Anda di halaman 1dari 28

A.

PENGERTIAN ATOM

Kata atom berasal dari bahasa Yunani “Atomos” yang berarti tidak dapat dibagi-bagi. Semua

material di dunia ini memiliki bagian yang kecil-kecil, sehingga jika bagian tersebut dibagi lagi,

maka terdapatlah bagian paling kecil yang tidak dapat dibagi lagi, hal itulah yang disebtu dengan

atom. Atom adalah penyusun materi terkecil dari segala materi yang ada.

Atom terdiri dari nucleus (inti atom), dan dikelilingi oleh elektron yang memiliki muatan

negative. Pada inti atom, terdapat proton yang berumatan positif dan neutron yang tidak

memiliki muatan (netral). Atom memiliki diameter sekitar 6-30 nm. Partikel-partikel seperti

proton, neutron dan electron terikat dengan atom oleh karena adanya suatu gaya elektormagnetik.

Karena gaya elektromagnetik pula, atom dapat bergabung bersama dengan atom-atom yang lain

sehingga membentuk sebuah molekul. Sampai dengan saat ini, belum ada satupun alat atau

teknologi yang dapat melihat atom.


PENGERTIAN, SEJARAH DAN TEORI ATOM
Beberapa pengertian atom menurut para ahli yaitu :

1. Leucipus dan Democritus mengatakan bahwa atom adalah bagain terkecil dari suatu
materi yang tidak dapat dibagi lagi menjadi bagian-bagian tertentu. atom merupakan
penyusun segala materi yang ada di dunia ini.
2. John Dalton, mengatakan bahwa atom ialah partikel terkecil daripada suatu zat yang
tidak dapat diuraikan lagi menjadi partikel yang lebih kecil melalui reaksi kimia biasa.
3. Joseph John Thompson berpendapat bahwa atom merupakan sebuah bola yang
bermuatan positif dan dikelilingi oleh electron seperti roti kismis
4. Ernest Rutherford berpendapat bahwasanya atom ialah atom merupakan partikel yang
terdiri dari neutron dan proton serta dikelilingi oleh electron.

Terdapat penekanan yang harus dimengerti oleh setiap orang bahwasanya atom yang tidak dapat

dibagi lagi memiliki artian bahwa atom yang masih dapat dibagi seperti halnya atom oksigen

yang dipisah dari partikel dasar proton, neutron dan elektron bukan merupakan sebuah atom lagi,

melainkan sudah menjadi ion. Artinya, jika atom tersebut dipisahkan dengan zat atau partikel

dasarnya, maka zat tersebut tidak dapat dikatakan atom lagi, sudah menjadi ion.
B. SEJARAH PENEMUAN ATOM

Sejarah tentang penemuan atom dimulai ketika John Dalton mengggas sebuah teori tentang atom

pad atahun 1803. Kemudian, terdapat beberapa penelitian yang mendukung teori atom yang

dikemukakan oleh John Dalton, speerti Michael Faraday yang menemukan teori pemecahan

molekul menggunakan elektrolisis pada tahun 1832, dan J.Plucker yang menemukan tabung

katoda pada tahun 1839.

Kemudian diikuti penemuan Dmitri Mendelev tentang hukum periodic pada tahun 1869, lalu

John C.Maxwell pada tahun 1873 yang melakukan penelitian tentang listrik dan medan listrik.

Setelah itu terdapat Sir Willian Crookes yang pada tahun 1870 melalui penelitian eksperimental

menemukan bahwa suatu electron memiliki massa tertentu melalui percobaan penembakan sinar

katoda.

Lalu ada penelitian dari E.Goldstein yang menemukan proton bermuatan positif. Kemudian G.J

Stoney yang berhasil menemukan partikel penyusun atom yang bermuatan negative yaitu

electron. Dan kemudian penelitian oleh Wilhelm Roentgen yang menemukan X-Ray.

Rutherford kemudian membuat hipotesis berdasarkan penelitiannya yang mengatakan bahwa

terdapat suatu inti atom selain proton yang menjaga keseimbangan atom. Hipotesis Rutherford

ini kemudian dibuktikan oleh James Chadwik pada tahun 1932 dengan menemukan partikel atom

yang bermuatan netral yang disebut dengan neutron.


C. TEORI – TEORI ATOM

Teori-teori atom selalu mengalami perkembangan-perkembangan dari waktu ke waktu sesuai

dengan penemuan-penemuan baru yang ditemukan oleh para ahli. Teori tentang atom telah

dimulai sejak abad sebelum masehi. Seorang ahli filsafat Yunani yang bernama Demokritus

berpendapat bahwa sebuah materi bersifat diskontinu, jika materi tersebut dibelah secara terus-

menerus, maka akan didapatkan bagian yang tidak dapat dibelah lagi. Bagian tersebut dinamakan

dengan atom.

1. Teori Atom Dalton

Teori ini disapampaikan oleh John Dalton pad atahun 1803 M. ia berpendapat berdasarkan dua

hukum yang diambil, yaitu hukum kekekalan massa (Lavoisier) dan hukum susunan tetap

(hukum Prouts). Dalam hukum kekekalan massa, lavosier mengatakan bahwa “massa total zat-

zat sebelum reaksi sama dengan massa total zat-zat hasil reaksi”. Begitu juga dengan hukum

susunan tetap, Prouts berpendapat “perbandingan massa unsur-unsur dalam suatu senyawa selalu

tetap”. Dari kedua hukum itu, maka Dalton menarik kesimpulannya yaitu :

 Atom merupakan bagian terkecil materi yang tidak dapat dibagi lagi

 Atom berbentuk mirip seperti bola pejal yang snagat kecil, suatu atom memiliki unsur-

unsur memiliki atom-atom yang identikdan berbeda dengan unsur yang berbeda

 Atom-atom jika bergabung maka akan membentuk suatu senyawa dengan perbandingan

bilangan bulat dan sederhana.

 Reaksi kimia merupakan pemisahan ataupun penggabungan atau penyusunan kembali

dari atom-atom, sehingga atom tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan


Teori atom Dalton memunculkan satu kelemahan, yaitu tidak dapat menjelaskan bagaimana

suatu materi dapat menghantarkan listrik. Bagaimana mungkin sebuah bola pejal menghantarkan

listrik, karena listrik itu dihantarkan oleh electron yang bergerak.

TEORI ATOM DALTON


2. Teori Atom Thomson

Teori ini dikemukakan oleh Joseph John Thomson. Berawal dari penemuan tabung katode oleh

William Crooker, maka Thompson kemudian meneliti lebih lanjut tentang sinar katode. Ia

menemukan bahwasanya sinar katode merupakan sebuah partikel, karena sinar ini dapat

memutar baling-baling yang diletakkan antara katode dan anode. Dari hasil inilah ia menyusun

kesimpulan bahwa sinar katode merupakan partikel penyusun atom yang bermuatan negative dan

selanjutnya disebut dengan electron.


Lebih lanjut, ia berpendapat bahwa atom merupakan partikel yang bersifat netral, oleh karena

electron bermuatan negative, maka harus ada suatu partikel lain yang mampu untuk menteralkan

hal tersebut, yaitu partikel positif.

Teori atom Thomson berbunyi “Atom merupakan partikel yang berbentuk seperti bola pejal

dengan muatan positif, dan dialamnya tersebar muatan negatif”. Bola atom ini dapat diumpakan

seperti jambu biji yang terkelupas kulitnya. Electron di dalam atom persis seperti biji jambu yang

tersebar merata di dalam jambu. Teori Thompson memperbaiki kelemahan dari teori atom

Dalton.

TEORI ATOM THOMSON


3. Teori Atom Rutherford

Rutherford dibantu oleh dua orang muridnya yaitu Hans Geigerden dan Erners Masreden

melakukan percobaan yang dikenal dengan hamburan sinar alfa di suatu lempeng emas tipis.
Sebelum dilakukan percobaan ini, terlebih dahulu sudah ditemukan partikel alfa yang bersifat

positif dan bergerak lurus, serta berdaya tembus besar, sehingga dapat menembus lembaran tipis

emas.

Dari hasil penelitian ini, mereka menemukan bahwasanya ketika ditembakkan sinar alfa ke

lempengan tipis emas, maka sebagian partikel alfa akan diteruskan (walaupun terdapat

penyimpangan sudut kurang dari 1`), tetapi dari pengamatan Marsden ditemukan bahwa satu dari

20.000 partikel alfa akan membelok dengan sudut 90` atau bahkan lebih.

Jadi, dapat ditarik kesimpulan bahwa :

 Atom bukan berbentuk bola pejal, karena hampir semua partikel alfa diteruskan
 Jika lempeng emas itu dianggap sebagai lapisan atom-atom emas, maka di dalam atom
emas didapat partikel yang sangat kecil bermuatan positif
 Partikel positif itu merupakan partikel penyusun inti atom, dan ukuran inti atom lebih
kecil 10.000 kali dari ukuran atom
TEORI ATOM RUTHERFORD

4. Teori Atom Bohr

Pada tahun 1913, seorang pakar fisika bernama Neils Bohr berusaha untuk memperbaiki teori

yang dikemukakan oleh Rutherford. Ia melakukan sebuah percobaan yang dikenal dengan

spectrum atom hydrogen. Dalam percobaan ini, ia berhasil menemukan gambaran mengenai

bagaimana keadaan electron yang menempati daerah inti atom. Teori Bohr menggabungkan

antara teori mekanika kuantum yang ditemukan oleh Planck dengan teori Rutherford yang

dikemukakan oleh Rutherford. Kemudian, Bohr mengungkapkan empat postulatnya, yaitu :

 Hanya ada seperangkat orbit tertentu yang boleh bagi satu electron dalam satu atom
hydrogen. Orbit ini dikenal dengan orbit stationer (menetap) electron dan merupkaan
lintasan melingkar di sekeliling inti
 Selama electron berada di lintasan stationer, energy elektorn akan tetap sehingga tidak
ada energy dalam bentuk radiasi yang dipancarkan atau diserap
 Elektron dapat berpindah dari satu lintasan stationer ke lintasan stationer yang lain.
Perpindahan ini juga akan memakan energy sesuai dengan persamaan Plank E2-E1 =hf
 Lintasan stationer yang dibolehkan memiliki besaran dengan sifat-sifat tertentu, terutama
sifat yang disebut momentum sudut.

Bohr juga mengungkapkan bahwa electron-elektron mengelilingi inti pada lintasan-lintasan

tertentuyang disebut kulit electron atau kulit energy. Tingkat energy yang paling rendah adalah

kulit electron yang paling dalam, dan semakin besar nomor kulitnya, maka semakin besar tingkat

energinya.

D. PARTIKEL DASAR ATOM (PROTON, NEUTRON DAN ELEKTRON)

Seperti yang telah disebutkan di atas, atom sebenarnya dikelilingi oleh proton yang ebrmuatan

positif, neutron yang bermuatan netral, dan electron yang bermuatan negative. Adanya partikel

dasar ini tidak terlepas dari pengaruh gaya elektromagnetik yang mengikat partikel-pertikel ini.

Pengertian dari masing-masing partikel dasar suatu atom adalah :

1. Proton

Proton merupakan partikel dasar yang memiliki muatan positif (+1) dan memiliki diameter hanya

1/3 diameter electron. Akan tetapi, proton memiliki massa sekitar 1840 kali electron

2. Neutron

Neutron merupakan partikel dasar yang tidak memiliki muatan (netral), dan memiliki massa

yang sama dengan gabungan antara massa proton dan massa electron

3. Elektron

Merupakan partikel dasar yang memiliki muatan negative (-1) dan memiliki massa paling ringan

diantara partikel lainnya yang hanya 1/1840 kali massa proton atau neutron.
PARTIKEL DASAR ATOM
E. Partikel-Partikel Atom

1. Partikel Subatom

Walaupun definisi atom menyebutkan bahwa atom ialah bagian terkecil dari material yang tidak

dapat dibagi lagi, dalam ilmu modern, atom sendiri tersusun atas beberapa partikel subatom.

Partikel subatom ini meliputi proton, elektron dan neutron.

2. Inti Atom

Inti atom terdiri dari proton dan neutron yang terikat di inti atom oleh suatu gaya

elektromagnetik. Proton dan nutron itu disebut dengan nucleon (penyusun inti). Inti atom

memiliki diameter berkisar 10-15 nm. Atom dari unsur kimia yang sama memiliki jumlah proton

yang sama pula. Suatu unsur dapat memiliki variasi jumlah neutron yang disebut dengan isotop.
3. Awan Elektron

Awan partikel merupakan suatu daerah dalam sumur potensi dimana tiap-tiap electron

menghasilkan sejenis gelombang diam (gelombang yang tidak bergerak).

F. Sifat-Sifat Atom

1. Sifat Nuklir

Sifat nuklir (radioaktif) hanya dimiliki oleh unsur-unsur atom yang memiliki nomor atom lebih

dari 82. Dari sekitar 339 nuklida yang sudah ditemukan secar alami di bumi, sebanyak 269

diantaranya belum terpantau secara menyeluruh. Pada unsur kima, 80 dari unsur yang diketahui

memiliki satu atau lebih isotope stabil. Unsur 43, 63, dan semu aunsur yang memiliki nomor

atom lebih dari 82 tidak memiliki isotope stabil. Hal inilah yang menyebabkan unsur tersebut

memiliki sifat radioaktif.

2. Massa Atom

Jumlah keseluruhan dari partikel dasar dalam suatu atom disebut dengan nomor massa. Massa

atom dalam keadaan diam dinilai dengan menggunakan satuan Dalton. Massa atom dalam unsur

yang berbeda memiliki massa yang bervariasi. Massa tersebut tergantung dari jumlah proton dan

neutron dalam intinya. Semakin besar massa atom, maka semakin kecillah atom tersebut.

3. Nomor Atom

Atom-atom dalam zat yang berbeda memiliki jumlah proton yang tidak sama dalam intinya.

Jumlah proton dalam inti ini disebut dengan nomor atom.


4. Gaya Atom

Gaya elektromagnetik menjaga elektron yang bermuatan negatif agar tetap berada orbit

sekeliling inti muatan positif. Terdapat gaya tarik inti yang merupakan gaya paling kuat yang

menjaga proton dan neutron tetap berada dalam inti atom. Gaya inti seratus kali lebih kuat

daripada gaya elektromagnetik.

Kristalografi (Sistem Kristal)

Batuan adalah kumpulan satu atau lebih mineral, yang dimaksud dengan Mineral sendiri adalah
bahan anorganik, terbentuk secara alamiah, seragam dengan komposisi kimia yang tetap pada
batas volumenya dan mempunyai kristal kerakteristik yang tercermin dalam bentuk fisiknya.
Jadi, untuk mengamati proses Geologi dan sebagai unit terkecil dalam Geologi adalah dengan
mempelajari kristal.

Kristalografi adalah suatu ilmu pengetahuan kristal yang dikembangkan untuk mempelajari
perkembangan dan pertumbuhan kristal, termasuk bentuk, struktur dalam dan sifat-sifat fisiknya.
Dahulu, Kristalografi merupakan bagian dari Mineralogi. Tetapi karena bentuk-bentuk kristal
cukup rumit dan bentuk tersebut merefleksikan susunan unsur-unsur penyusunnya dan bersifat
tetap untuk tiap mineral yang dibentuknya., maka pada akhir abad XIX, Kristalografi
dikembangkan menjadi ilmu pengetahuan tersendiri.

Pengertian Kristal
Kata “kristal” berasal dari bahasa Yunani crystallon yang berarti tetesan yang dingin atau beku.
Menurut pengertian kompilasi yang diambil untuk menyeragamkan pendapat para ahli, maka
kristal adalah bahan padat homogen, biasanya anisotrop dan tembus cahaya serta mengikuti
hukum-hukum ilmu pasti sehingga susunan bidang-bidangnya memenuhi hukum geometri;
Jumlah dan kedudukan bidang kristalnya selalu tertentu dan teratur. Kristal-kristal tersebut selalu
dibatasi oleh beberapa bidang datar yang jumlah dan kedudukannya tertentu. Keteraturannya
tercermin dalam permukaan kristal yang berupa bidang-bidang datar dan rata yang mengikuti
pola-pola tertentu. Bidang-bidang ini disebut sebagai bidang muka kristal. Sudut antara bidang-
bidang muka kristal yang saling berpotongan besarnya selalu tetap pada suatu kristal. Bidang
muka itu baik letak maupun arahnya ditentukan oleh perpotongannya dengan sumbu-sumbu
kristal. Dalam sebuah kristal, sumbu kristal berupa garis bayangan yang lurus yang menembus
kristal melalui pusat kristal. Sumbu kristal tersebut mempunyai satuan panjang yang disebut
sebagai parameter.
Bila ditinjau dan telaah lebih dalam mengenai pengertian kristal, mengandung pengertian sebagai
berikut :
1. Bahan padat homogen, biasanya anisotrop dan tembus cahaya :

 tidak termasuk didalamnya cair dan gas


 tidak dapat diuraikan kesenyawa lain yang lebih sederhana oleh proses fisika
 terbentuknya oleh proses alam

2. Mengikuti hukum-hukum ilmu pasti sehingga susunan bidang-bidangnya mengikuti hukum


geometri :

 jumlah bidang suatu kristal selalu tetap


 macam atau model bentuk dari suatu bidang kristal selalu tetap
 sifat keteraturannya tercermin pada bentuk luar dari kristal yang tetap.

Apabila unsur penyusunnya tersusun secara tidak teratur dan tidak mengikuti hukum-hukum
diatas, atau susunan kimianya teratur tetapi tidak dibentuk oleh proses alam (dibentuk secara
laboratorium), maka zat atau bahan tersebut bukan disebut sebagai kristal.
Proses Pembentukan Kristal
Pada kristal ada beberapa proses atau tahapan dalam pembentukan kristal. Proses yang di alami
oleh suatu kristal akan mempengaruhi sifat-sifat dari kristal tersebut. Proses ini juga bergantung
pada bahan dasar serta kondisi lingkungan tempat dimana kristal tersebut terbentuk.
Berikut ini adalah fase-fase pembentukan kristal yang umumnya terjadi pada pembentukan
kristal :

 Fase cair ke padat : kristalisasi suatu lelehan atau cairan sering terjadi pada skala luas
dibawah kondisi alam maupun industri. Pada fase ini cairan atau lelehan dasar pembentuk
kristal akan membeku atau memadat dan membentuk kristal. Biasanya dipengaruhi oleh
perubahan suhu lingkungan.

 Fase gas ke padat (sublimasi) : kristal dibentuk langsung dari uap tanpa melalui fase cair.
Bentuk kristal biasanya berukuran kecil dan kadang-kadang berbentuk rangka (skeletal
form). Pada fase ini, kristal yang terbentuk adalah hasil sublimasi gas-gas yang memadat
karena perubahan lingkungan. Umumnya gas-gas tersebut adalah hasil dari aktifitas
vulkanis atau dari gunung api dan membeku karena perubahan temperature.
 Fase padat ke padat : proses ini dapat terjadi pada agregat kristal dibawah pengaruh
tekanan dan temperatur (deformasi). Yang berubah adalah struktur kristalnya, sedangkan
susunan unsur kimia tetap (rekristalisasi). Fase ini hanya mengubah kristal yang sudah
terbentuk sebelumnya karena terkena tekanan dan temperatur yang berubah secara
signifikan. Sehingga kristal tersebut akan berubah bentuk dan unsur-unsur fisiknya.
Namun, komposisi dan unsur kimianya tidak berubah karena tidak adanya faktor lain
yang terlibat kecuali tekanan dan temperatur.

Sistem Kristalografi
Dalam mempelajari dan mengenal bentuk kristal secara mendetail, perlu diadakan
pengelompokkan yang sistematis. Pengelompokkan itu didasarkan pada perbangdingan panjang,
letak (posisi) dan jumlah serta nilai sumbu tegaknya.
Bentuk kristal dibedakan berdasarkan sifat-sifat simetrinya (bidang simetri dan sumbu simetri)
dibagi menjadi tujuh sistem, yaitu : Isometrik, Tetragonal, Hexagonal, Trigonal, Orthorhombik,
Monoklin dan Triklin.
Dari tujuh sistem kristal dapat dikelompokkan menjadi 32 kelas kristal. Pengelompokkan ini
berdasarkan pada jumlah unsur simetri yang dimiliki oleh kristal tersebut. Sistem Isometrik
terdiri dari lima kelas, sistem Tetragonal mempunyai tujuh kelas, sistem Orthorhombik memiliki
tiga kelas, Hexagonal tujuh kelas dan Trigonal lima kelas. Selanjutnya Monoklin mempunyai
tiga kelas dan Triklin dua kelas.
Sumbu, Sudut dan Bidang Simetri
Sumbu simetri adalah garis bayangan yang dibuat menembus pusat kristal, dan bila kristal
diputar dengan poros sumbu tersebut sejauh satu putaran penuh akan didapatkan beberapa kali
kenampakan yang sama. Sumbu simetri dibedakan menjadi tiga, yaitu : gire, giroide, dan sumbu
inversi putar.
Sudut simetri adalah sudut antar sumbu-sumbu yang berada dalam sebuah kristal. Sudut-sudut
ini berpangkal (dimulai) pada titik persilangan sumbu-sumbu utama pada kristal yang akan
sangat berpengaruh pada bentuk dari kristal itu sendiri.
Bidang simetri adalah bidang bayangan yang dapat membelah kristal menjadi dua bagian yang
sama, dimana bagian yang satu merupakan pencerminan (refleksi) dari bagian yang lainnya.
Bidang simetri ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu bidang simetri aksial dan bidang simetri
menengah. Bidang simetri aksial bila bidang tersebut membagi kristal melalui dua sumbu utama
(sumbu kristal).
Proyeksi Orthogonal
Proyeksi orthogonal adalah salah satu metode proyeksi yang digunakan untuk mempermudah
penggambaran. Proyeksi orthogonal ini dapat diaplikasikan hamper pada semua penggambaran
yang berdasarkan hukum-hukum geometri. Contohnya pada bidang penggambaran teknik,
arsitektur, dan juga kristalografi. Pada proyeksi orthogonal, cara penggambaran adalah dengan
menggambarkan atau membuat persilangan sumbu. Yaitu dengan menggambar sumbu a,b,c dan
seterusnya dengan menggunakan sudut-sudut persilangan atau perpotongan tertentu. Dan pada
akhirnya akan membentuk gambar tiga dimensi dari garis-garis sumbu tersebut dan membentuk
bidang-bidang muka kristal.
Aplikasi Kristalografi Pada Bidang Geologi
Pada bidang Geologi, mempelajari kristalografi sangatlah penting. Karena untuk mempelajari
ilmu Geologi, kite tentunya juga harus mengetahui komposisi dasar dari Bumi ini, yaitu batuan.
Dan batuan sendiri terbentuk dari susunan mineral-mineral yang tebentuk oleh proses alam. Dan
pada bagian sebelumnya telah dijelaskan tentang pengertian mineral yang dibentuk kristal-
kristal.
Dengan mempelajari kristalografi, kita juga dapat mengetahui berbagai macam bahan-bahan
dasar pembentuk Bumi ini, dari yang ada disekitar kita hingga jauh didasar Bumi. Ilmu
kristalografi juga dapat digunakan untuk mempelajari sifat-sifat berbagai macam mineral yang
paling dicari oleh manusia. Dengan alasan untuk digunakan sebagai perhiasan karena nilai
estetikanya maupun nilai guna dari mineral itu sendiri. Jadi, pada dasarnya, kristalografi
digunakan sebagai dasar untuk mempelajari ilmu Geologi itu sendiri. Dengan alasan utama
kristal adalah sebagai pembentuk Bumi yang akan dipelajari.

1. Sistem Isometrik
Sistem ini juga disebut sistem kristal regular, atau dikenal pula dengan sistem kristal kubus atau
kubik. Jumlah sumbu kristalnya ada 3 dan saling tegak lurus satu dengan yang lainnya. Dengan
perbandingan panjang yang sama untuk masing-masing sumbunya.
Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Isometrik memiliki axial ratio (perbandingan sumbu a =
b = c, yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b dan sama dengan sumbu c. Dan juga
memiliki sudut kristalografi α = β = γ = 90˚. Hal ini berarti, pada sistem ini, semua sudut
kristalnya ( α , β dan γ ) tegak lurus satu sama lain (90˚).

Gambar 1 Sistem Isometrik


Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem Isometrik memiliki
perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 3. Artinya, pada sumbu a ditarik garis dengan nilai 1, pada
sumbu b ditarik garis dengan nilai 3, dan sumbu c juga ditarik garis dengan nilai 3 (nilai bukan
patokan, hanya perbandingan). Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ = 30˚. Hal ini menjelaskan
bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 30˚ terhadap sumbu bˉ.
Sistem isometrik dibagi menjadi 5 Kelas :

 Tetaoidal
 Gyroida
 Diploida
 Hextetrahedral
 Hexoctahedral

Beberapa contoh mineral dengan system kristal Isometrik ini adalah gold, pyrite, galena, halite,
Fluorite (Pellant, chris: 1992)
2. Sistem Tetragonal
Sama dengan system Isometrik, sistem kristal ini mempunyai 3 sumbu kristal yang masing-
masing saling tegak lurus. Sumbu a dan b mempunyai satuan panjang sama. Sedangkan sumbu c
berlainan, dapat lebih panjang atau lebih pendek. Tapi pada umumnya lebih panjang.
Pada kondisi sebenarnya, Tetragonal memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a = b ≠ c , yang
artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b tapi tidak sama dengan sumbu c. Dan juga
memiliki sudut kristalografi α = β = γ = 90˚. Hal ini berarti, pada sistem ini, semua sudut
kristalografinya ( α , β dan γ ) tegak lurus satu sama lain (90˚).

Gambar 2 Sistem Tetragonal


Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem kristal Tetragonal
memiliki perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6. Artinya, pada sumbu a ditarik garis dengan
nilai 1, pada sumbu b ditarik garis dengan nilai 3, dan sumbu c ditarik garis dengan nilai 6 (nilai
bukan patokan, hanya perbandingan). Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ = 30˚. Hal ini
menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 30˚ terhadap sumbu bˉ.
Sistem tetragonal dibagi menjadi 7 kelas:

 Piramid
 Bipiramid
 Bisfenoid
 Trapezohedral
 Ditetragonal Piramid
 Skalenohedral
 Ditetragonal Bipiramid

Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal Tetragonal ini adalah rutil, autunite, pyrolusite,
Leucite, scapolite (Pellant, Chris: 1992)
3. Sistem Hexagonal
Sistem ini mempunyai 4 sumbu kristal, dimana sumbu c tegak lurus terhadap ketiga sumbu
lainnya. Sumbu a, b, dan d masing-masing membentuk sudut 120˚ terhadap satu sama lain.
Sambu a, b, dan d memiliki panjang sama. Sedangkan panjang c berbeda, dapat lebih panjang
atau lebih pendek (umumnya lebih panjang).
Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Hexagonal memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a
= b = d ≠ c , yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b dan sama dengan sumbu d,
tapi tidak sama dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = 90˚ ; γ = 120˚.
Hal ini berarti, pada sistem ini, sudut α dan β saling tegak lurus dan membentuk sudut 120˚
terhadap sumbu γ.
Gambar 3 Sistem Hexagonal
Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem Hexagonal memiliki
perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6. Artinya, pada sumbu a ditarik garis dengan nilai 1, pada
sumbu b ditarik garis dengan nilai 3, dan sumbu c ditarik garis dengan nilai 6 (nilai bukan
patokan, hanya perbandingan). Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ = 20˚ ; dˉ^b+= 40˚. Hal ini
menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 20˚ terhadap sumbu bˉ dan sumbu dˉ
membentuk sudut 40˚ terhadap sumbu b+.
Sistem ini dibagi menjadi 7:

 Hexagonal Piramid
 Hexagonal Bipramid
 Dihexagonal Piramid
 Dihexagonal Bipiramid
 Trigonal Bipiramid
 Ditrigonal Bipiramid
 Hexagonal Trapezohedral

Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal Hexagonal ini adalah quartz, corundum,
hematite, calcite, dolomite, apatite. (Mondadori, Arlondo. 1977)
4. Sistem Trigonal
Jika kita membaca beberapa referensi luar, sistem ini mempunyai nama lain yaitu
Rhombohedral, selain itu beberapa ahli memasukkan sistem ini kedalam sistem kristal
Hexagonal. Demikian pula cara penggambarannya juga sama. Perbedaannya, bila pada sistem
Trigonal setelah terbentuk bidang dasar, yang terbentuk segienam, kemudian dibentuk segitiga
dengan menghubungkan dua titik sudut yang melewati satu titik sudutnya.
Pada kondisi sebenarnya, Trigonal memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a = b = d ≠ c ,
yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b dan sama dengan sumbu d, tapi tidak sama
dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = 90˚ ; γ = 120˚. Hal ini berarti,
pada sistem ini, sudut α dan β saling tegak lurus dan membentuk sudut 120˚ terhadap sumbu γ.

Gambar 4 Sistem Trigonal


Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem kristal Trigonal memiliki
perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6. Artinya, pada sumbu a ditarik garis dengan nilai 1, pada
sumbu b ditarik garis dengan nilai 3, dan sumbu c ditarik garis dengan nilai 6 (nilai bukan
patokan, hanya perbandingan). Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ = 20˚ ; dˉ^b+= 40˚. Hal ini
menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 20˚ terhadap sumbu bˉ dan sumbu dˉ
membentuk sudut 40˚ terhadap sumbu b+.
Sistem ini dibagi menjadi 5 kelas:

 Trigonal piramid
 Trigonal Trapezohedral
 Ditrigonal Piramid
 Ditrigonal Skalenohedral
 Rombohedral

Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal Trigonal ini adalah tourmaline dan cinabar
(Mondadori, Arlondo. 1977)
5. Sistem Orthorhombik
Sistem ini disebut juga sistem Rhombis dan mempunyai 3 sumbu simetri kristal yang saling
tegak lurus satu dengan yang lainnya. Ketiga sumbu tersebut mempunyai panjang yang berbeda.
Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Orthorhombik memiliki axial ratio (perbandingan
sumbu) a ≠ b ≠ c , yang artinya panjang sumbu-sumbunya tidak ada yang sama panjang atau
berbeda satu sama lain. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = γ = 90˚. Hal ini berarti,
pada sistem ini, ketiga sudutnya saling tegak lurus (90˚).

Gambar 5 Sistem Orthorhombik


Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem Orthorhombik memiliki
perbandingan sumbu a : b : c = sembarang. Artinya tidak ada patokan yang akan menjadi ukuran
panjang pada sumbu-sumbunya pada sistem ini. Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ = 30˚. Hal ini
menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 30˚ terhadap sumbu bˉ.
Sistem ini dibagi menjadi 3 kelas:

 Bisfenoid
 Piramid
 Bipiramid

Beberapa contoh mineral denga sistem kristal Orthorhombik ini adalah stibnite, chrysoberyl,
aragonite dan witherite (Pellant, chris. 1992)
6. Sistem Monoklin
Monoklin artinya hanya mempunyai satu sumbu yang miring dari tiga sumbu yang dimilikinya.
Sumbu a tegak lurus terhadap sumbu n; n tegak lurus terhadap sumbu c, tetapi sumbu c tidak
tegak lurus terhadap sumbu a. Ketiga sumbu tersebut mempunyai panjang yang tidak sama,
umumnya sumbu c yang paling panjang dan sumbu b paling pendek.
Pada kondisi sebenarnya, sistem Monoklin memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a ≠ b ≠ c ,
yang artinya panjang sumbu-sumbunya tidak ada yang sama panjang atau berbeda satu sama
lain. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = 90˚ ≠ γ. Hal ini berarti, pada ancer ini, sudut α
dan β saling tegak lurus (90˚), sedangkan γ tidak tegak lurus (miring).

Gambar 6 Sistem Monoklin


Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem kristal Monoklin
memiliki perbandingan sumbu a : b : c = sembarang. Artinya tidak ada patokan yang akan
menjadi ukuran panjang pada sumbu-sumbunya pada sistem ini. Dan sudut antar sumbunya
a+^bˉ = 30˚. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 45˚ terhadap sumbu bˉ.
Sistem Monoklin dibagi menjadi 3 kelas:

 Sfenoid
 Doma
 Prisma

Beberapa contoh mineral dengan ancer kristal Monoklin ini adalah azurite, malachite,
colemanite, gypsum, dan epidot (Pellant, chris. 1992)
7. Sistem Triklin
Sistem ini mempunyai 3 sumbu simetri yang satu dengan yang lainnya tidak saling tegak lurus.
Demikian juga panjang masing-masing sumbu tidak sama.
Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Triklin memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a ≠ b
≠ c , yang artinya panjang sumbu-sumbunya tidak ada yang sama panjang atau berbeda satu
sama lain. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β ≠ γ ≠ 90˚. Hal ini berarti, pada system ini,
sudut α, β dan γ tidak saling tegak lurus satu dengan yang lainnya.

Gambar 7 Sistem Triklin


Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, Triklin memiliki perbandingan
sumbu a : b : c = sembarang. Artinya tidak ada patokan yang akan menjadi ukuran panjang pada
sumbu-sumbunya pada sistem ini. Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ = 45˚ ; bˉ^c+= 80˚. Hal ini
menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 45˚ terhadap sumbu bˉ dan bˉ membentuk
sudut 80˚ terhadap c+.
Sistem ini dibagi menjadi 2 kelas:
 Pedial
 Pinakoidal

Beberapa contoh mineral dengan ancer kristal Triklin ini adalah albite, anorthite, labradorite,
kaolinite, microcline dan anortoclase (Pellant, chris. 1992)
source:
Mondadori, Arlondo. 1977. Simons & Schuster’s Guide to Rocks and
Minerals. Milan : Simons & Schuster’s Inc.
Pellant, Chris. 1992. Rocks and Minerals. London: Dorling Kindersley
Wijayanto, Andika. 2009. Kristalografi.
anakgeotoba.blogspot.com/
PENGERTIAN & KAITAN dengan ILMU LAIN
Kristalografi adalah ilmu yang mempelajari kristal. Dalam perkembangannya, tentu saja
Kristalografi tidak dapat berdiri sendiri tanpa dukungan ilmu lain. Selain didukung ilmu lain,
Kristalografi juga mendukung ilmu lain.

Secara ringkas kristalografi mendukung mineralogi deskriptif, Kimia kristal, dan taksonomi
mineralogi. Dimana ketiganya itu merupakan pendukung mineralogi. Mineralogi selanjutnya
menjadi pendukung utama petrologi. Mineralogi sendiri didukung oleh Kimia anorganik,
Termokimia, dan Geokimia.

MENGAPA PENTING MEMPELAJARI KRISTALOGRAFI?


Sebagai ilmu yang paling dasar untuk mempelajari mineral, tentulah kita bertanya-tanya,
'seberapa pentingkah mempelajari ilmu ini?'. Berikut ada beberapa alasan mengenai pentingnya
belajar kristalografi:

1. Hampir semua mineral di alam berbentuk kristalin.


Kristalin disini artinya mineral itu mempunyai susunan atom yang padat dan teratur. Hal ini telah
dibuktikan dengan "Scanning Electron Microscope" dan secara mineralogi.

2. Sifat-sifat optis mineral ditentukan oleh sistem kristalnya


Penjabaran lebih lanjut mengenai ini ada di mineral optik dan petrografi.

3. Sifat-sifat difraksi mineral tergantung pada struktur kristal dan jarak antar kisi-kisi kristal
Dibuktikan oleh Difraksi Sinar X (X-Ray Diffraction)

TUJUAN MEMPELAJARI KRISTALOGRAFI


1. Untuk mengidentifikasi mineral, penentuan morfologi, komposisi dan sifat-sifat fisiknya.
Metode analisis yang biasa digunakan adalah:
a. Mineralogi optik menggunakan mikroskop polarisasi
Mineral Ortopiroksen

b. Difraksi Sinar-X (XRD)

c. Scanning Electron Microscope


Metode ini dilakukan khusus untuk mineral yang berukuran sangat kecil
seperti mineral lempung.
Peralatan untuk melakukan SEM

2. Eksplorasi endapan mineral dan bijih.


3. Mineralogi industri (mineral untuk semen dan zeolith)

zeolit yang mempunyai banyak manfaat

4. Industri gemologi (batu permata)


5. Aspek mineralogi ilmu material, ex keramik
6. Biomineralogi

7. Mineralogi sebagai bencana kesehatan, ex asbes (mineralogi modis)

RUANG LINGKUP ILMU KRISTALOGRAFI & MINERALOGI


1. Pendahuluan
2. Kristalografi
3. Kimia dan struktur kristal
4. Pertumbuhan kristal
5. Sifat-sifat fisik mineral
6. Sistematika mineralogi
7. Genesa dan asosiasi mineral
8. Mineral silikat
9. Karbonat, sulfosalt, dan fosfat
10. Oksida dan hidroksida
11. Sulfida
12. Unsur murni
13. Mineral pembentuk Batuan
14. Endapan mineral ekonomis

PENGERTIAN
Kristalografi adalah penjabaran mengenai kristal-kristal. Kristal sendiri adalah zat padat yang
mempunyai susunan atom atau molekul yang teratur dimana keteraturan susunan tersebut
dapat dilihat pada permukaannya yang terdiri dari bidang-bidang datar.

Hal-hal penting yang dipelajari di kristalografi antara lain:


- Sistem kristal
- Kimia dan struktur kristal
- Pertumbuhan kristal
- Bentuk luar kristal
- Struktur dalam kristal

Kristal dapat terbentuk oleh melalui dua cara yakni presipitasi dan kristalisasi. Kecepatan
kristalisasi akan mempengaruhi bentuk dan ukuran butir kristal. Semakin lama proses kristalisasi
berlangsung, maka ukuran kristal akan semakin besar dan sebaliknya.
a. Contoh dari larutan (solution) mengalami presipitasi--> Gipsum, Halit, Kalsit
b. Contoh dari lelehan (melt) mengalami kristalisasi --> Orthoklas, Kuarsa
c. Contoh dari uap (vapour) mengalami presipitasi --> Gipsum, Belerang, Alunit

SIFAT KRISTAL
Kristal mempunyai sifat dasar yang diutarakan oleh Steno yaitu dua bidang muka kristal yang
berimpit selalu membentuk sudut yang besarnya tetap pada suatu kristal. Hukum ini kemudian
dikenal dengan Hukum Ketetapan Sudut bidang dua atau Hukum Steno)

Bidang muka kristal adalah bidang-bidang datar yang membentuk permukaan kristal. Masing-
masing kristal akan mempunyai letak dan arah bidang muka kristal tertentu dan berbeda-beda.
Contoh: Kristal tawas [(NH4)2Al2(SO4)4.24H20]
Kristalografi
Apa itu kristalografi? Dari kata dasarnya, Crystal, sudah dapat diketahui secara umum
bahwa Crystalgraphy merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang Kristal. Kristal sendiri
sebenarnya merupakan suatu zat padat yang mempunyai susunan atom atau molekul yang
teratur. Keteraturannya tercermin dalam permukaan kristal yang berupa bidang-bidang datar dan
rata yang mengikuti polapola tertentu, dan sebenarnya memiliki suatu hukumyang dikenal
sebagai Law of Constancy of Interfacial Angles (Steno.1669), yaitu suatu hokum yang memiliki
kandungan bahwa sudut pembentuk bidang Kristal besarnya adalan konstan.
Relasi dengan Mineralogy
.
MINERALOGY,adalah ilmu yang secara alami mengikutsertakan substansi padat yang
merupakan bagian dari alam semesta. Mineral adalah zat atau benda yang biasanya padat dan
homogen dan hasil bentukan alam yang memiliki sifat-sifat fisik dan kimia tertentu serta
umumnya berbentuk kristalin. Meskipun demikian ada beberapa bahan yang terjadi karena
penguraian atau perubahan sisa-sisa tumbuhan dan hewan secara alamiah juga digolongkan ke
dalam mineral,seperti batubara, minyakbumi, tanahdiatome.

Jadi, sebenarnya Kristalografi adalah salah satu cabang ilmu dari Mineralogy. Dalam
konteks ini, Crystallography merupakan ilmu ini berkenaan dengan bentuk geometris, simetri
eksternal dan properti optikal dari kristal. Tujuan utama dari teknik crystallography moderen
adalah penentuan struktur kristal. Hal ini menyediakan informasi lokasi dari semua atom, posisi
ikatan dan tipe ikatannya, ikatan simetri dan isi kimiawi dari unit sel.
Daya Ikat Kristal
Daya yang mengikat atom (atau ion, atau grup ion) dari zat-zat yang terdapat pada kristal
bersifat elektrostatis secara alami.. Tipe dan intensitasnya sangat berkaitan dengan sifat-sifat
fisik dan kimia dari mineral. Kekerasan, belahan, daya lebur, kelistrikan dan konduktivitas
termal, dan koefisien ekspansi termal berhubungan secara langsung terhadap daya ikat. Secara
umum, ikatan kuat memiliki kekerasan yang lebih tinggi, titik leleh yang lebih tinggi dan
koefisien ekspansi termal yang lebih rendah. Ikatan kimia dari suatu kristal dapat dibagi menjadi
4 macam, yaitu: ionik, kovalen, logam dan van der Waals.
Unsur-unsur Simetri Kristal
 Bidang Simetri
Bidang simetri merupakan suatu bidang khayal yang menembus dan membagi
Kristal menjadi dua bagian yang sama besar dengan salah satu sisi / bagian merupakan suatu
pencerminan dari bidang yang lain. Bidang simetri dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Bidang Simetri Aksial, merupakan suatu bidang simetri yang melewati 2 sumbu Kristal.
2. Jika bidang tersebut terbentuk tegak lurus dengan sumbu c, maka disebut dengan Bidang
Simetri Horizontal.n Jjika bidang tersebut terbentuk sejajar dengan sumbuu c, maka disebut
dengan Bidang Simetri Vertikal.
2. Bidang Simetri Intermediet, apabila bidang simetri tersebut hanya melewati 1 sumbu saja (Bidang
Simetri Diagonal)
 Sumbu Simetri
Sumbu simetri adalah garis bayangan yang dibuat menembus pusat kristal, dan bila kristal
diputar dengan poros sumbu tersebut sejauh satu putaran penuh akan didapatkan beberapa kali
kenampakan yang sama.

1. Gire, atau sumbu simetri biasa,cara mendapatkan nilai simetrinya adalah dengan memutar Kristal
pada porosnya dalam satu putaran penuh. Bila terdapat dua kali kenampakan yang sama
dinamakan digire, bila tiga trigire (3),dst..
2. Giroide adalah sumbu simetri yang cara mendapatkan nilai simetrinya dengan memutar kristal
pada porosnya dan memproyeksikannya pada bidang horisontal.
3. Sumbu inversi putar adalah sumbu simetri yang cara mendapatkan nilai simetrinya dengan
memutar kristal pada porosnya dan mencerminkannya melalui pusat kristal. Penulisan nilai
simetrinya dengan cara menambahkan bar pada angka simetri itu. Bila tiga tribar (3), empat
tetrabar (4),dst
 Pusat Simetri
Suatu kristal dikatakan mempunyai pusat simetri bila dalam kristal tersebut dapat dibuat
garis bayangan tiap-tiap titik pada permukaan kristal menembus pusat kristal dan akan
menjumpai titik yang lain pada permukaan di sisi yang lain dengan jarak yang sama terhadap
pusat kristal pada garis bayangan tersebut Semua Kristal memiliki pusat Kristal, namun belum
tentu memiliki sumbu simetri.
v

Anda mungkin juga menyukai