Anda di halaman 1dari 5

DISUSUN OLEH :

NABILA QATRUNNADA
KELAS X-E

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA PELAJARAN KIMIA


Atom
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Atom adalah satuan dasar materi yang terdiri dari inti atom yang dikelilingi oleh

awan elektron yang bermuatan negatif. Inti atom mengandung campuran protonyang bermuatan positif

dan neutron yang bermuatan netral (terkecuali pada Hidrogen-1 yang tidak memiliki neutron). Elektron-

elektron pada sebuah atom terikat pada inti atom oleh gaya elektromagnetik. Demikian pula sekumpulan

atom dapat berikatan satu sama lainnya membentuk sebuah molekul. Atom yang mengandung jumlah

proton dan elektron yang sama bersifat netral, sedangkan yang mengandung jumlah proton dan elektron

yang berbeda bersifat positif atau negatif dan merupakan ion. Atom dikelompokkan berdasarkan jumlah

proton dan neutron pada inti atom tersebut. Jumlah proton pada atom menentukan unsur kimia atom

tersebut, dan jumlah neutron menentukan isotop unsur tersebut.

Istilah atom berasal dari Bahasa Yunani (ἄτομος/átomos, α-τεμνω), yang berarti tidak dapat

dipotong ataupun sesuatu yang tidak dapat dibagi-bagi lagi. Konsep atom sebagai komponen yang tak

dapat dibagi-bagi lagi pertama kali diajukan oleh para filsuf India dan Yunani. Pada abad ke-17 dan ke-18,

parakimiawan meletakkan dasar-dasar pemikiran ini dengan menunjukkan bahwa zat-zat tertentu tidak

dapat dibagi-bagi lebih jauh lagi menggunakan metode-metode kimia. Selama akhir abad ke-19 dan awal

abad ke-20, para fisikawan berhasil menemukan struktur dan komponen-komponen subatom di dalam atom,

membuktikan bahwa 'atom' tidaklah tak dapat dibagi-bagi lagi. Prinsip-prinsip mekanika kuantum yang

digunakan pada fisikawan kemudian berhasil memodelkan atom.[1][2]

Relatif terhadap pengamatan sehari-hari, atom merupakan objek yang sangat kecil dengan massa

yang sama kecilnya pula. Atom hanya dapat dipantau menggunakan peralatan khusus seperti mikroskop

penerowongan payaran (scanning tunneling microscope). Lebih dari 99,9% massa atom berpusat pada inti

atom, dengan proton dan neutron yang bermassa hampir sama. Setiap unsur paling tidak memiliki satu

isotop dengan inti yang tidak stabil yang dapat mengalami peluruhan radioaktif. Hal ini dapat

mengakibatkan transmutasi yang mengubah jumlah proton dan neutron pada inti. Elektron yang terikat pada

atom mengandung sejumlah aras energi, ataupun obrital, yang stabil dan dapat mengalami transisi di antara

aras tersebut dengan menyerap ataupun memancarkan foton yang sesuai dengan perbedaan energi antara

aras. Elektron pada atom menentukan sifat-sifat kimiawi sebuah unsur dan mempengaruhi sifat-

sifat magnetis atom tersebut.


Sejarah
Konsep bahwa materi terdiri dari satuan-satuan diskret yang tidak dapat dibagi-bagi lagi menjadi

satuan yang lebih kecil telah ada selama satu milenium. Namun, pemikiran ini masihlah bersifat abstrak dan

filosofis daripada berdasarkan pengamatan empiris dan eksperimen. Secara filosofis, deskripsi sifat-sifat

atom bervariasi tergantung pada budaya dan aliran filosofi tersebut, dan seringkali pula mengandung unsur-

unsur spiritual di dalamnya. Walaupun demikian, pemikiran dasar mengenai atom diterima oleh para

ilmuwan ribuan tahun kemudian karena ia secara elegan menjelaskan penemuan-penemuan yang baru

pada bidang kimia.

Rujukan paling awal mengenai konsep atom dapat ditilik kembali ke India kuno pada abad ke-6

sebelum masehi. Aliran sekolah Nyaya dan Vaisheshika mengembangkan teori yang menjelaskan

bagaimana atom-atom bergabung menjadi benda-benda yang lebih kompleks. Rujukan mengenai atom di

dunia Barat muncul satu abad kemudian oleh Leukippos, yang kemudian oleh

muridnya, Demokritus mensistematis pandangan ini. Kira-kira pada tahun 450 SM, Demokritus menciptakan
istilah átomos (bahasa Yunani: ἄτομος), yang berarti "tidak dapat dipotong" ataupun "partikel terkecil materi

yang tidak dapat dibagi-bagi lagi". Walaupun konsep dari India dan Yunani mengenai atom secara murni

hanya didasarkan pada ilmu filosofi, ilmu pengetahuan modern masih menggunakan istilah "atom" yang

dicetuskan oleh Demokritus tersebut.

Kemajuan lebih jauh pada pemahaman kita mengenai atom dimulai dengan berkembangnya

ilmu kimia. Pada tahun 1661, Robert Boyle mempublikasikan buku The Sceptical Chymist yang berargumen

bahwa materi-materi di dunia ini terdiri dari berbagai kombinasi "corpuscules" ataupun atom-atom yang

berbeda. Hal ini berbeda dengan pandangan klasik bahwa materi terdiri dari unsur udara, tanah, api, dan

air. Pada tahun 1789, istilah element (unsur) didefinisikan oleh seorang bangsawan dan peneliti

Perancis, Antoine Lavoisier, sebagai bahan dasar yang tidak dapat dibagi-bagi lebih jauh lagi dengan

menggunakan metode-metode kimia.

Pada tahun 1803, John Dalton menggunakan konsep atom untuk menjelaskan mengapa unsur-

unsur selalu bereaksi dalam perbandingan yang bulat dan tetap dan mengapa gas-gas tertentu lebih larut

dalam air dibandingkan dengan gas-gas lainnya. Ia mengajukan bahwa setiap unsur mengandung atom-

atom tunggal unik yang dapat kemudian lebih jauh bergabung menjadi senyawa-senyawa kimia.

Teori partikel ini kemudian dikonfirmasi lebih jauh pada tahun 1827, ketika seorang botanis Robert

Brown menggunakan mikroskop untuk mengamati debu-debu yang mengambang di air dan menemukan

bahwa debu-debu tersebut bergerak secara acak. Fenomena ini kemudian dikenal sebagai "Gerak Brown".

Pada tahun 1877, J. Desaulx mengajukan bahwa fenomena ini disebabkan oleh gerak termal molekul air,

dan pada tahun 1905, Albert Einstein membuat analisis matematika gerak ini. Fisikawan Perancis, Jean
Perrin, kemudian menggunakan hasil kerja Einstein untuk secara eksperimen menentukan massa dan

dimensi atom, yang kemudian secara konklusif memverifikasi teori atom Dalton.[14]

Melalui hasil kerjanya pada sinar katoda pada tahun 1897, J. J. Thomson menemukan elektron dan

sifat-sifat subatomiknya. Hal ini meruntuhkan konsep atom sebagai satuan yang tidak dapat dibagi-bagi

lagi. Thomson percaya bahwa elektron-elektron terdistribusi secara merata di seluruh atom, dan muatan-

muatannya diseimbangkan oleh keberadaan lautan muatan positif (model puding plum).

Namun pada tahun 1909, para peneliti di bawah arahan Ernest Rutherford menembakkan ion

helium ke lembaran tipis emas dan menemukan bahwa sebagian kecil ion tersebut dipantulkan dengan

sudut pantulan yang lebih tajam dari yang apa yang diprediksi oleh teori Thomson. Rutherford kemudian

mengajukan bahwa muatan positif suatu atom dan kebanyakan massanya terkonsentrasi pada inti atom

pada pusat atom dengan elektron-elektron mengitari inti atom seperti planet mengitari matahari. Muatan

positif ion helium yang melewati inti padat ini haruslah dipantulkan dengan sudut pantulan yang lebih tajam.
[16]

Pada tahun 1913, ketika bereksperimen dengan hasil proses peluruhan radioaktif, Frederick

Soddy menemukan bahwa terdapat lebih dari satu jenis atom pada setiap posisi tabel periodik.

Istilah isotop kemudian diciptakan oleh Margaret Todd sebagai nama yang tepat untuk atom-atom yang

berbeda namun merupakan satu unsur yang sama. J.J. Thomson menemukan teknik untuk memisahkan

jenis-jenis atom tersebut melalui hasil kerjanya pada gas yang terionisasi.

Percobaan Stern-Gerlach pada tahun 1922 memberikan bukti lebih jauh mengenai sifat-sifat

kuantum atom. Ketika seberkas atom perak ditembakkan melalui medan magnet, berkas tersebut terpisah-

pisah sesuai dengan arah momentum sudut atom (spin). Oleh karena arah spin adalah acak, berkas ini

diharapkan menyebar menjadi satu garis. Namun pada kenyataannya, berkas ini terbagi menjadi dua

bagian, tergantung dari apakah spin atom tersebut berorientasi ke atas ataupun ke bawah.

Pada tahun 1926, dengan menggunakan pemikiran Louis de Broglie bahwa partikel berperilaku

seperti gelombang, Erwin Schrödinger mengembangkan suatu model atom matematis yang

menggambarkan elektron sebagai gelombang tiga dimensi daripada sebagai titik-titik partikel. Konsekuensi

penggunaan bentuk gelombang untuk menjelaskan elektron ini adalah bahwa adalah tidak mungkin untuk

secara matematis

menghitung posisi dan momentum partikel secara bersamaan. Hal ini kemudian dikenal

sebagai prinsip ketidakpastian, yang dirumuskan oleh Werner Heisenberg pada 1926. Menurut konsep ini,

untuk setiap pengukuran suatu posisi, seseorang hanya bisa mendapatkan kisaran nilai-nilai probabilitas

momentum, demikian pula sebaliknya. Walaupun model ini sulit untuk divisualisasikan, ia dapat dengan baik

menjelaskan sifat-sifat atom yang terpantau yang sebelumnya tidak dapat dijelaskan oleh teori mana pun.

Oleh sebab itu, model atom yang menggambarkan elektron mengitari inti atom seperti planet mengitari
matahari digugurkan dan digantikan oleh model orbital atom di sekitar inti di mana elektron paling

berkemungkinan berada.

Perkembangan pada spektrometri massa mengijin pengukuran massa atom secara eksak.

Peralatan spektrometer ini menggunakan magnet untuk membelokkan trayektori berkas ion dan banyaknya

defleksi ditentukan dengan rasio massa atom terhadap muatannya. Kimiawan Francis William

Astonmenggunakan peralatan ini untuk menunjukkan bahwa isotop mempunyai massa yang berbeda.

Perbedaan massa antar isotop ini berupa bilangan bulat, dan ia disebut sebagai kaidah bilangan

bulat. Penjelasan pada perbedaan massa isotop ini berhasil dipecahkan setelah ditemukannya neutron,

yakni partikel bermuatan netral dengan massa yang hampir sama dengan proton, oleh James

Chadwick pada tahun 1932. Isotop kemudian dijelaskan sebagai unsur dengan jumlah proton yang sama,

namun memiliki jumlah neutron yang berbeda dalam inti atom.

Pada tahun 1950-an, perkembangan pemercepat partikel dan detektor partikel mengijinkan para

ilmuwan mempelajari dampak-dampak dari atom yang bergerak dengan energi yang tinggi. Neutron dan

proton kemudian diketahui sebagai hardon, yaitu komposit partikel-partikel kecil yang disebut sebagai kuark.

Model-model standar fisika nuklir kemudian dikembangkan untuk menjelaskan sifat-sifat inti atom dalam hal

interaksi partikel subatom ini.

Sekitar tahun 1985, Steven Chu dkk. di Bell Labs mengembangkan sebuah teknik untuk

menurunkan temperatur atom menggunakan laser. Pada tahun yang sama, sekelompok ilmuwan yang

diketuai oleh William D. Phillips berhasil memerangkap atom natrium dalam perangkap magnet. Claude

Cohen-Tannoudjikemudian menggabungkan kedua teknik tersebut untuk mendinginkan sejumlah kecil atom

sampai beberapa mickokelvin. Hal ini mengijinkan ilmuwan mempelajari atom dengan presisi yang sangat

tinggi, yang pada akhirnya membawa para ilmuwan menemukan kondensasi Bose-Einstein.

Dalam sejarahnya, sebuah atom tunggal sangatlah kecil untuk digunakan dalam aplikasi ilmiah. Namun

baru-baru ini, berbagai peranti yang menggunakan sebuah atom tunggal logam yang dihubungkan

dengan ligan-ligan organik (transistor elektron tunggal) telah dibuat. Berbagai penelitian telah dilakukan

untuk memerangkap dan memperlambat laju atom menggunakan pendinginan laser untuk mendapatkan

pemahaman yang lebih baik mengenai sifat-sifat atom.

Anda mungkin juga menyukai