Anda di halaman 1dari 5

TEORI ATOM DEMOCRITUS (400 SM)

Democritus pada abad 400 SM menyatakan bahwa Atom adalah bahan dasar
penyusun materi, dan materi dinyatakan sebagai segala sesuatu yang memiliki massa, ruang,
dan menjadi dasar pembentukan alam dan segala sesuatu yang dapat disentuh, dirasakan, dan
diamati. Oleh karena itu, atom dapat dikatakan sebagai bahan dasar penyusun zat yang ada di
alam semesta.
Filsuf Yunani tersebut mencoba menjelaskan bahan dasar beragam materi yang
berbeda-beda dan menyatakan bahwa atom merupakan partikel zat terkecil yang tidak dapat
dibagi lagi dan menyusun materi-materi. Namun pendapatnya mulai tersisih setelah muncul
beberapa filusuf Yunani lainnya yang memberikan bantahan akan adanya zat yang tidak
dapat dibagi lagi. Filsuf Yunani lainnya ialah Plato dan Aristoteles. Keduanya memiliki
pemikiran apakah mungkin ada partikel yang tidak dapat dibagi lagi, bahkan atom pun masih
bisa dibagi-bagi lagi menjadi bagian yang lebih kecil.

Gambar 1. Model Atom Democritus

TEORI ATOM DALTON (1766-1844 M)


Melihat konsep atom sebelumnya oleh Demokritus merupakan murni sebagai hasil
pemikiran semata, tanpa disertai adanya percobaan. Namun, gagasan Demokrituslah yang
telah menjadi pintu gerbang ke arah penemuan baru menuju ke jenjang yang lebih tinggi.
Gagasan atom Demokritus menjadi tantangan fisikawan-fisikawan untuk mengalihkan
perhatiannya ke arah mikrokosmos yang pada saat itu belum dijamah samasekali, Hingga
pada Awal abad ke-19, John Dalton (1766-1844) telah melaksanakan percobaan-percobaan
yang menunjang konsep atom.
Dalton melakukan percobaan yang pada awalnya digunakan untuk mengetahu struktur
atom agar dapat menjelaskan reaksi kimia antar zat . Teori atom yang dikembangkan oleh
Dalton dikemukakan dalam bukunya yang berjudul New System of Chemical Philosophy.
Teori yang disematkan dalam buku Dalton menyatakan lima hal tentang atom, yaitu
1. Materi terdiri atas beberapa partikel yang sangat kecil yaitu atom. Atom merupakan
bagian terkecil dari suatu unsur yang dapat terlibat dalam suatu reaksi kimia.

2. Suatu unsur hanya tersusun dari satu jenis atom, yang massanya merupakan ciri khas
dari unsur tersebut dan nilainya sama untuk semua atom unsur tersebut (Gambar 1).
Suatu sampel makroskopik dari suatu unsur berisi beberapa atom yang jumlahnya
sangat banyak dan seluruh atomnya memiliki sifat kimia yang identik.

3. Atom suatu unsur memiliki sifat yang berbeda dengan atom unsur lain.

4. Senyawa yang tersusun atas atom-atom dari dua atau lebih unsur bargabung dengan
rasio bilangan bulat. suatu senyawa memiliki jumlah atom dan setiap unsur selalu
berada pada rasio yang sama (Gambar 2).
5. Atom tidak mengalami penciptaan ataupun pemusnahan selama proses reaksi kimia
berlangsung,namun atom akan tersusun kembali hingga mendapat zat baru yang
berbeda dengan zat sebelum reaksi (Gambar 3).

Gambar 1: Sebuah koin tembaga (kiri) mengandung sekitar 3×10^(22) atom tembaga, (sebagian di
antaranya digambarkan oleh bola-bola cokelat di sisi kanan), masing-masing memiliki sifat kimia yang

sama.

Gambar 2: Tembaga(II) oksida, berupa bubuk hitam yang dihasilkan dari gabungan dua jenis atom yaitu

tembaga (cokelat) dan oksigen (merah) dengan rasio 1:1.


Gambar 3: Ketika unsur tembaga (padatan cokelat, ditunjukkan oleh bola cokelat) dan oksigen (gas tak
berwarna, ditunjukkan oleh bola merah) bereaksi, atom-atomnya tersusun ulang membentuk senyawa yang

mengandung tembaga dan oksigen.

Teori atom Dalton hanya dapat bertahan hingga abad ke-19 karena pada awal abad ke-
20 berkembang teori atom baru yang meruntuhkannya sekaligus memunculkan kelemahan-
kelemahan teori atom tersebut. Hasil percobaan terbaru di awal abad ke-20 yaitu diantaranya
atom masih dapat dibagi-bagi lagi menjadi partikel yang lebih kecil berupa proton, netron,
dan elektron yang tiga partikel tersebut memiliki sifat kelistrikan. Kelemahan dalam teori
atom Dalton tidak bisa menjelaskan sifat kelistrikan pada atom , tidak dapat menjelaskan
cara-cara atom saling berikatan, dan tidak dapat menjelaskan perbedaan antara atom unsur
yang satu dengan atom unsur yang lain.

TEORI ATOM THOMSON (1904)

J.J Thomson, seorang fisikawan Inggris yang pada tahun 1897 melakukan eksperimen
untuk meneliti lebih dalam mengenai susunan atom. Thomson melakukan eksperimen
menggunakan tabung sinar katoda dan berhasil menemukan elektron yang merupakan salah
satu materi penyusun atom. Peralatan tabung sinar katoda terdiri dari tabung kaca hampa
udara yang tertutup rapat, yang di dalamnya terdapat dua elektroda logam. Ketika diberikan
tegangan tinggi pada kutub-kutub elektroda, muncul seberkas cahaya (sinar katoda) di antara
kedua elektroda tersebut.

Cahaya dalam tabung dibelokkan menuju muatan positif dan menjauhi muatan
negatif. Fenomena tersebut konsisten meskipun logam yang digunakan sebagai komponen
elektroda berbeda-beda. Pada eksperimen yang sama, sinar terbelokkan secara serentak oleh
medan magnet dan dengan mengukur sudut pembelokan dan kekuatan medan magnet.
Thomson kemudian menghitung rasio muatan-massa dari partikel-partikel sinar katoda. Hasil
pengukurannya menunjukkan bahwa partikel-partikel cahaya tersebut (yang mengalami
pembelokan) jauh lebih ringan daripada atom.
Gambar 4: (a) J.J Thomson, penemu elektron. (b) Tabung sinar katoda tahun 1897 buatan Ferdinand Braun.
(c) Dalam tabung sinar katoda, sinar (berwarna kuning) berasal dari katoda dan dipercepat saat melewati

anoda menuju ujung tabung.

Setelah sukses dengan penelitannya dan menemukan elektron, J.J. Thomson


mengusulkan model atomnya pada tahun 1904. Model Thomson akan menggabungkan sifat-
sifat atom yang telah diketahui seperti ukuran, massa, jumlah elektron, dan kenetralan listrik.
Model atom Thomson terdiri dari sejumlah Z elektron yang tersebar secara seragam di dalam
bola bermuatan positif (Gambar 5). Total muatan positif bola adalah Ze, massa bola adalah
massa atom (elektron sedikit tidak mempengaruhi pada massa total atom), dan jari-jari R bola
adalah jari-jari atom. Model atom Thomson sering dikenal sebagai model “puding kismis”
karena elektron yang tersebar di seluruh bagian atom layaknya kismis pada puding.

Gambar 5: Model atom Thomson. Sejumlah Z elektron tersebar seragam di seluruh bagian bola bermuatan
positif Ze dan radius R.
Berdasarkan data-data yang diperoleh melalui percobaan sinar katode ini, Thomson
dapat menemukan bahwa ukuran elektron lebih kecil dari pada atom dan elektron merupakan
salah satu jenis partikel yang menyusun atom. Elektron bermuatan negatif maka akan ada
partikel lainnya yang menyusun atom dengan jenis muatan yang berbeda (muatan positif)
agar atom tetap bersifat netral .

Sumber:

https://warstek.com/2019/11/01/perkembangan-atom/, diakses pada tanggal 24 Maret 2020, Pukul


16:37 WIB.

 Stacy, Angelica M. 2015. Living by Chemistry (2nd edition). New York: W.H. Freeman and
Company)

Anda mungkin juga menyukai