Anda di halaman 1dari 55

STRUKTUR ATOM

I. STANDAR KOMPETENSI
Memahami struktur atom, sifat-sifat periodik unsur, dan ikatan kimia
II. KOMPETENSI DASAR
Memahami struktur atom berdasarkan teori atom Bohr, sifat-sifat unsur, massa
atom relatif, dan sifat-sifat periodik unsur dalam tabel periodik serta menyadari
keteraturannya melalui pemahamnan konfigurasi elektron.
III. MATERI : STRUKTUR ATOM
A. PERKEMBANGAN TEORI ATOM
Materi adalah segala sesuatu yang mempunyai massa dan menempati ruang. Contoh ; udara,
tanah, batu, pasir, kayu, plastik, sabun, dll. Setiap materi mempunyai sifat-sifat khas yang
membedakannya dengan materi lain. Akan tetapi di antara berbagai macam materi ada pula
persamaannya, sehingga dibuatlah suatu pengelompokkan materi. Materi apa saja bentuknya,terdiri
atas butir-butir kecil/partikel yang mempunyai ukuran sangat kecil, sehingga tidak memungkinkan
untuk diamati satu partikelpun meski rtelah menggunakan mikroskop yang sangat kuat.
Gagasan tentang partikel materi, pertama kali dikemukakan oleh Leucippos dan Democritus,
ahli filsafat Yunani yang hidup pada abad IV SM. Leucippos (berasal dari kota Miletos) berpendapat
bahwa atom adalah bagian terkecil dari segala benda. Democritos (460-360 SM) murid Leucippos
menyatakan bahwa pembagian materi bersifat diskontinyu yang artinya jika suatu materi dibagi dan
dibagi lagi akhirnya diperoleh zarah (partikel) terkecil yang sudah tidak dapat dibagi lagi lebih lanjut.
Partikel tersebut berada pada gerakan yang konstan, tetapi dapat bergabung. Partikel itu disebut
“atom”.Dalam bahasa Yunani, atom artinya tidak terbagi (atom berasal dari kata “atomos”, a = tidak
dan tomos = terbagi). Sifat atom suatu benda berbeda karena jumlah dan susunan (bentuk, ukuran,
dan berat) atomnya berbeda. Atom-atom dari unsur yang sama mempunyai sifat dan ukuran yang
sama, tetapi berbeda dari atom unsur lain.
Selain itu ada pendapat Plato dan Aristoteles, menyatakan bahwa pembagian materi bersifat
kontinyu yang artinya jika suatu materi dibagi dan dibagi lagi dan terus menerus dibagi akan
berlanjut tanpa batas. Oleh karena Aristoteles seorang yang sangat berpengaruh pada masa itu,
maka gagasan tentang atom memudar dan tidak mengalami perkembangan selama berabad-abad.
Pemikiran tentang keberadaan atom kembali muncul di Eropa pada abad ke-17 ketika para ilmuwan
mencoba menjelaskan sifat-sifat gas.
Isaac Newton (1642-1727) seorang ilmuwan yang sangat berpengaruh pada masa itu,
mengemukakan dukungannya tentang keberadaan atom. Pada abad ke-18, para kimiawan mulai
melakukan pengukuran massa zat-zat yang terlibat dalam reaksi. Pada tahun 1774, Antonie Laurent
Lavoiser kimiawan Perancis menemukan bahwa dalam reaksi kimia tidak terjadi perubahan massa.
Penemuan ini dikenal sebagai “Hukum Kekekalan Massa”. Kemudian pada tahun 1749, Joseph
Louis Proust (1754-1826) asal Perancis menemukan “Hukum Perbandingan Tetap” yang
menyatakan bahwa unsur-unsur bergabung dengan perbandingan tertentu.
Model atom dibuat untuk memudahkan dalam mempelajari sifat-sifat atom. Karena sulit
mengidentifikasi atom maka model atom selalu mengalami pembaharuan mulai dari model/teori
yang paling sederhana sampai pada yang berdasarkan penemuan-penemuan secara eksperimen.
1. Teori Atom Dalton
John Dalton (1766-1844) dari desa Eaglefield Inggris merumuskan teori atom yang pertama
sekitar tahun 1803-1807 yang dikenal dengan Teori Atom Dalton. Pada tahun 1808, dalam
“New System of Chemical Phylosophy”, teori tentang atom dikembangkan sebagai dasar
untuk menerangkan peristiwa kimia (kuantitatif), susunan zat, dan hukum yang berhubungan
dengan reaksi kimia dan ilmu fisika. Postulat dasar dalam teori atom Dalton sebagai berikut :
1. Setiap unsur terdiri atas sejumlah partikel sangat kecil yang sudah tidak terbagi lagi, disebut
“atom” (atom adalah partikel terkecil suatu unsur yang berbentuk bola pejal, dimana bola-
bola atom tersebut khas untuk setiap unsurnya).
2. Atom-atom dari suatu unsur adalah identik (dalam hal volume, bentuk, dan massa atau
berat). Atom-atom dari unsur yang berbeda mempunyai sifat-sifat yang berbeda.
3. Dalam reaksi kimia, atom dari suatu unsur tidak dapat diubah menjadi atom unsur lain, tidak
dapat dimusnahkan/diciptakan. Hanya terjadi perubahan susunan atom-atom dalam zat
tersebut (terjadi penggabungan/pemisahan atom-atom). Jadi, reaksi kimia hanya merupakan
penataan ulang atom-atom.
4. Ketika membentuk senyawa, unsur-unsur yang berbeda bergabung dengan perbandingan
bulat dan sederhana, misalnya 1 atom A dengan 1 atom B terbentuk menjadi senyawa AB,
1atom c dengan 2 atom D terbentuk menjadi senyawa CD2 dst.
Pada perkembangan selanjutnya, diketahui bahwa beberapa postulat dalam teori atom
Dalton ternyata kurang tepat, misalnya :
1. Atom bukanlah sesuatu yang tak terbagi, melainkan terdiri dari berbagai partikel sub atom
(partikel penyusun atom : proton, elektron, neutron).
2. Meski mempunyai sifat-sifat yang sama, atom-atom dari unsur yang sama dapat
mempunyai massa yang berbeda. Atom-atom dari unsur yang sama, tetapi mempunyai
massa berbeda disebut “isotop”.
3. Melalui reaksi nuklir, atom dari suatu unsur dapat diubah menjadi atom unsur lain.
4. Beberapa unsur tidak terdiri atas atom-atom melainkan molekul-molekul. Molekul unsur
terbentuk dari atom-atom sejenis dengan jumlah tertentu.
Dengan demikian, kelemahan Teori Atom Dalton sebagai berikut :
1. Tidak dapat menjelaskan perbedaan antara atom unsur yang satu dengan unsur yang lain,
2. Tidak dapat menjelaskan sifat listrik materi,
3. Tidak dapat menjelaskan cara atom-atom saling berikatan.
4. Atom bukan merupakan partikel terkecil suatu unsur karena masih ada partikel-partikel lain
di dalam atom.
2. Teori Atom Thomson
Partikel dasar penyusun atom, isotop dan gejala listrik, pada tahun 1897 diteliti oleh
Joseph John Thomson (pemenang hadiah nobel bidang fisika tahun 1906) dan R Milikan
(penentuan massa dan muatan elektron). Model atom Thomson didasarkan atas eksperimennya
tentang sifat-sifat listrik suatu zat. Thomson berhasil menemukan partikel subatom bermuatan
negatif yang disebut “elektron” (1897). Oleh karena atom secara keseluruhan bersifat netral,
maka dalam atom harus mengandung muatan positif dalam jumlah yang sama dengan muatan
negatif.
Pada tahun 1990, Thomson mengemukakan teorinya bahwa atom merupakan bola pejal
yang bermuatan positif, yang di dalamnya tersebar menyeluruh elektron bermuatan negatif.
Model atom Thomson merinci gambaran atom Dalton dengan model “roti kismis” atau
“potongan buah semangka”. Namun demikian model atom ini tidak dapat bertahan lama karena
Thomson tidak dapat menjelaskan adanya inti atom (kelemahan Thomson).
3. Teori Atom Rutherford
Ernest Rutherford adalah salah seorang murid Thomson. Sebenarnya sifat dan struktur
atom dikembangkan oleh Rutherford pada tahun 1911 (pemenang nobel bidang kimian tahun
1908). Rutherford menemukan bukti bahwa di dalam atom terdapat inti atom yang bermuatan
positif (Goldstein menamai proton) dan partikel-partikel netral (Chadwick menamai neutron)
yang berukuran lebih kecil dari atom. Pada tahun 1810 bersama-sama 2 orang muridnya
bernama Hans Geiger dan Ernest Marsden melakukan serangkaian eksperimen untuk
mengetahui susunan atom. Yaitu dengan menembakkan partikel alfa berenergi tinggi pada
lempeng logam yang sangat tipis. Mula-mula logam yang digunakan adalah lempeng emas
kemudian beberapa logam lain. Mereka menemukan bahwa sebagian besar partikel alfa
diteruskan menembus lempengan logam tersebut tanpa mengalami pembelokkan yang berarti
seolah-olah lempeng logam itu tidak ada dan partikel alfa melewati ruang kosong. Akan tetapi
jika diperhatikan secara seksama, ternyata ditemukan ada sebagian kecil partikel alfa
mengalami pembelokkan yang cukup besar bahkan beberapa diantaranya dipantulkan. Adanya
partikel yang dipantulkan itu sangat mengejutkan Rutherford sehingga ia menyimpulkan bahwa
pasti partikel alfa itu telah menabrak sesuatu yang sangat padat dalam atom. Fakta ini tidak
sesuai dengan model atom yang dikemukakan Thomson di mana atom digambarkan bersifat
homogen pada seluruh bagiannya (tidak mengindikasikan adanya bagian yang lebih padat).
Pada tahun 1911, Rutherford dapat menjelaskan penghamburan sinar alfa dengan
mengajukan gagasan tentang inti atom. Menurut Rutherford, sebagian besar dari massa dan
muatan positif atom terkonsentrasi pada bagian pusat atom yang selanjutnya disebut “inti atom”.
Karena tiap atom bermuatan netral maka muatan positif pada inti harus diimbangi dengan
adanya muatan negatif pada elektron (jumlah muatan positif harus sama dengan jumlah muatan
negatif). Elektron beredar mengelilingi inti atom pada jarak yang relatif sangat jauh. Lintasan
elektron itu disebut “kulit atom”. Jarak dari inti hingga garis edar elektron (kulit atom) disebut
“jari-jari atom”. Ukuran jari-jari atom > jari-jari inti atom yaitu ± 10 –8 cm dan ± 10 –13 cm. Jadi,
sebagian besar dari atom merupakan ruang hampa. Bila diameter inti atom diibaratkan 1 cm,
maka penampang atom (jari-jari atom) ibarat lapangan bulat dengan diameter 1 km.
Menurut Rutherford, atom terdiri atas inti atom yang bermuatan positif dikelilingi oleh
elektron bermuatan negatif, seperti planet-planet mengelilingi matahari sebagai sistem susunan
tatasurya. Permasalahan lintasan elektron yang digambarkan Rutherford adalah bagaimana
pengaruh gaya tarik elektrostatik elektron yang bermuatan negatif dan inti atom yang bermuatan
positif. Menurut Maxwell, jika elektron bergerak mengelilingi inti atom, elektron akan kehilangan
energi aibat pancaran gelombang elektromagnetik dari suatu muatan yang berputar. Hal
tersebut menyebabkan elektron bergerak dengan lintasan yang semakin dekat ke inti
menyerupai spiral dan akhirnya akan jatuh ke inti.
Kelemahan teori atom Rutherford : tidak mampu menjelaskan gejala alam terutama
mengenai elektron yang tetap pada orbitnya, tidak menjelaskan mengapa elektron tidak tersedot
dan jatuh ke inti atom. Menurut Rutherford, kedudukan elektron tidak stabil akan tetapi
kenyataanya atom bersifat stabil.
4. Teori Atom Bohr
Neils Hendrik David Bohr, (pemenang hadiah nobel bidang fisika dan kimia tahun 1922)
adalah seorang murid Rutherford mencoba menyempurnakan model atom Rutherford yang
berkaitan dengan lintasan elektron. Menurut hukum fisika klasik, gerakan elektron mengitari inti
akan disertai pemancaran energi berupa radiasi elektromagnet. Jika demikian, maka energi
elektron akan semakin berkurang sehingga gerakannya akan melambat. Sementara, jika
gerakan elektron melambat maka elektron akan terpilin semakin mendekati inti sehingga
lintasannya akan berbentuk spiral dan akhirnya akan jatuh ke inti atom. Akan tetapi hal ini tidak
sesuai dengan kenyataan bahwa elektron di dalam atom tidak pernah jatuh ke inti.
Fisikawan Denmark, Neils Bohr pertama kali mengembangkan teori struktur atom dan
menggambarkan tingkat energi elektron di dalam atom untuk menjelaskan spektra atom.
Bohr memilih atom hidrogen sebagai model teorinya karena atom hidrogen merupakan
atom yang paling sederhana yang menghasilkan spektrum atom yang paling sederhana pula.
Pada tahun 1913, Bohr mengajukan suatu model atom berdasarkan analisis spektra atom
hidrogen sebagai berikut :
1. Dalam atom terdapat lintasan-lintasan tertentu tempat elektron dapat mengorbit inti tanpa
disertai pemancaran/penyerapan energi. Lintasan itu (disebut juga kulit atom) adalah orbit
berbentuk lingkaran dengan jari-jari tertentu. Tiap lintasan ditandai dengan satu bilangan
bulat yang disebut bilangan kuantum utama (n) mulai dari 1,2,3,4, dstnya yang dinyatakan
dengan lambang K,L,M,N dstnya. Lintasan pertama dengan n=1 dinamai kulit K, lintasan
kedua dengan n=2 dinamai kulit L dstnya. Makin besar harga n, (makin jauh dari inti) maka
makin besar energi elektron yang mengorbit pada kulit itu.
2. Elektron hanya boleh berada pada lintasan-lintasan yang diperbolehkan (lintasan yang
ada),dan tidak boleh berada di antara dua lintasan. Lintasan yang akan ditempati oleh
elektron bergantung pada energinya. Elektron tidak akan kehilangan energi selama tetap
berada dalam orbitnya. Pada keadaan normal (tanpa pengaruh luar), elektron menempati
tingkat energi terendah. Keadaan seperti itu disebut tingkat dasar (ground state)
3. Elektron dapat berpindah dari satu kulit ke kulit lain disertai pemancaran/penyerapan
sejumlah tertentu energi. Perpindahan elektron ke kulit lebih luar akan disertai penyerapan
energi. Sebaliknya, perpindahan elektron ke kulit lebih dalam akan disertai pelepasan
energi.
Kelemahan teori atom Bohr : Model lintasan elektron berupa lingkaran oleh Bohr hanya cocok
untuk atom Hidrogen yang memiliki 1 elektron sehingga untuk atom banyak elektron bentuk
lintasan tersebut ternyata tidak sesuai. Pada perkembangan selanjutnya, model atom Bohr
menjelaskan gerakan elektron menyerupai gelombang, sehingga posisinya tidak dapat
ditentukan dengan pasti. Jadi orbit elektron yang berbentuk lingkaran dengan jari-jari tertentu
tidak dapat diterima.
5. Teori Atom Mekanika Kuantum (Teori Atom Modern)
Pada tahun 1927, Erwin Schrodinger, seorang ilmuwan Austria mengemukakan teori atom
yang disebut teori atom mekanika kuantum atau mekanika gelombang, dan konsep orbital.
Teori tersebut dapat diterima para ahli hingga sekarang. Teori atom ini mempunyai persamaan
dengan teori atom Bohr dalam hal tingkat-tingkat energi/kulit-kulit atom, tetapi berbeda dalam
hal bentuk lintasan atau orbit tersebut.
Menurut teori atom Modern; posisi/keberadaan elektron adalah tidak pasti, hanya dapat
ditentukan keberadaan elektron di dalam atom adalah daerah dengan peluang terbesar untuk
menemukan elektron tersebut. Daerah itu disebut orbital. Elektron dipandang sebagai partikel
dan gelombang, di dalam atom digambarkan sebagai awan elektron.
Gambar Model Atom Dalton, Thomson, Rutherford, Bohr dan Modern..
1 2 3 4 5

A. Dalton A. Thomson A.Rutherford A.Bohr A Modern


B. PARTIKEL DASAR PENYUSUN ATOM
1. Proton
Pada tahun 1886, sebelum hakikat sinar katode ditemukan maka seorang ahli fisika Jerman
Eugene Goldstein melakukan percobaan dengan menggunakan tabung sinar katode dan
menemukan fakta sebagai berikut :
 Apabila katode tidak diberi lubang, ternyata gas di belakang katode tetap gelap,
 Apabila katode diberi lubang maka gas di belakang katode menjadi berpijar. Hal ini
menunjukkan adanya radiasi yang berasal dari anode yang menerobos lubang pada katode
dan memijarkan gas di belakang katode itu. Radiasi itu disebut sinar anode/sinar
positif,/sinar terusan/sinar kanal.
 Hasil percobaan menunjukkan bahwa sinar terusan marupakan radiasi partikel (dapat
memutar kincir) yang bermuatan positif (dalam medan listrik dibelokkan ke kutub negatif).
 Partikel sinar terusan ternyata bergantung pada jenis gas dalam tabung. Artinya, jika gas
dalam tabung diganti ternyata dihasilkan partikel sinar terusan dengan ukuran yang
berbeda. Partikel sinar terusan terkecil diperoleh dari gas Hidrogen. Partikel ini kemudian
disebut “proton”.
–24 –19
Massa 1 proton = 1,6726486 x 10 gram = 1 sma. Muatan 1 proton = +1 = + 1,6 x 10 C.
Muatan maupun massa partikel sinar terusan dari gas lain selalu merupakan kelipatan bulat dari
massa dan muatan proton, sehingga diduga bahwa partikel itu terdiri atas proton-proton.
Kemudian pada tahun 1919, Rutherford mengembangkan partikel dasar bermuatan positif yaitu
proton. Rutherford menemukan proton terbentuk ketika partikel alfa ditembakkan pada inti atom
Nitrogen. Hal serupa juga terjadi pada penembakan inti atom lain. Hal ini membuktikan bahwa
inti atom terdiri atas proton sebagaimana diduga oleh Goldstein.
2. Elektron
Sir Joseph J. Thomson, seorang fisikawan Inggris (1897), melkukan penelitian untuk
menentukan sifat-sifat sinar katode. Partikel dalam atom pertama kali ditemukan oleh Thomson
melalui eksperimennya dengan menggunakan dua pelat logam sebagai elektrode dalam tabung
kaca vakum. Kedua elektrode tersebut dihubungkan dengan sumber arus bertegangan tinggi.
Hasil eksperimen menunjukkan adanya sinar yang keluar dari elektrode negatif (katode) menuju
elektrode positif (anode). Sinar yang keluar dari katode disebut “sinar katode”, sedangkan
tabung vakumnya disebut “tabung sinar katode”. Sinar ini tidak terlihat oleh mata, tetapi dapat
memendarkan zat tertentu sehingga dapat terlacak keberadaannya. Thomson menemukan
bahwa medan magnet dan medan listrik mempengaruhi sinar katode. Ketika magnet didekatkan
pada tabung, arah sinar katode berbelok. Sementara itu, kutub positif medan listrik menarik
sinar sinar katode, sedangkan kutub negatif menolaknya. Dengan dibelokannya sinar katode
menuju kutub positif, Thomson menyimpulkan bahwa sinar katode bukanlah gelombang
melainkan merupakan arus partikel yang memiliki massa dan bermuatan negatif. Partikel
tersebut dinamakan “elektron”. Thomson juga berhasil menentukan perbandingan harga muatan
negatif elektron terhadap massanya, yaitu e = -1,76 x 10 8 coulomb/g ( e = muatan elekton dalam
satuan coulomb dan m = massa elektron dalam satuan gram).
Pada tahun 1909, Robert Milikan berhasil menentukan muatan elektron melalui eksperimen
tetesan minyak. Muatan elektron = -1,6 x 10 –19 C. Massa elektron = 9,11 x 10-28 g.
3. Neutron
Neutron ( partikel yang tidak bermuatan ) ditemukan oleh James Chadwick pada tahun 1932,
dengan melakukan percobaan penembakan atom berilium dengan sinar alfa. Tetapi
keberadaannya telah diduga oleh Aston sejak tahun 1919. Selanjutnya pada tahun 1930, W.
Bothe dan H. Becker menembaki inti atom berilium dengan partikel alfa dan menemukan suatu
radiasi partikelyang mempunyai daya tembus tinggi. Pada tahun 1932, James Chadwick
membuktikan bahwa radiasi tersebut terdiri atas partikel netral yang massanya hampir sama
dengan massa proton. Oleh karena bersifat netral, partikel itu dinamakan “neutron”.
Partikel neutron memiliki massa yang hampir sama dengan partikel proton, yakni 1.836 kali
massa elektron. Massa 1 neutron = 1,6749544 x 10 –24 gram = 1 sma. Oleh karena bernilai
sangat kecil massa elektron (1/1836 x massa proton) maka dapat diabaikan terhadap massa
proton atau dianggap = 0.
Sifat-sifat kimia unsur terutama hanya ditentukan oleh tiga jenis partikeldasar, yaitu proton,
elektron, dan neutron.
C. SUSUNAN ATOM
Perbedaan antara atom yang satu dengan atom yang lain disebabkan oleh perbedaan susunan
atom, yaitu jumlah proton, elektron dan neutron. Dengan demikian, susunan suatu atom adalah
jumlah partikel dasar yang menyusun suatu atom. Susunan atom dinyatakan dengan

notasi/lambang sebagai berikut : A A = nomor massa

X X = suatu unsur

Z Z = nomor atom
Nomor Atom merupakan ciri khas dari setiap atom suatu unsur yang menunjukkan jumlah proton
dalam suatu atom. Artinya, atom-atom dari unsur yang sama mempunyai jumlah proton yang sama
tetapi berbeda dari atom unsur lain. Jadi, atom yang sama mempunyai nomor atom dan jumlah
proton yang sama pula. Jika nomor atomnya berbeda, maka jenis atom dan jumlah proton juga
berbeda. Contoh : 1H mempunyai nomor atom 1, menunjukkan atom H mempunyai 1 proton, 8O
mempunyai nomor atom 8 menunjukkan atom O mempunyai 8 proton.
Proton merupakan satu-satunya partikel bermuatan dalam inti atom sehingga nomor atom
menyatakan muatan intinya. Jika atom H mempunyai 1 proton maka inti atom H bermuatan +1. Inti
atom O bermuatan +8 karena mempunyai 8 proton.
Untuk atom netral, ∑ p = ∑ e sehingga nomor atom juga menyatakan ∑ e dalam suatu atom.
Nomor Atom = NA = Z = ∑ p = ∑ e. dimana ∑ p = jumlah proton, ∑ e = jumlah elektron.
Contoh : Nomor Atom Karbon = 6, berarti setiap atom Karbon mempunyai 6 proton, dan 6 elektron.
Atom netral dapat melepaskan (kehilangan) sebagian elektron atau dapat menerima tambahan
elektron dari atom lain tanpa mengubah jenis atomnya, agar atom tersebut dapat berada dalam
kondisi stabil. Atom yang melepaskan / menerima elektron dapat disebut “ion”. Atom yang
melepaskan (kehilangan) elektron akan membentuk atom yang bermuatan positif (+) sehingga
disebut “ion positif”, sedangkan atom yang menerima tambahan elektron akan membentuk atom
yang bermuatan negatif (-) sehingga disebut “ion negatif”. Ketika atom berubah menjadi ion, nomor
atom dan jumlah proton tetap, akan tetapi jumlah elektron berubah.
Dalam ion bermuatan + x, jumlah elektron (∑ e) = Z – X , dimana X adalah jumlah muatan ion.
Dalam ion bermuatan – x, jumlah elektron (∑ e) = Z + X
Contoh :
Proton Elektron Neutron
Atom 23Na 11 11 12
11

Ion Na + 11 10 12
Ion 16 O 2- 8 10 8
8

Nomor Massa menggambarkan massa partikel-partikel penyusun atom, yaitu massa proton,
elektron, dan neutron. Massa elektron sangat kecil dibandingkan massa proton dan neutron
sehingga massa elektron ini dapat diabaikan. Massa proton dan neutron sama yaitu masing-masing
sekitar 1 sma ( massa proton = 1,0073 sma, massa neutron = 1,0087 sma) sedangkan massa
elektron = 5,486 x 10 –4 sma. Karena massa proton dan neutron mendekati 1 sma maka massa
atom selalu mendekati bilangan bulat atau sama dengan nomor massanya dalam satuan sma
(satuan massa atom / amu = atomie massa unit).
Nomor massa atom diberi notasi A dan didefinisikan sebagai jumlah total proton dan neutron dalam
inti atom. Semua atom suatu unsur memiliki kedua partikel dasar ini (proton dan neutron), kecuali
hidrogen yang hanya memiliki 1 proton tetapi tidak ada neutron.
Nomor Massa = NM = A = ∑ p + ∑ n , karena ∑ p = Z = NA maka Ket ; ∑ n = jumlah neutron
A = Z + ∑ n, atau NM = NA + ∑ n
∑ n = A – Z, atau ∑ n = NM – NA
Contoh : 19 F memiliki ∑ p = ∑ e = NA = Z = 9 dan ∑ n = NM – NA = A – Z = 19 – 9 = 10
9

Ion F- memiliki ∑ p = Z = 9, dan ∑ e = Z + 1 = 9 + 1 = 10, maka ∑ n = A – Z = 19 – 9 = 10


Ion Na+ memiliki ∑ p = Z = 11, dan ∑ e = Z - 1 = 11 - 1 = 10, maka ∑ n = A – Z = 23 – 11 = 12
Massa atom untuk tiap atom tidak khas maksudnya bahwa atom suatu unsur yang sama (nomor
atom sama) mempunyai nomor massa yang berbeda karena jumlah neutron dalam atom berbeda.
Suatu atom unsur yang sama mempunyai massa atom yang berbeda-beda, misalnya Cl-35 terdiri
atas 17 proton dan 18 neutron dan Cl-37 terdiri atas 17 proton dan 20 neutron.
Isotop adalah atom-atom yang mempunyai nomor atom sama tetapi nomor massanya berbeda.
Isotop terjadi karena perbedaan jumlah neutron dalam inti atom. Contoh :
12
C (C-12) , mempunyai 6 p dan 6 n (mempunyai sifat kimia sama, dan perbedaan terletak pada
13
C (C-13), mempunyai 6 p dan 7 n sifat fisikanya seperti massa).

14
C (C-14), mempunyai 6 p dan 8 n
Isotop C-13 mempunyai massa atom relatif 13 sma, lebih berat dari pada C-12 yang mempunyai
massa atom relatif 12 sma, juga terdapat isotop yang bersifat radioaktif misalnya isotop C-14.
Isobar adalah Atom-atom dari unsur yang berbeda mempunyai nomor atom berbeda tetapi nomor
massanya sama. Contoh : 14 N dan 14 C , mempunyai nomor massa 14
7 6

24
Na dan 24 Mg, mempunyai nomor massa 24
11 12

Sifat kimia setiap isobar sangat berbeda karena massanya memang berbeda. Satu-satunya
kesamaan isobar adalah massanya sehingga spektrometer massa tidak dapat membedakannya.
Isoton adalah atom-atom dari unsur yang berbeda mempunyai nomor atom atau jumlah proton
berbeda tetapi jumlah neutron sama. Contoh : 13 C dan 14 N , mempunyai 7 neutron
6 7

Isoton-isoton mempunyai massa dan sifat yang berbeda.


D. KONFIGURASI ELEKTRON
Atom terdiri atas inti atom yang dikelilingi oleh elektron-elektron. Menurut teori atom Bohr,
elektron berada dalam suatu lintasan / orbit tertentu yang disebut “lintasan elektron”/ “ kulit
elektron”. Berdasarkan jaraknya dari inti atom, terdapat beberapa kulit. Setiap kulit ditandai dengan
suatu bilangan bulat yang disebut “bilangan kuantum utama” (n=1, 2, 3….) atau nomor kulit ( K, L,
M, N…). Setiap kulit mempunyai tingkat energi tertentu, semakin dekat ke inti atom, maka semakin
kecil tingkat energinya. Semakin jauh dari inti atom, maka semakin besar tingkat energinya.
Dalam sistem periodik, unsur-unsur disusun berdasarkan kenaikan nomor atomnya. Gambaran
susunan / penyebaran elektron dalam kulit-kulit atom disebut “konfigurasi elektron”. Cara
konfigurasi elektron ini hanya berlaku untuk atom unsur golongan utama ( golongan A).
Ada 2 cara penyusunan elektron, yaitu :
1. Cara per kulit (cara K, L, M, N…)
2. Cara per sub kulit (cara s, p, d, f..) di kelas XI
Aturan pengisian jumlah elektron pada kulit atom (konfigurasi elektron per kulit), berdasarkan
jumlah elektron maksimum yang dapat mengisi setiap kulit. Menurut aturan Pauli (Wolfgang Pauli,
1926), jumlah elektron yang terisi dapat dinyatakan dengan rumus 2 n2.
∑ e max / kulit = 2 n 2 ,
dimana harga n menunjukkan kulit yang ditempati elektron
Kulit n ∑ e max
K 1 2(1)2=2
L 2 2 ( 2 ) 2= 8
M 3 2 ( 3 ) 2 = 18
N 4 2 ( 4 ) 2 = 32
Cara pengisian elektron dalam kulit atom mengikuti aturan Aufbau (dari bahasa Jerman,
“aufbau” artinya membangun), yaitu urutan pengisian elektron dimulai dari kulit yang memiliki
tingkat energi terendah, kemudian kulit berikutnya yang memiliki tingkat energi lebih tinggi, sampai
pada kulit terakhir yang akan ditempati oleh elektron sisa.

Kulit K Kulit L Kulit M Kulit N


Atom ∑e
(n=1) (n=2) (n=3) (n=4)
1H 1 1 - - -
3Li 3 2 1 - -
6C 6 2 4 - -
12Mg 12 2 8 2 -
33As 33 2 8 18 5
Bagaimana jika ∑ e yang tersedia tidak mencapai ∑ e max dalam suatu kulit atom, bahkan > dari ∑
e max kulit sebelumnya. Jika demikian, kulit yang akan ditempati elektron harus mnggunakan ∑ e
yang sama dengan ∑ e max dalam kulit sebelumnya. Tips untuk menulis konfigurasi elektron :
 Isi penuh sebanyak mungkin kulit, kemudian hitung jumlah elektron yang tersisa,
 Jika sisa elektron < 32 elektron, maka kulit berikutnya diisi dengan 18 elektron,
 Jika sisa elektron < 18 elektron, maka kulit berikutnya diisi dengan 8 elektron,
 Jika sisa elektron < 8 elektron, maka tempatkan pada kulit berikutnya sebagai kulit terluar
Contoh : Konfigurasi elektron Sesium (Cs) dengan nomor atom = 55 :caranya sebagai berikut :
 Kulit K, L, M dapat diisi penuh, K = 2, L = 8, M = 18 elektron, (∑ e = 2 + 8 +18 = 28 elektron),
 Sisa elektron = 55 – 28 = 27, karena sisa elektron < 32 maka kulit N akan terisi = 18 elektron,
 ∑ e sisa = 27 – 18 = 9 elektron, sisa elektron < 18 elektron maka kulit O akan terisi 8 elektron.
 Sisa 1 elektron akan mengisi kulit P sebagai kulit terluar.
Jadi, konfigurasi elektron 55 Cs = 2 8 18 18 8 1
E. ELEKTRON VALENSI
Elektron valensi adalah elektron yang dapat digunakan untuk membentuk ikatan kimia. Untuk
unsur-unsur golongan utama, elektron valensi adalah jumlah elektron yang terdapat pada kulit
terluar suatu atom, sehingga mempunyai tingkat energi paling tinggi. Elektron valensi maksimum
sebanyak 8 elektron. Dengan mengetahui elektron valensi suatu unsur, dapat diketahui juga sifat
dan daya ikat (gabung) unsur tersebut. Elektron valensi dapat dilepas, dipertukarkan/dipakai
bersama dengan atom lain membentuk ikatan antar-atom.
Cara menentukan elektron valensi :
1. menentukan konfigurasi elektron,
Contoh :
∑e K L M N O P ∑ EV
13 Al 13 2 8 3 3
82 Pb 82 2 8 18 32 18 4 4
EV = elektron valensi
2. menggunakan tabel periodik.
Elektron valensi dapat juga ditentukan menggunakan tabel periodik dengan melihat struktur
elektronnya. Berdasarkan struktur elektron, dapat mengetahui nomor kulit, jumlah elektron dan
sub kulit (dipelajari di kelas XI).
F. HUBUNGAN KONFIGURASI ELEKTRON DENGAN LETAK UNSUR DALAM TABEL
PERIODIK
Unsur-unsur dalam satu golongan, akan mempunyai sifat fisika dan sifat kimia yang sama
(mirip). Kimiripan tersebut dapat terlihat dari susunan konfigurasi elektronnya. Unsur-unsur
golongan IA mempunyai kemiripan konfigurasi elektronnya. Hal ini menyebabkan unsur dalam satu
golongan mempunyai sifat yang sama. Jadi, konfigurasi elektron yang menyebabkan ciri-ciri sifat

unsur itu ditunjukkan oleh elektron valensinya. Contoh ; unsur Li dan Be mempunyai elektron
valensi yang berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa sifat Li berbeda dengan Be. Konfigurasi elektron
pada kedua golongan tersebut mempunyai kesamaan pada jumlah kulitnya sehingga unsur Li dan
Be terletak dalam satu deret/baris horisontal yang disebut satu periode. Unsur Na dan Mg, K dan
Ca akan mempunyai jumllah kulit yang sama. Berdasarkan hal tersebut, dapat dikatakan bahwa
unsur-unsur golongan IA dan IIA terletak berurutan dalam satu periode.
Letak unsur dalam tabel sistem periodik unsur dapat ditentukan berdasarkan konfigurasi
elektronnya. Untuk golongan utama (A), golongan suatu unsur ditunjukkan dengan jumlah elektron
valensinya, sedangkan periode suatu unsur ditunjukkan dengan jumlah kulit yang telah terisi
elektron. Elektron valensi dan jumlah kulit yang telah terisi elektron dapat diketahui dari konfigurasi
elektron. Dengan demikian, dari konfigurasi elektron dapatlah diketahui nomor golongan dan nomor
periode suatu unsur. Contoh : menentukan letak unsur golongan A dalam Tabel Sistem Periodik
Unsur : 1. Unsur 11 Na, mempunyai konfigurasi elektron = 2 8 1 ,
2. Unsur 17 Cl, mempunyai konfigurasi elektron = 2 8 7
Na terletak pada golongan I A karena elektron valensinya = 1, periode ke-3 karena ∑ kulit = 3
Cl terletak pada golongan VII A karena elektron valensinya = 7, periode ke-3 karena ∑ kulit = 3
Na dan Cl terletak pada periode yang sama yaitu periode ke-3.
G. MASSA ATOM RELATIF DAN MASSA MOLEKUL RELATIF
Massa atom relatif (Ar) adalah perbandingan antara massa rata-rata 1 atom suatu unsur
terhadap 1/12 massa 1 atom C-12 (merupakan kesepakatan sebagai massa pembanding). Oleh
karena umumnya unsur terdiri dari beberapa isotop, maka pada penetapan massa atom relatif
digunakan massa rata-rata dari isotop-isotopnya. Massa atom relatif merupakan massa rata-rata 1
atom unsur dalam sma. 1/12 massa 1 atom C-12 = 1 sma, sehingga terjadilah ;
Ar unsur x = massa rata-rata 1 atom unsur x atau Ar unsur x = massa rata-rata 1 atom unsur x
1/12 massa 1 atom C-12 1 sma
Massa rata-rata 1 atom unsur x = Ar unsur x X 1 sma
Massa 1 Karbon = 19,93 x 10 –24 gram, maka 1 sma = 1/12 x (19,93 x 10-24) = 1,66 x 10-24 gram
–23
Contoh : Diketahui massa rata-rata 1 atom x = 4,037 x 10 gram, massa 1 atom C-12 = 1,99268 x
10 –23 gram, berapakah massa atom relatif (Ar) unsur x?
Jawab : Ar x = 4,037 x 10 –23 gram = 24,31 sma
–23
1/12 x 1,99268 x 10 gram
Diketahui Ar Na = 23, berapakah massa dari 5 atom Na yang dinyatakan dalam sma dan gram?
–24
Jawab : 1 sma = 1,66 x 10 gram, massa 1 atom Na = 23 sma, maka massa 5 atom Na = 5 x 23
sma = 115 sma. Jika dinyatakan dalam gram = 115 sma x 1,66 x 10 –24 gam = 1,91 x 10 –22 gram.
Ada unsur yang memiliki 2 atau lebih isotop, misalnya hidrogen terdapat 3 isotop, yaitu hidrogen,
deuterium, dan tritium; Neon memiliki 3 isotop yaitu : 20 Ne (90,48%), 21 Ne (0,27%), 22 Ne
(9,26%). Persen-persen tersebut merupakan presentase kelimpahan dari ketiga isotop Neon.
Untuk unsur yang mempunyai > 1 isotop maka massa atom relatif (Ar) merupakan nilai rata-rata
dari setiap massa isotop. Penentuan Ar dengan memperhitungkan % kelimpahannya. Misalnya ;
untuk suatu unsur yang mempunyai 2 macam isotop adalah
Ar X = P1 (massa isotop 1) + P2 (massa isotop 2) dimana P1 = % kelimpahan isotop 1, dan
P1 + P2 P2 = % kelimpahan isotop 2
Contoh ; Diketahui isotop 35 Cl = 34,97 sma , memiliki kelimpahan 75% dan isotop 37 Cl = 36,97
sma, memiliki kelimpahan 25 %. Tentukan Ar atom Klor (Cl)!

Jawab : Ar Cl = (75 x 34,97) + (25 x 36,97) = 2622,7 + 924,1 = 3546,8 = 35,46 sma
75 + 25 100 100
Massa Molekul Relatif (Mr) adalah perbandingan massa 1 molekul unsur atau senyawa
terhadap 1/12 x massa 1 atom C-12. Mr x = massa rata-rata 1 molekul x
1/12 x massa 1 atom C-12
Berdasarkan penertian bahwa molekul merupakan gabungan atom-atom maka massa molekul
relatif (Mr) merupakan penjumlahan Ar atom-atom penyusunnya. Mr = ∑ Ar.
Contoh : Hitung Mr H2SO4 ( Ar H=1, S=32, O=16)
Jawab : Mr H2SO4 = (2x1) + (1x32) = (4x16) = 98
Jika Ar H = 1, O = 16, dan massa 1 atom C-12 = 2 x 10 –23 gram, Tentukan massa 200 molekul air
Jawab ; Mr H2O = massa 1 molekul H2O
1/12 massa 1 atom C-12
Massa 1 molekul H2O = Mr H2O X 1/12 x massa 1 atom C-12
= 18 x 1/12 x (2 x 10 –23gram)
= 3 x 10 –23 gram
Jadi, massa 200 molekul air = 200 x (3 x 10 –23 gram) = 6 x 10 –21gram
IV. RANGKUMAN
Perkembangan sistem periodik menurut Dobereiner (triade) : unsur dikelompokkan dengan
menggunakan 3 unsur dalam satu kelompok yang mempunyai kemiripan sifat fisik dan kimia,
pengelompokkan diurutkan menurut kenaikan massa atomnya, dimana massa atom kedua (tengah)
merupakan rata-rata massa unsur 1 dan 3.
Menurut Newlands, pengelompokkan unsur berdasarkan massa atomnya, dan unsur yang
berselisih 1 oktaf mempunyai kemiripan sifat (unsur pertama mirip unsur ke sembilan, unsur kedua
mirip unsur ke sepuluh, dstnya)
Menurut Mendeleev, pengelompokkan unsur berdasarkan sifat kimia unsur, dan kenaikan
massanya. Unsur yang sifatnya mirip diletakkan dalam satu jalur (golongan), dan unsur yang
ditempatkan dalam beris horisontal disebut periodik. Beberapa unsur diletakkan tidak sesuai
dengan kenaikan massa atomnya, tetapi berdasarkan kenaikan nomor atomnya. Mendeleev
menyediakan tempat kosong untuk unsur yang belum diketahui.
Perkembangan sistem periodik modern, unsur-unsur disusun berdasarkan kenaikan nomor
atom dan kemiripan sifat, Pada tabel SP modern, unsur-unsur disusun dalam 2 lajur yaitu horisontal
(periode) dan vertikal (golongan). Golongan terbagi 2 yaitu golongan utama (A) dan golongan
transisi (B). Golongan A terdiri dari 8 golongan, yaitu golongan I A – VIII A, sedangkan golongan B
terdiri dari golongan IB – VIIIB, Periode terdiri dari periode pertama sampai periode ke tujuh.
Partikel dasar penyusun atom ada 3, yaitu proton, elektron, dan neutron. Perhatikan tabel !
Partikel Lambang Massa Muatan
Proton p 1,00728 +1
Elektron e 0,00055 -1
Neutron n 1,00866 0
Dalam atom netral : nomor atom = jumlah proton = jumlah elektron, sedangkan dalam ion (atom
bermuatan), ion negatif : jumlah elektron bertambah sebanyak muatannya, dan ion positif : jumlah
elektron akan berkurang sebanyak muatannya.

Penulisan konfigurasi elektron menurut kulit, elektron maksimum per kulit = 2n2, ururan pengisian
dimulai dari kulit yang paling dalam K, L, M, N, O, P, dstnya. Perhatikan tabel !
Kulit n Σ elektron maksimum
K 1 2
L 2 8
M 3 18
N 4 32
O 5 50
P 6 …..
Jika jumlah elektron yang tersedia tidak mencapai jumlah elektron maksimum dalam kulit atau
lebih dari jumlah maksimum kulit sebelumnya, maka pengisian elektron mengikuti kulit sebelumnya.
Elektron pada kulit terluar maksimumnya = 8 elektron. Elektron valensi adalah elektron yang
terdapat pada kulit paling luar, yang menyatakan golongan sedangkan jumlah kulit menyatakan
periode. Unsur-unsur dalam satu golongan akan mempunyai sifat kimia yang mirip/sama.
Isotop adalah atom yang memiliki nomor atom sama, tapi nomor massa berbeda, isobar adalah
atom yang memiliki nomor massa sama, tapi nomor atom berbeda, sedangkan isoton adalah atom
yang memiliki jumlah neutron sama. Massa atom relatif (Ar) adalah perbandingan massa rata-rata
satu atom unsur tersebut terhadap 1/12 massa satu atom C-12.
Ar X = massa 1 atom X 1 sma = 1/12 x massa 1 C-12, massa 1 atom C-12 = 1,993 x 10-23 gr
1/12 x massa 1 C-12 1 sma = 1/12 x 1,993 x 10-23 = 1,66 x 10-24 gram
Untuk unsur yang memiliki lebih dari satu isotop maka perhitungan Ar :
Ar = P1 x (massa isotop 1) - P2 x (massa isotop 2) P1 = persen kelimpahan isotop 1
P1 + P2 P2 = persen kelimpahan isotop 2
Massa molekul relatif (Mr) adalah perbandingan massa satu molekul unsur atau senyawa
terhadap 1/12 x massa satu atom karbon –12 Mr X = massa rata-rata 1 molekul X
1/12 x massa 1 atom C-12
Berdasarkan pengertian bahwa molekul merupakan gabungan atom-atom, maka Mr merupakan
penjumlahan Ar atom-atom penyusunnya. Mr = ∑ Ar
V. TEST FORMATIF (PILIHAN GANDA)
Berilah tanda silang (x) pada huruf A, B, C, D, dan E di depan jawaban yang menurut Anda
paling benar!
1. Sistem periodik modern disusun berdasarkan pengelompokkan unsur menurut ……………
a. Newlands b. Dobereiner c. Lothar Meyer d. Dalton e. Mendeleev
2. Suatu atom memiliki 18 proton, 22 neutron, atom X terletak pada golongan/periode…………
a. IA/3 b. IVA/4 c. VIIIA/3 d. VIIA/3 e. IIA/4
3. Partikel dasar penyusun atom terdiri atas proton, neutron, dan elektron. Muatan listrik partikel
dasar tersebut berturut-turut adalah………………
a. –1,+1,0 b. +1,-1,0 c. +1,0,-1 d. –1,0,+1 e. 0,-1,+1
63 65
4. Massa atom relatif (Ar) Cu = 63,5. Di alam terdapat isotop Cu dan Cu, Persentase isotop
63
Cu adalah………………..
a. 80% b. 75% c. 50% d. 30% e. 25%

5. Diketahui massa 1 atom 12C = 2 x 10-23 gr, Ar C = 12, H = 1, O = 16, maka massa 150
molekul glukosa (C6H12O6) adalah…………………..
a. 1,8 x 10-22 g b. 9 x 10-20 g c. 4,5 x 10-20 g d. 3 x 10-21 g e. 7,5 x 10-21 g

VI. JAWABAN PILIHAN GANDA


1. C 2. C 3. C 4. B 5. C
VII. DAFTAR PUSTAKA
-----PURBA, M. 2006.KTSP, KIMIA IA. PENERBIT ERLANGGA. JAKARTA.
-----ROKHMAD. 2004., STRATEGI SUKSES UAN SMA/MAN KIMIA. PENERBIT ANDI.
YOGYAKARTA.
-----SANTOSA, S.J, SUDIONO, S, PRANOWO, D. 2004., KIMIA IA, EDISI 2004.
PENERBIT INTAN PARIWARA. JAKARTA.
-----SUTRESNA NANA, DHOLEHUDIN DINDIN. 2004., KIMIA IA, PENERBIT
GRAFINDO MEDIA PRATAMA. BANDUNG.
-----ANSHORY IRFAN, ACHMAD HISKIA. 1996., KIMIA SMU, PENERBIT ERLANGGA.
BANDUNG.
-----SUDARMO UNGGUL. 2004., KIMIA. SERI MADE SIMPLE, PENERBIT
ERLANGGA. BANDUNG.

SISTEM PERIODIK UNSUR

I. STANDAR KOMPETENSI
Memahami struktur atom, sifat-sifat periodik unsur, dan ikatan kimia
II. KOMPETENSI DASAR
Memahami struktur atom berdasarkan teori atom Bohr, sifat-sifat unsur, massa
atom relatif, dan sifat-sifat periodik unsur dalam tabel periodik serta menyadari
keteraturannya melalui pemahamnan konfigurasi elektron.
III. MATERI : SISITEM PERIODIK UNSUR

A. PERKEMBANGAN SISTEM PERIODIK UNSUR


Banyaknya unsur kimia yang tersedia di alam, membuat para ahli mengelompokkan unsur-
unsur kimia tersebut ke dalam suatu daftar yang disebut “sistem periodik unsur” (SPU) agar mudah
untuk mengenali sifat-sifatnya. Setiap unsur pada sistem periodik unsur memuat komposisi unsur
(massa atom, nomor atom, konfigurasi elektron, massa jenis), wujud dan jenis unsur. Setiap unsur
memiliki massa dan sifat yang berbeda, namun ada juga beberapa unsur yang memiliki kemiripan
sifat. Bagaimana sebenarnya susunan unsur dalam sistem periodik?
Pengelompokan unsur-unsur bertujuan untuk memudahkan penentuan sifat setiap unsur dalam
membentuk suatu senyawa. Penyusunan SPU telah mengalami banyak penyempurnaan mulai dari
sistem yang paling sederhana sampai sistem melalui eksperimen.
1. Pengelompokkan Unsur menurut Antonie Laurent Lavoiser (1789)
Lavoiser mengelompokkan 33 unsur kimia berdasarkan sifat kimianya ke dalam 4 kelompok :
 Kelompok gas ; cahaya, kalor, oksiigen, azote (nitrogen), dan hidrogen.
 Kelompok tanah ; kapur, magnesium oksida, barium oksida, aluminium oksida, dan silikon
oksida.
 Kelompok logam ; antimon, perak, arsenik, bismuth, kobalt, tembaga, timah, besi, mangan,
raksa, molibdenum, nikel, emas, platina, timbel, tungsten, dan seng.
 Kelompok non logam ; sulfur, fosfor, karbon, asam klorida, asam fluorida, dan asam borak.
Dalam bukunya “Traite Elementaire de Chimie” (1789) mencatat 17 unsur logam, 6 unsur non
logam, 10 unsur gas dan tanah. Pengelompokkan ini masih terlalu umum karena ternyata
dalam kelompok unsur logam masih terdapat berbagai unsur yang memiliki sifat berbeda. Pada
tahun 1810 para ahli kimia sudah mengenal 45 jenis unsur.
2. Pengelompokkan Unsur menurut Hukum Triade Dobereiner (1829)
Pada tahun 1829, Johan Wolfgang Dobereiner seorang profesor kimia Jerman,
mengemukakan bahwa massa atom relatif Stronsium sangat dekat dengan massa rata-rata
dari unsur lain yang mirip dengan Stronsium yaitu Kalsium dan Barium. Ia juga menemukan
beberapa kelompok unsur lain yang mempunyai gejala yang sama. Oleh karena itu, Dobereiner
mengelompokkan unsur-unsur dengan menggunakan 3 unsur dalam 1 kelompok yang
mempunyai kemiripan sifat baik fisika maupun kimia, sehingga disebut “hukum triade”.
Bunyinya : “Jika dikelompokkan 3 unsur yang diurutkan menurut kenaikan massa atomnya,
ternyata massa atom unsur II merupakan massa atom rata-rata dari unsur I dan unsur III”.

Contoh : Unsur Massa atom Massa atom rata-rata unsur I dan II Sifat
Kalsium 40 ( 40 + 137 ) = 88,5 Padat
Stronsium 88 2 Padat
Barium 137 Padat
Kelemahan : 1) tidak berhasil menunjukkan cukup banyak triade dari unsur yang sudah
dikenal, 2) dalam mempelajari sifat unsur, hanya menitikberatkan pada hubungan masing-
masing unsur dalam triade tetapi tidak berhasil menjelaskan hubungan antara triade yang satu
dengan yang lain 3) ada beberapa unsur yang sifatnya mirip terdapat lebih dari 3 unsur
3. Pengelompokkan Unsur menurut Hukum Oktaf Newlands (1864)
John Alexander Reina Newlands, seorang kimiawan Inggris menyusun / mengelompokkan
unsur berdasarkan kenaikan massa atom. Unsur yang berselisih 1 oktaf (unsur ke -1 dan ke -8,
unsur ke-2 dan ke-9 dstnya) menunjukkan kemiripan sifat. Kemiripan sifat unsur ditunjukkan
kembali secara periodik sete;ah 8 unsur sehingga disebut “hukum oktaf”. Bunyinya : “ jika
unsur-unsur disusun berdasarkan kenaikan massa atom maka setiap pengulangan 8 unsur
akan terdapat kemiripan sifat unsur”. Akan tetapi, unsur-unsur gas mulia belum ditemukan
pada saat penyusunan unsur-unsur oleh Newlands, sehingga unsur gas mulia tidak termasuk
dalam pengelompokkan ini. Unsur-unsur yang sifatnya tidak mirip akan ditemukan setelah
unsur-unsur ke-18 dstnya. Misalnya, Cr tidak mirip dengan unsur Al, unsur Mn tidak mirip
dengan unsur P, unsur Fe tidak mirip dengan unsur S dstnya.
Contoh : 1H 2Li 3Be 4B 5C 6N 7O
8F 9Na 10Mg 11Al 12Si 13P 14S
15Cl 16K 17Ca 18Cr 19Ti 20Mn 21Fe
22Co/Ni 23Cu 24Zn 25Y 26In 27As 28Se
Kelemahan : 1) pengulangan setiap 8 unsur hanya cocok untuk unsur-unsur yang ringan /
massa atomnya kecil, kira-kira sampai dengan kalsium (Ar = 40). 2) pengelompokkan oktaf
terlalu dipaksakan sehingga banyak unsur yang berhimpitan pada tempat yang sama. Akan
tetapi tabel Newlands mempelopori penempatan unsur-unsur yang mirip sifatnya pada satu
kolom vertikal.
4. Pengelompokkan Unsur menurut Hukum Mendeleev (1869)
Dmitri Ivanovich Mendeleev seorang ilmuwan Rusia, sesuai pengamatannya terhadap 63
unsur yang sudah dikenal saat itu, pada tahun 1869 membuat suatu daftar pengelompokkan
unsur berdasarkan kenaikan massa atom, dengan cara menggunakan kartu yang didalamnya
ditulis lambang atom, massa atom, dan sifat-sifat unsur tersebut. Kemudian unsur-unsur yang
memiliki sifat mirip ditempatkan pada lajur tegak (vertikal) yang disebut “golongan”, dan pada
lajur mendatar (horisontal) yang disebut “periode”. Alternatif pengelompokkan lebih ditekankan
pada sifat-sifat kimia atom tersebut daripada kenaikan massa atom relatifnya. Akibatnya ada
tempat-tempat kosong dalam tabel periodik tersebut. Tempat-tempat kosong inilah yang oleh
Mendeleev diduga akan diisi unsur-unsur yang ketika itu belum ditemukan. Ternyata, dugaan
itu terbukti dengan ditemukannya unsur-unsur yang memiliki sifat-sifat yang mirip.
Susunan unsur-unsur Mendeleev merupakan sistem periodik pertama yang disebut
“sistem periodik unsur bentuk pendek”, karena tabel unsur tersebut tersusun dalam baris dan
kolom serta mengalami pengulangan sifat unsur secara periodik. Bunyi Hukum Mendeleev,

“jika unsur-unsur disusun berdasarkan kenaikan massa atomnya, maka sifat unsur atom
tertentu akan berulang secara periodik” (disebut juga hukum periodik). Sistem periodik
Mendeleev tersusun atas 8 golongan dan 12 periode. Pada tabel sistem periodik unsur
Mendeleev tersebut, tampak bahwa ada sifat kimia yang dicantumkan, misalnya rumus oksida,
dan hidrida. Pada tahun yang bersamaan, seorang kimiawan Jerman bernama Julius Lothar
Meyer (1830-1895) melakukan hal yang mirip dengan Mendeleev yaitu menyusun 57 unsur
kimia berdasarkan kenaikan massa atomnya, beberapa sifat fisis sepeerti volume atom, daya
hantar listrik, kekerasan, titik leleh, titik didih, akan berubah dan berulang secara periodik.
5. Pengelompokkan Unsur menurut Sistem Periodik Modern (1913)
Setelah ditemukan unsur-unsur gas mulia secara lengkap, seorang kimiawan Inggris
bernama Henry Gwyn Jeffreys Moseley (1887-1915) berhasil menemukan kesalahan dalam
susunan berkala Mendeleev, yaitu ada unsur yang terbalik letaknya. Artinya Moseley dapat
menjelaskan kebalikan urutan / susunan unsur yang dilakukan Mendeleev. Ia menunjukkan
urut-urutan unsur dalam sistem periodik Mendeleev sesuai dengan kenaikan nomor atomnya.
Ternyata, penempatan Telerium (Ar=128) dan Iodin (Ar=127) yang tidak sesuai dengan
kenaikan massa atom relatif, dapat sesuai dengan kenaikan nomor atomnya yaitu nomor atom
Telerium (Te) = 52 dan Iodin (I) = 53.
Moseley menemukan urutan tabel periodik yang disusun berdasarkan kenaikan nomor
atom dan kemiripan sifat. Dalam sistem periodiknya disebut “sistem periodik modern” atau
“sistem periodik bentuk panjang”, yang dikenal sampai sekarang ini (diresmikan oleh IUPAC
pada tahun 1923). Bunyinya : “jika unsur-unsur disusun berdasarkan kenaikan nomor atomnya
(jumlah proton) maka sifat unsur akan berulang secara periodik”.
Sistem periodik modern dibuat berdasarkan konfigurasi elektron dan unsur-unsur disusun
menurut pertambahan nomor atom. Dalam tabel sistem periodik modern, unsur-unsur disusun
dan dikelompokkan ke dalam 2 lajur, sebagai berikut :
1. lajur vertikal / tegak (golongan)
2. lajur horisontal / mendatar (periode)
Golongan
Ditempatkan pada lajur vertikal (tegak) dalam sistem periodik modern. Penentuan
golongan berkaitan dengan sifat-sifat yang dimiliki unsur tersebut dan unsur-unsur dalam satu
golongan mempunyai sifat-sifat yang mirip karena mempunyai jumlah elektron valensi yang
sama. Jadi, penyusunan unsur-unsur dalam satu golongan berdasarkan banyaknya elektron
valensi unsur-unsur tersebut. Secara umum, sekarang ini terdapat 2 jenis bentuk Tabel
Periodik Unsur yaitu berdasarkan aturan Amerika (banyak digunakan) dan aturan IUPAC
(International Union of pure and Applied Chemistry).
Menurut aturan Amerika, unsur-unsur dibagi dalam 2 kelompok besar, yaitu golongan A
(golongan utama) dan golongan B (golongan transisi). Jumlah golongan dalam sistem periodik
ada 8 dan ditandai dengan angka romawi (I, II, III, IV, V, VI, VII, dan VIII). Untuk
mempermudah mempelajari sistem periodik unsur, ada beberapa golongan diberi nama
khusus.
1. Golongan A ( golongan utama ), terdiri atas :
 Golongan I A (kecuali H), disebut golongan alkali karena banyak ditemukan
dalam abu pembakaran tanaman, dan membentuk basa kuat dalam air ( Li,
Na, K, Rb, Cs, dan Fr ).

 Golongan II A, disebut golongan alkali tanah karena dapat ditemukan dalam


bentuk deposit dalam tanah ( Be, Mg, Ca, Sr, Ba, dan Ra ).
 Golongan III A, disebut golongan Boron-Aluminium ( B, Al, Ga, In, Tl ).
 Golongan IV A, disebut golongan Karbon-Silikon ( C, Si, Ge, Sn, Pb ).
 Golongan V A, disebut golongan Nitrogen-Fosforus ( N, P, As, Sb, Bi ).
 Golongan VI A, disebut golongan Oksigen-Belerang/gol. khalkogen ( O, S, Se,
Te, Po ).
 Golongan VII A, disebut golongan halogen karena dapat membentuk garam
jika bereaksi dengan logam ( F, Cl, Br, I, dan At ).
 Golongan VIII A, disebut golongan gas mulia karena sukar bereaksi dengan
unsur lain akibat jumlah elektron valensinya 8 (kecuali He = 2, duplet)
sehingga susunan elektronnya stabil. Disebut juga golongan 0 (nol) ( He, Ne,
Ar, Kr, Xe, Rn ).
2. Golongan B ( golongan transisi ), terdiri atas : Golongan I B sampai dengan VIII B.
Unsur-unsur golongan B semuanya adalah logam sehingga disebut juga logam-logam
transisi. Di samping itu, terdapat unsur-unsur golongan transisi dalam yang dibagi menjadi 2,
yaitu 14 unsur setelah lantanum ( Z = 57 ) disebut sebagai “ unsur-unsur lantanida” dan 14
unsur setelah aktinum (Z = 89) disebut sebagai “unsur-unsur aktinida”.
 Ketika membentuk ion-ionnya, logam-logam golongan utama umumnya
melepaskan sejumlah elektron yang sama dengan nomor golongannya.
Misalnya, atom Na (gol. IA) cenderung melepaskan 1 elektron menjadi ion N
a+ dan atom Ca ( gol. II A ) cenderung melepaskan 2 elektron menjadi ion
Ca2+.
 Ketika membentuk ion-ionnya, atom non logam cenderung menerima elektron.
Banyaknya jumlah elektron yang diterima oleh atom non logam adalah 8
dikurangi nomor golongannya. Misalnya, atom O (gol.VI A) akan menerima
elektron sebanyak 8 – 6 = 2 elektron, untuk membentuk ion O 2- dan atom Cl
(gol.VII A) akan menerima elektron sebanyak 8 – 7 = 1 elektron, untuk
membentuk ion Cl-. Aturan 8 dikurangi nomor golongan berarti untuk atom Ne
(gol.VIII A) akan menerima elektron sebanyak 8 – 8 = 0. Dengan demikian
atom-atom gas mulia sangat kecil kemungkinannya untuk membentuk ion.
 Seperti halnya logam-logam golongan utama, logam transisi juga membentuk
ion positif, tetapi jumlah elektron yang dilepaskan umumnya tidak
berhubungan dengan nomor golongannya. Biasanya, logam-logam transisi
dapat menbentuk 2 atau lebih ion-ion dengan muatan yang berbeda.
Periode
Dalam tabel periodik unsur, periode disusun dalam arah horisontal (mendatar). Artinya
unsur yang terletak dalam 1 baris pada tabel periodik unsur, termasuk dalam periode yang
sama. Periode suatu unsur menunjukkan nomor kulit ( jumlah kulit) yang sudah terisi elektron
(n-terbesar) berdasarkan konfigurasi elektron. Jumlah periode dalam TPU (Tabel Periodik
Unsur) sistem panjang terdiri atas 7 periode, dan diberi tanda dengan angka 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7.
 Periode 1, disebut periode sangat pendek karena berisi 2 unsur yaitu H dan
He.
 Periode 2, disebut periode pendek, berisi 8 unsur yaitu Li – Ne.
 Periode 3, disebut periode pendek, berisi 8 unsur yaitu Na – Ar.
 Periode 4, disebut periode panjang, berisi 18 unsur yaitu K – Kr.
 Periode 5, disebut periode panjang, berisi 18 unsur yaitu Rb – Xe.
 Periode 6, disebut periode sangat panjang karena berisi 32 unsur (termasuk
unsur-unsur golongan transisi dalam). 18 unsur + 14 unsur transisi
dalam
 Periode 7, disebut periode belum lengkap karena mungkin masih akan
bertambah lagi jumlah unsur yang menempatinya, sampai saat ini berisi 24
unsur, akan tetapi diduga akan berbentuk panjang (belum sampai ke golongan
VIII A).
Untuk mengetahui nomor periode suatu unsur berdasarkan nomor atomnya, perlu mengetahui
nomor atom unsur yang memulai setiap periode. Contohnya, tentukan nomor periode unsur A,
B, C, dan D, jika diketahui nomor atomnya : 11, 17, 52, dan 80! Pertama, harus sudah
mengetahui nomor atom unsur yang memulai setiap periode yaitu 1, 3, 11, 19, 37, 55, 87. Jadi
unsur nomor atom periode
A 11 3
B 17 4
C 52 5
D 80 6
Kelemahan Hukum Mendeelev : untuk mempertahankan kemiripan sifat dalam satu golongan,
penempatan unsur ada yang tidak sesuai dengan kenaikan massa atom.
Kelebihannya : dapat meramalkan sifat-sifat unsur yang pada saat itu belum ditemukan.
B. SIFAT-SIFAT FISIK DAN KIMIA UNSUR
Pada suhu kamar (298 K), unsur berwujud padat jika mempunyai titik cair di atas suhu
kamar, unsur yang berwujud gas mempunyai titik didih di bawah suhu kamar, dan unsur akan
berwujud cair jika pada suhu kamar mencair (Tc < 298K) tetapi belum mendidih (Td > 298K).
Secara umum, unsur dapat bersifat logam, non logam, dan metaloid. Sifat logam dan non logam
dipengaruhi oleh elektron valensi.
1. Logam
Pada umumnya logam mempunyai sifat fisik antara lain :
 Kerapatan tinggi
 Padat (dapat ditempa menjadi lembaran yang sangat tipis)
 Bersifat konduktor (penghantar listrik dan panas yang baik)
 Permukaan mengkilap
 Elektropositif

 Oksidanya bersifat basa


 Dapat merenggang jika ditarik
Beberapa logam memiliki sifat kimia antara lain ; keras, dan titik leleh tinggi.
Secara kimia, sifat logam berhubungan dengan kemampuan suatu atom melepaskan
elektron atau menjadi bermuatan positif. Jadi sifat logam akan bergantung pada energi
ionisasi. Semakin besar energi ionisasi, semakin sukar bagi atom untuk melepaskan
elektron, dan semakin berkurang sifat logamnya.
Dalam sistem peiodik, dari bawah ke atas dan dari kiri ke kanan sifat logam unsur semakin
berkurang. Misalnya; natrium, magnesium, besi, tembaga, seng, aluminium, perak dan emas.
2. Non Logam
Pada umumnya non logam mempunyai sifat fisik antara lain :
 Kerapatan rendah
 Rapuh

 Bersifat isolator
 Permukaan tidak mengkilap
 Elektronegatif

 Oksidanya bersifat asam


 Tidak dapat merenggang jika ditarik
Kebanyakan non logam dijumpai dalam bentuk senyawa. Unsur-unsur non logam yang
berwujud gas, tidak berbau dan tidak berwarna. Ada juga non logam yang berwujud cair dan
padat, misalnya bromin (cair) dan iodin (padat) dan keduanya bersifat diatomik.
Secara kimia, sifat non logam berhubungan dengan kecenderungan suatu atom untuk
menerima elektron atau menjadi bermuatan negatif. Jadi sifat non logam dikaitkan dengan
kelektronegatifan. Dalam sistem periodik, dari bawah ke atas dan dari kiri ke kanan sifat non
logam semakin bertambah. Misalnya : Arang (karbon), iodium, hidrogen, dan oksigen.
3. Metaloid
Unsur metaloid adalah unsur yang mempunyai campuran sifat logam dan sifat non logam.
Merupakan semi konduktor ( penghantar panas / listrik ) yang tidak sebaik logam. Bahan
metaloid banyak diperlukan dalam industri elektronik, memungkinkan dalam membuat
peranti elektronik seperti kalkulator dan mikro komputer. Unsur metaloid seperti, silikon (Si),
arsenik (As), dan stibium (Sb).
Kelompok unsur logam dan non logam dapat dilihat dalam sistem periodik dengan batas
garis tebal antara H dan Li, B dan Al, Si dan Ge, As dan Sb dstnya.
Jadi, unsur logam terletak pada bagian kiri-bawah sistem periodik unsur, dan unsur non logam
terletak pada bagian kanan-atas. Akan tetapi yang paling bersifat non logam adalah golongan
VIIA bukan VIIIA. Unsur yang terletak pada bagian tengah, yaitu unsur yang letaknya di sekitar
daerah perbatasan antara logam dan non logam (garis tangga), mempunyai sifat logam
sekaligus sifat non logam. Disebut unsur metaloid (sperti boron dan silikon).
C. SIFAT-SIFAT PERIODIK UNSUR
Adalah sifat-sifat yang berhubungan dengan letak unsur pada sistem periodik. Secara
umum, sifat-sifat unsur berubah dan berulang secara periodik, sesuai dengan perubahan nomor
atom dan konfigurasi elektron. Dengan demikian, tabel periodik unsur mengelompokkan unsur-
unsurnya berdasarkan nomor dan sifat-sifatnya. Sifat-sifat unsur dalam sistem periodik meliputi :
1. Jari-jari Atom
Adalah jarak dari inti atom ke kulit terluarnya. Bagi unsur yang segolongan, makin ke bawah
jari-jari atom semakin besar karena jumlah kulit yang dimiliki atom semakin bertambah
sehingga kulit terluar semakin jauh dari inti atom. Unsur-unsur seperiode, memiliki jumlah
kulit yang sama, akan tetapi tidak berarti memiliki jari-jari atom yang sama pula. Semakin ke
kanan, jumlah proton dan elektron yang dimiliki semakin bertambah sehingga tarik menarik
inti dengan elektron semakin kuat. Hal ini menyebabkan elektron-elektron terluar semakin
tertarik kuat mendekati inti sehingga jari-jari atom makin ke kanan makin kecil.
Jadi, jari-jari atom dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu; penambahan jumlah kulit dan penambahan
jumlah elektron.

Gambar. Pengaruh penambahan jumlah kulit dalam 1 golongan terhadap jari-jari atom.
Gambar.Pengaruh bertambahnya gaya tarik menarik antara inti dan elektron dengan
bertambahnya nomor atom terhadap jari-jari atom.
Periode II

Periode II
Gambar. Kecenderungan jari-jari atom unsur dalam 1 periode.
2. Energi Ionisasi
Adalah energi minimum yang diperlukan oleh suatu atom netral / ion untuk melepaskan
satu elektron terluar. Apabila suatu atom netral diberi energi hingga sebuah elektronnya
terlepas, maka energi yang diberikan ini disebut energi ionisasi I. Misalnya, untuk atom
logam Na, energi ionisasi pertama tersebut merupakan energi yang digunakan untuk ionisasi
sesuai persamaan : Na (g) Na + (g) + e apabila terhadap Na +
(g) diberikan lagi energi
2+
sehingga terbentuk Na , maka energi yang diberikan ini disebut energi ionisasi II, dstnya.
(g)

Untuk melepaskan elektron dari suatu atom netral / ion selalu diperlukan energi. Elektron-
elektron dalam suatu atom / ion saling tarik menarik dengan inti atom / ion tersebut sehingga
energi ionisasi selalu berharga positif.
Energi ionisasi diperlukan untuk mengalahkan gaya tarik inti terhadap elektron terluar
sehingga apabila gaya tarik inti cukup lemah, tentu energi yang diperlukan hanya sedikit,
menyebabkan elektron terluar cukup mudah terlepas.
Energi Ionisasi kecil = mudah melepaskan elektron
Energi Ionisasi besar = sukar melepaskan elektron
Bagi unsur-unsur segolongan, makin ke bawah energi ionisasi semakin kecil karena
bertambahnya kulit atom, jari-jari atomnya semakin meningkat sehingga elektron terluarnya
makin jauh dari inti (gaya tarik inti makin lemah). Hal ini menjadikan elektron terluar tersebut
kurang kuat terikat dan mudah dilepaskan.
Bagi unsur-unsur satu periode, memiliki jumlah kulit atom yang sama dan makin ke kanan
energi ionisasi makin besar karena semakin ke kanan jumlah elektron pada kulit terluarnya
semakin bertambah seiring dengan bertambahnya jumlah proton pada inti. Hal ini
menyebabkan gaya tarik inti terhadap elektron makin kuat akibat elektron makin mendekati inti,
sehingga elektron terluarnya semakin sukar untuk dilepas. Namun kenyataannya tidak selalu
demikian karena unsur-unsur golongan IIA memiliki energi ionisasi yang lebih besar daripada
golongan IIIA dan energi ionisasi golongan VA lebih besar daripada golongan VIA.
3. Afinitas Elektron
Adalah energi yang dilepaskan atau diserap ketika satu elektron ditambahkan ke atom
atau ion dalam fase gas terisolasi. Cl (g) +e Cl -. Umumnya bersifat eksotermis
(pelepasan energi). Karena elektron yang masuk akan mengalami gaya tarik menarik dengan
inti. Namun, penambahan elektron selanjutnya merupakan proses yang memerlukan energi
misalnya pada O2-.Elektron kedua tersebut memasuki molekul yang telah bermuatan negatif
sehingga menyebabkan terjadinya tolakan antar-muatan.
Sebagaimana halnya energi ionisasi, variasi afinitas elektron juga dipengaruhi oleh
ukuran atom. Semakin dekat elektron terhadap inti semakin besar pula pengaruh gaya tarik
inti yang dirasakan elektron tersebut. Atom yang berukuran paling kecil, akan memiliki
muatan inti efektif yang tinggi pada kulit terluarnya, menyebabkan afinitas elektron tinggi.
Secara umum, dalam satu golongan semakin ke bawah afinitas elektron semakin kecil,
dalam satu periode semakin ke kanan afinitas elektron semakin besar. Semakin kecil jari-jari
atom maka afinitas elektron semakin besar.
4. Keelektronegatifan
Merupakan ukuran kemampuan / kecenderungan suatu atom untuk menangkap /
menarik elektron dalam ikatannya ketika atom-atom tsb membentuk ikatan. Unsur-unsur
yang memiliki keelektronegatifan tinggi memiliki kemampuan lebih besar untuk menarik
elektron ikatannya (mudah menangkap elektron), sedangkan keelektronegatifan kecil
memiliki kemampuan sedikit untuk menarik elektron ikatannya (sukar menangkap elektron).
Dengan demikian, dalam satu molekul unsur yang lebih elektronegatif bermuatan parsial
negatif, sedangkan unsur-unsur yang kurang elektronegatif akan bermuatan parsial positif.
Kelektronegatifan merupakan suatu konsep dan tidak memiliki satuan karena hanya
merupakan perbandingan kemampuan untuk menarik elektron.
Secara umum, dalam satu golongan semakin ke bawah keelektronegatifan unsur-unsur
semakin menurun, sedangkan dalam satu periode semakin ke kanan semakin meningkat
seiring dengan menurunnya karakter logam. Semakin kecil jari-jari atom semakin besar
kelektronegatifannya. Catatan : golongan VIIIA gas mulia) tidak mempunyai kelektronegatifan
karena sudah memiliki 8 elektron terluar (maksimum). Jadi, kelektronegatifan terbesar pada
setiap periode dimiliki oleh golongan VIIA. Konsep kelektronegatifan mula-mua diajukan oleh
Linus Carl Pauling (1901-1994) pada tahun 1932 ia menyusun skala kelektronegatifan bagi
masing-masing unsur yang memiliki harga dari 0,7 diberikan kepada fransium r) hingga 4,0
diberikan kepada fluorin (F). Oleh karena itu, untuk mengukur kelektronegatifan unsur
digunakan skala Pauling.
5. Kereaktifan
Reaktif artinya bereaksi. Unsur-unsur logam pada sistem periodik makin ke bawah
makin reaktif (makin mudah bereaksi) karena makin mudah melepaskan elektron. Misalnya
Kalium lebih reaktif dari natrium, kalsium lebih reaktif dari magnesium. Sebaliknya, unsur-
unsur non logam pada SP makin ke bawah makin kurang reaktif (makin sukar bereaksi)
karena makin sukar menangkap elektron.Misalnya, fluorin lebih reaktif dari klorin, oksigen
lebih reaktif dari belerang.
6. Titik Leleh dan Titik Didih
Bagi unsur-unsur logam segolongan, titik leleh dan titik didih makin ke bawah makin
rendah dan sebaliknya bagi unsur-unsur non logam segolongan titik leleh dan titik didih
makin ke bawah makin tinggi. Misalnya, titik leleh kalium lebih rendah dari titik leleh natrium,
titik didih klorin lebih tinggi dari titik didih fluorin.
IV. RANGKUMAN
Sifat-sifat keperiodikan berupa ; jari-jari atom, energi ionisasi, afinitas elektron, dan
keelektronegatifan. Jari-jari atom adalah jarak antara inti atom dengan elektron pada kulit terluar.
Dalam satu golongan, dari atas ke bawah jari-jari atom semakin besar, sedangkan dalam satu
periode, dari kiri ke kanan jari-jari atom semakin kecil. Perhatikan tabel jari-jari atom berikut :
Perhatikan grafik hubungan antara jari-jari atom dengan nomor atom

Energi ionisasi adalah energi minimum yang diperlukan atom netral untuk melepaskan satu
elektron membentuk ion bermuatan positif dalam bentuk gas. Dalam satu golongan dari atas ke
bawah jari-jari atom semakin panjang sehingga elektron mudah dilepas sehinggaenergi yang
diperlukan untuk melepaskan elektron semakin kecil (EI dalam satu golongan dari atas ke bawah
semakin kecil). Perhatikan tabel energi ionisasi dibawah ini. Perhatikan grafik hubungan energi
ionisasi dengan nomor atom.
Keelektronegatifan merupakan ukuran kemampuan atom dalam molekul untuk mencari
elektron-elektron dalam ikatan, atau kecenderungan suatu unsur untuk menarik elektron. Dalam
satu golongan jari-jari atom semakin panjang sehingga atom semakin sulit untuk menarik elektron
dan ini mnyebabkan keelektronegatifannya semakin kecil. Dalam satu periode, jari-jari atom
semakin pendek sehingga atom makin mudah menarik elektron, supaya keelektronegatifan
semakin besar. Perhatikan tabel keelektronegatifan ini !

Afinitas elektron adalah energi ysng dibebaskan oleh suatu atom netral dalam wujud gas pada
proses penambahan/penangkapan satu elektron untuk membentuk ion negatif. Energi dibebaskan
jika ion negatif terbentuk dan diberi tanda negatif. Dalam satu golongan, jari-jari atom semakin
panjang, atom makin sukar menangkap elektron sehingga energi yang dibebaskan semakin kecil
(afinitas elektron semakin kecil). Dalam satu periode, jari-jari atom semakin kecil, atom lebih mudah
menangkap elektron sehingga energi yang dilepaskan semakin besar (afinitas elektron semakin
besar). Perhatikan tabel afinitas elektron berikut ini :
Sifat-sifat unsur dapat berupa : logam, non logam dan metaloid. Sifat logam dan non logam
berhubungan dengan kemampuan suatu atom melepaskan atau menangkap elektron. Dalam
sistem periodik unsur golongan IA, IIA, IIIA (Al) merupakan logam. Sifat logam dari atas ke bawah,
semakin bertambah, sedangkan dari kiri ke kanan sifat logam berkurang. Golongan IVA – VIIIA
adalah non logam, sedangkan unsur metaloid berada antara unsur logam dan non logam, yaitu ;
boron, silikon, arsenik, telerium, dan astatin.
V. TEST FORMATIF (PILIHAN GANDA)
Berilah tanda silang (x) pada huruf A, B, C, D, dan E di depan jawaban yang menurut Anda
paling benar!
1. Di antara sifat-sifat berikut yang paling selaras dengan unsur-unsur golongan IIA jika
dibandingkan dengan unsur-unsur golongan IA adalah………………
a. energi ionisasinya lebih besar c. reduktor yang lebih kuat e. titik didih lebih rendah
b. jari-jari atom lebih kecil d. sifat basa lebih besar
2. Pernyataan yang benar untuk unsur-unsur segolongan adalah……………
a. mempunyai elektron sama d. mempunyai sifat kimia sama
b. mempunyai konfigurasi elektron sama e. mempunyai jumlah kulit sama
c. mempunyai elektron valensi sama
3. Di antara unsur-unsur 11 Na, Mg,
12 K,
19 Ca,
20 Rb yang memiliki energi ionisasi terbesar
37

adalah………………
a. 11Na b. 12Mg c. 19K d.20Ca e. 37 Rb
4. Di antara unsur berikut yang mempunyai keelektronegatifan terbesar adalah…………..
a. helium b. hidrogen c. fluorin d. klorin e. oksigen
5. Unsur yang tergolong logam adalah………………………..
a. 2P dan 10T b. 9S dan 17U c. 4Q dan 6R d. 6R, 9S, 17U e. 4Q,19V,20W

VII. JAWABAN PILIHAN GANDA


1. A 2. C 3. B 4. C 5. E

VII. DAFTAR PUSTAKA


-----PURBA, M. 2006.KTSP, KIMIA IA. PENERBIT ERLANGGA. JAKARTA.
-----ROKHMAD. 2004., STRATEGI SUKSES UAN SMA/MAN KIMIA. PENERBIT ANDI.
YOGYAKARTA.
-----SANTOSA, S.J, SUDIONO, S, PRANOWO, D. 2004., KIMIA IA, EDISI 2004.
PENERBIT INTAN PARIWARA. JAKARTA.
-----SUTRESNA NANA, DHOLEHUDIN DINDIN. 2004., KIMIA IA, PENERBIT
GRAFINDO MEDIA PRATAMA. BANDUNG.
-----ANSHORY IRFAN, ACHMAD HISKIA. 1996., KIMIA SMU, PENERBIT ERLANGGA.
BANDUNG.
-----SUDARMO UNGGUL. 2004., KIMIA. SERI MADE SIMPLE, PENERBIT
ERLANGGA. BANDUNG.
IKATAN KIMIA

I. STANDAR KOMPETENSI
Memahami struktur atom, sifat-sifat periodik unsur, dan ikatan kimia
II. KOMPETENSI DASAR
Membandingkan proses pembentukan ikatan ion, ikatan kovalen, ikatan kovalen koordinasi,
dan ikatan logam serta hubungannya dengan sifat fisik senyawa yang terbentuk.
III. MATERI : IKATAN KIMIA
Pada umumnya unsur di alam terdapat dalam bentuk molekul/ion-ion, dan sedikit
sekali yang berada dalam bentuk atom bebas, misalnya hampir semua unsur gas
mulia berada dalam bentuk monoatomik. Oleh karena itu, tidak ditemukan satupun
senyawa dari unsur gas mulia di alam. Molekul adalah gabungan beberapa atom.
Terbentuknya molekul dari :
1. Atom-atom sejenis, misalnya O2 (oksigen), Cl2 (Klour), S8 (belerang), P4
(phosfor)
2. atom-atom berbeda, misalnya H2O (air), CO2 (karbondioksida), C6H12O6
(glukosa), NaCl (garam), C2H5OH (alkohol), dll
Rumus kimia O2 menyatakan bahwa setiap molekul oksigen terdiri dari 2 atom
oksigen, H2O menyatakan bahwa setiap molekul air terdiri dari 1 atom oksigen dan 2
atom hidrogen. Bagaimana pembentukan 1 molekul oksigen dari 2 atom oksigen dapat
terjadi? Bagaimana pembentukan 1 molekul air dari 2 atom hidrogn dan 1 atom
oksigen dapat terjadi? Mengapa 2 atom oksigen bergabung membentuk 1 molekul,
bukannya 4 atom saja sehingga rumus kimianya menjadi O 4. Mengapa 1 atom oksigen
bergabung dengan 2 atom hidrogen membentuk 1 molekul air, bukannya 1 atom
hidrogen bergabung dengan 2 atom oksigen sehingga rumus kimia air menjadi HO 2,
atau 1 atom hidrohen bergabung dengan 1 atom oksigen sehingga rumus kimia air
menjadi HO? Molekul-molekul tersebut terbentuk dari atom-atom yang saling
berikatan. Apakah hakikat gaya-gaya yang mengukuhkan/mengikat atom-atom dalam
1 molekul? Suatu ikatan dapat terbentuk apabila setelah berikatan, atom-atom tersebut
menjadi lebih stabil dari sebelumnya (gaya ikat antaratom untuk kestabilannya).
Kestabilan yang dimaksud adalah kestabilan susunan elektronnya (Kestabilan
konfigurasi elektron). Oleh karena unsur-unsur gas mulia terletak pada golongan VIIIA,
yang memiliki 8 elektron terisi penuh pada kulit terluarnya kecuali He = 2, maka unsur-
unsur gas mulia bersifat stabil. Karena kestabilannya itu, maka unsur-unsur gas mulia
sulit bereaksi dengan unsur lainnya. Dengan demikian, konfigurasi elektron unsur-
unsur gas mulia adalah stabil atau disebut konfigurasi penuh yaitu :
1. Konfigurasi oktet, mempunyai 8 elektron pada kulit terluar (Ne, Ar, Kr, Xe, Rn)
2. Konfigurasi duplet, mempunyai 2 elektron pada kulit terluar (He)
Kecenderungan unsur-unsur lain untuk mencapai konfigurasi stabil gas mulia
(konfigurasi oktet) terdekat disebut kaidah oktet, sedangkan kecenderungan unsur-
unsur lain untuk mencapai konfigurasi stabil gas mulia (konfigurasi duplet) terdekat
disebut kaidah duplet.
1 atom oksigen berikatan dengan 1 atom oksigen membentuk 1 molekul oksigen
(O2) untuk mencapai kestabilan konfigurasi elektron dalam ikatannya (kestabilan
oktet). Demikian pula, 1 atom oksigen berikatan dengan 2 atom hidrogen membentuk
1 molekul air (H2O) untuk mencapai kestabilan konfigurasi elektron dalam ikatannya.
Artinya, atom dari unsur hidrogen (H) mempunyai elektron valensi 1, sedangkan atom
dari unsur oksigen (O) mempunyai elektron valensi 6. Kedua atom tersebut belum
stabil, sehingga untuk mencapai stabil, atom-atom tersebut harus mempunyai elektron
valensi 2 (kestabilan duplet) dan atau 8 (kestabilan oktet). Oleh karena itu, unsur
hidrogen dan oksigen yang kurang stabil bergabung membentuk molekul H 2O yang
lebih stabil. Bagaimana atom-atom saling berikatan untuk mencapai kestabilan
konfigurasi elektron, akan kita pelajari pada pokok bahasan ikatan kimia. Terjadinya
ikatan kimia karena atom-atom unsur berusaha memiliki susunan elektron yang
lebih stabil. Dengan kata lain, setiap atom unsur memiliki
kecenderungan mencapai kestabilan dengan cara berikatan dengan atom unsur
lainnya.
Dalam ikatan antaratom maupun antar molekul, setiap atom untuk mencapai
kestabilan susunan elektronnya, berusaha menempuh 3 cara (mekanisme
pembentukan ikatan) yaitu :
1. Atom yang satu melepaskan elektronnya, sedangkan atom yang lain menerima
elektron tersebut.
2. Penggunaan bersama pasangan elektron dapat berasal dari salah satu atau kedua
atom yang berikatan.
Dalam hal ini, ikatan kimia dapat terbentuk ketika ada atom yang melepaskan
elektron dan atom lain menangkap elektron tersebut, atau ikatan kimia dapat terbentuk
ketika atom-atom yang bergabung, menyumbangkan elektronnya untuk digunakan
bersama.
Sifat terpenting yang dimiliki oleh hampir semua jenis atom adalah kemampuan
bergabung dengan atom lain untuk membentuk molekul/senyawa. Suatu
molekul/senyawa terbentuk dari unsur-unsur yang bergabung melalui ikatan kimia.
Jadi, ikatan kimia dapat terjadi karena adanya gaya tarik menarik yang kuat antar
atom-atom didalam suatu molekul/senyawa. Pada pembentukan ikatan kimia, peranan
elektron sangat penting, khususnya elektron valensi. Atom-atom yang berikatan, hanya
mengalami perubahan susunan elektronnya, yaitu perubahan yang terjadi pada kulit
terluar, sedangkan inti atom tidak mengalami perubahan. Konfigurasi elektron atom-
atom yang berikatan tersebut berubah menyerupai konfigurasi elektron atom gas
mulia. Dengan demikian, atom-atom yang bukan gas mulia dalam mencapai
kestabilannya, berupaya untuk mempunyai elektron valensi atom gas mulia, yaitu 2
elektron (untuk nomor atom 1-5) atau 8 elektron.
Jenis ikatan dan susunan atom dalam molekul/senyawa mempengaruhi sifat-sifat
dari molekul/senyawa tersebut. Elektron valensi dapat ditunjukkan dengan lambang
Lewis. Jadi, lambang Lewis suatu atom atau ion terdiri dari lambang kimia yang
dikelilingi oleh titik-titik elektron atau silang kecil. Jadi Lambang Lewis adalah lambang
atom disertai elektron valensinya. Lambang Lewis unsur gas mulia menunjukkan 8
elektron valensi yang terbagi dalam 4 pasangan (semua elektron valensi gas mulia
telah berpasangan). Lambang Lewis unsur dari golongan lain menunjukkan adanya
elektron tunggal (elektron yang belum berpasangan). Contoh lambang Lewis unsur-
unsur periode ke-2 :
Tabel. Lambang Lewis unsur-unsur periode ke-2
G o l o n g a n
Periode
IA IIA IIIA IVA VA VIA VIIA VIIIA

2 Li Be B C N O F Ne

IKATAN ION (Ikatan heteropolar/berbeda jenis)


Ikatan ion adalah ikatan yang terjadi akibat gaya tarik menarik elektrostatis antara
atom bermuatan positif dengan atom yang bermuatan negatif. Secara umum, ikatan
ion dapat terbentuk ketika ada atom unsur yang melepaskan elektron (atom unsur
logam), dan atom lain menerima elektron tersebut (atom unsur non logam). Dengan
demikian dapat dikatakan, pada ikatan ion telah terjadi serah terima elektron dari satu
atom ke atom lain. Pada umumnya, unsur golongan IA (kecuali H) dan unsur golongan
IIA berikatan dengan unsur golongan VIA dan VIIA. Unsur - unsur logam mempunyai
energi ionisasi yang relatif kecil karena jumlah elektron valensinya relatif kecil (yaitu
unsur golongan IA, IIA, dan IIIA), sedangkan unsur-unsur non logam mempunyai
afinitas elektron dan keelektronegatifan yang relatif besar karena jumlah elektron
valensinya relatif besar (yaitu unsur golongan IVA, VA, VIA, dan VIIA). Dengan
demikian, logam mempunyai daya tarik elektron yang lemah, sedangkan non logam
mempunyai daya tarik elektron yang kuat.
Ikatan ion hanya dapat terjadi jika unsur-unsur yang direaksikan mempunyai
perbedaan daya tarik elektron (keelektronegatifan) yang cukup besar. Perbedaan daya
tarik elektron yang cukup besar itulah memungkinkan terjadinya serah terima elektron.
Contoh : Pembentukan ikatan ion menjadi senyawa NaCl :
 11 Na (2 8 1) cenderung melepaskan 1 elektron sehingga membentuk ion Na +
(2 8) untuk menyamai konfigurasi elektron gas mulia yang stabil, yaitu 10Ne.
 17 Cl (2 8 7) cenderung menangkap 1 elektron sehingga membentuk ion Cl - (2
8 8) untuk menyamai konfigurasi elektron gas mulia yang stabil, yaitu 18Ar.
 Ion Na+ dan Cl- akan saling tarik menarik membentuk senyawa NaCl :
Na (2 8 1) Na+ (2 8) + e-
-
Cl (2 8 7) + e- Cl (2 8 8)
Na + Cl Na+ + Cl-
Na + Cl NaCl

melepaskan 1 e-

Na (2 8 1) tidak stabil Ion Na+ (2 8) stabil

menerima 1 e-
Cl (2 8 7) tidak stabil Ion Cl- (2 8 8) stabil
Ketika Natrium (Na) direaksikan dengan Klorin (Cl), maka 1 elektron berpindah dari
atom Natrium (Na) ke atom Klorin (Cl).

Na (tidak stabil) Cl (tidak stabil) NaCl (stabil)


Dengan menggunakan lambang Lewis, pembentukan NaCl digambarkan sbb :

Na x + Cl Na+ + Cl - NaCl

(2 8 1) (2 8 7) (2 8) (2 8 8)

Sesuai kaidah oktet, Na akan melepaskan 1 elektron dan Cl akan menerima 1


elektron sehingga 1 atom Cl membutuhkan 1 atom Na. Rumus kimia NaCl adalah
rumus empiris yang menyatakan bahwa perbandingan ion Na + : ion Cl- = 1 : 1.
Dengan berpatokan pada aturan oktet, maka rumus empiris ion dari suatu pasang
logam-nonlogam dapat diramalkan.
Contoh : ramalkan rumus kimia senyawa berdasarkan aturan oktet dan
menggambarkan proses pembentukan senyawa ion dari : 12Mg dan 17Cl ; Al dan 9F
13

Langkah-langkah yang harus dilakukan adalah :


1. Menentukan konfigurasi elektron unsur logam dan non logam
2. Menentukan jumlah elektron yang dilepas dan diterima
3. Menyamakan jumlah elektron kedua atom
4. Menggambarkan proses serah terima elektron dengan lambang Lewis
Jawab : 12 Mg (2 8 2), melepaskan 2 elektron membentuk ion Mg2+
17 Cl (2 8 7), menangkap 1 elektron membentuk ion Cl-
Menyamakan jumlah elektron kedua atom :
Mg (2 8 2) Mg2+ (2 8) + 2e- x1 Mg Mg2+ + 2e-
Cl (2 8 7) + e- Cl- (2 8 8) x2 2 Cl + 2e- 2 Cl-
Mg + 2 Cl Mg2+ + 2 Cl-
Mg + 2 Cl Mg + Cl
Mg + 2 Cl MgCl2

Dengan menggunakan lambang Lewis, pembentukan MgCl2 digambarkan sbb :

Cl Cl-
Mg + Mg2+ + MgCl2
-
Cl Cl
13 Al (2 8 3), melepaskan 3 elektron membentuk ion Al3+
9 F (2 7), menangkap 1 elektron membentuk ion F-

Menyamakan jumlah elektron kedua atom :


Al (2 8 3) Al3+ (2 8) + 3e- x1 Al Al3+ + 3e-
F (2 7) + e- F- (2 8) x3 3F + 3 e- 3 F-
Al + 3 F Al 3+ + 3 F-
Al + 3F Al + F
Al + 3F AlF3
Dengan menggunakan lambang Lewis, pembentukan AlF3 digambarkan sbb :

F F-
Al + F Al 3+ + F- AlF3
F F-
IKATAN KOVALEN
Ada beberapa atom yang sukar melepaskan / menerima elektron karena memerlukan /
membebaskan energi yang besar untuk berlangsungnya proses tersebut. Untuk membentuk
konfigurasi elektron gas mulia, atom-atom ini saling berikatan melalui pemakaian bersama
pasangan elektron.
Ikatan antaratom berdasarkan penggunaan elektron secara bersama-sama disebut
ikatan kovalen (ikatan homopolar atau sejenis). Pada umumnya, ikatan kovalen terbentuk
antara atom non logam dengan atom non logam. Contoh : HCl, H2O atau unsur yang
partikelnya berupa molekul seperti H2 dan Cl2. Hal ini disebabkan atom-atom non logam
cenderung menerima elektron sehingga atom-atom non logam bergabung dan saling
menggunakan sepasang elektron / lebih untuk membentuk senyawa kovalen. Pasangan
elektron itu ditarik oleh inti kedua atom yang berikatan tersebut. Penggunaan bersama
pasangan elektron menghasilkan ikatan kovalen tunggal, sedangkan jika yang digunakan
untuk berikatan adalah lebih dari 1 pasang elektron, maka ikatan yang terbentuk adalah
ikatan kovalen rangkap.
Unsur-unsur yang sejenis (non logam dan non logam), mempunyai afinitas elektron dan
keelektronegatifan hampir atau bahkan sama besar sehingga tidak memungkinkan terjadinya
serah terima elektron, yang terjadi unsur-unsur non logam tersebut cenderung manarik
elektron. Pada ikatan ini, keadaan yang lebih stabil dapat dicapai dengan cara membentuk
pasangan elektron bersama. Jadi, konfigurasi oktet dicapai dengan memasangkan elektron
valensinya. Energi yang diperlukan untuk memutuskan suatu ikatan disebut energi ikat. Jarak
antara kedua inti atom yang berikatan disebut panjang ikatan. Semakin pendek ikatan maka
semakin besar energi ikatnya.

1,991A 1,211A 1,100A


Energi ikat = 240 kj/mol Energi ikat = 495 kj/mol Energi ikat = 942 kj/mol
Gambar. Hubungan Energi Ikat dengan Panjang Ikatan
Dalam pembentukan pembentukan ikatan kovalen, belum tentu semua elektron valensi
digunakan untuk membentuk pasangan elektron bersama. Pasangan elektron yang
digunakan bersama disebut pasangan elektron ikatan (PEI), sedangkan pasangan elektron
yang tidak digunakan bersama oleh dua atom yang berikatan disebut pasangan elektron
bebas (PEB).
G. N. Lewis telah memperkenalkan suatu metode yang simpel, dengan menggunakan
tanda titik (.) atau silang (x) untuk menggambarkan jumlah elektron valensi. Lambang Lewis
suatu unsur, terdiri atas lambang kimia biasa yang dikelilingi oleh sejumlah titik/silang.
Lambang kimia melambangkan butir atom yang terdiri atas elektron pada inti dan kulit bagian
dalam. Jika lambang unsur dimisalkan x, maka lambang Lewis untuk unsur golongan utama
adalah : Golongan IA IIA IIIA IVA VA VIA VIIA VIIIA
Lambang Lewis x x x x x x x x
Lambang Lewis digunakan untuk menjelaskan ikatan kimia antar atom-atom, meskipun
rumus Lewis berlaku terutama untuk ikatan kovalen, tetapi dapat juga digunakan untuk
menggambarkan ikatan ion. Jadi, tanda titik dan silang digunakan untuk membedakan antara
elektron-elektron dari dua atom yang berikatan, namun pada kenyataannya elektron-elektron
tersebut adalah sama untuk setiap atomnya.
Penulisan struktur Lewis dapat dipersingkat dengan mengganti sepasang elektron
yang digunakan untuk berikatan, dengan sepotong garis ( tangan ikatan ) dan menghilangkan
semua elektron yang tidak digunakan untuk berikatan. Rumus Lewis yang sudah
disederhanakan itu disebut rumus bangun (rumus struktur) atau rumus molekul. Dengan
berpatokan pada aturan oktet, kita dapat meramalkan rumus molekul dari senyawa biner yang
berikatan kovalen. Dalam hal ini, jumlah elektron yang dipasangkan harus disamakan.
Namun, perlu diingat bahwa aturan oktet tidak selalu dipatuhi. Banyak senyawa kovalen biner
yang melanggar aturan oktet (penyimpangan kaidah oktet). Cara atom-atom saling mengikat
dalam suatu molekul dinyatakan dengan rumus bangun atau rumus struktur.
Rumus Rumus Lewis Rumus Bangun
Molekul ( Struktur Lewis ) ( Rumus Struktur )
H2 H : H H H
HCl H : Cl H Cl
H2O H : O H O
H H
1. Ikatan Kovalen Tunggal
Ikatan Kovalen Tunggal adalah ikatan yang terjadi karena penggunaan bersama satu
pasang elektron oleh dua atom yang berikatan. Contoh : ikatan kovalen tunggal yang
terjadi pada senyawa seperti hidrogen (H2), asam klorida (HCl), air (H2O), dan lain-lain.
Pembentukan molekul H2 adalah sebagai berikut ;
1 H = Hx (penggambaran elektron memakai tanda silang)
1 H = H. (penggambaran elektron memakai tanda titik)
Jika kedua atom H saling mendekat dan membentuk ikatan molekul H 2, maka jumlah
elektron yang mengitari kedua inti atom H tersebut adalah 2, sehingga terjadi seperti di
bawah ini : Hx + .H H H
ditulis H H

Ikatan kovalen tunggal terbentuk dengan memasangkan elektron-elektron tunggal dalam


atom sehingga jumlah ikatan kovalen tunggal yang dibentuk suatu atom sama dengan
jumlah elektron tunggal dalam atomnya.
Pembentukan molekul HCl adalah sebagai berikut ;

1 H = 1 (memerlukan 1 elektron), digambarkan Hx


17 Cl = 2 8 7, (memerlukan 1 elektron), digambarkan Cl
Hx + Cl ditulis H Cl atau H Cl
Pasangan elektron milik bersama pasangan elektron bebas

Pada pembentukan HCl, atom H memerlukan 1 elektron (duplet) sedangkan atom Cl


memerlukan 1 elektron untuk membentuk konfigurasi oktet. Kedua atom memasangkan 1
elektron untuk membentuk molekul H Cl. Meskipun HCl berasal dari atom H (elektron
valensi 1) dan Cl (elektron valensi 7), tetapi ketika berikatan atom H tidak melepaskan
elektronnya. Elektron atom H tersebut digunakan bersama dengan Cl sehingga H
mengikuti konfigurasi atom He (2).
Pembentukan molekul H2O adalah sebagai berikut :
1 H = 1 (memerlukan 1 elektron), digambarkan Hx
8 O = 2 6 (memerlukan 2 elektron), digambarkan O
H
+ O H O H O H2O
H H H
rumus Lewis rumus bangun rumus molekul

2. Ikatan Kovalen Rangkap Dua


Ikatan kovalen rangkap dua adalah ikatan kovalen yang terbentuk akibat pemakaian
bersama 2 pasang elektron yang berasal dari dua atom yang membentuknya. Ikatan ini
mempunyai ikatan tak jenuh karena ikatan antaratomnya lebih dari satu. Dengan kata lain,
ikatan kovalen rangkap dua dibentuk oleh atom-atom non logam yang menyumbang dua
elektron tidak berpasangan untuk berikatan sehingga memenuhi kaidah oktet. Biasanya
dilambangkan dengan 2 garis ( ). Contoh beberapa senyawa yang memiliki ikatan
kovalen rangkap dua :
Pembentukan molekul O2 adalah sebagai berikut :
8 O : 2 6 (memerlukan 2 elektron), digambarkan O O
Dalam atom O terdapat dua elektron yang tidak berpasangan. Jika dua atom O saling
berikatan dan setiap atom menyumbangkan kedua elektron tidak berpasangan yang
dimilikinya, terbentuklah molekul O2 yang memiliki struktur Lewis sebagai berikut :
O + O atau O = O O2
Jadi, molekul O2 memiliki satu ikatan rangkap dua. Perhatikan bahwa setiap atom O (yang
dilingkari) memiliki 8 elektron.
Pembentukan molekul CO2 adalah sebagai berikut :
6 C = 2 4 (memerlukan 4 elektron), digambarkan C
8 O = 2 6 (memerlukan 2 elektron), digambarkan O dan O
Dalam atom C terdapat empat elektron tidak berpasangan, sedangkan setiap atom O
memiliki dua elektron tidak berpasangan. Jika atom C berikatan dengan atom O, maka satu
atom C memerlukan dua atom O sehingga setiap elektron bebas menjadi berpasangan dan
membentuk ikatan rangkap dua. O
C + O=C=O CO2
O
Jadi, molekul CO2 memiliki dua ikatan rangkap dua.

3. Ikatan Kovalen Rangkap Tiga


Ikatan kovalen rangkap tiga adalah ikatan kovalen yang terjadi akibat penggunaan
bersama 3 pasang elektron oleh dua atom yang berikatan. Ikatan ini dibentuk oleh atom-
atom non logam yang menyumbangkan 3 elektron tidak berpasangan untuk berikatan,
sehingga memenuhi kaidah oktet. Biasanya dilambangkan dengan 3 garis ( ).
Contoh : pembentukan molekul Nitrogen (N2).
7 N = 2 5 (memerlukan 3 elektron), digambarkan N dan N
Atom nitrogen mempunyai 5 elektron valensi berarti nitrogen harus menerima 3 elektron
lagi dari satu atom nitrogen lain supaya stabil seperti susunan elektron gas mulia (kaidah
oktet). Di dalam struktur Lewis molekul N 2, atom nitrogen memiliki 3 elektron yang tidak
berpasangan. Jika dua atom nitrogen berikatan, maka setiap elektron yang tidak
berpasangan saling berikatan dan membentuk struktur Lewis seperti berikut ini.
N + N atau N N

Jadi, dalam molekul N2 terdapat ikatan rangkap tiga.


4. Ikatan Kovalen Koordinasi
Katan kovalen koordinasi (dativ) sering disebut juga ikatan kovalen semipolar, yaitu
ikatan kovalen yang terbentuk dari penggunaan bersama pasangan elektron yang berasal
dari salah satu atom/ion/molekul yang memiliki PEB, sedangkan atom/ion/molekul lain tidak
menyumbangkan elektron dan hanya menyediakan orbital kosong. Jadi, ikatan kovalen
koordinasi hanya dapat terbentuk apabila salah satu atom mempunyai PEB, dan ketika
berikatan PEB berubah status menjadi PEI. Contoh : pembentukan senyawa NH4Cl.
7 N=2 5 (memerlukan 3 elektron), digambarkan N
1 H = 1, digambarkan H
Senyawa NH4Cl terbentuk dari ion NH4+ dan ion Cl-. Ion NH4+ terbentuk dari molekul NH3
dan ion H+, sedangkan ion H+ terbentuk jika atom hidrogen melepas elektronnya. Atom N
dalam NH3 mempunyai sepasang elektron bebas, sementara ion H + sudah tidak
mempunyai elektron. Elektron bebas dari atom N kemudian digunakan bersama dengan
ion H+. Dengan demikian, molekul NH3 dapat mengikat ion H+ melalui ikatan kovalen
koordinasi dan menghasilkan ion amonium (NH4+).
H H + H +
H N + H+ H N H ditulis H N H Cl
H H H
PEI ikatan kovalen ikatan kovalen koordinasi
Ikatan kovalen koordinasi digambarkan dengan lambang elektron yang sama (dua titik),
menunjukkan bahwa pasangan elektron tersebut berasal dari atom yang sama. Ikatan
kovalen koordinasi ditulis dengan tanda ( ). Jadi, pada senyawa NH4Cl terdapat tiga
jenis ikatan, yaitu 3 ikatan kovalen, 1 ikatan kovalen koordinasi, dan 1 ikatan ion (antara ion
NH4+ dan ion Cl-).
Pembentukan senyawa NH3BCl3 adalah sebagai berikut :
H Cl
H N B Cl
H Cl
PEB belum oktet
Atom N dalam NH3 sudah oktet dan mempunyai sepasang elektron bebas, sedangkan
atom B dalam BCl3 sudah memasangkan semua elektron valensinya namun belum oktet.
Atom N (dari NH3) dan atom B (dari BCl3) dapat berikatan dengan menggunakan bersama
pasangan elektron bebas dari atom N.
H Cl H Cl
H N + Cl B atau H N B Cl
H Cl H Cl

5. Penyimpangan Kaidah Oktet


Kaidah oktet sangat bermanfaat untuk meramalkan senyawa yang akan terbentuk oleh
unsur-unsur, namun ada pengecualian atas kaidah tersebut. Semua ikatan sudah
mengikuti kaidah oktet, tetapi ada senyawa yang tidak mengikuti kaidah oktet, sehingga
disebut penyimpangan kaidah oktet. Ada beberapa senyawa bersifat stabil meskipun tidak
memenuhi kaidah oktet.
Penyimpangan kaidah oktet dapat berupa : 1) tidak mencapai oktet, dan 2) melampaui
oktet (oktet berkembang). Contoh pembentukan senyawa BH3 :
5 B = 2 3, digambarkan B
1 H = 1 , digambarkan H
Jika atom B berikatan dengan atom H, maka penggambaran elektronnya adalah :
H H
B + H atau H B
H H

Elektron yang dilingkari pada atom B, hanya berjumlah 6 sehingga kurang 2 elektron
untuk memenuhi kaidah oktet. Jadi senyawa BH3 tidak mengikuti kaidah oktet (hanya 6
elektron bukan 8). Hal ini berlaku juga untuk senyawa kovalen biner sederhana dari
Berilium (Be), Boron (B), dan aluminium (Al), yaitu unsur-unsur yang elektron valensinya
kurang dari 4. Contohnya : BeCl2, BCl3, BF3, dan AlBr3.
Pada umumnya, senyawa yang memiliki jumlah elektron valensi ganjil, tidak mungkin
memenuhi aturan oktet. Contohnya : NO2, yang mempunyai elektron valensi (5+6+6) = 17.
O Selain itu, unsur-unsur dari periode 3 atau lebih dapat membentuk
N senyawa yang melampaui aturan oktet (lebih dari 8 elektron pada kulit
O terluar). Hal itu dapat terjadi karena kulit luarnya (kulit M, N, dan
seterusnya) dapat mempunyai 18 elektron. Contoh : PCl5, SF6, ClF3, IF7, dan SbCl5.
Pembentukan senyawa PCl5 adalah sebagai berikut :

P + 5 Cl

Atom P memiliki 5 elektron valensi. Oleh karena dalam senyawa PCl 5, 1 atom P mengikat
5 atom Cl maka elektron valensi pada atom P harus terdistribusi pada 5 posisi. Setiap atom
Cl menerima 1 elektron dari atom P. Pada atom P yang dilingkari, terdapat 10 elektron
(kelebihan 2 elektron) untuk memenuhi kaidah oktet. Jadi, senyawa PCl 5 tidak mengikuti
kaidah oktet.
PR.
1. Tulislah pembentukan ikatan dari senyawa berikut : CaO, CH 4, C2H4, HCN, SO3,
H2SO4, ClF3
6. Kepolaran Ikatan Kovalen
Pada bab terdahulu, telah dijelaskan hakikat ikatan kovalen yaitu ikatan yang terbentuk
karena menggunakan pasangan elektron bersama. Namun demikian, kedudukan
pasangan elektron milik bersama itu tidak selalu simetris terhadap kedua atom yang
berikatan. Pasangan elektron akan lebih dekat ke arah atom yang mempunyai
keelektronegatifan lebih besar. Hal ini mengakibatkan kepolaran/polaritas/pengutuban
ikatan. Atom yang lebih elektronegatif cenderung memiliki kelebihan muatan negatif ( -),
sedangkan atom yang kurang elektronegatif cenderung memiliki kelebihan muatan positif
( +). Adanya dua kutub dengan muatan yang berlawanan dalam molekul tersebut (muatan
positif dan negatif) yang dipisahkan oleh suatu jarak, menyebabkan terbentuknya suatu
dipol. Semakin besar perbedaan keelektronegatifan atom-atom dalam suatu molekul,
menyebabkan molekul tersebut bersifat semakin polar.
Dengan demikian, kepolaran/polaritas adalah pemisahan muatan yang terjadi pada
suatu ikatan (atau molekul) disebabkan penyebaran elektron ikatan yang tidak merata
pada kedua atom yang berikatan. Kepolaran/polaritas menunjukkan ketertarikan elektron
ke salah satu atom pada suatu molekul. Kepolaran/polaritas dalam suatu ikatan antaratom
terjadi akibat adanya perbedaan keelektronegatifan antar dua atom yang berikatan tersebut
Keelektronegatifan suatu unsur merupakan ukuran kecenderungan suatu atom untuk
menarik elektron yang digunakan bersama oleh dua atom yang berikatan . Atom dengan
jari-jari kecil mempunyai kecenderungan lebih besar dalam menarik elektron daripada atom
dengan jari-jari besar. Jadi, atom dengan ukuran yang lebih kecil umumnya lebih bersifat
elektronegatif.
Bila dua atom yang identik bergabung membentuk ikatan kovalen (misalnya pada H2),
kedua atomnya mempunyai keelektronegatifan yang sama. Pasangan elektron ikatan dari
molekul tersebut, akan didistribusikan dalam jumlah yang sama atau tersebar merata
(homogen) pada kedua atom H. Pada contoh : HH , kedudukan pasangan elektron
ikatan sudah pasti simetris terhadap kedua atom H. Ikatan kovalen yang terjadi pada
molekul H2 disebut ikatan kovalen nonpolar.
Jika kedua atom yang bergabung membentuk ikatan kovalen mempunyai
keelektronegatifan berbeda, maka pasangan elektron ikatannya akan lebih banyak tertarik
kepada atom yang mempunyai kelektronegatifan yang lebih besar. Misalnya dalam molekul
HCl, lebih dari separuh densitas elektron ikatannya akan terserap ke atom Cl atau
pasangan elektron ikatannya tertarik lebih dekat ke atom Cl karena atom Cl mempunyai
daya tarik elektron lebih besar daripada atom H. Akibatnya, pada HCl terjadi polarisasi,
dimana atom Cl lebih negatif daripada H. Jadi, bagian Cl pada molekulnya akan bermuatan
parsial (–) dan bagian H akan bermuatan parsial (+).
atau

HCl HCl
Ikatan kovalen yang terjadi pada molekul HCl adalah ikatan kovalen polar.
Molekul dengan ikatan kovalen nonpolar, seperti H2, Cl2, dan N2, sudah tentu bersifat
nonpolar. Akan tetapi, molekul dengan ikatan kovalen polar bisa bersifat polar, bisa juga
bersifat nonpolar, bergantung pada geometri (bentuk) molekulnya. Meski ikatan yang
bersifat polar, jika molekul berbentuk simetris, maka secara keseluruhan molekul itu akan
bersifat nonpolar.
(a) (b)

Gambar. Cara menggambarkan molekul nonpolar (a) dan molekul polar (b)
Perhatikan beberapa molekul berikut.

H2O BeCl2 NH3 BF3


Bengkok linear piramida segitiga planar
Gambar. Susunan ruang atom-atom dalam beberapa molekul
Molekul H2O dan NH3 bersifat polar karena ikatan O-H maupun N-H bersifat polar (ada
perbedaan kelektronegatifan) dan bentuk molekul tidak simetris. Elektron tidak tersebar
merata. Dalam molekul H2O, pusat muatan (pol) negatif terletak pada atom O, sedangkan pol
positif terletak di antara kedua atom H. Dalam molekul NH 3, pol negatif terletak pada atom N
(puncak piramida), sedangkan pol positif terletak pada bidang alasnya. Bagaimana halnya
dengan molekul BeCl2 dan BF3? Walaupun ada perbedaan kelektronegatifan antara Be dengan
Cl dan B dengan F, molekul BeCl 2 dan BF3 bersifat nonpolar karena bentuk molekulnya
simetris, elektron tersebar merata dan dipol ikatannya memiliki arah berlawanan sehingga
akan saling meniadakan satu dengan yang lain. Tidak bisa dikatakan bukan, sisi sebelah mana
lebih positif dan sisi sebelah mana lebih negatif dari kedua molekul tersebut (BeCl2 dan BF3)?
Memeriksa kepolaran dari suatu molekul poliatom dapat dilakukan dengan menggambarkan
ikatan polar sebagai suatu vektor yang arahnya dari atom yang bermuatan positif ke atom
yang bermuatan negatif. Jika resultan vektor-vektor dalam satu molekul sama dengan nol,
berarti molekul itu bersifat nonpolar. Sebaliknya, jika resultan vektor-vektor tersebut tidak
sama dengan nol, berarti molekul tsb bersifat polar. Perhatikan beberapa contoh berikut.

H2O BeCl2 NH3 BF3


(polar) (nonpolar) (polar) (nonpolar)
Contoh lain ; ikatan kovalen yang terbentuk antara atom C dan Cl mempunyai perbedaan
keelektronegatifan sebesar 0,4. Berarti ikatan kovalen ini bersifat polar. Namun, jika atom C
mengikat 4 buah atom Cl dan membentuk molekul CCl 4, maka molekulnya bersifat nonpolar.
Pada molekul CCl4, atom pusat C berada di tengah dan secara simetris tertutup oleh keempat
atom Cl yang diikatnya, menyebabkan tidak ada pemisahan muatan sehingga dipol tidak
terbentuk. Jadi, walaupun ikatannya bersifat polar, molekulnya bersifat nonpolar karena
resultan semua momen dipol molekul CCl4 adalah nol.
Bentuk molekul CCl4 adalah Tetrahedral dengan atom C sebagai pusatnya, sedangkan
keempat atom Cl menempati titik sudut dan dapat dibuat bidang-bidang simetrisnya. Jika
sebuah atom Cl pada senyawa CCl4 diganti oleh atom H, maka senyawa CHCl3 yang terbentuk
menjadi tidak simetris sehingga bersifat polar. Senyawa akan bersifat polar, jika pada atom
pusat dari molekul senyawa tsb terdapat PEB sehingga bentuk molekulnya menjadi tidak
simetris. Muatan PEB akan lebih tertarik ke atom pusat yang lebih bermuatan negatif dan
sekaligus tertolak oleh PEI yang lebih bermuatan positif. Oleh sebab itu, di antara atom pusat
dan atom yang terikat akan timbul dipol yang besar dan senyawa yang terbentuk bersifat polar.
Perhatikan struktur Lewis untuk senyawa NH3, PCl3, H2O, dan Cl2O berikut ;
H Cl
H N Cl P H O Cl O
H Cl H Cl
Terdapat 1 PEB Terdapat 2 PEB
Keempat molekul di atas menjadi tidak simetris dan bersifat polar.
Molekul-molekul yang tidak simetris, seperti H 2O yang memiliki bentuk V atau memilliki
sudut, kedua dipol ikatannya tidak saling meniadakan secara menyeluruh tetapi sebagian,
sehingga molekul H2O memiliki momen dipol dan bersifat polar (momen dipol H2O ≠ 0). Contoh
molekul lain yang tidak simetris adalah NH3, CHCl3, SO2, dan H2S.
Dengan demikian, senyawa yang mempunyai ikatan kovalen disebut senyawa kovalen.
Senyawa kovalen dibagi menjadi : senyawa kovalen polar dan senyawa kovalen non polar.
Senyawa kovalen polar terjadi pada atom-atom nonlogam yang tidak sejenis atau atom-atom
yang mempunyai perbedaan keelektronegatifan besar dalam ikatannya. Selain itu, dapat dilihat
dari harga momen dipol atom-atom yang berikatan dan bentuk molekul, susunan ruang
molekul jika berbentuk asimetris. Contoh : HCl, HBr, HI, HF, H 2O, NH3. Pada molekul kovalen
polar, pasangan elektron milik bersama terletak lebih dekat pada inti atom yang mempunyai
keelektronegatifan lebih besar. Hal ini disebabkan daya tarik elektron yang mempunyai
keelektronegatifan besar akan lebih kuat. Akibatnya, pada ikatan tersebut terjadi polarisasi
sehingga atom yang mempunyai keelektronegatifan besar membentuk kutub bermuatan
listriknegatif. Atom yang mempunyai keelektronegatifan kecil menjadi kutub bermuatan positif
atau dalam molekul terdapat dua kutub.
Senyawa kovalen nonpolar mempunyai selisih keelektronegatifan atau momen
dipolnya nol dan bentuk molekulnya mempunyai susunan ruang yang simetris. Senyawa
kovalen nonpolar terjadi jika kedua atom mempunyai perbedaan keelektronegatifan (daya tarik
elektron ke inti) yang sama besarnya. Hal ini menyebabkan pasangan elektron milik bersama
terletak pada jarak atom nonlogam sejenisatau dua atom nonlogam yang mempunyai
keelektronegatifan yang sama untuk saling membentuk molekul. Akibatnya, pada ikatan
tersebut tidak terjadi polarisasi. Contoh : O2, H2, N2, Cl2, CO2, CH4, CCl4, BeCl2, BF3. Kedua
atom H dan Cl mempunyai daya tarik elektron yang sama besarnya sehingga pada ikatan H-H
dan Cl-Cl tidak terjadi polarisasi. Posisi pasangan elektron milik bersama tersebut dalam
keadaan simetris. Contoh : molekul H2 dan Cl2. H H Cl Cl
Senyawa kovalen yang lebih dari dua atom (poliatomik) pada kulit terluarnya terdapat
pasangan elektron yang terdiri atas : PEI (pasangan elektron ikatan) dan PEB (pasangan
elektron bebas). Pasangan-pasangan elektron tsb yang mempunyai muatan sejenis akan tolak
menolak sedemikian rupa sehingga tercapai gaya tolak menolak minimum.
H Cl
PEI PEB
Kepolaran molekul ditentukan melalui kepolaran ikatan maupun struktur ruang molekul
tersebut. Molekul bersifat polar atau nonpolar tergantung pada resultan vektor-vektor yang
menyatakan kepolarannya. Jika resultan vektor-vektro = 0 (simetris) maka molekul tsb bersifat
nonpolar. Jika resultan vektor-vektor ≠ 0 (tidak simetris) maka molekul bersifat polar. Molekul-
molekul yang mempunyai struktur ruang simetris bersifat nonpolar disebabkan titik berat
muatan positif dan negatif berimpit. Molekul-molekul yang tidak simetris bersifat polar
disebabkan adanya pasangan elektron bebas (PEB).
Secara kuantitatif, suatu dipol didefinisikan oleh momen dipol yang dihasilkannya.
Kepolaran suatu senyawa dapat ditentukan berdasarkan momen dipolnya. Jadi momen dipol
adalah suatu besaran vektor untuk menyatakan kepolaran suatu ikatan dalam molekul. Arah
momen dipol dari kutub positif menuju kutub negatif. Contoh : H F
Secara matematis, momen dipol (µ) yaitu hasil kali selisih muatan (Q), Coulomb dengan jarak
antara pusat muatan positif dengan pusat muatan negatif (r ) meter. µ = Q x r . Satuan
–30
momen dipol adalah debye (D), dimana dalam SI (Satuan Internasional) 1 D = 3,33 x 10 C
m (Coulomb meter).
Momen dipol suatu ikatan makin besar jika :
 Perbedaan keelektronegatifannya makin besar.
 Jarak antara inti-inti atom makin besar.
Jika momen dipol = 0, maka senyawa tsb merupakan senyawa nonpolar, sebaliknya jika
momen dipolnya ≠ 0 (lebih besar dari 0) maka senyawa tsb merupakan senyawa polar.
Semakin besar momen dipolnya maka senyawa tsb semakin polar.
Sifat-sifat Senyawa Ion dan Senyawa Kovalen
Telah dijelaskan bahwa senyawa antara unsur logam dengan nonlogam bersifat ionik,
sedangkan senyawa antarsesama nonlogam bersifat kovalen. Sebenarnya, tidak ada senyawa
yang 100% ionik atau 100% kovalen. Kita dapat mengasumsikan bahwa CsF merupakan
senyawa yang paling ionik, sedangkan molekul unsur seperti F2 dapat dianggap sebagai 100%
kovalen. Kebanyakan senyawa-senyawa lain terletak di antara dua keadaan ekstrim tsb.
F2 AlI3 AlCl3 AlF3 CsF
100% kovalen cenderung kovalen kovalen-ionik cenderung ionik 100% ionik
Oleh karena itu, untuk memastikan apakah suatu senyawa bersifat ionik atau kovalen,
khususnya jika perbedaan keelektronegatifan tidak terlalu besar , perlu dilakukan pengamatan
terhadap sifat-sifatnya. Antara senyawa ion dan senyawa kovalen terdapat beberapa
perbedaan sifat, di antaranya :
1. Titik didih
Titik didih senyawa kovalen relatif rendah karena gaya tarik antara molekul lemah,
sedangkan senyawa ion relatif tinggi. Kebanyakan senyawa kovalen mendidih di bawah
200oC, sedangkan senyawa ion umumnya mendidih di atas 900oC. Pada suhu kamar,
semua senyawa ion berupa zat padat, keras tetapi rapuh. Pada suhu kamar, senyawa
kovalen ada yang berupa padatan dengan titik leleh yang relatif rendah, ada yang berupa
cairan, ada pula yang berupa gas.
Contoh : air (senyawa kovalen) : titik leleh 0oC, titik didih 100oC
Garam dapur (senyawa ion) : titik leleh 801oC, titik didih 1.517oC
2. Kemudahan Menguap (Volatilitas)
Zat yang mudah menguap, seperti alkohol, cuka, parfum, minyak cengkeh, dan bensin
disebut volatil atau atsiri. Zat-zat yang volatil adalah senyawa kovalen dengan titik didih
rendah, sehingga pada suhu kamar sudah cukup banyak yang menguap (Ingat! Menguap
berbeda dari mendidih, mendidih adalah perubahan cairan menjadi gas pada titik didihnya,
sedangkan menguap adalah perubahan padatan atau cairan menjadi uap, tidak harus pada
titik didihnya). Tidak ada senyawa ionik yang volatil.
3. Kelarutan
Senyawa ion cenderung larut dalam air, tetapi tidak larut dalam pelarut organik (spt
petroleum eter, alkohol, dan trikloroetana). Misalnya, natrium klorida (garam dapur) larut
dalam air tetapi tidak larut dalam kloroform. Sebaliknya, kebanyakan senyawa kovalen
tidak larut dalam air, tetapi lebih mudah larut dalam pelarut yang kurang atau nonpolar.
4.Daya Hantar Listrik
Senyawa ion padat tidak menghantar listrik, tetapi lelehan dapat menghantar listrik.
Sebaliknya, baik lelehan maupun padatan senyawa kovalen tidak dapat menghantar listrik.
Perbandingan sifat senyawa ion dan senyawa kovalen disimpulkan dalam tabel berikut.
Tabel. Perbedaan Utama Senyawa Ion dan Senyawa Kovalen
Sifat Senyawa Ion Senyawa Kovalen
Titik didih Tinggi Rendah
Daya hantar listrik lelehan Menghantar Tidak menghantar
Kelarutan dalam air (pelarut polar) Umumnya larut Umumnya tidak larut
Kelarutan dalam pelarut nonpolar Umumnya tidak larut Umumnya larut

IKATAN LOGAM
Ikatan logam adalah ikatan antaratom dalam suatu unsur logam dengan menggunakan
interaksi antarelektron valensi. Unsur logam mempunyai kecenderungan untuk menjadi ion
positif karena energi potensial ionisasi yang rendah dan mempunyai elektron valensi sedikit.
Ketika atom-atom logam yang bermuatan ini saling berdekatan , kemudian elektron valensinya
akan terdelokalisasi membentuk lautan elektron di sekitar ion-ion positif. Delokalisasi yaitu
suatu keadaan di mana elektron valensi tsb tidak tetap posisinya pada satu atom tetapi
senantiasa berpindah-pindah dari satu atom ke atom yang lain. Elektron-elektron valensi tsb
berbaur shg menyerupai awan atau lautan yang membungkus ion-ion positif logam di
dalamnya. Lautan elektron ini akan bertindak sebagai perekat atom-atom logam. Hal ini
berakibat bahwa lautan elektron dalam atom-atom logam bebas bergerak dari atom yang satu
ke atom yang lain untuk membentuk suatu ikatan yang disebut dengan ikatan logam. Jadi,
struktur logam dapat dibayangkan sebagai ion-ion positif yang dibungkus oleh awan atau
lautan elektron valensi. Kenyataan ini dapat dipakai untuk menerangkan mengapa logam
merupakan penghantar panas dan listrik yang baik. Kekuatan ikatan logam bergantung pada
banyaknya elektron valensi yang terdapat pada atom logam tsb. Struktur logam seperti gambar
di bawah ini dapat menjelaskan sifat-sifat khas logam seperti daya hantar listrik, sifat dapat
ditempa dan dapat ditarik. Logam merupakan konduktor yang baik karena elektron valensinya
mudah mengalir. Logam dapat ditempa atau dapat ditarik karena ketika logam dipukul atau
ditarik, atom-atom logam hanya bergeser sedangkan ikatan di antaranya tidak terbungkus.

Gambar. Ikatan Logam Gambar. Sifat dapat ditempa dari logam


Ikatan logam memberikan kekuatan dan keuletan kepada logam untuk melakukan perubahan
bentuk (deformasi) tidak seperti ikatan ion dan ikatan kovalen.
IV. RANGKUMAN
Menurut Kossel dan Lewis, kestabilan gas mulia berkaitan dengan konfigurasi
elektronnya yaitu konfigurasi oktet (duplet untuk helium). Konfigurasi oktet dapat dicapai
melalui serah terima atau pemasangan elektron.
Lambang Lewis adalah lambang atom disertai elektron valensi. Ikatan ion terbentuk
melalui serah terima elektron, dan dapat terbentuk jika pasangan unsur yang direaksikan
mempunyai perbedaan keelektronegatifan yang cukup besar. Ikatan antara unsur logam
dengan non logam cenderung ionik. Rumus kimia senyawa ion adalah rumus empirisnya.
Ikatan kovalen adalah ikatan yang terbentuk karena pasangan elektron yang digunakan
bersama, antarunsur sama-sama cenderung menarik elektron, tetapi tidak memungkinkan
terjadinya serah terima elektron karena perbedaan keelektronegatifan tidak cukup besar.
Ikatan antarsesama unsur non logam adalah kovalen.
Ikatan kovalen tunggal menggunakan satu pasangan elektron, sedangkan ikatan
kovalen rangkap menggunakan dua pasangan elektron, dan kovalen rangkap tiga,
menggunakan tiga pasangan elektron.
Ikatan kovalen koordinasi adalah ikatan kovalen di mana pasangan elektron yang digunakan
bersama berasal dari satu atom, sedangkan atom lainnya hanya menyediakan tempat. Ikatan
kovalen antaratom dengan keelektronegatifan yang sama bersifat nonpolar, sedangkan ikatan
kovalen antaratom yang berbeda kelektronegatifannya bersifat polar.
Molekul dengan ikatan polar dapat menjadi non polar jika bentuk molekulnya simetris,
sehingga kutub-kutub listriknya saling meniadakan. Senyawa ion mempunyai titik lelh dan titik
didih yang lebih tinggi daripada senyawa kovalen. Senyawa ion dan senyawa kovalen polar
cenderung larut dalam pelarut polar, sedangkan senyawa kovalen non polar cenderung larut
dalam pelarut nonpolar. Lelehan senyawa ion dapat menghantarkan listrik, sedangkan lelehan
kovalen tidak menghantar listrik. Berbagai senyawa tidak memenuhi kaidah oktet, ada yang
tidak mencapai oktet tetapi ada juga yang melebihi oktet (oktet berkembang). Molekul yang
jumlah elektron valensinya ganjil mempunyai elektron tak berpasangan. Unsur-unsur periode
ketiga dan seterusnya dapat mengalami oktet berkembang (mempunyai lebih dari 8 elektron
pada kulit terluar). Elektron valensi logam mengalami delokalisasi. Logam dapat dibayangkan
terdiri dari ion-ion positif yang diselimuti lautan elektron valensi.
V. TEST FORMATIF (PILIHAN GANDA)
Berilah tanda silang (x) pada huruf A, B, C, D, dan E di depan jawaban yang menurut Anda
paling benar!
1. Unsur X dengan konfigurasi elektron 2 8 7 dapat mencapai aturan oktet dengan
cara…………
a. Melepaskan 7 elektron c. memasangkan 1 elektron e. menerima sepasang elektron
b. Menyerap 1 elektron d. menyerap atau memasangkan 1 elektron
2. Perbedaan antara ion Na+ dengan atom natrium (Na) adalah ……………….…
a. Ion Na+ kelebihan 1 proton d. ion Na+ kekurangan 1 proton
b. Ion Na+ kelebihan 1 elektron e. ion Na+ kekurangan 1 neutron
c. Ion Na+ kekurangan 1 elektron
3. Diketahui nomor atom unsur : A = 3, B = 4, C = 11, D = 12, E = 9, dan F = 17. Ikatan paling
ionik dapat terbentuk antara..……………
a. A dengan E b. A dengan F c.C dengan d.C dengan F e.B dengan F
4. Di antara sifat berikut ini, yang bukan sifat senyawa ion adalah …………..
a. rapuh c . larutannya dapat menghantar listrik e. padatannya dapat menghantar listrik
b. titik leleh tinggi d. lelehannya dapat menghantar listrik
5. Ikatan kovalen dapat terbentuk antara unsur………………………..
a. logam alkali dengan halogen d. halogen dengan golongan oksigen
b. logam alkali tanah dengan halogen e. golongan oksigen dengan logam alkali
c. logam alkali dengan gas mulia

VIII. JAWABAN PILIHAN GANDA


1. B 2. C 3. D 4. E 5. D

VII. DAFTAR PUSTAKA


-----PURBA, M. 2006.KTSP, KIMIA IA. PENERBIT ERLANGGA. JAKARTA.
-----ROKHMAD. 2004., STRATEGI SUKSES UAN SMA/MAN KIMIA. PENERBIT ANDI.
YOGYAKARTA.
-----SANTOSA, S.J, SUDIONO, S, PRANOWO, D. 2004., KIMIA IA, EDISI 2004.
PENERBIT INTAN PARIWARA. JAKARTA.
-----SUTRESNA NANA, DHOLEHUDIN DINDIN. 2004., KIMIA IA, PENERBIT
GRAFINDO MEDIA PRATAMA. BANDUNG.
-----ANSHORY IRFAN, ACHMAD HISKIA. 1996., KIMIA SMU, PENERBIT ERLANGGA.
BANDUNG.
-----SUDARMO UNGGUL. 2004., KIMIA. SERI MADE SIMPLE, PENERBIT
ERLANGGA. BANDUNG.
STOIKIOMETRI

I. STANDAR KOMPETENSI
Memahami hukum-hukum dasar kimia dan penerapnnya dalam perhitungan kimia
II. KOMPETENSI DASAR
Mendeskripsikan nama senyawa anorganik dan organik sederhana serta persamaan reaksinya
III. MATERI : STOIKIOMETRI
Tata Nama Senyawa
Senyawa adalah gabungan atom/unsur yang berlainan jenis, sedangkan unsur adalah
gabungan atom-atom yang sejenis. Mengingat jumlah unsur banyak, penulisannya harus
disederhanakan, dengan tujuan agar penulisannya mudah dikomunikasikan dan antarunsur
mudah dibedakan. Siswa diharapkan bisa mengetahui nama-nama unsur dan cara menuliskan
lambang unsur.
Para ilmuwan berusaha memberikan nama dan lambang unsur bagi unsur-unsur yang
ditemukan. Lambang unsur dipergunakan untuk mempermudah, mempercepat, dan
mempersingkat penulisan nama unsur. Lambang unsur dipergunakan karena setiap jenis
unsur mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Lambang unsur kadang disebut juga
lambang atom karena unsur terdiri atas atom-atom yang sama.
Berdasarkan sejarah perkembangannya, penulisan lambang unsur dimulai dari zaman
Mesir dan Yunani kuno. Misalnya, lambang api, udara, air, tanah, emas, dan perak.
Api belerang emas tembaga timbal air

Lambang-lambang unsur yang ditemukan tsb sangat terbatas. Jika ditemukan unsur-
unsur lain, akan mengalami kesulitan dalam membuat dan mengingat lambangnya. Melihat hal
tsb, John dalton menuliskan lambang unsur dengan bulatan-bulatan (lingkaran) yang diberi
tanda khusus sebagai simbol dari unsur.
Oksigen hidrogen karbon nitrogen fosfor belerang air

Penulisan lambang unsur Dalton juga mengalami kesulitan jika digunakan utk menggambarkan
/menuliskan gabungan unsur-unsur (molekul/senyawa).
Pada tahun 1779-1848, ahli kimia berkebangsaan Swedia, John Jacob Berzelius
menuliskan lambang unsur yang bisa diterima dan mudah diingat.
Cara penulisan lambang unsur menurut Berzelius, adalah :
 Tiap unsur dilambangkan dengan huruf pertama dari nama latinnya, dan ditulis dengan
huruf kapital
 Jika huruf terdepan sama, maka ditulis dengan huruf pertama (huruf kapital) dan
sebuah huruf kecil dari huruf yang ada di belakang huruf pertama nama latinnya.
Tabel. Beberapa Nama Unsur dan Lambangnya
Nama Unsur Nama Latin Lambang Unsur
Belerang Sulfur S
Besi Ferrum Fe
Fosforus Phosphorus P
Hidrogen Hydrogenum H
Iodin Iodine I
Kalium Kalium K
Kalsium Calsium Ca
Karbon Carbonium C
Kobalt Cobalt Co

Pemberian nama unsur dapat berasal dari sifat, warna atau penemunya. Misalnya, disebut
klorin karena berwarna hijau (chloros =hijau) dan fosforus karena memendarkan cahaya
(phosphorus = bercahaya). Berdasarkan penemunya, seperti unsur Einstenium (Es) ditemukan
oleh Albert Einstein.
Kumpulan lambang atom dengan aturan tertentu disebut rumus kimia.
Rumus kimia menyatakan jenis dan jumlah atom dengan komposisi tertentu untuk
setiap molekul. Rumus kimia sangat penting dalam mempelajari ilmu kimia karena pengertian
yang utuh mengenai zat diawali dari rumus kimianya.
a. Rumus Kimia Unsur
Rumus kimia unsur yang terdiri atas satu atom (monoatomik) sama dengan lambang
atom unsur tersebut. Kebanyakan unsur monoatomik adalah logam. Beberapa zat lain
seperti gas mulia juga berbentuk monoatomik.
Tabel. Unsur-Unsur Monoatomik
Nama Unsur Rumus Kimia Nama Unsur Rumus Kimia
Aluminium Al Magnesium Mg
Besi Fe Natrium Na
Emas Au Platina Pt
Helium He Raksa Hg
Karbon C Xenon Xe
b. Rumus Molekul
Molekul adalah partikel penyusun senyawa. Adapun rumus molekul adalah rumus yang
menyatakan jenis dan jumlah atom yang membentuk molekul senyawa tersebut. Rumus
molekul digolongkan menjadi dua, yaitu rumus molekul unsur dan rumus molekul senyawa.
1. Rumus Molekul Unsur
Rumus molekul unsur adalah rumus yang menyatakan gabungan atom-atom
yang sama membentuk molekul unsur. Berdasarkan jumlah atom yang bergabung,
molekul unsur dibagi menjadi dua, yaitu molekul diatomik dan poliatomik.
@. Molekul diatomik adalah molekul yang terbentuk dari dua atom yang sama. Jumlah
atom tersebut dinyatakan dengan angka indeks. Indeks merupakan angka yang
dituliskan subkrip (di bawah), mengikuti atom yang bersangkutan. Indeks 1 seperti
pada unsur monoatomik tidak perlu dituliskan.

Tabel. Rumus Molekul Diatomik


Nama Molekul Rumus Molekul
Oksigen O2
Nitrogen N2
Hidrogen H2
Fluor F2
Klor Cl2
@. Molekul poliatomik adalah molekul yang terbentuk dari tiga atau lebih atom yang
sama. Tabel. Rumus Molekul Poliatomik
Nama Molekul Rumus Kimia Jenis Molekul
Ozon O3 Triatomik
Fosfor P4 Tetraatomik
Belerang S8 Oktaatomik
Agar lebih memahami perbedaan antara unsur monoatomik, diatomik, triatomik,
tetraatomik, dan oktaatomik, perhatikan gambar berikut :

(a) (b) (c) (d) (e)


Keterangan ; a) unsur monoatomik misalnya He, Ar b) unsur diatomik misalnya O 2,
N2 c) unsur oktaatomik misalnya S8 d) unsur triatomik misalnya O3
e) unsur tetraatomik misalnya P4.
2. Rumus Molekul Senyawa
Rumus molekul senyawa (rumus molekul) menyatakan rumus senyawa yang
tersusun atas dua atom atau lebih yang berbeda yang membentuk molekul.
Tabel. Rumus Molekul Beberapa Senyawa Kimia
Senyawa Rumus Molekul Jumlah Atom
Karbon dioksida CO2 3 atom (1 atom C dan 2 atom O)
Air H2O 3 atom (2 atom H dan 1 atom O)
Amonia NH3 4 atom (1 atom N dan 3 atom H)
Asam klorida HCl 2 atom (1 atom H dan 1 atom Cl)
Asam sulfat H2SO4 7 atom (2 atom H, 1 atom S, 4 atom O)
Glukosa C6H12O6 24 atom (6 atom C, 12 atom H, 6 atom O)
Urea CO(NH2)2 8 atom (1 atom C, 1 atom O, 2 atom N, 4 atom H)

Untuk menyatakan jumlah unsur atau molekul digunakan koefisien berupa angka yang
mendahului rumus kimia. Contoh : Fe artinya 1 atom besi, 4 Fe artinya 4 atom besi,
3O2 artinya 3 molekul oksigen, 3 O artinya 3 atom oksigen, P4 artinya 1 molekul
fosforus, 4 P artinya 4 atom fosforus, 5H 2O artinya 5 molekul air, 3CO2 artinya 3
molekul karbon dioksida.

HCl CO2 Urea


(CO(NH2)2)

3. Rumus Empiris
Rumus empiris menyatakan perbandingan paling sederhana dari jumlah atom
penyusun suatu molekul.Cntoh : perbandingan jumlah atom C dan O dalam CO2 = 1 : 2
Perbandingan ini sudah merupakan perbandingan yang paling sederhana.
Jadi, rumus empiris senyawa CO2 sama dengan rumus molekulnya, yaitu CO2.
Perbandingan jumlah C, H, dan O dalam C6H12O6 = 6 : 12 : 6 = 1 : 2 : 1.
Jadi, rumus empiris C6H12O6 adalah CH2O.
Tabel. Rumus Molekul dan Rumus Empiris beberapa Senyawa
Nama Senyawa Rumus Molekul Rumus Empiris
Air H2O H2O
Asam Cuka C2H4O2 CH2O
Etana C2H6 CH3
Etuna C2H2 CH
Bilangan oksidasi atau tingkat oksidasi adalah banyaknya elektron yang dilepas
atau diterima (nilai muatan atom) dalam pembentukan suatu molekul atau ion. Nilai biloks
dapat berharga positif atau negatif. Bilangan oksidasi lazim disingkat biloks (b.o). Beberapa
atom hanya memiliki satu biloks, ada juga atom yang memiliki lebih dari satu biloks.
Jika akan menentukan biloks atom dalam suatu senyawa atau ion, maka harus lebih
dahulu mengetahui biloks atom unsur lainnya yang bersifat umum (standar).
Berikut ini, ketentuan-ketentuan umum dalam penetapan biloks :
1. Biloks unsur bebas dalam bentuk monoatomik, diatomik, triatomik, tetraatomik, dstnya,
memiliki harga nol (biloks = 0). Contoh : Fe, C, H2, Cl2, P4, dan S8.
2. Atom logam selalu memiliki biloks positif dengan harga sesuai dengan nomor golongannya,
kecuali untuk logam transisi yang memiliki lebih dari 1 biloks.
1) Biloks atom Li, Na, K, Rb, dan Cs adalah +1
2) Biloks atom Be, Mg, Ca, Sr, Ba, dan Ra adalah +2
3) Biloks atom B, Al, Ga, In, Ti, adalah +3
3. Biloks atom H umumnya adalah +1, kecuali jika berikatan dengan unsur logam seperti Na,
biloksnya menjadi negatif. Senyawa atom H dengan unsur logam disebut senyawa hidrida.
Contoh : biloks H dalam senyawa natrium hidrida (NaH) adalah –1.
4. Biloks atom O umumnya adalah –2, kecuali jika berikatan dengan atom F atau dalam
senyawaan peroksida dan superoksida. Biloks atom O dalam senyawa OF 2 adalah +2,
dalam senyawa peroksida (misalnya H2O2) berharga –1, dan dalam senyawa superoksida
(seperti KO2), biloks atom O bernilai -½.
5. Jumlah seluruh biloks atom-atom penyusun suatu ion sama dengan muatan ion tersebut.
Contoh : biloks S2- = -2, Fe3+ = +3, MnO4- = -1, dan Cr2O72- = -2.
6. Jumlah biloks unsur-unsur pembentuk senyawa netral sama dengan nol .
Contoh : muatan H2O = (2 x biloks H)+(1 x biloks O) = 2 x (+1) + 1 x (-2) = 0
Muatan KClO3 = (1xbiloks K)+(1xbiloks Cl)+(3xbiloks O) = 1 x (+1) + 1 x (+5) + 3 x (-2) = 0
Muatan Al(OH)3 = (1 x biloks Al) + (3 x biloks O) + (3 x biloks H) =1 x (+3) + 3 x (-2) + 3 x
(+1) = 0.

Penamaan senyawa sama seperti penamaan unsur, yaitu tergantung pada berbagai hal
seperti berhubungan dengan nama penemu, nama tempat, atau berdasarkan sifat-sifat
tertentu dari senyawa yang bersangkutan. Misalnya :
 Sal mirabile/garam ajaib (garam glauber) yaitu natrium sulfat (Na 2SO4) ditemukan oleh
Johan Rudolph Glauber (1604 – 1670)
 Tembaga (II) Sulfat (CuSO4) dikenal dengan blue vitriol karena senyawa kristalnya
berwarna biru.
Pada dasarnya, dua zat berbeda tidak akan mempunyai nama yang sama walaupun ciri-ciri
fisiknya mirip maupun terdiri dari unsur-unsur yang juga sama. Gula dan garam mempunyai
nama berbeda walaupun bentuk fisiknya hampir sama. Senyawa PbO (timbal oksida) dan
PbO2 (timbal dioksida), juga mempunyai nama berlainan walaupun keduanya terdiri atas
unsur-unsur yang sama yaitu Pb dan O. Setiap zat mempunyai nama yang berbeda, dan hal
ini sangat penting agar tidak salah dalam mereaksikan suatu zat dengan zat lain.
Metode sistematik untuk penamaan senyawa dikenal dengan sistem tata nama. Sistem
tata nama senyawa disusun berdasarkan aturan IUPAC dan aturan ini telah digunakan secara
seragam di seluruh negara.
1. Tata Nama Senyawa Anorganik
Penamaan senyawa anorganik meliputi :
 Senyawa biner
 Senyawa poliatom (senyawa ion)
 Senyawa asam
 Senyawa basa
A. Tata Nama Senyawa Biner
Senyawa biner adalah senyawa yang dibentuk dari 2 unsur. Senyawa biner
dapat terbentuk dari 1 unsur logam dan 1 unsur nonlogam, atau dapat terbentuk dari 2
unsur nonlogam. Jika unsur pertama adalah logam dan unsur lainnya adalah
nonlogam, maka senyawa biner tersebut umumnya berbentuk ionik (senyawa ionik
biner). Contoh senyawa biner : air (H2O) terbentuk dari unsur H dan O, amonia (NH 3)
terbentuk dari unsur N dan H, karbondioksida (CO2) terbentuk dari unsur C dan O.
@. Tata Nama Senyawa Biner yang terbentuk dari unsur logam dan nonlogam
1. Senyawa yang unsur logamnya mempunyai 1 jenis biloks (yaitu atom unsur
golongan IA, IIA, dan IIIA), nama logam ditulis lebih dahulu diikuti dengan nama
nonlogam dan diberi akhiran “ida”.
Contoh : nama unsur logam nama unsur logam

NaCl = Natrium Klorida MgI2 = Magnesium Iodida


nama unsur nonlogam + “ida” nama unsur nonlogam + “ida”

Pada senyawa NaCl, ion positif dibentuk dari unsur Na, dan ion negatif dibentuk
dari unsur Cl. Begitupun pada senyawa MgI 2, ion positif dibentuk dari unsur Mg,
dan ion ngatif dibentuk dari unsur I.
Senyawa ionik walaupun tersusun atas ion positif dan ion negatif, namun
secara keseluruhan bersifat netral, sehingga muatan totalnya adalah nol. Ini
berarti satu Na+ akan bergabung dengan satu Cl- dalam NaCl dan satu Mg2+
bergabung dengan dua I- dalam MgI2, dstnya.

Tabel. Nama dan Simbol Beberapa Senyawa Sederhana


Simbol Simbol
Nama Senyawa Nama Senyawa
Senyawa Senyawa
Li2O Litium oksida CaO Kalsium oksida
NaBr Natrium bromida SrO Stronsium oksida
KCl Kalium klorida BaCl2 Barium klorida
2. Senyawa yang unsur logamnya mempunyai biloks lebih besar dari 1 (lebih dari
1 jenis muatan ion khususnya kation, biasanya terdapat pada unsur golongan
IVA, VA, VIA, dan VIIA serta logam transisi), maka muatan logamnya ditulis
menggunakan angka romawi dalam tanda kurung.
Tabel. Tata Nama Beberapa Senyawa dengan Biloks > 1 jenis
Unsur Biloks Senyawa Nama Senyawa
Cr +2 CrO Kromium (II) oksida
+3 CrCl3 Kromium (III) klorida
Fe +2 FeSO4 Besi (II) sulfat
+3 FeCl3 Besi (III) klorida
Co +2 CoI2 Kobalt (II) iodida
+3 Co2O3 Kobalt (III) oksida
Cu +1 CuI Tembaga (I) iodida
+2 Cul2 Tembaga (II) klorida
Pb +2 PbBr2 Timbal (II) bromida
+4 PbO2 Timbal (IV) oksida
Di samping itu, penamaan unsur-unsur logam yang memiliki biloks lebih dari
satu jenis dapat juga dituliskan sebagai berikut :
 Jika unsur logam memiliki biloks kecil, diberi akhiran “o”
 Jika unsur logam memiliki biloks besar, diberi akhiran “i
Contoh : lihat tabel di bawah ini !
Unsur Unsur
Senyawa Nama Senyawa Senyawa Nama Senyawa
Logam Logam
Cr2+ CrS Kupro sulfida Cu+ Cu2O Kupro oksida
3+ 2+
Cr CrI3 Kupri iodida Cu CuO Kupri oksida
2+ 2+
Fe FeCl2 Ferro klorida Pb PbS Plumbo sulfida
3+ 4+
Fe FeCl3 Ferri klorida Pb PbO2 Plumbi oksida
2+
Fe2O3 Ferri oksida Sn SnCl2 Stano klorida
Co2+
CoCl2 Kobalto klorida Sn4+ SnCl3 Stani klorida
Co3+
CoCl3 Kobalti klorida SnO2 Stani oksida
@. Tata Nama Senyawa Biner yang terbentuk dari unsur-unsur nonlogam
1. Disebutkan nama unsur-unsur penyusunnya, diberi akhiran “ida” pada unsur
belakang. Contoh ; HCl = Hidrogen klorida (asam klorida).
2. Nama nonlogam yang mempunyai biloks positif (+) dituliskan lebih dahulu.
Biloksnya ditulis dengan menggunakan angka romawi dalam tanda kurung.
Kemudian diikuti dengan nama nonlogam yang mempunyai biloks negatif (-)
dengan menambah akhiran “ida”. Biloks positif artinya unsur yang lebih
elektropositif (menangkap lebih banyak elektron).
Rumus kimia senyawa biner nonlogam-nonlogam dapat ditulis berdasarkan urutan
sebagai berikut : B, Si, C, Sb, As, P, N, H, Te, Se, S, I, Br, Cl, O, F.
Contoh : CO2 bukan ditulis O2C karena urutan C adalah ke-3 lebih dahulu dari

urutan O yaitu ke-15. Demikian NH3 dan H2O.


Tabel. Bilangan Oksidasi dan Tata Nama Senyawa Biner
Senyawa Biloks Positif Nama Senyawa
N2O +1 Nitrogen (I) oksida
NO- +2 Nitrogen (II) oksida
N2O3 +3 Nitrogen (III) oksida
NO2 +4 Nitrogen (IV) oksida
N2O5 +5 Nitrogen (V) oksida
P2O3 +3 Fosfor (III) oksida
P2O5 +5 Fosfor (V) oksida
PCl5 +5 Fosfor (V) klorida
SO2 +4 Belerang (IV) oksida
SO3 +6 Belerang (VI) oksida
3. Jika pasangan unsur yang bersenyawa membentuk lebih dari sejenis senyawa,
maka senyawa-senyawa itu dibedakan dengan menyebutkan angka indeksnya
dalam bahasa Yunani. Jumlah unsur pertama dituliskan lebih dahulu, diikuti
dengan nama unsur nonlogam pertama. Kemudian, menuliskan jumlah unsur
kedua diikuti dengan nama unsur nonlogam kedua dengan diberi akhiran “ida”.
Jumlah unsur dinyatakan dalam bahasa Yunani, sebagai berikut :
1 = mono, 2 = di, 3 = tri, 4 = tetra, 5 = penta, 6 = heksa, 7 = hepta, 8 = okta,
9 = nona, 10 = deka.
Awalan (mono) atau indeks 1, biasanya ditiadakan kecuali untuk karbon
monoksida (awalan mono untuk C tidak perlu).
Tabel. Rumus Molekul dan Tata Nama Beberapa Senyawa
Rumus Molekul Nama Senyawa Rumus Molekul Nama Senyawa
N2O Dinitrogen oksida PCl5 Fosfor pentaklorida
NO Nitrogen oksida SO2 Belerang dioksida
N2O5 Dinitrogen pentoksida SO3 Belerang trioksida
P2O3 Difosfor trioksida CCl4 Karbon tetraklorida
P2O5 Difosfor pentoksida CO Karbon monoksida
BCl3 Boron triklorida SF6 Sulfur heksaflorida
N2O4 Dinitrogen tetroksida NO Nitrogen monoksida
CO2 Karbon dioksida N2O3 Dinitrogen trioksida
Catatan : jika awalan memiliki huruf terakhir “a” atau “o” dan unsur memiliki
huruf awal “a” atau “o”, maka Anda menghilangkan huruf terakhir awalan yang
digunakan. Misalnya karbon monoksida bukan karbon monooksida, dstnya
kecuali untuk Pl3 (fosfor triiodida) bukan fosfor triodida.
4. Senyawa umum yang dikenal sehari-hari tidak perlu mengikuti aturan di atas,
hanya menggunakan nama trivial. Contoh :
H2O = air, bukan dihidrogen monoksida
CH4 = metana, bukan karbon tetrahidrida penulisannya tidak mengikuti aturan
NH3 = amoniak, bukan nitrogen trihidrida bhw biloks positif (yaitu Hidrogen)
dituliskan di awal.

B. Tata Nama Senyawa Poliatom (Senyawa Ion)


Senyawa poliatom adalah senyawa yang dibentuk oleh lebih dari 2 atom yang
berbeda ( senyawa dari ion-ion poliatomik). Senyawa terdiri dari partikel-partikel berupa
molekul, tetapi pada umumnya senyawa berupa gabungan ion-ion positif (kation) dan
negatif (anion) dengan perbandingan tertentu. Dalam senyawa ion, kation umumnya
adalah suatu ion logam, dan anion dapat berupa anion tunggal/anion poliatom.
Daftar kation dan anion penting diberikan dalam Tabel berikut ini.
Tabel. Beberapa Jenis Kation
No Rumus Nama Ion No Rumus Nama Ion
1. Na+ Natrium 13. Pb2+ Timbel (II)
2. K+ Kaliium 14. Pb4+ Timbel (IV)
3. Mg2+ Magnesium 15. Fe2+ Besi (II)
2+ 3+
4. Ca Kalsium 16. Fe Besi (III)
5. Sr2+ Stronsium 17. Hg+ Raksa (I)
6. Ba2+ Barium 18. Hg2+ Raksa (II)
3+ +
7. Al Aluminium 19. Cu Tembaga (I)
8. Zn2+ Zink 20. Cu2+ Tembaga (II)
9. Ni2+ Nikel 21. Au+ Emas (I)
10. Ag+ Perak 22. Au3+ Emas (III)
2+ 4+
11. Sn Timah (II) 23. Pt Platina (IV)
12 Sn4+ Timah (IV) 24. NH4+ Amonium
Tabel. Beberapa Jenis Anion
No Rumus Nama Ion No Rumus Nama Ion
1. OH- Hidroksida 16. SO42- Sulfat
2. O2- Oksida 17. PO33- Fosfit
3. F- Fluorida 18. PO43- Fosfat
4. Cl- Klorida 19. AsO33- Arsenit
- 3-
5. Br Bromida 20. AsO 4 Arsenat
- 3-
6. I Iodida 21. SbO 3 Antimonit
7. CN- Sianida 22. SbO43- Antimonat
8. S2- Sulfida 23. ClO- Hipoklorit
2- -
9. CO 3 Karbonat 24. ClO2 Klorit
2- -
10. SiO3 Silikat 25. ClO3 Klorat
11. C2O42- Oksalat 26. ClO4- Perklorat
12. CH3COO- Asetat 27. MnO4- Permanganat
- 2-
13. NO 2 Nitrit 28. MnO4 Manganat
14. NO3- Nitrat 29. CrO42- Kromat
15. SO32- Sulfit 30. Cr2O72- Dikromat

Jadi rumus senyawa ion ditentukan oleh perbandingan muatan kation dan anionnya.
Kation dan anion diberi indeks sedemikian rupa, sehingga senyawa bersifat netral yaitu
(∑ muatan positif = ∑ muatan negatif).

Perhatikan beberapa contoh berikut :


Kation Anion Rumus Garam Nama Garam
Na+ NO3- NaNO3 Natrium nitrat
Ca2+ NO3- Ca(NO3)2 Kalsium nitrat
Al3+ SO42- Al2(SO4)3 Aluminium sulfat
4+ 2-
Sn SO 4 Sn(SO4)2 Timah(IV) sulfat
Cu2+ S2- CuS Tembaga (II) sulfida

1) Tata nama senyawa poliatom, menuliskan lebih dahulu ion positif kemudian ion
negatifnya. Ingat! Angka indeks tidak disebutkan.
Contoh : MgSO4 = Magnesium sulfat, Zn (NO2)2 = Seng nitrat,
KNO3 = Kalium nitrat, Ca(CH 3COO)2 = Kalsium asetat, Ba3(PO4)2 = Barium fosfat,
Na2CO3 = Natrium karbonat.
Tabel. Rumus Molekul dan Tata Nama Beberapa Senyawa Poliatom dan Ion Poliatom.
Nama Ion Rumus Molekul Senyawa Poliatom Nama Senyawa
Kation
Ion amonium NH4+ NH4Cl Amonium klorida
Anion
Ion asetat C2 H3 O 2 - NaC2H3O2 Natrium asetat
2-
Ion karbonat CO3 Na2CO3 Natrium karbonat
Ion hipoklorit ClO- NaClO Natrium hipoklorit
-
Ion klorit ClO2 NaClO2 Natrium klorit
-
Ion klorat ClO3 NaClO3 Natrium klorat
-
Ion perklorat ClO4 NaClO4 Natrium perklorat
2-
Ion kromat CrO4 Na2CrO4 Natrium kromat
2-
Ion dikromat Cr2O7 Na2Cr2O7 Natrium dikromat
-
Ion sianida CN NaCN Natrium sianida
Ion hidroksida OH- NaOH Natrium hidroksida
Ion nitrit NO2- NaNO2 Natrium nitrit
-
Ion nitrat NO3 NaNO3 Natrium nitrat
2-
Ion oksalat C2 O 4 Na2C2O4 Natrium oksalat
-
Ion permanganat MnO4 NaMnO4 Natrium permanganat
3-
Ion fosfat PO4 Na3PO4 Natrium fosfat
2-
Ion hidrogen fosfat HPO4 Na2HPO4 Natrium hidrogen fosfat
Ion dihidrogen fosfat H2PO42- NaH2PO4 Natrium dihidrogen fosfat
2-
Ion sulfit SO3 Na2SO3 Natrium sulfit
-
Ion hidrogen sulfit (bisulfit) HSO3 NaHSO3 Natrium bisulfit
2-
Ion sulfat SO4 Na2SO4 Natrium sulfat
-
Ion hidrogen sulfat (bisulfat) HSO4 NaHSO4 Natrium bisulfat
2-
Ion tiosulfat S2 O3 Na2S2O3 Natrium tiosulfat
3-
Ion fosfit PO3 Na3PO3 Natrium fosfit

Pada umumnya, anion suatu senyawa poliatom terbentuk dari 2 jenis atom yang
berbeda. Nama kation disebut lebih dahulu, diikuti nama anion. Anion poliatom yang yang
mengandung oksigen sebagai atom pusatnya dan memiliki biloks besar, diberi akhiran “at”.
Adapun anion poliatom yang memiliki biloks lebih kecil, diberi akhiran “it”.

Dari tabel di atas terlihat bahwa :


1. Anion-anion poliatom lebih banyak dibandingkan kation poliatom. Kation poliatom yang
paling populer adalah NH4+.
2. Sangat sedikit anion poliatom yang menggunakan nama dengan akhiran “ida”, hanya OH-
(ion hidroksida) dan CN- (ion sianida) yang menggunakannya. Kebanyakan menggunakan
akhiran “at” dan “it” serta beberapa nama menggunakan awalan “hipo” atau “per”.
3. Oksigen dapat membentuk banyak anion poliatom yang disebut “anion okso”.
4. Unsur-unsur nonlogam tertentu (seperti Cl, N, P, dan S) dapat membentuk suatu seri anion
okso yang mengandung beberapa atom oksigen.
5. Semua anion okso dari Cl, Br, dan I memiliki muatan –1.
6. Beberapa anion okso juga mengandung sejumlah atom H dan penamaannya disesuaikan.
Misalnya, HPO42- adalah ion hidrogen fosfat dan H2PO4- adalah ion dihidrogen fosfat.
7. Awalan “tio” berarti bahwa satu atom sulfur telah ditambahkan untuk menggantikan satu
atom oksigen. (ion sulfat memiliki satu atom S dan empat atom O, ion tiosulfat memiliki dua
atom S dan tiga atom O).
2). Seperti pada tata nama senyawa biner, jika unsur logam mempunyai lebih dari 1 jenis
biloks, senyawa-senyawanya dibedakan dengan menuliskan biloksnya, yang ditulis
dalam tanda kurung dengan angka Romawi di belakang nama unsur logam itu.
Contoh : FeCl2 : besi (II) klorida, FeCl3 : besi (III) klorida, Fe2S3 : besi (III) sulfida, SnO :
timah (II) oksida, SnO2 : timah (IV) oksida
C. Tata Nama Senyawa Asam
Asam merupakan kelompok senyawa penting yang mengandung atom H.
Senyawa asam dapat melepaskan ion hidrogen (H+) ketika dilarutkan dalam air (zat
yang menghasilkan ion hidrogen atau H+). Senyawa asam terdiri atas molekul biner
(HCl, HF, HBr, dan H2S) dan molekul poliatom (HNO2, HNO3, H2SO3, dan H2SO4).
Senyawa asam biner merupakan senyawa gabungan H dengan atom-atom nonlogam
lainnya. Senyawa asam memiliki penamaan khusus, yaitu senyawa asam biner diberi
nama dengan menyebut asam sebagai pengganti hidrogen. Kemudian, menyebut
nama atom berikutnya dengan akhiran “ida”. Walaupun kita menggunakan nama
hidrogen untuk senyawa asam binernya, tetapi kadang kita ingin menunjukkan bahwa
senyawa tsb bersifat asam dalam larutan air, sehingga kita menggunakan awalan
“hidro” yang diikuti nama unsur pasangannya dengan akhiran “ida”.
Contoh : HF = asam fluorida atau asam hidrofluorida
HCl = asam klorida atau asam hidroklorida
HBr = asam bromida atau asam hidrobromida
HI = asam iodida atau asam hidroiodida
H2S = asam sulfida atau asam hidrosulfida
Senyawa asam poliatom merupakan senyawa gabungan H dengan ion-ion poliatom
nonlogam lainnya. Asam poliatom terbentuk dari reaksi oksida nonlogam (oksida asam)
dengan air.
Contoh : N2O3 + H2O 2HNO2 (biloks N = +3)
N2O5 + H2O 2HNO3 (biloks N = +5)
SO3 + H2O H2SO4 (biloks S = +6)
P2O3 + H2O 2H3PO3 (biloks P = +3)

P2O5 + H2O 2H3PO4 (biloks P = +5)


Asam yang mengandung unsur nonlogam dengan biloks kecil diberi akhiran “it”,
sedangkan asam yang mengandung unsur nonlogam dengan biloks besar diberi
akhiran “at”. Penamaan senyawa asam poliatom disesuaikan dengan penamaan ion-
ion poliatomnya. Tabel. Tata Nama Senyawa Asam Poliatom
Oksida Asam Nama Oksida Asam Senyawa Asam Biloks Nonlogam Nama Senyawa Asam
N2O3 Dinitrogen trioksida HNO2 N = +3 Asam nitrit
N2O5 Dinitrogen pentaoksida HNO3 N = +5 Asam nitrat
SO2 Belerang dioksida H2SO3 S = +4 Asam sulfit
SO3 Belerang trioksida H2SO4 S = +6 Asam sulfat
P2O3 Difosfor trioksida H3PO3 P = +3 Asam fosfit
P2O5 Difosfor pentaoksida H3PO4 P = +5 Asam fosfat
Tata Nama Senyawa Basa
Senyawa basa adalah sebagai zat yang menghasilkan ion hidroksida (OH-)
ketika dilarutkan dalam air. Senyawa basa termasuk senyawa poliatom yang terbentuk
dari reaksi oksida logam (oksida basa) dengan air.
Contoh : Na2O + H2O 2NaOH
K2O + H2O 2KOH
CaO + H2 O Ca(OH)2
BaO + H2 O Ba(OH)2
Al2O3 + 3H2O 2Al(OH)3
Penamaan senyawa basa, yaitu dengan menyebutkan nama atom yang terikat pada
ion OH- atau nama logamnya, diikuti dengan akhiran “hidroksida”.
Tabel. Tata Nama Senyawa Basa
Oksida Basa Nama Oksida Basa Senyawa Basa Nama Senyawa Basa
K2O Kalium oksida KOH Kalium hidroksida
Na2O Natrium oksida NaOH Natrium hidroksida
Li2O Litium oksida LiOH Litium hidroksida
MgO Magnesium oksida Mg(OH)2 Magnesium hidroksida
Al2O3 Aluminium oksida Al(OH)3 Aluminium hidroksida
2. Tata Nama Senyawa Organik
Senyawa organik adalah senyawa-senyawa karbon dengan sifat-sifat tertentu.
Senyawa organik mempunyai tata nama khusus. Berikut ini adalah nama lazim dari
beberapa senyawa organik tersebut.
 CH4 = metana (gas rawa, gas alam, atau gas tambang)
 CO(NH2)2 = urea (ureum)
 CH3COOH = asam cuka (asam asetat)
 C6H12O6 = glukosa (gula darah, gula anggur)
 C12H22O11 = sukrosa (gula tebu)
 HCHO = formaldehida (bahan formalin)
 CHCl3 = kloroform (suatu bahan pembius)
 CHI3 = iodoform (suatu antiseptik)
 CH3CH2OH = etanol (alkohol)
 CH3COCH3 = aseton (digunakan sebagai pembersih kuteks).

PERSAMAAN REAKSI
Pada pembahasan sebelumnya, telah kita pelajari bahwa air (H 2O) merupakan
senyawa yang dibentuk sebagai hasil persenyawaan/penggabungan unsur Hidrogen dan
Oksigen. Molekul air terbentuk dari 2 atom Hidrogen dan 1 atom Oksigen. Molekul
karbondioksida (CO2) terbentuk dari hasil persenyawaan antara 1 atom Karbon dengan 2 atom
Oksigen. Proses pembentukan suatu senyawa atau molekul disebut reaksi kimia.
John Dalton mengemukakan bahwa pada reaksi kimia, jenis dan jumlah atom yang
terlibat tidak berubah, sedangkan ikatan kimia diantaranya berubah. Ikatan dalam zat-zat yang
bereaksi diputuskan dan terbentuk ikatan baru sebagai hasil reaksi. Dengan kata lain, atom-
atom ditata ulang membentuk hasil reaksi.
Reaksi kimia mengubah zat-zat asal menjadi zat-zat baru. Perubahan yang terjadi
dapat dipaparkan dengan menggunakan rumus kimia zat-zat yang terlibat dalam reaksi. Cara
pemaparan ini disebut persamaan reaksi. Persamaan reaksi meliputi lambang dan rumus
kimia, serta tanda panah yang menunjukkan terjadinya reaksi. Zat-zat asal yaitu zat-zat yang
bereaksi, disebut sebagai zat pereaksi atau “reaktan” dan ditulis disebelah kiri tanda panah,
sedangkan zat-zat baru yaitu zat-zat hasil reaksi disebut sebagai “produk” dan ditulis di
sebelah kanan tanda panah. Tanda panah memisahkan antara pereaksi dan hasil reaksi,
sekaligus menunjukkan arah terjadinya reaksi dan dapat dibaca sebagai “membentuk” atau
“bereaksi menjadi” atau istilah lain yang sesuai. Huruf kecil miring dalam tanda kurung yang
mengikuti rumus kimia zat dalam persamaan reaksi, menyatakan wujud atau keadaan zat yang
bersangkutan. Wujud zat yang bereaksi biasanya ditulis dalam bentuk singkatan sebagai
berikut ; (s) = padat/solid, (l) = cair/Liquid, (g) = gas, dan (aq) = larut dalam air/aqueous.
Bilangan atau angka yang mendahului rumus kimia zat dalam persamaan reaksi disebut
koefisien reaksi. Koefisien reaksi menyatakan jumlah atom dari rumus kimia tersebut atau
perbandingan partikel zat yang terlibat dalam reaksi. Oleh karena koefisien reaksi merupakan
angka perbandingan maka koefisien reaksi haruslah bilangan bulat paling sederhana.
Pemberian koefisien reaksi sesuai dengan teori atom Dalton yang menyatakan bahwa
dalam reaksi kimia, atom-atom tidak dapat dimusnahkan dan tidak dapat diciptakan serta tidak
dapat diubah menjadi atom lain, melainkan hanya mengalami penataan ulang.
Oleh karena itu, jenis dan jumlah atom sebelum dan sesudah reaksi harus sama. Dalam hal
ini, penambahan koefisien reaksi untuk menyetarakan jumlah atom sebelum dan sesudah
reaksi sesuai Hukum Kekekalan Massa (Antonie Laurent Lavoiser, Prancis ; 1734-1794).
Dengan demikian, penyetaraan persamaan reaksi secara langsung dapat dilakukan
dengan cara menghitung jumlah atom setiap unsur yang terlibat dalam reaksi. Persamaan
reaksi yang sudah diberi koefisien yang sesuai disebut persamaan setara. Perlu diperhatikan
bahwa, penyetaraan persamaan reaksi tidak dapat dilakukan dengan mengubah angka indeks.
Sebagaimana telah diketahui, angka indeks (angka yang letaknya dibawah rumus kimia unsur)
menentukan rumus kimia zat sehingga jika kita mengubah angka indeks berarti kita mengubah
jenis zat. Jadi, yang diubah hanyalah angka koefisiennya. Angka koefisien berkaitan dengan
jumlah zat, sehingga jika kita mengubah angka koefisien maka hanya mengubah jumlah
zatnya, sedangkan jenis zat tidak berubah.

Perhatikan contoh di bawah ini !


reaktan/pereaksi hasil reaksi/produk Secara skematik, reaksi tsb dapat digambarkan sbb:
wujud zat
2 H2 (g) + O2 (g) 2H2O (l)
indeks 2H 2 + O2 2H2O
koefisien reaksi

C (s) + O2 (g) CO2 (g) C + O2 CO2

Contoh reaksi (1) : tidak dapat disetarakan dengan mengubah indeks O pada H 2O menjadi 2
sehingga menjadi H2 (g) + O2 (g) H 2O2 (l), maka yang terjadi hasil
reaksinya bukan lagi air (H2O) melainkan Hidrogen Peroksida (H2O2). Hidrogen peroksida
merupakan zat yang berbeda dengan air.
Persamaan Reaksi Sederhana
1. Menuliskan Persamaan Reaksi Sederhana
Penulisan persamaan reaksi harus dilakukan secara akurat, khususnya menyangkut
rumus kimia dari zat-zat yang terlibat dalam reaksi. Langkah-langkah penulisan adalah:
 Menuliskan persamaan kata-kata yang terdiri dari nama dan keadaan zat (zat-zat)
pereaksi serta nama dan keadaan zat (zat-zat) hasil reaksi.
 Menuliskan persamaan rumus kimia yang terdiri dari rumus kimia zat pereaksi dan
zat hasil reaksi, lengkap dengan keterangan tentang wujud zat serta arah reaksi
diperhatikan sebagai lambang terbentuknya/bereaksinya menjadi zat baru.
 Menyetarakan persamaan reaksi dengan memberi koefisien yang sesuai sehingga
jumlah atom setiap unsur sama pada kedua ruas.
Contoh : Aluminium bereaksi dengan larutan asam sulfat membentuk larutan Aluminium
Sulfat dan gas Hidrogen.
Langkah 1 : menuliskan persamaan kata-kata
Aluminium + larutan Asam Sulfat larutan Aluminium Sulfat + gas Hidrogen
Langkah 2 : menuliskan persamaan rumus kimia
Al (s) + H2SO4 (aq) Al2(SO4)3 (aq) + H2 (g) belum setara
Langkah 3 : menyetarakan persamaan reaksi
2 Al (s) + 3 H2SO4 (aq) Al2 (SO4)3 (aq) + 3H2 (g) setara
2 Al 6H 3 SO4 2 Al 3 SO4 6H
2. Menyetarakan Persamaan Reaksi Sederhana
Langkah-langkah penyetaraan persamaan reaksi sebagai berikut :
 Tetapkan koefisien salah satu zat, biasanya zat yang rumusnya paling kompleks
sama dengan 1, sedangkan zat lain diberikan koefisien sementara dengan huruf.
 Setarakan terlebih dahulu unsur yang terkait langsung dengan zat yang diberi
koefisien 1 tersebut pada langkah pertama.
 Setarakan unsur lainnya, dimana biasanya akan lebih membantu jka atom O
disetarakan paling akhir.
Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh berikut !
Reaksi aluminium dengan larutan asam klorida membentuk larutan aluminium klorida
dan gas hidrogen. Al (s) + HCl (aq) AlCl3 (g) + H2 (g) belum setara

Langkah 1 : tetapkan koefisien AlCl3 = 1, sedangkan zat lainnya dengan koefisien


sementara. a Al (s) + b HCl (aq) 1 AlCl3 (g) + c H2 (g)
Langkah 2 : setarakan atom Al dan Cl.
Penyetaraan atom Al : jumlah atom Al di ruas kiri = a, sedangkan di ruas kanan
= 1, berarti a = 1.
Penyetaraan atom Cl : jumlah atom Cl di ruas kiri = b, sedangkan di ruas kanan
= 3, berarti b = 3. Hasilnya penyetaraan sebagai berikut :
1 Al (s) + 3 HCl (aq) 1 AlCl3 (g) + c H2 (g)
Langkah 3 : setarakan H ; jumlah atom H di ruas kiri = 3, di ruas kanan = 2c, berarti
2c = 3, atau c = 1,5.
1 Al (s) + 3 HCl (aq) 1 AlCl3 (g) + 1,5 H2 (g)
Akhirnya, untuk membulatkan pecahan setengah maka semua koefisien dikalikan 2 :
2 Al (s) + 6 HCl (aq) 2 AlCl3 (g) + 3 H2 (g) setara
Persamaan Reaksi yang Lebih Rumit
Penyetaraan persamaan reaksi yang lebih rumit dapat dilakukan dengan cara sbb :
1. Membuat beberapa persamaan matematis (cara aljabar).
2. Konsep reaksi redoks (reaksi reduksi-oksidasi) dibahas di kelas XII.
1. Membuat beberapa persamaan reaksi :
Secara umum menggunakan persamaan substitusi dan eliminasi. Biasanya dilakukan
dengan membuat simbol huruf untuk mewakili koefisien masing-masing zat. Contoh :
a Sn + b HNO3 c SnO2 + d NO2 + e H2O
Langkah 1:menentukan persamaan matematis dari jumlah atom pada ruas kiri dan ruas kanan
Atom Matematis Persamaan
Sn a=c (1)
H b=2e (2)
N b=d (3)
O 3b=2c+2d+e (4)
Langkah 2 : mencari/menentukan nilai a, b, c, d, dan e
@. Menentukan beberapa persamaan yang sama
Persamaan (2) + (3) b = d = 2 e………………(5)
Persamaan (1) + (2) b = 2 a …………………..(6)
@. Menentukan nilai koefisien
Koefisien b = 1 sehingga nilai d = 1, dan e = ½
3 (1) = 2 c + 2 (1) + ½ maka c = ¼, dan a = ¼.
Langkah 3 : melengkapi persamaan reaksi (setara)
Reaksinya menjadi : ¼ Sn (s) + HNO3 (aq) ¼ SNO2 (g) + NO2 (g) + ½ H2O (l)
Agar menjadi bilangan bulat, maka dikalikan 4 sehingga reaksinya menjadi :
Sn (s) + 4 HNO3 (aq) SNO2 (g) + 4 NO2 (g) + 2 H2O (l)
LATIHAN :
1. Tulislah penyetaraan persamaan reaksinya!
 Salah satu senyawa penyusun gas elpiji adalah etana ( C 2H6 ) pada saat dibakar, gas
ini bereaksi dengan Oksigen menghasilkan gas karbondioksida dan uap air.
C2H6 (g) + O2 (g) CO2 (g) + H2O (l)
 NaOH (aq) + H2SO4 (aq) Na2SO4 (aq) + H2O (l)

IV. RANGKUMAN
Penamaan suatu senyawa memiliki tata cara tersendiri, misalnya untuk senyawa biner
(logam + nonlogam) dengan cara menggabungkan nama logam dan non logam yang ditambah
akhiran ida, NaCl (natrium klorida). Untuk senyawa biner (non logam + non logam) tata nama
dilakukan dengan mnggabungkan nama non logam biloks negatif ditambah akhiran ida, seperti
NO : nitrogen (II) oksida.
Senyawa poliatom dinamakan dengan menggabungkan nama kation dan anionnya, seperti
kalium sulfat (K2SO4). Asam biner diberikan nama dengan cara menambahkan kata asam dan
atom biloks negatif, seperti asam klorida (HCl). Asam poliatom dengan oksida non logam
berbiloks kecil ditambahkan it dibelakangnya, dan at untuk yang berbiloks besar. Contoh :
asam nitrit (HNO2) dan asam nitrat (HNO3). Penamaan basa dilakukan dengan cara
menambahkan kata hidroksida setelah nama logam, seperti litium hidroksida (LiOH).
Persamaan reaksi adalah persamaan yang menggambarkan terjadinya suatu reaksi kimia,
meliputi lambang dan rumus, serta tanda panah yang menunjukkan terjadinya reaksi.
V. TEST FORMATIF (PILIHAN GANDA)
Berilah tanda silang (x) pada huruf A, B, C, D, dan E di depan jawaban yang menurut Anda
paling benar!
1. Unsur yang berada dalam bentuk molekul adalah……………….
a. emas b. besi c. hidrogen d. seng e. karbon
2. Pernyataan 4 molekul oksigen dapat ditulis …………………
a. 4O b. 2O2 c. O4 d. 4O2 e. 8O
3. Nama yang tepat untuk senyawa PbO2 adalah …………………..
a. timbel dioksida c. timbel oksida e. timbel (IV) dioksida
b. timbel (II) oksida d. timbel (IV) oksida
4. Molekul fosforus termasuk……………….
a. monoatomik b. diatomik c. triatomik d. tetraatomik e. oktaatomik
5. Reaksi : Na + C2H5OH C2H5ONa + H2. Koefisien reaksi berturut-turut …………..
a. 1,1,1,1 b. 1,1,1,2 c. 1,1,2,2 d. 1,2,2,2 e. 2,2,2,1
VI. JAWABAN PILIHAN GANDA
1. C 2. D 3. D 4. D 5. E
VII. DAFTAR PUSTAKA
-----PURBA, M. 2006.KTSP, KIMIA IA. PENERBIT ERLANGGA. JAKARTA.
-----ROKHMAD. 2004., STRATEGI SUKSES UAN SMA/MAN KIMIA. PENERBIT ANDI.
YOGYAKARTA.
-----SANTOSA, S.J, SUDIONO, S, PRANOWO, D. 2004., KIMIA IA, EDISI 2004.
PENERBIT INTAN PARIWARA. JAKARTA.
-----SUTRESNA NANA, DHOLEHUDIN DINDIN. 2004., KIMIA IA, PENERBIT
GRAFINDO MEDIA PRATAMA. BANDUNG.
-----ANSHORY IRFAN, ACHMAD HISKIA. 1996., KIMIA SMU, PENERBIT ERLANGGA.
BANDUNG.
-----SUDARMO UNGGUL. 2004., KIMIA. SERI MADE SIMPLE, PENERBIT
ERLANGGA. BANDUNG.

Anda mungkin juga menyukai