Anda di halaman 1dari 25

Atom 

adalah suatu satuan dasar materi, yang terdiri atas inti atom serta


awan elektron bermuatan negatif yang mengelilinginya. Inti atom terdiri
atas proton yang bermuatan positif, dan neutron yang bermuatan netral (kecuali pada
inti atom Hidrogen-1, yang tidak memiliki neutron). Elektron-elektron pada sebuah atom
terikat pada inti atom oleh gaya elektromagnetik. Sekumpulan atom demikian pula
dapat berikatan satu sama lainnya, dan membentuk sebuah molekul. Atom yang
mengandung jumlah proton dan elektron yang sama bersifat netral, sedangkan yang
mengandung jumlah proton dan elektron yang berbeda bersifat positif atau negatif dan
disebut sebagai ion. Atom dikelompokkan berdasarkan jumlah proton dan neutron yang
terdapat pada inti atom tersebut. Jumlah proton pada atom menentukan unsur
kimia atom tersebut, dan jumlah neutron menentukan isotop unsur tersebut.
Istilah atom berasal dari Bahasa Yunani (ἄτομος/átomos, α-τεμνω), yang berarti tidak
dapat dipotong ataupun sesuatu yang tidak dapat dibagi-bagi lagi. Konsep atom
sebagai komponen yang tak dapat dibagi-bagi lagi pertama kali diajukan oleh para
filsuf India dan Yunani. Pada abad ke-17 dan ke-18, para kimiawan meletakkan dasar-
dasar pemikiran ini dengan menunjukkan bahwa zat-zat tertentu tidak dapat dibagi-bagi
lebih jauh lagi menggunakan metode-metode kimia. Selama akhir abad ke-19 dan awal
abad ke-20, para fisikawan berhasil menemukan struktur dan komponen-komponen
subatom di dalam atom, membuktikan bahwa 'atom' tidaklah tak dapat dibagi-bagi lagi.
Prinsip-prinsip mekanika kuantum yang digunakan para fisikawan kemudian berhasil
memodelkan atom.[1]
Dalam pengamatan sehari-hari, secara relatif atom dianggap sebuah objek yang sangat
kecil yang memiliki massa yang secara proporsional kecil pula. Atom hanya dapat
dipantau dengan menggunakan peralatan khusus seperti mikroskop gaya atom. Lebih
dari 99,9% massa atom berpusat pada inti atom,[catatan 1] dengan proton dan neutron yang
bermassa hampir sama. Setiap unsur paling tidak memiliki satu isotop dengan inti yang
tidak stabil, yang dapat mengalami peluruhan radioaktif. Hal ini dapat
mengakibatkan transmutasi, yang mengubah jumlah proton dan neutron pada inti.
[2]
 Elektron yang terikat pada atom mengandung sejumlah aras energi, ataupun orbital,
yang stabil dan dapat mengalami transisi di antara aras tersebut dengan menyerap
ataupun memancarkan foton yang sesuai dengan perbedaan energi antara aras.
Elektron pada atom menentukan sifat-sifat kimiawi sebuah unsur, dan memengaruhi
sifat-sifat magnetis atom tersebut.

Sejarah
Artikel utama: Teori atom dan Atomisme
Konsep bahwa materi terdiri dari satuan-satuan terpisah yang tidak dapat dibagi lagi
menjadi satuan yang lebih kecil telah ada selama satu milenium. Namun, pemikiran
tersebut masihlah bersifat abstrak dan filosofis, daripada berdasarkan
pengamatan empiris dan eksperimen. Secara filosofis, deskripsi sifat-sifat atom
bervariasi tergantung pada budaya dan aliran filosofi tersebut, dan sering kali pula
mengandung unsur-unsur spiritual di dalamnya. Walaupun demikian, pemikiran dasar
mengenai atom dapat diterima oleh para ilmuwan ribuan tahun kemudian, karena ia
secara elegan dapat menjelaskan penemuan-penemuan baru pada bidang kimia.[3]
Referensi paling awal mengenai konsep atom dapat ditilik kembali kepada zaman India
kuno pada tahun 800 sebelum masehi,[4] yang dijelaskan dalam naskah
filsafat Jainisme sebagai anu dan paramanu.[4][5] Aliran
mazhab Nyaya dan Vaisesika mengembangkan teori yang menjelaskan bagaimana
atom-atom bergabung menjadi benda-benda yang lebih kompleks.[6] Satu abad
kemudian muncul Referensi mengenai atom di dunia Barat oleh Leukippos, yang
kemudian oleh muridnya Demokritos pandangan tersebut disistematiskan. Kira-kira
pada tahun 450 SM, Demokritos menciptakan istilah átomos (bahasa Yunani: ἄτομος),
yang berarti "tidak dapat dipotong" ataupun "tidak dapat dibagi-bagi lagi". Teori
Demokritos mengenai atom bukanlah usaha untuk menjabarkan suatu fenomena fisis
secara rinci, melainkan suatu filosofi yang mencoba untuk memberikan jawaban atas
perubahan-perubahan yang terjadi pada alam.[1] Filosofi serupa juga terjadi di India,
namun demikian ilmu pengetahuan modern memutuskan untuk menggunakan istilah
"atom" yang dicetuskan oleh Demokritos.[3] Demokritos juga mengatakan bahwa atom
dalam air sangat licin sehingga air bisa mengalir ke mana-mana sementara atom dalam
garam ditutupi duri-duri tajam sehingga terasa asin dilidah.
Kemajuan lebih jauh pada pemahaman mengenai atom dimulai dengan
berkembangnya ilmu kimia. Pada tahun 1661, Robert Boyle mempublikasikan buku The
Sceptical Chymist yang berargumen bahwa materi-materi di dunia ini terdiri dari
berbagai kombinasi "corpuscules", yaitu atom-atom yang berbeda. Hal ini berbeda
dengan pandangan klasik yang berpendapat bahwa materi terdiri dari unsur-unsur
udara, tanah, api, dan air.[7] Pada tahun 1789, istilah element (unsur) didefinisikan oleh
seorang bangsawan dan peneliti Prancis, Antoine Lavoisier, sebagai bahan dasar yang
tidak dapat dibagi-bagi lebih jauh lagi dengan menggunakan metode-metode kimia.[8]
Aristoteles mengatakan bahwa ada 4 elemen dasar dibumi dan bila semuanya
digabungkan akan menjadi senyawa-senyawa yang kita lihat. Saat itu muridnya
bertanya: "Apakah bisa kita membuat emas bila menggabungkan semua elemen dasar
tadi?" Aristoteles menjawab "Iya". Itu membuat penasaran para ilmuwan semana 200
tahun setelah itu. Pada tahun 1669, ahli kimia Jerman Hennig Brand menyuling 60
ember air kencing karena ia mengira didalamnya ada emas betulan (karena air kencing
berwarna kuning keemasan) dan hasilnya peralatan kimianya perpendar dalam gelap.
Dia menamainya Fosforus (Fosfor) yang diambil dari kata Yunani "Fosforos" yang
berarti bintang senja. Dia adalah orang pertama pada era Masehi, yang sebelumya
adalah penemuan Arsenik 300 SM.[9]
Berbagai atom dan molekul yang digambarkan pada buku John Dalton, A New System of Chemical
Philosophy (1808).

Pada tahun 1803, John Dalton menggunakan konsep atom untuk menjelaskan


mengapa unsur-unsur selalu bereaksi dalam perbandingan yang bulat dan tetap, serta
mengapa gas-gas tertentu lebih larut dalam air dibandingkan dengan gas-gas lainnya.
Ia mengajukan pendapat bahwa setiap unsur mengandung atom-atom tunggal unik,
dan atom-atom tersebut selanjutnya dapat bergabung untuk membentuk senyawa-
senyawa kimia.[10][11]
Teori partikel ini kemudian dikonfirmasikan lebih jauh lagi pada tahun 1827, yaitu
ketika botaniwan Robert Brown menggunakan mikroskop untuk mengamati debu-debu
yang mengambang di atas air dan menemukan bahwa debu-debu tersebut bergerak
secara acak. Fenomena ini kemudian dikenal sebagai "Gerak Brown". Pada tahun
1877, J. Desaulx mengajukan pendapat bahwa fenomena ini disebabkan oleh gerak
termal molekul air, dan pada tahun 1905 Albert Einstein membuat analisis matematika
terhadap gerak ini.[12][13][14] Fisikawan Prancis Jean Perrin kemudian menggunakan hasil
kerja Einstein untuk menentukan massa dan dimensi atom secara eksperimen, yang
kemudian dengan pasti menjadi verifikasi atas teori atom Dalton.[15]
Berdasarkan hasil penelitiannya terhadap sinar katode, pada tahun 1897 J. J.
Thomson menemukan elektron dan sifat-sifat subatomiknya. Hal ini meruntuhkan
konsep atom sebagai satuan yang tidak dapat dibagi-bagi lagi.[16] Thomson percaya
bahwa elektron-elektron terdistribusi secara merata di seluruh atom, dan muatan-
muatannya diseimbangkan oleh keberadaan lautan muatan positif (model puding prem).
Namun pada tahun 1909, para peneliti di bawah arahan Ernest
Rutherford menembakkan ion helium ke lembaran tipis emas, dan menemukan bahwa
sebagian kecil ion tersebut dipantulkan dengan sudut pantulan yang lebih tajam dari
yang apa yang diprediksikan oleh teori Thomson. Rutherford kemudian mengajukan
pendapat bahwa muatan positif suatu atom dan kebanyakan massanya terkonsentrasi
pada inti atom, dengan elektron yang mengitari inti atom seperti planet mengitari
matahari. Muatan positif ion helium yang melewati inti padat ini haruslah dipantulkan
dengan sudut pantulan yang lebih tajam. Pada tahun 1913, ketika bereksperimen
dengan hasil proses peluruhan radioaktif, Frederick Soddy menemukan bahwa terdapat
lebih dari satu jenis atom pada setiap posisi tabel periodik.[17] Istilah isotop kemudian
diciptakan oleh Margaret Todd sebagai nama yang tepat untuk atom-atom yang
berbeda namun merupakan satu unsur yang sama. J.J. Thomson selanjutnya
menemukan teknik untuk memisahkan jenis-jenis atom tersebut melalui hasil kerjanya
pada gas yang terionisasi.[18]

Model atom hidrogen Bohr yang menunjukkan loncatan elektron antara orbit-orbit tetap dan memancarkan
energi foton dengan frekuensi tertentu.

Sementara itu, pada tahun 1913 fisikawan Niels Bohr mengkaji ulang model atom
Rutherford dan mengajukan pendapat bahwa elektron-elektron terletak pada orbit-orbit
yang terkuantisasi serta dapat meloncat dari satu orbit ke orbit lainnya, meskipun
demikian tidak dapat dengan bebas berputar spiral ke dalam maupun keluar dalam
keadaan transisi.[19] Suatu elektron haruslah menyerap ataupun memancarkan sejumlah
energi tertentu untuk dapat melakukan transisi antara orbit-orbit yang tetap ini.
Apabila cahaya dari materi yang dipanaskan memancar melalui prisma, ia
menghasilkan suatu spektrum multiwarna. Penampakan garis-garis spektrum tertentu
ini berhasil dijelaskan oleh teori transisi orbital ini.[20]
Ikatan kimia antar atom kemudian pada tahun 1916 dijelaskan oleh Gilbert Newton
Lewis sebagai interaksi antara elektron-elektron atom tersebut.[21] Atas adanya
keteraturan sifat-sifat kimiawi dalam tabel periode kimia,[22] kimiawan Amerika Irving
Langmuir tahun 1919 berpendapat bahwa hal ini dapat dijelaskan apabila elektron-
elektron pada sebuah atom saling berhubungan atau berkumpul dalam bentuk-bentuk
tertentu. Sekelompok elektron diperkirakan menduduki satu set kelopak elektron di
sekitar inti atom.
Percobaan Stern-Gerlach pada tahun 1922 memberikan bukti lebih jauh mengenai sifat-
sifat kuantum atom. Ketika seberkas atom perak ditembakkan melalui medan magnet,
berkas tersebut terpisah-pisah sesuai dengan arah momentum sudut atom (spin). Oleh
karena arah spin adalah acak, berkas ini diharapkan menyebar menjadi satu garis.
Namun pada kenyataannya berkas ini terbagi menjadi dua bagian, tergantung dari
apakah spin atom tersebut berorientasi ke atas ataupun ke bawah.[23]
Pada tahun 1926, dengan menggunakan pemikiran Louis de Broglie bahwa partikel
berperilaku seperti gelombang, Erwin Schrödinger mengembangkan suatu model atom
matematis yang menggambarkan elektron sebagai gelombang tiga dimensi daripada
sebagai titik-titik partikel. Konsekuensi penggunaan bentuk gelombang untuk
menjelaskan elektron ini adalah bahwa adalah tidak mungkin untuk secara matematis
menghitung posisi dan momentum partikel secara bersamaan. Hal ini kemudian dikenal
sebagai prinsip ketidakpastian, yang dirumuskan oleh Werner Heisenberg pada 1926.
Menurut konsep ini, untuk setiap pengukuran suatu posisi, seseorang hanya bisa
mendapatkan kisaran nilai-nilai probabilitas momentum, demikian pula sebaliknya.
Walaupun model ini sulit untuk divisualisasikan, ia dapat dengan baik menjelaskan sifat-
sifat atom yang terpantau yang sebelumnya tidak dapat dijelaskan oleh teori mana pun.
Oleh sebab itu, model atom yang menggambarkan elektron mengitari inti atom seperti
planet mengitari matahari digugurkan dan digantikan oleh model orbital atom di sekitar
inti di mana elektron paling berkemungkinan berada.[24][25]

Diagram skema spetrometer massa sederhana.

Perkembangan pada spektrometri massa mengizinkan dilakukannya pengukuran


massa atom secara tepat. Peralatan spektrometer ini menggunakan magnet untuk
membelokkan trayektori berkas ion, dan banyaknya defleksi ditentukan dengan rasio
massa atom terhadap muatannya. Kimiawan Francis William Aston menggunakan
peralatan ini untuk menunjukkan bahwa isotop mempunyai massa yang berbeda.
Perbedaan massa antar isotop ini berupa bilangan bulat, dan ia disebut sebagai kaidah
bilangan bulat.[26] Penjelasan pada perbedaan massa isotop ini berhasil dipecahkan
setelah ditemukannya neutron, suatu partikel bermuatan netral dengan massa yang
hampir sama dengan proton, yaitu oleh James Chadwick pada tahun 1932. Isotop
kemudian dijelaskan sebagai unsur dengan jumlah proton yang sama, namun memiliki
jumlah neutron yang berbeda dalam inti atom.[27]
Pada tahun 1950-an, perkembangan pemercepat partikel dan detektor
partikel mengizinkan para ilmuwan mempelajari dampak-dampak dari atom yang
bergerak dengan energi yang tinggi.[28] Neutron dan proton kemudian diketahui
sebagai hadron, yaitu komposit partikel-partikel kecil yang disebut sebagai kuark.
Model-model standar fisika nuklir kemudian dikembangkan untuk menjelaskan sifat-sifat
inti atom dalam hal interaksi partikel subatom ini.[29]
Sekitar tahun 1985, Steven Chu dkk. di Bell Labs mengembangkan sebuah teknik untuk
menurunkan temperatur atom menggunakan laser. Pada tahun yang sama, sekelompok
ilmuwan yang diketuai oleh William D. Phillips berhasil memerangkap atom natrium
dalam perangkap magnet. Claude Cohen-Tannoudji kemudian menggabungkan kedua
teknik tersebut untuk mendinginkan sejumlah kecil atom sampai beberapa mikrokelvin.
Hal ini mengizinkan ilmuwan mempelajari atom dengan presisi yang sangat tinggi, yang
pada akhirnya membawa para ilmuwan menemukan kondensasi Bose-Einstein.[30]
Dalam sejarahnya, sebuah atom tunggal sangatlah kecil untuk digunakan dalam
aplikasi ilmiah. Namun baru-baru ini, berbagai peranti yang menggunakan sebuah atom
tunggal logam yang dihubungkan dengan ligan-ligan organik (transistor elektron
tunggal) telah dibuat.[31] Berbagai penelitian telah dilakukan untuk memerangkap dan
memperlambat laju atom menggunakan pendinginan laser untuk mendapatkan
pemahaman yang lebih baik mengenai sifat-sifat atom.[32]

Komponen-komponen atom
Partikel subatom
Artikel utama: Partikel subatom
Walaupun awalnya kata atom berarti suatu partikel yang tidak dapat dipotong-potong
lagi menjadi partikel yang lebih kecil, dalam terminologi ilmu pengetahuan modern,
atom tersusun atas berbagai partikel subatom. Partikel-partikel penyusun atom ini
adalah elektron, proton, dan neutron. Namun hidrogen-1 tidak mempunyai neutron.
Demikian pula halnya pada ion hidrogen positif H+.
Dari kesemua partikel subatom ini, elektron adalah yang paling ringan, dengan massa
elektron sebesar 9,11 × 10−31 kg dan mempunyai muatan negatif. Ukuran elektron
sangatlah kecil sedemikiannya tiada teknik pengukuran yang dapat digunakan untuk
mengukur ukurannya.[33] Proton memiliki muatan positif dan massa 1.836 kali lebih berat
daripada elektron (1,6726 × 10−27 kg). Neutron tidak bermuatan listrik dan bermassa
bebas 1.839 kali massa elektron[34] atau (1,6929 × 10−27 kg).
Dalam model standar fisika, baik proton dan neutron terdiri dari partikel elementer yang
disebut kuark. Kuark termasuk ke dalam golongan partikel fermion dan merupakan
salah satu dari dua bahan penyusun materi dasar (yang lainnya adalah lepton).
Terdapat enam jenis kuark dan tiap-tiap kuark tersebut memiliki muatan listrik pecahan
sebesar +2/3 ataupun −1/3. Proton terdiri dari dua kuark naik dan satu kuark turun,
manakala neutron terdiri dari satu kuark naik dan dua kuark turun. Perbedaan
komposisi kuark ini memengaruhi perbedaan massa dan muatan antara dua partikel
tersebut. Kuark terikat bersama oleh gaya nuklir kuat yang diperantarai oleh gluon.
Gluon adalah anggota dari boson tolok yang merupakan perantara gaya-gaya fisika.[35][36]
Inti atom
Artikel utama: Inti atom

Energi pengikatan yang diperlukan oleh nukleon untuk lolos dari inti pada berbagai isotop.

Inti atom terdiri atas proton dan neutron yang terikat bersama pada pusat atom. Secara
kolektif, proton dan neutron tersebut disebut sebagai nukleon (partikel penyusun inti).
Diameter inti atom berkisar antara 10−15 hingga 10−14 m.[37] Jari-jari inti diperkirakan sama
dengan   fm, dengan A adalah jumlah nukleon.[38] Hal ini sangatlah kecil dibandingkan
dengan jari-jari atom. Nukleon-nukleon tersebut terikat bersama oleh gaya tarik-menarik
potensial yang disebut gaya kuat residual. Pada jarak lebih kecil daripada 2,5 fm, gaya
ini lebih kuat daripada gaya elektrostatik yang menyebabkan proton saling tolak
menolak.[39]
Atom dari unsur kimia yang sama memiliki jumlah proton yang sama, disebut nomor
atom. Suatu unsur dapat memiliki jumlah neutron yang bervariasi. Variasi ini disebut
sebagai isotop. Jumlah proton dan neutron suatu atom akan menentukan nuklida atom
tersebut, sedangkan jumlah neutron relatif terhadap jumlah proton akan menentukan
stabilitas inti atom, dengan isotop unsur tertentu akan menjalankan peluruhan radioaktif.
[40]

Neutron dan proton adalah dua jenis fermion yang berbeda. Asas pengecualian


Pauli melarang adanya keberadaan fermion yang identik (seperti misalnya proton
berganda) menduduki suatu keadaan fisik kuantum yang sama pada waktu yang sama.
Oleh karena itu, setiap proton dalam inti atom harusnya menduduki keadaan kuantum
yang berbeda dengan aras energinya masing-masing. Asas Pauli ini juga berlaku untuk
neutron. Pelarangan ini tidak berlaku bagi proton dan neutron yang menduduki keadaan
kuantum yang sama.[41]
Untuk atom dengan nomor atom yang rendah, inti atom yang memiliki jumlah proton
lebih banyak daripada neutron berpotensi jatuh ke keadaan energi yang lebih rendah
melalui peluruhan radioaktif yang menyebabkan jumlah proton dan neutron seimbang.
Oleh karena itu, atom dengan jumlah proton dan neutron yang berimbang lebih stabil
dan cenderung tidak meluruh. Namun, dengan meningkatnya nomor atom, gaya tolak-
menolak antar proton membuat inti atom memerlukan proporsi neutron yang lebih tinggi
lagi untuk menjaga stabilitasnya. Pada inti yang paling berat, rasio neutron per proton
yang diperlukan untuk menjaga stabilitasnya akan meningkat menjadi 1,5.[41]

Gambaran proses fusi nuklir yang menghasilkan inti deuterium (terdiri dari satu proton dan satu neutron).
Satu positron (e+) dipancarkan bersamaan dengan neutrino elektron.

Jumlah proton dan neutron pada inti atom dapat diubah, walaupun hal ini memerlukan
energi yang sangat tinggi oleh karena gaya atraksinya yang kuat. Fusi nuklir terjadi
ketika banyak partikel atom bergabung membentuk inti yang lebih berat. Sebagai
contoh, pada inti Matahari, proton memerlukan energi sekitar 3–10 keV untuk
mengatasi gaya tolak-menolak antar sesamanya dan bergabung menjadi satu inti.[42] Fisi
nuklir merupakan kebalikan dari proses fusi. Pada fisi nuklir, inti dipecah menjadi dua
inti yang lebih kecil. Hal ini biasanya terjadi melalui peluruhan radioaktif. Inti atom juga
dapat diubah melalui penembakan partikel subatom berenergi tinggi. Apabila hal ini
mengubah jumlah proton dalam inti, atom tersebut akan berubah unsurnya.[43][44]
Jika massa inti setelah terjadinya reaksi fusi lebih kecil daripada jumlah massa partikel
awal penyusunnya, maka perbedaan ini disebabkan oleh pelepasan pancaran energi
(misalnya sinar gama), sebagaimana yang ditemukan pada rumus kesetaraan massa-
energi Einstein, E = mc2, dengan m adalah massa yang hilang dan c adalah kecepatan
cahaya. Defisit ini merupakan bagian dari energi pengikatan inti yang baru.[45]
Fusi dua inti yang menghasilkan inti yang lebih besar dengan nomor atom lebih rendah
daripada besi dan nikel (jumlah total nukleon sama dengan 60) biasanya
bersifat eksotermik, yang berarti bahwa proses ini melepaskan energi.[46] Adalah proses
pelepasan energi inilah yang membuat fusi nuklir pada bintang dapat dipertahankan.
Untuk inti yang lebih berat, energi pengikatan per nukleon dalam inti mulai menurun. Ini
berarti bahwa proses fusi akan bersifat endotermik.[41]
Awan elektron
Artikel utama: Orbital atom dan Konfigurasi elektron
Sumur potensial yang menunjukkan energi minimum V(x) yang diperlukan untuk mencapai tiap-tiap posisi x.
Suatu partikel dengan energi E dibatasi pada kisaran posisi antara x1 dan x2.

Elektron dalam suatu atom ditarik oleh proton dalam inti atom melalui gaya
elektromagnetik. Gaya ini mengikat elektron dalam sumur potensi elektrostatik di sekitar
inti. Hal ini berarti bahwa energi luar diperlukan agar elektron dapat lolos dari atom.
Semakin dekat suatu elektron dalam inti, semakin besar gaya atraksinya, sehingga
elektron yang berada dekat dengan pusat sumur potensi memerlukan energi yang lebih
besar untuk lolos.
Elektron, sama seperti partikel lainnya, memiliki sifat seperti partikel maupun seperti
gelombang (dualisme gelombang-partikel). Awan elektron adalah suatu daerah dalam
sumur potensi di mana tiap-tiap elektron menghasilkan sejenis gelombang diam (yaitu
gelombang yang tidak bergerak relatif terhadap inti) tiga dimensi. Perilaku ini ditentukan
oleh orbital atom, yakni suatu fungsi matematika yang menghitung probabilitas suatu
elektron akan muncul pada suatu lokasi tertentu ketika posisinya diukur.[47] Hanya akan
ada satu himpunan orbital tertentu yang berada di sekitar inti, karena pola-pola
gelombang lainnya akan dengan cepat meluruh menjadi bentuk yang lebih stabil.[48]

Fungsi gelombang dari lima orbital atom pertama. Tiga orbital 2p memperlihatkan satu biidang simpul.

Tiap-tiap orbital atom berkoresponden terhadap aras energi elektron tertentu. Elektron


dapat berubah keadaannya ke aras energi yang lebih tinggi dengan menyerap
sebuah foton. Selain dapat naik menuju aras energi yang lebih tinggi, suatu elektron
dapat pula turun ke keadaan energi yang lebih rendah dengan memancarkan energi
yang berlebih sebagai foton.[48]
Energi yang diperlukan untuk melepaskan ataupun menambah satu elektron (energi
pengikatan elektron) adalah lebih kecil daripada energi pengikatan nukleon. Sebagai
contohnya, hanya diperlukan 13,6 eV untuk melepaskan elektron dari atom hidrogen.
[49]
 Bandingkan dengan energi sebesar 2,3 MeV yang diperlukan untuk memecah
inti deuterium.[50] Atom bermuatan listrik netral oleh karena jumlah proton dan
elektronnya yang sama. Atom yang kekurangan ataupun kelebihan elektron disebut
sebagai ion. Elektron yang terletak paling luar dari inti dapat ditransfer ataupun dibagi
ke atom terdekat lainnya. Dengan cara inilah, atom dapat
saling berikatan membentuk molekul.[51]
Sifat-sifat
Sifat-sifat nuklir
Artikel utama: Isotop dan Isotop stabil
Berdasarkan definisi, dua atom dengan jumlah proton yang identik dalam intinya
termasuk ke dalam unsur kimia yang sama. Atom dengan jumlah proton sama namun
dengan jumlah neutron berbeda adalah dua isotop berbeda dari satu unsur yang sama.
Sebagai contohnya, semua hidrogen memiliki satu proton, namun terdapat satu isotop
hidrogen yang tidak memiliki neutron (hidrogen-1), satu isotop yang memiliki satu
neutron (deuterium), dua neutron (tritium), dll. Hidrogen-1 adalah bentuk isotop
hidrogen yang paling umum. Kadang-kadang ia disebut sebagai protium.[52] Semua
isotop unsur yang bernomor atom lebih besar daripada 82 bersifat radioaktif.[53][54]
Dari sekitar 339 nuklida yang terbentuk secara alami di Bumi, 269 di antaranya belum
pernah terpantau meluruh.[55] Pada unsur kimia, 80 dari unsur yang diketahui memiliki
satu atau lebih isotop stabil. Unsur 43, 63, dan semua unsur lebih tinggi dari 83 tidak
memiliki isotop stabil. Dua puluh tujuh unsur hanya memiliki satu isotop stabil,
manakala jumlah isotop stabil yang paling banyak terpantau pada unsur timah dengan
10 jenis isotop stabil.[56]
Massa
Artikel utama: Massa atom dan Bobot atom
Karena mayoritas massa atom berasal dari proton dan neutron, jumlah keseluruhan
partikel ini dalam atom disebut sebagai nomor massa. Massa atom pada keadaan diam
sering diekspresikan menggunakan satuan massa atom (u) yang juga disebut dalton
(Da). Satuan ini didefinisikan sebagai seperduabelas massa atom karbon-12 netral,
yang kira-kira sebesar 1,66 × 10−27 kg.[57] Hidrogen-1 yang merupakan isotop teringan
hidrogen memiliki bobot atom 1,007825 u.[58] Atom memiliki massa yang kira-kira sama
dengan nomor massanya dikalikan satuan massa atom.[59] Atom stabil yang paling berat
adalah timbal-208,[53] dengan massa sebesar 207,9766521 u.[60]
Para kimiawan biasanya menggunakan satuan mol untuk menyatakan jumlah atom.
Satu mol didefinisikan sebagai jumlah atom yang terdapat pada 12 gram persis karbon-
12. Jumlah ini adalah sekitar 6,022 × 1023, yang dikenal pula dengan nama tetapan
Avogadro. Dengan demikian suatu unsur dengan massa atom 1 u akan memiliki satu
mol atom yang bermassa 0,001 kg. Sebagai contohnya, Karbon memiliki massa atom
12 u, sehingga satu mol karbon atom memiliki massa 0,012 kg.[57]
Ukuran
Artikel utama: Jari-jari atom
Atom tidak memiliki batasan luar yang jelas, sehingga dimensi atom biasanya
dideskripsikan sebagai jarak antara dua inti atom ketika dua atom bergabung bersama
dalam ikatan kimia. Jari-jari ini bervariasi tergantung pada jenis atom, jenis ikatan yang
terlibat, jumlah atom di sekitarnya, dan spin atom.[61] Pada tabel periodik unsur-unsur,
jari-jari atom akan cenderung meningkat seiring dengan meningkatnya periode (atas ke
bawah). Sebaliknya jari-jari atom akan cenderung meningkat seiring dengan
menurunnya nomor golongan (kanan ke kiri).[62] Oleh karena itu, atom yang terkecil
adalah helium dengan jari-jari 32 pm, manakala yang terbesar adalah sesium dengan
jari-jari 225 pm.[63] Dimensi ini ribuan kali lebih kecil daripada gelombang cahaya (400–
700 nm), sehingga atom tidak dapat dilihat menggunakan mikroskop optik biasa.
Namun, atom dapat dipantau menggunakan mikroskop gaya atom.
Ukuran atom sangatlah kecil, sedemikian kecilnya lebar satu helai rambut dapat
menampung sekitar 1 juta atom karbon.[64] Satu tetes air pula mengandung sekitar 2 ×
1021 atom oksigen.[65] Intan satu karat dengan massa 2 × 10-4 kg mengandung sekitar
1022 atom karbon.[catatan 2] Jika sebuah apel diperbesar sampai seukuran besarnya Bumi,
maka atom dalam apel tersebut akan terlihat sebesar ukuran apel awal tersebut.[66]
Peluruhan radioaktif
Artikel utama: Peluruhan radioaktif

Diagram ini menunjukkan waktu paruh (T½) beberapa isotop dengan jumlah proton Z dan jumlah proton N
(dalam satuan detik).

Setiap unsur mempunyai satu atau lebih isotop berinti tak stabil yang akan mengalami
peluruhan radioaktif, menyebabkan inti melepaskan partikel ataupun radiasi
elektromagnetik. Radioaktivitas dapat terjadi ketika jari-jari inti sangat besar
dibandingkan dengan jari-jari gaya kuat (hanya bekerja pada jarak sekitar 1 fm).[67]
Bentuk-bentuk peluruhan radioaktif yang paling umum adalah:[68][69]

 Peluruhan alfa, terjadi ketika suatu inti memancarkan partikel alfa (inti helium
yang terdiri dari dua proton dan dua neutron). Hasil peluruhan ini adalah
unsur baru dengan nomor atom yang lebih kecil.
 Peluruhan beta, diatur oleh gaya lemah, dan dihasilkan oleh transformasi
neutron menjadi proton, ataupun proton menjadi neutron. Transformasi
neutron menjadi proton akan diikuti oleh emisi satu elektron dan
satu antineutrino, manakala transformasi proton menjadi neutron diikuti oleh
emisi satu positron dan satu neutrino. Emisi elektron ataupun emisi positron
disebut sebagai partikel beta. Peluruhan beta dapat meningkatkan maupun
menurunkan nomor atom inti sebesar satu.
 Peluruhan gama, dihasilkan oleh perubahan pada aras energi inti ke keadaan
yang lebih rendah, menyebabkan emisi radiasi elektromagnetik. Hal ini dapat
terjadi setelah emisi partikel alfa ataupun beta dari peluruhan radioaktif.
Jenis-jenis peluruhan radioaktif lainnya yang lebih jarang meliputi pelepasan neutron
dan proton dari inti, emisi lebih dari satu partikel beta, ataupun peluruhan yang
mengakibatkan produksi elektron berkecepatan tinggi yang bukan sinar beta, dan
produksi foton berenergi tinggi yang bukan sinar gama
Tiap-tiap isotop radioaktif mempunyai karakteristik periode waktu peluruhan (waktu
paruh) yang merupakan lamanya waktu yang diperlukan oleh setengah jumlah sampel
untuk meluruh habis. Proses peluruhan bersifat eksponensial, sehingga setelah dua
waktu paruh, hanya akan tersisa 25% isotop.[67]
Momen magnetik
Artikel utama: Momen dipol magnetik elektron dan Momen magnetik nuklir
Setiap partikel elementer mempunyai sifat mekanika kuantum intrinsik yang dikenal
dengan nama spin. Spin beranalogi dengan momentum sudut suatu objek yang
berputar pada pusat massanya, walaupun secara kaku partikel tidaklah berperilaku
seperti ini. Spin diukur dalam satuan tetapan Planck tereduksi (ħ), dengan elektron,
proton, dan neutron semuanya memiliki spin ½ ħ, atau "spin-½". Dalam atom, elektron
yang bergerak di sekitar inti atom selain memiliki spin juga memiliki momentum sudut
orbital, manakala inti atom memiliki momentum sudut pula oleh karena spin nuklirnya
sendiri.[70]
Medan magnet yang dihasilkan oleh suatu atom (disebut momen magnetik) ditentukan
oleh kombinasi berbagai macam momentum sudut ini. Namun, kontribusi yang terbesar
tetap berasal dari spin. Oleh karena elektron mematuhi asas pengecualian Pauli, yakni
tiada dua elektron yang dapat ditemukan pada keadaan kuantum yang sama, pasangan
elektron yang terikat satu sama lainnya memiliki spin yang berlawanan, dengan satu
berspin naik, dan yang satunya lagi berspin turun. Kedua spin yang berlawanan ini akan
saling menetralkan, sehingga momen dipol magnetik totalnya menjadi nol pada
beberapa atom berjumlah elektron genap.[71]
Pada atom berelektron ganjil seperti besi, adanya keberadaan elektron yang tak
berpasangan menyebabkan atom tersebut bersifat feromagnetik. Orbital-orbital atom di
sekeliling atom tersebut saling bertumpang tindih dan penurunan keadaan energi
dicapai ketika spin elektron yang tak berpasangan tersusun saling berjajar. Proses ini
disebut sebagai interaksi pertukaran. Ketika momen magnetik atom feromagnetik
tersusun berjajaran, bahan yang tersusun oleh atom ini dapat menghasilkan medan
makroskopis yang dapat dideteksi. Bahan-bahan yang bersifat paramagnetik memiliki
atom dengan momen magnetik yang tersusun acak, sehingga tiada medan magnet
yang dihasilkan. Namun, momen magnetik tiap-tiap atom individu tersebut akan
tersusun berjajar ketika diberikan medan magnet.[71][72]
Inti atom juga dapat memiliki spin. Biasanya spin inti tersusun secara acak oleh
karena kesetimbangan termal. Namun, untuk unsur-unsur tertentu (seperti xenon-129),
adalah mungkin untuk memolarisasi keadaan spin nuklir secara signifikan sehingga
spin-spin tersebut tersusun berjajar dengan arah yang sama. Kondisi ini disebut
sebagai hiperpolarisasi. Fenomena ini memiliki aplikasi yang penting dalam pencitraan
resonansi magnetik.[73][74]
Aras-aras energi
Artikel utama: Aras energi dan Garis spektrum atom
Ketika suatu elektron terikat pada sebuah atom, ia memiliki energi potensial yang
berbanding terbalik terhadap jarak elektron terhadap inti. Hal ini diukur oleh besarnya
energi yang diperlukan untuk melepaskan elektron dari atom dan biasanya
diekspresikan dengan satuan elektronvolt (eV). Dalam model mekanika kuantum,
elektron-elektron yang terikat hanya dapat menduduki satu set keadaan yang berpusat
pada inti, dan tiap-tiap keadaan berkorespondensi terhadap aras energi tertentu.
Keadaan energi terendah suatu elektron yang terikat disebut sebagai keadaan dasar,
manakala keadaan energi yang lebih tinggi disebut sebagai keadaan tereksitasi.[75]
Agar suatu elektron dapat meloncat dari satu keadaan ke keadaan lainnya, ia haruslah
menyerap ataupun memancarkan foton pada energi yang sesuai dengan perbedaan
energi potensial antar dua aras tersebut. Energi foton yang dipancarkan adalah
sebanding dengan frekuensinya.[76] Tiap-tiap unsur memiliki spektrum karakteristiknya
masing-masing. Hal ini bergantung pada muatan inti, subkelopak yang terisi dengan
elektron, interaksi elektromagnetik antar elektron, dan faktor-faktor lainnya.[77]

Contoh garis absorpsi spektrum.

Ketika suatu spektrum energi yang berkelanjutan dipancarkan melalui suatu gas
ataupun plasma, beberapa foton diserap oleh atom, menyebabkan elektron berpindah
aras energi. Elektron yang tereksitasi akan secara spontan memancarkan energi ini
sebagai foton dan jatuh kembali ke aras energi yang lebih rendah. Oleh karena itu,
atom berperilaku seperti bahan penyaring yang akan membentuk sederetan pita
absorpsi. Pengukuran spektroskopi terhadap kekuatan dan lebar pita
spektrum mengizinkan penentuan komposisi dan sifat-sifat fisika suatu zat.[78]
Pemantauan cermat pada garis-garis spektrum menunjukkan bahwa beberapa
memperlihatkan adanya pemisahan halus. Hal ini terjadi karena kopling spin-orbit yang
merupakan interaksi antara spin dengan gerak elektron terluar.[79] Ketika suatu atom
berada dalam medan magnet eksternal, garis-garis spektrum terpisah menjadi tiga atau
lebih komponen. Hal ini disebut sebagai efek Zeeman. Efek Zeeman disebabkan oleh
interaksi medan magnet dengan momen magnetik atom dan elektronnya. Beberapa
atom dapat memiliki banyak konfigurasi elektron dengan aras energi yang sama,
sehingga akan tampak sebagai satu garis spektrum. Interaksi medan magnet dengan
atom akan menggeser konfigurasi-konfigurasi elektron menuju aras energi yang sedikit
berbeda, menyebabkan garis spektrum berganda.[80] Keberadaan medan listrik eksternal
dapat menyebabkan pemisahan dan pergeseran garis spektrum dengan mengubah
aras energi elektron. Fenomena ini disebut sebagai efek Stark.[81]
Valensi dan perilaku ikatan
Artikel utama: Valensi (kimia) dan Ikatan kimia
Kelopak atau kulit elektron terluar suatu atom dalam keadaan yang tak terkombinasi
disebut sebagai kelopak valensi dan elektron dalam kelopak tersebut disebut elektron
valensi. Jumlah elektron valensi menentukan perilaku ikatan atom tersebut dengan
atom lainnya. Atom cenderung bereaksi dengan satu sama lainnya melalui pengisian
(ataupun pengosongan) elektron valensi terluar atom.[82] Ikatan kimia dapat dilihat
sebagai transfer elektron dari satu atom ke atom lainnya, seperti yang terpantau
pada natrium klorida dan garam-garam ionik lainnya. Namun, banyak pula unsur yang
menunjukkan perilaku valensi berganda, atau kecenderungan membagi elektron
dengan jumlah yang berbeda pada senyawa yang berbeda. Sehingga, ikatan
kimia antara unsur-unsur ini cenderung berupa pembagian elektron daripada transfer
elektron. Contohnya meliputi unsur karbon dalam senyawa organik.[83]
Unsur-unsur kimia sering ditampilkan dalam tabel periodik yang menampilkan sifat-sifat
kimia suatu unsur yang berpola. Unsur-unsur dengan jumlah elektron valensi yang
sama dikelompokkan secara vertikel (disebut golongan). Unsur-unsur pada bagian
terkanan tabel memiliki kelopak terluarnya terisi penuh, menyebabkan unsur-unsur
tersebut cenderung bersifat inert (gas mulia).[84][85]
Keadaan
Artikel utama: Keadaan materi dan Fase benda

Gambaran pembentukan kondensat Bose-Einstein.

Sejumlah atom ditemukan dalam keadaan materi yang berbeda-beda tergantung pada
kondisi fisik benda, yakni suhu dan tekanan. Dengan mengubah kondisi tersebut, materi
dapat berubah-ubah menjadi bentuk padat, cair, gas, dan plasma.[86] Dalam tiap-tiap
keadaan tersebut pula materi dapat memiliki berbagai fase. Sebagai contohnya pada
karbon padat, ia dapat berupa grafit maupun intan.[87]
Pada suhu mendekati nol mutlak, atom dapat membentuk kondensat Bose-Einstein, di
mana efek-efek mekanika kuantum yang biasanya hanya terpantau pada skala atom
terpantau secara makroskopis.[88][89] Kumpulan atom-atom yang dilewat-dinginkan ini
berperilaku seperti satu atom super.[90]

Identifikasi

Citra mikroskop penerowongan payaran yang menunjukkan atom-atom individu pada permukaan emas (100).

Mikroskop penerowongan payaran (scanning tunneling microscope) adalah suatu


mikroskop yang digunakan untuk melihat permukaan suatu benda pada tingkat atom.
Alat ini menggunakan fenomena penerowongan kuantum yang mengizinkan partikel-
partikel menembus sawar yang biasanya tidak dapat dilewati.
Sebuah atom dapat diionisasi dengan melepaskan satu elektronnya. Muatan yang
ada menyebabkan trayektori atom melengkung ketika ia melalui sebuah medan
magnet. Jari-jari trayektori ion tersebut ditentukan oleh massa atom. Spektrometer
massa menggunakan prinsip ini untuk menghitung rasio massa terhadap muatan ion.
Apabila sampel tersebut mengandung sejumlah isotop, spektrometer massa dapat
menentukan proporsi tiap-tiap isotop dengan mengukur intensitas berkas ion yang
berbeda. Teknik untuk menguapkan atom meliputi plasma gandeng induktif-
spektroskopi emisi atom (inductively coupled plasma-atomic emission spectroscopy,
ICP-AES) dan plasma gandeng induktif-spektrometri massa (inductively coupled
plasma-mass spectrometry, ICP-MS), keduanya menggunakan plasma untuk
menguapkan sampel analisis.[91]
Metode lainnya yang lebih selektif adalah spektroskopi pelepasan energi
elektron (electron energy loss spectroscopy), yang mengukur pelepasan energi berkas
elektron dalam suatu mikroskop elektron transmisi ketika ia berinteraksi dengan
sampel. Tomografi kuar atom memiliki resolusi sub-nanometer dalam 3-D dan dapat
secara kimiawi mengidentifikasi atom-atom individu menggunakan spektrometri massa
waktu lintas.[92]
Spektrum keadaan tereksitasi dapat digunakan untuk menganalisis komposisi
atom bintang yang jauh. Panjang gelombang cahaya tertentu yang dipancarkan oleh
bintang dapat dipisahkan dan dicocokkan dengan transisi terkuantisasi atom gas bebas.
Warna bintang kemudian dapat direplikasi menggunakan lampu lucutan gas yang
mengandung unsur yang sama.[93] Helium pada Matahari ditemukan dengan
menggunakan cara ini 23 tahun sebelum ia ditemukan di Bumi.[94]

Asal usul dan kondisi sekarang


Atom menduduki sekitar 4% densitas energi total yang ada dalam alam
semesta terpantau, dengan densitas rata-rata sekitar 0,25 atom/m3.[95] Dalam
galaksi Bima Sakti, atom memiliki konsentrasi yang lebih tinggi, dengan densitas materi
dalam medium antarbintang berkisar antara 105 sampai dengan 109 atom/m3.[96] Matahari
sendiri dipercayai berada dalam Gelembung Lokal, yaitu suatu daerah yang
mengandung banyak gas ion, sehingga densitas di sekelilingnya adalah sekitar
103 atom/m3.[97] Bintang membentuk awan-awan padat dalam medium antarbintang, dan
proses evolusioner bintang akan menyebabkan peningkatan kandungan unsur yang
lebih berat daripada hidrogen dan helium dalam medium antarbintang. Sampai dengan
95% atom Bima Sakti terkonsentrasi dalam bintang-bintang, dan massa total atom ini
membentuk sekitar 10% massa galaksi.[98] Massa sisanya adalah materi gelap yang
tidak diketahui dengan jelas.[99]
Nukleosintesis
Artikel utama: Nukleosintesis
Proton dan elektron yang stabil muncul satu detik setelah kejadian Dentuman Besar.
Dalam masa waktu tiga menit sesudahnya, nukleosintesis Dentuman
Besar kebanyakan menghasilkan helium, litium, dan deuterium, dan mungkin juga
beberapa berilium dan boron.[100][101][102] Atom pertama (dengan elektron yang terikat
dengannya) secara teoretis tercipta 380.000 tahun sesudah Dentuman Besar, yaitu
ketika alam semesta yang mengembang cukup dingin untuk mengizinkan elektron-
elektron terikat pada inti atom.[103] Sejak saat itulah, inti atom mulai bergabung
dalam bintang-bintang melalui proses fusi nuklir dan menghasilkan unsur-unsur yang
lebih berat sampai dengan besi.[104]
Isotop seperti litium-6 dihasilkan di ruang angkasa melalui spalasi sinar kosmis.[105] Hal
ini terjadi ketika sebuah proton berenergi tinggi menumbuk inti atom, menyebabkan
sejumlah besar nukleon berhamburan. Unsur yang lebih berat daripada besi dihasilkan
di supernova melalui proses r dan di bintang-bintang AGB melalui proses s. Kedua-
duanya melibatkan penangkapan neutron oleh inti atom.[106] Unsur-unsur
seperti timbal kebanyakan dibentuk melalui peluruhan radioaktif unsur-unsur lain yang
lebih berat.[107]
Bumi
Kebanyakan atom yang menyusun Bumi dan termasuk pula seluruh makhluk hidupnya
pernah berada dalam bentuk yang sekarang di nebula yang runtuh dari awan
molekul dan membentuk Tata Surya. Sisanya merupakan akibat dari peluruhan
radioaktif dan proporsinya dapat digunakan untuk menentukan usia
Bumi melalui penanggalan radiometrik.[108][109] Kebanyakan helium dalam kerak Bumi
merupakan produk peluruhan alfa.[110]
Terdapat sekelumit atom di Bumi yang pada awal pembentukannya tidak ada dan juga
bukan merupakan akibat dari peluruhan radioaktif. Karbon-14 secara
berkesinambungan dihasilkan oleh sinar kosmik di atmosfer.[111] Beberapa atom di Bumi
secara buatan dihasilkan oleh reaktor ataupun senjata nuklir.[112][113] Dari semua Unsur-
unsur transuranium yang bernomor atom lebih besar daripada 92,
hanya plutonium dan neptunium sajalah yang terdapat di Bumi secara alami.[114]
[115]
 Unsur-unsur transuranium memiliki waktu paruh radioaktif yang lebih pendek
daripada umur Bumi,[116] sehingga unsur-unsur ini telah lama meluruh. Pengecualian
terdapat pada plutonium-244 yang kemungkinan tersimpan dalam debu kosmik.
[108]
 Kandungan alami plutonium dan neptunium dihasilkan dari penangkapan neutron
dalam bijih uranium.[117]
Bumi mengandung sekitar 1,33 × 1050atom.[118] Pada atmosfer planet, terdapat sejumlah
kecil atom gas mulia seperti argon dan neon. Sisa 99% atom pada atmosfer bumi
terikat dalam bentuk molekul, misalnya karbon dioksida, oksigen diatomik,
dan nitrogen diatomik. Pada permukaan Bumi, atom-atom saling berikatan membentuk
berbagai macam senyawa, meliputi air, garam, silikat, dan oksida. Atom juga dapat
bergabung membentuk bahan-bahan yang tidak terdiri dari molekul,
contohnya kristal dan logam padat ataupun cair.[119][120]
Bentuk teoretis dan bentuk langka

Pencitraan 3-Dimensi keberadaan "Pulau stabilitas" di bagian paling kanan

Manakala isotop dengan nomor atom yang lebih tinggi daripada timbal (62) bersifat
radioaktif, terdapat suatu "pulau stabilitas" yang diajukan untuk beberapa unsur dengan
nomor atom di atas 103. Unsur-unsur super berat ini kemungkinan memiliki inti yang
secara relatif stabil terhadap peluruhan radioaktif.[121] Atom super berat yang stabil ini
kemungkinan besar adalah unbiheksium, dengan 126 proton 184 neutron.[122]
Tiap-tiap partikel materi memiliki partikel antimaterinya masing-masing dengan muatan
listrik yang berlawanan. Sehingga, positron adalah antielektron yang bermuatan positif,
dan antiproton adalah proton yang bermuatan negatif, Ketika materi dan antimateri
bertemu, keduanya akan saling memusnahkan. Terdapat ketidakseimbangan antara
jumlah partikel materi dan antimateri. Ketidakseimbangan ini masih belum dipahami
secara menyeluruh, walaupun terdapat teori bariogenesis yang memberikan penjelasan
yang memungkinkan. Antimateri tidak pernah ditemukan secara alami.[123][124] Namun,
pada tahun 1996, antihidrogen berhasil disintesis di laboratorium CERN di Jenewa.[125][126]
Terdapat pula atom-atom langka lainnya yang dibuat dengan menggantikan satu
proton, neutron, ataupun elektron dengan partikel lain yang bermuatan sama. Sebagai
contoh, elektron dapat digantikan dengan muon yang lebih berat, membentuk atom
muon. Jenis atom ini dapat digunakan untuk menguji prediksi fisika.[127][128][129]

Lihat pula
Portal Kimia

 Massa atom relatif


 Molekul
 Unsur
 Elektron
 Proton
 Neutron
 Inti atom

Catatan
1. ^ Kebanyakan isotop mempunyai jumlah nukleon lebih banyak dari jumlah elektron. Dalam
kasus hydrogen-1, yang mempunyai satu elektron and satu nukleon, protonnya , atau
99,95% dari total massa atom.
2. ^ Satu karat sama dengan 200 miligram. Berdasarkan definisi, karbon-12 memiliki 0,012 kg
per mol. Tetapan Avogadro sekitar 6 × 1023 atom per mol.

Referensi
1. ^ Lompat ke:a b Haubold, Hans (1998). "Microcosmos: From Leucippus to Yukawa". Structure
of the Universe. Common Sense Science. Diarsipkan dari  versi asli  tanggal 2008-10-01.
Diakses tanggal  2008-01-17.
2. ^ Staff (2007-08-01). "Radioactive Decays". Stanford Linear Accelerator Center, Stanford
University. Diakses tanggal  2007-01-02.
3. ^ Lompat ke:a b Ponomarev (1993:14-15).
4. ^ Lompat ke:a b (Inggris)A. Pablo Iannone.  Dictionary of World Philosophy. hlm. 62.  ISBN  0-
415-17995-5. Diakses tanggal  2010-06-09.
5. ^ (Inggris)Hajime Nakamura (1992).  A comparative history of ideas. Shri Jainendra Press.
hlm. 145.  ISBN  81-208-1004-x Periksa nilai: invalid character  |isbn=  (bantuan). Diakses
tanggal 2010-06-09.
6. ^ (Inggris)Ben-Ami Scharfstein (1998). A comparative history of world philosophy: from the
Upanishads to Kant. State University of New York Press. hlm. 189.  ISBN  0-7914-3683-7.
Diakses tanggal  2010-06-09.
7. ^ Siegfried (2002:42–55).
8. ^ "Lavoisier's Elements of Chemistry".  Elements and Atoms. Le Moyne College, Department
of Chemistry. Diakses tanggal  2007-12-18.
9. ^ "Periodic Table Database | Chemogenesis". www.meta-synthesis.com. Diakses
tanggal 2019-03-25.
10. ^ Wurtz (1881:1–2).
11. ^ Dalton (1808).
12. ^ Einstein, Albert (1905). "Über die von der molekularkinetischen Theorie der Wärme
geforderte Bewegung von in ruhenden Flüssigkeiten suspendierten Teilchen"  (PDF).  Annalen
der Physik (dalam bahasa German). 322 (8): 549–560. doi:10.1002/andp.19053220806.
Diarsipkan dari versi asli  (PDF) tanggal 2006-03-18. Diakses tanggal  2007-02-04.
13. ^ Mazo (2002:1–7).
14. ^ Lee, Y. K. (1995).  "Brownian Motion". Imperial College, London. Diarsipkan dari  versi
asli tanggal 2007-12-18. Diakses tanggal  2007-12-18.
15. ^ Patterson, Gary (2007).  "Jean Perrin and the triumph of the atomic
doctrine". Endeavour.  31  (2): 50–53.  doi:10.1016/j.endeavour.2007.05.003. Diakses
tanggal 2008-11-07.
16. ^ The Nobel Foundation (1906). "J.J. Thomson". Nobelprize.org. Diakses tanggal 2007-12-
20.
17. ^ "Frederick Soddy, The Nobel Prize in Chemistry 1921". Nobel Foundation. Diakses
tanggal 2008-01-18.
18. ^ Thomson, Joseph John (1913).  "Rays of positive electricity". Proceedings of the Royal
Society.  A 89: 1–20. Diakses tanggal  2007-01-18.
19. ^ Stern, David P. (May 16, 2005).  "The Atomic Nucleus and Bohr's Early Model of the Atom".
NASA Goddard Space Flight Center. Diakses tanggal 2007-12-20.
20. ^ Bohr, Niels (December 11, 1922). "Niels Bohr, The Nobel Prize in Physics 1922, Nobel
Lecture". The Nobel Foundation. Diakses tanggal  2008-02-16.
21. ^ Lewis, Gilbert N. (1916). "The Atom and the Molecule". Journal of the American Chemical
Society.  38  (4): 762–786.  doi:10.1021/ja02261a002.
22. ^ Scerri, Eric R. (2007). The Periodic Table. Oxford University Press US. hlm.  205–
226.  ISBN  0195305736.
23. ^ Scully, Marlan O. (1987). "On the theory of the Stern-Gerlach apparatus".  Foundations of
Physics. 17 (6): 575–583. doi:10.1007/BF01882788.
24. ^ Brown, Kevin (2007).  "The Hydrogen Atom". MathPages. Diakses tanggal  2007-12-21.
25. ^ Harrison, David M. (2000).  "The Development of Quantum Mechanics". University of
Toronto. Diakses tanggal  2007-12-21.
26. ^ Aston, Francis W. (1920). "The constitution of atmospheric neon". Philosophical
Magazine. 39 (6): 449–55.
27. ^ Chadwick, James (December 12, 1935).  "Nobel Lecture: The Neutron and Its Properties".
Nobel Foundation. Diakses tanggal 2007-12-21.
28. ^ Kullander, Sven (August 28, 2001).  "Accelerators and Nobel Laureates". The Nobel
Foundation. Diakses tanggal  2008-01-31.
29. ^ Staff (October 17, 1990).  "The Nobel Prize in Physics 1990". The Nobel Foundation.
Diakses tanggal  2008-01-31.
30. ^ Staff (October 15, 1997).  "The Nobel Prize in Physics 1997". Nobel Foundation. Diakses
tanggal 2008-02-10.
31. ^ Park, Jiwoong; et al. (2002).  "Coulomb blockade and the Kondo effect in single-atom
transistors". Nature. 417 (6890): 722–25.  doi:10.1038/nature00791. Diakses tanggal 2008-
01-03.
32. ^ Domokos, P. (1994). "Single-atom interference method for generating Fock
states".  Physical Review a. 50: 3340–44. doi:10.1103/PhysRevA.50.3340. Diakses
tanggal 2008-01-03.
33. ^ Demtröder (2002:39–42).
34. ^ Woan (2000:8).
35. ^ Particle Data Group (2002).  "The Particle Adventure". Lawrence Berkeley Laboratory.
Diakses tanggal  2007-01-03.
36. ^ Schombert, James (April 18, 2006). "Elementary Particles". University of Oregon. Diakses
tanggal 2007-01-03.
37. ^ (Inggris)Basic Knowledge of Radiation and Radioisotopes (Scientific Basis, Safe Handling
of Radioisotopes and Radiation Protection). Japan Radioisotope Association. 2005. ISBN 4-
89073-170-9  C2040.
38. ^ Jevremovic (2005:63).
39. ^ Pfeffer (2000:330–336).
40. ^ Wenner, Jennifer M. (October 10, 2007).  "How Does Radioactive Decay Work?". Carleton
College. Diakses tanggal  2008-01-09.
41. ^ Lompat ke:a b c Raymond, David (April 7, 2006).  "Nuclear Binding Energies". New Mexico
Tech. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2002-12-01. Diakses tanggal  2007-01-03.
42. ^ Mihos, Chris (July 23, 2002). "Overcoming the Coulomb Barrier". Case Western Reserve
University. Diakses tanggal  2008-02-13.
43. ^ Staff (March 30, 2007).  "ABC's of Nuclear Science". Lawrence Berkeley National
Laboratory. Diakses tanggal  2007-01-03.
44. ^ Makhijani, Arjun (March 2, 2001). "Basics of Nuclear Physics and Fission". Institute for
Energy and Environmental Research. Diakses tanggal 2007-01-03.
45. ^ Shultis et al. (2002:72–6).
46. ^ Fewell, M. P. (1995). "The atomic nuclide with the highest mean binding energy". American
Journal of Physics. 63 (7): 653–58. doi:10.1119/1.17828. Diakses tanggal  2007-02-01.
47. ^ Mulliken, Robert S. (1967). "Spectroscopy, Molecular Orbitals, and Chemical
Bonding".  Science.  157  (3784): 13–24. doi:10.1126/science.157.3784.13. PMID 5338306.
48. ^ Lompat ke:a b Brucat, Philip J. (2008).  "The Quantum Atom". University of Florida.
Diarsipkan dari versi asli tanggal 2006-12-07. Diakses tanggal  2007-01-04.
49. ^ Herter, Terry (2006).  "Lecture 8: The Hydrogen Atom". Cornell University. Diakses
tanggal 2008-02-14.
50. ^ Bell, R. E. (1950). "Gamma-Rays from the Reaction H1(n,γ)D2  and the Binding Energy of the
Deuteron".  Physical Review. 79 (2): 282–285. doi:10.1103/PhysRev.79.282.
51. ^ Smirnov (2003:249–72).
52. ^ Matis, Howard S. (August 9, 2000). "The Isotopes of Hydrogen". Guide to the Nuclear Wall
Chart. Lawrence Berkeley National Lab. Diakses tanggal 2007-12-21.
53. ^ Lompat ke:a b Sills (2003:131–134).
54. ^ Dumé, Belle (April 23, 2003).  "Bismuth breaks half-life record for alpha decay". Physics
World. Diakses tanggal  2007-12-21.
55. ^ Lindsay, Don (July 30, 2000).  "Radioactives Missing From The Earth". Don Lindsay
Archive. Diakses tanggal 2007-05-23.
56. ^ CRC Handbook (2002).
57. ^ Lompat ke:a b Mills et al. (1993).
58. ^ Chieh, Chung (January 22, 2001). "Nuclide Stability". University of Waterloo. Diarsipkan
dari versi asli tanggal 2007-08-30. Diakses tanggal  2007-01-04.
59. ^ "Atomic Weights and Isotopic Compositions for All Elements". National Institute of
Standards and Technology. Diakses tanggal 2007-01-04.
60. ^ Audi, G. (2003).  "The Ame2003 atomic mass evaluation (II)".  Nuclear Physics A.  729: 337–
676.  doi:10.1016/j.nuclphysa.2003.11.003. Diakses tanggal  2008-02-07.
61. ^ Shannon, R. D. (1976).  "Revised effective ionic radii and systematic studies of interatomic
distances in halides and chalcogenides".  Acta Crystallographica, Section a. 32:
751.  doi:10.1107/S0567739476001551. Diakses tanggal 2007-01-03.
62. ^ Dong, Judy (1998).  "Diameter of an Atom". The Physics Factbook. Diarsipkan dari versi
asli tanggal 2007-11-04. Diakses tanggal  2007-11-19.
63. ^ Zumdahl (2002).
64. ^ Staff (2007).  "Small Miracles: Harnessing nanotechnology". Oregon State University.
Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-12-04. Diakses tanggal  2007-01-07.—describes the
width of a human hair as 105 nm and 10 carbon atoms as spanning 1 nm.
65. ^ Padilla et al. (2002:32)—"There are 2,000,000,000,000,000,000,000 (that's 2 sextillion)
atoms of oxygen in one drop of water—and twice as many atoms of hydrogen."
66. ^ Feynman (1995).
67. ^ Lompat ke:a b "Radioactivity". Splung.com. Diakses tanggal  2007-12-19.
68. ^ L'Annunziata (2003:3–56).
69. ^ Firestone, Richard B. (May 22, 2000). "Radioactive Decay Modes". Berkeley Laboratory.
Diarsipkan dari versi asli tanggal 2006-09-29. Diakses tanggal  2007-01-07.
70. ^ Hornak, J. P. (2006). "Chapter 3: Spin Physics".  The Basics of NMR. Rochester Institute of
Technology. Diakses tanggal  2007-01-07.
71. ^ Lompat ke:a b Schroeder, Paul A. (February 25, 2000). "Magnetic Properties". University of
Georgia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-04-29. Diakses tanggal  2007-01-07.
72. ^ Goebel, Greg (September 1, 2007).  "[4.3] Magnetic Properties of the Atom".  Elementary
Quantum Physics. In The Public Domain website. Diakses tanggal  2007-01-07.
73. ^ Yarris, Lynn (Spring 1997). "Talking Pictures".  Berkeley Lab Research Review. Diakses
tanggal 2008-01-09.
74. ^ Liang and Haacke (1999:412–26).
75. ^ Zeghbroeck, Bart J. Van (1998).  "Energy levels". Shippensburg University. Diarsipkan
dari versi asli tanggal 2005-01-15. Diakses tanggal  2007-12-23.
76. ^ Fowles (1989:227–233).
77. ^ Martin, W. C. (2007).  "Atomic Spectroscopy: A Compendium of Basic Ideas, Notation, Data,
and Formulas". National Institute of Standards and Technology. Diakses tanggal 2007-01-08.
78. ^ "Atomic Emission Spectra — Origin of Spectral Lines". Avogadro Web Site. Diarsipkan
dari versi asli tanggal 2006-02-28. Diakses tanggal  2006-08-10.
79. ^ Fitzpatrick, Richard (February 16, 2007). "Fine structure". University of Texas at Austin.
Diakses tanggal  2008-02-14.
80. ^ Weiss, Michael (2001). "The Zeeman Effect". University of California-Riverside. Diakses
tanggal 2008-02-06.
81. ^ Beyer (2003:232–236).
82. ^ Reusch, William (July 16, 2007). "Virtual Textbook of Organic Chemistry". Michigan State
University. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-10-29. Diakses tanggal  2008-01-11.
83. ^ "Covalent bonding - Single bonds". chemguide. 2000.
84. ^ Husted, Robert; et al. (December 11, 2003). "Periodic Table of the Elements". Los Alamos
National Laboratory. Diakses tanggal  2008-01-11.
85. ^ Baum, Rudy (2003). "It's Elemental: The Periodic Table". Chemical & Engineering News.
Diakses tanggal  2008-01-11.
86. ^ Goodstein (2002:436–438).
87. ^ Brazhkin, Vadim V. (2006). "Metastable phases, phase transformations, and phase
diagrams in physics and chemistry". Physics-Uspekhi. 49: 719–
24.  doi:10.1070/PU2006v049n07ABEH006013.
88. ^ Myers (2003:85).
89. ^ Staff (October 9, 2001).  "Bose-Einstein Condensate: A New Form of Matter". National
Institute of Standards and Technology. Diarsipkan dari  versi asli  tanggal 2008-01-03.
Diakses tanggal  2008-01-16.
90. ^ Colton, Imogen (February 3, 1999).  "Super Atoms from Bose-Einstein Condensation". The
University of Melbourne. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-08-29. Diakses
tanggal 2008-02-06.
91. ^ Jakubowski, N. (1998). "Sector field mass spectrometers in ICP-MS".  Spectrochimica Acta
Part B: Atomic Spectroscopy. 53 (13): 1739–63.  doi:10.1016/S0584-8547(98)00222-5.
92. ^ Müller, Erwin W.;  Panitz, John A.;  McLane, S. Brooks  (1968). "The Atom-Probe Field Ion
Microscope".  Review of Scientific Instruments. 39 (1): 83–
86.  doi:10.1063/1.1683116. ISSN 0034-6748.
93. ^ Lochner, Jim (April 30, 2007). "What Do Spectra Tell Us?". NASA/Goddard Space Flight
Center. Diakses tanggal  2008-01-03.
94. ^ Winter, Mark (2007).  "Helium". WebElements. Diakses tanggal 2008-01-03.
95. ^ Hinshaw, Gary (February 10, 2006). "What is the Universe Made Of?". NASA/WMAP.
Diakses tanggal  2008-01-07.
96. ^ Choppin et al. (2001).
97. ^ Davidsen, Arthur F. (1993).  "Far-Ultraviolet Astronomy on the Astro-1 Space Shuttle
Mission". Science. 259 (5093): 327–
34.  doi:10.1126/science.259.5093.327.  PMID  17832344. Diakses tanggal  2008-01-07.
98. ^ Lequeux (2005:4).
99. ^ Smith, Nigel (January 6, 2000). "The search for dark matter". Physics World. Diakses
tanggal 2008-02-14.
100. ^ Croswell, Ken (1991). "Boron, bumps and the Big Bang: Was matter spread evenly
when the Universe began? Perhaps not; the clues lie in the creation of the lighter elements
such as boron and beryllium". New Scientist (1794): 42. Diarsipkan dari versi asli tanggal
2008-02-07. Diakses tanggal  2008-01-14.
101. ^ Copi, Craig J. (1995).  "Big-Bang Nucleosynthesis and the Baryon Density of the
Universe"  (PDF).  Science.  267: 192–99. doi:10.1126/science.7809624.  PMID  7809624.
Diakses tanggal  2008-01-13.
102. ^ Hinshaw, Gary (December 15, 2005). "Tests of the Big Bang: The Light Elements".
NASA/WMAP. Diakses tanggal 2008-01-13.
103. ^ Abbott, Brian (May 30, 2007).  "Microwave (WMAP) All-Sky Survey". Hayden
Planetarium. Diakses tanggal 2008-01-13.
104. ^ F. Hoyle (1946).  "The synthesis of the elements from hydrogen".  Monthly Notices
of the Royal Astronomical Society.  106: 343–83. Diakses tanggal 2008-01-13.
105. ^ Knauth, D. C. (2000). "Newly synthesized lithium in the interstellar
medium".  Nature.  405: 656–58. doi:10.1038/35015028.
106. ^ Mashnik, Stepan G. (2000).  "On Solar System and Cosmic Rays Nucleosynthesis
and Spallation Processes". Cornell University. Diakses tanggal  2008-01-14.
107. ^ Kansas Geological Survey (May 4, 2005). "Age of the Earth". University of Kansas.
Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-07-05. Diakses tanggal  2008-01-14.
108. ^ Lompat ke:a b Manuel (2001:407–430,511–519).
109. ^ Dalrymple, G. Brent (2001).  "The age of the Earth in the twentieth century: a
problem (mostly) solved".  Geological Society, London, Special Publications. 190: 205–
21.  doi:10.1144/GSL.SP.2001.190.01.14. Diakses tanggal  2008-01-14.
110. ^ Anderson, Don L. (September 2, 2006).  "Helium: Fundamental models".
MantlePlumes.org. Diakses tanggal 2007-01-14.
111. ^ Pennicott, Katie (May 10, 2001). "Carbon clock could show the wrong time".
PhysicsWeb. Diakses tanggal 2008-01-14.
112. ^ Yarris, Lynn (July 27, 2001). "New Superheavy Elements 118 and 116 Discovered
at Berkeley Lab". Berkeley Lab. Diakses tanggal  2008-01-14.
113. ^ Diamond, H.; et al. (1960). "Heavy Isotope Abundances in Mike Thermonuclear
Device"  (subscription required).  Physical Review. 119: 2000–
04.  doi:10.1103/PhysRev.119.2000. Diakses tanggal 2008-01-14.
114. ^ Poston Sr., John W. (March 23, 1998). "Do transuranic elements such as
plutonium ever occur naturally?". Scientific American. Diakses tanggal 2008-01-15.
115. ^ Keller, C. (1973).  "Natural occurrence of lanthanides, actinides, and superheavy
elements".  Chemiker Zeitung. 97 (10): 522–30. Diakses tanggal 2008-01-15.
116. ^ Marco (2001:17).
117. ^ "Oklo Fossil Reactors". Curtin University of Technology. Diarsipkan dari versi
asli tanggal 2007-12-18. Diakses tanggal  2008-01-15.
118. ^ Weisenberger, Drew. "How many atoms are there in the world?". Jefferson Lab.
Diakses tanggal  2008-01-16.
119. ^ Pidwirny, Michael. "Fundamentals of Physical Geography". University of British
Columbia Okanagan. Diakses tanggal  2008-01-16.
120. ^ Anderson, Don L. (2002).  "The inner inner core of Earth".  Proceedings of the
National Academy of Sciences.  99  (22): 13966–
68.  doi:10.1073/pnas.232565899. PMID 12391308. Diakses tanggal 2008-01-16.
121. ^ Anonymous (October 2, 2001). "Second postcard from the island of
stability".  CERN Courier. Diakses tanggal 2008-01-14.
122. ^ Jacoby, Mitch (2006). "As-yet-unsynthesized superheavy atom should form a
stable diatomic molecule with fluorine".  Chemical & Engineering News.  84  (10): 19. Diakses
tanggal 2008-01-14.
123. ^ Koppes, Steve (March 1, 1999). "Fermilab Physicists Find New Matter-Antimatter
Asymmetry". University of Chicago. Diakses tanggal  2008-01-14.
124. ^ Cromie, William J. (August 16, 2001). "A lifetime of trillionths of a second:
Scientists explore antimatter". Harvard University Gazette. Diakses tanggal  2008-01-14.
125. ^ Hijmans, Tom W. (2002). "Particle physics: Cold antihydrogen".  Nature.  419: 439–
40.  doi:10.1038/419439a.
126. ^ Staff (October 30, 2002).  "Researchers 'look inside' antimatter". BBC News.
Diakses tanggal  2008-01-14.
127. ^ Barrett, Roger (1990). "The Strange World of the Exotic Atom".  New
Scientist  (1728): 77–115. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-12-21. Diakses
tanggal 2008-01-04.
128. ^ Indelicato, Paul (2004). "Exotic Atoms".  Physica Scripta. T112: 20–
26.  doi:10.1238/Physica.Topical.112a00020.
129. ^ Ripin, Barrett H. (1998). "Recent Experiments on Exotic Atoms". American
Physical Society. Diakses tanggal 2008-02-15.

Referensi buku
 L'Annunziata, Michael F. (2003).  Handbook of Radioactivity Analysis. Academic
Press. ISBN 0124366031.  OCLC 162129551.
 Beyer, H. F. (2003). Introduction to the Physics of Highly Charged Ions. CRC
Press. ISBN 0750304812.  OCLC 47150433.
 Choppin, Gregory R. (2001).  Radiochemistry and Nuclear Chemistry.
Elsevier. ISBN 0750674636.  OCLC 162592180.
 Dalton, J. (1808).  A New System of Chemical Philosophy, Part 1. London and Manchester: S.
Russell.
 Demtröder, Wolfgang (2002). Atoms, Molecules and Photons: An Introduction to Atomic-
Molecular- and Quantum Physics (edisi ke-1st). Springer.  ISBN  3540206310. OCLC  181435713.
 Feynman, Richard  (1995). Six Easy Pieces. The Penguin Group. ISBN 978-0-140-27666-
4. OCLC  40499574.
 Fowles, Grant R. (1989). Introduction to Modern Optics. Courier Dover
Publications. ISBN 0486659577.  OCLC 18834711.
 Gangopadhyaya, Mrinalkanti (1981).  Indian Atomism: History and Sources. Atlantic Highlands,
New Jersey: Humanities Press.  ISBN  0-391-02177-X.  OCLC 10916778.
 Goodstein, David L. (2002).  States of Matter. Courier Dover Publications. ISBN 0-486-49506-X.
 Harrison, Edward Robert (2003).  Masks of the Universe: Changing Ideas on the Nature of the
Cosmos. Cambridge University Press.  ISBN  0521773512. OCLC  50441595.
 Iannone, A. Pablo (2001).  Dictionary of World Philosophy.
Routledge. ISBN 0415179955.  OCLC 44541769.
 Jevremovic, Tatjana (2005). Nuclear Principles in Engineering.
Springer. ISBN 0387232842.  OCLC 228384008.
 Lequeux, James (2005). The Interstellar Medium.
Springer. ISBN 3540213260.  OCLC 133157789.
 Levere, Trevor, H. (2001).  Transforming Matter – A History of Chemistry for Alchemy to the
Buckyball. The Johns Hopkins University Press. ISBN 0-8018-6610-3.
 Liang, Z.-P. (1999). Webster, J. G., ed.  Encyclopedia of Electrical and Electronics Engineering:
Magnetic Resonance Imaging  (PDF). vol. 2. John Wiley & Sons. hlm. 412–26. ISBN 0471139467.
Diakses tanggal  2008-01-09.
 MacGregor, Malcolm H. (1992). The Enigmatic Electron. Oxford University
Press. ISBN 0195218337.  OCLC 223372888.
 Manuel, Oliver (2001).  Origin of Elements in the Solar System: Implications of Post-1957
Observations. Springer.  ISBN  0306465620. OCLC  228374906.
 Mazo, Robert M. (2002).  Brownian Motion: Fluctuations, Dynamics, and Applications. Oxford
University Press. ISBN 0198515677.  OCLC 48753074.
 Mills, Ian (1993). Quantities, Units and Symbols in Physical Chemistry  (edisi ke-2nd).
Oxford: International Union of Pure and Applied Chemistry, Commission on Physiochemical
Symbols Terminology and Units, Blackwell Scientific Publications. ISBN 0-632-03583-
8. OCLC  27011505.
 Moran, Bruce T. (2005). Distilling Knowledge: Alchemy, Chemistry, and the Scientific
Revolution. Harvard University Press.  ISBN  0674014952.
 Myers, Richard (2003). The Basics of Chemistry. Greenwood
Press. ISBN 0313316643.  OCLC 50164580.
 Padilla, Michael J. (2002).  Prentice Hall Science Explorer: Chemical Building Blocks. Upper
Saddle River, New Jersey USA: Prentice-Hall, Inc.  ISBN  0-13-054091-9. OCLC  47925884.
 Pauling, Linus (1960). The Nature of the Chemical Bond. Cornell University
Press. ISBN 0801403332.  OCLC 17518275.
 Pfeffer, Jeremy I. (2000).  Modern Physics: An Introductory Text. Imperial College
Press. ISBN 1860942504.  OCLC 45900880.
 Ponomarev, Leonid Ivanovich (1993).  The Quantum Dice. CRC
Press. ISBN 0750302518.  OCLC 26853108.
 Scerri, Eric R. (2007). The Periodic Table. Oxford University Press. ISBN 0195305736.
 Shultis, J. Kenneth (2002). Fundamentals of Nuclear Science and Engineering. CRC
Press. ISBN 0824708342.  OCLC 123346507.
 Siegfried, Robert (2002). From Elements to Atoms: A History of Chemical Composition.
DIANE. ISBN 0871699249.  OCLC 186607849.
 Sills, Alan D. (2003).  Earth Science the Easy Way. Barron's Educational
Series. ISBN 0764121464.  OCLC 51543743.
 Smirnov, Boris M. (2003).  Physics of Atoms and Ions. Springer. ISBN 0-387-95550-X.
 Teresi, Dick (2003).  Lost Discoveries: The Ancient Roots of Modern Science. Simon & Schuster.
hlm. 213–214. ISBN 074324379X.
 Various (2002). Lide, David R., ed. Handbook of Chemistry & Physics  (edisi ke-88th).
CRC.  ISBN  0849304865. OCLC  179976746. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-07-24.
Diakses tanggal  2008-05-23.
 Woan, Graham (2000).  The Cambridge Handbook of Physics. Cambridge University
Press. ISBN 0521575079.  OCLC 224032426.
 Wurtz, Charles Adolphe (1881).  The Atomic Theory. New York: D. Appleton and company.
 Zaider, Marco (2001). Radiation Science for Physicians and Public Health Workers.
Springer. ISBN 0306464039.  OCLC 44110319.
 Zumdahl, Steven S. (2002).  Introductory Chemistry: A Foundation  (edisi ke-5th). Houghton
Mifflin. ISBN 0-618-34342-3.  OCLC 173081482. Diarsipkan dari  versi asli  tanggal 2008-03-04.
Diakses tanggal  2008-02-05.

Pranala luar
Wikimedia Commons
memiliki media
mengenai Atom.

 Francis, Eden (2002). "Atomic Size". Clackamas Community College.


Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-02-04. Diakses tanggal 2007-01-09.
 Freudenrich, Craig C. "How Atoms Work". How Stuff Works. Diakses
tanggal 2007-01-09.
 "Atom:The Atom". Free High School Science Texts: Physics. Wikibooks.
Diarsipkan dari versi asli tanggal 2006-06-13. Diakses tanggal 2007-01-09.
 Anonymous (2007). "The atom". Science aid+. Diakses tanggal 2007-01-09.
 Anonymous (2006-01-03). "Atoms and Atomic Structure". BBC. Diakses
tanggal 2007-01-11.
 Various (2006-01-03). "Physics 2000, Table of Contents". University of
Colorado. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-01-14. Diakses
tanggal 2008-01-11.
 Various (2006-02-03). "What does an atom look like?". University of
Karlsruhe. Diakses tanggal 2008-05-12.
sembunyi
Pengawasan otoritas 

Umum  Integrated Authority File (Jerman)

 Prancis (data)

 Ukraina
Perpustakaan
 Amerika Serikat
nasional
 Jepang

 Republik Ceko

 Microsoft Academic
Lain-lain
 Encyclopedia of Islam
Kategori: 
 Atom
 Halaman ini terakhir diubah pada 10 Maret 2022, pukul 13.38.
 Teks tersedia di bawah Lisensi Creative Commons Atribusi-BerbagiSerupa; ketentuan tambahan mungkin
berlaku. Lihat Ketentuan Penggunaan untuk lebih jelasnya.

Anda mungkin juga menyukai