Anda di halaman 1dari 14

BAB I

TEORI ATOM
A. KONSEP ATOM
Kata atom berasal dari bahasa Yunani yaitu ”atomos” yang berarti ”tidak dapat dibagi”.
Konsep dasar atom pertama kali dikemukakan oleh Democritus (berkebangsaan Yunani) pada
awal abad ke-4 Sebelum Masehi. Teori yang dikemukakannya, menyatakan bahwa suatu
benda dapat dibagi menjadi bagian-bagian yang sangat kecil, dan bagian tersebut akhirnya
tidak dapat dibagi lagi yang disebut atom. Sejalan dengan itu sebuah material dibangun oleh
sejumlah atom, dan sifat benda tersebut terbentuk berdasarkan struktur atomnya.
Democritus mengatakan bahwa atom berbentuk padat, tidak memiliki struktur internal,
serta bergerak dalam ruang kosong yang tersedia dalam benda tersebut. Ada ruang kosong
antar atom dalam material sehingga memberikan ruang pergerakan bagi atom-atom tersebut
(seperti pergerakan dalam air dan udara, atau fleksibilitas benda padat).
Democritus menjelaskan bahwa perbedaan sifat material yang berbeda, didasarkan atas
perbedaan bentuk, massa dan ukurannya. Berdasarkan model atom yang dibuatnya,
Democritus mampu menjelaskan bahwa semua benda terdiri dari bagian yang lebih kecil
disebut atom. Namun model Democritus ini kurang memiliki bukti eksperimental hingga
mulai tahun 1800an muncul teori-teori baru berdasarkan hasil eksperimen.
Teori atom terdiri dari teori atom klasik dan teori atom modern. Teori atom klasik
dikemukakan oleh Democritus, John Dalton, JJ. Thomson, Rutherford, Niels Bohr. Teori
atom modern dikemukakan oleh Erwin Schrodinger.

B. TEORI ATOM MENURUT DEMOCRITUS


Democritus berpendapat bahwa jika suatu benda dibelah terus menerus, maka pada saat
tertentu akan didapat bagian yang tidak dapat dibelah lagi. Bagian seperti ini oleh Democritus
disebut atom. Bagian terkecil dari suatu unsur tersebut yang tidak dapat dibelah lagi namun
namun masih memiliki sifat kimia dan sifat fisika benda asalnya
Teori atom Democritus mengemukakan bahwa atom adalah blok penyusun semua materi
yang tidak dapat dibagi, diubah, dihancurkan, dan selalu ada. Artinya, atom adalah blok
penyusun materi terkecil yang menyusun semua jenis materi. Atom akan selalu ada dan tidak
dapat dihancurkan. Ia menamai blok bangunan penyusun materi sebagai atom.
Menurut Democritus, atom-atom memiliki kekosongan atau ruang kosong yang
memisahkan antar atom. Dalam ruang kosong tersebut, atom dapat saling tolak-menolak,
saling bertabrakan, ataupun terkait satu-sama lain. Democritus juga menyebutkan bahwa atom
memiliki jumlah dan jenis yang tak terbatas dengan bentuk dan ukuran yang berbeda. Bentuk
dan ukuran atom penyusun suatu materi menentukan sifat materinya. Misalnya, air terbentuk
dari atom-atom yang halus dan licin, asam terbentuk dari atom berduri dan api terbentuk dari
atom yang ringan dan tajam. Model atom menurut konsep Democritus diperlihatkan pada
gamba1.1. berikut.

1
Gambar 1.1. Atom dalam konsep Democritus

Atom adalah unsur terkecil dari suatu materi yag sudah tak dapat dibagi dan
dibelah menjadi unsur lain. Atom merupakan penyusun dari semua
materi .yang ada di dunia.

C. TEORI ATOM MENURUT JOHN DALTON


John Dalton pada tahun 1803-1808 mengemukakan pendapatnaya tentang atom. Teori
atom Dalton didasarkan pada dua hukum, yaitu hukum kekekalan massa (hukum Lavoisier)
dan hukum susunan tetap (hukum prouts). Lavosier mennyatakan bahwa “Massa total zat-zat
sebelum reaksi akan selalu sama dengan massa total zat-zat hasil reaksi.” Sedangkan Prouts
menyatakan bahwa “Perbandingan massa unsur-unsur dalam suatu senyawa selalu tetap.”
Dari kedua hukum tersebut Dalton mengemukakan pendapatnya tentang atom sebagai
berikut: Atom merupakan bagian terkecil dari materi yang sudah tidak dapat dibagi lagi.
Atom digambarkan sebagai bola pejal yang sangat kecil, suatu unsur memiliki atom-atom;
yang identik dan berbeda untuk unsur yang berbeda. Atom-atom bergabung membentuk
senyawa dengan perbandingan bilangan bulat dan sederhana. Misalnya air terdiri atom-atom
hidrogen dan atom-atom oksigen. Reaksi kimia merupakan pemisahan atau penggabungan
atau penyusunan kembali dari atom-atom, sehingga atom tidak dapat diciptakan atau
dimusnahkan.
Sejak adanya teori atom dari Dalton, mulai membangkitkan minat terhadap penelitian
mengenai model atom dan menjelaskan apa yang tidak dijelaskan pada teori atom
Domocritus. a. Setiap unsur terdiri dari partikel yang sangat kecil yang dinamakan dengan
atom; b. Atom dari unsur yang sama memiliiki sifat yang sama begitu pula bila atom dari
unsur berbeda maka akan memiliki sifat yang beda pula; c. Atom dari suatu unsur tidak dapat
diubah menjadi atom unsur lain dengan reaksi kimia, dan juga atom tidak dapat dimusnahkan;
d. Atom-atom dapat bergabung membentuk gabungan atom yang disebut molekul; e. Dalam
senyawa, perbandingan massa masing-masing unsur adalah teta
Teori atom Dalton belum dapat menerangkan suatu larutan dapat menghantarkan arus
listrik. Bagaimana mungkin bola pejal dapat menghantarkan arus listrik? padahal listrik
adalah elektron yang bergerak. Berarti ada partikel lain yang dapat menghantarkan arus listrik.

2
Gambar 1.2. Model atom Dalton

Atom merupakan partikel paling kecil yang berada dalam suatu zat yang bersifat dan
mutlak untuk tidak bisa dibagi lagi menjadi partikel yang lebih kecil menggunakan
proses kimia.

D. TEORI ATOM MENURUT JJ. THOMSON


J.J. Thomson pada awal 1900an, mengemukakan teori baru tentang atom. Menurutnya di
dalam atom terdapat partikel elektron dan proton. Berdasarkan hasil eksperimennya, proton
memiliki massa yang jauh lebih besar dibandingkan elektron, sehingga model atom Thomson
menggambarkan atom sebagai proton tunggal yang besar.
Di dalam proton terdapat elektron elektron yang menetralkan adanya muatan positif dari
proton. Menurut Thomson, atom terdiri dari suatu bulatan bermuatan positif dengan rapat
muatan yang merata. Di dalam muatan positif ini tersebar elektron dengan muatan negatif
yang besarnya tidak sama dengan muatan positif. Secara garis besar teori atom thomson
adalah “Atom merupakan bola pejal yang bermuatan positif dan didalamya tersebar muatan
negatif elektron.”
Secara sederhana model atom thomson dapat analogikan sebagai jambu biji yang telah
dikelupas kulitnya. Biji jambu yang tersebar merata dimodelkan sebagai elektron dan bulatan
daging jambu yang pejal dimodelkan sebagai proton. Thomson membuktikan adanya partikel
lain yang bermuatan negatif dalam atom. Berarti atom bukan merupakan bagian terkecil dari
suatu unsur. Model Thomson ini belum dapat menjelaskan susunan muatan positif dan negatif
dalam bola atom tersebut.

3
Gambar 1.3. Model Atom JJ. Thomson

Atom merupakan partikel yang berbentuk seperti bola dengan muatan positif
yang ada elektron di dalam bola tersebut.

E. TEORI ATOM MENURUT ERNEST RUTHERFORD


Pada tahun 1910 Rutherford bersama dua orang muridnya (Hans Geiger dan Erners
Masreden) melakukan percobaan yang dikenal dengan hamburan sinar alfa (λ) terhadap
lempeng tipis emas. Dari hasil pengamatannya ditemukan bahwa sebagian besar partikel alfa
mampu menembus lembaran emas tanpa dibelokkan.
Bersamaan dengan itu, Rutherford juga menemukan partikel alfa yang dibelokkan sedikit,
namun dengan sangat mengejutkan, Rutherford juga menemukan beberapa partikel alfa yang
dibelokkan pada sudut yang sangat tajam kembali ke sumber radioaktif. Untuk menjelaskan
adanya sebagian besar partikel-α yang menembus lempeng emas tanpa dibelokkan,
Rutherford kemudian mengembangkan model inti atom.
Berdasarkan gejala-gejala yang terjadi, Rutherford membuat kesimpulan bahwa :
Atom bukan merupakan bola pejal, karena hampir semua partikel alfa diteruskan, jika
lempeng emas tersebut dianggap sebagai satu lapisan atom-atom emas, maka di dalam atom
emas terdapat partikel yang sangat kecil yang bermuatan positif. Partikel tersebut merupakan
partikel yang menyusun suatu inti atom, berdasarkan fakta bahwa 1 dari 20.000 partikel alfa
akan dibelokkan.
Bila perbandingan 1:20.000 merupakan perbandingan diameter, maka didapatkan ukuran
inti atom kira-kira 10.000 lebih kecil daripada ukuran atom keseluruhan. Berdasarkan
kesimpulan dari hasil pengamatannya Rutherford mengemukan sebuah model atom yang
dikenal dengan model atom Ruthreford yaitu ” Atom terdiri dari inti atom yang sangat kecil
dan bermuatan positif, dikelilingi oleh elektron yang bermuatan negatif.”
Rutherford membuat hipotesa bahwa atom tersusun dari inti atom dan elektron yang
mengelilingi inti. Teori Rutherford bahwa elektron mengelilingi inti atom ini memberikan
inspirasi pada penemuan baru berikutnya yaitu tentang lintasan/kedudukan elektron yang
selanjutnya dikenal sebagai kulit elektron. Namun demikian Teori Rutherford ini belum dapat

4
menjelaskan mengapa elektron tidak jatuh ke dalam inti atom. Berdasarkan teori gerak,
apabila elektron bergerak mengitari inti disertai pemancaran energi maka lama – kelamaan
energi elektron akan berkurang dan lintasannya makin lama akan mendekati inti dan jatuh ke
dalam inti.
Rutherford menggambarkan atom seperti susunan tata surya, seperti gambar 1.4. berikut.

Gambar 1.4. Bentuk atom Ernest Rutherford

Atom terdiri dari inti atom yang sangat kecil dan bermuatan positif,
dikelilingi oleh elektron yang bermuatan negatif

F. TEORI ATOM MENURUT NIELS BOHR


Pada tahun 1913, Neils Bohr memperbaiki kegagalan atom Rutherford melalui
percobaannya tentang spektrum atom hidrogen. Berdasarkan hasil percobaannya Bohr
memberikan gambaran keadaan/kedudukan orbit elektron dalam menempati daerah di sekitar
inti atom. Menurut Bohr elektron mengelilingi inti atom pada orbit tertentu, hanya terdapat
orbit dalam jumlah tertentu dan perbedaan antar orbit satu dengan yang lain adalah jarak orbit
dari inti atom.
Keberadaan elektron baik di orbit yang rendah maupun yang tinggi sepenuhnya
tergantung oleh tingkatan energi elektron. Sehingga elektron di orbit yang rendah akan
memiliki energi yang lebih kecil daripada elektron di orbit yang lebih tinggi.
Penjelasan Bohr tentang atom melibatkan gabungan antara teori klasik dari Rutherford
dan teori kuantum dari Planck, dan secara garis besar Bohr mengemukaan model atomnya
sebagai berikut : elektron dalam atom bergerak mengelilingi inti pada lintasan-lintasan
tertentu, tidak memancarkan energi. Lintasan-lintasan elektron itu disebut kulit atau tingkat
energi elektron. Elektron dapat berpindah dari satu lintasan ke lintasan yang lain. Perpindahan
elektron dari tingkat energi tinggi ke rendah disertai pemancaran energi. Sedang perpindahan
elektron dari tingkat energi rendah ke tinggi disertai penyerapan energi. Elektron yang
bergerak pada lintasannya berada pada keadaan stasioner, artinya elektron tidak memancarkan
atau menyerap energi.

5
Menurut model atom Bohr, elektron-elektron mengelilingi inti pada lintasan-lintasan
tertentu yang disebut kulit elektron atau tingkat energi. Tingkat energi paling rendah adalah
kulit elektron yang terletak paling dalam, semakin keluar semakin besar nomor kulitnya dan
semakin tinggi tingkat energinya.

Gambar 1.5. Gambar atom menurut Niels Bohr

Gambar 1.6. Gambar atom Niels Bohr dengan pancaran foton.

Atom terdiri
dari inti
atom
Niels Bohr menemukan persamaan energy yang ada pada setiap lintasan sebagai berikut:
−13 , 6
En= eV
n2 ………………………………………….(1)
Dalam mana, En = energi pada lintasan ke n
n = lintasan ke n
Jika terjadi perpindahan elektron dari lintasan terdalam ke lintasan terluar, maka elektron
menyerap energi. Sebaliknya jika elektron berpindah dari lintasan terluar ke lintasan terdalam
maka elektron mengemisikan energi berbentuk foton. Besarnya serapan energi atau
pengemisian energi adalah selisih energi kedua lintasan.
Model atom Bohr belum dapat menjelaskan efek Zeeman dan efek Strack. Efek Zeeman
adalah bahwa lintasan merupakan garis spectrum energy yang tidak tunggal pada setiap

6
lintasannya, namun dapat dipisahkan akibat medan magnet. Sejalan dengan hal tersebut maka
sebuah lintasan electron yang sepertinya tunggal, sesungguhnya terdiri dari beberapa
spektrum energi yang berbeda. Efek Stark adalah pergeseran atau pemisahan garis spektrum
energy atom menjadi beberapa komponen disebabkan oleh adanya medan listrik eksternal.

Gambar 1.7. Efek Stark atom hidogen dalam medan listrik

G. TEORI ATOM MEKANIKA KUANTUM (TEORI ATOM MODERN)


Berdasarkan pengertian dasar yang diperoleh dari model-model atom klasik bahwa atom
terdiri dari elektron, proton, dan neutron, maka dapat dimungkinkan adanya model yang lebih
rumit dan lengkap mengenai atom, hal tersebut dikaji dalam teori atom mekanika kuantum.
Dasar teori dan model mekanika kuantum diletakkan pada Teori Planck, dualitas gelombang-
partikel de Broglie, ketidakpastian Heisenberg, dan persamaan gelombang elektron
Schrodinger.
Teori Planck yang dibangun dari percobaan adanya spectrum cahaya dari benda hitam
dengan menerapkan konsep energi terkuantisasi atom-atom di dalamnya. Max Planck
memperkenalkan elemen dikontinuitas yang disebut sebagai kuantum (paket). Pada saat itu,
Planck menemukan bahwa energi radiasi bersifat tidak kontinu dan terdapat dalam paket-
paket partikel yang disebut dengan kuanta.
Konsep dualitas gelombang-partikel dari de Broglie yang menyatakan bahwa setiap
partikel atau entitas kuantum dapat digambarkan sebagai partikel atau gelombang. Konsep ini
menunjukkan bahwa dalam skala kuantum, konsep klasik "partikel" atau "gelombang" tidak
dapat sepenuhnya menjelaskan perilaku objek-objek tersebut. Teori ilmiah saat ini
menyatakan bahwa semua partikel memiliki sifat gelombang dan sebaliknya. Hal tersebut
diprlihatkan pada gambar 1.8 berikut.

Gambar 1.8. Dualisme partikel

7
Gambar 1.9. Para meter teori dualisme
Fenomena ini telah diverifikasi bukan hanya pada partikel-elementer, tetapi juga pada
partikel gabungan seperti atom dan molekul. Namun, pada partikel-partikel makroskopis, sifat
gelombang biasanya tidak dapat terdeteksi karena panjang gelombang yang sangat pendek.
Walaupun dualitas gelombang-partikel telah berhasil digunakan dalam fisika, makna dan
interpretasinya masih belum sepenuhnya terpecahkan dengan memuaskan.
Apakah sebenarnya partikel itu, dalam pengertian klasik yang dulu dipertahankan oleh
Schr ̈onger? Ini adalah badan material kecil yang terlokalisasi yang tiga fitur yang sangat
diperlukan adalah sebagai berikut: (i) dapat dianggap sebagai properti permanen, (ii) memiliki
individualitas, (iii) dapat diidentifikasi ulang melalui waktu.
Berdasarkan terori dualisme partikel, maka partikel dapat dilihat sebagi gelombang
sebagai yang memiliki panjang λ yang sama dengan konstanta planck dibagi momentum, dan
momentum merupakan perkalian massa dengan kecepatan gelombang, sebagaimana
diperlihatkan pada gambar 1.10 berikut.

……………………………………………(2)
Gambar 1.10. Partikel ditinjau sebagai gelombang

…………………………………………………..(3)

…………………………………………………. (4)
Gambar 1.11. Gelombang dengan parameter-parameternya

8
Persamaan gelombang tersebut dapat dituliskan dalam bentuk fungsi kompleks sebagai
berikut:

(persamaan gelombang dalam bidang)

(dalam system bilangan kompleks)


Sehingga menjadi

………………………..(5)

p ℏ=
h
k=ℏ
, dan 2 π , dalam mana p adalah momentum

, dan energy partikel pada keadaannya adalah


penjumlahan energy kinetik dan energy potensial pada keadaan tertentu ψ ( x , t ) dari partikel.

…………………………………………….(6)

……………………………………..……..(7)
Seorang ahli dari Jerman Werner Heisenberg mengembangkan teori mekanika kuantum
yang dikenal dengan prinsip ketidakpastian yaitu “Tidak mungkin dapat ditentukan
kedudukan dan momentum suatu benda secara seksama pada saat bersamaan, yang dapat
ditentukan adalah kebolehjadian (probability) menemukan elektron pada jarak tertentu dari
inti atom.” Daerah ruang di sekitar inti dengan kebolehjadian untuk mendapatkan elektron
disebut orbital. Bentuk dan tingkat energi orbital dirumuskan oleh Erwin Schrodinger.
Prinsip ketidak pastian Heisenberg ditampilkan pada gamabr 1.12.

9
Gambar 1.12. Gambar spectrum lintasan electron yang selalu berubah posisi
Awan elektron di sekitar inti menunjukan tempat kebolehjadian elektron. Orbital
menggambarkan tingkat energi elektron. Orbital-orbital dengan tingkat energi yang sama atau
hampir sama akan membentuk sub kulit. Beberapa sub kulit bergabung membentuk kulit.
Dengan demikian kulit terdiri dari beberapa sub kulit dan subkulit terdiri dari beberapa
orbital.
Werner Heisenberg menegaskan teori ketidakpastian yang dibangunnya melalui
eksperimen gelombang cahaya sebagaimana ditampilkan pada gambar 1.13 berikut.

Gambar 1.13. Seberkas cahaya melalui celah dan menyebar

Berdasarkan gambar 1.13 dapat diketahui bahwa cahaya yang ditembakkan melalui celah
jika ditangkap dengan layar, maka akan menyebar disebabkan difraksi, serta intensitasnya
membentuk kurva normal. Jika celah tersebut semakin menyempit, maka sebaran cahaya
semakin meluas. Hal tersebut semakin menguatkan teori ketidak pastian yang ia kemukakan.
Ia mengemukakan adanya ketidak pastian posisi ( ΔX ) dan ketidak pastian momentum
( Δp ) ; dan dapat diketahui nilai ketidak pastian posisi dan ketidakpastian momentum sbb:
h
ΔX . Δp >
4 π , dalam mana h adalah konstanta planck. …………………………(8)
Konstanta Planck, dilambangkan dengan huruf h, adalah konstanta fisika untuk
menjelaskan ukuran quanta. Konstanta ini sangat penting dalam teori mekanika kuantum, dan
dinamai untuk menghargai Max Planck, salah seorang pendiri teori kuantum. Pertama kali
diperkenalkan tahun 1900, konstanta ini pada awalnya merupakan konstanta kesebandingan
antara kenaikan minimum energi, E dari sebuah osilator bermuatan listrik hipotesis pada
rongga yang berisi radiasi benda-hitam, dan frekuensi, f dari gelombang elektromagnetiknya.
Pada tahun 1905, nilai E, kenaikan energi minimum dari osilator hipotesis, dihubungkan
secara teoretis oleh Albert Einstein dengan "kuantum" atau elemen energi terkecil dari
gelombang elektromagnetik itu sendiri. Kuantum cahaya berperilaku seperti partikel listrik
netral, sebagai lawan gelombang elektromagnetik. Nantinya disebut sebagai foton.
Hubungan Planck–Einstein menghubungkan energi foton E dengan frekuensi gelombang
f: E = h f
Energi ini sangat kecil bila dilihat dari objek sehari-hari.
Mengingat bahwa frekuensi f, panjang gelombang λ, dan laju cahaya c saling berhubungan
dengan f = c λ, hubungan ini juga dapat dituliskan sebagai E = h c λ .
Dengan p melambangkan momentum linear partikel (bukan hanya foton, tetapi juga partikel
lainnya), panjang gelombang de Broglie λ partikel dirumuskan dengan

10
λ=hp
Pada aplikasinya dimana digunakan frekuensi sudut (frekuensi dinyatakan dalam radian per
detik bukan siklus per detik atau hertz) maka perlu dimasukkan faktor 2π ke dalam konstanta
Planck. Hasil konstantanya disebut konstanta Planck tereduksi atau konstanta Dirac. Besarnya
sama dengan konstanta Planck dibagi 2π, dan dilambangkan ħ (dibaca "h-bar"):
ℏ = h 2 π . …………………………………………………………………………….(9)
Energi foton dengan frekuensi sudut ω, dimana ω = 2πf, dirumuskan dengan
E = ℏ ω; dan momentum linearnya sama dengan p = ℏ k …………………………...(10)
dengan k adalah bilangan gelombang. Tahun 1923, Louis de Broglie menggeneralisasi
hubungan Planck–Einstein dengan mempostulat bahwa konstanta Planck menyajikan
kesebandingan antara momentum dan panjang gelombang bukan hanya foton, tetapi panjang
gelombang kuantum partikel apapun. Hal ini dibuktikan dengan percobaan tidak lama
kemudian.

Gambar 1.14. Kurva kerapatan energy radiasibenda hitam


Gambar 1.14 memperlihatkan kurva radiasi benda hitam menurut teori gelombang
Rayleigh-Jeans, yang ditandai dengan garis titik-titik. Kurva tebal adalah hasil pengukuran.
Tampak bahwa teori Rayleigh-Jenas mendekati hasil pengukuran untuk panjang gelombang
sangat besar. Namun menyimpang jauh untuk panjang gelombang kecil. Pada daerah
ultraviolet (panjang gelombang sangat kecil), terjadi penyimpangan yang luar biasa. Ramalan
teori Rayleigh-Jeans jauh lebih besar daripada hasil pengkuran. Penyimpangan ini sering
disebut bencana ultraviolet (ultraviolet catastrophe). Jadi, yang disebut bencana ultraviolet
bukan bencana dalam arti sebenarnya. Tetapi penyimpangan teori Rayleigh-Jeasn dengan
hasil pengukuran pada daerah ultraviolet.

Tabel 1.1. Nilai konstanta planck

Nilai h Satuan
6,626070150(81)x10-34 Js
4,135667662(25)x10-15 eVs
2Π Eptp
Nilai ℏ Satuan
1,054571800(13)x10-34 Js
6,582119514(10)x10-16 eVs
1 Eptp
Nilai hc Satuan

11
1,98644568x10-25 Jm
1,23984193 eV μ m
Epℓp

Nilai ℏ c Satuan
3,16152649x10-26 Jm
0,19732697 eV μ m
1 Epℓp

Erwin Schrodinger (1926) memecahkan suatu persamaan untuk mendapatkan fungsi


gelombang (persamaan gelombang) untuk menggambarkan batas kemungkinan ditemukannya
elektron dalam tiga dimensi. Persamaan Schrodinger dapat digunakan untuk memprediksi
lokasi dan energi elektron dalam suatu atom. Ini memungkinkan untuk dipahami bagaimana
elektron berinteraksi dengan inti atom dan bagaimana elektron dapat memancarkan atau
menyerap energi dalam bentuk foton.
Schrödinger dapat menghitung tingkat energi hidrogen dengan memperlakukan elektron
atom hidrogen sebagai gelombang, dinyatakan dengan "fungsi gelombang" Ψ, dalam sebuah
sumur potensial listrik, V, yang dibuat oleh proton. Penyelesaian persamaan Schrödinger
adalah distribusi kemungkinan posisi dan lokasi elektron. Orbital mungkin dapat memiliki
interval (range) bentuk yang berbeda dalam 3 dimensi. Energi tiap orbital yang beda dapat
dihitung, dan secara akurat sama dengan tingkat energi pada model Bohr.
Dalam gambaran Schrödinger, tiap elektron memiliki 4 karakteristik: (1) Penunjukan
"orbital", mengindikasikan apakah gelombang partikel yang satu lebih dekat ke inti atau
nukleus dengan energi lebih rendah atau lebih jauh ke nukleus dengan energi yang lebih
tinggi; (2) Bentuk orbital; (3) Kemiringan orbital, menentukan momen magnetik orbital di
sekitar sumbu-z; (4) Spin elektron.
Nama keseluruhan dari properti ini adalah keadaan kuantum elektron. Keadaan kuantum
hanya dapat dijelaskan dengan memberikan nomor ke tiap properti; hal ini dinamakan
bilangan kuantum elektron. Keadaan kuantum elektron dijelaskan dengan fungsi
gelombangnya. Asas ketidakpastian Pauli mengatakan bahwa tidak ada 2 elektron dalam satu
atom memiliki nilai yang sama pada keempat properti ini.
Lima bentuk orbital atom: 1s, 2s, 2px, 2py, dan 2pz. Warnanya menunjukkan fasa fungsi
gelombang. Properti pertama yang menjelaskan orbital adalah bilangan kuantum utama, n,
yang sama dengan model Bohr. n melambangkan tingkat energi setiap orbital. Nilai dari n
adalah bilangan bulat: n = 1 , 2 , 3 …
Bilangan kuantum berikutnya, bilangan kuantum azimut, dilambangkan l, menjelaskan
bentuk orbit. Bentuk ini akibat dari momentum sudut dari orbital. Momentum sudut
melambangkan resistensi sebuah benda berputar terhadap akselerasi atau deselerasi dibawah
pengaruh gaya luar. Bilangan kuantum azimut melambangkan momentum sudut orbital
sebuah elektron disekitar nukleusnya. Nilai yang mungkin untuk l adalah bilangan bulat dari 0
sampai n − 1 (dimana n adalah bilangan kuantum utama elektron): l = 0 , 1 , … , n − 1.
Bentuk tiap orbital biasanya mengacu ke huruf dan bukan bilangan kuantum azimutnya.
Bentuk pertama (l=0) dilambangkan dengan huruf s (diambil dari "sphere" (bola)). Bentuk
berikutnya dilambangkan dengan huruf p dan bentuknya seperti dumbbell. Orbital lainnya

12
memiliki bentuk yang lebih kompleks (lihat orbital atom), dan dilambangkan dengan huruf d,
f, g, dll.
Bilangan kuantum ketiga, bilangan kuantum magnetik, menjelaskan momen magnetik
elektron, dan dilambangkan dengan ml (atau sederhananya m). Nilai yang mungkin untuk ml
adalah bilangan bulat dari −l sampai l (dengan l adalah bilangan kuantum azimut dari
elektron): m l = − l , − ( l − 1 ) , … , 0 , 1 , … , l .
Bilangan kuantum magnetik mengukur komponen momentum sudut pada arah tertentu.
Pemilihan arahnya acak, biasanya arah-z yang dipilih.
Bilangan kuantum keempat, bilangan kuantum spin (berkaitan dengan "orientasi" spin
elektron) dilambangkan dengan ms, yang nilainya +½ atau −½. Pada kasus untuk atom helium
dengan 2 elektron pada orbital 1s, asas ketidakpastian Pauli mengatakan bahwa kedua
elektron berbeda pada nilai salah satu bilangan kuantum. Nilai n, l, dan ml sama. Maka salah
satu nilai ms adalah +½ dan elektron lainnya adalah −½.
Bilangan ini meletakkan struktur dasar dan simetri orbital atom, dan cara bagaimana elektron
mengisinya, mendorong pengaturan pada tabel periodik. Cara bagaimana orbital atom pada
atom berbeda bergabung untuk membentuk orbital molekuler menunjukkan struktur dan
kekuatan ikatan kimia antar atom-atom.
Berikut ini akan ditampilkan sejumlah persamaan yang ditemukan dan dikembangkan
oleh Schrodinger yang meliputi persamaan tergantung waktu, persamaan tiga dimensi,
persamaan tergantung waktu dalam basis posisi.

Persamaan Schrodinger tergantung waktu:

i ℏ ∂ |Ψ ( r ,t )=
∂t
H |Ψ (r , t )⟩ ……………………………………...(11)
Persamaan Schrodinger 3 dimensi: ………………………………………(12)

, selanjutnya W=E
2
ℏ δ ψ δψ δψ
− + + +U ( x , y , z ) ψ ( x , y , z )=Eψ ( x , y , z ) , atau diringkas
2 m δx 2 δy 2 δz2

− ∇ 2 ψ+U ( x , y , z ) ψ ( x , y , z )=Eψ ( x , y , z )
2m
Keterangan:
∇ adalah operator nabla divergensi
i adalah bilangan imajiner
ℏ adalah kons tanta planck tereduksi
h δ
ℏ= , lambang adalah turunan parsial terhadap waktu t
2π δt
ψ(hurufYunani psi) merupakan fungsi gelombang kuantum
r dan t adalah posisi vektor dan waktu
H adalah operator Hamiltonius
13
Persamaan Schrodinger tergantung waktu dalam basis posisi (partikel nonrelativistic
tunggal).

iℏ
δ
δt [
Ψ ( r , t )=
−ℏ2 2
2μ ]
∇ +V ( r , t ) Ψ ( r , t )
……………………………..(13)

14

Anda mungkin juga menyukai