukung oleh Kimia anorganik,
Termokimia, dan Geokimia.
3. Sifat-sifat difraksi mineral tergantung pada struktur kristal dan jarak antar kisi-kisi kristal
Dibuktikan oleh Difraksi Sinar X (X-Ray Diffraction)
PENGERTIAN
Kristalografi adalah penjabaran mengenai kristal-kristal. Kristal sendiri adalah zat padat yang
mempunyai susunan atom atau molekul yang teratur dimana keteraturan susunan tersebut
dapat dilihat pada permukaannya yang terdiri dari bidang-bidang datar.
Kristal dapat terbentuk oleh melalui dua cara yakni presipitasi dan kristalisasi. Kecepatan
kristalisasi akan mempengaruhi bentuk dan ukuran butir kristal. Semakin lama proses kristalisasi
berlangsung, maka ukuran kristal akan semakin besar dan sebaliknya.
a. Contoh dari larutan (solution) mengalami presipitasi--> Gipsum, Halit, Kalsit
b. Contoh dari lelehan (melt) mengalami kristalisasi --> Orthoklas, Kuarsa
c. Contoh dari uap (vapour) mengalami presipitasi --> Gipsum, Belerang, Alunit
SIFAT KRISTAL
Kristal mempunyai sifat dasar yang diutarakan oleh Steno yaitu dua bidang muka kristal yang
berimpit selalu membentuk sudut yang besarnya tetap pada suatu kristal. Hukum ini kemudian
dikenal dengan Hukum Ketetapan Sudut bidang dua atau Hukum Steno)
Bidang muka kristal adalah bidang-bidang datar yang membentuk permukaan kristal. Masing-
masing kristal akan mempunyai letak dan arah bidang muka kristal tertentu dan berbeda-beda.
Contoh: Kristal tawas [(NH4)2Al2(SO4)4.24H20]
Kristalografi
Apa itu kristalografi? Dari kata dasarnya, Crystal, sudah dapat diketahui secara umum
bahwa Crystalgraphy merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang Kristal. Kristal sendiri
sebenarnya merupakan suatu zat padat yang mempunyai susunan atom atau molekul yang
teratur. Keteraturannya tercermin dalam permukaan kristal yang berupa bidang-bidang datar dan
rata yang mengikuti polapola tertentu, dan sebenarnya memiliki suatu hukumyang dikenal
sebagai Law of Constancy of Interfacial Angles (Steno.1669), yaitu suatu hokum yang memiliki
kandungan bahwa sudut pembentuk bidang Kristal besarnya adalan konstan.
Relasi dengan Mineralogy
.
MINERALOGY,adalah ilmu yang secara alami mengikutsertakan substansi padat yang
merupakan bagian dari alam semesta. Mineral adalah zat atau benda yang biasanya padat dan
homogen dan hasil bentukan alam yang memiliki sifat-sifat fisik dan kimia tertentu serta
umumnya berbentuk kristalin. Meskipun demikian ada beberapa bahan yang terjadi karena
penguraian atau perubahan sisa-sisa tumbuhan dan hewan secara alamiah juga digolongkan ke
dalam mineral,seperti batubara, minyakbumi, tanahdiatome.
Jadi, sebenarnya Kristalografi adalah salah satu cabang ilmu dari Mineralogy. Dalam
konteks ini, Crystallography merupakan ilmu ini berkenaan dengan bentuk geometris, simetri
eksternal dan properti optikal dari kristal. Tujuan utama dari teknik crystallography moderen
adalah penentuan struktur kristal. Hal ini menyediakan informasi lokasi dari semua atom, posisi
ikatan dan tipe ikatannya, ikatan simetri dan isi kimiawi dari unit sel.
Daya Ikat Kristal
Daya yang mengikat atom (atau ion, atau grup ion) dari zat-zat yang terdapat pada kristal
bersifat elektrostatis secara alami.. Tipe dan intensitasnya sangat berkaitan dengan sifat-sifat
fisik dan kimia dari mineral. Kekerasan, belahan, daya lebur, kelistrikan dan konduktivitas
termal, dan koefisien ekspansi termal berhubungan secara langsung terhadap daya ikat. Secara
umum, ikatan kuat memiliki kekerasan yang lebih tinggi, titik leleh yang lebih tinggi dan
koefisien ekspansi termal yang lebih rendah. Ikatan kimia dari suatu kristal dapat dibagi menjadi
4 macam, yaitu: ionik, kovalen, logam dan van der Waals.
Unsur-unsur Simetri Kristal
Bidang Simetri
Bidang simetri merupakan suatu bidang khayal yang menembus dan membagi
Kristal menjadi dua bagian yang sama besar dengan salah satu sisi / bagian merupakan suatu
pencerminan dari bidang yang lain. Bidang simetri dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Bidang Simetri Aksial, merupakan suatu bidang simetri yang melewati 2 sumbu Kristal.
2. Jika bidang tersebut terbentuk tegak lurus dengan sumbu c, maka disebut dengan Bidang
Simetri Horizontal.n Jjika bidang tersebut terbentuk sejajar dengan sumbuu c, maka disebut
dengan Bidang Simetri Vertikal.
2. Bidang Simetri Intermediet, apabila bidang simetri tersebut hanya melewati 1 sumbu saja (Bidang
Simetri Diagonal)
Sumbu Simetri
Sumbu simetri adalah garis bayangan yang dibuat menembus pusat kristal, dan bila kristal
diputar dengan poros sumbu tersebut sejauh satu putaran penuh akan didapatkan beberapa kali
kenampakan yang sama.
1. Gire, atau sumbu simetri biasa,cara mendapatkan nilai simetrinya adalah dengan memutar Kristal
pada porosnya dalam satu putaran penuh. Bila terdapat dua kali kenampakan yang sama
dinamakan digire, bila tiga trigire (3),dst..
2. Giroide adalah sumbu simetri yang cara mendapatkan nilai simetrinya dengan memutar kristal
pada porosnya dan memproyeksikannya pada bidang horisontal.
3. Sumbu inversi putar adalah sumbu simetri yang cara mendapatkan nilai simetrinya dengan
memutar kristal pada porosnya dan mencerminkannya melalui pusat kristal. Penulisan nilai
simetrinya dengan cara menambahkan bar pada angka simetri itu. Bila tiga tribar (3), empat
tetrabar (4),dst
Pusat Simetri
Suatu kristal dikatakan mempunyai pusat simetri bila dalam kristal tersebut dapat dibuat
garis bayangan tiap-tiap titik pada permukaan kristal menembus pusat kristal dan akan
menjumpai titik yang lain pada permukaan di sisi yang lain dengan jarak yang sama terhadap
pusat kristal pada garis bayangan tersebut Semua Kristal memiliki pusat Kristal, namun belum
tentu memiliki sumbu simetri.
v