Atom adalah suatu satuan dasar materi, yang terdiri atas inti atom serta awan elektron
bermuatan negatif yang mengelilinginya. Inti atom terdiri atas proton yang bermuatan positif,
dan neutron yang bermuatan netral (kecuali pada inti atom Hidrogen-1, yang tidak memiliki
neutron). Elektron-elektron pada sebuah atom terikat pada inti atom oleh gaya
elektromagnetik. Sekumpulan atom demikian pula dapat berikatan satu sama lainnya, dan
membentuk sebuah molekul. Atom yang mengandung jumlah proton dan elektron yang sama
bersifat netral, sedangkan yang mengandung jumlah proton dan elektron yang berbeda
bersifat positif atau negatif dan disebut sebagai ion. Atom dikelompokkan berdasarkan
jumlah proton dan neutron yang terdapat pada inti atom tersebut. Jumlah proton pada atom
menentukan unsur kimia atom tersebut, dan jumlah neutron menentukan isotop unsur
tersebut.
Atom helium
Klasifikasi
Sifat-sifat
Portal Kimia
Istilah atom berasal dari Bahasa Yunani (ἄτομος/átomos, α-τεμνω), yang berarti tidak dapat
dipotong ataupun sesuatu yang tidak dapat dibagi-bagi lagi. Konsep atom sebagai
komponen yang tak dapat dibagi-bagi lagi pertama kali diajukan oleh para filsuf India dan
Yunani. Pada abad ke-17 dan ke-18, para kimiawan meletakkan dasar-dasar pemikiran ini
dengan menunjukkan bahwa zat-zat tertentu tidak dapat dibagi-bagi lebih jauh lagi
menggunakan metode-metode kimia. Selama akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, para
fisikawan berhasil menemukan struktur dan komponen-komponen subatom di dalam atom,
membuktikan bahwa 'atom' tidaklah tak dapat dibagi-bagi lagi. Prinsip-prinsip mekanika
kuantum yang digunakan para fisikawan kemudian berhasil memodelkan atom.[1]
Dalam pengamatan sehari-hari, secara relatif atom dianggap sebuah objek yang sangat kecil
yang memiliki massa yang secara proporsional kecil pula. Atom hanya dapat dipantau
dengan menggunakan peralatan khusus seperti mikroskop gaya atom. Lebih dari 99,9%
massa atom berpusat pada inti atom,[catatan 1] dengan proton dan neutron yang bermassa
hampir sama. Setiap unsur paling tidak memiliki satu isotop dengan inti yang tidak stabil,
yang dapat mengalami peluruhan radioaktif. Hal ini dapat mengakibatkan transmutasi, yang
mengubah jumlah proton dan neutron pada inti.[2] Elektron yang terikat pada atom
mengandung sejumlah aras energi, ataupun orbital, yang stabil dan dapat mengalami transisi
di antara aras tersebut dengan menyerap ataupun memancarkan foton yang sesuai dengan
perbedaan energi antara aras. Elektron pada atom menentukan sifat-sifat kimiawi sebuah
unsur, dan memengaruhi sifat-sifat magnetis atom tersebut.
Sejarah
Konsep bahwa materi terdiri dari satuan-satuan terpisah yang tidak dapat dibagi lagi menjadi
satuan yang lebih kecil telah ada selama satu milenium. Namun, pemikiran tersebut masihlah
bersifat abstrak dan filosofis, daripada berdasarkan pengamatan empiris dan eksperimen.
Secara filosofis, deskripsi sifat-sifat atom bervariasi tergantung pada budaya dan aliran
filosofi tersebut, dan sering kali pula mengandung unsur-unsur spiritual di dalamnya.
Walaupun demikian, pemikiran dasar mengenai atom dapat diterima oleh para ilmuwan
ribuan tahun kemudian, karena ia secara elegan dapat menjelaskan penemuan-penemuan
baru pada bidang kimia.[3]
Referensi paling awal mengenai konsep atom dapat ditilik kembali kepada zaman India kuno
pada tahun 800 sebelum masehi,[4] yang dijelaskan dalam naskah filsafat Jainisme sebagai
anu dan paramanu.[4][5] Aliran mazhab Nyaya dan Vaisesika mengembangkan teori yang
menjelaskan bagaimana atom-atom bergabung menjadi benda-benda yang lebih kompleks.[6]
Satu abad kemudian muncul Referensi mengenai atom di dunia Barat oleh Leukippos, yang
kemudian oleh muridnya Demokritos pandangan tersebut disistematiskan. Kira-kira pada
tahun 450 SM, Demokritos menciptakan istilah átomos (bahasa Yunani: ἄτομος), yang berarti
"tidak dapat dipotong" ataupun "tidak dapat dibagi-bagi lagi". Teori Demokritos mengenai
atom bukanlah usaha untuk menjabarkan suatu fenomena fisis secara rinci, melainkan suatu
filosofi yang mencoba untuk memberikan jawaban atas perubahan-perubahan yang terjadi
pada alam.[1] Filosofi serupa juga terjadi di India, namun demikian ilmu pengetahuan modern
memutuskan untuk menggunakan istilah "atom" yang dicetuskan oleh Demokritos.[3]
Demokritos juga mengatakan bahwa atom dalam air sangat licin sehingga air bisa mengalir
ke mana-mana sementara atom dalam garam ditutupi duri-duri tajam sehingga terasa asin
dilidah.
Kemajuan lebih jauh pada pemahaman mengenai atom dimulai dengan berkembangnya ilmu
kimia. Pada tahun 1661, Robert Boyle mempublikasikan buku The Sceptical Chymist yang
berargumen bahwa materi-materi di dunia ini terdiri dari berbagai kombinasi "corpuscules",
yaitu atom-atom yang berbeda. Hal ini berbeda dengan pandangan klasik yang berpendapat
bahwa materi terdiri dari unsur-unsur udara, tanah, api, dan air.[7] Pada tahun 1789, istilah
element (unsur) didefinisikan oleh seorang bangsawan dan peneliti Prancis, Antoine
Lavoisier, sebagai bahan dasar yang tidak dapat dibagi-bagi lebih jauh lagi dengan
menggunakan metode-metode kimia.[8]
Aristoteles mengatakan bahwa ada 4 elemen dasar dibumi dan bila semuanya digabungkan
akan menjadi senyawa-senyawa yang kita lihat. Saat itu muridnya bertanya: "Apakah bisa kita
membuat emas bila menggabungkan semua elemen dasar tadi?" Aristoteles menjawab "Iya".
Itu membuat penasaran para ilmuwan semana 200 tahun setelah itu. Pada tahun 1669, ahli
kimia Jerman Hennig Brand menyuling 60 ember air kencing karena ia mengira didalamnya
ada emas betulan (karena air kencing berwarna kuning keemasan) dan hasilnya peralatan
kimianya perpendar dalam gelap. Dia menamainya Fosforus (Fosfor) yang diambil dari kata
Yunani "Fosforos" yang berarti bintang senja. Dia adalah orang pertama pada era Masehi,
yang sebelumya adalah penemuan Arsenik 300 SM.[9]
Berbagai atom dan molekul yang digambarkan pada buku John Dalton, A New System of Chemical Philosophy
(1808).
Pada tahun 1803, John Dalton menggunakan konsep atom untuk menjelaskan mengapa
unsur-unsur selalu bereaksi dalam perbandingan yang bulat dan tetap, serta mengapa gas-
gas tertentu lebih larut dalam air dibandingkan dengan gas-gas lainnya. Ia mengajukan
pendapat bahwa setiap unsur mengandung atom-atom tunggal unik, dan atom-atom tersebut
selanjutnya dapat bergabung untuk membentuk senyawa-senyawa kimia.[10][11]
Teori partikel ini kemudian dikonfirmasikan lebih jauh lagi pada tahun 1827, yaitu ketika
botaniwan Robert Brown menggunakan mikroskop untuk mengamati debu-debu yang
mengambang di atas air dan menemukan bahwa debu-debu tersebut bergerak secara acak.
Fenomena ini kemudian dikenal sebagai "Gerak Brown". Pada tahun 1877, J. Desaulx
mengajukan pendapat bahwa fenomena ini disebabkan oleh gerak termal molekul air, dan
pada tahun 1905 Albert Einstein membuat analisis matematika terhadap gerak ini.[12][13][14]
Fisikawan Prancis Jean Perrin kemudian menggunakan hasil kerja Einstein untuk
menentukan massa dan dimensi atom secara eksperimen, yang kemudian dengan pasti
menjadi verifikasi atas teori atom Dalton.[15]
Berdasarkan hasil penelitiannya terhadap sinar katode, pada tahun 1897 J. J. Thomson
menemukan elektron dan sifat-sifat subatomiknya. Hal ini meruntuhkan konsep atom
sebagai satuan yang tidak dapat dibagi-bagi lagi.[16] Thomson percaya bahwa elektron-
elektron terdistribusi secara merata di seluruh atom, dan muatan-muatannya diseimbangkan
oleh keberadaan lautan muatan positif (model puding prem).
Namun pada tahun 1909, para peneliti di bawah arahan Ernest Rutherford menembakkan ion
helium ke lembaran tipis emas, dan menemukan bahwa sebagian kecil ion tersebut
dipantulkan dengan sudut pantulan yang lebih tajam dari yang apa yang diprediksikan oleh
teori Thomson. Rutherford kemudian mengajukan pendapat bahwa muatan positif suatu
atom dan kebanyakan massanya terkonsentrasi pada inti atom, dengan elektron yang
mengitari inti atom seperti planet mengitari matahari. Muatan positif ion helium yang
melewati inti padat ini haruslah dipantulkan dengan sudut pantulan yang lebih tajam.
Pada
tahun 1913, ketika bereksperimen dengan hasil proses peluruhan radioaktif, Frederick Soddy
menemukan bahwa terdapat lebih dari satu jenis atom pada setiap posisi tabel periodik.[17]
Istilah isotop kemudian diciptakan oleh Margaret Todd sebagai nama yang tepat untuk atom-
atom yang berbeda namun merupakan satu unsur yang sama. J.J. Thomson selanjutnya
menemukan teknik untuk memisahkan jenis-jenis atom tersebut melalui hasil kerjanya pada
gas yang terionisasi.[18]
Model atom hidrogen Bohr yang menunjukkan loncatan elektron antara orbit-orbit tetap dan memancarkan energi
foton dengan frekuensi tertentu.
Sementara itu, pada tahun 1913 fisikawan Niels Bohr mengkaji ulang model atom Rutherford
dan mengajukan pendapat bahwa elektron-elektron terletak pada orbit-orbit yang
terkuantisasi serta dapat meloncat dari satu orbit ke orbit lainnya, meskipun demikian tidak
dapat dengan bebas berputar spiral ke dalam maupun keluar dalam keadaan transisi.[19]
Suatu elektron haruslah menyerap ataupun memancarkan sejumlah energi tertentu untuk
dapat melakukan transisi antara orbit-orbit yang tetap ini. Apabila cahaya dari materi yang
dipanaskan memancar melalui prisma, ia menghasilkan suatu spektrum multiwarna.
Penampakan garis-garis spektrum tertentu ini berhasil dijelaskan oleh teori transisi orbital
ini.[20]
Ikatan kimia antar atom kemudian pada tahun 1916 dijelaskan oleh Gilbert Newton Lewis
sebagai interaksi antara elektron-elektron atom tersebut.[21] Atas adanya keteraturan sifat-
sifat kimiawi dalam tabel periode kimia,[22] kimiawan Amerika Irving Langmuir tahun 1919
berpendapat bahwa hal ini dapat dijelaskan apabila elektron-elektron pada sebuah atom
saling berhubungan atau berkumpul dalam bentuk-bentuk tertentu. Sekelompok elektron
diperkirakan menduduki satu set kelopak elektron di sekitar inti atom.
Percobaan Stern-Gerlach pada tahun 1922 memberikan bukti lebih jauh mengenai sifat-sifat
kuantum atom. Ketika seberkas atom perak ditembakkan melalui medan magnet, berkas
tersebut terpisah-pisah sesuai dengan arah momentum sudut atom (spin). Oleh karena arah
spin adalah acak, berkas ini diharapkan menyebar menjadi satu garis. Namun pada
kenyataannya berkas ini terbagi menjadi dua bagian, tergantung dari apakah spin atom
tersebut berorientasi ke atas ataupun ke bawah.[23]
Pada tahun 1926, dengan menggunakan pemikiran Louis de Broglie bahwa partikel
berperilaku seperti gelombang, Erwin Schrödinger mengembangkan suatu model atom
matematis yang menggambarkan elektron sebagai gelombang tiga dimensi daripada
sebagai titik-titik partikel. Konsekuensi penggunaan bentuk gelombang untuk menjelaskan
elektron ini adalah bahwa adalah tidak mungkin untuk secara matematis menghitung posisi
dan momentum partikel secara bersamaan. Hal ini kemudian dikenal sebagai prinsip
ketidakpastian, yang dirumuskan oleh Werner Heisenberg pada 1926. Menurut konsep ini,
untuk setiap pengukuran suatu posisi, seseorang hanya bisa mendapatkan kisaran nilai-nilai
probabilitas momentum, demikian pula sebaliknya. Walaupun model ini sulit untuk
divisualisasikan, ia dapat dengan baik menjelaskan sifat-sifat atom yang terpantau yang
sebelumnya tidak dapat dijelaskan oleh teori mana pun. Oleh sebab itu, model atom yang
menggambarkan elektron mengitari inti atom seperti planet mengitari matahari digugurkan
dan digantikan oleh model orbital atom di sekitar inti di mana elektron paling
berkemungkinan berada.[24][25]
Sekitar tahun 1985, Steven Chu dkk. di Bell Labs mengembangkan sebuah teknik untuk
menurunkan temperatur atom menggunakan laser. Pada tahun yang sama, sekelompok
ilmuwan yang diketuai oleh William D. Phillips berhasil memerangkap atom natrium dalam
perangkap magnet. Claude Cohen-Tannoudji kemudian menggabungkan kedua teknik
tersebut untuk mendinginkan sejumlah kecil atom sampai beberapa mikrokelvin. Hal ini
mengizinkan ilmuwan mempelajari atom dengan presisi yang sangat tinggi, yang pada
akhirnya membawa para ilmuwan menemukan kondensasi Bose-Einstein.[30]
Dalam sejarahnya, sebuah atom tunggal sangatlah kecil untuk digunakan dalam aplikasi
ilmiah. Namun baru-baru ini, berbagai peranti yang menggunakan sebuah atom tunggal
logam yang dihubungkan dengan ligan-ligan organik (transistor elektron tunggal) telah
dibuat.[31] Berbagai penelitian telah dilakukan untuk memerangkap dan memperlambat laju
atom menggunakan pendinginan laser untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik
mengenai sifat-sifat atom.[32]
Komponen-komponen atom
Partikel subatom
Walaupun awalnya kata atom berarti suatu partikel yang tidak dapat dipotong-potong lagi
menjadi partikel yang lebih kecil, dalam terminologi ilmu pengetahuan modern, atom
tersusun atas berbagai partikel subatom. Partikel-partikel penyusun atom ini adalah elektron,
proton, dan neutron. Namun hidrogen-1 tidak mempunyai neutron. Demikian pula halnya
pada ion hidrogen positif H+.
Dari kesemua partikel subatom ini, elektron adalah yang paling ringan, dengan massa
elektron sebesar 9,11 × 10−31 kg dan mempunyai muatan negatif. Ukuran elektron sangatlah
kecil sedemikiannya tiada teknik pengukuran yang dapat digunakan untuk mengukur
ukurannya.[33] Proton memiliki muatan positif dan massa 1.836 kali lebih berat daripada
elektron (1,6726 × 10−27 kg). Neutron tidak bermuatan listrik dan bermassa bebas 1.839 kali
massa elektron[34] atau (1,6929 × 10−27 kg).
Dalam model standar fisika, baik proton dan neutron terdiri dari partikel elementer yang
disebut kuark. Kuark termasuk ke dalam golongan partikel fermion dan merupakan salah
satu dari dua bahan penyusun materi dasar (yang lainnya adalah lepton). Terdapat enam
jenis kuark dan tiap-tiap kuark tersebut memiliki muatan listrik pecahan sebesar +2/3
ataupun −1/3. Proton terdiri dari dua kuark naik dan satu kuark turun, manakala neutron
terdiri dari satu kuark naik dan dua kuark turun. Perbedaan komposisi kuark ini memengaruhi
perbedaan massa dan muatan antara dua partikel tersebut. Kuark terikat bersama oleh gaya
nuklir kuat yang diperantarai oleh gluon. Gluon adalah anggota dari boson tolok yang
merupakan perantara gaya-gaya fisika.[35][36]
Inti atom
Energi pengikatan yang diperlukan oleh nukleon untuk lolos dari inti pada berbagai isotop.
Inti atom terdiri atas proton dan neutron yang terikat bersama pada pusat atom. Secara
kolektif, proton dan neutron tersebut disebut sebagai nukleon (partikel penyusun inti).
Diameter inti atom berkisar antara 10−15 hingga 10−14 m.[37] Jari-jari inti diperkirakan sama
dengan
fm, dengan A adalah jumlah nukleon.[38] Hal ini sangatlah kecil dibandingkan
dengan jari-jari atom. Nukleon-nukleon tersebut terikat bersama oleh gaya tarik-menarik
potensial yang disebut gaya kuat residual. Pada jarak lebih kecil daripada 2,5 fm, gaya ini
lebih kuat daripada gaya elektrostatik yang menyebabkan proton saling tolak menolak.[39]
Atom dari unsur kimia yang sama memiliki jumlah proton yang sama, disebut nomor atom.
Suatu unsur dapat memiliki jumlah neutron yang bervariasi. Variasi ini disebut sebagai
isotop. Jumlah proton dan neutron suatu atom akan menentukan nuklida atom tersebut,
sedangkan jumlah neutron relatif terhadap jumlah proton akan menentukan stabilitas inti
atom, dengan isotop unsur tertentu akan menjalankan peluruhan radioaktif.[40]
Neutron dan proton adalah dua jenis fermion yang berbeda. Asas pengecualian Pauli
melarang adanya keberadaan fermion yang identik (seperti misalnya proton berganda)
menduduki suatu keadaan fisik kuantum yang sama pada waktu yang sama. Oleh karena itu,
setiap proton dalam inti atom harusnya menduduki keadaan kuantum yang berbeda dengan
aras energinya masing-masing. Asas Pauli ini juga berlaku untuk neutron. Pelarangan ini
tidak berlaku bagi proton dan neutron yang menduduki keadaan kuantum yang sama.[41]
Untuk atom dengan nomor atom yang rendah, inti atom yang memiliki jumlah proton lebih
banyak daripada neutron berpotensi jatuh ke keadaan energi yang lebih rendah melalui
peluruhan radioaktif yang menyebabkan jumlah proton dan neutron seimbang. Oleh karena
itu, atom dengan jumlah proton dan neutron yang berimbang lebih stabil dan cenderung tidak
meluruh. Namun, dengan meningkatnya nomor atom, gaya tolak-menolak antar proton
membuat inti atom memerlukan proporsi neutron yang lebih tinggi lagi untuk menjaga
stabilitasnya. Pada inti yang paling berat, rasio neutron per proton yang diperlukan untuk
menjaga stabilitasnya akan meningkat menjadi 1,5.[41]
Gambaran proses fusi nuklir yang menghasilkan inti deuterium (terdiri dari satu proton dan satu neutron). Satu
positron (e+) dipancarkan bersamaan dengan neutrino elektron.
Jumlah proton dan neutron pada inti atom dapat diubah, walaupun hal ini memerlukan energi
yang sangat tinggi oleh karena gaya atraksinya yang kuat. Fusi nuklir terjadi ketika banyak
partikel atom bergabung membentuk inti yang lebih berat. Sebagai contoh, pada inti
Matahari, proton memerlukan energi sekitar 3–10 keV untuk mengatasi gaya tolak-menolak
antar sesamanya dan bergabung menjadi satu inti.[42] Fisi nuklir merupakan kebalikan dari
proses fusi. Pada fisi nuklir, inti dipecah menjadi dua inti yang lebih kecil. Hal ini biasanya
terjadi melalui peluruhan radioaktif. Inti atom juga dapat diubah melalui penembakan partikel
subatom berenergi tinggi. Apabila hal ini mengubah jumlah proton dalam inti, atom tersebut
akan berubah unsurnya.[43][44]
Jika massa inti setelah terjadinya reaksi fusi lebih kecil daripada jumlah massa partikel awal
penyusunnya, maka perbedaan ini disebabkan oleh pelepasan pancaran energi (misalnya
sinar gama), sebagaimana yang ditemukan pada rumus kesetaraan massa-energi Einstein,
E = mc2, dengan m adalah massa yang hilang dan c adalah kecepatan cahaya. Defisit ini
merupakan bagian dari energi pengikatan inti yang baru.[45]
Fusi dua inti yang menghasilkan inti yang lebih besar dengan nomor atom lebih rendah
daripada besi dan nikel (jumlah total nukleon sama dengan 60) biasanya bersifat eksotermik,
yang berarti bahwa proses ini melepaskan energi.[46] Adalah proses pelepasan energi inilah
yang membuat fusi nuklir pada bintang dapat dipertahankan. Untuk inti yang lebih berat,
energi pengikatan per nukleon dalam inti mulai menurun. Ini berarti bahwa proses fusi akan
bersifat endotermik.[41]
Awan elektron
Sumur potensial yang menunjukkan energi minimum V(x) yang diperlukan untuk mencapai tiap-tiap posisi x. Suatu
partikel dengan energi E dibatasi pada kisaran posisi antara x1 dan x2.
Elektron dalam suatu atom ditarik oleh proton dalam inti atom melalui gaya elektromagnetik.
Gaya ini mengikat elektron dalam sumur potensi elektrostatik di sekitar inti. Hal ini berarti
bahwa energi luar diperlukan agar elektron dapat lolos dari atom. Semakin dekat suatu
elektron dalam inti, semakin besar gaya atraksinya, sehingga elektron yang berada dekat
dengan pusat sumur potensi memerlukan energi yang lebih besar untuk lolos.
Elektron, sama seperti partikel lainnya, memiliki sifat seperti partikel maupun seperti
gelombang (dualisme gelombang-partikel). Awan elektron adalah suatu daerah dalam sumur
potensi di mana tiap-tiap elektron menghasilkan sejenis gelombang diam (yaitu gelombang
yang tidak bergerak relatif terhadap inti) tiga dimensi. Perilaku ini ditentukan oleh orbital
atom, yakni suatu fungsi matematika yang menghitung probabilitas suatu elektron akan
muncul pada suatu lokasi tertentu ketika posisinya diukur.[47] Hanya akan ada satu himpunan
orbital tertentu yang berada di sekitar inti, karena pola-pola gelombang lainnya akan dengan
cepat meluruh menjadi bentuk yang lebih stabil.[48]
Fungsi gelombang dari lima orbital atom pertama. Tiga orbital 2p memperlihatkan satu biidang simpul.
Tiap-tiap orbital atom berkoresponden terhadap aras energi elektron tertentu. Elektron dapat
berubah keadaannya ke aras energi yang lebih tinggi dengan menyerap sebuah foton. Selain
dapat naik menuju aras energi yang lebih tinggi, suatu elektron dapat pula turun ke keadaan
energi yang lebih rendah dengan memancarkan energi yang berlebih sebagai foton.[48]
Energi yang diperlukan untuk melepaskan ataupun menambah satu elektron (energi
pengikatan elektron) adalah lebih kecil daripada energi pengikatan nukleon. Sebagai
contohnya, hanya diperlukan 13,6 eV untuk melepaskan elektron dari atom hidrogen.[49]
Bandingkan dengan energi sebesar 2,3 MeV yang diperlukan untuk memecah inti
deuterium.[50] Atom bermuatan listrik netral oleh karena jumlah proton dan elektronnya yang
sama. Atom yang kekurangan ataupun kelebihan elektron disebut sebagai ion. Elektron yang
terletak paling luar dari inti dapat ditransfer ataupun dibagi ke atom terdekat lainnya. Dengan
cara inilah, atom dapat saling berikatan membentuk molekul.[51]
Sifat-sifat
Sifat-sifat nuklir
Berdasarkan definisi, dua atom dengan jumlah proton yang identik dalam intinya termasuk ke
dalam unsur kimia yang sama. Atom dengan jumlah proton sama namun dengan jumlah
neutron berbeda adalah dua isotop berbeda dari satu unsur yang sama. Sebagai contohnya,
semua hidrogen memiliki satu proton, namun terdapat satu isotop hidrogen yang tidak
memiliki neutron (hidrogen-1), satu isotop yang memiliki satu neutron (deuterium), dua
neutron (tritium), dll. Hidrogen-1 adalah bentuk isotop hidrogen yang paling umum. Kadang-
kadang ia disebut sebagai protium.[52] Semua isotop unsur yang bernomor atom lebih besar
daripada 82 bersifat radioaktif.[53][54]
Dari sekitar 339 nuklida yang terbentuk secara alami di Bumi, 269 di antaranya belum pernah
terpantau meluruh.[55] Pada unsur kimia, 80 dari unsur yang diketahui memiliki satu atau
lebih isotop stabil. Unsur 43, 63, dan semua unsur lebih tinggi dari 83 tidak memiliki isotop
stabil. Dua puluh tujuh unsur hanya memiliki satu isotop stabil, manakala jumlah isotop stabil
yang paling banyak terpantau pada unsur timah dengan 10 jenis isotop stabil.[56]
Massa
Karena mayoritas massa atom berasal dari proton dan neutron, jumlah keseluruhan partikel
ini dalam atom disebut sebagai nomor massa. Massa atom pada keadaan diam sering
diekspresikan menggunakan satuan massa atom (u) yang juga disebut dalton (Da). Satuan
ini didefinisikan sebagai seperduabelas massa atom karbon-12 netral, yang kira-kira sebesar
1,66 × 10−27 kg.[57] Hidrogen-1 yang merupakan isotop teringan hidrogen memiliki bobot
atom 1,007825 u.[58] Atom memiliki massa yang kira-kira sama dengan nomor massanya
dikalikan satuan massa atom.[59] Atom stabil yang paling berat adalah timbal-208,[53] dengan
massa sebesar 207,9766521 u.[60]
Para kimiawan biasanya menggunakan satuan mol untuk menyatakan jumlah atom. Satu mol
didefinisikan sebagai jumlah atom yang terdapat pada 12 gram persis karbon-12. Jumlah ini
adalah sekitar 6,022 × 1023, yang dikenal pula dengan nama tetapan Avogadro. Dengan
demikian suatu unsur dengan massa atom 1 u akan memiliki satu mol atom yang bermassa
0,001 kg. Sebagai contohnya, Karbon memiliki massa atom 12 u, sehingga satu mol karbon
atom memiliki massa 0,012 kg.[57]
Ukuran
Atom tidak memiliki batasan luar yang jelas, sehingga dimensi atom biasanya dideskripsikan
sebagai jarak antara dua inti atom ketika dua atom bergabung bersama dalam ikatan kimia.
Jari-jari ini bervariasi tergantung pada jenis atom, jenis ikatan yang terlibat, jumlah atom di
sekitarnya, dan spin atom.[61] Pada tabel periodik unsur-unsur, jari-jari atom akan cenderung
meningkat seiring dengan meningkatnya periode (atas ke bawah). Sebaliknya jari-jari atom
akan cenderung meningkat seiring dengan menurunnya nomor golongan (kanan ke kiri).[62]
Oleh karena itu, atom yang terkecil adalah helium dengan jari-jari 32 pm, manakala yang
terbesar adalah sesium dengan jari-jari 225 pm.[63] Dimensi ini ribuan kali lebih kecil daripada
gelombang cahaya (400–700 nm), sehingga atom tidak dapat dilihat menggunakan
mikroskop optik biasa. Namun, atom dapat dipantau menggunakan mikroskop gaya atom.
Ukuran atom sangatlah kecil, sedemikian kecilnya lebar satu helai rambut dapat menampung
sekitar 1 juta atom karbon.[64] Satu tetes air pula mengandung sekitar 2 × 1021 atom
oksigen.[65] Intan satu karat dengan massa 2 × 10-4 kg mengandung sekitar 1022 atom
karbon.[catatan 2] Jika sebuah apel diperbesar sampai seukuran besarnya Bumi, maka atom
dalam apel tersebut akan terlihat sebesar ukuran apel awal tersebut.[66]
Peluruhan radioaktif
Diagram ini menunjukkan waktu paruh (T½) beberapa isotop dengan jumlah proton Z dan jumlah proton N (dalam
satuan detik).
Setiap unsur mempunyai satu atau lebih isotop berinti tak stabil yang akan mengalami
peluruhan radioaktif, menyebabkan inti melepaskan partikel ataupun radiasi elektromagnetik.
Radioaktivitas dapat terjadi ketika jari-jari inti sangat besar dibandingkan dengan jari-jari gaya
kuat (hanya bekerja pada jarak sekitar 1 fm).[67]
Peluruhan beta, diatur oleh gaya lemah, dan dihasilkan oleh transformasi neutron menjadi
proton, ataupun proton menjadi neutron. Transformasi neutron menjadi proton akan diikuti
oleh emisi satu elektron dan satu antineutrino, manakala transformasi proton menjadi
neutron diikuti oleh emisi satu positron dan satu neutrino. Emisi elektron ataupun emisi
positron disebut sebagai partikel beta. Peluruhan beta dapat meningkatkan maupun
menurunkan nomor atom inti sebesar satu.
Peluruhan gama, dihasilkan oleh perubahan pada aras energi inti ke keadaan yang lebih
rendah, menyebabkan emisi radiasi elektromagnetik. Hal ini dapat terjadi setelah emisi
partikel alfa ataupun beta dari peluruhan radioaktif.
Jenis-jenis peluruhan radioaktif lainnya yang lebih jarang meliputi pelepasan neutron dan
proton dari inti, emisi lebih dari satu partikel beta, ataupun peluruhan yang mengakibatkan
produksi elektron berkecepatan tinggi yang bukan sinar beta, dan produksi foton berenergi
tinggi yang bukan sinar gama
Tiap-tiap isotop radioaktif mempunyai karakteristik periode waktu peluruhan (waktu paruh)
yang merupakan lamanya waktu yang diperlukan oleh setengah jumlah sampel untuk
meluruh habis. Proses peluruhan bersifat eksponensial, sehingga setelah dua waktu paruh,
hanya akan tersisa 25% isotop.[67]
Momen magnetik
Setiap partikel elementer mempunyai sifat mekanika kuantum intrinsik yang dikenal dengan
nama spin. Spin beranalogi dengan momentum sudut suatu objek yang berputar pada pusat
massanya, walaupun secara kaku partikel tidaklah berperilaku seperti ini. Spin diukur dalam
satuan tetapan Planck tereduksi (ħ), dengan elektron, proton, dan neutron semuanya memiliki
spin ½ ħ, atau "spin-½". Dalam atom, elektron yang bergerak di sekitar inti atom selain
memiliki spin juga memiliki momentum sudut orbital, manakala inti atom memiliki
momentum sudut pula oleh karena spin nuklirnya sendiri.[70]
Medan magnet yang dihasilkan oleh suatu atom (disebut momen magnetik) ditentukan oleh
kombinasi berbagai macam momentum sudut ini. Namun, kontribusi yang terbesar tetap
berasal dari spin. Oleh karena elektron mematuhi asas pengecualian Pauli, yakni tiada dua
elektron yang dapat ditemukan pada keadaan kuantum yang sama, pasangan elektron yang
terikat satu sama lainnya memiliki spin yang berlawanan, dengan satu berspin naik, dan yang
satunya lagi berspin turun. Kedua spin yang berlawanan ini akan saling menetralkan,
sehingga momen dipol magnetik totalnya menjadi nol pada beberapa atom berjumlah
elektron genap.[71]
Pada atom berelektron ganjil seperti besi, adanya keberadaan elektron yang tak berpasangan
menyebabkan atom tersebut bersifat feromagnetik. Orbital-orbital atom di sekeliling atom
tersebut saling bertumpang tindih dan penurunan keadaan energi dicapai ketika spin elektron
yang tak berpasangan tersusun saling berjajar. Proses ini disebut sebagai interaksi
pertukaran. Ketika momen magnetik atom feromagnetik tersusun berjajaran, bahan yang
tersusun oleh atom ini dapat menghasilkan medan makroskopis yang dapat dideteksi.
Bahan-bahan yang bersifat paramagnetik memiliki atom dengan momen magnetik yang
tersusun acak, sehingga tiada medan magnet yang dihasilkan. Namun, momen magnetik
tiap-tiap atom individu tersebut akan tersusun berjajar ketika diberikan medan magnet.[71][72]
Inti atom juga dapat memiliki spin. Biasanya spin inti tersusun secara acak oleh karena
kesetimbangan termal. Namun, untuk unsur-unsur tertentu (seperti xenon-129), adalah
mungkin untuk memolarisasi keadaan spin nuklir secara signifikan sehingga spin-spin
tersebut tersusun berjajar dengan arah yang sama. Kondisi ini disebut sebagai
hiperpolarisasi. Fenomena ini memiliki aplikasi yang penting dalam pencitraan resonansi
magnetik.[73][74]
Aras-aras energi
Ketika suatu elektron terikat pada sebuah atom, ia memiliki energi potensial yang berbanding
terbalik terhadap jarak elektron terhadap inti. Hal ini diukur oleh besarnya energi yang
diperlukan untuk melepaskan elektron dari atom dan biasanya diekspresikan dengan satuan
elektronvolt (eV). Dalam model mekanika kuantum, elektron-elektron yang terikat hanya
dapat menduduki satu set keadaan yang berpusat pada inti, dan tiap-tiap keadaan
berkorespondensi terhadap aras energi tertentu. Keadaan energi terendah suatu elektron
yang terikat disebut sebagai keadaan dasar, manakala keadaan energi yang lebih tinggi
disebut sebagai keadaan tereksitasi.[75]
Agar suatu elektron dapat meloncat dari satu keadaan ke keadaan lainnya, ia haruslah
menyerap ataupun memancarkan foton pada energi yang sesuai dengan perbedaan energi
potensial antar dua aras tersebut. Energi foton yang dipancarkan adalah sebanding dengan
frekuensinya.[76] Tiap-tiap unsur memiliki spektrum karakteristiknya masing-masing. Hal ini
bergantung pada muatan inti, subkelopak yang terisi dengan elektron, interaksi
elektromagnetik antar elektron, dan faktor-faktor lainnya.[77]
Contoh garis absorpsi spektrum.
Ketika suatu spektrum energi yang berkelanjutan dipancarkan melalui suatu gas ataupun
plasma, beberapa foton diserap oleh atom, menyebabkan elektron berpindah aras energi.
Elektron yang tereksitasi akan secara spontan memancarkan energi ini sebagai foton dan
jatuh kembali ke aras energi yang lebih rendah. Oleh karena itu, atom berperilaku seperti
bahan penyaring yang akan membentuk sederetan pita absorpsi. Pengukuran spektroskopi
terhadap kekuatan dan lebar pita spektrum mengizinkan penentuan komposisi dan sifat-sifat
fisika suatu zat.[78]
Kelopak atau kulit elektron terluar suatu atom dalam keadaan yang tak terkombinasi disebut
sebagai kelopak valensi dan elektron dalam kelopak tersebut disebut elektron valensi.
Jumlah elektron valensi menentukan perilaku ikatan atom tersebut dengan atom lainnya.
Atom cenderung bereaksi dengan satu sama lainnya melalui pengisian (ataupun
pengosongan) elektron valensi terluar atom.[82] Ikatan kimia dapat dilihat sebagai transfer
elektron dari satu atom ke atom lainnya, seperti yang terpantau pada natrium klorida dan
garam-garam ionik lainnya. Namun, banyak pula unsur yang menunjukkan perilaku valensi
berganda, atau kecenderungan membagi elektron dengan jumlah yang berbeda pada
senyawa yang berbeda. Sehingga, ikatan kimia antara unsur-unsur ini cenderung berupa
pembagian elektron daripada transfer elektron. Contohnya meliputi unsur karbon dalam
senyawa organik.[83]
Unsur-unsur kimia sering ditampilkan dalam tabel periodik yang menampilkan sifat-sifat
kimia suatu unsur yang berpola. Unsur-unsur dengan jumlah elektron valensi yang sama
dikelompokkan secara vertikel (disebut golongan). Unsur-unsur pada bagian terkanan tabel
memiliki kelopak terluarnya terisi penuh, menyebabkan unsur-unsur tersebut cenderung
bersifat inert (gas mulia).[84][85]
Keadaan
Sejumlah atom ditemukan dalam keadaan materi yang berbeda-beda tergantung pada
kondisi fisik benda, yakni suhu dan tekanan. Dengan mengubah kondisi tersebut, materi
dapat berubah-ubah menjadi bentuk padat, cair, gas, dan plasma.[86] Dalam tiap-tiap keadaan
tersebut pula materi dapat memiliki berbagai fase. Sebagai contohnya pada karbon padat, ia
dapat berupa grafit maupun intan.[87]
Pada suhu mendekati nol mutlak, atom dapat membentuk kondensat Bose-Einstein, di mana
efek-efek mekanika kuantum yang biasanya hanya terpantau pada skala atom terpantau
secara makroskopis.[88][89] Kumpulan atom-atom yang dilewat-dinginkan ini berperilaku
seperti satu atom super.[90]
Identifikasi
Citra mikroskop penerowongan payaran yang menunjukkan atom-atom individu pada permukaan emas (100).
Sebuah atom dapat diionisasi dengan melepaskan satu elektronnya. Muatan yang ada
menyebabkan trayektori atom melengkung ketika ia melalui sebuah medan magnet. Jari-jari
trayektori ion tersebut ditentukan oleh massa atom. Spektrometer massa menggunakan
prinsip ini untuk menghitung rasio massa terhadap muatan ion. Apabila sampel tersebut
mengandung sejumlah isotop, spektrometer massa dapat menentukan proporsi tiap-tiap
isotop dengan mengukur intensitas berkas ion yang berbeda. Teknik untuk menguapkan
atom meliputi plasma gandeng induktif-spektroskopi emisi atom (inductively coupled
plasma-atomic emission spectroscopy, ICP-AES) dan plasma gandeng induktif-spektrometri
massa (inductively coupled plasma-mass spectrometry, ICP-MS), keduanya menggunakan
plasma untuk menguapkan sampel analisis.[91]
Metode lainnya yang lebih selektif adalah spektroskopi pelepasan energi elektron (electron
energy loss spectroscopy), yang mengukur pelepasan energi berkas elektron dalam suatu
mikroskop elektron transmisi ketika ia berinteraksi dengan sampel. Tomografi kuar atom
memiliki resolusi sub-nanometer dalam 3-D dan dapat secara kimiawi mengidentifikasi atom-
atom individu menggunakan spektrometri massa waktu lintas.[92]
Spektrum keadaan tereksitasi dapat digunakan untuk menganalisis komposisi atom bintang
yang jauh. Panjang gelombang cahaya tertentu yang dipancarkan oleh bintang dapat
dipisahkan dan dicocokkan dengan transisi terkuantisasi atom gas bebas. Warna bintang
kemudian dapat direplikasi menggunakan lampu lucutan gas yang mengandung unsur yang
sama.[93] Helium pada Matahari ditemukan dengan menggunakan cara ini 23 tahun sebelum
ia ditemukan di Bumi.[94]
Atom menduduki sekitar 4% densitas energi total yang ada dalam alam semesta terpantau,
dengan densitas rata-rata sekitar 0,25 atom/m3.[95] Dalam galaksi Bima Sakti, atom memiliki
konsentrasi yang lebih tinggi, dengan densitas materi dalam medium antarbintang berkisar
antara 105 sampai dengan 109 atom/m3.[96] Matahari sendiri dipercayai berada dalam
Gelembung Lokal, yaitu suatu daerah yang mengandung banyak gas ion, sehingga densitas
di sekelilingnya adalah sekitar 103 atom/m3.[97] Bintang membentuk awan-awan padat dalam
medium antarbintang, dan proses evolusioner bintang akan menyebabkan peningkatan
kandungan unsur yang lebih berat daripada hidrogen dan helium dalam medium
antarbintang. Sampai dengan 95% atom Bima Sakti terkonsentrasi dalam bintang-bintang,
dan massa total atom ini membentuk sekitar 10% massa galaksi.[98] Massa sisanya adalah
materi gelap yang tidak diketahui dengan jelas.[99]
Nukleosintesis
Proton dan elektron yang stabil muncul satu detik setelah kejadian Dentuman Besar. Dalam
masa waktu tiga menit sesudahnya, nukleosintesis Dentuman Besar kebanyakan
menghasilkan helium, litium, dan deuterium, dan mungkin juga beberapa berilium dan
boron.[100][101][102] Atom pertama (dengan elektron yang terikat dengannya) secara teoretis
tercipta 380.000 tahun sesudah Dentuman Besar, yaitu ketika alam semesta yang
mengembang cukup dingin untuk mengizinkan elektron-elektron terikat pada inti atom.[103]
Sejak saat itulah, inti atom mulai bergabung dalam bintang-bintang melalui proses fusi nuklir
dan menghasilkan unsur-unsur yang lebih berat sampai dengan besi.[104]
Isotop seperti litium-6 dihasilkan di ruang angkasa melalui spalasi sinar kosmis.[105] Hal ini
terjadi ketika sebuah proton berenergi tinggi menumbuk inti atom, menyebabkan sejumlah
besar nukleon berhamburan. Unsur yang lebih berat daripada besi dihasilkan di supernova
melalui proses r dan di bintang-bintang AGB melalui proses s. Kedua-duanya melibatkan
penangkapan neutron oleh inti atom.[106] Unsur-unsur seperti timbal kebanyakan dibentuk
melalui peluruhan radioaktif unsur-unsur lain yang lebih berat.[107]
Bumi
Kebanyakan atom yang menyusun Bumi dan termasuk pula seluruh makhluk hidupnya
pernah berada dalam bentuk yang sekarang di nebula yang runtuh dari awan molekul dan
membentuk Tata Surya. Sisanya merupakan akibat dari peluruhan radioaktif dan proporsinya
dapat digunakan untuk menentukan usia Bumi melalui penanggalan radiometrik.[108][109]
Kebanyakan helium dalam kerak Bumi merupakan produk peluruhan alfa.[110]
Terdapat sekelumit atom di Bumi yang pada awal pembentukannya tidak ada dan juga bukan
merupakan akibat dari peluruhan radioaktif. Karbon-14 secara berkesinambungan dihasilkan
oleh sinar kosmik di atmosfer.[111] Beberapa atom di Bumi secara buatan dihasilkan oleh
reaktor ataupun senjata nuklir.[112][113] Dari semua Unsur-unsur transuranium yang bernomor
atom lebih besar daripada 92, hanya plutonium dan neptunium sajalah yang terdapat di Bumi
secara alami.[114][115] Unsur-unsur transuranium memiliki waktu paruh radioaktif yang lebih
pendek daripada umur Bumi,[116] sehingga unsur-unsur ini telah lama meluruh. Pengecualian
terdapat pada plutonium-244 yang kemungkinan tersimpan dalam debu kosmik.[108]
Kandungan alami plutonium dan neptunium dihasilkan dari penangkapan neutron dalam bijih
uranium.[117]
Terdapat pula atom-atom langka lainnya yang dibuat dengan menggantikan satu proton,
neutron, ataupun elektron dengan partikel lain yang bermuatan sama. Sebagai contoh,
elektron dapat digantikan dengan muon yang lebih berat, membentuk atom muon. Jenis
atom ini dapat digunakan untuk menguji prediksi fisika.[127][128][129]
Lihat pula
Portal Kimia
Molekul
Unsur
Elektron
Proton
Neutron
Inti atom
Catatan
1. Kebanyakan isotop mempunyai jumlah nukleon lebih banyak dari jumlah elektron.
Dalam kasus hydrogen-1, yang mempunyai satu elektron and satu nukleon, protonnya
, atau 99,95% dari total massa atom.
2. Satu karat sama dengan 200 miligram. Berdasarkan definisi, karbon-12 memiliki 0,012
kg per mol. Tetapan Avogadro sekitar 6 × 1023 atom per mol.
Referensi
3. Ponomarev (1993:14-15).
7. Siegfried (2002:42–55).
15. Patterson, Gary (2007). "Jean Perrin and the triumph of the atomic doctrine" (http://www.ncbi.nlm.
nih.gov/pubmed/17602746) . Endeavour. 31 (2): 50–53. doi:10.1016/j.endeavour.2007.05.003 (h
ttps://doi.org/10.1016%2Fj.endeavour.2007.05.003) . Diakses tanggal 2008-11-07.
19. Stern, David P. (May 16, 2005). "The Atomic Nucleus and Bohr's Early Model of the Atom" (http://w
ww-spof.gsfc.nasa.gov/stargaze/Q5.htm) . NASA Goddard Space Flight Center. Diakses tanggal
2007-12-20.
20. Bohr, Niels (December 11, 1922). "Niels Bohr, The Nobel Prize in Physics 1922, Nobel Lecture" (htt
p://nobelprize.org/nobel_prizes/physics/laureates/1922/bohr-lecture.html) . The Nobel
Foundation. Diakses tanggal 2008-02-16.
21. Lewis, Gilbert N. (1916). "The Atom and the Molecule". Journal of the American Chemical Society.
38 (4): 762–786. doi:10.1021/ja02261a002 (https://doi.org/10.1021%2Fja02261a002) .
23. Scully, Marlan O. (1987). "On the theory of the Stern-Gerlach apparatus". Foundations of Physics.
17 (6): 575–583. doi:10.1007/BF01882788 (https://doi.org/10.1007%2FBF01882788) .
26. Aston, Francis W. (1920). "The constitution of atmospheric neon". Philosophical Magazine. 39 (6):
449–55.
27. Chadwick, James (December 12, 1935). "Nobel Lecture: The Neutron and Its Properties" (http://no
belprize.org/nobel_prizes/physics/laureates/1935/chadwick-lecture.html) . Nobel Foundation.
Diakses tanggal 2007-12-21.
28. Kullander, Sven (August 28, 2001). "Accelerators and Nobel Laureates" (http://nobelprize.org/nobel
_prizes/physics/articles/kullander/) . The Nobel Foundation. Diakses tanggal 2008-01-31.
29. Staff (October 17, 1990). "The Nobel Prize in Physics 1990" (http://nobelprize.org/nobel_prizes/ph
ysics/laureates/1990/press.html) . The Nobel Foundation. Diakses tanggal 2008-01-31.
30. Staff (October 15, 1997). "The Nobel Prize in Physics 1997" (http://nobelprize.org/nobel_prizes/ph
ysics/laureates/1997/) . Nobel Foundation. Diakses tanggal 2008-02-10.
31. Park, Jiwoong; et al. (2002). "Coulomb blockade and the Kondo effect in single-atom transistors"
(http://adsabs.harvard.edu/abs/2002Natur.417..722P) . Nature. 417 (6890): 722–25.
doi:10.1038/nature00791 (https://doi.org/10.1038%2Fnature00791) . Diakses tanggal
2008-01-03.
32. Domokos, P. (1994). "Single-atom interference method for generating Fock states" (http://adsabs.h
arvard.edu/abs/1994PhRvA..50.3340D) . Physical Review a. 50: 3340–44.
doi:10.1103/PhysRevA.50.3340 (https://doi.org/10.1103%2FPhysRevA.50.3340) . Diakses
tanggal 2008-01-03.
37. (Inggris)Basic Knowledge of Radiation and Radioisotopes (Scientific Basis, Safe Handling of
Radioisotopes and Radiation Protection). Japan Radioisotope Association. 2005. ISBN 4-89073-
170-9 C2040.
40. Wenner, Jennifer M. (October 10, 2007). "How Does Radioactive Decay Work?" (http://serc.carleto
n.edu/quantskills/methods/quantlit/RadDecay.html) . Carleton College. Diakses tanggal
2008-01-09.
41. Raymond, David (April 7, 2006). "Nuclear Binding Energies" (https://web.archive.org/web/2002120
1030437/http://physics.nmt.edu/~raymond/classes/ph13xbook/node216.html) . New Mexico
Tech. Diarsipkan dari versi asli (http://physics.nmt.edu/~raymond/classes/ph13xbook/node21
6.html) tanggal 2002-12-01. Diakses tanggal 2007-01-03.
42. Mihos, Chris (July 23, 2002). "Overcoming the Coulomb Barrier" (http://burro.cwru.edu/Academic
s/Astr221/StarPhys/coulomb.html) . Case Western Reserve University. Diakses tanggal
2008-02-13.
44. Makhijani, Arjun (March 2, 2001). "Basics of Nuclear Physics and Fission" (http://www.ieer.org/rep
orts/n-basics.html) . Institute for Energy and Environmental Research. Diakses tanggal
2007-01-03.
46. Fewell, M. P. (1995). "The atomic nuclide with the highest mean binding energy" (http://adsabs.har
vard.edu/abs/1995AmJPh..63..653F) . American Journal of Physics. 63 (7): 653–58.
doi:10.1119/1.17828 (https://doi.org/10.1119%2F1.17828) . Diakses tanggal 2007-02-01.
47. Mulliken, Robert S. (1967). "Spectroscopy, Molecular Orbitals, and Chemical Bonding". Science.
157 (3784): 13–24. doi:10.1126/science.157.3784.13 (https://doi.org/10.1126%2Fscience.157.37
84.13) . PMID 5338306 (https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/5338306) .
50. Bell, R. E. (1950). "Gamma-Rays from the Reaction H1(n,γ)D2 and the Binding Energy of the
Deuteron". Physical Review. 79 (2): 282–285. doi:10.1103/PhysRev.79.282 (https://doi.org/10.110
3%2FPhysRev.79.282) .
54. Dumé, Belle (April 23, 2003). "Bismuth breaks half-life record for alpha decay" (http://physicsworld.
com/cws/article/news/17319) . Physics World. Diakses tanggal 2007-12-21.
55. Lindsay, Don (July 30, 2000). "Radioactives Missing From The Earth" (http://www.don-lindsay-archi
ve.org/creation/isotope_list.html) . Don Lindsay Archive. Diakses tanggal 2007-05-23.
56. CRC Handbook (2002).
59. "Atomic Weights and Isotopic Compositions for All Elements" (http://physics.nist.gov/cgi-bin/Com
positions/stand_alone.pl?ele=&ascii=html&isotype=some) . National Institute of Standards and
Technology. Diakses tanggal 2007-01-04.
60. Audi, G. (2003). "The Ame2003 atomic mass evaluation (II)" (http://www.nndc.bnl.gov/amdc/web/
masseval.html) . Nuclear Physics A. 729: 337–676. doi:10.1016/j.nuclphysa.2003.11.003 (http
s://doi.org/10.1016%2Fj.nuclphysa.2003.11.003) . Diakses tanggal 2008-02-07.
61. Shannon, R. D. (1976). "Revised effective ionic radii and systematic studies of interatomic
distances in halides and chalcogenides" (http://journals.iucr.org/a/issues/1976/05/00/issconts.
html) . Acta Crystallographica, Section a. 32: 751. doi:10.1107/S0567739476001551 (https://doi.
org/10.1107%2FS0567739476001551) . Diakses tanggal 2007-01-03.
69. Firestone, Richard B. (May 22, 2000). "Radioactive Decay Modes" (https://web.archive.org/web/20
060929111801/http://isotopes.lbl.gov/education/decmode.html) . Berkeley Laboratory.
Diarsipkan dari versi asli (http://isotopes.lbl.gov/education/decmode.html) tanggal 2006-09-29.
Diakses tanggal 2007-01-07.
70. Hornak, J. P. (2006). "Chapter 3: Spin Physics" (http://www.cis.rit.edu/htbooks/nmr/chap-3/chap-
3.htm) . The Basics of NMR. Rochester Institute of Technology. Diakses tanggal 2007-01-07.
72. Goebel, Greg (September 1, 2007). "[4.3] Magnetic Properties of the Atom" (http://www.vectorsite.n
et/tpqm_04.html) . Elementary Quantum Physics. In The Public Domain website. Diakses tanggal
2007-01-07.
77. Martin, W. C. (2007). "Atomic Spectroscopy: A Compendium of Basic Ideas, Notation, Data, and
Formulas" (http://physics.nist.gov/Pubs/AtSpec/) . National Institute of Standards and
Technology. Diakses tanggal 2007-01-08.
82. Reusch, William (July 16, 2007). "Virtual Textbook of Organic Chemistry" (https://web.archive.org/
web/20071029211245/http://www.cem.msu.edu/~reusch/VirtualText/intro1.htm) . Michigan
State University. Diarsipkan dari versi asli (http://www.cem.msu.edu/~reusch/VirtualText/intro1.
htm) tanggal 2007-10-29. Diakses tanggal 2008-01-11.
84. Husted, Robert; et al. (December 11, 2003). "Periodic Table of the Elements" (http://periodic.lanl.go
v/default.htm) . Los Alamos National Laboratory. Diakses tanggal 2008-01-11.
85. Baum, Rudy (2003). "It's Elemental: The Periodic Table" (http://pubs.acs.org/cen/80th/elements.
html) . Chemical & Engineering News. Diakses tanggal 2008-01-11.
87. Brazhkin, Vadim V. (2006). "Metastable phases, phase transformations, and phase diagrams in
physics and chemistry". Physics-Uspekhi. 49: 719–24. doi:10.1070/PU2006v049n07ABEH006013
(https://doi.org/10.1070%2FPU2006v049n07ABEH006013) .
89. Staff (October 9, 2001). "Bose-Einstein Condensate: A New Form of Matter" (https://web.archive.or
g/web/20080103192918/http://www.nist.gov/public_affairs/releases/BEC_background.htm) .
National Institute of Standards and Technology. Diarsipkan dari versi asli (http://www.nist.gov/pub
lic_affairs/releases/BEC_background.htm) tanggal 2008-01-03. Diakses tanggal 2008-01-16.
90. Colton, Imogen (February 3, 1999). "Super Atoms from Bose-Einstein Condensation" (https://web.a
rchive.org/web/20070829200820/http://www.ph.unimelb.edu.au/~ywong/poster/articles/bec.h
tml) . The University of Melbourne. Diarsipkan dari versi asli (http://www.ph.unimelb.edu.au/~yw
ong/poster/articles/bec.html) tanggal 2007-08-29. Diakses tanggal 2008-02-06.
91. Jakubowski, N. (1998). "Sector field mass spectrometers in ICP-MS". Spectrochimica Acta Part B:
Atomic Spectroscopy. 53 (13): 1739–63. doi:10.1016/S0584-8547(98)00222-5 (https://doi.org/10.
1016%2FS0584-8547%2898%2900222-5) .
92. Müller, Erwin W.; Panitz, John A.; McLane, S. Brooks (1968). "The Atom-Probe Field Ion
Microscope". Review of Scientific Instruments. 39 (1): 83–86. doi:10.1063/1.1683116 (https://doi.
org/10.1063%2F1.1683116) . ISSN 0034-6748 (https://www.worldcat.org/issn/0034-6748) .
93. Lochner, Jim (April 30, 2007). "What Do Spectra Tell Us?" (http://imagine.gsfc.nasa.gov/docs/scie
nce/how_l1/spectral_what.html) . NASA/Goddard Space Flight Center. Diakses tanggal
2008-01-03.
95. Hinshaw, Gary (February 10, 2006). "What is the Universe Made Of?" (http://map.gsfc.nasa.gov/m_
uni/uni_101matter.html) . NASA/WMAP. Diakses tanggal 2008-01-07.
97. Davidsen, Arthur F. (1993). "Far-Ultraviolet Astronomy on the Astro-1 Space Shuttle Mission" (htt
p://www.sciencemag.org/cgi/content/abstract/259/5093/327) . Science. 259 (5093): 327–34.
doi:10.1126/science.259.5093.327 (https://doi.org/10.1126%2Fscience.259.5093.327) .
PMID 17832344 (https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17832344) . Diakses tanggal
2008-01-07.
99. Smith, Nigel (January 6, 2000). "The search for dark matter" (http://physicsworld.com/cws/article/
print/809) . Physics World. Diakses tanggal 2008-02-14.
100. Croswell, Ken (1991). "Boron, bumps and the Big Bang: Was matter spread evenly when the
Universe began? Perhaps not; the clues lie in the creation of the lighter elements such as boron
and beryllium" (https://web.archive.org/web/20080207065342/http://space.newscientist.com/arti
cle/mg13217944.700-boron-bumps-and-the-big-bang-was-matter-spread-evenly-whenthe-universe-
began-perhaps-not-the-clues-lie-in-the-creation-of-thelighter-elements-such-as-boron-and-berylliu
m.html) . New Scientist (1794): 42. Diarsipkan dari versi asli (http://space.newscientist.com/artic
le/mg13217944.700-boron-bumps-and-the-big-bang-was-matter-spread-evenly-whenthe-universe-b
egan-perhaps-not-the-clues-lie-in-the-creation-of-thelighter-elements-such-as-boron-and-berylliu
m.html) tanggal 2008-02-07. Diakses tanggal 2008-01-14.
101. Copi, Craig J. (1995). "Big-Bang Nucleosynthesis and the Baryon Density of the Universe" (http://w
ww.sciencemag.org/cgi/reprint/267/5195/192.pdf) (PDF). Science. 267: 192–99.
102. Hinshaw, Gary (December 15, 2005). "Tests of the Big Bang: The Light Elements" (http://map.gsfc.
nasa.gov/m_uni/uni_101bbtest2.html) . NASA/WMAP. Diakses tanggal 2008-01-13.
103. Abbott, Brian (May 30, 2007). "Microwave (WMAP) All-Sky Survey" (http://www.haydenplanetarium.
org/universe/duguide/exgg_wmap.php) . Hayden Planetarium. Diakses tanggal 2008-01-13.
104. F. Hoyle (1946). "The synthesis of the elements from hydrogen" (http://adsabs.harvard.edu/abs/19
46MNRAS.106..343H) . Monthly Notices of the Royal Astronomical Society. 106: 343–83.
Diakses tanggal 2008-01-13.
105. Knauth, D. C. (2000). "Newly synthesized lithium in the interstellar medium". Nature. 405: 656–58.
doi:10.1038/35015028 (https://doi.org/10.1038%2F35015028) .
106. Mashnik, Stepan G. (2000). "On Solar System and Cosmic Rays Nucleosynthesis and Spallation
Processes" (http://arxiv.org/abs/astro-ph/0008382) . Cornell University. Diakses tanggal
2008-01-14.
107. Kansas Geological Survey (May 4, 2005). "Age of the Earth" (https://web.archive.org/web/2008070
5052359/http://www.kgs.ku.edu/Extension/geotopics/earth_age.html) . University of Kansas.
Diarsipkan dari versi asli (http://www.kgs.ku.edu/Extension/geotopics/earth_age.html) tanggal
2008-07-05. Diakses tanggal 2008-01-14.
109. Dalrymple, G. Brent (2001). "The age of the Earth in the twentieth century: a problem (mostly)
solved" (http://sp.lyellcollection.org/cgi/content/abstract/190/1/205) . Geological Society,
London, Special Publications. 190: 205–21. doi:10.1144/GSL.SP.2001.190.01.14 (https://doi.org/1
0.1144%2FGSL.SP.2001.190.01.14) . Diakses tanggal 2008-01-14.
111. Pennicott, Katie (May 10, 2001). "Carbon clock could show the wrong time" (http://physicsworld.co
m/cws/article/news/2676) . PhysicsWeb. Diakses tanggal 2008-01-14.
112. Yarris, Lynn (July 27, 2001). "New Superheavy Elements 118 and 116 Discovered at Berkeley Lab"
(http://enews.lbl.gov/Science-Articles/Archive/elements-116-118.html) . Berkeley Lab. Diakses
tanggal 2008-01-14.
113. Diamond, H.; et al. (1960). "Heavy Isotope Abundances in Mike Thermonuclear Device" (http://prol
a.aps.org/abstract/PR/v119/i6/p2000_1) (subscription required). Physical Review. 119: 2000–04.
114. Poston Sr., John W. (March 23, 1998). "Do transuranic elements such as plutonium ever occur
naturally?" (http://www.sciam.com/chemistry/article/id/do-transuranic-elements-s/topicID/4/ca
tID/3) . Scientific American. Diakses tanggal 2008-01-15.
115. Keller, C. (1973). "Natural occurrence of lanthanides, actinides, and superheavy elements" (https://
www.osti.gov/energycitations/product.biblio.jsp?osti_id=4353086) . Chemiker Zeitung. 97 (10):
522–30. Diakses tanggal 2008-01-15.
118. Weisenberger, Drew. "How many atoms are there in the world?" (http://education.jlab.org/qa/math
atom_05.html) . Jefferson Lab. Diakses tanggal 2008-01-16.
120. Anderson, Don L. (2002). "The inner inner core of Earth" (http://www.pubmedcentral.nih.gov/article
render.fcgi?artid=137819) . Proceedings of the National Academy of Sciences. 99 (22): 13966–
68. doi:10.1073/pnas.232565899 (https://doi.org/10.1073%2Fpnas.232565899) .
PMID 12391308 (https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/12391308) . Diakses tanggal
2008-01-16.
121. Anonymous (October 2, 2001). "Second postcard from the island of stability" (http://cerncourier.co
m/cws/article/cern/28509) . CERN Courier. Diakses tanggal 2008-01-14.
122. Jacoby, Mitch (2006). "As-yet-unsynthesized superheavy atom should form a stable diatomic
molecule with fluorine" (http://pubs.acs.org/cen/news/84/i10/8410notw9.html) . Chemical &
Engineering News. 84 (10): 19. Diakses tanggal 2008-01-14.
123. Koppes, Steve (March 1, 1999). "Fermilab Physicists Find New Matter-Antimatter Asymmetry" (htt
p://www-news.uchicago.edu/releases/99/990301.ktev.shtml) . University of Chicago. Diakses
tanggal 2008-01-14.
124. Cromie, William J. (August 16, 2001). "A lifetime of trillionths of a second: Scientists explore
antimatter" (http://news.harvard.edu/gazette/2001/08.16/antimatter.html) . Harvard University
Gazette. Diakses tanggal 2008-01-14.
125. Hijmans, Tom W. (2002). "Particle physics: Cold antihydrogen". Nature. 419: 439–40.
doi:10.1038/419439a (https://doi.org/10.1038%2F419439a) .
126. Staff (October 30, 2002). "Researchers 'look inside' antimatter" (http://news.bbc.co.uk/2/hi/scienc
e/nature/2375717.stm) . BBC News. Diakses tanggal 2008-01-14.
127. Barrett, Roger (1990). "The Strange World of the Exotic Atom" (https://web.archive.org/web/20071
221164440/http://media.newscientist.com/article/mg12717284.600-the-strange-world-of-the-exot
ic-atom-physicists-can-nowmake-atoms-and-molecules-containing-negative-particles-other-than-el
ectronsand-use-them-not-just-to-test-theories-but-also-to-fight-cancer-.html) . New Scientist
(1728): 77–115. Diarsipkan dari versi asli (http://media.newscientist.com/article/mg12717284.60
0-the-strange-world-of-the-exotic-atom-physicists-can-nowmake-atoms-and-molecules-containing-
negative-particles-other-than-electronsand-use-them-not-just-to-test-theories-but-also-to-fight-canc
er-.html) tanggal 2007-12-21. Diakses tanggal 2008-01-04.
128. Indelicato, Paul (2004). "Exotic Atoms". Physica Scripta. T112: 20–26.
doi:10.1238/Physica.Topical.112a00020 (https://doi.org/10.1238%2FPhysica.Topical.112a0002
0) .
Referensi buku
L'Annunziata, Michael F. (2003). Handbook of Radioactivity Analysis. Academic Press.
ISBN 0124366031. OCLC 162129551 (https://www.worldcat.org/oclc/162129551) .
Beyer, H. F. (2003). Introduction to the Physics of Highly Charged Ions. CRC Press. ISBN 0750304812.
OCLC 47150433 (https://www.worldcat.org/oclc/47150433) .
Choppin, Gregory R. (2001). Radiochemistry and Nuclear Chemistry. Elsevier. ISBN 0750674636.
OCLC 162592180 (https://www.worldcat.org/oclc/162592180) .
Dalton, J. (1808). A New System of Chemical Philosophy, Part 1. London and Manchester: S. Russell.
Demtröder, Wolfgang (2002). Atoms, Molecules and Photons: An Introduction to Atomic- Molecular-
and Quantum Physics (edisi ke-1st). Springer. ISBN 3540206310. OCLC 181435713 (https://www.wor
ldcat.org/oclc/181435713) .
Feynman, Richard (1995). Six Easy Pieces. The Penguin Group. ISBN 978-0-140-27666-4.
OCLC 40499574 (https://www.worldcat.org/oclc/40499574) .
Gangopadhyaya, Mrinalkanti (1981). Indian Atomism: History and Sources. Atlantic Highlands, New
Jersey: Humanities Press. ISBN 0-391-02177-X. OCLC 10916778 (https://www.worldcat.org/oclc/109
16778) .
Goodstein, David L. (2002). States of Matter. Courier Dover Publications. ISBN 0-486-49506-X.
Harrison, Edward Robert (2003). Masks of the Universe: Changing Ideas on the Nature of the
Cosmos. Cambridge University Press. ISBN 0521773512. OCLC 50441595 (https://www.worldcat.or
g/oclc/50441595) .
Lequeux, James (2005). The Interstellar Medium. Springer. ISBN 3540213260. OCLC 133157789 (htt
ps://www.worldcat.org/oclc/133157789) .
Levere, Trevor, H. (2001). Transforming Matter – A History of Chemistry for Alchemy to the Buckyball
(https://archive.org/details/transformingmatt0000leve) . The Johns Hopkins University Press.
ISBN 0-8018-6610-3.
Liang, Z.-P. (1999). Webster, J. G., ed. Encyclopedia of Electrical and Electronics Engineering:
Magnetic Resonance Imaging (http://ieeexplore.ieee.org/iel5/8734/27658/01233976.pdf?arnumber=
1233976) (PDF). vol. 2. John Wiley & Sons. hlm. 412–26. ISBN 0471139467. Diakses tanggal
2008-01-09.
MacGregor, Malcolm H. (1992). The Enigmatic Electron. Oxford University Press. ISBN 0195218337.
OCLC 223372888 (https://www.worldcat.org/oclc/223372888) .
Manuel, Oliver (2001). Origin of Elements in the Solar System: Implications of Post-1957
Observations. Springer. ISBN 0306465620. OCLC 228374906 (https://www.worldcat.org/oclc/2283
74906) .
Mazo, Robert M. (2002). Brownian Motion: Fluctuations, Dynamics, and Applications. Oxford
University Press. ISBN 0198515677. OCLC 48753074 (https://www.worldcat.org/oclc/48753074) .
Mills, Ian (1993). Quantities, Units and Symbols in Physical Chemistry (edisi ke-2nd). Oxford:
International Union of Pure and Applied Chemistry, Commission on Physiochemical Symbols
Terminology and Units, Blackwell Scientific Publications. ISBN 0-632-03583-8. OCLC 27011505 (http
s://www.worldcat.org/oclc/27011505) .
Moran, Bruce T. (2005). Distilling Knowledge: Alchemy, Chemistry, and the Scientific Revolution.
Harvard University Press. ISBN 0674014952.
Padilla, Michael J. (2002). Prentice Hall Science Explorer: Chemical Building Blocks. Upper Saddle
River, New Jersey USA: Prentice-Hall, Inc. ISBN 0-13-054091-9. OCLC 47925884 (https://www.worldca
t.org/oclc/47925884) .
Pfeffer, Jeremy I. (2000). Modern Physics: An Introductory Text. Imperial College Press.
ISBN 1860942504. OCLC 45900880 (https://www.worldcat.org/oclc/45900880) .
Ponomarev, Leonid Ivanovich (1993). The Quantum Dice. CRC Press. ISBN 0750302518.
OCLC 26853108 (https://www.worldcat.org/oclc/26853108) .
Scerri, Eric R. (2007). The Periodic Table. Oxford University Press. ISBN 0195305736.
Shultis, J. Kenneth (2002). Fundamentals of Nuclear Science and Engineering. CRC Press.
ISBN 0824708342. OCLC 123346507 (https://www.worldcat.org/oclc/123346507) .
Siegfried, Robert (2002). From Elements to Atoms: A History of Chemical Composition. DIANE.
ISBN 0871699249. OCLC 186607849 (https://www.worldcat.org/oclc/186607849) .
Smirnov, Boris M. (2003). Physics of Atoms and Ions. Springer. ISBN 0-387-95550-X.
Teresi, Dick (2003). Lost Discoveries: The Ancient Roots of Modern Science (http://books.google.co
m/books?id=pheL_ubbXD0C&dq) . Simon & Schuster. hlm. 213–214. ISBN 074324379X.
Various (2002). Lide, David R., ed. Handbook of Chemistry & Physics (https://web.archive.org/web/20
170724011402/http://www.hbcpnetbase.com/) (edisi ke-88th). CRC. ISBN 0849304865.
OCLC 179976746 (https://www.worldcat.org/oclc/179976746) . Diarsipkan dari versi asli (http://ww
w.hbcpnetbase.com/) tanggal 2017-07-24. Diakses tanggal 2008-05-23.
Woan, Graham (2000). The Cambridge Handbook of Physics. Cambridge University Press.
ISBN 0521575079. OCLC 224032426 (https://www.worldcat.org/oclc/224032426) .
Zaider, Marco (2001). Radiation Science for Physicians and Public Health Workers (https://archive.or
g/details/radiationscience0000zaid) . Springer. ISBN 0306464039. OCLC 44110319 (https://www.w
orldcat.org/oclc/44110319) .
Pranala luar
Wikimedia Commons memiliki media mengenai Atom.
Diperoleh dari
"https://id.wikipedia.org/w/index.php?
title=Atom&oldid=20822056"
Terakhir disunting 5 bulan yang lalu oleh InternetArchiveBot