Atom sendiri terdiri dari kata a yang berarti tidak dan tomos yang berarti dapat
dibagi. Dengan demikian pengertian dasar atom adalah suatu partikel fundamental
yang tidak dapat dibagi lagi. Kemudian seiring berjalannya waktu, pemahaman tentang
atom bergeser menjadi teori yang lebih lengkap dan modern. Suatu atom pada awalnya
dianggap sebagai suatu partikel tanpa penyusun, karena fungsi partikel atom sendiri
merupakan penyusun dari makro molekul.
Namun pada perkembangannya, telah diketahui kalau partikel atom tersusun atas
partikel-partikel subatomik yang dikenal sebagai elektron, proton dan neutron. Pada
artikel ini kita akan membahas siapa saja para ilmuan beserta hasil penelitiannya yang
berperan penting dalam memberikan pemahaman tentang partikel fundamental, dari
zaman filosofis Yunani hingga atom modern.
1. Democritus (460-360 SM)
Democritus merupakan salah satu filosof yunani yang terkenal di zamannya. Tokoh ini
lahir pada tahun 460 SM di kota Abdera, Yunani Utara dan meninggal pada tahun 360
SM.
Filosof merupakan sebutan bagi seseorang yang ahli atau menekuni ilmu filsafat.
Filsafat sendiri merupakan ilmu yang mempelajari dan berusaha untuk mencari sebab
dengan sedetail dan sedalam mungkin bagi segala sesuatu berdasarkan fikiran atau
rasio. Selain itu filsafat juga merupakan pandangan hidup seseorang atau sekelompok
orang dan merupakan konsep dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan.
Pada tahun sekitar 500-400 SM, ilmu filsafat merupakan salah satu ilmu yang paling
popular. Hampir semua fenomena alam dan kehidupan dijelaskan dengan pendekatan
filosofis termasuk teori atom atau teori partikel dasar penyusun alam semesta.
Beberapa filosof Yunani selain Democritus yang terkenal hingga saat ini di antaranya
adalah Plato, Aristoteles, Pythagoras dan Anaximenes.
Democritus berfikir bahwa atom tidak memiliki struktur internal dan sepenuhnya padat.
Lebih lanjut Democritus juga berpendapat harus ada ruang kosong antar atom guna
memberikan celah untuk pergerakan antar atom tersebut. Sebagai contoh pergerakan
antar molekul air dan antar molekul udara, atau sifat fleksibilitas benda padat.
Tambahan lain, Democritus juga mengutarakan bahwa untuk menjelaskan perbedaan
sifat dari material yang berbeda, atom dibedakan ke dalam bentuk, massa dan
ukurannya, namun tetap merupakan partikel yang sama. Dengan model teori atom
tersebut, Democritus mampu memaparkan bahwa semua yang kita lihat terdiri dari
bagian atau blok bangunan kecil yang disebut atom.
Democritus dengan teori atomnya berargumen bahwa jenis atom di alam semesta
adalah tak terhingga. Masing-masing atom memiliki sifat khas dan unik yang tidak
dijumpai di atom lain. Sebagai contoh atom kayu akan memiliki sifat berbeda jika
dibandingkan dengan atom batu. Pada skala makroskopis, sifat-sifat ini diidentifikasi
sebagai massa, warna, kepadatan dan lain sebagainya.
Di sisi lain, teori atom Democritus ini ditolak oleh Aristoteles dan Plato yang
menyatakan bahwa partikel tidak diskrit, namun bersifat kontinu. Ini berarti bahwa
materi dapat dibelah terus menerus sampai tak hingga, sampai pada akhirnya partikel
tersebut menjadi sangat kecil dan kecil sekali serta semakin kecil. Dengan kata lain,
pendapat ini adalah penolakan terhadap keberadaan atom.
Aristoteles lebih menyetujui teori Empedocles yang dikemukakan pada 432 SM.
Menurut Empedocles, material di alam semesta tersusun atas empat elemen dasar
yaitu air, api, udara dan tanah. Teori Empedocles selanjutnya ditambahkan oleh
Aristoteles bahwa elemen penyusun alam semesta yang terdiri atas air, api, udara dan
tanah dapat bertransformasi ke bentuk lain. Pada zaman itu, pemberian simbol
terhadap partikel juga telah dilakukan. Seperti pada gambar 1 di bawah ini.
Gambar 1. Simbol atom pada zaman filosof Yunani, secara berurutan simbol api, udara,
tanah, air dan matahari
Teori atom Democritus ini bertahan lebih dari 2000 tahun. Tidak ada teori baru yang
mengutak-atik teori ini hingga pada akhirnya pada tahun 1803 M John Dalton mulai
menyinggung memodifikasinya.
Setiap material di alam semesta tersusun atas atom, atom adalah bagian terkecil suatu
zat.
Atom-atom tersebut terikat satu dengan lainnya dengan suatu gaya tarik menarik
(atraksi).
Atom memiliki bentuk tertentu dan merupakan sesuatu yang tidak dapat dibagi lagi dan
tidak dapat dihancurkan.
Unsur yang sama akan memiliki atom yang sama atau identik, dengan kata lain atom
suatu material adalah sama persis.
Unsur sejenis akan memiliki sifat yang sama sedangkan unsur tak sejenis akan
berbeda dalam sifat dan hal lainnya.
Senyawa merupakan gabungan dari dua atom atau lebih. Dengan demikian, sebuah
reaksi kimia terjadi karena adanya penggabungan dan pemisahan atom-atom.
Dengan demikian, jumlah atom di alam semesta selalu tetap sehingga tidak akan terjadi
perubahan massa alam semesta (sejalan dengan hukum kekekalan massa Lavoisier).
Dalam reaksi kimia, ada suatu keteraturan dalam segi kuantitatif, yaitu bila 2 unsur A
dan B membentuk 2 senyawa atau lebih, dan salah satu unsur yang dikandung tiap
senyawa beratnya sama, maka berat unsur kedua pada tiap senyawa akan sebanding
dengan bilangan bulat dan sederhana (Hukum Perbandingan Berganda Dalton).
Aturan-aturan ini selanjutnya diadopsi sebagai penuntun dalam semua penyelidikan
kimia sintesis.
Gambar 2. Simbol Atom Dalton
Lebih lanjut, teori atom Dalton mencatatkan babak baru dalam sejarah teori atom. Teori
ini menjadi teori penting dalam perkembangan ilmu kimia modern. Selain itu, simbol-
simbol dasar atom juga telah digambarkan oleh Dalton. Sebagai contoh, ada atom
unsur digambarkan sebagai simbol lingkaran kecil dengan titik serta garis tegak di
dalamnya untuk simbol atom hidrogen dan nitrogen. Perhatikan gambar 2 simbol atom
Dalton di atas. John Jakob Berzelius (1779-1848) selanjutnya memperbaiki metode
simbol ini dan memperkenalkan sistem simbol huruf untuk masing-masing atom yang
tetap kita gunakan hingga sekarang.
Apakah partikel lebih kecil dari atom yang ditemukan oleh J.J. Thomson tersebut? Dan
bagaimanakah eksperimen yang dilakukannya sehingga diperoleh sebuah kesimpulan
yang menunjukkan kekeluruan teori atom Dalton? Berikut ini adalah penjelasan singkat
teori atom J.J. Thomson.
Sejarah telah terukir pada tahun 1897, J.J. Thomson dan timnya di laboratorium
Cavendish Cambridge-Britain menemukan partikel subatomik pertama yang bermuatan
negatif. Partikel subatomik negatif tersebut selanjutnya dikenal sebagai elektron.
Penemuan elektron diawali dengan penemuan tabung sinar katode (Cathode Rays
Tube, CRT) oleh William Crookes dan selanjutnya penelitian tentang tabung sinar
katoda ini dilanjutkan olah J.J. Thomson. Salah satu penemuan penting yang diperoleh
adalah dapat dipastikan bahwa sinar katode ini merupakan partikel, karena baling-
baling yang diletakkan di antara anoda dan katoda dapat berputar.
Pertanyaan mendasar yang ingin diketahui Thomson dan timnya adalah, apa yang
dimaksud dengan sinar katoda? Apakah sinar tersebut adalah energi yang bergerak
dalam bentuk gelombang (seperti cahaya)? Ataukah sinar katoda merupakan aliran
partikel bergerak?
Gambar 3. Skematik Percobaan Thomson, tabung sinar katoda (CRT), sinar mengalami
pembelokan ke arah sisi plat positif.
Sebenarnya sinar katoda tidak terlihat oleh mata manusia. Mamun keberadaannya
dapat diketahui karena sifatnya yang mampu memendarkan ZnS yang dideposisikan
pada dinding kaca tabung sinar katoda tersebut. Untuk melihat efek pada sinar katoda,
Thomson menempatkan medan elektromagnet (plat positif dan negatif) di suatu tempat
pada sisi tabung sinar katoda. Ternyata medan elektromagnet dapat membelokkan
sinar katoda. Sinar katoda tertolak oleh sisi plat negatif dan sebaliknya sinar tertarik
oleh sisi positif.
Kita sama-sama tau kalau muatan yang sama akan tolak menolak, sedangan muatan
yang berbeda akan saling tarik menarik. Fakta ini menjadi landasan bagi Thomson
untuk menyimpulkan bahwa sinar katoda merupakan suatu partikel yang bermuatan
negatif. Muatan negatif tersebut pada awalnya dikenal dengan corpuscles dan
selanjutnya partikel tersebut dinamakan elektron.
Thomson juga menentukan massa partikel yang telah ditemukan tersebut. Variasi
tegangan dilakukan untuk menentukan berapa banyak sinar katoda yang berbelok
ketika dipengaruhi medan magnet. Thomson mengkonfirmasikan bahwa partikel ini
memiliki massa 2000 kali lebih kecil dari massa atom terkecil (Hidrogen).
Dengan demikian, sejarah teori atom mencatat Thomson sebagai penemu partikel yang
jauh lebih kecil dari atom. Elektron merupakan partikel dasar penyusun atom.
Penemuan ini sekaligus membatah atau mematahkan teori atom Dalton yang
menyatakan bahwa atom adalah partikel terkecil di alam semesta.
4. Ernerst Rutherford
Ernest Rutherford sebenarnya adalah mahasiswa dari J.J. Thomson di Cambridge
University Inggris. Di sinilah Rutherford memulai karirnya di fisika atom. Rutherford
adalah orang yang memperkenalkan istilah sinar alfa, beta dan gamma, proton jan juga
neutron. Rutherford juga merupakan guru bagi Niels Bohr, James Chadwick dan Robert
Oppenheimer. Frederick Soddy merupakan partner Rutherford dalam membuktikan
bahwa atom-atom unsur radioaktif dapat berubah dengan spontan.
Rutherford memulai percobaan yang memberikan warna baru pada ilmu pengetahuan
khususnya sejarah teori atom pada tahun 1909. Ia menemukan nukleus atau inti atom
dan membangun model yang mirip dengan sistem tatasurya. Sebuah inti atom seperti
matahari dikelilingi oleh elektron yang dianalogikan seperti planet-planet. Penerimaan
model ini berkembang setelah Niels Bohr menggunakan teori kuantum dalam
memodifikasinya.
Pada tahun 1909 Hans Geiger dan Ernest Marsden dengan petunjuk dari Ernest
Rutherford melakukan eksperimen di Laboratorium Fisika Universitas Manchester untuk
membuktikan kebenaran dari teori atom yang dikemukakan oleh Thomson. Pada
awalnya, Rutherford bermaksud melanjutkan penelitian dari Philipp Lenard, namun
Rutherford tidak menggunakan elektron melainkan partikel alfa yang merupakan helium
bermuatan positif. Partikel alfa tersebut diperoleh dari emisi Radium. Rutherford juga
mengganti plat aluminium dengan lempeng tipis emas. Seng Sulfida (ZnS) digunakan
sebagai detektor untuk partikel alfa.
Rutherford berhipotesis jika model atom Thomson itu benar, maka akan relatif sedikit
jumlah partikel alfa yang terdeteksi menembus lempeng tipis emas. Atau bahkan tidak
ada sama sekali. Namun ternyata, hasil yang mengejutkan diperoleh dari eksperimen
ini. Perhatikan gambar 5. Selain mengalami pemantulan, sebagian besar partikel alfa
menembus lempeng emas. Tidak hanya itu, sebagian partikel alfa terdeteksi mengalami
pembelokan dengan sudut tinggi.
Gambar 5. Eksperimen Rutherford, Penembakan Partikel Alfa pada Lapis Tipis Emas
untuk Membuktikan Keberadaan Inti Atom
Fakta ini tentunya memecahkan anggapan bahwa atom adalah benda pejal. Terdapat
ruang kosong pada atom.
Berikut ini adalah beberapa kesimpulan dari hasil ekperimen yang dilakukan oleh
Rutherford;
Sebagian besar berkas partikel alfa dapat melewati lempengan logam emas, hal ini
menunjukan bahwa terdapat banyak ruang kosong di dalam atom emas sehingga
dengan mudah partikel alfa melewati ruang kosong tersebut dengan hambatan yang
hampir tidak ada.
Berkas partikel alfa yang didefleksi memperlihatkan indikasi bahwa partikel alfa
berada pada posisi yang dekat dengan inti atom yang bermuatan positif. Sesuai
dengan kaidah muatan, positif dengan muatan positif akan saling tolak menolak, hal
inilah yang mungkin menyebabkan partikel alfa dibelokan dengan sudut cukup
besar.
Berkas partikel alfa yang dipantulkan kembali mengindikasikan bukti bahwa partikel
alfa tersebut bertumbukkan dengan inti atom yang bermuatan positif. Inti atom emas
mempunyai massa dan muatan positif yang lebih besar dibandingkan dengan
massa dan muatan partikel alfa, hal inilah yang membuat partikel alfa di pantulkan
kembali.
Atom bukanlah bola pejal, karena hampir semua partikel alfa diteruskan menembus
lempeng tipis emas.
Jika lempeng emas tersebut dianggap sebagai satu lapisan atom-atom emas, maka
didalam atom emas terdapat partikel yang sangat kecil yang bermuatan positif.
Partikel tersebut merupakan partikel yang menyusun suatu inti atom, berdasarkan
fakta bahwa 1 dari 20.000 partikel alfa akan dibelokkan. Bila perbandingan 1:20.000
merupakan perbandingan diameter, maka didapatkan ukuran inti atom kira-kira
10.000 lebih kecil daripada ukuran atom keseluruhan.
Teori atom Bohr pada dasarnya merupakan modifikasi atau penyempurnaan dari teori
atom Rutherford, oleh karena itu sebagian ilmuan ada yang menyebut teori ini sebagai
teori atom Rutherford-Bohr.
Secara umum teori model atom Bohr dapat dituliskan sebagai atom terdiri dari inti atau
nukleus bermuatan positif dan berukuran sangat kecil, dikelilingi oleh elektron yang
bermuatan negatif pada lintasan atau orbit tertentu sesuai dengan tingkat energinya.
Walaupun pada akhirnya teori atom ini terbukti tidaklah sempurna, sejarah teori atom
mencatat hanya teori Bohr yang dapat menjelaskan tetapan Rydberg pada garis
spectrum emisi hidrogen. Di mana spektrum tersebut tidak dapat dijelaskan olah teori
atom Dalton, Thomson dan Rutherford.
Gambar 6. Model atom Bohr
Beberapa kesimpulan penting dari model teori atom Bohr di antaranya adalah;
Elektron mengitari inti atom pada lintasan (orbit) tertentu yang berbentuk lingkaran.
Orbit atau lintasan ini juga disebut sebagai kulit atom yang dinotasikan sebagai K, L,
M, N, . dst yang secara berurutan sesuai dengan kulit ke n = 1, 2, 3, 4, . dst.
Elektron dalam tiap orbit mempunyai tingkat energi tertentu. Nilainya semakin tinggi
dengan makin besarnya harga n atau makin besarnya lingkaran orbit. Energi ini
bersifat terkuantisasi dan nilai-nilai yang diizinkan dinyatakan oleh harga momentum
sudut elektron yang terkuantisasi sebesar n (h/2) dengan n = 1, 2, 3, 4 dst.
Selama dalam orbitnya, elektron berada dalam keadaan stasioner atau tidak
memancarkan energi. Keberadaan elektron dalam orbit stasioner ini sesuai dengan
gaya tarik elektrostatik elektron oleh inti atom yang besarnya sama dengan gaya
sentrifugal dari gerak elektron.
Jika elektron tersebut menyerap energi yang besarnya sesuai dengan perbedaan
energi antara kedua orbit, elektron dapat berpindah dari orbit satu ke orbit lain yang
mempunyai energi lebih tinggi atau disebut dengan keadaan tereksitasi. dan
sebaliknya bila elektron berpindah ke orbit yang mempunyai energi lebih rendah
akan memancarkan energi radiasi yang teramati sebagai spektrum garis yang
besarnya sesuai dengan perbedaan energi antara kedua orbit yang bersangkutan.
Atom dalam molekul merupakan atom dalam keadaan ground state (dasar), yakni
ketika elektron-elektronnya menempati orbit-orbit sedemikian sehingga memberikan
energi total terendah. Dan apabila elektron-elektron menempati orbit-orbit yang
memberikan energi lebih tinggi daripada energi tingkat dasarnya dikatakan atom
dalam keadaan tereksitasi (excited state). Atom dalam keadaan tereksitasi lebih
tidak stabil daripada atom dalam keadaan ground state.
Atom secara harfiah tidak tepat lagi disebut sebagai atom. Atom yang berarti material
yang tak dapat dibagi lagi, ternyata masih dapat dibagi. Masih diketahui penyusunnya.
Pertanyaannya sekarang adalah apakah proton, neutron dan elektron adalah partikel
dasar penyusun alam semesta? Apakah proton, neutron dan elektron adalah material
yang tak dapat dibagi lagi?